Anda di halaman 1dari 169

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN

WAJIB PAJAK DALAM MENGIKUTI PROGRAM TAX


AMNESTY DAN DAMPAKNYA TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Avia Dian Trifani
11140820000101

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Avia Dian Trifani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 5 Mei 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. AMD X No. 70 RT02/009, Kreo,
Larangan, Provinsi Banten, 15156
5. Telepon : 081286264546
6. Email : aviadiantrifanied@gmail.com

II. Pendidikan
1. TK Al-Husnah Tahun 2000-2002
2. SDN 09 Pagi Petungan Utara Tahun 2002-2008
3. SMPN 29 Jakarta Tahun 2008-2011
4. SMAN 70 Jakarta Tahun 2011-2014
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Tahun 2014-2018
Hidayatullah Jakarta

III. Latar Belakang Keluarga


1. Ayah : Badrun Sjabirin
2. Ibu : Ambar Indriani
3. Anak ke- : Ketiga dari Tiga bersaudara

vi
FACTORS AFFECTING THE TAXPAYERS WILL PARTICIPATE IN TAX
AMNESTY PROGRAM AND ITS IMPACT ON THE LEVEL OF
COMPLIANCE

ABSTRACT
The purpose of this study to examine the effect of taxpayer awareness,
dissemination of taxation and tax sanctions against the willingness of taxpayers in
following the tax amnesty program and its impact on the level of compliance.
Research was conducted on the individual taxpayer who follows the tax amnesty
program in the region Jadetabek.
This study used a sample of 88 respondents. Methods of data analysis used in this
study is Partial Least Sqaure (PLS) with the help of data analysis tools SmartPLS
3.0.
The results of this study indicate that the construct of consciousness taxpayer,
dissemination taxation, and tax penalties simultaneously able to explain the
construct of a willingness to follow the tax amnesty for89.1%, and a willingness to
follow the tax amnesty of consciousness constructs taxpayer, dissemination
taxation, and tax penalties are able to explain the construct of tax compliance for
97.4%the rest2.6%explained by other constructs that are not hypothesized in the
model.
Keywords: Taxpayer Awareness, Socialization Taxation, Penalties Tax, Tax
Amnesty, Level Compliance

vii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN WAJIB
PAJAK DALAM MENGIKUTI PROGRAM TAX AMNESTY DAN
DAMPAKNYA TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh kesadaran wajib pajak,
sosialisasi perpajakan, dan sanksi pajak terhadap kemauan wajib pajak dalam
mengikuti program tax amnesty dan dampaknya terhadap tingkat kepatuhan.
Penelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengikuti program
tax amnesty di wilayah Jadetabek.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 88 responden. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Sqaure (PLS) dengan
bantuan alat analisis data SmartPLS 3.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruk kesadaran wajib pajak,
sosialisasi perpajakan, dan sanksi pajak secara simultan mampu menjelaskan
konstruk kemauan mengikuti tax amnesty sebesar 89,1%, dan kemauan mengikuti
tax amnesty dari konstruk kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan
sanksi pajak mampu menjelaskan konstruk kepatuhan wajib pajak sebesar 97,4%
sisanya 2,6% diterangkan oleh konstruk lain yang tidak dihipotesiskan dalam
model.
Kata kunci: Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Sanksi Pajak, Tax
Amnesty, Tingkat Kepatuhan

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kemauan Wajib Pajak dalam Mengikuti Program Tax
Amnesty dan Dampaknya terhadap Tingkat Kepatuhan”. Shalawat serta
salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tuaku tercinta, Bapak Badrun Sjabirin dan Ibu Ambar Indriani yang
selalu dengan ikhlas memberikan dukungan dengan penuh perhatian, kasih
sayang, semangat dan doa yang tiada henti kepada penulis.
2. Kedua saudari perempuanku Kartika Hutami Dewi, dan Puspita Dwi
Handayani yang telah memberikan semangat dan doanya serta selalu siap
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Kedua Kakak iparku Aditya Hendri Saputra, dan Mahardhika Septiardi yang
telah memberikan ide, semangat, dan doanya serta selalu siap membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing, berdiskusi, dan
memberikan motivasi kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu
berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Ardha Billi yang selalu sabar memberikan dukungan, perhatian, dan tiada
hentinya memberikan semangat dalam setiap proses untuk menyelesaikan
skripsi ini.
11. Andara Utami Riandanu selaku sahabat penulis tempat berbagi senang dan
susah yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis dari awal masuk kuliah
hingga akhir penulisan skripsi ini yang selalu memberikan dukungan,
perhatian, serta solusi kepada penulis.
12. Isyarah Fadilah selaku sahabat penulis yang sangat membantu penulis dalam
pembuatan skripsi ini dan selalu memberikan semangat kepada penulis yang
telah berjuang bersama dari awal penyusunan skripsi sampai dengan
menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat penulis dari kelompok bermain yang bernama “ber6+1 aja
deh” Fans, Tiara, Isyarah, Putri, Firas, dan Lulu yang selalu memberikan
support, selalu setia menemani, berbagi suka duka, berbagi cerita, berbagi
ilmu, dan perhatian terbaiknya selama masa kuliah di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Jakarta.
x
14. Cika Dewi Aninda yang penulis kenal akrab belum terlalu lama, selalu
membagikan banyak ilmunya dan memberikan dukungan kepada penulis
dalam meyelesaikan skripsi ini.
15. Kak Nur Hanifah selaku senior penulis yang telah meluangkan waktunya
untuk mengajarkan penulis untuk mengolah data menggunakan SmartPLS.
16. Keluarga Besar Akuntansi C 2014, terimakasih atas kenangan dan
semangatnya selama ini.
17. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014, terimakasih atas doa
dan insipirasinya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, April 2018

(Avia Dian Trifani)

xi
DAFTAR ISI

COVER

COVER DALAM ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur................................................................................. 11
1. Theory of Planned Behavior .......................................................... 11
2. Teori Atribusi ................................................................................. 12
3. Teori Motivasi ................................................................................ 13
4. Kesadaran Wajib Pajak .................................................................. 14
5. Sosialisasi Perpajakan .................................................................... 16
6. Sanksi Pajak ................................................................................... 18
7. Tax Amnesty ................................................................................... 20
8. Tingkat Kepatuhan ......................................................................... 23
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................... 25
C. Pengembangan Hipotesis ..................................................................... 29
D. Kerangka Pemikirian ............................................................................ 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 38


B. Metode Penentuan Sampel ................................................................... 38
1. Populasi dan Sampel ...................................................................... 38
2. Metode Pengambilan Sampel......................................................... 39
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 39
1. Penelitian Pustaka .......................................................................... 40
2. Penelitian Lapangan ....................................................................... 40
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian.................................................... 40
1. Kesadaran Wajib Pajak .................................................................. 41
2. Sosialisasi Perpajakan .................................................................... 42
3. Sanksi Pajak ................................................................................... 42
4. Tax Amnesty ................................................................................... 43
5. Tingkat Kepatuhan ......................................................................... 43
E. Metode Analisis Data ........................................................................... 47
A. Statistik Deskriptif ......................................................................... 48
B. Uji Kualitas Data ............................................................................ 49
xiii
1) Uji Validitas ............................................................................. 49
2) Uji Model Pengukuran atau Outer Model ................................ 49
3) Uji Model Strukturan atau Inner Model ................................... 51
C. Uji Hipotesis .................................................................................. 54
D. Uji Efek Intervening ....................................................................... 55

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 58


1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 58
2. Karakteristik Profil Responden ...................................................... 59
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin ...................... 60
b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan .......................... 60
c. Deskripsi responden berdasarkan periode mengikuti tax
amnesty..................................................................................... 61
d. Deskripsi responden berdasarkan wilayah KPP ....................... 62
B. Hasil Uji Instrument ............................................................................. 63
1. Hasil Uji Deskriptif ........................................................................ 63
2. Hasil Uji Outer Model .................................................................... 66
a. Hasil Convergent Validity ........................................................ 66
b. Hasil Discriminat Validity........................................................ 70
c. Hasil Reliability........................................................................ 73
3. Hasil Uji Inner Model atau Structural Model ................................ 75
a. Hasil R-Square ......................................................................... 76
b. Hasil Q-Square ......................................................................... 77
c. Hasil Goodness of Fit (GoF) .................................................... 78
d. Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 79
4. Hasil Uji Efek Intervening ............................................................. 81
C. Pembahasan .......................................................................................... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 97

xiv
B. Implikasi ............................................................................................... 100
C. Keterbatasan ......................................................................................... 100
D. Saran ..................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 108

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil-Hasil Perolehan Tax Amnesty ........................................... 4

Table 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................... 26

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian................................................. 45

Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian .............................................................. 58

Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ............................................. 59

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdsarkan Jenis Kelamin ....... 60

Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan .......... 61

Table 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Periode

Mengikuti Tax Amnesty ............................................................. 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................... 64

Tabel 4.7 Outer Loading ............................................................................ 67

Tabel 4.8 Outer Loading Modifikasi ......................................................... 69

Tabel 4.9 Cross Loading ............................................................................ 71

Tabel 4.10 Composite Reliability dan Cronbach Alpha............................... 74

Tabel 4.11 Nilai R-Square........................................................................... 76

Tabel 4.12 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) ............................. 80

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................... 96

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran .................................................... 36

Gambar 3.1 Model Intervening ................................................................... 56

Gambar 4.1 Hasil Bootstrapping................................................................. 75

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner................................. 108

Lampiran 2 Surat Keterangan .................................................................... 111

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ............................................................... 113

Lampiran 4 Daftar Identitas dan Jawaban Responden ............................... 119

Lampiran 5 Output Hasil Pengujian Data .................................................. 142

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan utama bagi negara Indonesia.

Proporsi peneriman pajak dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara) merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan

penerimaan negara dari sumber lainnya. Pajak adalah jumlah uang yang

dikumpulkan untuk memenuhi pengeluaran publik oleh otoritas nasional

atau lokal, dengan kata lain, oleh negara atau konstituen yang memiliki

otoritas perpajakan (Stewart, 2001 dalam Nar, 2005).

Pada hakikatnya, pajak merupakan sarana untuk menyejahterakan

rakyat bersama. Oleh karena itu, keberpihakan negara pada masyarakat

diwujudkan dengan keadilan berbagi atau distributif. Keadilan berbagi

tidak dapat diwujudkan tanpa diimbangi dengan ketaatan atau kepatuhan

rakyat pada pemerintah. Pajak merupakan implementasi ketaatan

kelompok yang mampu untuk berbagi dengan kelompok yang tidak

mampu melalui tangan pemerintah (Direktorat Jendral Pajak, 2015).

Keberhasilan pelaksanaan sistem pemungutan pajak bergantung pada dua

hal yaitu kesadaran masyarakat sebagai pembayar pajak dan keefektifan

pemerintah dalam penyuluhan dan pengawasan. Fenomena di negara yang

1
sedang berkembang adalah adanya upaya penghindaran pajak sehingga

setiap tahun pemerintah kehilangan potensi pajak yang cukup besar dari

berbagai jenis pajak (Santoso dan Setiawan,2009)

Pada kenyataannya, pajak yang dihimpun hingga saat ini masih

belum mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada, seperti

kemiskinan, kelaparan, rusaknya sarana dan prasarana umum, serta masih

belum meratanya pembangunan daerah di Indonesia. Sehingga berbagai

cara untuk menyukseskan pendapatan dari sektor pajak di lakukan oleh

pemerintah. Inovasi yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya

dengan program tax amnesty (Suyanto, Intansari dan Endahjati, 2016).

Menurut Alm. (2009) Amnesti pajak adalah alat peningkatan

pendapatan kontroversial. Para pendukung amnesti menekankan dampak

pendapatan langsung dan jangka pendek, sebagai individu mengambil

keuntungan dari tenggang waktu untuk membayar pajak yang belum

dibayar. Pengampunan pajak telah membuat kontribusi yang menarik

untuk biaya kepatuhan debat melalui menunjukkan bahwa sistem pajak

disederhanakan akan menciptakan lebih banyak kenyamanan bagi

pembayar pajak (yaitu, mengurangi emosional biaya/psikologis), dan

dengan cara ini berfungsi sebagai insentif positif bagi pemenuhan.

Demikian pula, percaya kepada pemerintah dan kebutuhan untuk

mendukung pemerintah akan mengurangi biaya kepatuhan psikologis dan

wajib pajak akan menyesuaikan dengan pajak berdasarkan kemampuan

mereka untuk membayar.

2
Sebenarnya, tax amnesty bukan merupakan usaha pertama yang

dilakukan oleh pemerintah. Pada tahun 2008, pernah dilakukan program

yang sama yang diberi nama sunset policy.Sunset Policy merupakan

kebijakan pemberian fasilitas perpajakan, yang berlaku hanya pada

tahun 2008 dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi perpajakan

berupa bunga yang diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007).

Pelaksanaan sunset policy pada waktu itu dikatakan tidak efektif

karena wajib pajak kurang merespons dan tidak dinikuti dengan reformasi

sistem administrasi perpajakan secara menyeluruh. Di samping itu,

peranan sektor pajak dalam sistem APBN masih berfungsi sebagai

pelengkap saja sehingga pemerintah tidak mengupayakan lebih serius.

Pada saat itu, penerimaan pajak banyak didominasi dari sektor ekspor

minyak dan gas bumi. Berbeda dengan sekarang, penerimaan pajak

merupakan sumber penerimaan domain dalam struktur APBN Pemerintah

Indonesia. (Ragimun, 2014)

Pada tahun 2015 lalu, pemerintah kembali mencanangkan

kebijakan pengampunan pajak. Rencana tersebut telah dituangan dalam

Draft Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak. Direktorat Jendral

Pajak menjelaskan bahwa Amnesti pajak adalah program pengampunan

yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan

pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi

3
perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas

harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum

dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang

dimiliki dan membayar uang tebusan. Amnesti pajak adalah alat

peningkatan pendapatan kontroversial. Para pendukung amnesti

menekankan dampak pendapatan langsung dan jangka pendek, sebagai

individu mengambil keuntungan dari tenggang waktu untuk membayar

pajak yang belum dibayar.

Amnesti Pajak berlaku sejak disahkan hingga 31 Maret 2017, dan

terbagi kedalam 3 (tiga) periode, yaitu; Periode I: Dari tanggal diundangkan

s.d 30 September 2016, Periode II: Dari tanggal 1 Oktober 2016 s.d 31

Desember 2016, dan Periode III: Dari tanggal 1 Januari 2017 s.d 31 Maret

2017. Seiring dengan berakhirnya program tax amnesty, Indonesia

dianggap berhasil menjalankannya. Banyak yang memuji kesuksesan

program tersebut, yang bahkan dianggap paling sukses diantara Negara-

negara yang pernah meluncurkan program tax amnesty. Berikut hasil yang

diperoleh dari ketiga periode tax amnesty.

4
Tabel 1.1
Hasil-Hasil Perolehan Tax Amnesty

Jumlah (dalam rupiah)


Periode WP yang Tebusan Deklarasi Deklarasi Repatriasi
Tax Berpartisipasi Harta Harta Luar
Amnesty Dalam Negeri
Negeri
I 443.675 97,2 T 2.532 T 951 T 137 T
II 616.372 103,3 T 3.143 T 1.013 T 141 T
III 956.000 114 T 3.608 T 1.033 T 147 T
Sumber : Detik Finance

Program pengampunan pajak berakhir Jumat, 31 Maret 2017,

pukul 24.00. Dashboard statistik amnesti Direktorat Jenderal Pajak pada

pukul 13.00 WIB menunjukkan deklarasi harta yang terkumpul mencapai

Rp 4.788 triliun. Harta terdiri atas deklarasi luar negeri sebesar Rp 1.033

triliun, deklarasi dalam negeri Rp 3.608 triliun, dan repatriasi (menarik

dana warga negara Indonesia yang ada di luar negeri) Rp 147 triliun dan

tebusan sebesar Rp 114 triliun dengan total WP sebanyak 956.000 yang

mengikuti program tax amnesty. (Praditya, 2017)

Jika dilihat dari banyaknya wajib pajak yang mengikuti program

tax amnesty ini, dapat dilihat bahwa masih banyak wajib pajak yang

selama ini melakukan penghindaran pajak. Keberhasilan dari kebijakan

pengampunan pajak ini sebenarnya tidak bisa lepas dari partisipasi seluruh

Wajib Pajak di Indonesia, pemerintah, dan Direktorat Jenderal Perpajakan

itu sendiri. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak

dalam mengikuti program tax amnesty ini.

5
Peneliti memilih kesadaran, sosialisai perpajakan, dan sanksi pajak

sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak dalam

mengikuti program tax amnesty. Alasan peneliti memilih faktor-faktor

tersebut karena pada penelitian sebelumnya telah diujikan oleh Trisnasari

et, al. (2017) dan berpengaruh positif tetapi pada wajib pajak di daerah

yang berbeda dan responden yang lebih kecil, juga pada variabel dependen

yang berbeda. Peneliti juga menjadikan kemauan wajib pajak dalam

mengikuti program tax amnesty sebagai variabel intervening antara faktor-

faktor yang menyebabkan kemauan mengikuti program tax amnesty

dengan tingkat kepatuhan.

Pada penelitian ini peneliti ingin menganalisis faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kemauan wajib pajak tersebut dalam mengikuti

program tax amnesty dan dampaknya terhadap tingkat kepatuhan. Adapun

lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah Jadetabek. Peneliti

berpendapat bahwa Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi adalah lokasi

yang ideal untuk melakukan penelitian karena merupakan kota-kots besar

di Indonesia.

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini pemerintah dapat

memperoleh informasi yang relevandalam usaha mereka untuk

membangun perekonomian Negara yang baik. Dengan demikian peneliti

memberi judul skripsi ini “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kemauan Wajib Pajak dalam Mengikuti Program Tax Amnesty dan

Dampaknya terhadap Tingkat Kepatuhan ”

6
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang

hendak diteliti adalah terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

Wajib Pajak dalam Mengikuti Program Tax Amnesty dan Dampaknya

terhadap Tingkat Kepatuhan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pembatasan masalah

yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji beberapa faktor yang mempengaruhi wajib pajak dalam

mengikuti program tax amnesty.

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kemauan wajib

pajak dalam mengikuti program tax amnesty, peneliti hanya

mengambil beberapa faktor dalam penelitian ini. Adapun faktor-faktor

tersebut adalah; Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, dan

Sanksi Pajak.

2. Hanya pada wajib pajak yang berada di Jadetabek

Dari sekian banyak wajib pajak yang mengikuti tax amnesty

yang tersebar di seluruh Indonesia, penelitian ini hanya fokus pada

Wajib Pajak yang berada di Jadetabek.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan

yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7
1. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan wajib

pajak dalam mengikuti program tax amnesty?

2. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kemauan wajib

pajak dalam mengikuti program tax amnesty?

3. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kemauan wajib pajak

mengikuti program tax amnesty?

4. Apakah Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh pada Kepatuhan Wajib

Pajak?

5. Apakah sosialisai perpajakan berpengaruh pada tingkat kepatuhan?

6. Apakah sanksi pajak berpengaruh pada tingkat kepatuhan?

7. Apakah kemauan wajib pajak mengikuti program tax amnesty

berpengaruh pada tingkat kepatuhan?

8. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kepatuhan melalui kemauan dalam mengikuti program tax

amnesty?

9. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kepatuhan melalui kemauan dalam mengikuti program tax

amnesty?

10. Apakah sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

kepatuhan melalui kemauan dalam mengikuti program tax amnesty?

8
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kemauan wajib pajak dalam

mengikuti program tax amnesty

2. Pengaruh sosialisai perpajakan terhadap kemauan wajib pajak dalam

mengikuti program tax amnesty

3. Pengaruh sanksi pajak terhadap kemauan wajib pajak dalam mengikuti

program tax amnesty

4. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan

5. Pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan

6. Pengaruh sanksi pajak terhadap tingkat kepatuhan

7. Pengaruh kemauan wajib pajak mengikuti program tax amnesty

terhadap tingkat kepatuhan

8. Kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap tingkat


kepatuhan melalui kemauan dalam mengikuti program tax amnesty

9. Sosialisasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap tingkat


kepatuhan melalui kemauan dalam mengikuti program tax amnesty

10. Sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan

melalui kemauan dalam mengikuti program tax amnesty

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

9
1. Kontribusi Teoritis

a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk

menambah ilmu pengetahuan terkait dengan tax amnesty.

b. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak

yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik

ini.

c. Penulis,sebagai sarana untuk menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai pengaruh faktor-faktor yang diteleliti

terhdap kemauan wajib pajak mengikuti program tax amnesty.

2. Kontribusi Praktis

a. Pemerintah dan KPP, sebagai tinjauan yang diharapkan dapat

dijadikan informasi untuk meningkatkan keberhasilan program tax

amnesty di masa mendatang

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN LITERATUR

1. Theory of Planned Behavior

Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku

yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk

berperilaku. Sedangkan munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh

tiga faktor (Mustikasari, 2007), yaitu: (1) Behavior Beliefs, yaitu

keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil

tersebut, (2) Normative Beliefs,yaitu keyakinan tentang harapan normatif

orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut, (3) Control

Beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau

menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan persepsinya tentang

seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya

tersebut (perceived power).

Arum (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh kesadaran

wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas.

Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib pajak, pelayanan

fiskus, dan sanksi pajak, sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah

kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha dan pekerjaan

11
bebas. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kesadaran wajib

pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak sama-sama berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Theory of Planned Behavior ini relevan untuk menjelaskan

perilaku patuh wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar

pajak. Motivasi dari dalam diri wajib pajak dapat ditingkatkan dengan

adanya sosialisasi perpajakan untuk menambah pengetahuan wajib pajak.

Sanksi pajak yang dikenakan juga dapat membuat wajib pajak enggan

untuk melanggar peraturan perpajakan, sehingga dapat memaksimalkan

kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya sebagai wajib

pajak.

2. Teori Atribusi

Selain Theory of Planned Behavior, Teori atribusi juga relevan

untuk menjelaskan mengenai sikap wajib pajak yang memengaruhi

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Pada dasarnya teori

atribusi menyatakan bahwa bila individu - individu mengamati perilaku

seseorang, mereka mencoba untuk menentukan apakah perilaku itu

ditimbulkan secara internal atau eksternal (Robbins, 1996). Perilaku yang

disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah

kendali pribadi individu itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan

secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar, artinya

individu akan terpaksa berperilaku karena situasi atau lingkungan.

12
Jatmiko (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh sikap

wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus, dan

kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Analisis data

dilakukan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Variabel bebas

yang digunakan adalah sikap wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi

denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus, dan sikap wajib pajak

terhadap kesadaran perpajakan, sedangkan variabel terikat yang digunakan

adalah kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitiannya adalah bahwa sikap

wajib pajak terhadap sanksi denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan

fiskus, dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

3. Teori Motivasi

Terdapat teori lain yang mendukung kedua teori di atas, yaitu Teori

Motivasi. Motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-

kekuatan yang ada dalam diri setiap individu untuk memulai dan

mengarahkan perilaku. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan

perbedaaan-perbedaan dalam intensitas perilaku dimana perilaku yang

bersemangat adalah hasil dari tingkat motivasi yang kuat. Selain itu

konsep motivasi digunakan untuk menunjukkan arah perilaku.

Menurut Mc.Donald, dalam A.M Sadirman (2009:73), motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Duncan seorang ahli administrasi, dalam bukunya, ”Organization

13
Behavior”, mengemukakan bahwa didalam konsep manajemen, motivasi

berarti setiap usaha yang disadari untuk memperngaruhi perilaku

seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk

mencapai tujuan organisasi.

Kemudian, Adair (2007 : 192) mendifinisikan motivasi adalah apa

yang membuat orang melakukan sesuatu, tetapi arti yang lebih penting dari

kata ini adalah bahwa motivasi adalah apa yang membuat orang benar-

benar berusaha dan mengeluarkan energi demi apa yang mereka lakukan.

Definisi yang sederhana dari kata ‘motivasi’ mungkin "membuat orang

mengerjakan apa yang harus dikerjakan dengan rela dan baik"

Teori ini digunakan untuk menjelaskan banyak faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi seseorang untuk mengikuti program tax amnesty.

Motivasi dari wajib pajak, diantaranya adalah kesadaran wajib pajak,

sosialisai perpajakan, dan sanksi pajak.

4. Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kesadaran adalah

keadaan tahu, mengerti, dan merasa. Kesadaran untuk mematuhi

ketentuan (hukum pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor–faktor

apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai, dan ditaati.

Bila seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut

masih rendah.

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan

14
benar dan sukarela. Pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan

sangat penting karena dapat membantu wajib pajak dalam mematuhi

aturan perpajakan. wajib pajak harus melaksanakan aturan itu dengan

benar dan sukarela. Kesadaran merupakan keadaan seseorang mengetahui

atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Masyarakat

akan bergerak untuk mematuhi kewajibannya membayar pajak jika

adanya penilaian positif wajib pajak pada pelaksanaan fungsi negara oleh

pemerintah ( Dewi dan Noviari, 2017).

Kesadaran wajib pajak merupakan perilaku wajib pajak berupa

pandangan atau persepsi yang melibatkan keyakinan, pengetahuan dan

penalaran serta kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan stimulus

yang diberikan oleh sistem dan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak dalam

membayar pajak merupakan perilaku wajib pajak berupa pandangan atau

perasaan yang melibatkan pengetahuan, keyakinan, dan penalaran disertai

kecenderungan untuk bertindak sesuai peraturan yang diberikan oleh

sistem dan ketentuan pajak tersebut.

Kesadaran wajib pajak merupakan sebuah itikad baik seseorang

untuk memenuhi kewajiban membayar pajak berdasarkan hati nuraninya

yang tulus ikhlas. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak, maka

pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Setiawan, 2009).

Jadi, kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

15
mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan

yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi

kewajiban pajaknya.Menurut Manik dan Asri (2009) dalam Muliari dan

Setiawan (2009), wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila:

1) Mengetahui adanya Undang-Undang dan ketentuan perpajakan.

2) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

3) Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

4) Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

5) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.

6) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

5. Sosialisasi Perpajakan

Definisi sosialisasi menurut Edward Shils (1968) dalam Waluya

(2007) Sosialisasi merupakan proses sosial yang dijalankan seseorang

atau roses sepanjang umur yang diperlu dilalui seseorang indivdu untu

menjadi seseorang anggota kelompok dan masyarakatnya melalui

pembelajaran kebudayaan dari kelompok dan masyarakat tersebut.

Sosialisasi oleh para ilmuan diartikan sebagai cara bagaimana anak-anak

diperkenalkan pada nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut masyarakat,

serta bagimana mereka mempelajarai peran-peran yang diharapkan akan

mereka jalankan kelak bila sudah dewasa (Sahid, 2011: 198).

Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan dapat dilakukan

dengan dua cara (Toly dan Herryanto, 2012) yaitu, sosialisasi langsung

16
dan sosialisasi tidak langsung. Sosialisasi langsung adalah kegiatan

sosialisasi perpajakan dengan berinteraksi langsung dengan wajib pajak

atau calon wajib pajak. Sedangkan sosialisasi tidak langsung adalah

kegiatan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat dengan sedikit atau

tidak melakukan interaksi dengan peserta, bisa dengan media elektronik

maupun media cetak.

Ditjen Pajak memberikan beberapa point terkait indikator

sosialisasi dimana kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan

kesadaran dan rasa peduli terhadap pajak yang dimodifikasi dari

pengembangan program pelayanan perpajakan (Winerungan, 2013 : 30)

a) Penyuluhan

Sosialisasi yang dibentuk oleh Ditjen Pajak dengan

menggunakan media massa atau media elektronik

menyangkut penyuluhan peraturan perpajakan kepada

Wajib Pajak.

b) Berdiskusi langsung dengan Wajib Pajak dan tokoh

masyarakat

Ditjen Pajak memberikan komuniskasi dua arah antara

Wajib Pajak dengan petugas pajak (fiskus) maupun

masyarakat yang dianggap memberikan pengaruh atau

dipandang oleh masyarakat sekitarnya.

17
c) Informasi langsung dari petugas (fiskus) ke wajib pajak

Petugas pajak memberikan informasi secara kangsung

kepada wajib pajak tentang peraturan perpajakan.

d) Pemasangan billboard

Pemasangan spanduk atau billboard pada tempat yang

strategis, sehingga mudah dilihat oleh masyarakat. Berisi

pesan singkat berupa kutipan perkataan, pernyataan dengan

bahasa penyampaian yang mudah dipahamai.

e) Website Ditjen Pajak

Media sosialisasi penyampaian informasi dalam bentuk

website yang dapat diakses internet setiap saat, cepat,

mudah, serta informasi yang lengkap dan up to date.

6. Sanksi Pajak

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan

kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang

merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu

mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak

dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau undang-undang tidak

dilanggar (Arum, 2012).

Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang- undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/

dipatuhi, dengan kata lain sanksi pajak merupakan alat pencegah agar wajib

pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2009). Setiap jenis

18
pelanggaran pajak mulai dari yang tingkatannya paling kecil sampai yang

paling berat sudah tersedia ancaman sanksinya.

Hal ini semakin tercermin pasca amandemen undangundang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan (UU Nomor 28 Tahun 2007)

yang berhasil menggulirkan ketentuan-ketentuan baru menyangkut sanksi

seputar pelanggaran kewajiban wajib pajak dan fiskus. Peraturan itu dibuat

untuk meminimalisir tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan baik

oleh wajib pajak maupun fiskus. Penegakan hukum secara adil oleh aparat

pajak diperlukan bagi wajib pajak yang lalai dalam membayar pajak

sehingga diharapkan mampu mendorong motivasi wajib pajak dalam

membayar pajak.

Oleh karena itu, ketegasan sanksi perpajakan sangat diperlukan

agar kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dapat meningkat.

Semakin tegas sanksi pajak yang dikenakan pada wajib pajak, maka dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penerapan sanksi merupakan akibat

tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang perpajakan. Pengenaan sanksi pajak

kepada wajib pajak dapat menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan

oleh wajib pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu

sendiri. Wajib pajak akan patuh (karena tekanan) karena mereka berfikir

adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya

menyelundupkan pajak, (Devano dan Rahayu, 2006:112)

19
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu

sanksi administrasi dan sanksi pidana. Ancaman terhadap pelanggaran

suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja,

ada yang diancam dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam

dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi

Merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa

bunga dan kenaikan. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila wajib

pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditenntukan

dalam UU KUP. Sedangkan, sanksi pidana dalam perpajakan berupa

penderitaan atau siksaan dalam hal pelanggaran pajak. Pengenaan sanksi

pidana tidak menghilangkan kewenangan untuk menagih pajak yang masih

terhutang.

7. Tax Amnesty

Menurut Hutagaol (2004), Pengampunan pajak (tax amnesty)

merupakan kebijakan pemerintah di bidang perpajakan yang memberikan

penghapusan pajak yang seharusnya terutang dengan membayar tebusan

dalam jumlah tertentu yang bertujuan untuk memberikan tambahan

penerimaan pajak dan kesempatan bagi wajib pajak yang tidak patuh (tax

evaders) menjadi wajib pajak yang patuh (honest taxpayers) sehingga

diharapkan akan mendorong peningkatan kepatuhan sukarela wajib pajak

di masa yang akan datang.

20
Tax amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang,

tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang

perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan

(UU pengampunan pajak 2016). Tujuan tax amnesty adalah untuk

meningkatkan penerimaan Negara dan pertumbuhan perekonomian serta

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan (Suyanto, 2016). Kebijakan tax amnesty sebenarnya

pernah dilakukan Indonesia pada tahun 1984. Secara psikologis

implementasi tax amnesty tidak baik/tidak memihak pada wajib pajak

yang selama ini sudah taat membayar pajak. Pelaksanaan tax amnesty

berdampak tidak baik apabila sering di lakukan, karena wajib pajak akan

yang selama ini sudah taat akan malas membayar pajak sebab kedepan aka

ada tax amnesty (Ragimun,2015).

Tax Amnesty adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh otoritas

pajak suatu negra untuk memberikan kesempatan kepada wajib pajak yang

selama ini tidak patuh untuk melporkan penghasilannya dan membayar

pajak secara sukarela melalui pemberin insentif (Mukarromah dkk, 2016).

Menurut Alm. (2009) Amnesti pajak adalah alat peningkatan pendapatan

kontroversial. Para pendukung amnesti menekankan dampak pendapatan

langsung dan jangka pendek, sebagai individu mengambil keuntungan dari

tenggang waktu untuk membayar pajak yang belum dibayar

Jadi, tax amnesty merupakan kebijakan yang ditawarkan untuk

mengungkapkan semua penghasilan atau harta yang belum dilaporkan,

21
membayar uang tebusan sebagai pinalti, tak ada pengusutan atas jumlah

yang dimintakan pengampunan, tambahan penerimaan bagi negara dan

mendorong kepatuhan sukarela. Dengan kesempatan yang ditawarkan,

maka wajib pajak memohon ampun kepada pemerintah atas ketidak

jujuran pengisian SPT dan berjanji untuk menjadi patuh. Kebijakan ini

diharapkan secara jangka pendek dapat memperoleh tambahan penerimaan

yang cukup signifikan, waktu relatif singkat serta tidak mengeluarkan

biaya yang besar.Persyaratan agar program tax amnesty berhasil menurut

Santoso dan Setiawan (2009) antara lain:

1) Program tax amnesty hanya ditawarkan satu kali saja,

hanya dapat berhasil jika program dianggap sebagai satu

kejadian yang sifatnya unik (satu kali saja terjadinya

sebagai peluang membenahi pelanggaran)

2) Program tax amnesty ditawarkan secara definitif dan dalam

jangka waktu yang terbatas, jika pemerintah mengeluarkan

kebijakan program tax amnesty, maka penawaran tersebut

hendaknya diberlakukan dalam suatu periode yang definitif

dan terbatas jangka waktunya

3) Kesiapan sistem pendukung kebijakan tax amnesty,

program tax amnesty memerlukan adanya berbagai

penyesuaian di bidang-bidang lainnya dari sistem

perpajakannya, untuk tegas menegakkan peraturan berlaku

(law enforcement)

22
4) Perbaikan struktural di bidang ekonomi dan sosial,

berhasilnya berbagai program tax amnesty ini akan sangat

tergantung kepada kemauan pemerintah menjalankan

berbagai perubahan yang sifatnya structural

5) Kepercayaan kepada pemerintah yang berkuasa,

kepercayaan akan hilang bilamana pemerintahan tidak akan

mematuhi janji-janji amnestinya

6) Pertimbangan- pertimbangan lain, tax amnesty harus

mengukur tingkat kepatuhan pajak sukarela secara

keseluruhan, mutu penegakan hukum, kemungkinan

perubahan dalam penegakan UU, opsi-opsi lain di luar tax

amnesty , membangun basis data yang tepat.

8. Tingkat Kepatuhan

Menurut Undang-Undang Perpajakan, No. 28 Tahun 2007 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1, pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan

pungutan yang bersifat wajib yang dibebankan kepada masyarakat

(induvidu dan badan) sesuai dengan kemampuan ekonomis yang dimiliki

dan pajak juga merupakan peralihan kekayaan dari sektor rakyat ke sektor

pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara. Kondisi perpajakan

23
yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan

perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, dimana

wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan

kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam membayar dan melaporkan

pajaknya.( Putra dkk, 2014)

Dalam kaitannya dengan wajib pajak, Budiatmanto (1999: 48)

dalam Witono (2008) mendefinisikan kepatuhan sebagai perilaku Wajib

Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi.

Biasanya motivasi akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku

(termotivasi, tanpa motivasi, dan apatis), dan kesesuaian dengan tujuan

perilaku (efektif, tidak efektif)

Rahayu (2010:138) mengungkapkan terdapat 2 macam kepatuhan

yakni kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah

suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal

sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan

material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive atau

hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan. Wajib pajak

dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 Pasal 2 tentang Tata Cara

Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu, apabila memenuhi

kriteria:

a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

24
b) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,

kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin

mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

c) Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar

Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, dan;

d) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun terakhir.

A. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu

mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel

2.1

25
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Metode Penelitian
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1. Nurulita Rahayu (2017) Pengaruh Pengetahuan Variabel sanksi pajak, Variabel pengetahuan Hasil perhitungan
Perpajakan, Ketegasan Sanksi penelitian kuantitatif perpajakan, lokasi menunjukkan bahwa
Pajak, Dan Tax Amnesty menggunakan kuisioner penelitian, dan tidak semua item dapat
Terhadap Kepatuhan Wajib dan variabel dependen adanya variabel dikatakan valid, karena
Pajak kepatuhan wajib pajak intervening semua item kuesioner
memiliki nilai person
correlation yang lebih
besar dari r-tabel dan
memiliki sig. kurang
dari 0,05
2. Ayu Tut Sukma Pengaruh Kesadaran Wajib Variabel kesadaran wajib Variable dependen Hasil penelitian
Trisnasari, Edy Pajak, Sosialisasi Perpajakan pajak, sosialisasi kemauan wajib pajak menunjukkan bahwa
Sujana,dan Nyoman Dan Pengetahuan Perpajakan perpajakan, penelitian mengikuti program tax variabel kesadaran,
Trisna Herawati Terhadap Kemauan Wajib Pajak kuantitatif menggunakan amnesty menjadi sosialisasi dan
(2017) Dalam Mengikuti Program Tax kuisioner variable intervening, penegetahuan
Amnesty (Studi Kasus Pada lokasi penelitian, dan berpengaruh positif
Wajib Pajak Orang Pribadi jumlah responden terhadap kemauan wajib
Pada Kpp Pratama Singaraja) pajak dalam mengikuti
Tax Amnesty
3. Rusmadi Pengaruh Tax Amnesty Dan Variabel sanksi pajak Tax amnesty sebagai Hasil penelitian
(2017) Sanksi Pajak Terhadap dan kepatuhan sebagai variabel independen menunjukkan bahwa
Kepatuhan Wajib Pajak variabel dependen bukan variabel Tax Amnesty ataupun
intervening sanksi pajak sama-sama
memberi dampak pada
peningkatan penerimaan
pajak
Bersambung pada halaman selanjutnya
26
Tabel 2.1 (lanjutan)
Metode Penelitian
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
4. Ni Putu Arisa Dewi Pengaruh Kesadaran Wajib Variabel kesadaran Variabel pelayanan Hasil penelitian
dan Naniek Noviari Pajak, Pelayanan Fiskus, Dan wajib pajak, dan sanksi fiskus dan intervening menunjukkan bahwa
(2017) Sanksi Perpajakan Pada pajak pada kemauan kesadaran wajib pajak dan
Kemauan Mengikuti Tax mengikuti tax amnesty sanksi pajak berpengaruh
Amnesty positif pada kemauan
mengikuti tax amnesty.
5. Viega Ayu Permata Pengaruhtax Amnesty, Variabel tax amnesty Variabel tax amnesty Hasil penelitian
Sari dan Fidiana Pengetahuan Perpajakan, Dan terhadap kepatuhan sebagai variabel menunjukkan bahwa
(2017) Pelayanan Fiskus Terhadap wajib pajak dependen, lokasi variable ltax amnesty
Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib
pajak, sehingga hipotesis
diterima. Programtax
amnestymemiliki pengaruh
terhadap kepatuhan wajib
pajak.
6. Suyanto dan Ika Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Variabel tax amnesty Variabel dependen Hasil penelitian
Septiani Putri Tentang Kebijakan Tax Amnesty terhadap kepatuhan menunjukkan bahwa
(2017) (Pengampunan Pajak), Dan perpajakan persepsi wajib pajak
Motivasi Membayar Pajak tentang kebijakan tax
Terhadap Kepatuhan Perpajakan amnesty tidak memiliki
pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap
kepatuhan perpajakan

Bersambung pada halaman selanjutnya

27
Tabel 2.1 (lanjutan)
Metode Penelitian
No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
(Tahun)
7. Husnurrosyidah Pengaruh Tax Amnesty Dan Variabel tax amnesty Tidak adanya variabel Hasil penelitian menunjukkan
dan Ulfah Sanksi Pajak Terhadap dan sanksi pajak intervening, lokasi bahwa tax amnesty dan sanksi
Nuraini Kepatuhan Pajak Di Bmt Se- terhadap kepatuhan pajak berpengaruh terhadap
(2016) Karesidenan Pati pajak kepatuhan pajak BMT se-eks
Karisidenan Pati
8. Titik Mengapa Wajib Pajak Variabel kemauan Menggunakan metode Hasil penelitian menunjukkan
Setyaningsih Mengikuti Tax Amnesty (Studi mengikuti program tax kualitatif, lokasi dan bahwa sosialisai berpengaruh
dan Antin Kasus Di Solo) amnesty variabel yang terhadap wajib pajak
Okfitasari mempengaruhi mengikuti program tax
(2016) amnesty
9. Saka Winih W Analisis Faktor Yang Variabel sosialisai Variabel keefektivan Hasil penelitian menunjukkan
(2016) Mempengaruhi Efektivitas perpajakan kebijakan pengampunan bahwa sosialisasi tidak
Kebijakan Pengampunan Pajak pajak, dan lokasi berpengaruh terhadap
efektivitas kebijakan
pengampunan pajak tetapi
pengetahuan dan keadilan
berpengaruh
10. Ngadiman dan Pengaruh Sunset Policy, Tax Variabel tax amnesty Variabel tax amnesty Hasil penelitian menunjukkan
Daniel Huslin Amnesty, Dan Sanksi Pajak dan sanksi pajak pada sebagai variabel bahwa tax amnesty dan sanksi
(2015) Terhadap Kepatuhan Wajib kepatuhan wajib pajak dependen pajak berpengaruh positif dan
Pajak signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak

28
C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kemauan mengikuti program tax

amnesty

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang

berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi

kewajiban pajaknya. (Manik Asri, 2009).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trisnasari, Sujana, dan

Herawati (2017) menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh

terhadap kemauan wajib pajak mengikuti program tax amnesty.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H1= Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh terhadap Kemauan Wajib

Pajak Dalam Mengikuti Program Tax Amnesty

2. Pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kemauan mengikuti program tax

amnesty

Sosialisasi Perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Dirjen Pajak

untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya

wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan baik

peraturan maupun tata cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat

(Burhan, 2015).

29
Berdasarkan analisis yang dilakukan hasil dari regresi menunjukkan

bahwa sosialisasi perpajakan memiliki pengaruh parsial yang signifikan

terhadap kemauan wajib pajak dalam mengikuti Tax Amnesty.(Trisnasari et

al,2017).

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H2 = Sosialisasi Perpajakan Berpengaruh terhadap Kemauan

Wajib Pajak Dalam Mengikuti Program Tax Amnesty.

3. Pengaruh sanksi pajak terhadap kemauan mengikuti program tax amnesty

Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan

dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat

pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,

2009). Setiap jenis pelanggaran pajak mulai dari yang tingkatannya paling

kecil sampai yang paling berat sudah tersedia ancaman sanksinya. Hal ini

semakin tercermin pasca amandemen undangundang ketentuan umum dan

tata cara perpajakan (UU Nomor 28 Tahun 2007) yang berhasil

menggulirkan ketentuan-ketentuan baru menyangkut sanksi seputar

pelanggaran kewajiban wajib pajak dan fiskus.

Berdasarkan hal tersebut serta penelitian sebelumnya (Rahayu, 2017)

yang menjelaskan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kemauan

mengikuti program tax amnesty, maka dibentuk hipotesis sebagai berikut

30
H3= Sanksi Pajak Berpengaruh terhadap Kemauan Wajib Pajak

Dalam Mengikuti Program Tax Amnesty.

4. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan

Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia untuk memahami

realitas dan bagaimana mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas.

Jatmiko (2006) menjelaskan bahwa kesadaran adalah keadaan mengetahui

atau mengerti. Irianto (2005) dalam Widayati dan Nurlis (2010) menguraikan

beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak

untuk membayar pajak.

Berdasarkan hal tersebut dan penelitian sebelumnya (Arum, dan

Zulaikha, 2012) yang menjelaskan bahwa kesadaran wajib pajak memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, maka di

bentuk hipotesis sebagai berikut

H4= Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh terhadap Tingkat

Kepatuhan

5. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan

Bentuk sosialisasi perpajakan bisa dilakukan dengan penyuluhan.

Kegiatan penyuluhan dan pelayanan pajak memegang peranan penting dalam

upaya memasyarakatkan pajak sebagai bagian dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Kegiatan penyuluhan pajak memiliki andil besar dalam

31
mensukseskan sosialisasi pajak keseluruh wajib pajak. Berbagai media

diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap

pajak dan membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi negara.

Negara dalam hal ini memberikan mandat kepada pemerintah telah

menjalankan kewajiban pemungutan pajak kepada masyarakat. Namun proses

pemungutan pajak ini tidak mudah tanpa kesadaran dari masyarakat akan

pentingnya pajak bagi pembiayaan Negara khususnya pembangunan secara

publik.

Berdasarkan hal tersebut dan penelitian sebelumnya oleh Winerungan

(2013) yang menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif

terhadap tingkat kepatuhan, maka di bentuk hipotesis berikut

H5= Sosialisasi Perpajakan Berpengaruh terhadap Tingkat

Kepatuhan

6. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada

orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undangundang merupakan

rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang

harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan

agar peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan

jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma

perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan

32
merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan

(Mardiasmo,2009). Menurut penelitian sebelumnya ( Mutia, 2014) bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara sanksi perpajakan dengan

tingkat kepatuhan, maka di bentuk hipotesis berikut

H6= Sanksi Pajak Berpengaruh terhadap Tingkat Kepatuhan

7. Pengaruh Kemauan Wajib Pajak Mengikuti Program Tax Amnesty terhadap

Tingkat Kepatuhan

Program tax amnesty merupakan program yang ditujukan untuk peningkatan

kepatuhan pajak yang telah dilakukan oleh beberapa negara. Program tax amnesty

diberikan ketika dalam suatu negara terjadi fenomena tingginya jumlah wajib

pajak yang tidak taat pajak. Apalagi di Indonesia terdapat 30%-40% dari jumlah

wajib pajak yang tidak taat pajak. Jadi sanksi pajak baik sanksi administrasi

maupun sanksi pidana tidak mungkin dijatuhkan kepada wajib pajak yang tidak

taat pajak tersebut karena jumlahnya terlalu besar. Oleh karena itu, seorang ahli

dari Rusia memberikan terobosan untuk meningkatkan kepatuhan pajak melalui

program tax amnesty (Darussalam, 2016).

Berdasarkan hal tersebut dan penelitian sebelumnya oleh Sari (2017) yang

menyatakan bahwa tax amnesty berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan,

maka dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut.

33
H7= Kemauan Wajib Pajak Mengikuti Program Tax Amnesty

Berpengaruh terhadap Tingkat Kepatuhan.

8. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, dan Sanksi Pajak

terhadap Tingkat Kepatuhan Melalui Kemauan Mengikuti Program Tax

Amnesty

Menurut PMK No. 118/PMK.03/2016 tax amnesty adalah adalah

penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi

administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara

mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Pengampunan Pajak. Tax amnesty dipandang sebagai jalan

keluar untuk meningkatkan penerimaan di masa yang akan datang karena tax

amnesty memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk masuk atau

kembali ke administrasi perpajakan. Pada umumnya pemberian tax amnesty

bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek,

meningkatkan kepatuhan pajak di masa yang akan datang, mendorong

repatriasi modal atau aset, dan transisi ke sistem perpajakan yang baru

(Darussalam, 2014 dalam Sari dan Fidiana, 2017).

Ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya kemauan wajib

pajak dalam megikuti program tax amnesty. Seperti penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Dewi dan Noviari (2016) yang menyatakan bahwa

kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak berpengaruh positif

34
terhadap kemauan mengikuti tax amnesty. Selain itu, penelitian lain yang

dilakukan oleh Sari dan Fidiana (2017) menyatakan bahwa tax amnesty

memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal

tersebut, maka dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut.

Ha8: Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh terhadap Tingkat

Kepatuhan Melalui Kemauan Mengikuti Program Tax

Amnesty

Ha9: Sosialisasi Perpajakan Berpengaruh terhadap Tingkat

Kepatuhan Melalui Kemauan Mengikuti Program Tax

Amnesty

Ha10: Sanksi Pajak Berpengaruh terhadap Tingkat

Kepatuhan Melalui Kemauan Mengikuti Program Tax

Amnesty

35
B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1
Skema Pemikiran

Tax amnesty merupakan salah satu


bentuk upaya atau inovasi lain Kepatuhan pajak merupakan
dalam sistem perpajakan yang suatu keadaan dimana wajib
berguna meningkatkan pajak memenuhi semua
penerimaan pajak tanpa kewajibanperpajakan dan
menambah beban baik jenis pajak
melaksanakan hak
baru maupun persentase pajak
yang sudah ada kepada perpajakannya.
masyarakat

GAAP

Faktor- faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam mengikuti


program tax amnesty dan pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan

Grand Theory : Theory of planned behavior (TPB)

Bersambung ke halaman selanjutnya

36
Gambar 2.1 (Lanjutan)

Metode Partial Least Square (PLS) dengan program software smartPLS 3.0

Hasil pengujian dan pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran

37
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif karena data yang digunakan berupa angka dan dihitung

dengan menggunakan metode statistik. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan

pengaruh variable independen, yaitu kesadaran wajib pajak, sosialisai

perpajakan, dan sanksi pajak terhadap variabel dependen, yaitu dampaknya

pada tingkat kepatuhan dengan kemauan wajib pajak mengikuti program tax

amnesty variabel intervening. Agar lebih fokus terhadap penelitian yang

dilakukan, maka ruang lingkup penelitian difokuskan hanya pada KPP yang

berada di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, pihak peneliti

selanjutnya menentukan populasi yang akan diuji. Menurut Sugiyono

(2010 : 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

38
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumalah dan karakterisitik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010 : 81). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua wajib pajak orang pribadi yang mengikuti

program tax amnesty, sedangkan wajib pajak yang tercatat di KPP Jakarta,

Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek) merupakan sampel.

2. Metode Pengambilan Sampel

Peneliti menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan

pengambilan sampel. Ini berarti sampel dipilih secara sengaja sesuai

dengan persyaratan sampel yang diperlukan atau bisa dikatakan

pengambilan sampel tertentu. Sampel yang akan diambil dari populasi

adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dengan kualifikasi :

1. Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengikuti program tax

amnesty

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. .Data

primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pihak pertama tanpa

adanya pelantara .Data primer ini diperoleh dengan menggunakan daftar

pertanyaan (kuesioner) yang telah terstruktur dengan tujuan untuk

mengumpulkan informasi dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengikuti

tax amnesty dan terdaftar di KPP wilayah Jadetabek terdaftar di yang

merupakan responden dalam penelitian ini.

39
1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan

perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian

lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data

primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah

wajib pajak orang pribadi yang tercatat di KPP Jakarta, Depok,

Tangerang dan Bekasi. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan

kuesioner empat instansi secara langsung ataupun melalui perantara.

Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari

wajib pajak sebagai responden dalam penelitian. Sumber data dalam

penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang

diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada wajib

pajak orang pribadi yang mengikuti program tax amnesty sebagai

responden.

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang

digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. Kuesioner

40
yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari penelitian sebelumnya

oleh Trisnasari dkk (2017) yang berjudul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Sosialisasi Perpajakan Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kemauan

Wajib Pajak Dalam Mengikuti Program Tax Amnesty (Studi Kasus Pada

Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kpp Pratama Singaraja)” dan penelitian

Rahayu (2017) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan

Sanksi Pajak, Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”

1. Kesadaran Wajib Pajak (X1)

Kesadaran menurut (Tarjo dan Sawarjuwono, 2005:126) adalah

rasa rela untuk melakukan sesuatu yang sebagai kewajiban dalam

kehidupan bermasyarakat. Kesadaran wajib pajak dapat diartikan

sebagai perilaku wajib pajak berupa pandangan atau persepsi yang

melibatkan keyakinan, pengetahuan dan penalaran serta

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan stimulus yang diberikan

oleh sistem dan ketentuan perpajakan yang berlaku (Pandapotan

Ritonga, 2011:15). dan disesuaikan dengan topik penelitian

dimanasemua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Ordinal

(Likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor yaitu: nilai

(1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, , (3) netral, (4) setuju, dan (5)

sangat setuju.

41
2. Sosialisai Perpajakan (X2)

Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Dirjen

Pajak untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan

khususnya Wajib Pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai

perpajakan baik peraturan maupun tata cara perpajakan melalui

metode-metode yang tepat menurut Susanto dalam (Sugeng Wahono,

2012: 80) dan disesuaikan dengan topik penelitian dimanasemua

pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Ordinal (Likert), 1

sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat

tidak setuju, (2) tidak setuju, , (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat

setuju.

3. Sanksi Pajak (X3)

Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan

perundangundangan perpajakan (norma perpajakan) akan

dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan

merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar

norma perpajakan (Mardiasmo, 2003 : 39). dan disesuaikan dengan

topik penelitian dimanasemua pertanyaan diukur dengan

menggunakan skala Ordinal (Likert), 1 sampai 5. Jawaban yang

42
didapatakan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak

setuju, , (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju..

4. Kemauan Wajib Pajak Mengikut Program Tax Amnesty (Z)

Kemauan atau kehendak merupakan dasar untuk mempelajari

beberapa hal yang berhubungan dengan pengetahuan dan

lainnya. Kemauan juga merupakan salah satu faktor yang mendorong

seseorang untuk mengerjakan suatu hal dalam kehidupan nyata.

(Murdoko, 2006)

Sedangkan pengampunan pajak (tax amnesty) menurut Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak Pasal 1

adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai

sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang

perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang

Tebusan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini dan

disesuaikan dengan topik penelitian dimana semua pertanyaan diukur

dengan menggunakan skala Ordinal (Likert), 1 sampai 5. Jawaban

yang didapatakan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2)

tidak setuju, , (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju..

5. Dampaknya Terhadap Tingkat Kepatuhan (Y)

Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari

kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk

43
menyetorkan kembali surat pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam

memperhitungkan dan membayar pajak terutang, dan kepatuhan dalam

pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena

ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya

menghindari pajak, seperti tax evosion dan tax avoidance, yang

mengakibatkan berkurangnya penerimaan negara dari sektor

perpajakan. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh

kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan

tax enforcement. Setelah disesuaikan dengan topik penelitian dimana

semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Ordinal (Likert),

1 sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor yaitu: (1) sangat

tidak setuju, (2) tidak setuju, , (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat

setuju.

44
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No. Butir
Variable Indikator Skala
pernyataan

Kemauan 1. Menyiapkan dokumen sendiri 1


Mengikuti Tax
Amnesty
2. Berusaha mencari informasi 2
menegenai cara
3. Berkonsultasi dengan pihak 3 Linkert 1-5
yang memahami
4. Mengikuti atas kemauan 4
sendiri
5. Mengalokasikan dana 5
6. Datang ke KPP 6
Kesadaran 1. Paham pentingnya pajak 7
Wajib Pajak
2. Yakin pajak akan kembali ke 8
masyarakat
3. Mematuhi Undang-Undang 9
4. Memahami tujuan 10
5. Menyadari pentingnya 11&12
6. Mengetahui 13&14
 Masa berakhir
 Tarif uang tebusan
7. Menghitung 15&16
 Dengan sukarela
 Dengan Benar
Sosialisasi 1. Senang jika ada sosialisasi 17
Perpajakan
2. Keinginan 18
3. Melihat 19
4. Mengerti 20
5. Mengikuti penyuluhan 21 Linkert 1-5
6. Mengetahui dari sumber 22&23
 Media masa
 Media elektronik
7. Membantu 24
8. Sesuai harapan 25

45
Sanksi Pajak 1. Undang-Undang 26

2. Melakukan pelanggaran 27
3. Membuat jera 28 Linkert 1-5
4. Pengenaan sanksi 29&30
 Administrasi
 Orang yang lalai dalam
pajak
5. Memahami konsekuensi 31-35

Tingkat 1. Kemauan sendiri 36


kepatuhan
2. Keharusan 37
3. Mampu menghitung pajak 38
dengan benar
4. Tepat waktu 39
5. Adanya fasilitas 40&41
 Pemeriksaan pajak Linkert 1-5
 Tempat pembayaran
yang banyak
6. Bersedia 42
7. Sadar 43
8. Mengetahui 44
9. Bebas dari hukuman 45
10. Sesuai dengan peraturan 46
11. Mengungkapkan 47
12. Melunasi 48

Dalam kuesioner ini terdapat dua pertanyaan negatif yang

terdapat pada nomor 27 dan 45. diukur dengan menggunakan skala

Ordinal (Likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapatakan dibuat skor

yang dibalik dengan yaitu: nilai (1) sangat setuju, (2) setuju, (3)

netral, (4) tidak setuju, dan (5) sangat tidak setuju.

46
E. Metode Analisis Data

Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Partial Least Square

(PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling (SEM)

yang berbasis komponen atau varian. PLS merupakan pendekatan alternatif

yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis

varian (Ghozali, 2015:6). Menurut Ghozali (2015:5), PLS merupakan metode

analisis yang powerfull, karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. SEM

yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas atau teori sedangkan

PLS lebih bersifat predictive model. Contohnya dalam pendekatan PLS data

tidak harus terdistribusi normal dan sampel yang tersedia tidak harus besar.

Selain ini PLS dapat digunakan untuk mengkonfimasi teori dan dapat juga

menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS dapat sekaligus

menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan formatif.

Tujuan PLS adalah membantu untuk tujuan prediksi dari peneliti (Ghozali,

2015:7). Model formalnya mendefinisikan variabe laten adalah linier agregat

dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen

skor variabel laten didapat berdasarkan bagaiman inner model (model

pengukuran yaitu hubungan antar variabel laten) dan outer model (model

pengukuran yaitu hubungan indikator dengan konstruknya) dispesifikasi.

Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen. Estimasi parameter

47
yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu, pertama,

adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel

laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang

menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dengan indikatornya

(loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai

konstanta regresi) untuk indikator dalan variabel laten. Untuk memperoleh

ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses literasi 3 tahap dan setiap tahap

literasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama, menghasilkan weight estimate,

tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan

tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (Ghozali, 2015)

A. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian

dalam bentuk tabulasi sehingga dapat mudah dipahami dan

diiterpretasikan. Deskriptif sifatnya menggambarkan atau

mendeskripsikan suatu kondisi. Statistik deskriptif berfungsi mempelajari

tata cara pengumpulan, pencatatan, penyusunan, dan penyajian data

penelitian dalam bentuk tabel frekuensi atau grafik, dan selanjutnya

diakukan pengukuran nilai-nilai statistiknya seperti rata-rata (mean).

48
B. Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2009). Pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan pearson correlation. Pedoman suatu model dikatakan

valid jika tingkat signifikansi di bawah 0,05 atau pearson correlation>

r-tabel maka butir pertanyaan itu dikatakan valid.

2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model

Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam

suatu model prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum

melewati tahap purifikasi dalam model pengukuran (Hartono dan

Abdilah, 2014:58). Model pengukuran digunakan untuk menguji

validitas konstruk dan reliabilitas instrumen. Uji validitas dilakukan

untuk mengukur kemampuan instrumen penelitian mengukur apa yang

seharusnya diukur (Cooper dan Schindler, 2006 dalam Hartono dan

Abdilah, 2014:58). Dalam PLS, uji konstruk dapat dilakukan dengan

melakukan uji Convergent Validity, Discriminat Validity, dan

Average Variance Extracted (AVE). Uji reliabilitas digunakan untuk

mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur konsistensi

49
responden dalam menjawab instrument. Instrument dikatakan andal

jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Uji realibilitas dalam PLS dapat menggunakan

metode composite reliability dan cronbach`s alpha (Hartono dan

Abdilah, 2014:62).

a. Convergent Validity

Model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai

berdasarkan korelasi antara item score atau component score dengan

construct score yang dihitung dengan software smartPLS. Ukuran

reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan

konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk 60 penelitian

tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50

sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2015:74).

b. Discriminant Validity

Model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross

loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan

item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka

akan menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada

blok yang lebih baik daripada ukurna blok lainnya. Metode lain untuk

menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root

of Average Variace Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi

50
antar konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap

konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan

konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai

discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk

mengukur reabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih

konservatif dibandingkan dengan composite reliability.

Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar dari 0,50 (Fornnel dan

Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2015:75).

c. Reliability

Mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran

yaitu Composite Reliability dan Cronbach`s Alpha (Ghozali, 2015:75).

Composite reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu

konstruk dan lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu

konstruk (Salisbury et al, 2002 dalam Hartono dan Abdillah, 2014:62).

Cronbach`s Alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu

konstruk. Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika

mempunyai Composite Reliability di atas 0,70 dan mempunyai

Cronbach`s Alpha di atas 0,60.

3. Uji Model Struktural atau Inner Model

Inner model (inner relation, structural model dan substantive

theory) menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan

51
pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan

menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-

Geissersquare test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikan

dari koefisien parameter jalur struktural.

a. R-Square

Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat

Rsquare untuk setiap variabel laten dependen. Interprestasinya

sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square

dapat 62 digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten

independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah

mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2015:78). Nilai R-

square 0,75, 0,50, 0,25 dapat disimpulkan bahwa model kuat,

moderat dan lemah, hasil dari PLS R-square mempresentasikan

jumlah variance dari konsruk yang dijelaskan oleh model

(Ghozali, 2015:78).

b. Q-Square

Q-Square mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh

model juga estimasi parameternya. Nilai Q-Square > 0

menunjukkan model memiliki predictive relevance, sebaliknya

jika nilai Q-Square < 0 menunjukkan model kurang memiliki

predictive relevance (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2015:79).

52
Besaran Q-Square memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 < 1,

dimana semakin medekati 1 berarti model semakin baik. Besaran

Q 2 ini setara dengan korfisien determinasi total pada analisis jalur

(path analysis). Nilai Q-Square 0,02, 0,15, 0,35 dapat

disimpulkan bahwa nilai predictive relevance lemah, moderate

dan kuat. Perhitungan Q-Square dilakukan dengan rumus:

Q 2 = 1- (1-R12 ) (1-R22 ) ..... (1-Rp2 )

Dimana R12 , R22 , .... Rp2 adalah R-Square variabel endogen.

c. Goodness of Fit (GoF)

GoF untuk overall fit index dapat digunakan kriteria goodness of

fit index yang dikembangkan oleh Tenenhaus et al (2014) dalam

Ghozali (2015:82) dengan sebutan GoF Index. Index ini

dikembangkan untuk mengevaluasi model pengukuran dan model

struktural dan disamping itu menyediakan pegukuran sederhana

untuk keseluruhan dari prediksi model . Nilai GoF index ini

diperoleh dari average communalities dikalikan dengan nilai R2

model. Nilai GoF ini terbentang antara 1-0 dengan interprestasi

nilai ini adalah 0,1 (GoF Kecil), 0,25 (GoF Moederat) dan 0,36

(GoF Besar) (Wetzels et al, 2009 dalam Yamin, 2011:22).

Formula GoF Index yaitu:

GoF = √Com x R2

53
Com bergaris atas adalah average communalities dan R2 bergaris

atas adalah rata-rata model R2 .

C. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) untuk

menganalisis pola antar hubungan variabel dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel

eksogen dengan variabel endogen (Ridwan dan Kuncoro, 2013:2). Seluruh

pengujian dan analisis data menggunakan bantuan smartPLS 3.

Setiap analisis yang dipilih untuk memecahkan permasalahan statistik

tidak lepas dari asumsi yang harus ditaati agar kesimpulan yang diperoleh

dapat dipertanggungjawabkan. Dasar yng digunakan untuk menguji

hipotesis ini adalah nilai yang terdapat pada Path Coefficient unuk

menguji model struktural. Diagram jalur memberikan secara eksplisit

hubungan kausalitas antar variabel. Model bergerak dari kiri ke kanan

dengan implikasi prioritas hubungan kausal variabel yang bergerak ke

sebelah kiri. Setiap nilai menggambarkan jalur dan koefisien jalur

(Ghozali, 2013:250). Nilai t-statistik dibandingkan dengan t-tabel yang

ditentukan dalam penelitian ini dimana diketahui df didapat dari jumlah

sampel dikurangu dua df = (n-2) dan signifikansi sebesar 0,05. Teknik

analisis jalur (path analysis) ini akan digunakan dalam pengujian besarnya

kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur

54
dari hubungan kausal antar variabel kesadaran wajib pajak (X1), sosialisasi

perpajakan (X2), sanksi pajak (X3), kemauan mengikuti tax amnesty

(Intervening) dan tingkat kepatuhan (Y).

D. Uji Efek Intervening

Di dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu

kemauan mengikuti tax amnesty. Suatu variabel dikatakan variabel

intervening jika variabel tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara

variabel prediktor (independen) dan variabel kriterion (dependen) (Baron

dan Kenny, 1986 dalam Ghozali 2013).

Efek intervening menunjukkan hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen melalui penghubung atau intervening.

Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak secara

langsung terjadi tetapi melalui proses transformasi yang diwakili oleh

variabel intervening (Baron dan Kenny, 1986 dalam Hartono dan

Abdillah, 2009). Prosedur pengujian efek intervening dilakukan dengan

prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uj

Sobel (Sobel test). Uji sobel dapat dengan cara (Ghozali, 2013):

1) Melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y

lewat variabel M. Pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M

dihitung dengan cara mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur

M→Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = c-c`, dimana c adalah

55
pengaruh variabel X terhadap variabel Y tanpa kontrol M,

sedangkan c` adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah

mengontrol M (Gambar 3.1)

Gambar 3.1
Model Intervening

c
Variabel Variabel
Indipenden Dependen

a b

Variabel
Intervening

Standard error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb,

besarnya standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect)

Sab dihitung dengan rumus dibawah ini:

Sab = √b2Sa2 + a2Sb2 + Sa2Sb2

2) Langkah kedua, melakukan pengujian untuk mengetahui

signifikansi pengaruh tidak langsung, maka diperlukan

perhitungan nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai

56
𝐚𝐛
berikut: 𝐭 = 𝐒𝐚𝐛

Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel yaitu 1,9879

untuk signifikan 5%. Jika nilai t hitung ≥ dari nilai t-tabel maka

dapat disimpulkan terdapat pengaruh intervening.

57
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap wajib pajak yang mengikuti

program tax amnesty yang berada di wilayah Jakarta, Depok,

Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek). Pengumpulan data dalam

penelitian ini dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian

secara langsung ke Panin Bank, Resona Bank, Kemendikbud, dan PT.

Kitrans Logistic Indonesia. Proses perizinan, penyebaran dan

pengembalian kuesioner ini dilaksanakan mulai tanggal 8 Januari 2018

sampai dengan 20 Februari 2018. Gambaran mengenai data sampel

disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.
Data Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 100 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak 12 12%
kembali
3. Jumlah kusioner yang dapat 88 88%
diolah
Sumber: Data primer yang diolah

58
Kuesioner yang disebar dalam bentuk fisik berjumlah 100 buah

kuesioner atau 100%. Kuesioner manual yang tidak kembali sebanyak

12 buah atau 12%, hal ini dikarenakan jumlah wajib pajak yang

mengikuti tax amnesty dalam perusahaan tersbut kurang dari kuesioner

yang dibagikan. Jadi jumlah kuesioner yang dapat dioalah berjumlah

88 atau 88%. Semua kuesioner yang terkumpul dapat digunakan

sebagai data penelitian karena diisi dengan lengkap oleh responden.

Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian dapat dilihat pada

tabel 4.2

Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
Kuesioner Kuesioner
No. Sumber Kuesioner yang dikirim/ yang diolah
diterima
1. Panin Bank 25 20
2. Resona Bank 25 22
3. Kemendikbud 25 23
4. PT. Kitrans Logic 25 23
Indonesia
Sumber : Data Primer yang diolah

2. Karaktertistik Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang

terdaftar di KPP wilayah Jadetabek. Wajib pajak yang menjadi

responden adalah wajib pajak yang mengikuti program tax amnesty.

Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden dalam

59
penelitian ini yang terdiri dari jenis pekerjaan, terdaftar di KPP, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, pernah tidaknya mengikuti program tax

amnesty dan memgikuti tax amnesty pada periode ke berapa.

a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Frequency Percent Valid Cumulativ
Percen e Percent
t
Valid Pria 39 44,3 44,3 44,3
Wanita 49 55,7 55,7 100.0
Total 88 100.0 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 49 orang atau

55,7% responden didominasi oleh jenis kelamin perempuan dan

sisanya sebesar 39 orang atau 44,3% responden berjenis kelamin

laki-laki. Hal ini mungkin dikarenakan responden berjenis

kelamin perempuan lebih memiliki waktu luang untuk

berpartisipasi dalam penelitian.

b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan


Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan tingkat pendidikan.

60
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid D3 2 2,3 2,3 2,3
S1 66 75,0 75,0 77,3
S2 19 21,6 21,6 98,9
S3 1 1,1 1,1 100,0
S Total 88 100,0 100,0
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1)

dengan jumlah 66 responden atau 75,0%. Sisanya dengan

jumlah responden 19 orang atau 21,6% berpendidikan terakhir

Strata 2 (S2), responden dengan pendidikan terakhir Strata 1

(S3) hanya satu orang atau 1,1% dan dengan jumlah 2 orang

responden atau 2,3% berpendidikan terakhir Diploma III (D3).

c. Deskripsi responden berdasarkan periode mengikuti tax

amnesty

Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan periode mengikuti tax amnesty

61
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Periode Tax
Amnesty

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid 1 30 34,1 34,1 34,1
2 39 44,3 44,3 78,4
3 19 21,6 21,6 100,0
Total 88 100,0 100,0

Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa

mayoritas responden dalam penelitian ini sebesar 39 orang

responden atau 44,3% mengikuti program tax amnesty pada

periode kedua. Responden yang mengikuti program tax

amnesty pada periode pertama sebanyak 30 orang responden

atau 34,1%. Sedangkan responden yang mengikuti program

tax amnesty pada periode ketiga sebanyak 19 orang atau

21,6%.

d. Deskripsi responden berdasarkan wilayah KPP

Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan wilayah KPP

62
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Wilayah KPP

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Jakarta 28 31,8 31,8 31,8
Depok 19 21,6 21,6 53,4
Tangeran 24 27,3 27,3 80,7
g
Bekasi 17 19,3 19,3 100,0
Total 88 100,0 100,0
Sumber: Data Primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa

mayoritas responden dalam penelitian ini sebesar 28 orang

responden atau 31,8% terdaftar di KPP wilayah Jakarta.

Responden yang terdaftar di KPP wilayah Tangerang sebanyak

24 orang responden atau 27,3%. Sedangkan responden yang

terdaftar di KPP wilayah Depok sebanyak 19 orang atau

21,6%, dan Sisanya 17 orang responden atau 19,3% terdaftar di

KPP wilayah Bekasi.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kesadaran

wajib pajak, sosialisasi perpajakan, sanksi pajak, kemauan mengikuti

63
program tax amnesty dan tingkat kepatuhan akan diuji secara statistik

deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.6

Tabel 4.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation
Kesadaran 88 38,0 50,0 42,96 3,3900
Wajib
Pajak
Sosialisasi 88 32,0 45,0 38,01 2,8867
Perpajakan
Sanksi 88 36,0 50,0 42,49 2,9595
Pajak
Kemauan 88 21,0 30,0 25,92 2,4878
Mengikuti
Tax
Sumber : Data Primer yang diolah
Amnesty
Tingkat 88 48,0 64,0 55,30 4,0604
Kepatuaha
n
Valid N 88
T
(listwise)

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.6 menjelaskan bahwa pada variabel kesadaran wajib

pajak memiliki jawaban minimum responden sebesar 38 dan

maksimum sebesar 50, dengan rata-rata total jawaban 42,96 dan

standar deviasi 3,3900. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya

penyimpangan sebesar 3,3900 dari nilai rata-rata jawaban responden

atas pernyataan tentang variabel kesadaran wajib pajak yang

besarnya 42,96. Variabel sosialisasi perpajakan memiliki jawaban

64
minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 45, dengan

rata-rata total jawaban 38,01 dan standar deviasi 2,8867. Nilai

standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 2,8867

dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang

variabel sosialisasi perpajakan yang besarnya 38,01. Variabel sanksi

pajak memiliki jawaban minimum responden sebesar 36 dan

maksimum sebesar 50, dengan rata-rata total jawaban 42,49 dan

standar deviasi 2,9595. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya

penyimpangan sebesar 2,9595 dari nilai rata-rata jawaban responden

atas pernyataan tentang variabel sanksi pajak yang besarnya 42,49.

Variabel kemauan mengikuti tax amnesty memiliki jawaban

minimum responden sebesar 21 dan maksimum sebesar 30, dengan

rata-rata total jawaban 25,92 dan standar deviasi 2,4878. Nilai

standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 2,4878

dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang

variabel kemauan mengikuti tax amnesty yang besarnya 25,92.

Variabel tingkat kepatuhan memiliki jawaban minimum responden

sebesar 48 dan maksimum sebesar 64, dengan rata-rata total jawaban

55,30 dan standar deviasi 4,0604. Nilai standar deviasi menunjukkan

adanya penyimpangan sebesar 4,0604dari nilai rata-rata jawaban

responden atas pernyataan tentang variabel tingkat kepatuhan yang

65
besarnya 55,30. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif dapat

diambil kesimpulan bahwa rata-rata jawaban responden untuk

variabel kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, sanksi pajak,

kemauan mengikuti program tax amnesty dan tingkat kepatuhan

adalah setuju.

2. Hasil Uji Outer Model atau Measurment Model

Terdapat kriteria di dalam penggunaan teknik analisis data dengan

SmartPLS untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity,

Discriminant Validity dan Reliability.

a. Hasil Convergent Validity

Convergent Validity dari model pengukuran reflektif indikator

dinilai berdasarkan korelasi antara item score atau component

score yang di estimasi dengan software SmartPLS. Ukuran

reflektif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih tinggi

dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin

(1998) dalam Ghozali (2015:74) untuk penelitian tahap awal dari

pengembangan skla pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60

dianggap cukup memadai. Dalam penelitian ini akan digunakan

batas loading factor 0,50.

66
Tabel 4.7
Outer Loading

KMTA KWP SOSPER SP TK


Kmta_1 0,832
Kmta_2 0,809
Kmta_3 0,784
Kmta_4 0,766
Kmta_5 0,731
Kmta_6 0,597
Kwp_1 0,630
Kwp_2 0,544
Kwp_3 0,765
Kwp_4 0,625
Kwp_5 0,543
Kwp_6 0,709
Kwp_7 0,722
Kwp_8 0,701
Kwp_9 0,575
Kwp_10 0,596
Sosper_1 0,843
Sosper_2 0,745
Sosper_3 0,316
Sosper_4 0,784
Sosper_5 0,439
Sosper_6 0,791
Sosper_7 0,634
Sosper_8 0,314
Sosper_9 0,191
SP_1 0,268
SP_2 0,191
SP_3 0,709
SP_4 0,614
SP_5 0,670
SP_6 0,565
SP_7 0,601
SP_8 0,476
SP_9 0,748

67
KMTA KWP SOSPER SP TK
SP_10 0,552
TK_1 0,793
TK_2 0,780
TK_3 0,769
TK_4 0,747
TK_5 0,711
TK_6 0,587
TK_7 0,335
TK_8 0,297
TK_9 0,054
TK_10 0,615
TK_11 0,652
TK_12 0,664
TK_13 0,308

Sumber
Hasil: Data Primer yang
pengolahan diolahmenggunakan SmartPLS dapat
dengan

dilihat pada tabel 4.7. nilai outer model atau korelasi antar

konstruk dengan variabel pada awalnya belum memenuhi

Convergent Validity terdapat tujuh dengan nilai loading factor

kurang dari 0,50 yaitu indikator Sosper_(3, 5, 8, dan 9), SP_(1, 2,

dan 8), TK_(7, 8, 9, dan 13). Untuk itu indikator tersebut harus

dikeluarkan dari model.

68
Tabel 4.8
Outer Loading Modifikasi
KMTA KWP SOSPER SP TK
Kmta_1 0,832
Kmta_2 0,809
Kmta_3 0,784
Kmta_4 0,766
Kmta_5 0,731
Kmta_6 0,597
Kwp_1 0,629
Kwp_2 0,542
Kwp_3 0,763
Kwp_4 0,625
Kwp_5 0,543
Kwp_6 0,710
Kwp_7 0,720
Kwp_8 0,704
Kwp_9 0,578
Kwp_10 0,598
Sosper_1 0,861
Sosper_2 0,748
Sosper_4 0,798
Sosper_6 0,780
Sosper_7 0,696
SP_3 0,730
SP_4 0,625
SP_5 0,690
SP_6 0,566
SP_7 0,582
SP_9 0,764
SP_10 0,541
TK_1 0,785
TK_2 0,784
TK_3 0,766
TK_4 0,750
TK_5 0,712
TK_6 0,601

69
KMTA KWP SOSPER SP TK
TK_10 0,638
TK_11 0,648
TK_12 0,675
Sumber : Data Primer yang diolah

Modifikasi model dilakukan dengan mengeluarkan indikator-

indikator yang memiliki nilai loading factor dibawah 0,50 dan

dilakukan run ulang. Pada model modifikasi sebagaimana pada

tabel 4.8 tersebut menunjukkan bahwa semua loading factor

memiliki nilai diatas 0,50, sehingga konstruk untuk semua variabel

sudah tidak ada yang dieliminasi dari model. Semua indikator

dalam Tabel Outer Loading Modifikasi memiliki nilai diatas 0,50

sehingga menunjukkan tiap indikator signifikan terhadap

konstruknya atau menunjukkan nilai seluruh variabel dinyatakan

valid.

b. Hasil Discriminat Validity

Dicriminant Validity dilakukan untuk memastikan bahwa

setiap konsep dari masing-masing variabel laten berbeda dengan

variabel lainnya. Model mempunyai Dicriminant Validity yang

baik jika setiap nilai loading yang paling besar denga nilai loading

yang lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian

Dicriminant Validity diperoleh sebagai berikut

70
Tabel 4.9
Cross Loading
KMTA KWP SOSPER SP TK
Kmta_1 0,832 0,720 0,831 0,764 0,785
Kmta_2 0,809 0,659 0,686 0,680 0,784
Kmta_3 0,784 0,617 0,769 0,616 0,766
Kmta_4 0,766 0,638 0,638 0,507 0,750
Kmta_5 0,731 0,569 0,718 0,468 0,712
Kmta_6 0,597 0,497 0,384 0,346 0,501
Kwp_1 0,445 0,629 0,398 0,381 0,489
Kwp_2 0,437 0,542 0,418 0,371 0,471
Kwp_3 0,596 0,763 0,598 0,558 0,616
Kwp_4 0,474 0,625 0,418 0,301 0,502
Kwp_5 0,366 0,543 0,372 0,319 0,413
Kwp_6 0,547 0,710 0,502 0,464 0,675
Kwp_7 0,632 0,720 0,561 0,564 0,585
Kwp_8 0,504 0,704 0,386 0,374 0,638
Kwp_9 0,422 0,578 0,251 0,272 0,475
Kwp_10 0,436 0,598 0,296 0,324 0,481
Sosper_1 0,832 0,720 0,861 0,764 0,785
Sosper_2 0,731 0,569 0,748 0,468 0,712
Sosper_4 0,752 0,609 0,798 0,611 0,731
Sosper_6 0,632 0,457 0,780 0,461 0,583
Sosper_7 0,585 0,467 0,696 0,509 0,510
SP_3 0,534 0,545 0,414 0,730 0,648
SP_4 0,405 0,443 0,340 0,625 0,491
SP_5 0,402 0,349 0,423 0,690 0,382
SP_6 0,232 0,209 0,241 0,566 0,242
SP_7 0,304 0,150 0,322 0,582 0,268
SP_9 0,732 0,720 0,761 0,764 0,735
SP_10 0,338 0,214 0,349 0,541 0,339
TK_1 0,732 0,720 0,761 0,764 0,785
TK_2 0,709 0,659 0,686 0,680 0,784
TK_3 0,734 0,617 0,763 0,616 0,766
TK_4 0,706 0,638 0,638 0,507 0,750
TK_5 0,631 0,569 0,648 0,468 0,712
TK_6 0,597 0,497 0,384 0,346 0,601

71
KMTA KWP SOSPER SP TK
TK_10 0,504 0,604 0,386 0,374 0,638
TK_11 0,534 0,545 0,414 0,630 0,648
TK_12 0,547 0,601 0,502 0,464 0,675
Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa konstruk kemauan mengikuti

tax amnesty lebih tinggi terhadap indikatornya (Kmta_1, Kmta_2,

Kmta_3, Kmta_4, Kmta_5, dan Kmta_6) dibandingkan dengan

konstruk lainnya terhadap indikator Kmta_1, Kmta_2, Kmta_3,

Kmta_4, Kmta_5, dan Kmta_6 sehingga memiliki Discriminant

Validity yang baik. Konstruk kesadaran wajib pajak memberikan

nilai indikator yang lebih tinggi terhadap indikatornya

dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator Kwp_1,

Kwp_2, Kwp_3, Kwp_4, Kwp_5, Kwp_6, Kwp_7, Kwp_8,

Kwp_9, dan Kwp_10 sehingga memiliki Discriminant Validity

yang baik. Untuk variabel sosialisasi perpajakan (Sosper_1,

Sosper_2, Sosper_4, Sosper_6, Sosper_7) nilai indikator yang

muncul lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan

konstruk lainnya, sehingga memiliki Discriminant Validity yang

baik. Konstruk sanksi pajak juga memberikan nilai indikator yang

lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk

lainnya terhadap indikator SP_3, SP_4, SP_5, SP_6, SP_7,SP_9,

dan SP_10 sehingga Discriminant Validity yang baik. Hal yang

72
sama juga berlaku untuk konstruk tingkat kepatuhan yang

memberikan nilai indikator yang lebih tinggi terhadap indikatornya

dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator TK_1,

TK_2, TK_3, TK_4, TK_5, TK_6, TK_10, TK_11, TK_12, dan

TK_13 sehingga dapat disimpulkan memiliki Discriminant

Validity yang baik. Semua nilai loading factor untuk setiap

indikator dari masing-masing variabel laten sudah memiliki nilai

loading factor paling besar dibanding nilai loading factor variabel

laten lainnya. Hal ini berarti bahwa semua variabel laten sudah

memiliki Discriminant Validity yang baik dimana konstruk laten

memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik dibandingkan

dengan indikator di blok lainnya sehingga dapat disimpulkan

semua variabel laten memiliki Discriminant Validity yang baik.

c. Hasil Reliability

Kriteria Reliability dapat dilihat dari nilai Composite

Reliability dan Cronbach Alpha dari masing-masing konstruk.

Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi mempunyai

nilai Composite Reliability di atas 0,70 dan mempunyai nilai

Cronbach Alpha di atas 0,60.

73
Tabel 4.10
Composite Reliability dan Cronbach Alpha
Composite Reliability Cronbach
Alpha
Kemauan Mengikuti 0,889 0,849
Tax Amnesty
Kesadaran Wajib 0,876 0,843
Pajak
Sosialisasi 0,833 0,781
Perpajakan
Sanksi Pajak 0,885 0,836
Tingkat Kepatuhan 0,901 0,876
Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.10 Composite Reliability variabel

kemauan mengikuti tax amnesty sebesar 0,889, variabel kesadaran

wajib pajak 0,876, variabel sosialisasi perpajakan 0,833, variabel

sanksi pajak sebesar 0,885 dan variabel tingkat kepatuhan 0,901

yang berarti semua variabel telah memiliki nilai Composite

Reliability di atas 0,70 dapat disimpulkan semua konstruk

memenuhi kriteria reliabilitas. Cronbach Alpha variabel kemauan

mengikuti tax amnesty sebesar 0,849, variabel kesadaran wajib

0,843, lalu variabel sosialisasi perpajakan 0,781, variabel sanksi

pajak sebesar 0,836 dan variabel tingkat kepatuhan 0,876 yang

berati seluruh variabel sudah memiliki nilai Cronbach Alpha di

atas 0,60 sehingga menunjukkan tingkat konsistensi jawaban

responden dalam setiap konstruk memiliki reliabilitas yang baik.

74
3. Hasil Uji Inner Model atau Structural Model

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk

melihat hubungan antar konstruk, nilai signifikan dan R-Square dari

model penelitian. Model struktural di evaluasi dengan menggunakan

R-square untuk konstruk dependen, uji t, serta signifikansi dari

koefisien parameter jalur struktural.

Gambar 4.1
Model Struktural Hasil Bootstrapping

75
a. Hasil R-square

Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-

square untuk setiap variabel laten dependen. Uji Goodness fit

model adalah merupakan pengujian terhadap model struktural

yang dilakukan dengan melihat nilai R-square (Ghozali,

2015:78). Tabel 4.11 merupakan hasil estimasi R-square

dengan menggunakan SmartPLS.

Tabel 4.11
Nilai R-Square
R-Square
Kesadaran Wajib Pajak
Sosialisasi Perpajakan
Sanksi Pajak
Kemauan Mengikuti Tax 0,891
Amnsety
Tingkat Kepatuhan 0,974
Sumber : Data Primer yang diolah

Pada penelitian ini menggunakan 2 buah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu variabel kemauan

mengikuti tax amnsety yang dipengaruhi oleh variabel

kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan sanksi pajak

serta variabel tingkat kepatuhan yang dipengaruhi oleh variabel

kemauan mengikuti tax amnesty. Pada tabel 4.11 menunjukkan

nilai R-square untuk variabel kemauan mengikuti tax amnsety

diperoleh sebesar 0,891 dan untuk variabel tingkat kepatuhan

diperoleh sebesar 0,974. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel

76
kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan sanksi pajak

secara silmultan mampu menjelaskan variabel kemauan

mengikuti tax amnsety sebesar 89,10%, sisanya 10,90%

diterangkan oleh variabel lainnya yang tidak dihipotesiskan

dalam model. Hasil selanjutnya untuk variabel kesadaran wajib

pajak, sosialisasi perpajakan, sanksi pajak dan kemauan

mengikuti tax amnsety mampu menjelaskan variabel tingkat

kepatuhan sebesar 97,40%, sisanya 2,60% diterangkan oleh

variabel lainnya yang tidak dihipotesiskan dalam model.

Menurut Chin (1998) dalam Ghozali (2015:78) nilai R-square

ini termasuk dalam kategori tinggi.

b. Hasil Q-Square

Q-Square mengukur seberapa baik nilai observasi

dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Suatu

model dianggap mempunyai nilai predictive relevance yang

relevan jika nilai Q-Square lebih besar dari 0 (nol). Besaran Q-

Square memiliki nilai dengan rentang 0< Q2<1, model

semakin baik jika nilai Q-Square mendekati 1. Nilai Q-Square

diperoleh dari

Q2 = 1 – (1 – R12) (1 – R22)

= 1- [1 – (0,8912)] [1 – (0,9742)]

77
= 1 – (1-0,793881) (1-0,896809)

= 1 – (0,206119) (0,103191)

= 1 – (0,02127)

Q2 = 0,979

Hasil penghitungan Q-Square pada penelitian ini 0,979 yang

berarti bahwa 97,9% variabel independen dan intervening ini

layak

untuk menjelaskan variabel dependen yaitu tingkat kepatuhan.

c. Hasil Goodness of Fit (GoF)

Evaluasi model yang terakhir dengan melihat GoF dri

model. Evaluasi goodness of fit model dilakukan untul

purification dan refinement terhadap uji validitas atau

reliabilitas konstruk (Ghozali, 2015:49) sehingga GoF ini

digunakan untuk memvalidasi performa gabungan antara inner

model dan outer model. Nilai GoF ini terbentang antara 1-0

dengan interpretasi nilai ini adalah 0,1 (GoF Kecil), 0,25 (GoF

Moderat) dan 0,36 (Gof Besar) (Wetzels et al, 2009 dalam

Yamin, 2011:22). Nilai GoF diperoleh dari:

GoF = √Com x R2

= √(0,5038) (0,9325)

=√(0,46979)

78
GoF = 0,6854

Hasil perhitungan GoF dalam penelitian ini

menunjukkan nilai 0,6854, lebih besar dari 0,36. Sehingga

model dalam penelitian ini memiliki kemampuan yang tinggi

dalam menjelaskan data empiris

d. Hasil Uji Hipotesis

Hasil uji hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh

suatu konstruk terhadap konstruk lainnya dengan melihat

koefisien parameter dan nilai t-statistik (Ghozali, 2015:80).

Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai

yang terdapat pada output Path Coefficient untuk menguji

model struktural. Hasil hipotesis yang diajukan, dapat dilihat

dari besarnya t-statistik. Nilai t-statistik dibandingkan dengan

nilai t-tabel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah

sebesar 1,9879 dimana diketahui nilai df sebesar 86 (jumlah

sampel dikurangi dua: 88-2) dan α sebesar 0,05 (two tailed).

Batasan untuk menerima dan menolak hipotesis yang diajukan

adalah ± 1,9879, dimana apabila nilai t-statistik berada pada

rentang nilai -1,9879 dana 1,9879 maka hipotesis akan ditolak

atau dengan kata lain menerima hipotesis nol (Ho)

79
Tabel 4.12
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value)

Original Sample Standrar T- P-


Sample Mean d Statisti Value
(O) (M) Deviation c (IO-
(STDEV) stdev)
KWP→KM 0,280 0,278 0,065 4,288 0,000
TA
SOSPER→ 0,632 0,634 0,059 10,784 0,000
KMTA
SP→KMTA 0,108 0,108 0,048 2,268 0,024
KWP→TK 0,438 0,438 0,061 7,885 0,000
SOSPER→T 0,375 0,371 0,060 6,204 0,001
K
SP→TK 0,185 0,188 0,053 3,518 0,001
KMTA→TK 0,842 0,832 0,060 14,016 0,000
Sumber : Data primer yang diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh KWP

(kesadaran wajib pajak) terhadap KMTA (kemauan mengikuti

tax amnesty) adalah sebesar 0,280 dan signifikan pada 0,05

(4,288 > 1,9879). Pengaruh SOSPER (sosialisasi perpajakan)

terhadap KMTA (kemauan mengikuti tax amnesty) adalah

sebesar 0,632 dan signifikan pada 0,05 (10,784 > 1,9879).

Pengaruh SP (sanksi pajak) terhadap KMTA (kemauan

mengikuti tax amnesty) adalah sebesar 0,108 dan signifikan

pada 0,05 (2,268 > 1,9879). pengaruh KWP (kesadaran wajib

pajak) terhadap TK (tingkat kepatuhan) adalah sebesar 0,438

80
dan signifikan pada 0,05 (7,885 > 1,9879). Pengaruh SOSPER

(sosialisasi perpajakan) terhadap TK (tingkat kepatuhan)

adalah sebesar 0,375 dan signifikan pada 0,05 (6,204 >

1,9879). Pengaruh SP (sanksi pajak) terhadap TK (tingkat

kepatuhan) adalah sebesar 0,185 dan signifikan pada 0,05 (

3,518 > 1,9879). Pengaruh KMTA (kemauan mengikuti tax

amnesty) terhadap TK (tingkat kepatuhan) adalah sebesar

0,842 dan signifikan pada 0,05 ( 14,016 > 1,9879)

4. Hasil Uji Efek Intervening

a. Hasil Uji Efek Intervening untuk Kesadaran Wajib Pajak

Terhadap Tingkat Kepatuhan melalui Kemauan Mengikuti

Tax Amnesty

1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening

adalah melakukan pengujian tidak langsung variabel X

ke variabel Y lewat variabel M. Pengaruh tidak

langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara

mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur M→Y (b) atau

ab dengan rumus:

Sab = √b2Sa2 + a2Sb2 + Sa2Sb2

81
=

√(0,709 . 0,0042) + (0,078 . 0,0036) + (0,0042 . 0,0036)

= √0,00298 + 0,00028 + 0,000015

= √0,0051168

= 0,05723

Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui

signifikansi pengaruh tidak langsung dengan

menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus:

ab
𝑡 = 𝑆𝑎𝑏

0,280 x 0,842
t= 0,05723

t = 4,1195

Hasil pengujian melalui Uji Sobel dapat

diketahui nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu

4,1195 > 1,9879. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh intervening variabel melalui

kemauan mengikuti tax amnesty pada hubungan tidak

langsung variabel kesadaran wajib pajak dan tingkat

kepatuhan.

82
b. Hasil Uji Efek Intervening untuk Sosialisasi Perpajakan

Terhadap Tingkat Kepatuhan melalui Kemauan Mengikuti

Tax Amnesty

1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening

adalah melakukan pengujian tidak langsung variabel X

ke variabel Y lewat variabel M. Pengaruh tidak

langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara

mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur M→Y (b) atau

ab dengan rumus:

Sab = √b2Sa2 + a2Sb2 + Sa2Sb2

√(0,709 . 0,0035) + (0,399 . 0,0036) + (0,0035 . 0,0036)

= √0,00028 + 0,0014 + 0,000013

= √0,00169

= 0,04111

2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui

signifikansi pengaruh tidak langsung dengan

menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus:

ab
𝑡 = 𝑆𝑎𝑏

83
0,632x 0,842
t= 0,04111

t = 12,944

Hasil pengujian melalui Uji Sobel dapat

diketahui nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu

12,944 > 1,9879. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh intervening variabel melalui

kemauan mengikuti tax amnesty pada hubungan tidak

langsung variabel sosialisasi perpajakan dan tingkat

kepatuhan.

c. Hasil Uji Efek Intervening untuk Sanksi Pajak Terhadap

Tingkat Kepatuhan melalui Kemauan Mengikuti Tax

Amnesty

1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening

adalah melakukan pengujian tidak langsung variabel X

ke variabel Y lewat variabel M. Pengaruh tidak

langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara

mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur M→Y (b) atau

ab dengan rumus:

Sab = √b2Sa2 + a2Sb2 + Sa2Sb2

84
=

√(0,709 . 0,0023) + (0,0117 . 0,0036) + (0,0023 . 0,0036)

= √0,00163 + 0,000042 + 0,0000083

= √0,00168

= 0,04099

2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui

signifikansi pengaruh tidak langsung dengan

menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus:

ab
𝑡 = 𝑆𝑎𝑏

0,108 x 0,842
t= 0,04099

t = 2,2185

Hasil pengujian melalui Uji Sobel dapat

diketahui nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu

2,2185 > 1,9879. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh intervening variabel melalui

kemauan mengikuti tax amnesty pada hubungan tidak

langsung variabel sanksi pajak dan tingkat kepatuhan.

85
C. Pembahasan

1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kemauan Mengikuti

Tax Amnesty

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak mendukung

terhadap kemauan mengikuti tax amnesty menunjukan yang berarti

sesuai dengan hipotesis pertama. Hal ini berarti hipotesis pertama

(Ha1) diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Trisnasri dkk (2017), yang menunjukkan kesadaran wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap kemauan mengikuti tax amnesty,

yang berarti setiap ada peningkatan pada kesadaran wajib pajak maka

akan meningkatkan kemungkinan timbulnya kemauan wajib pajak

dalam mengikuti program tax amnesty, dan sebaliknya jika terdapat

penurunan kesadaran wajib pajak maka akan memperkecil

kemungkinan kemauan untuk mengikuti program tax amnesty. Jadi,

kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan

negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kemauan mengikuti tax

amnesty wajib pajak. Wajib pajak harus menyadari dan

mempertimbangkan bahwa pajak merupakan suatu bentuk partisipasi

dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini,

86
wajib pajak mau mengikuti tax amnesty karena merasa tidak dirugikan

dari pemungutan pajak yang dilakukan (Dewi dan Noviari, 2017).

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan

dengan benar dan sukarela.

2. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap Kemauan Mengikuti

Tax Amnesty

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan pajak

mendukung terhadap kemauan mengikuti tax amnesty menunjukan

yang berarti sesuai dengan hipotesis pertama. Hal ini berarti hipotesis

kedua (Ha2) diterima.

Mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trisnasri

dkk (2017) yang juga menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan

memiliki pengaruh parsial yang signifikan terhadap kemauan wajib

pajak dalam mengikuti tax amnesty. Dalam upaya meningkatkan

kemauan wajib pajak dalam mengikuti tax amnesty, maka harus

dilakukan sosialisasi perpajakan berjaitan dengan tax amnesty dengan

berbagai bentuk atau cara sosialisasi yang dilakukan secara berkala

dan secara efektif baik itu dengan cara sosialisasi secara langsung

dengan melakukan penyuluhan atau melalui media cetak dan

87
elektronik yang mudah diketahui oleh masyarakat agar masyarakat

khususnya wajib pajak akan memperoleh berita seputar peraturan atau

perundangundangan perpajakan yang terbaru

3. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kemauan Mengikuti Tax

Amnesty

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa sanksi pajak pajak mendukung

terhadap kemauan mengikuti tax amnesty menunjukan yang berarti

sesuai dengan hipotesis pertama. Hal ini berarti hipotesis ketiga (Ha3)

diterima.

Hasil pengujian hipotesis ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi dan Noviari (2017) yang menunjukkan bahwa

sanksi pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemauan

wajib pajak dalam mengikuti tax amnesty. Temuan penelitian ini

menunjukan bahwa semakin tinggi sanksi maka kemauan mengikuti

tax amnesty cenderung semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah

sanksi maka kemauan mengikuti tax amnesty cenderung semakin

rendah. Dalam konteks hukum, sanksi berarti hukuman yang

dijatuhkan oleh pengadilan kepada pihak yang terbukti bersalah.

Pengenaan sanksi pajak kepada wajib pajak dapat menyebabkan

terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga dapat

88
meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Wajib pajak akan

patuh (karena tekanan) karena mereka berfikir adanya sanksi berat

akibat tindakan ilegal dalam usahanya menyelundupkan pajak.

4. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan yang dihasilkan

sehingga sesuai dengan hipotesis keenam. Hal ini berarti hipotesis

keempat (Ha4) diterima.

Hasil pengujian hipotesis ini mendukung hasil dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Arum dan Zulaikha (2012) yang

menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi kesadaran wajib pajak maka

semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak. Kesadaran merupakan

unsur dalam diri manusia untuk memahami realitas dan bagaimana

mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas. Jatmiko (2006)

menjelaskan bahwa kesadaran adalah keadaan mengetahui atau

mengerti. Irianto (2005) dalam Widayati dan Nurlis (2010)

menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang

mendorong wajib pajak untuk patuh dalam membayar pajak.

89
5. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh

signifikan terhadap tingkat kepatuhan yang dihasilkan sehingga sesuai

dengan hipotesis keenam. Hal ini berarti hipotesis kelima (Ha5)

diterima.

Hasil dari pengujian hipotesis ini juga mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Ananda dkk (2015) yang menyatakan bahawa

sosialisasi perpajakan secara parsial berpengaruh siknifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut, berarti dapat

disimpulkan bahwa semakin tingginya sosialisasi yang dilakukan

terhadap wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal

ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winerungan

(2013:36) bahwa dengan kurang itensifnya sosialisasi yang diberikan

akan berdampak kepada rendahnya tingkat pemahaman sehingga

mempengaruhi berkurangnya kepatuhan Wajib Pajak.

6. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat kepatuhan yang dihasilkan sehingga sesuai

90
dengan hipotesis keenam. Hal ini berarti hipotesis keenam (Ha6)

diterima.

Hasil pengujian hipotesis keenam ini mendukung penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Rahayu (2017) yang menjelaskan

bahawa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak. Dengan demikian dapat dikatakan jika sanksi yang ada

ditingkatkan maka akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak

lebih baik dalam membayar pajak, dan begitupun sebaliknya, jika

sanksi yang ada mengalami penurunan, maka tingkat kepatuhan wajib

pajak juga akan mengalami penurunan. Orang pribadi juga akan

memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi

perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Selain itu jika orang

pribadi benar-benar mematuhi ketentuan dan peraturan perpajakan,

mereka tidak akan merasa was-was karena dibayangi sanksi yang akan

mereka dapatkan jika tidak memenuhi semua kewajiban

perpajakannya

7. Pengaruh Kemauan Mengikuti Tax Amnesty terhadap Tingkat

Kepatuhan

Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode

bootstrapping menunjukkan bahwa kemauan mengikuti tax amnesty

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan yang dihasilkan

91
sehingga sesuai dengan hipotesis keenam. Hal ini berarti hipotesis

ketujuh (Ha7) diterima.

Hasil pengujian ini mendukung penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa tax amnesty berpengaruh secara positif terhadap

kepatuhan wajib pajak yang dilakukan oleh Suyanto dkk (2016).

Denga begitu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemauan

mengikuti tax amnesty, maka semakin tinggi juga tingkat kepatuhan

wajib pajaknya, dan sebaliknya.

8. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan

melalui Kemauan Mengikuti Tax Amnesty

Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel

menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat kepatuhan melalui kemauan mengikuti tax

amnesty sehingga sesuai dengan hipotesis kedelapan. Hal ini berarti

hipotesis kedelapan (Ha8) diterima.

Hasil dari hipotesis kedelapan ini membuktikan bahwa kesadaran

wajib pajak dapat dijadikan varibel intervening di dalam pengaruh

tidak langsung kemauan mengikuti tax amnesty terhadap tingkat

kepatuhan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewi dan Noviari (2017) bahwa kesadaran wajib pajak

berpengaruh positif terhadap kemauan wajib pajak dalam mengikuti

92
program tax amnesty, yang berarti setiap ada peningkatan pada

kesadaran wajib pajak maka akan meningkatkan kemungkinan

timbulnya kemauan wajib pajak dalam mengikuti program tax

amnesty, dan sebaliknya jika terdapat penurunan kesadaran wajib

pajak maka akan memperkecil kemungkinan kemauan untuk

mengikuti program tax amnesty. Sedangkan untuk pengaruh kemauan

wajib pajak dalam mengikuti program tax amnesty terhadap tingkat

kepatuhan telah dilakukan oleh Rahayu (2017) yang membuktikan

bahwa kemauan wajib pajak dalam mengikuti program tax amnesty

memiliki pengaruh terhadap tingkat kepatuhan. Dari beberapa

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak

dapat mempengauhi tingkat kepatuhan secara tidak langsung karena

kesadaran wajib pajak merupakan salah satu faktor yang mendorong

terjadinya kemauan wajib pajak dalam mengikuti program tax

amnesty.

9. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan

melalui Kemauan Mengikuti Tax Amnesty

Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel

menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat kepatuhan melalui kemauan mengikuti tax

93
amnesty sehingga sesuai dengan hipotesis kedelapan. Hal ini berarti

hipotesis kesembilan (Ha9) diterima.

Hasil pengujian hipotesis kesembilan ini membuktikan bahwa

kemauan mengikuti tax amnesty dapat menjadi variabel intervening

antara sosialisasi perpajakan dengan tingkat kepatuhan. Ketika

masyarakat khususnya wajib pajak orang pribadi mengetahui dan

memahami peraturan perpajakan yang berlaku maka semakin patuh

wajib pajak tersebut untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Trisnasari dkk (2017) menjelaskan bahwa osialisasi perpajakan

berpengaruh secara positif terhadap kemauan wajib pajak dalam

mengikuti tax amnesty. Sedangkan untuk pengaruh kemauan wajib

pajak dalam mengikuti program tax amnesty terhadap tingkat

kepatuhan telah dilakukan oleh Suyanto et al.(2016) yang

membuktikan bahwa kemauan wajib pajak dalam mengikuti program

tax amnesty memiliki pengaruh terhadap tingkat kepatuhan. Dari

beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi

perpajakan dapat mempengauhi tingkat kepatuhan secara tidak

langsung karena sosialisasi perpajakan merupakan salah satu faktor

yang mendorong terjadinya kemauan wajib pajak dalam mengikuti

program tax amnesty.

94
10. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan melalui

Kemauan Mengikuti Tax Amnesty

Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel

menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat kepatuhan melalui kemauan mengikuti tax amnesty

sehingga sesuai dengan hipotesis kedelapan. Hal ini berarti hipotesis

kesepuluh (Ha10) diterima.

Hasil dari hipotesis kesepuluh ini membuktikan bahwa

kemauan mengikuti tax amnesty dapat menjadi variabel intervening

antara sanksi Pajak dengan tingkat kepatuhan. Seperti yang dijelaskan

pada penelitian yang dilakukan oleh Devi dan Noviari (2017) yang

menyatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap

kemauan wajib pajak dalam mengikuti program tax amnesty, yang

berarti setiap ada peningkatan pada sanksi pajak maka akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya kemauan wajib pajak dalam

mengikuti program tax amnesty, dan sebaliknya jika terdapat

penurunan sanksi pajak maka akan memperkecil kemungkinan

kemauan untuk mengikuti program tax amnesty. Sedangkan untuk

pengaruh kemauan wajib pajak dalam mengikuti program tax amnesty

terhadap tingkat kepatuhan telah dilakukan oleh Suyanto dkk (2016)

dan Rahayu (2017) yang sama-sama membuktikan bahwa kemauan

95
wajib pajak dalam mengikuti program tax amnesty memiliki pengaruh

terhadap tingkat kepatuhan. Dari beberapa penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa sanksi pajak dapat mempengauhi tingkat

kepatuhan secara tidak langsung karena sanksi pajak merupakan salah

satu faktor yang mendorong terjadinya kemauan wajib pajak dalam

mengikuti program tax amnesty

Tabel 4.13
Hasil Pengujian Hipotesis

No. Hipotesis Hasil


Pengujian
Hipotesis
1. Ha1 : Kesadaran Wajib Pajak Diterima
→Kemauan Mengikuti Tax Amnesty
2. Ha2 : Sosialisasi Perpajakan Diterima
→Kemauan Mengikuti Tax Amnesty
3. Ha3 : Sanksi Pajak →Kemauan Diterima
Mengikuti Tax Amnesty
4. Ha4 : Kesadaran Wajib Pajak → Diterima
Tingkat Kepatuhan
5. Ha5 : Sosialisasi Perpajakan → Tingkat Diterima
Kepatuhan
6. Ha6 : Sanksi Pajak → Tingkat Diterima
Kepatuhan
7. Ha7 : Kemauan Mengikuti Tax Amnesty Diterima
→ Tingkat Kepatuhan
8. Ha8 : Kesadaran Wajib Pajak Diterima
→Kemauan Mengikuti Tax Amnesty →
Tingkat Kepatuhan
9. Ha9 : Sosialisasi Perpajakan Diterima
→Kemauan Mengikuti Tax Amnesty →
Tingkat Kepatuhan
10. Ha10 : Sanksi Pajak →Kemauan Diterima
Mengikuti Tax Amnesty → Tingkat
Kepatuhan

96
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kesadaran wajib

pajak, sosialisasi perpajakan dan sanksi pajak terhadap kemauan mengikuti

tax amnesty dan dampaknya terhadap tingkat kepatuhan. Responden dalam

penelitian ini berjumlah 88 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor

Pelayanan Pajak di wilayah Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang dan

Bekasi) . Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian

yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan SmartPLS

3.0, Uji Preacher dan Hayes, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesadaran wajib pajak mendukung terhadap kemauan mengikuti tax

amnesty. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dewi dan Noviari (2017), yang menunjukkan kesadaran wajib

pajak berpengaruh signifikan terhadap kemauan mengikuti tax

amnesty

2. Sosialisasi perpajakan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap

kemauan mengikuti tax amnesty. Penelitian ini mendukung penelitian

yang dilakukan oleh Trisnasri dkk (2017) yang juga menyatakan

97
bahwa sosialisasi perpajakan memiliki pengaruh parsial yang

signifikan terhadap kemauan wajib pajak dalam mengikuti tax amnesty

3. Sanksi pajak pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kemauan

mengikuti tax amnesty. Penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Dewi dan Noviari (2017) yang menunjukkan bahwa

sanksi pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemauan

wajib pajak dalam mengikuti tax amnesty

4. Kesadaran wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

kepatuhan. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Arum dan

Zulaikha (2012) yang menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak.

5. Sosialisasi perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

kepatuhan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Ananda dkk (2015) yang menyatakan bahawa sosialisasi perpajakan

secara parsial berpengaruh siknifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

6. Sanksi Pajak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

kepatuhan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rahayu (2017) yang menjelaskan bahawa sanksi pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

98
7. Kemauan mengikuti tax amnesty berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kepatuhan yang dihasilkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Suyanto dkk (2016) yang menyatakan

bahwa tax amnesty berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan

wajib pajak.

8. Kemauan mengikuti tax amnesty dapat menjadi variabel intervening

antara kesadaran wajib pajak dengan tingkat kepatuhan. Hal ini

dijelaskan dari perhitungan uji sobel. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan kemauan mengikuti tax amnesty dapat menjadi variabel

intervening antara kesadaran wajib pajak dengan tingkat kepatuhan.

Sehingga kesadaran wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan melalui

kemauan mengikuti tax amnesty berpengaruh secara signifikan

9. Kemauan mengikuti tax amnesty dapat menjadi variabel intervening

antara sosialisasi perpajakan dengan tingkat kepatuhan. Hal ini

dijelaskan dari perhitungan uji sobel. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan kemauan mengikuti tax amnesty dapat menjadi variabel

intervening antara sosialisasi perpajakan dengan tingkat kepatuhan.

Sehingga sosialisasi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan melalui

kemauan mengikuti tax amnesty berpengaruh secara signifikan.

10. Kemauan mengikuti tax amnesty dapat menjadi variabel intervening

antara sanksi pajak dengan tingkat kepatuhan. Hal ini dijelaskan dari

99
perhitungan uji sobel. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan

kemauan mengikuti tax amnesty dapat menjadi variabel intervening

antara sanksi pajak dengan tingkat kepatuhan. Sehingga sanksi pajak

terhadap tingkat kepatuhan melalui kemauan mengikuti tax amnesty

berpengaruh secara signifikan.

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa:

1. Wajib pajak dalam meningkatkan kepatuhan pajaknya, di latar

belakangi faktor- faktor sepeti kesadaran wajib pajak itu sendiri,

sosialisasi perpajakan, dan adanya ketegasan sanksi pajak. Faktor-

faktor ini juga menyebabkan kemauan wajib pajak dalam mengikuti

program tax amnesty, yang secara tidak langsung juga mempengaruhi

tingkat kepatuhan wajib pajak

2. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Pemerintah harus dapat

mensosialisasikan dan menegaskan sanksi pajak yang ada, karena

dengan adanya sosialisasi dan sanksi masyarakat akan sadar

pentingnya membayar pajak. Sehingga tingkat kepatuhan wajib pajak

pun meningkat

C. Keterbatasan

1. Terbatasnya sumber informasi dan penelitian terdahulu terdahap

beberapa hipotesis seperti keterkaitan variabel kesadaran wajib pajak,

100
sosialisasi perpajakan dan sanksi pajak terhadap tingkat kepatuhan dan

kemauan mengikuti tax amnesty.

2. Variabel independen pada penelitian ini hanya terbatas pada kesadaran

wajib pajak, sosialisasi perpajakan dan sanksi pajak

3. Jumlah data yang dikumpulkan belum maksimal karena penyebaran

data dilakukan hanya ke 4 lembaga yang berbeda

4. Ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan di wilayah Jadetabek

sehingga hasil penelitian terbatas generalisasinya

D. Saran

Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis

baik secara teoritis dan praktisi terbatas. Penelitian ini dimasa mendatang

diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi

dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya:

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan lebih banyak

literatur yang relevan dengan topik penelitian

2. Peneliti selanjutnya yang tetarik dengan topik yang serupa, sebaiknya

melakukan penelitian dengan menambahkan variabel lain diluar

penelitian ini dan memperluas pengambilan sampel seperti

3. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas daerah survei

tidak hanya pada Jadetabek saja, sehingga hasil penelitian memiliki

kemampuan generalisasi yang lebih luas.

101
DAFTAR PUSTAKA

Adair, John. 2007. Cara Menumbuhkan Pemimpin 7 Prinsip Kunci Pengembangan


Kepemimpinan Yang Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Alm, J. 1998. Tax Policy Analysis: The Introduction of a Russian Tax Amnesty.
International Studies Program Working Paper 98-6
Alm, Martinez-Vazque, Dan Wallace. 2009. Do Tax Amnesties Work? The Revenue
Effects Of Tax Amnesties During The Transition In The Russian Federation
.Economic Analysis & Policy, Vol. 39 No. 2
A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press.
Anonim. 2015. “Pengampunan Pajak”. Diakses melalui http://www.pajak.go.id/
diakses pada Sabtu 8 April 2017 pukul 09.00 WIB
Arum. H. P, Zulaikha. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus,
Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang
Melakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan Bebas (Studi Di Wilayah Kpp
Pratama Cilacap). Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-8
Burhan, Hana Pratiwi. 2015. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pengetahuan
Perpajakan, Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi Pajak Dan Implementasi
Pp Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Empiris Pada Wajib Pajak Di Kabupaten Banjarnegara).Universitas
Diponegoro Semarang
Dewi, dan Noviari. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Dan
Sanksi Perpajakan Pada Kemauan Mengikuti Tax Amnesty. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.19.2. ISSN: 2302-8556.

102
Devano, Sony dan Rahayu . 2006. Perpajakan, Konsep, teori dan isu . Jakarta :
Kencana
Fitrios dan Bonasari. 2011. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Pelayanan Perpajakan
Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Bendaharawan Pemerintah
Provinsi Riau. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Vol.11 No. 2
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21”,
Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
____________, “Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS
3.0”. Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2015.
Gunawan dan Sukartha. 2016. Pengaruh Persepsitax Amnesty, Pertumbuhan
Ekonomi Dan Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Pajak Pada
Penerimaan Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.17.3
Hartono, Jogiyanto dan Abdillah Willy. “Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least
Square) untuk Penelitian Empiris”, BPFE: Yogyakarta. 2014.
Husnurrosyidah, dan Nuraini. 2016. Pengaruh Tax Amnesty dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Pajak Di Bmt Se-Karesidenan Pati. Jurnal Ekonomi
Syariah Vol. 4, No. 2, 211 - 226 P-ISSN: 2355-0228, E-ISSN: 2502-8316
Hutagaol, John.2004. Sekilas Tentang Tax Amnesty, Berita Pajak No. 1529, 15
Desember 2004 International Tax Glossary,2005. IBFD, August 2005
Idris. 2016. “Akhir Periode I Tax Amnesty: Repatriasi Rp 137 T, Uang Tebusan Rp
97,2 T”. Diakses melalui https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
3310989/akhir-periode-i-tax-amnesty-repatriasi-rp-137-t-uang-tebusan-rp-
972-t pada Kamis 26 April 2018 pukul 13.00 WIB
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. “Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan
Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di
Kota Semarang)”. Tesis. Magister Akuntansi Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Jefriando. 2017. “Periode II Tax Amnesty Selesai, Ini Hasilnya”. Diakses melalui
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3385363/periode-ii-tax-
amnesty-selesai-ini-hasilnya pada Kamis 26 April 2018 pukul 13.00 WIB
Kesuma, Iwan Agus. 2016. Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Sebagai Upaya
Optimalisasi Fungsi Pajak Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Sebagai
Upaya Optimalisasi Fungsi Pajak Jurnal Ekonomi Keuangan, dan
Manajemen, Volume 12, (2)
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta

103
Mukarromah, Awwaliyatul, dkk. 2016. Pentingnya Peran Tax Amnesty di 2016.
Insideheadline Edisi 37.
Muliari, Ni Ketut dan Putu Ery Setiawan. 2011. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Depansar Timur.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Volume 2.
Murdoko. 2006. Personal Quaity Management: PT Elex Media Komputindo.31-33
Mustikasari. 2007. Kajian empiris tentang kepatuhan wajib pajak badan di
perusahaan industri pengolahan di surabaya. SNA X Makasar : 1- 41
Nar. 2015. The Effects of Behavioral Economics on Tax Amnesty. nternational
Journal of Economics and Financial Issues, 2015, 5(2), 580-589
Ngadiman, dan Huslin. 2015. Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, Dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Kembangan). Jurnal Akuntansi/Volume XIX, No. 02,
Mei 2015: 225-241
Nugroho, Riyadi Fitra.2010. Keterkaitan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Penghasilan Di Kota Semarang.Universitas Diponegoro Semarang.
Praditya. 2017. “Resmi Berakhir di 31 Maret, Ini Hasil Tax Amnesty”. Diakses
melalui https://www.liputan6.com/bisnis/read/2906371/resmi-berakhir-di-31-
maret-ini-hasil-tax-amnesty pada Kamis 26 April 2018 pukul 13.00 WIB
Puspareni, Purnamawati dan Wahyuni.2017. Pengaruh Tax Amnesty, Pertumbuhan
Ekonomi, Kepatuhan Wajib Pajak, Dan Transformasi Kelembagaan
Direktorat Jenderal Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun Pajak 2015 Di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Singaraja. E-journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 Vol. 7 No.1
Putra,dkk. 2014. Pengaruh Sanksi Administrasi Sosialisasi Perpajakan Dan
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Penyampaian Spt Tahunan
Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal e-Perpajakan, No. 1 volume 1 Universitas
Brawijaya
Ragimun, 2014. Analisis Implementasi Pengampunan Pajak ( Tax Amnesty ) di
Indonesia
Rahayu. 2017. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan Sanksi Pajak, Dan Tax
Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Akuntansi Dewantara Vol. 1
No.1
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal,
Yogyakarta : Graha Ilmu.

104
Republik Indonesia. Tata Cara Penetapan Dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak
Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03 Tahun 2012
Tata Cara Penetapan Dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak Dengan
Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran Pajak
Republik Indonesia. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak
_______________.Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
_______________. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014
_______________.Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Ritonga, Pandapotan 2011, Analisis Pengaruh Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak
Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan Pelayanan Wajib
Pajak Sebagai Variabel Intervening di KPP Medan Timur, Universitas Islam
Sumatera Utara, Medan.
Robbins, Stephen P. 1996. ”Perilaku Organisasi”. (judul asli: Organizational
Behavior Concept, Controversies, Applications 7th edition) Jilid 1.
Penerjemah Hadyana
Rusmadi. 2017. Pengaruh Tax Amnesty Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398 Vol. 2
Sahid, Komarudin. 2011. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia
Santoso Urip dan Setiawan Justina M.2009. Tax Amnesty Dan Pelaksanaannya Di
Beberapa Negara: Perspektif Bagi Pebisnis Indonesia Vol. 11, No. 2, Juli
2009 : 111 – 125
Sari,dan Fidiana. 2017. Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan, Dan
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi Vol. 6, Nomor 2, Februari 2017 ISSN : 2460-0585
Setyaningsih, dan Okfitasari. 2016. Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty
(Studi Kasus Di Solo). Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 -
0393

105
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Bandung
Susanti, Christina. 2011. Pengaruh Kebijakan Sunset Policy Terhadap Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak (Studi Kasus Pada Wajib
Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP Pratama Jember). Universitas Jember
Suyanto, Intansari, dan Endahjati. 2016. Tax Amnesty. Jurnal Akuntansi Vol. 4 No. 2
Suyanto, dan Putri. 2017. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Kebijakan Tax
Amnesty (Pengampunan Pajak), Dan Motivasi Membayar Pajak Terhadap
Kepatuhan Perpajakan. Jurnal Akuntansi Vol. 5 No. 1
Tarjo, dan Suwarjuwono Tjiptohadi. 2005. “Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap
Fiskus, Kesadaram Wajib Pajak Terhadap Pentingnya Membayar Pajak,
Rekayasa Akuntansi dan Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal Manajemen,
Akuntansi dan Bisnis Volume 3 Nomor 2.
Tiraada, Tryana A.M. 2013. Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus
Terhadap Kepatuhan WPOP Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal/ ISSN
2303-1174.
Tilaar. 2013. Analaisis Hubungan Pajak Reklame terhadap PAD dan Pajak Daerah di
Kabupaten Minahasa Selatan .EMBA Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 446-454
Toly Arianto, dan Herryanto Marisa. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Tax &
Accounting Review.Vol.1 No.1.Hal 124-135
Trisnasari, Sujana dan Herawati. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi
Perpajakan Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kemauan Wajib Pajak
Dalam Mengikuti Program Tax Amnesty (Studi Kasus Pada Wajib Pajak
Orang Pribadi Pada Kpp Pratama Singaraja). E-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 Volume 7 No.1
Waluyo, Joko. 2009. Peranan Pajak Untuk Meningkatkan Kemandirian Anggaran.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10, No.2, hlm. 154 - 171
Winerungan, OL. 2013. Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus Dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wpop Di Kpp Manado Dan Kpp Bitung.
Jurnal EMBA Vol.1 No.3 . Hlm. 960-970
Witono, Banu. 2008. Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7, No. 2, hlm.196-208

106
Yusril, Handayani, et al. Pengaruh Administrasi Perpajakan, Kualitas Layanan
Fiskus, Terhadap Perilaku Wajib Pajak Dan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi
pada wajib pajak Badan di kantor pelayanan pajak Malang Selatan). Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

107
LAMPIRAN 1
Surat Permohonan Pengisian Kuesioner

108
Jakarta, 3 Januari 2018

Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner


Kepada Yth.
Bapak/ Ibu/Sdr/i Responden Di Tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program Studi
Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Avia Dian Trifani
Nim : 11140820000101
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/ Akuntansi/ VII
Bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Wajib Pajak dalam Mengikuti
Program Tax Amnesty dan Dampaknya Terhadap Tingkat Kepatuhan” .
Untuk itu saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu/Sdr/i untuk menjadi
responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya
mohon maaf telah menggangu waktu kerja Bapak/ Ibu/Sdr/i. Data yang diperoleh
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian
kinerja di tempat Bapak/ Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaan akan saya jaga
sesuai dengan etika penelitian.
 Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan
menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila
terdapat salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner
dianggap tidak berlaku

 Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda,
yang penting memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda

109
Apabila diantara Bapak/ Ibu/Sdr/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini,
maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya di telpon 0812 – 8626 – 4546 atau
email aviadiantrifanied@gmail.com . Atas kesediaan Bapak/ Ibu/Sdr/i meluangkan
waktu untuk mengisi dan menjawab kuesioner dalam eksperimen ini, saya ucapkan
terimakasih.

Dosen Pembimbing Hormat saya,


Peneliti

(Fitri Damayanti, SE, M.Si) (Avia Dian Trifani)

110
LAMPIRAN 2
Surat Keterangan dari Perusahaan

111
112
LAMPIRAN 3
Kuesioner Penelitian

113
PETUNJUK PENGISIAN

a. Isilah identitas responden pada lembar yang telah disediakan.


b. Berilah penilaian secara jujur, objektif, dan penuh tanggung jawab pada angket
ini sesuai dengan yang Bapak/Ibu/Saudara alami dan ketahui pada lembar Daftar
Pernyataan Kuesioner.
c. Cara melakukan penilaian oleh Bapak/Ibu/Saudara yaitu dengan memberi tanda
Check List (√) atau X pada setiap butir pertanyaan.
Setiap butir pertanyaan berikut ini terdiri atas 5 (lima) pilihan jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

IDENTITAS RESPONDEN
a. Nama Responden : ……………………………(boleh dikosongkan)
b. Jenis Pekerjaan : ………………………………
c. Terdaftar di KPP :………………………………..
c. Jenis Kelamin : Pria Wanita
d. Tingakat Pendidikan :
D3 S1 S2 S3
e. Apakah Anda mengikuti program tax amnesty?
Ya Tidak (Jika tidak, mohon
berhenti
mengisi kuesioner ini)
f. Mengikuti program tax amnesty pada periode ke:……..
I II III

114
DAFTAR PERNYATAAN KUESIONER

1. Kemauan Mengikuti Tax Amnesty


No Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya menyiapkan dokumen yang diperlukan
untuk mengikuti program tax amnesty.
2. 2Saya berusaha mencari informasi mengenai
. cara mengikuti program tax amnesty.
3. 3Saya melakukan konsultasi dengan pihak
. yang memahami tentang peraturan
perpajakan, dalam hal ini mengenai
program tax amnesty.
4. 4Saya mengikuti program tax amnesty atas
. kemauan dan keinginan sendiri.
5. 5Saya mengalokasikan dana untuk mengikuti
. program tax amnesty.
6. 6Saya datang ke Kantor Pelayanan Pajak
. untuk menyampaikan SPH yang
dibutuhkan untuk mengikuti program tax
amnesty

2. Kesadaran Wajib Pajak Dalam Mengikuti Tax Amnesty


No Pernyataan STS TS N S SS
7. 8Saya memahami betapa pentingnya pajak
. bagi pembangunan nasional.
8. 9Saya berkeyakinan pemungutan pajak akan
. kembali ke masyarakat.
9. 1Saya melakukan kewajiban perpajakan
0karena pajak ditetapkan dengan Undang-
. Undang dan dapat dipaksakan dengan tidak
mendapat kontraprestasi langsung
10. 1Saya memahami tujuan diadakannya
1Program Tax Amnesty.
.
11. 1Saya menyadari pentingnya mengikuti
2Program Tax Amnesty.
.
12. 1Dengan mengikuti program tax amnesty.
3Saya menyadari bahwa saya ikut
. berpartisipasi meningkatkan penerimaan

115
pajak
13. 1Saya mengetahui masa berakhirnya program
4tax amnesty
.
14. 1Saya mengetahui tarif uang tebusan yang
5akan saya bayar
.
15. 1Saya menghitung, membayar, melaporkan
6tax amnesty dengan sukarela
.
16. 1Saya menghitung, membayar, melaporkan
7tax amnesty dengan benar
.

3. Sosialisasi Perpajakan
No Pernyataan STS TS N S SS
17. Saya senang jika dikabari ketika akan
diadakan sosialisasi pajak oleh KPP.
18. Saya selalu meminta untuk diadakan
sosialisasi mengenai peraturan perpajakan
yang baru.
19. Saya sering melihat media-media sosialisasi
melalui TV atau Talk Show lewat Radio.
20. Saya mengerti setiap materi yang diberikan
saat Sosialisasi Pajak.
21. Saya mengikuti penyuluhan pajak mengenai
tax amnesty
22. Saya mengetahui program tax amnesty dari
media masa (televis, radio), spanduk,
reklame, dan media cetak lainnya
23. Saya mengetahui program tax amnesty dari
media elektronik (website, email, dan media
sosial lainnya)
24. Sosialisasi perpajakan sangat membantu
saya memahami mengenai ketentuan tax
amnesty
25. Sosialisasi perpajakan yang dilaksanakan
sudah efektif dan tepat sasaran

116
4. Sanksi Pajak
No Pernyataan STS TS N S SS
26. Wajib pajak yang melanggar peraturan
perpajakan akan dikenakan sanksi yang
tegas sesuai dengan undang-undang
perpajakan yang berlaku
Saya pernah melanggar peraturan pajak
27. dan mendapatkan sanksi
28. Sanksi perpajakan membuat wajib pajak
jera dalam melalaikan kewajiban
perpajakannya
29. Wajib pajak yang terlambat membayar
pajak penghasilannya akan dikenakan
sanksi administrasi sebesar 2%.
30. Sanksi perpajakan tidak hanya ditujukan
kepada wajib pajak yang melanggar
peraturan tetapi juga kepada pejabat pajak
yang lalai dalam melakukan tugasnya
31. Dengan mengikuti program tax amnesty,
saya tidak dikenakan sanksi pidana
perpajakan (jika sudah melunasi seluruh
tunggakan pajak yang dimiliki dan
membayar uang tebusan.)
32. Dengan mengikuti program tax amnesty,
saya tidak dikenakan sanksi administrasi
perpajakan (jika sudah melunasi seluruh
tunggakan pajak yang dimiliki dan
membayar uang tebusan.)
33. Dengan mengikuti program tax amnesty,
pajak yang seharusnya terutang akan
dihapuskan (jika sudah melunasi seluruh
tunggakan pajak yang dimiliki dan
membayar uang tebusan.)
34. Wajib pajak yang telah mengikuti program
tax amnesty dan memiliki tambahan
penghasilan yang belum diungkapkan,
maka akan dikenakan sanksi administrasi
200% dari pajak penghasilan yang tidak
atau kurang dibayar.
35. Wajib Pajak yang belum membayarkan
kewajiban pajaknya, paham sepenuhnya
apabila tidak mengikuti program

117
pengampunan pajak

5. Tingkat Kepatuhan
No Pernyataan STS TS N S SS
36. Saya mendaftarkan NPWP atas kemauan
sendiri
37. Setiap wajib pajak harus mendaftarkan diri
untuk NPWP
38. Saya mampu melakukan perhitungan pajak
dengan benar
39. Saya melaporkan SPT tepat waktu
40. Pemeriksaan pajak dapat mempermudah
wajib pajak untuk membayar tepat waktu
41. Banyaknya tempat pembayaran pajak dapat
mempermudah wajib pajak untuk
membayar tepat waktu
42. Saya bersedia membayar kewajiban pajak
serta tunggakan pajaknya
43. Tunggakan pajak hanya akan menambah
beban pajak karena adanya bunga
tunggakan yang harus dibayarkan
44. Saya telah mengetahui batas akhir dalam
pelaporan pajak
45. Saya pernah dijatuhi hukuman karena
tindakan pidana dibidang perpajakan dalam
jangka sepuluh tahun
46. Saya menggunakan tarif pajak yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku
47. Dengan mengikuti program tax amnesty,
saya mendeklarasikan seluruh harta yang
saya miliki
48. Dengan mengikuti program tax amnesty,
saya melunasi seluruh tunggakan pajak
yang saya miliki

118
LAMPIRAN 4
Daftar Identitas dan Jawaban Responden

119
IDENTITAS RESPONDEN
No Jenis Kelamin Tingkat Periode Tax Wilayah KPP
Pendidikan Amnesty
1 Wanita S1 2 Jakarta Pusat
2 Wanita S1 3 Tangerang
3 Wanita S1 1 Depok
4 Pria S1 2 Bekasi
5 Wanita S2 1 Depok
6 Wanita S1 1 Bekasi
7 Wanita S1 2 Jakarta Timur
8 Wanita S2 3 Depok
9 Wanita S2 3 Tangerang
10 Pria S1 2 Jakarta Selatan
11 Wanita S2 2 Jakarta Selatan
12 Pria S2 1 Jakarta Selatan
13 Wanita S2 3 Jakarta Pusat
14 Wanita S1 2 Bekasi
15 Pria S1 1 Jakarta Pusat
16 Pria S1 1 Bekasi
17 Pria S1 2 Bekasi
18 Pria S1 2 Jakarta Pusat
19 Pria S1 1 Jakarta Pusat
20 Wanita S1 1 Depok
21 Pria S2 1 Jakarta Utara
22 Wanita S2 2 Tangerang
23 Wanita S2 2 Jakarta Pusat
24 Pria S2 2 Jakarta Selatan
25 Wanita S1 1 Jakarta Selatan
26 Pria S1 2 Jakarta Selatan
27 Wanita S2 2 Depok
28 Wanita S1 1 Jakarta Selatan
29 Wanita S1 2 Jakarta Selatan
30 Pria S1 2 Bekasi
31 Pria S1 2 Bekasi
32 Wanita S1 1 Jakarta Selatan
33 Wanita S1 3 Bekasi
34 Pria S1 1 Bekasi
35 Wanita S2 3 Bekasi
36 Pria S1 2 Bekasi
37 Wanita S1 3 Jakarta Pusat

120
38 Pria S2 3 Jakarta Timur
39 Pria S2 2 Bekasi
40 Pria S2 2 Jakarta Selatan
41 Pria S1 3 Depok
42 Wanita S1 2 Tangerang
43 Wanita S1 1 Jakarta Selatan
44 Pria S2 2 Depok
45 Wanita S1 1 Jakarta Selatan
46 Wanita S1 1 Bekasi
47 Pria S1 3 Jakarta Selatan
48 Pria S1 2 Depok
49 Wanita S1 2 Jakarta Selatan
50 Wanita S1 1 Jakarta Selatan
51 Pria S1 2 Depok
52 Pria S1 1 Tangerang
53 Wanita D3 2 Tangerang
54 Pria S1 1 Tangerang
55 Pria S1 3 Tangerang
56 Pria S2 3 Tangerang
57 Pria S1 2 Depok
58 Wanita S1 1 Tangerang
59 Pria S1 3 Tangerang
60 Wanita S1 2 Tangerang
61 Wanita D3 2 Tangerang
62 Pria S1 3 Tangerang
63 Wanita S2 2 Tangerang
64 Wanita S1 1 Tangerang
65 Pria S3 2 Depok
66 Wanita S1 1 Tangerang
67 Wanita S1 2 Tangerang
68 Pria S1 1 Tangerang
69 Wanita S1 1 Tangerang
70 Wanita S1 2 Tangerang
71 Wanita S1 2 Depok
72 Pria S1 1 Jakarta Utara
73 Wanita S1 3 Jakarta Utara
74 Wanita S1 1 Jakarta Barat
75 Wanita S1 2 Tangerang
76 Wanita S1 1 Bekasi
77 Wanita S1 2 Bekasi
78 Wanita S1 3 Bekasi

121
79 Wanita S1 2 Depok
80 Pria S1 3 Bekasi
81 Pria S1 2 Depok
82 Wanita S1 3 Depok
83 Pria S1 3 Tangerang
84 Wanita S1 2 Tangerang
85 Pria S1 1 Depok
86 Wanita S1 1 Depok
87 Pria S2 1 Depok
88 Wanita S1 2 Depok

122
Jawaban Responden Variabel Kemauan Mengikuti Tax Amnesty
No KMTA_1 KMTA_2 KMTA_3 KMTA_4 KMTA_5 KMTA_6
1 5 5 5 4 4 5
2 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4
4 4 5 5 5 5 5
5 4 4 5 3 3 4
6 4 5 4 4 5 4
7 4 4 4 4 4 4
8 4 4 4 4 4 4
9 4 5 4 4 4 4
10 5 5 5 5 5 4
11 4 4 4 4 4 4
12 4 4 4 4 4 4
13 4 4 4 4 5 5
14 4 4 4 4 4 4
15 4 4 4 4 4 4
16 4 4 4 4 4 4
17 4 4 5 5 4 4
18 4 4 5 3 5 4
19 4 4 4 4 4 4
20 4 4 5 2 3 4
21 5 4 4 4 2 5
22 5 5 5 5 5 5
23 4 4 3 4 4 4
24 4 4 4 4 4 4
25 4 4 4 5 5 5
26 4 4 4 4 4 4
27 4 4 4 4 4 5
28 4 4 4 4 4 4
29 5 5 5 5 5 4
30 4 4 4 4 4 4
31 5 4 4 5 4 4
32 4 4 4 4 5 4
33 4 4 4 4 4 4
34 3 4 4 3 3 4
35 4 4 4 5 4 4
36 4 4 4 4 4 4
37 5 4 5 4 4 4
38 4 4 4 4 4 4

123
39 5 5 5 5 5 5
40 4 4 4 4 4 4
41 4 4 3 4 3 4
42 5 4 5 5 5 5
43 4 4 4 4 4 4
44 5 5 5 5 5 5
45 4 4 3 3 4 3
46 4 4 4 4 4 4
47 4 4 4 4 4 4
48 5 5 5 5 5 5
49 5 5 4 4 5 4
50 5 5 5 5 5 5
51 4 4 4 4 4 4
52 5 5 5 5 5 5
53 4 4 4 5 5 5
54 5 5 5 5 5 5
55 3 3 4 4 4 4
56 5 5 5 4 4 5
57 4 4 4 5 5 5
58 4 4 4 4 5 5
59 5 5 5 5 5 4
60 4 4 4 4 5 4
61 5 5 5 4 4 3
62 4 5 4 4 4 4
63 4 5 5 4 5 5
64 4 4 4 4 4 5
65 5 5 5 5 5 5
66 5 4 5 5 5 4
67 5 5 5 5 5 4
68 4 4 4 4 4 5
69 5 5 5 4 5 4
70 5 5 5 5 5 5
71 4 4 4 4 4 4
72 5 5 5 5 5 5
73 4 4 4 4 4 4
74 5 5 4 4 4 5
75 4 5 4 4 4 5
76 5 5 5 5 5 5
77 4 5 4 5 5 5
78 5 5 5 5 5 4
79 4 5 4 4 5 4

124
80 4 4 4 4 4 4
81 5 5 5 5 5 5
82 4 4 4 4 4 4
83 4 4 4 4 4 4
84 4 4 4 4 4 4
85 5 5 5 5 4 5
86 4 4 4 5 5 5
87 4 4 4 4 4 4
88 4 4 4 5 4 5

125
Jawaban Responden Variabel Kesadaran Wajib Pajak
No KWP_1 KWP_2 KWP_3 KWP_4 KWP_5 KWP_6 KWP_7 KWP_8 KWP_9 KWP_ 10
1 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5
3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5
5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
6 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
8 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
9 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
10 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
11 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
12 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4
13 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
14 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
15 4 3 5 4 3 4 4 3 4 4
16 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
17 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 3 4 3 5 4 4 4 4 5
20 4 4 4 2 5 3 4 4 4 4
21 4 3 4 5 5 4 5 2 4 4
22 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
23 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
26 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5

126
27 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
30 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4
31 5 4 4 4 4 3 5 4 4 5
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
34 3 4 4 4 4 4 3 4 5 4
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
37 5 4 4 4 4 5 5 4 3 4
38 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5
39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
41 4 3 4 5 4 4 4 4 4 5
42 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
44 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
45 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
47 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
48 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
49 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4
50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
51 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
52 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
53 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4
54 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

127
55 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
56 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5
57 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
58 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4
59 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4
60 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
61 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5
62 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4
63 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5
64 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4
65 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5
66 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5
67 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4
68 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4
69 3 4 4 5 4 4 5 4 5 4
70 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
71 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4
72 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
73 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
74 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5
75 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5
76 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
77 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5
78 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
79 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4
80 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5
81 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
82 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4

128
83 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
84 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4
85 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4
86 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
87 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
88 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5

129
Jawaban Responden Variabel Sosialisasi Perpajakan
No SOSPER_1 SOSPER_2 SOSPER_3 SOSPER_4 SOSPER_5 SOSPER_6 SOSPER_7 SOSPER_8 SOSPER_9
1 5 4 4 4 4 4 5 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 5 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 5 5 4 3 4 4 5 5
5 4 3 4 4 4 3 4 4 4
6 4 5 3 4 3 4 4 4 4
7 4 4 4 4 3 4 4 4 4
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9 4 4 5 4 4 4 4 5 4
10 5 5 4 5 4 5 5 4 3
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 4 4 4 4 4 4 4 5 4
13 4 5 5 4 4 5 4 3 3
14 4 4 4 4 4 4 4 3 3
15 4 4 5 4 4 4 4 3 3
16 4 4 4 4 4 4 4 3 3
17 4 4 4 5 4 4 4 4 4
18 4 5 4 5 4 5 4 4 4
19 4 4 5 4 4 4 4 4 4
20 4 3 4 5 4 3 4 4 4
21 5 2 4 4 4 4 5 4 5
22 5 5 4 4 5 5 5 5 3
23 4 4 4 3 5 4 4 4 5
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4
25 4 5 4 4 4 4 4 4 3
26 4 4 4 4 3 4 4 4 4

130
27 4 4 5 4 4 4 4 4 3
28 4 4 4 4 4 4 4 3 3
29 5 5 3 5 4 5 5 4 3
30 4 4 4 4 4 4 4 5 4
31 5 4 3 4 4 4 5 4 4
32 4 5 5 4 5 5 4 4 4
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4
34 3 3 4 4 4 3 3 4 4
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 4 4 5 4 3 4 4 5 4
37 5 4 3 5 5 4 5 4 3
38 4 4 5 4 5 4 4 4 4
39 5 5 4 5 4 5 5 4 4
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4
41 4 3 3 3 3 3 4 4 5
42 5 5 4 5 4 5 5 4 4
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4
44 5 5 5 5 5 5 5 5 5
45 4 4 4 3 4 4 4 4 4
46 4 4 4 4 4 4 4 5 4
47 4 4 4 4 5 4 4 4 4
48 5 5 5 5 5 5 4 5 5
49 5 5 5 4 4 5 4 5 5
50 5 5 5 5 5 5 4 5 5
51 4 4 5 4 5 4 4 4 3
52 5 5 4 5 4 4 5 4 4
53 4 5 3 4 4 4 4 5 5
54 5 5 5 5 5 4 4 5 5

131
55 3 4 4 4 5 4 3 5 5
56 5 4 4 5 4 4 4 4 4
57 4 5 4 4 4 5 4 4 4
58 4 5 5 4 4 5 4 4 4
59 5 5 4 5 4 5 4 5 4
60 4 5 4 4 4 5 4 4 4
61 5 4 4 5 5 4 5 5 4
62 4 4 4 4 4 4 4 4 4
63 4 5 5 5 4 5 4 3 4
64 4 4 4 4 4 4 4 3 4
65 5 5 5 5 5 5 5 5 5
66 5 5 4 5 5 5 4 5 5
67 5 5 5 5 5 5 4 5 5
68 4 4 4 4 4 4 4 4 4
69 5 5 5 5 4 5 5 4 5
70 5 5 5 5 4 4 4 3 3
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4
72 5 5 4 5 5 4 5 4 4
73 4 4 4 4 4 4 4 4 4
74 5 4 5 4 4 4 5 4 4
75 4 4 5 4 5 4 4 4 4
76 5 5 5 5 4 5 5 4 4
77 4 5 3 4 4 4 4 5 5
78 5 5 4 5 4 5 5 4 4
79 4 5 4 4 4 5 4 4 4
80 4 4 4 4 4 4 4 4 4
81 5 5 5 5 5 5 4 5 5
82 4 4 4 4 4 4 4 5 4

132
83 4 4 4 4 4 4 4 4 4
84 4 4 4 4 4 4 4 4 5
85 5 4 4 5 4 4 4 4 4
86 4 5 5 4 5 5 4 5 5
87 4 4 4 4 4 4 4 5 5
88 4 4 5 4 5 4 4 4 4

133
Jawaban Responden Variabel Sanksi Pajak
No SP_1 SP_2 SP_3 SP_4 SP_5 SP_6 SP_7 SP_8 SP_9 SP_10
1 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
2 3 5 3 2 5 5 5 3 4 3
3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 5 5 4 4 3 4 5 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
8 5 4 3 4 5 5 5 5 4 3
9 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4
10 5 5 4 3 5 4 4 4 5 4
11 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
12 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4
13 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
14 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
15 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
16 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
21 5 4 4 2 4 4 4 4 5 4
22 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
23 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3
24 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
25 4 5 4 3 4 4 4 5 4 5
26 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4

134
27 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4
30 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3
31 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
32 4 5 4 3 4 3 3 4 4 3
33 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4
34 4 5 4 4 4 4 3 4 3 3
35 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4
36 3 4 5 4 5 5 5 4 4 4
37 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5
38 4 5 4 5 3 4 3 4 4 3
39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
41 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4
42 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
44 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4
45 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
47 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
48 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4
49 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4
50 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4
51 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
52 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
53 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
54 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4

135
55 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4
56 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4
57 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4
58 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5
59 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4
60 3 5 5 5 5 5 4 5 4 4
61 3 5 4 5 5 4 4 5 5 5
62 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4
63 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4
64 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4
65 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5
66 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4
67 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5
68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
69 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4
70 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
72 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4
73 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4
74 4 5 5 5 5 4 4 3 5 4
75 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
76 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4
77 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4
78 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5
79 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5
80 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4
81 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
82 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4

136
83 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
84 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
85 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4
86 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
87 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
88 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5

137
Jawaban Responden Variabel Tingkat Kepatuhan
No TK_1 TK_2 TK_3 TK_4 TK_5 TK_6 TK_7 TK_8 TK_9 TK_10 TK_11 TK_12 TK_13
1 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 5 5 5 5 5 4 5 3 5 5 5 3
5 4 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4
6 4 5 4 4 5 4 4 2 3 4 4 4 3
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3
8 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4
9 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4
10 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4
11 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4
12 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 5 4
13 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
14 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
16 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4
17 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4
18 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20 4 4 5 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4
21 5 4 4 4 2 5 4 4 5 2 4 4 4
22 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
23 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 5
24 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4
25 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3

138
27 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4
30 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
31 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4
32 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4 4 4 5
33 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4
34 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4
35 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 3
37 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5
38 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5
39 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
41 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3
42 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4
43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
44 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5
45 4 4 3 3 4 3 4 5 4 3 4 4 4
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
48 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5
49 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4
50 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5
51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
52 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4
53 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4
54 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5

139
55 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
56 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4
57 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4
58 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
59 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4
60 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4
61 5 5 5 4 4 3 4 3 4 5 4 5 5
62 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4
63 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4
64 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4
65 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5
66 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5
67 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5
68 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4
69 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4
70 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
72 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5
73 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
74 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4
75 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5
76 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4
77 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4
78 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4
79 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4
80 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4
81 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5
82 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4

140
83 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
84 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4
85 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4
86 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5
87 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
88 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5

141
LAMPIRAN 5
Output Hasil Pengujian Data

142
A. Uji Outer Model

1. Hasil Convergent Validity


Tabel Outer Loading
KMTA KWP SOSPER SP TK
Kmta_1 0,832
Kmta_2 0,809
Kmta_3 0,784
Kmta_4 0,766
Kmta_5 0,731
Kmta_6 0,597
Kwp_1 0,629
Kwp_2 0,542
Kwp_3 0,763
Kwp_4 0,625
Kwp_5 0,543
Kwp_6 0,710
Kwp_7 0,720
Kwp_8 0,704
Kwp_9 0,578
Kwp_10 0,598
Sosper_1 0,861
Sosper_2 0,748
Sosper_4 0,798
Sosper_6 0,780
Sosper_7 0,696
SP_3 0,730
SP_4 0,625
SP_5 0,690
SP_6 0,566
SP_7 0,582
SP_9 0,764
SP_10 0,541
TK_1 0,785
TK_2 0,784
TK_3 0,766

143
TK_4 0,750
TK_5 0,712
TK_6 0,601
TK_10 0,638
TK_11 0,648
TK_12 0,675

144
2. Hasil Disriminant Validity

Tabel Cross Loading

KMTA KWP SOSPER SP TK


Kmta_1 0,832 0,720 0,831 0,764 0,785
Kmta_2 0,809 0,659 0,686 0,680 0,784
Kmta_3 0,784 0,617 0,769 0,616 0,766
Kmta_4 0,766 0,638 0,638 0,507 0,750
Kmta_5 0,731 0,569 0,718 0,468 0,712
Kmta_6 0,597 0,497 0,384 0,346 0,501
Kwp_1 0,445 0,629 0,398 0,381 0,489
Kwp_2 0,437 0,542 0,418 0,371 0,471
Kwp_3 0,596 0,763 0,598 0,558 0,616
Kwp_4 0,474 0,625 0,418 0,301 0,502
Kwp_5 0,366 0,543 0,372 0,319 0,413
Kwp_6 0,547 0,710 0,502 0,464 0,675
Kwp_7 0,632 0,720 0,561 0,564 0,585
Kwp_8 0,504 0,704 0,386 0,374 0,638
Kwp_9 0,422 0,578 0,251 0,272 0,475
Kwp_10 0,436 0,598 0,296 0,324 0,481
Sosper_1 0,832 0,720 0,861 0,764 0,785
Sosper_2 0,731 0,569 0,748 0,468 0,712
Sosper_4 0,752 0,609 0,798 0,611 0,731
Sosper_6 0,632 0,457 0,780 0,461 0,583
Sosper_7 0,585 0,467 0,696 0,509 0,510
SP_3 0,534 0,545 0,414 0,730 0,648
SP_4 0,405 0,443 0,340 0,625 0,491
SP_5 0,402 0,349 0,423 0,690 0,382
SP_6 0,232 0,209 0,241 0,566 0,242
SP_7 0,304 0,150 0,322 0,582 0,268
SP_9 0,732 0,720 0,761 0,764 0,735
SP_10 0,338 0,214 0,349 0,541 0,339
TK_1 0,732 0,720 0,761 0,764 0,785
TK_2 0,709 0,659 0,686 0,680 0,784
TK_3 0,734 0,617 0,763 0,616 0,766
TK_4 0,706 0,638 0,638 0,507 0,750

145
TK_5 0,631 0,569 0,648 0,468 0,712
TK_6 0,597 0,497 0,384 0,346 0,601
TK_10 0,504 0,604 0,386 0,374 0,638
TK_11 0,534 0,545 0,414 0,630 0,648
TK_12 0,547 0,601 0,502 0,464 0,675

146
3. Uji Reliabilitas

Tabel Composite Reliability


Composite Reliability
Kemauan Mengikuti Tax 0,889
Amnesty
Kesadaran Wajib Pajak 0,876
Sosialisasi Perpajakan 0,833
Sanksi Pajak 0,885
Tingkat Kepatuhan 0,901

Tabel Cronbach Alpha

Cronbach Alpha
Kemauan Mengikuti Tax 0,849
Amnesty
Kesadaran Wajib Pajak 0,843
Sosialisasi Perpajakan 0,781
Sanksi Pajak 0,836
Tingkat Kepatuhan 0,876

147
B. Uji Inner Model

Gambar Inner Model Sebelum Modifikasi

148
Gambar Inner Model Setelah Modifikasi

149
Hasil Bootstrapping

150
1. Uji Hipotesis

Tabel Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value)


Original Sample Standrard T- P-Value
Sample (O) Mean Deviation Statistic
(M) (STDEV) (IO-
stdev)
KWP→KMTA 0,280 0,278 0,065 4,288 0,000
SOSPER→KMTA 0,632 0,634 0,059 10,784 0,000
SP→KMTA 0,108 0,108 0,048 2,268 0,024
KWP→TK 0,438 0,438 0,061 7,885 0,000
SOSPER→TK 0,375 0,371 0,060 6,204 0,001
SP→TK 0,185 0,188 0,053 3,518 0,001
KMTA→TK 0,842 0,832 0,060 14,016 0,000

2. Evaluasi Model

Tabel R-Square

R-Square
Kesadaran Wajib Pajak
Sosialisasi Perpajakan
Sanksi Pajak
Kemauan Mengikuti Tax 0,891
Amnsety
Tingkat Kepatuhan 0,974

151

Anda mungkin juga menyukai