Anda di halaman 1dari 29

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI PERUBAHAN

WUJUD BENDA MELALUI METODE DEMONSTRASI


PADA SISWA KELAS III SDN KARANGDUREN 04
TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Azizah Puspa Rini


NIM. 857807925
azizahpusparini11@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan karena masih rendahnya pemahaman materi


perubahan wujud benda pada siswa kelas III SDN Karangduren 04 Tengaran pada mata
pelajaran IPA. Salah satunya penyebabnya karena metode pembelajarannya yang belum
tepat. Dan siswa dikatakan tuntas (berhasil) jika mencapai KKM yaitu lebih dari 65.
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah metode demontrasi dapat meningkatkan
pemahaman materi perubahan wujud dalam mata pelajaran IPA. Penelitian Tindakan
Kelas ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Hasil penelitian pada
siklus 1 siswa masih belum berhasil atau tuntas terbukti dengan hasil tes yang diberikan
guru pada siswa yang mencapai nilai lebih dari 65 hanya 6 siswa dari 10 siswa ( 60% ).
Pada Siklus 2, hasil tes siswa sudah mencapai keberhasilan atau tuntas dibuktikan dengan
peningkatan nilai tes siswa mendapat nilai minimal lebih dari 65 ada 10 siswa dari 10
Siswa atau ( 100% ). Dari siklus 1 kemudian dilaksanakan siklus 2 prestasi siswa
mengalami prosentase kenaikan 40%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:
Penggunaan metode demontrasi dapat meningkatkan pemahaman materi perubahan
wujud benda pada siswa kelas III SDN Karangduren 04 Tengaran.

Kata Kunci : Peningkatan Hasil Belajar, Perubahan Wujud Benda, Metode demontrasi.

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan
perasaan yang hasilnya berupa perubahan perilaku. Di sekolah, guru membantu
siswa dalam proses belajar untuk menghasilkan perilaku berdasarkan
pengalamanya guna diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam proses
pembelajaran terjadi banyak kendala yang dapat menghambat proses belajar.
Kendala ini berasal dari guru maupun siswa. Kendala dari guru yaitu kurangnya
kesiapan diri untuk melakukan pembelajaran, penggunaan metode dan model
pembelajaran yang kurang tepat, penggunaan alat peraga yang kurang sesuai, dan
pengelolaan kelas yang kurang baik. Sedangkan kendala dari siswa yaitu siswa
berbicara sendiri saat pembelajaran berlangsung, tidak merespon pertanyaan dari
guru, perhatian siswa cenderung tidak fokus dan pada saat pembelajaran siswa
kurang aktif mengikuti pelajaran.
Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari di jenjang
pendidikan sekolah dasar. IPA juga merupakan suatu cara untuk mencari tahu
tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta, konsep atau
penemuan yang bersifat ilmiah. Mata pelajaran IPA banyak membutuhkan hafalan
serta pembuktian secara kongkrit dalam kehidupan nyata, jadi dalam mengajarkan
pelajaran IPA guru di tuntut untuk bisa membantu para siswa agar dapat
memahami suatu materi pelajaran dengan cara memperlihatkan atau
mempraktekkan secara langsung kejadian atau hal-hal yang terdapat di dalam
materi tersebut. Pembelajaran konvensional yang terpusat pada dominasi guru
membuat siswa menjadi pasif, sudah dianggap tidak efektif dalam menjadikan
pembelajaran yang bermakna, karena tidak memberikan peluang kepada siswa
untuk berkembang secara mandiri.
Begitu pula dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPA.
Rendahnya nilai mata pelajaran IPA khususnya dalam materi perubahan wujud
benda akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan dan hasil belajar yang
akan dicapai oleh siswa di SDN Karangduren 04 Tengaran. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil belajar yang kurang memuaskan. Siswa kelas III yang terdiri dari
10 siswa dengan KKM IPA 65, hanya 3 siswa yang mencapai nilai diatas KKM,
sedangkan 7 siswa yang lainnya nilainya belum mencapai KKM, kurang
berhasilnya pembelajaran pada materi ini juga terlihat dari nilai rata-rata kelas
yang hanya 61,8. Dalam aktivitas belajar siswa di kelas juga kurang begitu
memuaskan, sebagian siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran. Para
siswa masih senang bermain sendiri atau dengan temannya daripada
memperhatikan pelajaran. Rendahnya hasil dan aktivitas belajar matematika pada
materi perubahan wujud benda pada peserta didik kelas III sangat mungkin
disebabkan karena guru kurang variatif dalam penggunaan metode pembelajaran
yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Hal tersebut
membuat siswa tidak tertarik dan bersemangat dalam belajar dan berdampak pada
hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Maka peneliti melakukan rencana
perbaikan pembelajaran selama 2 siklus dengan melibatkan siswa kelas IV di
SDN Karangduren 04 Tengaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai
dengan apa yang kita harapkan.
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil yang diperoleh, terjadi masalah pada saat pembelajaran, antara
lain:
a. Siswa kurang tertarik pada materi pembelajaran.
b. Siswa tidak terfokus pada materi pembelajaran sehingga pemahamannya
kurang optimal.
c. Nilai siswa kurang maksimal (tidak mencapai kkm IPA), tingkat
keberhasilannya rendah dari 10 anak ada 7 anak dibawah KKM
d. Proses pembelajaran tidak aktif dan kurang menyenangkan siswa.
e. Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi.
f. Siswa merasa kesulitan memahami materi yang disampaikan guru.
g. Ketika guru menerangkan ada sebagian siswa yang asik bercanda.
2. Analisis Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, Terungkap bahwa penyebab kurang
berhasilnya siswa dalam menguasai materi antara lain sebagai berikut :
a. Guru tidak melibatkan siswa pada penggunaan alat peraga sehingga
siswa tidak aktif.
b. Penjelasan guru masih abstrak karena tanpa pemanfaatan alat peraga.
c. Metode dan pendekatan yang digunakan kurang tepat.
d. Guru tidak menggunakan metode bervariasi.
e. Ketika proses pembelajaran berlangsung siswa kurang tertarik,
sehingga siswa cepat bosan atau jenuh.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan diatas, masih rendahnya hasil
belajar siswa pada materi Perubahan Wujud Benda maka perlu adanya suatu
tindakan atau upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan mengubah
metode pembelajaran dengan Demonstrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar Materi Perubahan
Wujud Benda Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas III SDN
Karangduren 04 Tengaran Tahun Pelajaran 2020/2021?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
perubahan wujud benda melalui metode demontrasi pada siswa kelas Kelas III
SDN Karangduren 04 Tengaran Tahun Pelajaran 2020/2021.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Peneliti (guru)
a. Sebagai alat ukur guru untuk mengetahui kemampuan pebelajaran.
b. Untuk mendapatkan tambahan pengetahuan guna meningkatkan
kemampuan dalam pembelajaran.
c. Untuk dapat meningkatkan pengetahuan secara langsung pelaksanaan
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demontrasi untuk
meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPA.
2. Bagi Siswa
a. Untuk meningkatkan hasil belajar materi perubahan wujud benda kelas
III pada mata pelajaran IPA.
b. Dapat menambah pengetahuan baru yang berhubungan dengan metode
pembelajaran IPA.
c. Menumbuhkan minat belajar siswa dengan penuh kedisisiplinan sehingga
siswa dapat memahami materi pelajaran IPA.
d. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
e. Meningkatkan aktivitas siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Model pembelajaran demonstrasi dapat memberikan kontribusi yang
lebih baik dalam perbaikan pembelajaran yang lebih inovatif dan
bervariasi, sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah.
b. Peningkatan mutu pendidikan, sehingga sumber daya manusia (SDM)
dapat berhasil dengan baik.
II. Kajian Pustaka
A. Kajian Teori
1. Belajar
Menurut Slameto (2010) Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan.
Menurut Sudjana (2010) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-
aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar. Menurut Trianto (2011)
Belajar sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan
bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karekteristik
seseorang sejak lahir.
Dari berbagai kajian tentang belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa
Belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
memperoleh suatu perubahan, baik perubahan sikap, tingkah laku, pola pikir, dan
proses penambahan ilmu pengetahuan.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2013:7) hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Menurut Jihad dan Haris (2012:14) hasil belajar merupakan
pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah
kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu
tertentu. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah
hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat
memahami serta mengerti materi tersebut.
Dari pengertian hasil belajar oleh para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan pengertian hasil belajar, yaitu sesuatu yang digunakan guru untuk
menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswanya dengan adanya
perubahan tingkah laku pada siswa.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu yang
berasal dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Menurut Caroll
(dalam Sudjana 2009:40) terdapat lima faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa antara lain: (1) bakat siswa; (2) waktu yang tersedia bagi siswa; (3) waktu
yang diperlukan guru untuk menjelaskan materi; (4) kualitas pengajaran; dan (5)
kemampuan siswa. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya pencapaian
hasil belajar siswa dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses
pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.
3. Hakikat Pembelajaran IPA
Menurut Komalasari (2013 : 3) Pembelajaran merupakan suatu sistem atau
proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan
dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efesien. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata
pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).
4. Pengertian Perubahan Wujud Benda
Benda dapat berubah dari wujud satu ke wujud lain. Perubahan wujud itu
ada yang bisa kembali ke wujud asal, namun ada pula perubahan wujud yang
tidak bisa kembali ke wujud asal. Macam-macam perubahan wujud benda
menurut Ikhwan SD (2008:74-76) adalah sebagai berikut :

1. Padat ke Cair : Mencair / Melebur


Perubahan wujud dari benda padat menjadi benda cair.
Contohnya : Es batu yang mencair, Lilin mencair terkena api.
2. Cair ke Padat : Membeku
Perubahan wujud dari benda cair menjadi benda padat.
Contohnya : Air yang membeku di dalam kulkas (freezer), Lilin yang
membeku dengan sendirinya.
3. Gas ke Cair : Mengembun
Perubahan wujud dari benda gas menjadi benda cair.
Contohnya : Embun pada tanaman di pagi hari.
4. Cair ke Gas : Menguap
Perubahan wujud dari benda cair menjadi benda gas.
Contohnya : Air yang menguap terkena sinar matahari, Air yang direbus lama
kelamaan habis.
5. Padat Ke Gas : Menyublim
Perubahan wujud dari benda padat menjadi benda gas.
Contohnya : Kapur barus yang disimpan di tempat terbuka lama kelamaan
habis.
6. Gas ke Padat : Mengkristal / Mendeposisi
Perubahan wujud dari benda gas menjadi benda padat.
Contohnya : Parfum yang disemprotkan ke tubuh akan terlihat seperti butiran-
butiran kecil
5. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa
langkah-langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2011 :
56) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang
sistematis untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang diinginkan atau ditentukan. Metode pembelajaran adalah
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal
(Sanjaya, 2016 : 147).
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja
sistematis yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi
spesifik langkah-langkah konkret agar terjadi proses pembelajaran yang efektif
mencapai suatu tujuan tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik.
6. Metode Demontrasi
Menurut Devi (2010: 8) metode demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk membelajarkan siswa dengan cara menceritakan dan
memperagakan suatu kegiatan-kegiatan suatu langkah-langkah pengerjaan
sesuatu.
Dengan kegiatan demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman siswa
melalui penglihatan dan pendengaran. Siswa diminta untuk memperhatikan dan
mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham tentang
cara mengerjakan sesuatu. Tujuan pokok penggunaan metode ini dalam proses
pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan
cara melakukan sesuatu proses terjadinya sesuatu. Demontrasi yang akan
ditampilkan hendaknya menarik dan jelas sehingga siswa akan dengan mudah
memahami suatu konsep yang diajarkan dengan metode demontrasi.
Menurut Devi (2010: 9) keunggulan metode demonstrasi adalah :
1) Tidak banyak memerlukan peralatan laboratorium.
2) Penggunaan bahan praktikum tidak boros.
3) Pengembangan konsep terarah.
4) Konsep yang dipelajari akan lebih mudah diingat karena siswa melihat fakta-
fakta secara langsung.
Dari kajian-kajian tentang metode demonstrasi yang telah dijelaskan, maka
dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu cara dalam
pembelajaran yang memperagakan/mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau
benda dalam bentuk nyata atau tiruan untuk mengajak siswa memahami langkah-
langkah suatu proses. Melalui demonstrasi ini siswa akan mampu berpikir kritis
dan kreatif sejak dini.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian dengan
menggunakan metode demonstrasi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA pada materi perubahan wujud benda, antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Kustiyah (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Perubahan Wujud Benda
Melalui Metode Demonstrasi Bagi Siswa Kelas II MI Muhammadiyah Bokol
Kemangkon Purbalingga Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA
materi Perubahan Wujud Benda bagi siswa kelas II MI Muhammadiyah Bokol
Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2013/2014. Hal ini
terlihat dari: (1) Ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan dari pra siklus
sebanyak 4 siswa dari 11 siswa atau sebesar 36,4%, menjadi sebanyak 8 siswa
atau sebesar 72.7% dari 11 siswa pada siklus I, dan naik menjadi 11 siswa atau
100% dari 11 siswa pada siklus II.
Siswandri (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode
Demonstrasi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Tentang Perubahan
Wujud Benda Bagi Siswa Kelas IV di SD Inpres 54 Makbusun Kabupaten
Sorong”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus I sebesar 69.18 meningkat menjadi 80.45 pada siklus II.
C. Kerangka Berpikir
Masing-masing siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda
memperoleh hasil belajar yang berbeda pula. Mengakibatkan munculnya masalah
dalam pembelajaran karena dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda.
Kondisi sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran adalah suasana belajar
monoton, motivasi dan minat siswa rendah yang berakibat pada hasil belajar yang
rendah. Untuk itu Guru berencana melakukan perbaikan pembelajaran yang akan
di laksanakan dalam 2 siklus. Pembelajaran pada siklus I dan siklus II guru akan
mengubah metode pembelajaran yang konvensional dengan melakukan
pembelajaran dengan metode demonstrasi. Dengan metode demokrasi diharapkan
akan mengubah suasana belajar menjadi lebih kondusif/PAKEM dan dapat
meningkatkan minat, motivasi serta keaktifan siswa sehingga hasil belajar siswa
diharapkan dapat meningkat.
III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Serta Pihak yang Membantu Penelitian
1. Subjek
Siswa kelas III SDN Karangduren 04 Tengaran Kab. Semarang, Tahun
Pelajaran 2020/2021 pada mata pelajaran IPA. Jumlah siswa 10 anak terdiri dari
siswa Putra 7 anak dan siswa Putri 3 anak.
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SDN Karangduren 04 Tengaran yang beralamat
di Prokimad Jl. Merbabu No 1 RT 38 RW 10 Karangduren, Tengaran, Kabupaten
Semarang 50775. Tempat penelitian ini adalah ruang Kelas III SDN Karangduren
04 Tengaran Kab. Semarang, Tahun Pelajaran 2020/2021.
3. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan perbaikan pembelajaran telah dilaksanakan di kelas III SDN
Karangduren 04 Tengaran Kab. Semarang pada semester II tahun ajaran 2020 /
2021 dengan jumlah siswa 10 anak, mata pelajaran IPA pada:
1) Tanggal 22 April 2021 Mata Pelajaran IPA Siklus I.
2) Tanggal 27 April 2021 Mata Pelajaran IPA Siklus II
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari tiga kegiatan
yaitu prasiklus, siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu:
Perencanaan Tindakan, Pelaksanaan Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing-
masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Pelaksanakan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada dua
kali tahap muka yang masing-masing 2 x 35 menit, sesuai skenario pembelajaran
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siswa. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain.
Untuk mengetahui hasil belajar materi perubahan wujud benda kelas III SDN
Karangduren 04 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2020/2021
diadakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan
sebagai berikut:
a. Pra Siklus
Pada tahap pra siklus atau sebelum tindakan perbaikan pembelajaran, guru
melakukan kegiatan pembelajaran dengan menyiapkan rencana pembelajaran,
materi pembelajaran dan media pembelajaran. Kemudian Guru memberi
pertanyaan sebagai apersepsi diawal kegiatan. Selama pelaksanaan pembelajaran
yang bersifat reguler, guru mengamati keaktifan siswa, tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran dan nilai hasil belajar. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap keaktifan siswa, penguasaan materi siswa, maka guru
melakukan refleksi diri untuk menemukan permasalahan apa yang terjadi dalam
proses pembelajaran serta bagaimana cara mengatasinya.
b. Perbaikan Siklus 1
1) Rencana Perbaikan
Rencana perbaikan merupakan sebuah persiapan mengajar yang harus
dibuat sebelum pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
oleh guru dimulai dengan Pembuatan Rencana Perbaikan Pembelajaran Mata
Pelajaran IPA materi perubahan wujud benda. Kemudian Guru menyiapkan
media, alat peraga gambar maupun materi yang menunjang kegiatan
pembelajaran. Guru menentukan langkah-langkah proses pembelajaran baik dan
penjelasan materi, demontrasi, dan pemberian hasil belajar siswa.
2) Pelaksanaan Perbaikan
Pada waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran, Guru melaksanakan
pembelajaran sesuai Rencana Perbaikan Pembelajaran yang telah disusun pada
siklus I. Pada kegiatan pendahuluan guru membuka pelajaran dan berdoa.
Selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan
memberi apersepsi dan memberikan motivasi siswa.
Pada kegiatan inti Guru menjelaskan materi secara singkat. Guru
menyuruh siswa untuk membaca materi dalam buku teks dan Guru memberi
penjelasan singkat kepada siswa tentang materi bacaan. Kegiatan selanjutnya
adalah Guru menyiapkan alat-alat untuk demontrasi dan guru mendemontrasikan
berbagai macam perubahan wujud benda. Guru menyuruh beberapa siswa untuk
ikut mendemontrasikan perubahan wujud benda mencair, menguap dan
mengembun. Dan kemudian menyuruh siswa mempresentasikan hasil
demonsrasinya. Selanjutnya guru bertanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari. Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar kerja dan evaluasi.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, Guru memeriksa lembar kerja siswa
dan membahasnya bersama-sama. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan
hasil dari kegiatan demonstrasi.Guru mengaitkan apa yang dibaca siswa dengan
kehidupan nyata siswa. Guru memberikan pengayaan berupa tugas di rumah.dan
memberi motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya
3) Pengamatan
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan
dalam indikator. Pengamatan yang dilakukan terhadap Guru antara lain :
Penampilan guru di depan kelas, Cara menyampaikan materi pelajaran, Cara-cara
penggunaan alat-alat dan media pelajaran, Cara pengelolaan kelas, Cara merespon
pertanyaan dan pendapat siswa, Interaksi dengan siswa, Memotivasi siswa,
Memberi bimbingan individu atau kelompok dan Pengelolaan waktu.
Pengamatan yang akan dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa dilihat
dari aspek perhatian atau fokus siswa dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan
tanya jawab dan pemahaman materi serta kemampuan mendemonstrasikan alat
peraga.
4) Refleksi
Guru membuat analisa data untuk mengetahui tingkat keberhasilan
tindakan pada siklus 1 sebagai acuan untuk pelaksanaan pada siklus selanjutnya.
Pada tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi seluruh tindakan yang dilakukan
berdasar hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan di diskusikan bersama dengan
teman sejawat dan di konsultasikan dengan supervisor dengan memperhatikan
hasil tes tertulis dan hasil pengamatan, guru membuat refleksi yang berupa
beberapa pertanyaan untuk menguji sejauh mana tingkat keberhasilan pengajaran,
kemudian di buatlah kesimpulan sementara, karena dianggap belum memenuhi
target, maka penelitian akan dilanjutkan pada Siklus II.
c. Perbaikan Siklus II
1) Rencana Perbaikan
Berdasarkan refleksi diri pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I.
Pada tahap perencanaan, peneliti akan mengidentifikasi dan menganalisis serta
merumuskan masalah berdasarkan pengamatan dan refleksi siklus I. Peneliti
merencanakan penyusunan rencana perbaikan pembelajaran yang menekankan
pada pendekatan metode demonstasi. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar oleh
guru dimulai dengan Pembuatan Rencana Perbaikan Pembelajaran Mata Pelajaran
IPA materi perubahan wujud benda. Kemudian Guru menyiapkan media, alat
peraga gambar maupun materi yang menunjang kegiatan pembelajaran. Guru
menentukan langkah-langkah proses pembelajaran baik dan penjelasan materi,
demontrasi, dan pemberian hasil belajar siswa.
2) Pelaksanaan Perbaikan
Pada waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran, Guru melaksanakan
pembelajaran sesuai Rencana Perbaikan Pembelajaran yang telah disusun pada
siklus II. Pada kegiatan pendahuluan guru membuka pelajaran dan berdoa.
Selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan
memberi apersepsi serta memberikan motivasi siswa.
Pada kegiatan inti Guru menjelaskan materi secara singkat. Guru
menyuruh siswa untuk membaca materi dalam buku teks dan Guru memberi
penjelasan singkat kepada siswa tentang materi bacaan. Kegiatan selanjutnya
adalah Guru menyiapkan alat-alat untuk demontrasi dan guru mendemontrasikan
berbagai macam perubahan wujud benda. Guru menyuruh beberapa siswa untuk
ikut mendemontrasikan perubahan wujud benda mencair, menguap dan
mengembun. Dan kemudian menyuruh siswa mempresentasikan hasil
demonsrasinya. Selanjutnya guru bertanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari. Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar kerja dan evaluasi.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, Guru memeriksa lembar kerja siswa
dan membahasnya bersama-sama. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan
hasil dari kegiatan demonstrasi.Guru mengaitkan apa yang dibaca siswa dengan
kehidupan nyata siswa. Guru memberikan pengayaan berupa tugas di rumah.dan
memberi motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya
3) Pengamatan
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan
dalam indikator. Pengamatan yang dilakukan terhadap Guru antara lain :
Penampilan guru di depan kelas, Cara menyampaikan materi pelajaran, Cara-cara
penggunaan alat-alat dan media pelajaran, Cara pengelolaan kelas, Cara merespon
pertanyaan dan pendapat siswa, Interaksi dengan siswa, Memotivasi siswa,
Memberi bimbingan individu atau kelompok dan Pengelolaan waktu.
Pengamatan yang akan dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa dilihat
dari aspek perhatian atau fokus siswa dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan
tanya jawab dan pemahaman materi serta kemempuan mendemonstrasikan alat
peraga
4) Refleksi
Dari hasil pengamatan didiskusikan bersama dengan teman sejawat dan
dikonsultasikan dengan supervisor dengan memperhatikan hasil tes tertulis dan
hasil pengamatan, guru membuat refleksi yang berupa beberapa pertanyaan untuk
menguji sejauh mana tingkat keberhasilan pengajaran, kemudian di buatlah
kesimpulan pembelajaran sudah berhasil memenuhi target, maka perbaikan
pembelajaran berakhir sampai siklus II.
C. Teknik Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti, yaitu:
Pengamatan, Tes, dan Dokumentasi
2. Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, alat pengumpul data yang
digunakan guru yaitu: Soal Evaluasi dan Daftar nilai hasil belajar siswa.
3. Validasi Data
Untuk memperoleh hasil yang valid, teknik validasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Triangulasi Data. Data diambil dari hasil evaluasi siswa, dan
pengamatan yang dilakukan guru. Pengamatan yang dilakukan guru dan pengamat
saat pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II kemudian direfleksikan
di setiap akhir pembelajaran tiap siklus.
4. Analisis Data
Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan, maka data proses
pembelajaran dianalisis secara kualitatif sesuai dengan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh teman sejawat. Sedangkan data yang berupa hasil belajar (skor
siswa) dari hasil evaluasi dianalisis secara kuantitatif..
5. Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini variabel yang diteliti yaitu hasil belajar siswa materi
perubahan wujud benda dan metode pembelajaran demonstrasi. Guru akan
melakukan perbaikan pembelajaran dalam 2 siklus, dan masing-masing siklus
akan dilakukan melalui 4 tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Pada tahap perencaan, guru mempersiapkan
RPP perbaikan pembelajaran, soal-soal evaluasi dan cara penskoran hasil belajar.
Setelah tahap perencanaan dilakukan, guru melanjutkan ke tahap pelaksanaan
perbaikan pembelajaran. Ketika siklus I guru melaksanakan perbaikan
pembelajaran perubahan wujud benda dengan metode pembelajaran demonstrasi
dan pada siklus II selain metode demonstrasi juga ditambah dengan media bagan
perubahan wujud benda. Setelah selesai pelaksanaan perbaikan pembelajaran,
dilanjutkan tahap berikutnya yaitu tahap refleksi. Pada tahap refleksi, guru
membahas kelebihan dan kekurangan pelaksanaan tiap siklus perbaikan.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Uraian hasil penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah.
Maka akan diuraikan mengenai Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II pada
pembelajaran materi Perubahan wujud benda pada kelas III SDN Karangduren 04
Tengaran yang akan dijabarkan tentang pelaksanaan siklus, hasil penelitian, dan
pembahasan hasil penelitian.
1. Deskripsi Pelaksanaan Prasiklus
Hasil pengamatan yang dilakukan sebelum kegiatan perbaikan siklus I dan
siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi
perubahan wujud benda kelas III SDN Karangduren 04 Tengaran masih kurang
memuaskan. Siswa kelas III yang terdiri dari 10 siswa dengan KKM IPA 65,
hanya 3 siswa yang mencapai nilai diatas KKM, sedangkan 7 siswa yang lainnya
nilainya belum mencapai KKM, kurang berhasilnya pembelajaran pada materi ini
juga terlihat dari nilai rata-rata kelas yang hanya 61,8. Dalam aktivitas belajar
siswa di kelas juga kurang begitu memuaskan, sebagian siswa belum aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Para siswa masih senang bermain sendiri atau dengan
temannya daripada memperhatikan pelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa pada
materi perubahan wujud benda pada peserta didik kelas III sangat mungkin
disebabkan karena guru kurang variatif dalam penggunaan metode pembelajaran
yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Hal tersebut
membuat siswa tidak tertarik dan bersemangat dalam belajar dan berdampak pada
hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Berdasarkan keadaan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemahaman siswa dalam materi perubahan wujud
benda masih sangat rendah.
Tabel 4.1. Hasil Belajar Prasiklus
No Uraian pencapaian hasil Jumlah
.
1. Siswa yang mendapat nilai < 65 7
2. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 3
3. Nilai rata-rata 61.8
4. Prosentase ketuntasan 30%
Hasil siswa pada tabel di atas dari 10 siswa di kelas III hanya 3 siswa yang
berhasil memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk KKM
pada materi perubahan wujud benda adalah ≥ 65. Masih terdapat 7 siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran dan belum mencapai 85% dari
jumlah siswa. Nilai rata-rata 61,8 dengan prosentase ketuntasan sebesar 30%.
Penyebab kegagalan dalam pembelajaran pra siklus ini disebabkan antara
lain guru dalam mengajar belum menggunakan metode maupun media
pembelajaran dan menyebabkan siswa tidak terlibat aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Pemahaman Guru tentang metode pembelajaran masih kurang.
Guru kurang tepat dalam menentukan metode pembelajaran sehingga minat
belajar siswa yang rendah. Guru tidak melibatkan siswa pada penggunaan alat
peraga sehingga siswa tidak aktif. Penjelasan guru masih abstrak karena tanpa
pemanfaatan alat peraga yang konkret. Kenyataan nilai siswa yang rendah ini
mendorong untuk diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I.
Setelah dilakukannya observasi di kelas III SDN Karangduren 04
Tengaran tentang proses pembelajaran IPA dengan menggunakan data yang sudah
ada, dari hasil observasi ternyata ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru
pada saat proses pembelajaran berlangsung, diantaranya adalah kurangnya
aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran karena tidak adanya media
pendukung sehingga siswa merasa cepat bosan dan tidak fokus dalam
mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini lah yang mempengaruhi nilai pada
saat dilakukannya tes, sehingga hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud
benda masih relatif sangat rendah.
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan perbaikan dua siklus yang berkelanjutan dari siklus pertama
dan kedua. Terdiri atas empat tahap, yakni (a) tahap perencanaan tindakan, (b)
tahap pelaksanaan tindakan, (c) tahap observasi, dan (d) tahap refleksi.
a. Perencanaan Tindakan
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 22 April
2021. Pada tahap perencanaan, guru menyusun rencana pembelajaran dengan
menggunakan metode demontrasi tujuannya untuk menumbuhkan keaktifan
siswa, dengan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa tidak jenuh
ataupun bosan. Serta di dalam pembelajaran guru tidak hanya ceramah, tetapi
mengajak siswa untuk aktif.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan pada siklus I tahap kegiatan awal guru
mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru menyapa siswa, menanyakan kabar,
dan mengecek kehadiran siswa. Siswa berdoa bersama sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing dipimpin oleh salah satu siswa. Guru membuka
pelajaran dengan membawa satu gelas air es, guru melontarkan pertanyaan
tentang minuman yang diminum siswa ketika haus. Siswa memberikan
pendapatnya terhadap hal tersebut. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Setelah pembelajaran selesai anak di harapkan dapat memahami perubahan wujud
mencair, membeku, menguap, menyublim, mengembun dan mengkristal.
Pada kegiatan inti tahap ekplorasi Guru bertanya kepada siswa macam-
macam contoh perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari. Guru
memberi penjelasan singkat tentang perubahan wujud benda. Guru memberi
penjelasan singkat tentang alat-alat yang digunakan untuk demonstrasi. Pada
tahap elaborasi Guru mendemonstrasikan perubahan wujud cair menjadi gas,
padat menjadi cair, gas menjadi cair. Siswa menyimak demonstrasi guru.
Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk bertanya. Guru membentuk
kelompok demonstrasi, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Siswa melaksanakan
demonstrasi perubahan wujud cair-gas dan padat-cair. Setelah itu siswa
menuliskan hasil pengamatan di Buku Siswa dan membuat kesimpulan hasil
demonstrasi dan mempresentasikannya. Siswa melanjutkan kegiatan dengan
mengerjakan soal latihan di Buku Siswa.
Pada kegiatan penutup, Siswa dengan bimbingan guru membuat
kesimpulan. Siswa mengerjakan lembar kerja. Guru mengevaluasi hasil
pembelajaran dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah. Siswa mencatat
apa yang dibutuhkan untuk tugas percobaan selanjutnya. Tugas pertemuan 2
adalah membawa bahan dan alat untuk demonstrasi perubahan wujud cair-padat
serta padat-gas yang akan dipraktikkan di pertemuan dua. Kegiatan ditutup
dengan membaca doa penutup sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing.
c. Observasi
Pada pelaksanaan tindakan pada siklus I tahap kegiatan awal guru
mempersiapkan siswa untuk belajar. Sebelum pembelajaran dimulai guru
mengajak seluruh siswa untuk berdoa bersama kemudian dilanjutkan mengabsen
kehadiran siswa. Namun pada poin b guru belum memotivasi siswa hal ini
dikarenakan jam pelajaran IPA berada di jam terakhir sehingga guru mengalami
kesulitan untuk mengatur waktu. Guru hanya melakukan apersepsi berupa
pertanyaan guna menggali pengetahuan awal siswa terkait materi yang akan
diajarkan.
Pada tahap kegiatan inti guru membagi siswa menjadi 2 kelompok. Pada
tahap kegiatan inti setelah menjelaskan sedikit materi Guru kemudian melakukan
kegiatan demonstrasi perubahan wujud benda. Pada tahap ini guru membimbing
siswa untuk melakukan demonstrasi namun masih ada kelompok yang malah
bermain dengan alat-alat demontrasi. Guru terlihat lebih berpusat kepada salah
satu kelompok dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran guru baru menerapkan
metode ini sehingga masih butuh penyesuaian dengan suasana belajar yang baru
dan harus melakukan beberapa percobaan namun dengan waktu yang begitu
singkat. Setelah kegiatan percobaan selesai guru membimbing setiap kelompok
untuk merumuskan kesimpulan dari hasil penemuannya.
Pada tahap kegiatan akhir guru menjelaskan ulang materi yang sudah
dipelajari, kemudian membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil belajarnya.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian lembar tes berupa soal essay kepada
seluruh siswa dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang
materi perubahan wujud benda.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan pada
siklus I, sebagian besar siswa siap untuk memulai pembelajaran. Namun ada
beberapa siswa masih kurang termotivasi untuk belajar, dikarenakan pada pada
awal pembelajaran guru belum memotivasi siswa. Siswa langsung diajak untuk
melakukan kegiatan tanya jawab terkait materi yang akan diajarkan. Hal ini
mengakibatkan kurangnya minat belajar yang ada pada diri siswa, siswa menjadi
acuh dan kurang memperhatikan guru. Belum terlihat adanya siswa yang aktif
mengajukan pertanyaan kepada guru. Ketika guru melakukan apersepsi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa hanya sebagian siswa yang aktif
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pada tahap kegiatan inti tidak semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan
percobaan, masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri dan bercanda. Sebagian
kelompok ada yang aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya dan ada juga
yang mengerjakannya tanpa berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Dalam
mempresentasikan hasil diskusi pun siswa masih terlihat malu dan ragu-ragu
untuk menyampaikan hasil penemuan dari percobaan yang telah dilakukan.
Setelah peneliti melakukan pemantauan tentang sikap dan minat belajar
siswa melalui lembar observasi di hari pertama, mendapatkan hasil yang kurang
sesuai dengan apa yang sudah dirancang pada tahap perencanaan sebelum
dilakukannya tindakan. Hanya sebagian siswa saja yang sudah terlihat aktif pada
proses pembelajaran, dengan begitu perlu diadakan perbaikan ulang pada siklus II,
dimana siswa diharapkan akan lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya perolehan hasil tes dapat digambarkan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 4.2. Hasil Belajar Siklus I
No Uraian pencapaian hasil Jumlah
.
1. Siswa yang mendapat nilai < 65 6
2. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 4
3. Nilai rata-rata 68
4. Prosentase ketuntasan 60%
Hasil siswa yang disajikan pada tabel 4.2. dari 10 siswa di kelas III
terdapat 6 siswa yang berhasil memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Namun, masih ada 4 siswa yang masih mengalami kesulitan dalam
pembelajaran. Nilai rata-rata 68 dengan prosentase sebesar 60%.
d. Refleksi
Dengan berakhirnya pembelajaran pada siklus I, guru mengadakan refleksi
dengan mempelajari data yang telah dikumpulkan dan mengambil kesimpulan
bahwa pembelajaran yang dilakukan pada siklus I ternyata belum dapat memenuhi
stándar yang diharapkan, maka perlu adanya perbaikan yang dilakukan pada
pembelajaran siklus II. Dari hasil wawancara dengan teman sejawat yang perlu
mendapat perbaikan adalah pada langkah-langkah kegiatan. Terutama pada
kegiatan inti pembelajaran yaitu dalam hal penggunaan metode demonstrasi perlu
adanya perbaikan, sikap siswa yang kurang aktif serta penggunaan waktu yang
efektif perlu diperhatikan.
Dari hasil refleksi perbaikan pembelajaran siklus I dapat ditemukan
kondisi dan hasil perbaikan pembelajaran baik yang berupa keberhasilan,
kelemahan/ kegagalan dan faktor penyebabnya, sehingga dapat digunakan sebagai
alasan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
1) Keberhasilan Perbaikan Pembelajaran Siklus I
- Selama pembelajaran berlangsung aktivitas pembelajaran lumayan berjalan
lancar
- Dari hasil penilaian prasiklus sejumlah 10 siswa yang tuntas ada 3 siswa
atau 30% saja, dan yang belum tuntas ada 7 siswa atau 70%. Sedangkan
pada perbaikan pembelajaran siklus I mengalami kenaikan yang tuntas ada 6
siswa atau 60% dan yang belum tuntas ada 4 siswa atau 40%.
- Respon siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan yaitu “Bagan
Perubahan Wujud Benda” cukup baik.
- Siswa antusias dengan kegiatan belajar yang telah Guru rancang dalam RPP
terbukti dengan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran.
- Kreativitas siswa mulai meningkat setelah siswa melihat demontrasi
sederhana perubahan wujud benda yang Guru lakukan, dan siswa
mempraktikannya dengan kelompoknya masing-masing.
2) Kelemahan Perbaikan Pembelajaran Siklus I
- Dalam memotivasi siswa masih kurang, masih ada beberapa siswa yang
belum aktif dalam keterlibatan perbaikan pembelajaran.
- Penerapan metode demonstrasi belum begitu maksimal sehingga hasil
belajar yang diharapkan belum tercapai sepenuhnya.
- Pengelolaan kelas belum berhasil terbukti sebagian siswa masih gaduh dan
asik bercanda sendiri.
- Waktu pelaksanaan demonstrasi tidak tepat sesuai dengan rencana, waktu
melebihi rencana
- Pada akhir kegiatan setelah memberikan penilaian masih ada siswa yang
belum tuntas memenuhi KKM. Hai ini disebabkan kurang menguasai
konsep yang dipelajari yang diakibatkan dari kurang aktif selama kegiatan
berlangsung.
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, akan dilakukan perbaikan
pembelajaran berikutnya yaitu siklus II perlu dilakukan. Persiapan dan
perencanaan tindakan dilakukan pada hari Rabu, 28 April 2021. Melihat hasil
observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan pada siklus I
terdapat kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Maka perencanaan dirancang sebagai berikut.
a. Perencanaan Tindakan
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 28 April 2021. Guru
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran siklus II.
Persiapannya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media
pembelajaran, menyiapkan instrument penilaian, dan soal untuk tes evaluasi. Pada
tahap siklus II ini difokuskan pada pemahaman dan keaktifan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan tahap siklus II, Guru menyapa siswa, menanyakan kabar,
dan mengecek kehadiran siswa. Siswa berdoa bersama sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing dipimpin oleh salah satu siswa. Guru membuka
pelajaran dengan Tanya jawab tentang proses terjadinya es batu. Siswa
memberikan pendapatnya terhadap hal tersebut. Kemudian guru Menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti tahap eksplorasi, Guru bertanya kepada siswa macam-
macam contoh perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari. Guru
memberi penjelasan singkat tentang perubahan wujud benda dengan
menggunakan media bagan perubahan wujud benda. Guru menggali pengetahuan
siswa tentang alat-alat yang digunakan untuk demostrasi. Pada tahap elaborasi
Guru mendemonstrasikan perubahan wujud cair menjadi padat yaitu percobaan
membuat es puter. Kemudian Guru mendemonstrasikan perubahan wujud padat
menjadi gas, gas menjadi padat. Siswa menyimak demonstrasi guru. Kemudian
siswa diberikan kesempatan untuk bertanya. Guru membentuk 2 kelompok
demonstrasi, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa, anggota kelompok berbeda
dengan siklus I. Siswa melaksanakan demonstrasi perubahan wujud cair-padat dan
padat-gas. Setelah itu siswa menuliskan hasil pengamatan di Buku Siswa dan
membuat kesimpulan hasil demonstrasi dan mempresentasikannya. Siswa
melanjutkan kegiatan dengan mengerjakan soal latihan di Buku Siswa.
Pada kegiatan penutup, Siswa dengan bimbingan guru membuat
kesimpulan. Siswa mengerjakan lembar kerja. Guru mengevaluasi hasil
pembelajaran dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah. Siswa mencatat
apa yang dibutuhkan untuk tugas percobaan selanjutnya. Tugas pertemuan 2
adalah membawa bahan dan alat untuk demonstrasi perubahan wujud cair-padat
serta padat-gas yang akan dipraktikkan di pertemuan dua. Kegiatan ditutup
dengan membaca doa penutup sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing.
c. Observasi
Berdasarkan data observasi yang telah didapat pada siklus II secara garis
besar dapat terlihat bahwa aktivitas guru mengajar dengan menggunakan
demonstrasi sudah mengalami perbaikan. Berdasarkan hasil catatan observasi
pada tahap kegiatan awal guru mempersiapkan siswa untuk belajar.
Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengajak siswa untuk berdoa
bersama kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Setelah itu siswa
diajak untuk bernyanyi bersama menggerakan anggota tubuhnya hal ini bertujuan
untuk membangkitkan semangat dan minat belajar siswa. Setelah itu guru
melakukan apersepsi berupa pertanyaan dan mengulas kembali terkait materi
pembelajaran minggu lalu.
Berdasarkan data observasi siswa, pada siklus II secara garis besar dapat
terlihat bahwa aktivitas belajar siswa sudah mengalami perbaikan. Berdasarkan
hasil catatan observasi minat dan semangat belajar siswa lebih meningkat
dibandingan pada siklus I. Sebelum pembelajaran dimulai siswa bernyanyi
bersama dan menggerakan anggota tubuhnya sehingga hal ini dapat meningkatkan
minat dan semangat belajar siswa untuk memulai pembelajaran. Pada siklus II ini
sudah tidak ada siswa yang terlihat mengobrol dan bermain-main di dalam kelas.
Suasana belajar di kelas pada siklus ini lebih menarik dan tidak membosankan
karena siswa sudah mulai berani berbicara menyampaikan pendapatnya maupun
bertanya kepada guru terkait materi pembelajaran tanpa ada rasa takut dan malu.
Pada tahap kegiatan inti seluruh siswa sudah menunjukkan kerjasama yang
baik dengan teman kelompoknya. Kemampuan siswa dalam berbicara atau
mempresentasikan hasil diskusi dengan teman satu kelompoknya mengalami
peningkatan dibandingakan pada siklus sebelumnya. Pada siklus ini siswa terlihat
lebih percaya diri dan tidak ragu-ragu dalam berbicara di depan kelas
menyampaikan hasil penemuannya. Dengan terus memberikan motivasi dan
interaksi yang baik membuat siswa termotivasi dan antusias dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dari apa yang telah dilakukan baik oleh
guru maupun siswa terjadi perubahan dari proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan yang direncanakan pada siklus II ini telah
terlaksana dengan baik sesuai yang diharapkan, sehingga dicukupkan penelitian
ini sampai pada siklus II.
Pada tahap kegiatan akhir siswa mampu menyimpulkan hasil belajarnya di
depan kelas melalui bimbingan dari guru. Kemudian seluruh siswa diminta
mengerjakan lembar tes berupa soal essay yang sudah disiapkan oleh guru sesuai
dengan waktu yang sudah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa tentang materi yang sudah diajarkan.
Tabel 4.3. Hasil Belajar Siklus II
No Uraian pencapaian hasil Jumlah
.
1. Siswa yang mendapat nilai < 65 0
2. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 10
3. Nilai rata-rata 87,6
4. Ketuntasan klasikal 100%
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa nilai tes hasil belajar siswa
pada siklus II sebanyak 10 siswa dengan presentase ketuntasan sebesar 100% dan
presentase ketidaktuntasan 0,00%. Dan nilai rata-rata pada perbaikan siklus II
kembali mengalami peningkatan yaitu dari nilai rata-rata 68 menjadi 87,6.
Dari diagram diatas dapat diketahui jika nilai hasil evaluasi siklus II untuk
siswa yang range nilainya diantara 41-50 berjumlah 0 siswa, range nilai 51-60
berjumlah 0 siswa, range nilai 61-70 berjumlah 2 siswa, dan range nilai 71-80
berjumlah 1 siswa. Range nilai 81-90 berjumlah 1 siswa, dan range nilai 91-100
berjumlah 6 siswa. Analisis hasil tes siklus II dan gambar diagram di atas dalam
Mata Pelajaran IPA nilai rata-rata kelas 87,6. Siswa yang tuntas 10 siswa dengan
prosentase ketuntasan belajar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa yang dilakukan
oleh guru sudah berhasil meningkatkan prestasi siswa sesuai dengan hasil yang
diharapkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa materi perubahan wujud
benda melalui metode demontrasi.
d. Refleksi
Dengan berakhirnya pembelajaran pada siklus II, guru mengadakan
refleksi dengan mempelajari data yang telah dikumpulkan dan mengambil
kesimpulan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ternyata seluruh
siswa telah dapat tuntas KKM, maka Guru memutuskan untuk tidak melanjutkan
ke siklus berikutnya karena hasil pada siklus II diluar ekspektasi Guru yaitu anak
siswa kelas III telah tuntas KKM 100%. Dari hasil wawancara dengan teman
sejawat, pembelajaran yang dilakukan Guru sudah lebih baik daripada siklus
sebelumnya. Respon siswa terhadap media pembelajaran yang saya gunakan yaitu
“Bagan Perubahan Wujud Benda” sangat baik. Bagan tersebut mempermudah
siswa menguasai kompetensi/materi yang saya ajarkan. Sebagian besar siswa
dapat menangkap penjelasan/instruksi yang saya berikan dan anak-anak sangat
antusias mempraktekkan percobaan membuat es puter
Berdasarkan hasil observasi dari apa yang telah dilakukan baik oleh guru
maupun siswa terjadi perubahan dari proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan yang direncanakan pada siklus II ini telah
terlaksana dengan baik. Data-data yang telah diperoleh dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1) Keberhasilan Perbaikan Pembelajaran Siklus II
- Berdasarkan hasil pengamatan bahwa siswa aktif selama proses pembelajaran
berlangsung.
- Selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan semua pembelajaran
dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna. Tetapi
presentase pelaksanaannya untuk setiap aspek cukup besar.
- Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
- Setelah proses pembelajaran IPA tentang perubahan wujud benda dengan
menggunakan metode demonstari presentase ketuntasan siswa sudah
mencapai 100%. Oleh karena itu dicukupkan penelitian ini sampai pada siklus
II.
2) Kelemahan Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Walaupun kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah jauh
lebih baik dibandinng dengan siklus I, namun masih ditemukan kekurangan. Dari
hasil wawancara dengan pengamat yang perlu mendapat perbaikan adalah guru
perlu membuat strategi pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan waktu
yang tersedia sehingga tidak terkesan tergesa-gesa karena waktu yang terbatas.
B. Pembahasan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siswa kelas III SDN Karangduren 04 Tengaran memiliki pemahaman dan
penguasaan materi Perubahan Wujud Benda yang rendah. Hal ini dibuktikan
dengan rata-rata perolehan hasil tes evaluasi materi Perubahan Wujud Benda yang
masih berada di bawah KKM. Guru hanya menjelaskan materi Perubahan Wuud
Benda dengan metode ceramah tanpa ada contoh gambar, sehingga siswa belum
sepenuhnya memahami. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti
melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar materi
Perubahan Wujud Benda melalui metode demonstrasi. Tujuannya, agar siswa
mendapat hasil belajar mencapai batas KKM yang ditetapkan dalam kurikulum
yakni lebih atau sama dengan 65 dan daya serap mencapai 85%.
Tabel 4.4. Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Prasiklus,
Siklus I, dan Siklus II
Pra Siklus Siklus I Siklus II
NO Kriteria
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 3 30% 6 60% 10 100%
2. Belum Tuntas 7 70% 4 40% 0 0%
3. Nilai Rata-rata 61,8 68 87,6

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang nilainya 65 ke atas
pada evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran ada 3 siswa dari 10 siswa atau 30
%. Pada perbaikan pembelajaran siklus I terjadi peningkatan. Siswa yang
mendapat nilai 65 ke atas menjadi 6 siswa atau 60 % dan pada perbaikan
pembelajaran siklus II yang mendapat nilai 65 ke atas menjadi 10 siswa atau 100
%. Pada nilai rata-rata juga mengalami peningkatan, nilai rata-rata sebelum siklus
adalah 61,8 ,nilai rata-rata pada siklus I yaitu 68. Sedangkan pada siklus II nilai
rata-ratanya adalah 87,6.
Sejalan dengan hasil penelitian dari Kustiyah (2013) dalam penelitiannya
yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Perubahan Wujud Benda
Melalui Metode Demonstrasi Bagi Siswa Kelas II MI Muhammadiyah Bokol
Kemangkon Purbalingga Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA
materi Perubahan Wujud Benda bagi siswa kelas II MI Muhammadiyah Bokol
Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2013/2014. Hal ini
terlihat dari: (1) Ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan dari pra siklus
sebanyak 4 siswa dari 11 siswa atau sebesar 36,4%, menjadi sebanyak 8 siswa
atau sebesar 72.7% dari 11 siswa pada siklus I, dan naik menjadi 11 siswa atau
100% dari 11 siswa pada siklus II. Hal ini berarti telah mencapai indikator
keberhasilan yang ditentukan yakni 85% siswa tuntas belajar.(2) Nilai hasil
belajar mengalami kenaikan dari rata-rata 56,4 pada studi awal, naik menjadi 75
pada siklus I dan menjadi 87,6 pada akhir siklus II.(3) Aktivitas siswa dalam
pembelajaran mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II, hal itu ditunjukkan
dengan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 75% naik menjadi 87,6%
pada siklus II
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas Peningkatan Hasil Belajar
Materi Perubahan Wujud Benda Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas
III SDN Karangduren 04 Tengaran Tahun Pelajaran 2020/2021 telah sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan dalam pembelajaran IPA tentang peningkatan
hasil belajar perubahan wujud benda melalui metode demontrasi pada siswa kelas
III SDN Karangduren 04 Tengaran Kabupaten Semarang dapat meningkatkan
hasil belajar materi perubahan wujud benda. Sehingga dapat menciptakan proses
pembelajaran yang menarik. Proses perbaikan pembelajaran menggunakan
metode demontrasi, metode tersebut cukup efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPA khususnya dalam materi perubahan
wujud benda benda.
Hasil yang diperolah adalah pada siklus I dari 10 siswa yang tuntas belajar
adalah 6 siswa, ini berarti sebanyak 60% siswa. Sedangkan yang belum
memenuhi KKM adalah 4 siswa atau sebanyak 40 % . Terjadi kenaikan 3 siswa
dibandingkan sebelum diberi tindakan pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi. Pada akhir siklus II, dari 10 siswa, yang tuntas belajar mencapai 10
siswa, ini berarti sebanyak 100% siswa sudah tuntas. Terjadi kenaikan 4 siswa
dibanding siklus I, dengan peningkatan nilai rata-rata pada siklus I yang mencapai
68 menjadi 87,6 pada siklus II. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar perubahan wujud benda
melalui metode demonstrasi pada siswa siswa kelas III SDN Karangduren 04
Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2020/2021.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan diatas, hal–hal yang sebaiknya dilakukan oleh
guru dalam pembelajaran agar prestasi belajar siswa dapat meningkat antara lain :
a. Gunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi.
b. Penggunaan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran,materi ajar serta keadaan siswa.
c. Guru sebaiknya menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dengan optimal dan aktif
d. Mengadakan penilaian terhadap pengajaran yang telah diberikan, sehingga
siswa akan termotivasi untuk belajar.
e. Perlu adanya diskusi antar teman sejawat untuk perbaikan pembelajaran, agar
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. (2014). Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif,. Progresif dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.

Hamiyah, N., Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta:


Prestasi Pustakaraya.

Ikhwan,SD (2009). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI kelas IV . Jakarta : Pusat
Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. (2011). Strategi pembelajaran bahasa.


Bandung: Rosdakarya.

Jihad, A. dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi


Presindo.

Komalasari, Kokom. (2017). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi.


Bandung: Refika Aditama.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan


Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan ( Cetakan ke 12). Jakarta: Kencana Prenada Media.

Slameto. 2013.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka


Cipta.

Sudjana (2010). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Belajar.

Tarsito. Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah


Dasar. Jakarta: Kencana.
Tim Penyusun (2008). Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

Siswandri, Siswandri. "Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan


Prestasi Belajar IPA Tentang Perubahan Wujud Benda Bagi Siswa Kelas
IV di SD Inpres 54 Makbusun Kabupaten Sorong." Biolearning Journal,
vol. 10, no. 2, 2018, pp. 1-6.

Kustiyah, 1123306086 (2014) Peningkatan Hasil Belajar Ipa Materi Perubahan


Wujud Benda Melalui Metode Demonstrasi Bagi Siswa Kelas II MI
Muhammadiyah Bokol Kemangkon Purbalingga Tahun Pelajaran
2013/2014. http://repository.iainpurwokerto.ac.id/1621/

Anda mungkin juga menyukai