Anda di halaman 1dari 68

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN PEMERIKSAAN PAJAK

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)

( Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Kupang)

SOPHIANA C.J ANUNUT

17193813

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekononi

Guna memenuhi sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

2021

1
MOTO

Selalu Ada Harapan Jika Kita

Selalu Percaya dan

Mengandalkan Tuhan

2
PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Dipersembahkan Kepada :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

2. Orang tuaku tersayang Bapak Frederikus Anunut dan Ibu Fonnyke Juliana

Lapitonung.

3. Adik-adikku tersayang Putra, Frenal, Vera dan Gusti.

4. Keluarga besar Anunut dan Lapitonung.

5. Almamaterku Universitas Kristen Artha Wacana yang dibanggakan.

3
KATA PENGENTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-

Nya, sehinggah skripsi dengan judul : “Pengaruh Self Assessment System dan

Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)” dapat

terselesaikan dengan segala kekurangan penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari betul sepenuhnya masih

terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Hal tersebut terjadi karena

keterbatasan kemampuan dan wawasan yang dimiliki penulis.ketika rasa

kecemasan dan rasa enggan datang menyelimuti penulis, bantuan dari berbagai

pihak penulis rasakan sangat begitu berarti. Karena itu penulis tak lupa

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang telah

bantuan baik moril maupun material dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga

segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan di balas Tuhan Yang

Maha Esa. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ayub Urbanus Imanuel Meko, Msi selaku Rektor Universitas

Kristen Artha Wacana Kupang yang mendukung penulis dalam

menyelesaikan Pendidikan di UKAW Kupang.

2. Bapak Jusuf Aboladaka , SE.M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Atas

dukungan sehingga penulis diberikan kesempatan belajar dan

menyelesaikan studi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Artha

Wacana Kupang.

4
3. Ibu Yuningsih N. Christiani, SST.M.Ak. Selaku Ketua Program Studi

Akuntansi ysng tidak mengenal Lelah memimpin program studi akuntansi

dan selalu memberikan motivasi bimbingan dan arahan bagi penulis dalam

penulisan skripsi.

4. Ibu Dr. Damaris Y. Koli, SE.,MP. Selaku Wakil Dekan I Fakultas

Ekonomi yang tidak mengenal lelah memberikan pembinaan dan

pelayanan bagi penulis selama dibangku Pendidikan.

5. Ibu Yuningsih N. Christiani, SST.M.Ak. Selaku Dosen Penasehat

Akademi yang selalu memberikan motivasi dan selalu menasehati penulis

selama dibangku Pendidikan.

6. Ibu Yuningsih N. Christiani, SST.M.Ak. Selaku Pembimbing I dan Bapak

Jems A. Zacharias, SE.,M.Si. selaku Pembimbing II yang dengan sangat

iklas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta

memberikan saran kepada penulis selama pelaksanaan penulisan skripsi.

7. Bapak Jusuf Aboladaka , SE.M.Si. Selaku Penguji Utama Dan Ibu Herny

C. Fanggidae, SE.,M.si. Selaku Penguji Anggota yang telah banyak

memberikan masukan bagi penulis.

8. Seluruh Staf Dosesn FE-UKAW yang telah mengajar dan mendidik

penulis selama dibangku kuliah.

9. Kedua Orang Tua Tercinta yang selalu mendukung dan mendokan penulis

dalam situasi apapun.

10. Saudara-saudariku tersayang yang selalu mendukung dan mendoakan

saya, Putra, Frenal, Vera, Gu, Agil, Kemal, Mea, Debi, Alpo, Teni, Tesa,

5
Diki, Deri, Bela, Gio, Eto, Nina , Fabio, juano, Quin, Erik, Karlos dan

untuk semua saudara/i yang tidak sempat disebut.

11. Keluarga besar yang menjadi salah satu pendukung setia dalam doa untuk

penyusunan skripsi ini.

12. Untuk sahabat-sahabatku tercinta, Vanti, Tia, Meli, Nena, Dimas, Sia dan

Nadia yang selalu mengsuport dan selalu bersama-sama dari awal

perkuliahan sampe pada titik terakhir ini.

13. Teman-teman seperjuangan Akf”17 yang telah membantu dan mendukung

penulis dalam penyusunan skripsi khususnya Liven dan teman-teman

lainnya yang tidak dapat disebut satu-persatu.

Penulis menyadari penyajian skripsi ini banyak kekurangan serta masih

jauh dari kesempurnaan. Besar harapan semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat serta membantu menunjang perkembangan ilmu dan pengetahuan di masa

yang akan datang.

Kupang, Agustus 2021

Penulis

6
DAFTAR ISI

7
8
DAFTAR TABEL

9
DAFTAR GAMBAR

10
DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Tabulasi Koesioner

2. Hasil Uji Data SPSS Versi 2020

3. Dokumentasi Foto Penyerahan dan Pengambilan Koesioner

4. Surat Ijin Pra Peneliti dari Fakultas Ekonomi Universitas Kristes Artha

Wacana Kupang

5. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha

Wacana Kupang

6. Surat Persetujuan Ijin Riset dari Kantor Pelayan Pajak Pratama Kupang

7. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Kantor Pelayan Pajak

Pratama Kupang

11
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Sellf Assessment System Dan

Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)” (Studi

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang).

Penelitian ini betujuan untuk menguji pengaruh Sellf Assessment System

Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) pada

kantor pelayanan pajak pratama kupang. Data penelitian in diperoleh dari

kuesioner yang disebarkan kepada pegawai kantor pelayanan pajak pratama

kupang.

Populasi penelitian ini adalah pegawai KPP Pratama Kupang. Sampel yang

digunakan sebanyak 40. Subyek penelitian yakni pegawai KPP Pratama Kupang.

Objek penelitian ini di KPP Pratam Kupang. Data diolah dengan SPSS versi 20

dengan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan analisis regresi linear berganda.

Pengaruh sellf assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap

penerimaan pajak penghasilan (PPh) sebesar 36,8% dan sisanya 63,2%

dipengaruhi oleh variabel diluar model penelitian. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut menunjukan pengaruh sellf assessment system dan pemeriksaan pajak

berpengaruh posistif signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan (PPh).

Kata Kunci: Sellf Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Penerimaan Pajak

Penghasilan

12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sumber- sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor,

dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Sumber-

sumber penerimaan Negara tersebut berasal dari penjualan sumber daya alam,

laba perusahan BUMN, ibah dan sumbangan dari luar negeri, pajak dan lain-lain.

Sejak tahun 1983 pemerintah melakukan reformasi di bidang perpajakan

dimana salah satunya terdapat perubahan system pemungutan dari yang semula

berbentuk official assessment system berubah menjadi self assessment system.

Dalam official assessment system tanggung jawab pemungutan terletak

sepenuhnya pada petugas pajak, sedangkan dalam self assessment system wajib

pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar/menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai

dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

perpajaka. Berdasarkan data dari komposisi penerimaan dalam negeri sebelum

dan sesudah dilakukannya reformasi pajak maka terdapat perbedaan yang cukup

besar. Tahun 1980-an sector perpajakan menyumbang 36,9 % dari total

penerimaan negara, sedangkan pada tahun 2000-an perpajakan menyumbang

68,2%.

Self assessment system merupakan suatu sistem pengungutan pajak dimana

wajib pajak (WP) mempunyai hak dalam melapor, menghitung maupun menyetor

13
sendiri banyaknya pajak yang harus dibayarkan (Rahayu, 2010:101). Saranan

untuk melapor, menghitung, maupun membayar sendiri pajak yaitu dengan

menggunakan surat setoran pajak (SSP) dan surat pemberitahuan (SPT)

(Mardiasmo, 2009: 29). Penerapan self assesment system dengan cara memberi

wewenang penuh kepada wajib pajak juga mempunyai resiko ketidakbenaran

dalam pengisian maupun pembayaran jumlah pajak yang seharusnya dibayar

sehingga dampaknya penerimaan dari pajak tidak optimal. Oleh karena itu dalam

administrasi perpajakan juga dikenal adanya pemeriksaan pajak.

Pemeriksaan adalah suatu proses pengawasan kepatuhan wajib pajak dengan

cara mengumpulkan, dan mengolah data atau keterangan lainnya (Gunadi, et al.

2001: 51). Pemeriksaan pajak merupakan pilar dari penegakan hukum ( Law

enforcement). Tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan wajib

pajak dan bukan untuk menetapkan besarnya pajak terhutang, akan tetapi surat

ketetapan pajak dapat timbul akibat dari pelaksanaan pemeriksaan pajak (Gunadi,

2002 dalam Wicaksono, 2010). PPh merupakan salah satu jenis pajak yang sistem

pengumutannya menggunaka self assessment system dan memiliki kontibusi

terbesar dalam penerimaan negara dari sektor pajak.

Beberapa penelitian dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu mengenai self

assessment system, diantaranya Sudayo (2013) meneliti tentang pengaruh self

assessment system terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Surakarta.

Hasil penelitian menunjukan bahwa self assessment system berpengaruh terhadap

penerimaan pajak penghasilan. Menurut Paulus Silalahi (2015) hasil penelitian

14
menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh jumlah SPT yang dilaporkan terhadap

penerimaan pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Adelina Simanungkalit (2015) mengenai

pemeriksaan pajak menunjukan bahwa variabel pemeriksaan pajak merupakan

variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pada KPP

Pratama Bitung. Menurut Pamber (2016) menunjukan bahwa pemeriksaan pajak

tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Pekanbaru.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan

penelitian dengan judul “ Pengaruh Self Assessment System Dan Pemeriksaan

Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) “ ( Studi Pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kota Kupang).

1.2. MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan dalam

penelitian ini adalah : “ Pengaruh Self Assessment System Dan Pemeriksaan Pajak

Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh). “ ( Studi Pada Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Kota Kupang).

1.3. PERSOALAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah penelitian diatas, maka perumusan persoalan yang akan

dibahas adalah:

1. Apakah adanya pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) ?

2. Apakah adanya pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) ?

15
1.4. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Sesuai dengan masalah peneliti yang telah di identifikasikan sebelumnya,

maka tujuan penelitian ini adalah :

1.4.1. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apakah self Assessment System berpengaruh terhadap

penerimaan pajak penghasilan (PPh) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Kota Kupang.

2. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap

penerimaan pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Kota Kupang.

1.4.2. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran atau

memperkaya konsep-konsep terhadap pengetahuan Pengaruh Self

Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan, pengalaman baru serta penerapan

langsung dalam memahami pengaruh Self Assessment System dan

16
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan (PPh) di

kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Kupang.

b. Bagi intansi terkait

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi, masukan, maupun

pertimbangan bagi KPP Pratama Kota Kupang yang berwenang

sehubungan dengan pengaruh Self Assessment System dan pemeriksaan

pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan (PPh) dalam penetapan

kebijakan pada pelaksanaan atau penggunaan suatu sistem pengumutan

yang di terapkan pada pajak penghasilan serta mengoptimalkan

penerimaan Negara.

17
BAB II

LANDASAN TEORI

.1. Landasan Teori

2.1.1. Dasar-dasar Perpajakan

Dilihat dari pendapatan yang diterima oleh Negara, penerimaan pajak

merupakan penerimaan yang dominan dari seluru penerimaan Negara. Banyak

ahli memberikan batasan tentang pajak, tetapi mempunyai maksud dan tujuan

yang sama.

2.1.1.1. Pengertian Pajak

Pajak menurut Undang - Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang

perubahan ke empat Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi bahwa “pajak

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Menurut Rochmat Soemitro (2006:1) menyatakan bahwa “pajak adalah

iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung

dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

18
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada Negara Yang berhak memungumut pajak

hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang Pajak dipungut berdasarkan atau dengan

kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaan nya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontra prestasi dari Negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiyayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.1.2. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, menurut Mardiasmo (2016:4) yaitu:

1. Fungsi pajak anggaran ( Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk

membiyayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi. Contoh :

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

19
2.1.1.3. Jenis-jenis pajak

Menurut Mardiasmo (2016:7) jenis-jenis pajak dikelompokan

menjadi tiga, yaitu :

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain. Contoh : pajak penghasilan

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : pajak

pertambahan nilai

2. Menurut sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memerhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : pajak penghasilan

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memerhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang

mewah.

3. Menurut lembaga pemungutanya

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

Contoh : pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak

penjualan atas barang mewah, dan Bea Materai

20
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah

terdiri atas :

a) Pajak provinsi, contoh : pajak kendaraan bermotor dan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor.

b) Pajak kabupaten /kota, contoh : pajak hotel, pajak restoran dan

pajak hiburan.

.1.1.4. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pengumutan pajak menurut Mardiasmo (2016:9) ada tiga

yaitu:

1. Official Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak

dimana wewenang untuk menghitung besarnya pajak terhutang oleh

seseorang berada pada pemungut atau aparatur pajak, dalam hal ini

Wajib Pajak bersifat pasif, menunggu ketetapan dari aparatur pajak,

hutang baru timbul bila sudah ada surat ketetapan pajak dari aparatur

pajak.

2. Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak dimana

wewenang untuk menghitung besarnya pajak terhutang berada pada

wajib pajak. Dalam sistem ini wajib pajak harus aktif menghitung,

memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus

tidak turut campur dalam perhitungan besarnya pajak terhitung kecuali

wajib pajak menyalahi aturan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya

pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak karena inisiatif

21
kegiatan dan peran dominan berada pada wajib pajak, meskipun masih

ada peran aparatur pajak dalam hal wajib pajak menyalahi aturan.

3. Withholding System yaitu sistem pemungutan pajak dimana Wajib

Pajak diberi wewenang untuk menentukan objek pajak yang terkait

dengan transaksinya dengan pihak lain dan menentukan besarnya pajak

yang harus dipotong atau dipungutnya sesuai dengan objek pajak

tersebut serta menyetorkan dan melaporkan pajak yang telah dipotong

atau dipungut. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak

tergantung pada Wajib Pajak yang berwenang melakukan pemotongan

atau pemungutan.

2.1.2. Wajib Pajak

.1.2.1. Pengertian Wajib Pajak

Wajib pajak yang diatur oleh Undang-Undang No 16 Tahun 2009

Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu “ Wajib pajak

adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pembayaran pajak,

pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak serta

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan”.

Menurut Abdul Rahman (2010:32) Wajib pajak adalah orang

pribadi atau badan yang ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan

yaitu memungut atau memotong pajak tertentu yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

22
wajib pajak adalah subyek pajak yang terdiri dari orang pribadi atau badan

yang memenuhi syarat-syarat obyektif yang ditentukan oleh Undang-

Undang, yaitu menerima atau memperoleh penghasilan kena pajak yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2.1.2.2. Kepatuhan Wajib Pajak

Menutut Sofa (2008), Kepatuhan perpajakan merupakan suatu

keadaan keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan.

Kepatuhan memenuhi perpajakan secara sukarela merupakan tulang

punggung self assessment system, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab

menetapkan sendiri perpajakannya dan kemudian secara akurat dan tepat

waktu membayar serta melapor pajaknya tersebut.

Menurut Sofa (2008) ada dua macam kepatuhan yaitu, kepatuhan

formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan

diman Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai

dengan ketentuan formal dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan

material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif/hakikat

memanuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa

undang-undang perpajakan. Kepatuhan material meliputi juga kepatuhan

formal.

23
2.1.2.1. Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003

sebagaimana dikutip Wicaksono (2010), Wajib Pajak dimasukan dalam

kategori Wajib Pajak patuh apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Tetap waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan

dalam 2 (Dua) tahun terakhir

b) Dalam tahun terakhir penyampai an SPT Masa yang terlambat tidak

lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak

berturut-turut

c) SPT masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b

telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT

Masa masa pajak berikut

d) Tidak mempunyai tunggakan pajak yang semua jenis pajak :

 Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau

menunda pembayaran pajak

 Tidak termaksuk tunggakan pajak sehubung dengan SPT

yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir

e) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana

di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun

terakhir

f) Dalam hal laporan keuangan diadut oleh Akuntan Publik atau Badan

Pengawas keuangan dan pembangunan harus dengan pendapat wajar

24
tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan

pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi

laba rugi fiskal.

2.1.3. Self Assesment System

2.1.3.1. Pengertian Self Assesment System

Definisi self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu

(2017:111) adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan

kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban

dan hak perpajakannya. Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak untuk

memperoleh NPWP. Dalam hal ini dikenal dengan menetapkan sendiri

jumlah pajak yang terutang melalui pengisian SPT (Surat Pemberitahuan)

dengan baik dan benar.

Menurut Mardiasmo (2016), sistem self assessment adalah suatu

sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk

menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri sistem self

assessment adalah:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada wajib pajak

sendiri.

2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Sedangkan menurut Resmi (2014:11), self assessment system adalah

25
sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak

dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak

sepenuhya berada ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap dapat

menghitung pajak, dapat memahami undang-undang perpajakan yang sedang

berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti

pentingnya membayar pajak.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa self assessment system

adalah pengumutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung

jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar

dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

2.1.3.2. Prasyarat Self Assessment System

Menurut Erly Suandy (2011:128) dalam rangka melaksanakan Self

Assessment System ini diperlukan prasyarat yang harus dipenuhi untuk

menunjang keberasilan dari pelaksanaan sistem pemungutan ini, yaitu :

a. Kesadaran wajib pajak (Tax Conesciousness), yaitu wajib pajak mau

dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti

mendaftarkan diri, menghitung membayar dan melaporkan jumlah

pajak terutangnnya.

b. Kejujuran wajib pajak, yaitu wajib pajak melakukan kewajibannya

dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan

26
didalam sistem ini karena fiskus memberi kepercayaan kepada wajib

pajak untuk mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan

melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutangnya.

c. Kemauan membayar pajak dari wajib pajak (Tax Mindedness), yaitu

wajib pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakannya,

namun juga dalam dirinya memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi

dalam membayar pajak terutangnnya.

d. Kedisiplinan wajib pajak (Tax Discipline), yaitu wajib pajak dalam

melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan tepat waktu

sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

.1.3.3. Hambatan pelaksanaan Self Assessment System

Selain itu juga terjadi hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan

pemungutan pajak yang dapat dikelompokan menjadi dua sebagaimana

diungkapkan Mardiasmo (2016:10), yaitu :

1. Perlawanan pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan

antara lain :

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.

c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan

baik.

27
2. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan

oleh wajib pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain :

a. Tax avoidabce, usaha untuk meringankan beban pajak dengan tidak

melanggar undang-undang.

b. Tax evasion, usaha untuk meringankan beban pajak dengan cara

melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).

.1.3.4. Indikator Self Assessment System

Kewajiban wajib pajak dalam Self Assessment System menurut

Khasanah (2014:16-18) menjelaskan bahwa :

1. Mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak.

Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke

kantor pelayanan pajak (KPP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal

atau kedudukan wajib pajak, dan dapat melalui e-register (media

elektronik online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Menghitung pajak oleh wajib pajak.

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak

terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara

mengalihkan tarif pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan,

memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terhutang tersebut

28
dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal

sebagai kredit pajak (prepayment). Selisih antara pajak yang terutang

dengan kredit pajak dapat berupa kurang bayar, lebih bayar atau nihil.

3. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak

Membayar pajak yaitu melakukan pembayaran pajak tepat pada

waktu sesuai jenis pajak. Pelaksanaaan pembayaran dapat dilakukan di

bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantot pos dengan

menggunkan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat di ambil di KPP

terdekat atau melalui e-payment.

4. Pelaporan dilakukan oleh wajib pajak.

Pelaporan yang dimaksud adalah pelaporan surat pemberitahuan

(SPT) yang memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak

didalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah

pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat pemberitahuan

berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, baik

yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme

pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga,

melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotongan atau

pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah

dilakukan.

29
.1.4. Pemeriksaan Pajak

2.1.4.1. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, system pemungutan pajak

di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment

system. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan self

assessment system, perlu di ikuti dengan tindakan pengawasan guna

mewujudkan tercapainya sasaran kebijaksanaan perpajakan. (Suandy,

2008:93)

Pemeriksaan paja merupakan salah satu hak yang dimiliki fiskus

sesuai pasal 29 undang-undang KUP. Pemeriksaan pajak dilakukan oleh

pemeriksa pajak yang telah memiliki tanda pengenal pemeriksa serta

dilengkapi dengan surat perintah pemeriksaan yang harus diperlihatkan

kepada wajib pajak yang akan diperiksa. (Ilyas dan Burton, 2004:66).

Pemeriksaan pajak menurut pasal 1 angka 24 undang-undang KUP

sebagaimana dikutip Ilyas dan Burton, (2004:66) adalah : “ Serangkaian

kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan

lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan

untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

30
.1.4.2. Jenis- Jenis Pemeriksaan Pajak

Suandy (2008:94) menyatakan bahwa tujuan pemeriksaan pajak

adalah untuk :

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dan

untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam

hal :

a. Surat pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak,

termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan

kelebihan pajak.

b. Surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan menunjukan rugi.

c. Surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak

pada waktu yang telah ditetapkan.

d. Surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang

ditentuksn oleh dirjen pajak.

e. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban surat

pemberitahuan tidak dipenuhi.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan

yang dilakukan dalam rangka :

a. Pemerintahuan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan.

31
b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak.

d. Wajib pajak mengajukan keberatan.

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma perhitungan

penghasilan neto.

f. Pencocokan data dan atau keterangan.

g. Penentuan wajib pajak berlokasi didaerah terpencil.

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang pajak pertambahan nilai.

i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

untuk tujuan lain selain angka 1 sampai 8.

2.1.3.2. Tujuan Pemeriksaan Pajak

Suandy (2008:94) menyatakan bahwa tujuan pemeriksaann pajak

untuk :

a) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

dan untuk tujua lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perudang-undangan perpajakan. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam

hal :

1) Surat pemberitahuan menunjukan kelebihan peembayaran

pajak, termaksuk yang telah diberikan pengembalian

pendahuluan kelebihan pajak.

2) Surat pemberitahuan pajak penghasilan menunjukkan rugi.

32
3) Surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan

tidak pada waktu surat yang ditetapkan.

4) Surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang

ditentukan oleh Dirjen Pajak.

5) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban surat

pemberitahuan tidak dipenuhi.

b) Tujuan lain dalam ranka melaksanakan ketentuan peraturan

perundng-undangan perpajakan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan

yang dilakukan dalam rangka :

1) Pemberitahuan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.

2) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

3) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusuha Kena

Pajak.

4) Wajib Pajak mengajukan keberatan.

5) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghasilan

Neto.

.1.4.3. Metode Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak pada dasarnya tidak berbeda dengan

pemeriksaan akuntan public, hanya saja pemeriksaan pajak lebih

memfokuskan pemeriksaan secara mendalam terhadap bidang-bidang yang

diragukan kebenarannya, dan pemeriksaan pajak mempunyai kewenanga

33
untuk mencari dan mengalihkan pendapatan yang tersembunyi diluar

pembukuan ( Suandy, 2000:131).

Menurut Suandy (2000:131) pelaksanaan pemeriksaan pajak pada

umunya dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mengevaluasi, yaitu menilai kelengkapan surat pemberitahuan termasuk

lampiran-lampiran.

2. Menganalisis, yaitu kegiatan pengecekan dan perhitungan kembali

secara matematis terhadap angka-angka pada surat pemberitahuan

neraca, dan daftar laba rugi, antara lain dengan cara membandingkan

laporan keuangan wajib pajak dengan tahun-tahun sebelumnya, analisis

rasio dan analisi penyimpangan.

3. Mentrasir angka-angka dan dokumen yaitu dilakukan dengan

penelusuran pemeriksaan sesuai dengan urutan jejak pemeriksaan (audit

trail) yang meliputi dokumen interen dan eksteren.

.1.4.4. Laporan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksa membuat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Hasil

pemeriksaan harus diberitahukan kepada wajib pajak bila terdapat perbedaan

antara surat pemberitahuan (SPT) dengan hasil pemeriksaan. Menurut

Suandy (2000:135) pelaksanaan pemeriksaan secara operasional pada

dasarnya meliputi kegiatan untuk :

1. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat wajib pajak dalam hal

surat pemberitahuan wajib pajak menyatakan lenbih bayar.

34
2. Mengawasi dan membinah kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib

pajak dalam memenuhi ketentuan perundang-undangan perpajakan.

3. Menguji kelengkapan dan kebenaran materil dari pengisian surat

pemberitahuan.

4. Menentukan kepastian tentang keadaan wajib pajak yang sebenarnya

baik dari segi administrasi maupun potensi fiskalnya.

Menurut pasal 1 undang-undang republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2007 dalam Wicaksono (2010) tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan, surat ketetapan pajak (SKP) yang diterbitkan meliputi :

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat

ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah

kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya

sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus di bayar.

SKPKB dapat diterbitkan apabila :

a. Jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang di bayar

berdasarkan hasil pemeriksaan pajak.

b. SPT tidak disampaikan tepat waktu, setelah ditegur secara

tertulis tidak juga di sampaikan dalam waktu menurut

suratteguran.

35
c. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak

dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak

terutang.

2.1.3.4.4.5. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Ruang lingkup pemeriksaan merupakan cakupan dari jenis pajak

dan periode dari pencatatan atau pembukuan yang menjadi objek untuk

dilakukan pemeriksaan. Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa

atau seluruh jenis pajak baik satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun

Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.

Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanaan

ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan dapat meliputi

penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan

tujuan pemeriksaan.

2.1.5. Penerimaan Pajak Penghasilan

2.1.5.1. Pengertian Pajak Penghasilan

Berdasarkan pasal 1 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, Pajak

Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diterima atau di perolehnya dalam tahun pajak.

Pajak penghasilan pasal 25 yaitu, besarnya angsuran pajak

penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh

wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan utuk setiap bulan dari

36
masa pajak januari sampai dengan masa pajak desember. Ansuran pajak

PPh pasal 25 harus dibayarkan atau disetorkan setiap bulan paling lambat

tanggal 15 bulan berikut. Apabila tanggal 15 merupakan hari l ibur termasuk

hari sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran atau penyetoran pajak

tersebut dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Pembayaran atau penyetoran pajak ini dimaksudkan untuk

meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak terutang. Ansuran

pajak penghasilan pasal 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak

terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada

akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam surat pemberitahuan (SPT) tahunan

pajak penghasilan.

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar

sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan

yang terutang menurut surat pemberitahuan pajak tahunan pajak penghasilan

tahun pajak yang lalu dikurangi dengan :

1. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal

21 dan pasal 23, serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana

dimaksud dalam 22.

2. Pajak penghasilan yang dibayara atau terutang di luar negeri yang bleh

di kreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24.

37
2.2. Konsep Penelitian

konsep penelitian ini mendiskripsikan tentang :

Penerapan self assessment system merupan system pemungutan pajak

yang membebankan penentuan besaran pajak yang erlu dibayarkan oleh

wajib pajak yang bersangkutan. Dengan kata lain wajib pajak merupakan

pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar dan melaporkan

besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui system

administrasi online yang sudah di buat oleh pemerintah.

self assessment system adalah suatu jenis pemungutan pajak yang

melimpahkan wewenang kepada wajib pajak dalam menentukan sendiri

besarnya pajak yang seharusnya dibayar (Halim, et al.2014:7)

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari,

mengumpulkan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lainnya untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lainnya

dalam rangka melaksanakan perundang-undang perpajakan.

Suandy (2011:101) menjelaskan bahwa pemeriksaan pajak adalah

kegiatan mencari , mengumpulkan, mengulah data dan keterangan lain

dengan tujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban pajak dan untuk

tujuan lain.

PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang

pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam

38
suatu tahun pajak. Penghasilan yang dimaksud dapat berupa keuntungan

usha, gaji, honorarium, hadiah dan yang lainnya.

PPh merupakan suatu jenis pajak pengenaannya kepada subjek pajak

terhadap suatu pendapatan, penerimaan maupun penghasilan yang

didapatkan oleh subjek.

2.3. HIPOTESIS DAN KERANGKA DASAR PENELITIAN

2.3.1. Hipotesis Penelitian

Dengan di terapkan self assessment system, maka akan mendorong

wajib pajak untuk dapat lebih percaya dengan mekanisme perpajakan di DJP

sehinggah pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik

oleh wajib pajak baik menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang

terutang dan seluruhnya dipertanggungjawabkan di dalam SPT. Self

assessment system menyebabkan timbulnya tunggakan pajak. Dalam

mengatasi masalh tersebut maka dilaksanakan pemeriksa dan penagihan

pajak.

Berdasarkan penguraian ini, maka hipotesis yang diajukan sebagai

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai

berikut :

39
1. Pengaruh Self assessmet system terhadap penerimaan pajak penghasilan

(PPh)

Self Assessment Sistem merupakan system pemungutan pajak yang

membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh

wajib pajak yang bersangkutan. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:111)

Self Assessment System adalah suatu sistem perpajakan yang memberi

kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan

sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Mendaftarkan diri di Kantor

Pelayanan Pajak untuk memperoleh NPWP. Dalam hal ini dikenal

dengan menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui

pengisian SPT (Surat Pemberitahuan) dengan baik dan benar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan Self Assessment Sistem

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan (PPh)

H1 : Self assessmet system berpengaruh terhadap penerimaan pajak

penghasilan (PPh)

2. Pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan

(PPh)

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan

mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lainnya untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lainnya dalam

rangka melaksanakan perundang-undang perpajakan. Pengaruh

40
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak enghasilan (PPh) terjadi

kofesien bernilai positif dan signifikan dengan peneerimaan pajak

penghasilan (PPh). Semakin banyak pemeriksaan pajak melakukan

pemeriksaan maka penerimaan pajak penghasilan akan semangkin

meningkat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan pemeriksaan pajak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan (PPh)

H2 : Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak

penghasilan (PPh)

2.3.2. Kerangka Dasar Peneliti

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai

konsep teori . UU Perpajakan di Indonesia yang menganut self assessment

system, dimana dalam sistem ini Wajib Pajak diberikan keleluasaan dan

kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya sendiri

atas transaksi yang dilakukannya. Dengan kepercayaan yang telah diberikan

kepada Wajib Pajak dengan self assessment system, maka aparat pajak hanya

bertugas untuk melakukan pengawasan/pemeriksaan pajak terhadap

penerimaan pajak penghasilan yang di terima.

Kerangka konseptual merupakan gambaran dari pola hubungan antara

variabel-variabel penelitian yang hendak diuji. Dengan kerangka konseptual,

akan dapat diketahui kajian teori dasar yang dibutuhkan, metode pemecahan

masalah, dan prediksi atas hasil pengujian yang akan dilakukan. Maka

41
kerangka konsep serta variabel dalam penelitian ini secara sistematis dapat

digambarkan sebagai berikut :

Self Assessmet

system (x1)
PenerimaanPaja

k Penghasilan
Pemeriksaan
(PPh) (y)
Pajak (x2)

42
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Silalahi (2003:58) adalah suatu kumpulan yang menjadi

unsur dari mana sampel itu diambil. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai

di kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Kupang , dengan jumlah 109 pegawai.

3.1.2. Sampel Penelitian

Mengingat tidak semua pegawai terkait langsung dalam pemeriksaan pajak,

maka penelitian ini akan dilakukan berdasarkan sampel. Sampel menurut

Arikunto (2010:134-185) merupakan : sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Jensi teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive

sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan oleh peneliti jika peneliti memiliki

pertimbangan-pertimbangan atau kriteria tertentu didalam pengambilan sampel

yang sesuai dengan tujuan peneliti.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 pegawai adalah pegawai KPP

Pratama Kota Kupang yang bertugas dan berkaitan dengan :

1. Seksi Pemeriksaan Pajak : 13 orang

2. Seksi pengawasan I : 8 orang

3. Seksi Pengawasan II : 7 orang

4. Seksi pengawasan III : 6 orang

5. Seksi penagihan, penilaian dan pemeriksa : 6 orang

43
Fokus data yang di amati adalah wajib pajak yang berbentuk badan.

Dipilihnya data ini karena wajib pajak badan merupakan wajib pajak yang

memiliki potensi untuk peningkatan penerimaan pajak. Disamping itu dipilihnya

sampel wajib pajak badan karena wajib pajak badan lebih legal dan perusahaan

lebih professional dalam penyampaian data keuangan, sehinggah dala

mempermudahkan system pemeriksaan pajak.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk kepentingan penelitian ini adalah :

1. Kuesioner

Kuesioner didistribusikan secara personal, sehingga peneliti dapat

berhubungan langsung dengan responden dan memberikan penjelasan

seperlunya dan kuesioner dapat langsung dikumpulkan setelah selesai

dijawab responden.

Kuesioner didistribusikan langsung kepada pegawai pajak pada KPP Pratama

Kota Kupang. Kemudian diolah berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Menurut Jogianto (2004) pengukuran (measurement) adalah pemberian nilai

properti dari suatu obyek. Setelah konsep dapat didefinisikan untuk dapat

diukur, maka diperlukan alat untuk mengukurnya yaitu yang disebut dengan

skala. Untuk mengukur variable di gunakan skala ordinal. Menurut sugiyono

(2010:98) skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya

menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang

diukur.

44
Jawaban yang diberikan oleh responden, diberi nilai yang mereflesikan secara

konsisten dari sikap responden. Jawaban dari responden akan diberi skor

yaitu :

a) Jawaban Sangan Setuju (A) diberi skor 5

b) Jawaban Setuju (B) diberi skor 4

c) Jawaban Cukup Setuju (C) diberi skor 3

d) Jawaban Tidak Setuju (D) diberi skor 2

e) Jawaban Sangat Tidak Setuju (E) diberi skor 1

2. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:340) dokumentasi merupakan catatan peristiwa

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan gambar atau momentul dari

seseorang.

3.3. Indikator Empirik Dan Skala Pengukuran Konsep

Sesuai dengan judul penelitian yang penulis pilih, yaitu ”Pengaruh Self

Assessment System dan pemeriksaan pajak terhadap pajak penghasilan (PPh)

(Studi Pada Kantor Pelayana Pajak Pratama Kota Kupang”. Pengukur

menurut Arikunto (206:116) adalah gejala penelitian yang bervariasi yang

mendukung dalam pembahasan masalah ini.

45
Tabel 3.1.

Indikator Empirik

No Konsep Indikator Empirik Skala

Penelitian

1 Self 1. System perpajakan yang Ordina

Assessment memberi kepercayaan l

System (X1) kepada wajib pajak untuk

memenuhi dan

melaksanakan sendiri

kewajiban dan hak

perpajakan.

2. Wajib pajak mematuhi

ketentuan umum dan tata

cara pajak.

3. Wajib pajak mematuhi

norma-norma.
2 Pemeriksaa 1. Pemeriksa dilaksanakan Ordina

n Pajak oleh pemeriksa yang l

(X2) memiliki pendidikan teknis.

2. Pemeriksaan dilakukan

secara cermat dan seksama.

3. Pelaksanaan didahului

dengan persiapan yang baik

46
4. Luas pemeriksaan

ditentukan berdasarkan

petunjuk yang diperoleh.

5. Pendapat dan kesimpulan

harus berdasarkan bukti.

6. Laporan disusun secara

ringkas dan jelas.

7. Selalu menggunakan

beberapa faktor dalam

pemeriksaan pajak dengan

penggukapan SPT.

3 Penerimaan 1. Pembayaran pajak Ordina

Pajak dilakukan tepat waktu l

Penghasilan 2. Peningkatan jumlah wajib

(PPh) pajak yang melaporkan

SPT.

3. Penurunan besarnya pajak

terutang terhadap realisasi

pajak.

4. Penurunan jumlah penerbit

SPT untuk masing-masing

Wajib Pajak.

47
5. Peningkatan jumlah wajib

pajak.

6. Tercapainya target

penerimaan pajak

7. Peningkatan realisasi

penerimaan pajak
3.4. Hipotesis Statistik dan Teknik Pengujian Hipotesis

3.4.1. Hipotesis Statistik

H1 : Self Assessment System berpengaruh siginifikan terhadap penerimaan pajak

penghasilan.

Ho : b1 ≤ 0 Hal ini menjelaskan bahwa Self Assessment System tidak terdapat

pengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak penghasilan

Ha : b1 > 0 Hal ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif Self Assessment

System terhadap Penerimaan Pajak penghasilan

H2 : Pemeriksaan pajak berpengaruh siginifikan terhadap penerimaan pajak

penghasilan.

Ho : b2 ≤ 0 Hal ini menjelaskan bahwa pemeriksaan pajak tidak terdapat

pengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak penghasilan

Ha : b1 > 0 Hal ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif pemeriksaan

pajak terhadap Penerimaan Pajak penghasilan

48
3.4.2. Teknik Pengujian Hipotesis

Signifikan nilai t menunjukan pengukuran variabel-variabel independen yaitu

Self Assessment System dan pemeriksaan pajak terhadap variabel independen

penerimaan pajak penghasilan, Dimana jika t hitung lebih besar t tabel dengan

nilai probabilitas < 0,5 maka Ha di terima dan jika t hitung lebih kecil t tabel

dengan nilai probabilitas > 0,5 maka Ha ditolak.

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Analisis Pendahuluan

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi linear

berganda, terlebih dahulu akan diuji validasi dan reliabilitas. Hal dimaksudkan

untuk menguji apakah data yang diukur dapat digunakan untuk menjelaskan dan

mengukur apa yag diukur (validilitas) dan dapat digunakan kembali untuk

penelitian selanjutnya secara konsisten (reliabel).

1. Uji Validilitas

Validitas menunjukan sejauh mana alat pengukur dapat dipergunakan

untuk mengukur apa yang akan diukur. Pengukur validiltas dilakukan

dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing item

dengan skor total menggunakan teknik korelasi product moment.

Menurut Sugiyono (2006:165), item yang mempunyai korelasi positif

dengan skor total serta korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item

tersebut mempunyai validits tinggi.

2. Uji Rehabilitas

Rehabilitas menunjukan bahwa suatu instrument cukup dapat

49
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrument tersebut sudah baik. Instrument yang baik tidak bersifat

tendensius mengarahkan responden untuk memiih jawaban-jawaban

tertentu (Sudjana, 2005:92).

3.5.2. Analisis Lanjutan

Analisis regresi linier berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya

pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel

dependen (Duwi, 2012). Regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui

hubungan individual antara variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Sehingga persamaan regresi linier berganda dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Y = a+ b1X1+ b2X2+ e

Keterangan :

Y1 = Pajak Penghasilan

X1 = Self Assessment System

X2 = Pemeriksaan Pajak

a = Bilangan Konstanta

b1 = Pengaruh Variable X1

b2 = Pengaruh Variable X2

e = Eror/Kesalahan

50
BAB IV

ANALISIS DAN BAHAS HASIL ANALISIS

4.1. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

Sebelum tahun 1972 Pada awal berdirinya, KPP Pratama Kupang merupakan

Kantor Dinas Luar (KDL) Tingkat 1 di bawah Kantor Inspeksi pajak Singaraja.

Pada 1 Desember 2008 KPP Kupang resmi berubah nama menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Kupang sesuai dengan KMK-55/PMK.01/2007.

Wilayah kerja KPP Pratama Kupang sendiri sejak tahun 2013 mengalami

perubahan yakni meliputi empat wilayah yaitu Kabupaten Kupang, Kota Kupang

(di Pulau Timor), Kabupaten Alor (di Pulau Alor), Kabupaten Rote Ndao (di

PulauRote), dan Kabupaten Sabu Raijua (di Pulau Sabu). Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kupang (KPP Pratama Kupang) terletak di Jl. Palapa No. 8, Oebobo, Kec

Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

4.1.1. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang

Visi :Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang adalah Menjadi Model

Layanan Publik Terbaik di Wilayah Nusa Tenggara dengan Menjunjung

Tinggi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan.

Misi :Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang:

 Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka menghimpun

penerimaan negara secara efektif dan efisien.

 Memberikan pelayanan primayang berbasis teknologi untuk memudahkan

pemenuhan kewajiban perpajakan.

51
 Mewujudkan pegawai pajak yang berintegritas, profesional, dan

berwawasan luas.

4.1.2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang (KPP

Pratama Kupang)

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK

(KPP) PRATAMA KUPANG

KPDJP

Kanwil DJP Nusa


Tenggara

KP2KP Kepala Kantor KP2KP


Ba’a PelayananPajak Pratama Kalabahi
Mohammad Kupang M.Rizki Ariandi
Rasyid Ridho
Sub Bagian Umum dan
Kepatuhan Internal
I Gusti Ngurah Nyoman
Pujantara

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi Kelompok


Pengolahan Pelayanan Penagihan Pemeriksaa Ekstensifikasi Jabatan
Data dan Esra Junius dan Fungsional
I Wayan n Penyuluhan
Informasi Ginting Agus Eka Tutty Justina
Atik Sumiati Sara
F. I. Djari

Seksi
Seksi Seksi
Seksi Pengawasan dan
Pengawasan Pengawasandan
Pengawasan dan Konsultasi Konsultasi IV
Konsultasi dan Konsultasi
II III
I FrintinAnggraini Sarlota Lorina
Vina Satya Graha EvimiaTijah
Mau

Sumber: Kepegawaian danUmum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang

52
4.1.3. Karakterristik Responden

Berikut ini disajikan hasil penelitian mengenai pengaruh Self Assessment

System dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan yang

dilakukan dengan cara survey dengan memberikan beberapa pertanyaan yang

dimuat dalam bentuk koesioner.

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratam Kupang dengan

jumlah responden 40 orang, dibawah ini profil responden tersebut meliputi jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan usia responden.

4.1.3.1. Jenis Kelamin

Data responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada penelitian

ini dapat delihat pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %


1 Laki – laki 26 65
2 Perempuan 14 35
Total 40 100
Sumber data : Hasil Jawaban yang diolah

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diktahui bahwa responden bejenis kelamin

laki-laki sebanyak 26 orang (65%) dan Perempuan sebanyak 14 orang (35%).

4.1.3.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2

53
Distribusi Frekuensi Tingkat Usia Responden

No Usia JumlahResponden Presentase(%)


1 20-29 27 68
2 30-39 11 27
4 40-49 - -
5 50-59 2 5
Total 40 100
Sumber data : Hasil Penelitian

Dari tabel 4.2 diatas menunjukan tingkat Usia pada pegawai kantor

pelayanan pajak pratama Kota Kupang (responden). Responden yang memiliki

tingkat Usia paling tinggi adalah 20-29 tahun yaitu sebnayak 27 orang atau 67%,

diikuti oleh tingkat Usia 30-39 tahun yaitu sebanyak 11 orang atau 27%, tingkat

Usia 50-59 tahun yaitu sebanyak 2 orang atau 5%, seadangkan responden yang

memiliki tingkat Usia 40-49 tidak ada.

4.2. ANALISIS PENDAHULUAN

4.2.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

(Ghozali, 2011:52). Jika korelasi antara skor masingmasing butir pertanyaan

dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0.05 maka butir

pertanyaan tersebut dikatakan valid dan begitu pun sebaliknya.

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel Self

Assissment System dengan 40 sampel responden.

Tabel 4.3

Uji Validitas Self Assissment System

54
Pernyataan Pearson C0rrelation Sig. Keterangan
SAS1 , 769** ,000 Valid
SAS2 , 686** ,000 Valid
SAS3 , 687** ,000 Valid
SAS4 , 642** ,000 Valid
SAS5 , 729** ,000 Valid
SAS6 , 752** ,000 Valid
SAS7 , 793** ,000 Valid
Sumber: Data Kuesioner yang diolah, 2021

Tabel 4.3 terlihat bahwa semua butir pernyataan untuk variabel yang

memiliki subvariabel Self Assissment System (SAS) berada pada tingkat

signifikansi yaitu dibawah 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan

penelitian valid.

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel

Pemeriksaan Pajak dengan 40 sampel responden.

Tabel 4.4

Uji Validitas Pemeriksaan Pajak

Pernyataan Pearson C0rrelation Sig. Keterangan


SAS1 ,738** ,000 Valid
SAS2 ,555** ,000 Valid
SAS3 ,687** ,000 Valid
SAS4 ,439** ,004 Valid
SAS5 ,426** ,006 Valid
SAS6 ,555** ,000 Valid
SAS7 ,672** ,000 Valid
SAS8 ,708** ,000 Valid
SAS9 ,488** ,001 Valid
Sumber: Data Kuesioner yang diolah, 2021

55
Tabel 4.4 terlihat bahwa semua butir pernyataan untuk variabel yang

memiliki subvariabel Pemeriksaan Pajak (PP) berada pada tingkat signifikansi

yaitu dibawah 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan penelitian valid.

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel

Penerimaan Pajak Penghasilan dengan 40 sampel responden.

Tabel 4.5

Uji Validitas Penerimaan Pajak Penghasilan

Pernyataan Pearson C0rrelation Sig. Keterangan


PPP1 ,511** ,001 Valid
PPP2 ,588** ,000 Valid
PPP3 ,640** ,000 Valid
PPP4 ,581** ,000 Valid
PPP5 ,671** ,000 Valid
PPP6 ,812** ,000 Valid
PPP7 , 738** ,000 Valid
Sumber: Data Kuesioner yang diolah, 2021

Tabel 4.5 terlihat bahwa semua butir pernyataan untuk variabel yang

memiliki subvariabel Penerimaan Pajak Penghasilan (PPP) berada pada tingkat

signifikansi yaitu dibawah 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan

penelitian valid.

4.2.2. Uji Reliabilitas

56
Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah

dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk

menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang digunakan adalah

dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS 20.

Nilai alpha bervariasi dari 0-1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika

nilai alpha lebih besar dari 0,70 dalam (Ghozali, 2011:48).

Tabel 4.6

Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach N of Keterangan

Alpha Item
Self Assissment ,847 7 Reliabel

System
Pemeriksaan Pajak ,718 9 Reliabel
Penerimaan Pajak 7 Reliabel
,768
Penghasilan
Sumber: Data Kuesioner yang diolah,2021

Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbach’s Alpha> 0,70. Dan sebaliknya reliabilitas suatu konstruk variabel

dikatakan tidak baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha < 0,70. Berdasarkan

hasil uji statistik pada tabel diatas yaitu tabel 4.6 menunjukkan bahwa pernyataan

dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai Cronbach’s Alpha lebih

besar dari 0,70.

57
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan

mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan

kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.

4.3. ANALISIS LANJUTAN

Berdasarkan hasil analisis pendahuluan maka pada bagian ini akan di analisis

untuk menjawab persoalan penelitian yaitu; apakah Self Assessment System

berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan dan apakah Pemeriksaan

pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.

.3.1. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

.3.1.1. Uji Determinasi (R Square)


Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi

berganda. Pada dasarnya analisis regresi digunakan untuk memperoleh persamaan

regresi dengan cara memasukkan perubah satu demi satu, sehingga dapat

diketahui pengaruh yang paling kuat hingga yang paling lemah. Untuk

menentukan persamaan regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of

Square the Estimate


a
1 ,607 ,368 ,334 2,631
a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Self

Assessment System (X1)


Berdasarkan tabel summary diperoleh nilai R Square sebesar 0,368. Hal ini

berarti menunjukan bahwa Interaksi antara Self Assessment System (X1) dan

Pemeriksaan Pajak (X2) memiliki hubungan yang kuat terhadap Penerimaan

Pajak Penghasilan (Y).

58
Nilai R squere sebesar 0,368 atau 36,8% artinya pengaruh variabel Self

Assessment System (X1) dan Pemeriksaan Pajak (X2) terhadap variabel

Penerimaan Pajak Penghasilan (Y) sebesr 36,8% sedangkan sisanya 63,2%

dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam

penelitian ini.

4.3.1.2. Uji Anova


Tabel 4.6

ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.

Squares
Regression 149,343 2 74,671 10,786 ,000b
1 Residual 256,157 37 6,923
Total 405,500 39
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)
b. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak (X2), Self Assessment System (X1)

Berdasarkan Tabel Anovaa Nilai Fhitung adalah sebesar 10,786 dengan

tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari Nilai Probabilitas 0,05. Hal ini

menunjukan Self Assessment System (X1) dan Pemeriksaan Pajak (X2)secara

bersamasama berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Y).

4.3.1.3. Uji Hipotesis

Tabel 4.4

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.

Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,150 5,780 ,199 ,843
Self Assessment ,504 ,126 ,522 3,994 ,000

System (X1)

59
Pemeriksaan Pajak
,286 ,128 ,293 2,240 ,031
(X2)
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)
Y = 1,150 + 0, 504X1+0, 286X2 + 5,780

1. Konstanta sebesar 1,150 artinya jika Self Assessment System (X1) dan

Pemeriksaan Pajak (X2). Nilainya adalah 0,843 maka akan meningkatkan

Penerimaan Pajak Penghasilan (Y) sebesar 1,150.

2. Koefisien regresi (b1) sebesar 0,504 memberikan arti bahwa Self Assessment

System mengalami kenaikan sebesar 1 maka akan meningkatkan Penerimaan

Pajak Penghasilan sebesar 0,504.

3. Koefisien regresi (b2) sebesar 0,286 memberikan arti bahwa Pemeriksaan

Pajak mengalami kenaikan sebesar 1 maka akan meningkatkan Penerimaan

Pajak Penghasilan sebesar 0, 286.

3.3.2.1. Self Assessment System (X1) Terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan (Y)

Hasil analisis regresi menunjukan Koefisien regresi (b1) sebesar 0.504

memberikan arti bahwa Self Assessment System mengalami kenaikan sebesar 1

maka akan meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan sebesar 0, 504.

Dan nilai thitung untuk koefesien (b1) adalah 3,994 sedangkan ttabel (α/2:n-k-

1) = 2,026, berarti thitung> ttabel dimana Ha diterima, Ho ditolak. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Self Assessment System berpengaruh positif terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan terbukti secaera empiri.

3.3.2.2. Pemeriksaan Pajak (X2) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan

(Y)

60
Hasil analisis regresi menunjukan Koefisien regresi (b2) sebesar 0, 286

memberikan arti bahwa Pemeriksaan Pajak mengalami kenaikan sebesar 1 maka

akan meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan sebesar 0, 286.

Dan nilai thitung untuk koefesien (b2) adalah 2,240 sedangkan ttabel (α/2:n-k-

1) = 2,026, berarti thitung> ttabel dimana Ha diterima, Ho ditolak. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Pemeriksaan Pajak berpengaruh posetif terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan terbukti secaera empiri.

.4. Bahasan Hasil Analisis

.4.1. Self Assessment System

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan nilai thitung> ttabel (3,994 >

2,026) yang beararti Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya variabel Self

Assessment System berpengaruh positif terhadap variabel terikat Penerimaan Pajak

Penghasilan. Berpengaruhnya kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak

karena kepatuhan Wajib Pajak akan mendorong Undang-undang yang berlaku,

sehingga penerimaan pajak akan semakin meningkat seiring dengan dengan

meningkatnya Wajib Pajak dalam melaporkan kewajiban pajaknya. Pentingnya

kepatuhan Wajib Pajak juga karena sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia

adalah Self Assessment System. Hal ini menunjukan Semakin banyak wajib

pajak yang menggunakan Self Assessment System maka akan meningkatkan

penerimaan pajak penghasilan.

Hal ini dibuktikan dengan responden ( Pegawai KPP ) yang memberikan

penilaian positif terhadap tabel kuesioner Self Assessment System (X 1) di KPP

61
Pratama Kupang bahwa responden yang memberikan jawan setuju atau sangan

setuju dengan pernyataan yang peneliti ajukan.

Definisi self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:111)

adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak

untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.

Menurut Mardiasmo (2016), sistem self assessment adalah suatu sistem

pemungutan yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan

sendiri besarnya pajak yang terutang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudayo

(2013), yang menyatakan bahwa Self Assessment System berpengaruh secara

signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan.

1.4.1. Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan nilai thitung> ttabel (2,240 >

2,026) yang beararti Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya variabel

Pemeriksaan Pajak berpengaruh positif terhadap variabel terikat Penerimaan Pajak

Penghasilan. Berpengaruhnya pelaksanaan pemeriksaan pajak terhadap

penerimaan pajak karena peranan pemeriksaan pajak akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak, sehingga penerimaan pajak penghasilan akan ditingkatkan.

Semakin banyak pemeriksa pajak melakukan pemeriksaan pajak maka

penerimaan pajak akan semakin meningkat, Pemeriksaan pajak juga bertujuan

untuk meredam kecurangan yang dilakukan wajib pajak untuk meminimalkan

pajaknya. Hal ini berarti bahwa semakin efektif seorang karyawan pemeriksa

pajak dalam melakukan setiap tahapan-tahapan pemeriksaan pajak berdasarkan

62
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK. 04/2000 dapat meningkatkan

penerimaan negara dalam sektor perpajakan.

Dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak, DJP

melakukan pemeriksaan rutin kepada wajib pajak. Apabila telah dilakukan

pemeriksaan dengan baik maka akan berdampak pada peningkatan penerimaan

pajak negara. Penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan Andy Wijayanto

(2012), menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemeriksaan pajak

terhadap penerimaan pajak. Pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran dan

kelengkapan pelaporan penghasilan, penyerahan, pemotongan, dan pemungutan

serta penyetoran pajak oleh WP (Sadhani, 1995).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adelina

Simanungkalit (2015) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif

dan signifikan antara pemeriksaan pajak dengan penerimaan pajak penghasilan.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

63
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakuakan dalam penelitian ini,

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penelitian ini menerima hipotesis pertama bahwa Self Assessment System

berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.

2. Penelitian ini menerima hipotesis kedua bahwa Pemeriksaan Pajak

berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan.

5.2. IMPLIKASI TEORITIS

Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan

wewenang kepada Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang

terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan

yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut

pajak sepenuhya berada ditangan Wajib Pajak Resmi (2014:11). Lebih lanjut

Menurut Mardiasmo (2016), sistem self assessment adalah suatu sistem

pemungutan yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan

sendiri besarnya pajak yang terutang.

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini yang menyebutkan bahwa dengan

adanya Self Assessment System diharapkan akan meningkatkan jumlah wajib pajak

aktif sekaligus meningkatkan penerimaan negara melalui sektor pajak.

Pemeriksaan pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 dikutip

dari Pardiat (2008:11) adalah sebagai berikut: “Pemeriksaan pajak adalah

serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti

yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau

64
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan. Lebih lanjut menurut Priantara (2000:24), pemeriksaan

merupakan interaksi antara pemeriksa dengan wajib pajak. Untuk itu, dibutuhkan

sikap positif dari wajib pajak sehingga pelaksnaan pemeriksaan dapat lebih

efektif. Sedangkan menurut Pardiat (2008:11) pengertian pemeriksaan pajak

adalah menekankan pada pemeriksaan bukti yang berupa buku-buku, dokumen

dan catatan yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu

standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Dalam menjalankan tugasnya, pemeriksa pajak dituntut untuk meningkatkan

kuantitas dan kualitas atas hasil kerjanya. Dalam hal ini seberapa banyak

pemeriksa pajak telah menerbitkan SKP (Surat Ketetapan Pajak) dari hasil

pemeriksaannya tersebut, dan dari SKP tersebut seberapa banyak tunggakan atau

utang pajak yang dapat ditagih atau dicairkan. Jika SKP yang diterbitkan semakin

banyak, maka pelaksanaan penagihan pajak kepada wajib pajak orang pribadi

maupun badan akan semakin meningkat.

Sehingga tujuan pemeriksaan pajak adalah : sebagaimana dimaksud dalam

Keputusan Menteri Keuangan No. 545/KMK 04/2000 tanggal 22 Desember 2000

adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka

memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak dan

tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

65
Berarti kesimpulan diatas artinya Self Assessment System dapat memberikan

pengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sudayo (2013), yang menyatakan bahwa Self Assessment

System berhubungan positif signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan dan

pemeriksaan pajak dapat memberikan pengaruh terhadap penerimaan pajak hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adelina Simanungkalit (2015).

5.3. IMPLIKASI TERAPAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan beberapa masukan

sebagai alternatif yang dapat di pertimbangkan, sebagai beriku :

1. Kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Kupang sebagai obyek dalam

penelitian ini di sarankan agar dapat meningkatkan Self Assessment System

dan Pemeriksaan Pajak sehingga dapat meningkatkan Penerimaan Pajak

Penghasilan.

2. Kepada para peneliti yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini

disarankan agar lebih memperdalam unit analisisnya, baik variabel maupun

indikator penelitian, sehingga dapat lebih mempertajam hasil yang sudah

penulis peroleh di dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

66
Arikunto , Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

EdisiRevisi VI, Cetakan Ketigabelass, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

B. Ilyas, Wirawan dan Richard Burton, 2013. Hukum Pajak: Teori, Analisis, dan

Perkembangannya. Jakarta : Salemba Empat.

Gunandi . et al. 2001 . Perpajakan. Jakarta : LPFE- UI.

Halim, Abdul., et al. 2014. Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.

Jogiyanto, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan

Pengalaman- Pengalaman, Cetakan Pertama, Edisi 2004/2005. BPFE,

Yogyakarta.

Mardiasmo. 2009. Perpajakam. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

Mardiasmo, 2016. Perpajakan Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Mardiasmo. Perpajakan, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013

Rahayu, Siti Kurnia, 2017. Perpajakan Konsep dan Aspek Formal. Bandung:

Rekayasa Sains.

Rahayu, Sri Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia.Yogyakarta: Graha Ilmu

Resmi, Siti, 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Buku 1 edisi 8. Salemba

Empat Jakarta.

Sofa, 2008. Pengertian Administrasi Perpajakan, Kepatuhan dan Pajak

Internasional. www.masofa.wordpress.com/pengerian-administrasi

perpajakan kepatuhan dan pajak internasional, 5 februari 2008,

diakses 21 April 2021

Suandy, Erly. 2011. Perpajaka. Jakarta : Salemba

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

67
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alfabeta, CV

Silalahi, Gabriel Amin, 2003, Metodologi Penelitian dan Studi Kasus,

Cetakan Pertama, CV.

Citramedia, Sidoarjo.

Wicaksono, Banu, 2010, Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan

Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi

Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara).

68

Anda mungkin juga menyukai