TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Magister
Oleh :
1
RIWAYAT HIDUP
Penulis
2
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama, penulis ingin mengucapkan terima kasih pada Allah SWT yang
telah membantu penulis meraih mimpi lama sekaligus memberikan kekuatan
untuk merajut mimpi baru, dan memberikan apa yang tidak berani penulis minta.
Tidak ada lagi yang bisa memiliki kesabaran untuk mendengarkan semua
ketakutan dan keluhan hamba-Nya, serta memberikan ide yang tak terhitung
jumlahnya.
Rasa terima kasih juga penulis ucapkan pada dosen pembimbing Prof.
Dr. Made Sudarma, SE., MM., Ak dan ko-pembimbing Dr. Erwin Saraswati, SE.,
M.Acc., Ak, serta dosen penguji Prof. Dr. Grahita Chandrarin, SE., M.Si., Ak dan
Imam Subekti, SE., M.Si., Ak., Ph.D atas bimbingan, saran, dan kritik yang
membangun sekaligus memberikan semangat dan pengalaman berharga bagi
penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Tanpa beliau semua, tesis ini
bukanlah sesuatu yang memiliki makna yang cukup mendalam bagi penulis.
Terima kasih sepenuh hati juga penulis tujukan kepada keluarga, karena
telah menjadi bagian yang paling penting dalam hidup penulis. Khususnya untuk
semangat, pengertian, dan perhatian dari bapak, mama, dan adek yang
membuat penulis termotivasi untuk mendapatkan ide dan menemukan hal-hal
baru sebagai bahan tulisan. Terima kasih juga atas dukungan pakde Syafruddin
Zuhri serta Istri Amalia Tri Agustini atas bantuan yang tak terduga. Tanpa pakde
dan bude, ananda takkan bisa melanjutkan pendidikan ini. Buat Alif, anak mama
yang paling ganteng, sabar, cerdas dan pengertian, terima kasih sudah
menunggu mama.
Tentu saja, penulis juga sangat berterima kasih pada para sahabat dan
teman-teman PPAk kelas D angkatan 16 dan joint program S2 Akuntansi (mbak
3
nurul, mbak padma, santi, echy, mbak ade, mas alfian, mas aldi, yose, william,
tika, icha, guin, mas sigit, mbak astri, mbak fitri, mbak dian, oniz, fita) yang telah
membawa tawa dan diskusi yang sangat mendukung pengetahuan penulis baik
dalam menulis tesis maupun dalam proses belajar selama menempuh waktu
studi ini. Kegilaan dan kekacauan kalian takkan bisa bisa terlupakan.
Penulis
4
ABSTRAK
Kata kunci: Manajemen laba rill, manajemen laba akrual, perencanaan pajak,
persistensi laba.
5
ABSTRACT
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit
dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
kasih sayang-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul: Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Perencanaan Pajak dan
Persistensi Laba. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis panjatkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah diutus ke bumi sebagai lentara bagi hati
manusia, Nabi yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju
zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti saat ini.
Tesis ini menyajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi pengaruh
manajemen laba terhadap perencanaan pajak serta pengaruh keduanya
terhadap persistensi laba. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak
sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tesis ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, dan
semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak
demi kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Penulis
7
DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP 2
UCAPAN TERIMA KASIH 3
ABSTRAK5 5
ABSTRACT 6
KATA PENGANTAR 7
DAFTAR ISI 8
DAFTAR TABEL 10
DAFTAR GAMBAR 11
DAFTAR LAMPIRAN 12
BAB I PENDAHULUAN 13
1.1. Latar Belakang 13
1.2. Motivasi Penelitian 19
1.3. Rumusan Masalah 20
1.4. Tujuan Penelitian 21
1.5. Kontribusi Penelitian 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23
2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) 23
2.2. Manajemen Laba (Earnings Management) 25
2.4. Perencanaan Pajak 29
2.5. Persistensi Laba 31
2.6. Penelitian Terdahulu 33
8
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 65
5.1. Hasil Penelitian 65
5.1.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif 65
5.1.2. Hasil Uji Stasioneritas 68
5.1.3. Estimasi Model Regresi Data Panel 69
5.1.3.1. Pengujian Pemilihan Data Panel 70
5.1.3.1.1. Pemilihan Antara Model
Common Effect dan Fixed
Effect 70
5.1.3.1.2. Pemilihan Antara Metode
Fixed Effect dan Random
Effect 70
5.1.4. Hasil Uji Asumsi Klasik 71
5.1.4.1. Uji Multikolinieritas 71
5.1.4.2. Uji Autokorelasi 71
5.1.4.3. Uji Heteroskedastisitas 72
5.1.5. Hasil Uji Hipotesis 72
5.2. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis 74
5.2.1. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
Persistensi Laba 74
5.2.2. Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap
Persistensi Laba 78
5.2.3. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
Perencanaan Pajak 80
5.3. Implikasi Penelitian 81
BAB VI KESIMPULAN 83
6.1. Kesimpulan 83
6.2. Keterbatasan Penelitian 84
6.3. Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 87
LAMPIRAN 94
9
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.4 Uji F (Pemilihan Antara Metode Common Effect dan Fixed Effect) 57
10
DAFTAR GAMBAR
11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Sampel Penelitian 74
12
BAB I
PENDAHULUAN
dihadapi oleh bangsa Indonesia (Ahira, 2012). Hal ini terbukti dengan adanya
hingga saat ini. Kasus-kasus tersebut meliputi kasus penggelapan pajak yang
dilakukan oleh Grup Asian Agri, Grup Bakrie, Makindo, dan Grup Ramayana
menyajikan laba yang relatif kecil, bahkan kerugian dalam laporan keuangan
pajak seminimal mungkin, karena beban pajak yang besar akan menurunkan
laba bersih setelah pajak (earnings after tax), tingkat pengembalian (rate of
penerimaan pajak yang relatif besar guna membiayai pengeluaran negara. Hal ini
yang digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan hal-hal
undang perpajakan yang berlaku (James dan Nobes, 1983 dikutip oleh Suandy,
perpajakan. Dengan demikian, isu dalam penelitian ini adalah adanya motif
pajak yang tidak sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan kata lain,
laba yang tinggi akan menyebabkan beban pajak perusahaan juga tinggi. Selain
manajer, serta pengukur prestasi atau kinerja manajemen. Oleh karena itu,
14
mencapai target laba (Zang, 2006). Dengan kata lain, perencanaan pajak dan
manajemen laba terkait satu sama lain, karena sama-sama bertujuan untuk
mencapai target laba dengan merekayasa angka laba dalam laporan keuangan.
berbasis aktivitas riil (real earnings management). Manajemen laba akrual terkait
yang sebenarnya (Dechow dan Skinner, 2000 dikutip oleh Gunny, 2009).
Sebaliknya, manajemen laba riil terjadi ketika manajer mengambil tindakan yang
Saat ini, manajemen laba berbasis aktivitas riil telah banyak mendapat
perhatian dari para peneliti (Graham, Harvey, dan Rajgopal, 2005; Gunny, 2005;
Zang, 2006; Rowchowdhury, 2006; Yu, 2008; Cohen dan Zarowin, 2008; Gunny,
2009; Cohen dan Zarowin, 2010; Ratmono, 2010; Subekti, Wijayanti, dan
Akhmad, 2010; Ibrahim, Xu, dan Rogers, 2011; serta Lee dan Swenson, 2011),
manajemen laba riil untuk menghindari deteksi yang dilakukan auditor dan
regulator (Graham et al., 2005; Cohen dan Zarowin, 2008; dan Ibrahim et al.,
peneliti tidak dapat meneliti satu teknik manajemen laba saja, karena adanya
hubungan substitusi antara manajemen laba riil dengan manajemen laba akrual.
Ketika manipulasi aktivitas riil tinggi, maka manajer akan mengurangi jumlah
15
manajemen laba akrual, dan sebaliknya (Zang, 2006). Oleh karena itu, penelitian
berakhir (Zang, 2006 dan Gunny, 2009). Kebijakan akrual akan menghasilkan
persistensi laba (Sunarto, 2010). Namun, manajemen laba riil juga dapat
riil (Scott, 2009:403). Oleh karena itu, peneliti juga tertarik untuk menguji
akrual menjadi tidak tepat. Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995) menguji lima
model akrual dan menemukan bukti bahwa tidak ada di antara kelima model
16
laba akrual, sehingga banyak penelitian yang telah menginvestigasi perbedaan
antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) sebagai indikator
manajemen laba akrual (Phillips, Pincus, dan Rego 2003; Mills dan Newberry,
2004; Yuliati, 2004; Hanlon, 2005; Wijayanti, 2006; Wiryandari dan Yulianti,
akrual (akrual diskresioner dan beban pajak tangguhan) memiliki pengaruh yang
laba akrual untuk menghindari kerugian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
potensi untuk mempengaruhi laba akuntansi dan laba fiskal (Chen, Dhaliwal, dan
mengurangi laba fiskal yang juga akan mengurangi laba akuntansi. Perusahaan
yang melakukan manajemen laba dan perencanaan pajak akan memiliki laba
akuntansi dan laba fiskal yang berbeda dalam jumlah yang relatif besar (Hanlon,
2005). Oleh karena itu, dilakukan peningkatan kesesuaian antara laba akuntansi
melakukan manajemen laba yang tidak diikuti oleh peningkatan laba kena pajak
(Hanlon dan Shevlin, 2005; Hanlon, Maydew, dan Shevlin, 2006; Hanlon,
Maydew, dan Shevlin, 2007; Ayers, Jiang, dan Laplante, 2008; serta Atwood,
17
Drake, dan Myers, 2010). Penyesuaian antara laba akuntansi dan laba fiskal
untuk periode satu tahun ke depan. Selain itu, perusahaan yang memiliki laba
fiskal lebih besar dari laba akuntansi (large negative book-tax differences)
arus kas (Wijayanti, 2006). Beberapa penelitian di atas hanya menguji dampak
manipulasi aktivitas riil. Dengan demikian, peneliti juga akan menguji pengaruh
al. (2010), maka penelitian ini menggabungkan kedua penelitian tersebut dengan
pertimbangan kualitas laba (Jonas dan Blanchet, 2000 dikutip oleh Martani dan
Persada, 2009). Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, karena adanya
pajak dengan manajemen laba (Chen et al., 2007; Hanlon dan Shevlin, 2005;
Hanlon et al., 2006; Hanlon et al., 2007; Ayers et al., 2008; serta Atwood et al.,
2010). Selain itu, beberapa peneliti di Indonesia hanya meneliti perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dan beban pajak tangguhan
sebagai proksi yang lebih tepat untuk mengukur manajemen laba (Yuliati, 2004;
18
Manajemen laba dan perencanaan pajak sama-sama memiliki potensi
dalam mempengaruhi persistensi laba, karena baik laba akuntansi maupun laba
laba (Chen et al., 2007). Laba akuntansi merupakan hasil dari manajemen laba,
relatif besar akan menyebabkan laba fiskal yang relatif besar, sehingga
manajemen laba terhadap kandungan informasi laba dan Atwood et al. (2010)
menguji kesesuaian laba akuntansi dengan laba fiskal, persistensi laba, dan
hubungan antara laba dengan arus kas masa depan, sedangkan penelitian ini
laba. Penelitian Chen et al. (2007) dan Atwood et al. (2010) dilakukan
dilakukan di Indonesia yang memiliki peraturan pajak yang berbeda. Selain itu,
penelitian Chen et al. (2007) dan Atwood et al. (2010) hanya fokus pada
manajemen laba, baik manajemen laba akrual maupun manajemen laba riil.
19
dengan menggunakan proksi cash effective tax rate yang telah digunakan oleh
karena itu, peneliti menggunakan proksi cash effective tax rate untuk
pajak.
ini menggunakan dua teknik manajemen laba sekaligus untuk memprediksi dan
Kebijakan diskresi tunai ini menggunakan proksi manajemen laba riil yang terdiri
dari arus kas operasi abnormal, biaya produksi abnormal, dan pengeluaran
diskresi abnormal.
20
1. Apakah manajemen laba berpengaruh positif terhadap perencanaan
pajak?
laba?
laba (quality earnings) yang telah ada. Penelitian ini menggunakan teori
kategori, yaitu opportunistic dan signaling (Beaver, 2002 dikutip oleh Sunarto,
saham. Penelitian ini juga membuktikan adanya keterkaitan antara dua teknik
manajemen laba, yakni manajemen laba riil dan akrual dengan perencanaan
21
pajak dan persistensi laba yang belum dilakukan oleh peneliti sebelumnya
Oleh karena itu, pajak penghasilan memiliki pengaruh kuat bagi perusahaan
untuk melakukan manajemen laba (Lee dan Swenson, 2011). Wawasan ini
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (pemegang saham) sebagai
2 kategori: opportunistic dan signaling (Beaver, 2002 seperti yang dikutip oleh
akuntansi yang agresif melaporkan angka laba lebih tinggi daripada laba yang
yang sesungguhnya, maka laporan laba mengarah pada overstate earnings yang
kualitas tinggi dan sebagai indikator laba di masa depan yang selanjutnya
disebut persistensi laba (Sloan, 1996 serta Dechow dan Dichev, 2002).
memberi sinyal tentang informasi privat yang dimiliki oleh manajer (Healy dan
Palepu, 1995), atau untuk mengurangi biaya politik (political cost) (Watts dan
24
seperti menaikkan kompensasi (Healy,1985) atau mengurangi kemungkinan
Pihak yang paling bertanggung jawab atas laporan keuangan yang wajar
dan akurat adalah manajer. Manajer memiliki kontrol utama atas integritas sistem
subjektivitas dan arbitrasi dari penilaian ini, tetapi subjektivitas tidak dapat
melalui pilihan dan perkiraan akuntansi (Wild et al., 2005). Misalnya, seorang
tindakan yang dipilih oleh manajer untuk mencapai beberapa tujuan khusus
25
dalam pelaporan laba (Scott, 2009:403). Definisi ini mengandung pengertian
bahwa manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni
akrual murni merupakan manipulasi laba dengan discretionary accrual yang tidak
memiliki pengaruh terhadap aliran kas secara langsung. Manajemen laba akrual
diperlukan, agar target laba tercapai. Pada dasarnya, manipulasi akrual dibatasi
oleh PSAK dan manipulasi ini dapat terdeteksi oleh auditor, investor ataupun
2003 serta Ratmono, 2010). Oleh karena itu, cara lain yang sering dilakukan oleh
berjalan dengan tujuan tertentu yaitu memenuhi target laba tertentu atau untuk
dengan cara menawarkan jangka waktu kredit (piutang usaha) yang lebih
ringan. Strategi ini menyebabkan aliran kas masuk kegiatan operasi periode
26
b. Produksi yang berlebihan atas unit barang yang akan dijual dilakukan oleh
menyebabkan turunnya rata-rata biaya per unit dan turunnya harga pokok
operasi dan menyebabkan aliran kas kegiatan operasi lebih rendah daripada
beban iklan, beban administrasi dan umum, terutama pada periode saat
yang positif. Dengan kata lain, strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus
kas periode saat ini, tetapi dengan risiko menurunkan arus kas periode
mendatang.
Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer dapat dipandang dari dua
laba dijadikan tolak ukur dalam rencana kompensasi manajemen. Dalam hal ini
dari principal, yaitu: pemilik perusahaan atau pemegang saham. Kedua, untuk
27
dari kebijakan akuntansi dan tidak dijelaskan dalam PSAK. Earnings
menguntungkan tidak bisa dihindari pada periode berjalan. Manajemen laba ini
datang dan kerugian pada periode berjalan. Income minimization, dilakukan saat
yang lebih besar. Income smoothing, merupakan bentuk manajemen laba yang
paling sering dilakukan dan paling populer. Manajemen laba ini dilakukan dengan
(income decreasing), agar pajak yang dibayarkan tidak terlalu besar. Ketika laba
big bath dengan cara mengurangi aset pada periode sekarang, agar laba di
periode berikutnya meningkat (Hastuti, 2011). Jadi, bentuk manajemen laba yang
28
yang ingin dicapai oleh manajer, seperti untuk mendapatkan bonus, kontrak
memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayar
dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang
dan untuk melakukan efisiensi guna mencapai laba dan likuiditas yang
alokasi sumber dana, dan tidak kurang membayar pajak, agar tidak membayar
tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak, yakni tidak
meminimalkan pajak yang terutang melalui skema yang memang telah jelas
29
diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan sifatnya tidak
menimbulkan perdebatan antara wajib pajak dan otoritas pajak. Dalam konteks
dengan skema (i) transfer pricing, (ii) thin capitalization, (iii) treaty shopping, (iv)
pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion) (Faiz, 2011).
30
2. Penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax
penjualan atau memperbesar biaya dengan cara fiktif (Darussalam dan Septriadi,
2009). Tax evasion biasa dilakukan perusahaan dengan cara membuat faktur
palsu, tidak mencatat sebagian penjualan, atau laporan keuangan palsu, tetapi
yang relatif kecil, sehingga akan ada pemeriksaan oleh aparat pajak. Di
agar kurang bayarnya menjadi kecil, hal ini dianggap menguntungkan kedua
belah pihak (Hutami, 2012). Tax evasion akan menyebabkan dana pajak yang
pembangunan dan hak rakyat miskin untuk memperoleh subsidi dari negara tidak
perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai
satu periode masa depan (Sloan, 1996). Laba dikatakan persisten, apabila laba
saat ini dapat digunakan sebagai pengukur laba periode mendatang (Sunarto,
31
laba, karena persistensi laba mengandung unsur nilai predictive value, sehingga
kejadian di masa lalu, sekarang dan masa depan (Jonas dan Blanchet, 2000
persistent atau core earnings), dan unusual earnings atau transitory earnings.
mendatang (Penman, 2003 dikutip oleh Sunarto, 2009). Persistensi laba yang
tinggi, sedangkan jika laba unusual, laba dinyatakan memiliki kualitas yang buruk
laba, maka kebijakan tersebut akan meningkatkan kualitas laba, sehingga laba
laba, maka kebijakan tersebut akan menurunkan kualitas laba, sehingga laba
32
Dengan kata lain, laba akuntansi tidak dapat mengukur kinerja ekonomi
Ada tiga asumsi yang mendasari hubungan antara angka laba akuntansi
dengan persistensi laba (Nichols dan Wahlen, 2004), yaitu asumsi bahwa:
3. Harga saham sama dengan nilai sekarang (present value) dari ekspektasi
income smoothing (IS) dan accrual quality (ACC). Perusahaan yang melaporkan
laba yang lebih smooth akan memberikan informasi yang lebih kepada para
yang lebih besar daripada interaksi IS dan CFO (Tucker dan Zarowin, 2006).
menguji adanya earnings management dalam merespon Tax Reform Act (TRA)
33
penghasilan. Penelitian yang sama dilakukan di Indonesia dengan menguji
penghasilan tahun 1994 yang mulai berlaku 1 Januari 1995. Hasil penelitian
Wulandari, Kumalahadi, dan Prasetyo (2004), serta Wijaya dan Martani (2011)
laba pada periode setelah undang-undang perpajakan, karena pada periode ini
penghematan pajak.
mengalami kerugian (loss firm) juga akan melakukan manajemen laba dalam
2011). Berbeda dengan Wijaya dan Martani (2011), Subagyo dan Oktavia (2010)
34
menyatakan bahwa hanya perusahaan yang memperoleh laba saja yang
yang mendukung hasil penelitian ini adalah karena perusahaan yang mengalami
Adanya dugaan bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang
pelaporan pajak dari basis kas ke basis akrual yang akan meningkatkan
kesesuaian antara laba akuntansi dan laba fiskal. Namun, penggunaan metode
yang dimiliki perusahaan untuk melaporkan laba fiskal (laba kena pajak) yang
akuntansi dengan laba fiskal, semakin rendah persistensi laba dan semakin
rendah hubungan antara laba sekarang dengan arus kas masa depan (Atwood et
al., 2010). Peningkatan kesesuaian antara laba akuntansi dengan laba fiskal
akan mengurangi jumlah perencanaan pajak perusahaan, tetapi di sisi lain akan
antara laba akuntansi dan laba fiskal meningkatkan kandungan informasi laba
akuntansi (Chen et al., 2007). Dalam hal ini, baik perencanaan pajak maupun
akuntansi.
35
Perusahaan dengan perencanaan pajak yang tinggi relatif memiliki laba
perencanaan pajak yang rendah (Chen et al., 2007; Ayers et al., 2008), dan
perusahaan dengan manajemen laba yang tinggi memiliki laba akuntansi yang
Ayers et al. (2008) menemukan bukti bahwa keinformatifan laba fiskal berkurang,
karena adanya manajemen laba. Dengan kata lain, ada hubungan antara laba
pajak dan manajemen laba terhadap kandungan informasi laba, padahal analisis
terhadap persistensi laba juga penting untuk dilakukan guna memprediksi laba
masa depan (Graham, Dodd, dan Cottle, 1962 dikutip oleh Sloan, 1996 dan
Sloan, 1996). Pengujian peran perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal dalam
bahwa perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal besar
laba akuntansi dan laba fiskal yang besar sebagai sinyal buruk yang mengurangi
rendah disebabkan oleh komponen akrual laba dan sejauh mana persistensi
36
tersebut berhubungan dengan manajemen laba menunjukkan bahwa persistensi
laba yang lebih rendah disebabkan oleh komponen akrual dari laba dan
persistensi laba yang lebih rendah ini juga disebabkan oleh manajemen laba
(Sutopo, 2001). Selain itu, pengujian hubungan laba historis dengan arus kas
periode mendatang yang dilakukan oleh Sugiri (2003) menunjukkan bahwa laba
memiliki kemampuan untuk memprediksi arus kas periode mendatang dan arus
(business group), bukan bisnis tunggal. Kondisi ini sangat memungkinkan bagi
atau anak perusahaannya yang bersifat tidak normal dengan tujuan untuk
manajemen laba seperti ini akan relatif susah untuk dideteksi, meskipun oleh
auditor, karena semuanya sudah direncanakan dan didukung oleh bukti transaksi
dengan manajemen laba akrual, karena terkait langsung dengan arus kas
37
mengalami penurunan kinerja setelah SEO (Seasoned Equity Offerings), karena
kinerja operasi perusahaan setelah SEO tidak hanya didorong oleh pembalikan
akrual, tetapi juga menunjukkan konsekuensi riil dari keputusan yang diambil
akibat melakukan manajemen laba (Cohen dan Zarowin, 2010 serta Ibrahim et
al., 2011). Dalam hal ini, manajer tidak hanya menggunakan satu teknik
manajemen laba riil dan manajemen laba akrual secara bergantian (Zang, 2006).
Manajemen laba riil akan cenderung dilakukan sebelum tahun fiskal berakhir,
penghasilan yang dibayar akan lebih kecil (Lee dan Swenson, 2011).
perusahaan yang menggunakan manajemen laba riil untuk mencapai target laba
agar memiliki kinerja masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba riil. Dengan kata lain,
manajemen laba riil digunakan untuk memberikan informasi yang lebih baik
38
BAB III
akrual maupun manipulasi aktivitas riil, ataupun keduanya (Gunny, 2005; Zang,
2006; Rowchowdhury, 2006; Taylor dan Xu, 2008; Gunny, 2009; Ibrahim et al.,
2011; serta Lee dan Swenson, 2011). Kedua strategi manajemen laba tersebut
keputusan untuk melakukan trade off antara manajemen laba riil dan manajemen
laba akrual. Ketika biaya untuk melakukan manajemen laba riil lebih tinggi, maka
aktivitas riil terjadi saat tahun fiskal masih berjalan dan akan direalisasikan pada
akhir tahun. Setelah realisasi ini, manajer masih memiliki kesempatan untuk
diskresi (Lee dan Swenson, 2011). Pengeluaran diskresi ini akan mengurangi
pajak yang agresif (tax aggressiveness), karena perilaku ini berdampak terhadap
penurunan kinerja perusahaan pada periode berikutnya (Taylor dan Xu, 2008).
trade off antara penghematan pajak dengan target laba yang ingin dicapai (Lee
39
dan Swenson, 2011). Namun, keputusan ini mungkin akan membawa pengaruh
laba tidak akan tercapai. Oleh karena itu, perusahaan akan menentukan tingkat
kesesuaian laba akuntansi dan laba fiskal dengan mengelola akun beban riset
dengan return saham perusahaan (Lev dan Nissim, 2004 dikutip oleh Wijayanti,
2006). Persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba yang
dapat digunakan untuk menentukan kualitas laba (Jonas dan Blanchet, 2000
dikutip oleh Hanlon, 2005). Kualitas laba akuntansi akan menjadi pusat perhatian
penerapan konsep akrual dalam akuntansi (Hayn, 1995 dikutip oleh Wijayanti,
peningkatan kesesuaian antara laba akuntansi dan laba fiskal juga akan
40
Kualitas laba yang rendah mencerminkan persistensi laba akuntansi yang
rendah. Baik manajemen laba riil maupun manajemen laba akrual terkait dengan
tingkat kesesuaian laba akuntansi dan laba fiskal. Dengan demikian, peningkatan
kesesuaian antara laba akuntansi dan laba fiskal akan menyebabkan rendahnya
kesesuaian laba akuntansi dengan laba fiskal, semakin rendah persistensi laba
dan semakin rendah hubungan antara laba sekarang dengan arus kas masa
karena manajemen laba yang bertujuan untuk meningkatkan laba akuntansi akan
bertujuan untuk mengurangi laba fiskal yang juga akan mengurangi laba
akuntansi (Chen et al., 2007). Jadi, baik manajemen laba maupun perencanaan
Gambar 3.1
Kerangka Penelitian
H2
Manajemen laba Perencanaan pajak
H1
41
serta pengaruh manajemen laba dan perencanaan pajak terhadap persistensi
laba perusahaan.
di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan
Kualitas laba terkait dengan persistensi laba dan hubungan antara laba
sekarang dengan arus kas masa depan (Atwood, et al., 2010). Jika hubungan
antara laba sekarang dengan arus kas masa depan rendah, maka hal ini
dengan melaporkan laba yang tidak sesuai dengan kinerja perusahaan yang
sebenarnya.
saham (Sunarto, 2009). Jadi, baik manajemen laba akrual maupun manajemen
laba riil sama-sama memotivasi manajer untuk mencapai target laba. Motivasi
42
laba (earnings opacity). Sedangkan, motivasi signaling mendorong manajemen
untuk cenderung menyajikan laba yang persisten, sehingga laba lebih informatif.
keinformatifan laba.
laba yang rendah (Ayers et al., 2008). Oleh karena manajemen laba akrual
dilakukan setelah target laba dari manipulasi aktivitas riil belum tercapai, maka
perusahaan dalam melaporkan laba akuntansi dan laba fiskal. Insentif yang
43
berbeda terjadi, karena manajer perusahaan umumnya lebih menyukai laba yang
Berbeda dengan laba fiskal yang digunakan untuk menentukan pajak yang akan
dibayar oleh perusahaan. Semakin tinggi laba fiskal, maka semakin tinggi pajak
yang harus dibayar, sehingga manajer lebih suka menurunkan laba fiskal.
dkk., 2004; Yamashita dan Otogawa, 2007; Wijaya dan Martani, 2011). Dengan
laba yang agresif guna meminimalkan beban pajak, berarti perusahaan dapat
manajemen laba akrual mendorong peneliti, agar tidak meneliti satu teknik
manajemen laba saja. Manajemen laba riil cenderung dilakukan sebelum tahun
tahun fiskal berakhir (Zang, 2006 dan Gunny, 2009). Saat manipulasi aktivitas riil
akrual, dan sebaliknya (Zang, 2006). Oleh karena itu, untuk menguji pengaruh
44
laba, baik manajemen laba riil maupun akrual dalam merumuskan hipotesis
pembayaran pajak (Yin dan Cheng, 2004 dikutip oleh Wijaya dan Martani, 2011).
Hal ini berarti, perencanaan pajak yang baik akan cenderung mengurangi laba
kebijakan diskresi yang diberikan oleh PSAK dan peraturan perpajakan yang
perbedaan laba akuntansi dan laba kena pajak kemungkinan disebabkan oleh
akuntansi (Hanlon dan Shevlin, 2005; Hanlon et al., 2006; Hanlon et al., 2007).
Semakin tinggi tingkat kesesuaian laba akuntansi dengan laba fiskal, semakin
rendah persistensi laba akuntansi (Atwood et al., 2010). Dengan kata lain,
semakin tinggi tingkat kesesuaian antara laba akuntansi dan laba fiskal, semakin
45
dengan keagresifan laba (earnings aggressiveness) yang menyebabkan
perencanaan pajak yang rendah (Chen et al., 2007; Ayers et al., 2008).
Perencanaan pajak akan mengurangi laba fiskal yang juga akan menyebabkan
pajak, maka semakin rendah keinformatifan laba akuntansi atau semakin rendah
perusahaan dengan perencanaan pajak yang rendah (Chen et al., 2007; Ayers et
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian ini termasuk penelitian dengan tipe
di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010 yang diperoleh dari situs resmi BEI di
laporan keuangannya.
komersial dan laporan keuangan pajak, karena yang ingin diuji dalam
48
Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel yang digunakan dalam
Tabel 4.1
Prosedur Pemilihan Sampel
Melaporkan kerugian 81
penelitian. Masalah yang diteliti dengan menggunakan metode yang tepat dapat
keahlian peneliti, kisaran waktu studi, biaya, dan sumber daya lain yang terkait
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
49
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo,
2002:147). Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah laporan keuangan
membutuhkan data 1 tahun sebelumnya, yakni tahun 2005, dan persistensi laba
2002, serta data 1 tahun setelah periode amatan, yakni tahun 2011.
berupa data sekunder. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menyalin atau
mencatat data dan informasi lain yang diperlukan dari laporan keuangan tahunan
peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
50
construct berkaitan dengan fungsi variabel untuk memberi gambaran yang lebih
2002:69).
ini, yang ingin diuji adalah persistensi laba, yakni laba yang mempunyai
51
b. Manajemen laba riil adalah bentuk manajemen laba yang
expenses (abn.DISCR).
maupun tahun yang akan datang, agar pajak yang dibayar dapat
agar peneliti dapat menguji hipotesis dan menemukan solusi atas masalah yang
diajukan dalam penelitian (Sekaran dan Bougie, 2010:125). Jika peneliti dapat
52
desain penelitian yang tepat dan menentukan prosedur analisis statistik yang
sesuai.
1. Persistensi Laba
laba akuntansi sebelum pajak satu periode ke depan dengan laba akuntansi
(Hanlon, 2005):
Keterangan:
PTBIt+1 : Pre-tax book income pada periode t+1.
PTBIt : Pre-tax book income pada periode t.
ɛ : error term.
2. Manajemen laba
(Dechow et al., 1995). Model Jones modifikasian dipilih, karena pengujian yang
Healy, 1995; De angelo, 1986; Jones, 1991; industry model; dan Jones
53
merupakan pengukuran discretionary accrual yang lebih baik jika dibandingkan
Keterangan:
TACCjt : Total akrual perusahaan j pada periode t.
NIBEjt : Net income before extraordinary item perusahaan j pada periode
t.
CFOjt : Operating cash flow perusahaan j pada periode t.
TAjt-1 : Total asset perusahaan j pada periode t.
ΔREVjt : Perubahan pendapatan perusahaan j pada periode t.
PPEjt : Nilai aktiva tetap bersih perusahaan j pada periode t.
ROAjt : Return on Assets perusahaan j pada periode t.
NDACCjt : Non-discretionary accruals perusahaan j pada periode t.
54
ΔRECjt : Perubahan piutang usaha perusahaan j pada periode t.
DACCjt : Discretionary accruals perusahaan j pada periode t.
proksi manajemen laba riil, yakni abnormal cash flow from operation (abn.CFO),
terlebih dahulu dilakukan perhitungan normal cash flow from operation, normal
production cost, dan normal discretionary expenses dengan model estimasi yang
menghitung nilai normal CFO. Abnormal CFO adalah arus kas operasi
Normal COGS :
Normal ∆INV :
55
Koefisien regresi persamaan 9 di atas digunakan untuk menghitung nilai
Keterangan:
CFOjt : Arus kas operasi perusahaan j pada periode t.
COGSjt : Harga pokok penjualan perusahaan j pada periode t.
∆INVjt : Perubahan persediaan perusahaan j pada periode t.
PRODjt : Beban produksi perusahaan j pada periode t.
DISEXPjt : Pengeluaran diskresi perusahaan j pada periode t.
Sjt : Penjualan perusahaan j pada periode t.
ΔSjt : Perubahan penjualan perusahaan j pada periode t.
∆Sjt-1 : Perubahan penjualan perusahaan j pada periode t-1.
Ajt-1 : Total asset perusahaan j pada periode t-1.
3. Perencanaan pajak
(CurETR) (Chen et al., 2007; Ayers et al., 2008). Current effective tax rate
(CurETR) untuk tiap periode adalah current tax expense dibagi dengan pre-
taxable income. Namun, untuk mengurangi pengaruh item pajak transitori, maka
Keterangan:
56
: Jumlah current tax expense perusahaan j selama 5 tahun dari
periode t-4 sampai periode t.
paid (pajak aktual yang dibayar dengan kas). Perhitungan ini dilakukan, karena
depan yang dipengaruhi oleh transaksi saat ini, sehingga beban pajak tangguhan
bukan merupakan beban pajak pada periode saat ini (Dyreng, Hanlon, dan
kini, maka semakin besar perencanaan pajak, semakin rendah current effective
tax rate (CurETR). Dengan kata lain, perusahaan melakukan perencanaan pajak
perusahaan pada akhir tahun, yaitu jumlah saham beredar pada akhir tahun
dikalikan dengan harga pasar saham akhir tahun (Siregar dan Utama, 2006).
57
Argumentasi yang mendasari digunakannya ukuran perusahaan sebagai variabel
Selain itu, perusahaan besar memiliki sumber daya yang memadai untuk
menganalisis data, sehingga diharapkan dapat mencapai suatu hasil yang dapat
regresi, terlebih dahulu dilakukan uji stasionaritas data dan uji asumsi klasik
58
4.5.1. Uji Statistik Deskriptif
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
Langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan regresi data dan
untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan sudah stasioner atau
belum. Hal ini penting dilakukan, karena jika regresi dilakukan terhadap data time
series yang tidak stasioner, maka akan menghasilkan regresi palsu (spurious
regression).
Penelitian ini menggunakan uji akar unit (unit roots test) untuk mengetahui
apakah data time series yang digunakan stasioner atau tidak stasioner. Uji akar
Augmented Dicky Fuller (ADF), dan Phillips Peron dengan hipotesa sebagai
berikut:
Jika nilai probabilitas lebih kecil dari α = 1%, α = 5%, atau α = 10%, maka
H0 ditolak, artinya tidak terdapat unit root atau data stasioner. Sebaliknya, jika
nilai probabilitas lebih besar dari α = 1%, α = 5%, atau α = 10%, maka H0
diterima, artinya terdapat unit root atau data tidak stasioner (Ajija, Sari, Setianto,
59
4.5.3. Uji Regresi Linier Berganda
Model estimasi regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Keterangan:
PTBIt+1 = Persistensi laba satu periode ke depan.
α0 = koefisien konstanta.
α1 – α6 = koefisien variable bebas.
Abn.CFOt = Abnormal Cash Flow from Operation.
Abn.PRODt = Abnormal Production Cost.
Abn.DISEXPt = Abnormal Discretionary Expenses.
DACCt = Discretionary Accruals.
TaxPlant = Tax Planning.
SIZEt = Ukuran perusahaan.
ɛt+1 = residual regresi.
sebagai berikut:
series dan cross section dengan metode OLS. Metode ini tidak
slope dianggap sama untuk setiap individu. Model common effect dapat
ditulis:
60
antarindividu dan waktu. Berdasarkan metode ini, perbedaan antarindividu
dummy. Model efek tetap dengan variable dummy dapat ditulis sebagai
berikut:
berikut:
4.5.4.1. Pemilihan antara metode common effect, fixed effect, dan random
effect.
Pemilihan antara metode common effect, fixed effect, dan random effect
berikut:
Keterangan:
= R2 model PLS
= R2 model FE
m = jumlah restricted variable
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel penjelas
Jika F-hitung > F-tabel dan ρ signifikan, maka H0 ditolak atau fixed effect
lebih baik untuk mengestimasi data panel. Namun, jika H0 diterima atau
pooled least quare lebih baik, maka pengujian antara metode fixed effect dan
Pemilihan dilakukan dengan uji Hausman. Hipotesa dari uji Hausman adalah:
Jika nilai Chi-square < tingkat kepercayaan (α) dan ρ signifikan, maka H0
penyimpangan yang mungkin terjadi dalam analisis regresi, sehingga hasil yang
akan diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan.
a. Pengujian Multikolonieritas
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
korelasi di antara masing-masing variable bebas lebih besar dari 0,8, maka
62
b. Pengujian Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji
adalah:
H1 : ada autokorelasi
Metode ini didasarkan pada nilai F-stat dan Obs*R-squared. Jika nilai p-
value Obs*R-squared > tingkat kepercayaan (α), maka H0 diterima atau tidak
kepercayaan (α), maka H0 ditolak atau terdapat autokorelasi (Ajija dkk., 2011:40).
c. Pengujian heteroskedastisitas
yang sama (konstan dalam model regresi yang digunakan). Pengujian ada
H1 : ada heteroskedastisitas
Metode ini juga didasarkan pada nilai F-stat dan Obs*R-squared. Jika nilai p-
value Obs*R-squared > tingkat kepercayaan (α), maka H0 diterima atau tidak
dkk., 2011:39).
d. Uji normalitas
63
Uji normalitas tidak dilakukan, karena uji normalitas hanya digunakan jika
jumlah observasi kurang dari 30. Jumlah observasi dalam penelitian ini adalah
64
BAB V
gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
Tabel 5.1
Statistik deskriptif data penelitian (disajikan dalam milyaran Rp kecuali ROA)
Tabel 5.1 menunjukkan jumlah sampel (n) adalah 200, dari 200 sampel ini
arus kas operasi terendah adalah Rp -447 milyar dan tertinggi Rp 29.800 milyar.
Rata-rata arus kas operasi dari 200 sampel adalah Rp 1.570 milyar dengan
deviasi standar Rp 4.530 milyar. Arus kas operasi negatif menunjukkan bahwa
pengeluaran kas dari aktivitas operasi lebih besar dari penerimaan kas operasi.
65
Arus kas operasi negatif yang disertai dengan arus kas investasi dan pendanaan
kas operasi yang disertai dengan arus kas investasi negatif dan arus kas
investasi yang sebagian dibiayai dengan dana pinjaman atau penarikan modal.
biaya produksi, total akrual, dan persediaan dari 200 sampel masing-masing
Rp 3.840 milyar, Rp 12.600 milyar, Rp 1.320 milyar, Rp 3.000 milyar. Total akrual
menaikkan laba yang dilaporkan. Sebaliknya, nilai total akrual yang negatif
menurunkan laba.
bersih), piutang, laba operasi, dan aktiva tetap bersih masing-masing adalah Rp
1,360 milyar, Rp 61,300 milyar, Rp 3,520 milyar, Rp -67 milyar, Rp 1,360 milyar.
Sebaliknya, nilai tertinggi dari laba bersih sebelum pajak, penjualan (pendapatan
bersih), piutang, laba operasi, dan aktiva tetap bersih masing-masing sebesar Rp
milyar. Laba bersih sebelum pajak, penjualan (pendapatan bersih), piutang, laba
66
operasi, dan aktiva tetap bersih masing-masing memiliki nilai rata-rata Rp 1.700
milyar, Rp 9.360 miyar, Rp 754 milyar, Rp 1.680 milyar, Rp 3.640 milyar dengan
Rata-rata perusahaan memiliki total aset, ROA, beban pajak (cash), dan
17.400 milyar, 13,100, Rp 3.100 milyar, dan Rp 98,900 milyar. Nilai tertinggi dari
total aset, ROA, beban pajak (cash), dan beban pajak tangguhan masing-masing
sebesar Rp 97.900 milyar, 57,070, Rp 21.900 milyar, Rp 877 milyar dan nilai
Rp -380 milyar.
Tabel 5.2
Nilai dari masing-masing proksi manajemen laba
0,149, 0,225, 0,244, dan 0,113. Nilai tertinggi abnormal CFO, abnormal PROD,
0,690, 1,035, dan 0,471. Sebaliknya, nilai terendah abnormal CFO, abnormal
67
PROD, abnormal DISEXP, dan discresionary accruals perusahaan masing-
masing proksi dari manajemen laba telah lulus uji stasioneritas dengan
menggunakan uji unit root. Hasil uji stasioneritas data manajemen laba disajikan
Tabel 5.3
Hasil uji unit root data yang digunakan untuk estimasi proksi manajemen laba
t-statistik probabilitas
1/At-1 -4,892 0,000***
Arus Kas Operasi (CFOt/At-1) -6,191 0,000***
Biaya produksi (PRODt/At-1) -7,245 0,000***
Biaya diskresi (DISEXPt/At-1) -3,913 0,002***
Total akrual (TACCt/At-1) -7,253 0,000***
Penjualan/pendapatan (St/At-1) -6,564 0,000***
Penjualan/pendapatan (St-1/At-1) -5,768 0,000***
Perubahan penjualan (∆St/At-1) -14,442 0,000***
Perubahan penjualan (∆St-1/At-1) -5,388 0,000***
Perubahan penjualan dikurangi perubahan
piutang (∆REVt-∆RECt)/At-1 -14,450 0,000***
Plant, property, and equipment (PPEt/At-1) -5,732 0,000***
ROAt/At-1 -6,022 0,000***
*** signifikan pada level 1%, ** 5%, * 10%.
Dengan kata lain, data yang digunakan untuk menghitung proksi manajemen
laba adalah stasioner. Pengujian unit root di atas menggunakan uji Augmented
Dickey Fuller. Uji unit root juga dilakukan ketika menghitung proksi persistensi
laba, karena data persistensi laba merupakan data time series. Hasil uji unit root
Hasil uji unit root menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan memiliki
data yang stasioner. Data dikatakan stasioner jika nilai unit root signifikan. PT.
Intraco Penta Tbk (INTA), PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT.
68
Siantar TOP Tbk (STTP), PT. Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO), dan PT. Trias
Sentosa Tbk (TRST) masih memiliki nilai unit root yang tidak signifikan. Namun,
peneliti mengabaikan hasil uji ini dan tetap memasukkan data 5 perusahaan
tersebut, karena masalah keterbatasan data yang akan dihadapi peneliti jika
mengeluarkan sampel tersebut dari sampel penelitian. Dalam hal ini, peneliti
telah mencoba melakukan transformasi data, tetapi data tetap tidak stasioner.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data panel
(pooled least square), fixed effects, dan random effects model. Tiga macam
Oleh karena itu, peneliti melakukan regresi sebanyak 2 kali dengan estimasi
1. Regresi manajemen laba riil, manajemen laba akrual, dan perencanaan pajak
α5 SIZEt + ɛt+1...............................................................................(2)
69
Hasil regresi dari kedua model umum di atas disajikan dalam lampiran 3 dan 4.
melakukan pengujian untuk memilih metode mana yang paling tepat dalam
Tabel 5.4
Uji F (Pemilihan antara metode common effect dan fixed effect)
berarti H0 diterima atau pooled least quare lebih baik untuk mengestimasi data
fixed effect lebih baik untuk mengestimasi data panel. Khusus untuk model 2,
pengujian dilanjutkan untuk memilih antara metode fixed effect dan random
effect.
uji Hausman yang didasarkan pada nilai chi-square dan tingkat signifikansi (ρ).
0,677. Nilai ini berarti penerimaan terhadap H0, karena probabilitas chi-square
tidak signifikan. Dengan demikian, random effect lebih baik untuk mengestimasi
data panel.
70
Berdasarkan uji yang dilakukan dalam pemilihan model yang tepat
untuk menganalisa hasil regresi dapat disimpulkan bahwa hasil yang digunakan
common effect, sedangkan untuk analisis regresi model 2 digunakan hasil regresi
terjadi dalam analisis regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah:
5.1.4.1.Uji Multikolonieritas
bebas lebih besar dari 0,8, maka terjadi multikolinieritas. Koefisien masing-
analisis data. Hal ini disebabkan oleh nilai matriks korelasi (correlation matrix)
5.1.4.2.Uji Autokorelasi
(uji LM) atau metode Breusch-Godfrey. Hasil uji LM disajikan sebagai berikut:
Tabel 5.5
Hasil uji autokorelasi model regresi sebelum transformasi data
71
Tabel 5.6
Hasil uji autokorelasi model regresi setelah transformasi data
dilakukan transformasi data dengan hasil yang ditunjukkan pada tabel 5.6.
5.1.4.3.Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5.7
Hasil uji heteroskedastisitas model regresi
Hasil uji White Heteroskedasticity pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai p-
terdapat heteroskedastisitas.
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini ada 2. Model regresi
pertama menguji H1a, H1b, H1c, H1d, dan H3 mengenai pengaruh manajemen laba
dan perencanaan pajak terhadap persistensi laba. Model kedua menguji H2a, H2b,
72
H2c, dan H2d mengenai pengaruh manajemen laba terhadap perencanaan pajak.
Tabel 5.8
Hasil Uji Hipotesis Model 1
Hasil penelitian ini menolak H1a, H1b, H1c, H1d, dan H3. Perencanaan pajak
dan manajemen laba riil melalui peningkatan produksi secara berlebihan terbukti
diskresi tunai, dan kebijakan diskresi akrual memiliki pengaruh positif signifikan
manajemen laba riil dan akrual untuk mempengaruhi persistensi laba. Semua
73
Perusahaan lebih memilih melakukan manajemen laba riil dengan
signifikan.
Tabel 5.9
Hasil Uji Hipotesis Model 2
demikian, hasil penelitian ini menolak H2a, H2b, H2c dan H2d yang menyatakan
bahwa manajemen laba riil dan manajemen laba akrual berpengaruh positif
laba riil maupun manajemen laba akrual berpengaruh positif terhadap persistensi
laba. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh
74
meningkatkan nilai prediksi laba saat ini, agar dapat digunakan sebagai pengukur
laba periode mendatang. Hasil ini didukung oleh penelitian Gunny (2009),
Graham et al. (2005) serta Taylor dan Xu (2008). Gunny (2009) menyatakan
laba, agar dapat menunjukkan kinerja masa depan yang lebih baik. Perusahaan
yang melakukan manajemen laba riil untuk mencapai target laba memiliki kinerja
masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
kinerja perusahaan yang lebih baik di masa depan. Manajer mengatur laba untuk
biaya serta manfaat manajemen laba riil secara hati-hati untuk menghindari
Penelitian ini menggunakan tiga proksi manajemen laba riil yang mewakili
untuk meningkatkan arus kas saat ini, meningkatkan produksi melebihi produksi
yang diperlukan untuk melaporkan harga pokok penjualan yang lebih rendah,
serta beban administrasi dan umum untuk melaporkan laba yang lebih besar
(Rowchowdhury, 2006).
yang dilakukan dengan memberikan potongan harga dan persyaratan kredit yang
lebih lunak, serta menunda pengeluaran diskresi tunai dapat meningkatkan nilai
75
mengatur angka laba dengan meningkatkan jumlah produksi barang secara
tunai seperti penundaan investasi R&D yang manfaatnya belum pasti akan
karena tindakan manajemen laba riil ini merupakan cerminan dari niat
penjualan (Taylor dan Xu, 2008). Dengan demikian, produksi berlebih dan
manipulasi penjualan merupakan tindakan yang tidak terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini perusahaan harus memiliki persediaan yang cukup banyak untuk
melebihi biaya marjinal periode berjalan. Jika biaya marjinal meningkat, maka
merupakan tindakan manajemen yang berusaha mencapai tolak ukur laba untuk
baik di masa depan. Manfaat yang diperoleh perusahaan dalam usaha mencapai
76
manajemen guna memenuhi harapan para pemegang saham, dan menghindari
tuntutan hukum (Gunny, 2009). Graham et al. (2005) menemukan bahwa 86,3%
manajemen laba riil selama manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang
dikutip oleh Gunny, 2009). Graham et al. (2005) menemukan bahwa 74,1%
eksekutif perusahaan berusaha mencapai tolak ukur laba, karena hal tersebut
laba riil dan manajemen laba akrual secara substitusi. Penelitian ini mendukung
(Rowchowdhury, 2006).
beban persediaan. Perilaku perusahaan seperti ini juga didukung oleh Subekti
77
dkk (2010) yang menemukan bukti bahwa perilaku manajemen laba yang
manajemen laba untuk tujuan efisiensi atau tidak oportunis yakni agar laba dapat
dijadikan pengukur kinerja perusahaan yang lebih baik di masa datang (laba
yang persisten). Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung teori keagenan
(motivasi signaling). Dalam hal ini, manajer dimotivasi untuk menyajikan angka
bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba akan memiliki laba yang
terhadap persistensi laba. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tujuan utama
pajak, bukan untuk meminimalisasi beban pajak (Scholes et al., 2008 seperti
yang dikutip oleh McGuire, Neuman, dan Omer, 2012). Oleh karena manfaat
pajak dan biaya pelaporan keuangan saling bertentangan satu sama lain.
Martani, 2011; serta Subagyo dan Oktavia, 2010) telah menemukan bukti bahwa
78
perusahaan akan memanipulasi laba untuk meminimalkan pembayaran pajak.
karena perubahan yang tak terduga dalam nilai pajak perusahaan dipandang
sebagai sinyal dari manajemen yang buruk oleh para analis keuangan.
pajak perusahaan, semakin persisten laba, arus kas dan akrual sebelum pajak
seberapa besar harapan manajer perusahaan tentang sejauh mana laba saat ini
laba perusahaan.
yang berbeda dari strategi pajak perusahaan (McGuire et al., 2012). Strategi
Indonesia, yakni Rio Tinto Group memiliki pernyataan misi untuk menyelaraskan
pajak perusahaan, agar memiliki strategi pajak yang transparan dan berlanjut
79
dalam jangka panjang (Tinto, 2011). Misi perusahaan seperti ini masih jarang
bersifat jangka pendek, yakni minimalisasi beban pajak selama satu periode
pelaporan.
perusahaan. Hal ini berarti bahwa manajemen laba dan perencanaan pajak tidak
Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Chen et al. (2007) yang
menyatakan bahwa baik laba akuntansi maupun laba fiskal tidak terkait satu
memiliki potensi untuk mempengaruhi laba akuntansi dan laba fiskal. Hal ini
sekaligus bertujuan untuk memanipulasi jumlah pajak yang akan dibayar oleh
perusahaan.
Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan hasil penelitian Ayers et al.
karena adanya manajemen laba. Oleh karena penelitian ini tidak menemukan
maka dapat dikatakan bahwa keinformatifan laba fiskal tidak berkurang, karena
80
kebijakan pelaporan keuangan perusahaan dengan kebijakan dalam melakukan
strategi pajak, karena manajer perusahaan mengatur laba untuk mencapai target
kinerja yang kemungkinan bertentangan dengan tujuan pajak (Ayers, Jiang, dan
tujuan perilaku perencanaan pajak perusahaan yang bersifat jangka pendek dan
oleh manajemen laba, hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan tujuan
1. Implikasi Teoritis
manajemen laba riil dan manajemen laba akrual dengan persistensi laba, serta
ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa manajemen laba tidak selalu
dilakukan dengan tujuan oportunis. Oleh karena hasil penelitian ini menunjukkan
81
melakukan manajemen laba akan memiliki laba saat ini yang lebih baik dalam
2. Implikasi Praktik
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru bagi investor terkait
3. Implikasi Kebijakan
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Dewan Standar untuk mulai
atau dengan kata lain, laba fiskal tidak berkelanjutan. Hasil penelitian ini
82
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
manajemen laba dan perencanaan pajak terkait satu sama lain dan sama-sama
mendukung teori keagenan. Dalam hal ini, manajemen didorong oleh motivasi
83
memberikan sinyal kemakmuran kepada stakeholders, sedangkan perencanaan
terhadap persistensi laba. Baik manajemen laba riil maupun manajemen laba
penelitian ini tidak berhasil menemukan bukti adanya pengaruh manajemen laba
laba yang dimiliki oleh perusahaan. Variabel kontrol ukuran perusahaan juga
84
2. Penelitian ini secara tidak langsung membuktikan bahwa manajemen
berusaha mencapai target laba untuk memberikan informasi yang lebih tepat
neraca, laporan laba rugi, laba ditahan, dan arus kas. Jika hal ini tetap
pajak perusahaan.
6.3. Saran
persistensi laba.
2. Peneliti berikutnya dapat menggunakan reference point laba nol dan laba
periode sebelumnya sebagai tolak ukur laba seperti yang dilakukan oleh
prospek.
85
3. Pengukuran manajemen laba akrual pada penelitian berikutnya dapat
menjadi akrual jangka pendek terkait dengan pos modal kerja dan akrual
laba total, karena laba memiliki dua komponen, yakni akrual dan arus kas.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, S.R., D.W. Sari, R.H. Setianto, M.R. Primanti. 2011. Cara Cerdas
Menguasai EViews. Jakarta. Salemba Empat.
Atwood, T.J., M.S. Drake, dan L.A. Myers. 2010. Book-Tax Conformity, Earnings
Persistence and The Association Between Earnings and Future Cash
Flows. Journal of Accounting and Economics 50: 111-125.
Ayers, B.C., J.X. Jiang, dan P.E. Yeung. 2006. Discretionary Accruals and
Earnings Management: An Analysis of Pseudo Earnings Targets. The
Accounting Review 81 (3): 617-652.
Ayers, B.C., J.X. Jiang, dan S.K. Laplante. 2008. Taxable Income as a
Performance Measure: The Effects of Tax Planning and Earnings
Quality. Contemporary Accounting Research 26 (1). Tersedia:
http://ssrn.com/abstract=930406 (diakses tanggal 8 Maret 2012).
Balsam, S., J.Krishnan, dan J.S. Yang. 2003. Auditor Industry Specialization and
Earnings Quality. Tersedia:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=436260 (diakses
tanggal 9 Oktober 2012).
Bernard, V.L. dan Skinner, D.J. 1996. What Motivates Manager’s Choice of
Discretionary Accrual?. Journal of Accounting and Economic 22: 313-
325.
Chen, L.H., D.S. Dhaliwal, dan M.A. Trombley. 2007. The Impact of Earnings
Management and Tax Planning on The Information Content of Earnings.
Tersedia: http://ssrn.com/abstract=1028808 (diakses tanggal 8 Maret
2012).
87
_________. 2010. Accrual-based and Real Earnings Management Activities
around Seasoned Equity Offerings. Journal of Accounting and
Economics 50: 2-19.
Darussalam dan D. Septriadi. 2009. Tax Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion,
dan Anti Avoidance Rule. Tersedia:
http://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=36&q=&hlm=2
(diakses tanggal 8 Oktober 2012).
Dechow, P.M. dan Dichev, I.D. 2002. The Quality of Accruals and Earnings: The
Role of Accrual Estimation Errors. The Accounting Review 77: 35-39.
Dechow, P.M., S.P. Khotari, dan R.L. Watts. The Relation Between Earnings and
Cash Flow. Tersedia: www.researchgate.net/...The_relation_betwee...
(diakses tanggal 10 September 2012).
Dyreng, S., M. Hanlon, dan E.L. Maydew. 2008. Long-Run Corporate Tax
Avoidance. Tersedia: www.kellogg.northwestern.edu/.../hanlon.pdf
(diakses tanggal 1 Mei 2012).
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19,
Edisi 5. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Graham, J.R., C.R. Harvey, dan S. Rajgopal. 2005. The Economic Implications of
Corporate Financial Reporting. Tersedia:
http://ssrn.com/abstract=491627 (diakses tanggal 10 September 2012).
Guenther, D.A., E.L. Maydew, dan S.E. Nutter. 1997. Financial Reporting, Tax
Costs, and Book-Tax Conformity. Journal of Accounting and Economics
23: 225-248.
88
Gunny, K. 2005. What Are the Consequences of Real Earnings Management?
Inc Tersedia: w4.stern.nyu.edu/.../docs/.../Gunny_paper.pdf (diakses
tanggal 10 September 2012).
Hanlon, M. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals and Cash
Flows When Firm Have Large Book-Tax Differences. The Accounting
Review 80 (1): 137-166.
Hanlon, M., E.L. Maydew, dan T. Shevlin. 2006. Book-Tax Conformity and The
Information Content of Earnings. Tersedia:
http://ssrn.com/abstract=881561 (diakses tanggal 15 Maret 2012).
Hastuti. 2011. Titik Kritis Manajemen Laba pada Perubahan Tahap Life Cycle
Perusahaan: Analisis Manajemen Laba Riil Dibandingkan dengan
Manajemen Laba Akrual. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XIV
Aceh.
Healy, P.M. dan Palepu, K.G. 1995. The Challenges of Investor Communication:
The Case of CUC International, Inc. Journal of Financial Economics 38:
111-140.
Hutami, S. 2012. Tax Planning (Tax Avoidance Dan Tax Evasion) Dilihat dari
Teori
Etika.Tersedia:ejournal.politama.ac.id/index.php/politeknosains/article/...
/25/22 (diakses tanggal 6 Oktober 2012).
89
Ibrahim, S., L. Xu, dan G. Rogers. 2011. Real and Accrual-Based Earnings
Management and Its Legal Consequences: Evidence From Seasoned
Equity Offerings. Tersedia:
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1941454 (diakses
tanggal 10 September 2012).
Jogiyanto, H.M. 2010. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
pengalaman, Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFE.
Kothari, S.P.; A.J. Leone, dan C.E. Wasley. 2005. Performance Matched
Discretionary Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics
39: 163-197.
Nichols, D.C. dan J.M. Wahlen. 2004. How Do Earnings Numbers Relate to
Stock Returns? A Review of Classic Accounting Research with Updated
Evidence. Accounting Horizons 18 (4): 263–286.
Martani, D. dan A.E. Persada. 2009. Pengaruh Book Tax Gap terhadap
Persistensi Laba. Tersedia: staff.ui.ac.id/.../TAX-
01InfluenceOfBookTax....( diakses tanggal 6 Mei 2012).
Mathari, R., R. Amelia, dan R. Prakoso. 2010. Empat Kasus Pajak Besar: Grup
Bakrie. Tersedia: http://www.beritasatu.com/mobile/ekonomi/10707-
empat-kasus-pajakbesar-grup-bakrie.html (diakses tanggal 4 Juni
2012).
McGuire, S.T., S.S. Neuman, dan T.C. Omer. 2012. Sustainable Tax Strategies
and Earnings Persistence. Tersedia: http://ssrn.com/abstract=1950378
(diakses tanggal 21 Desember 2012).
McNichols, M.F. dan S.R. Stubben. 2008. Does Earnings Management Affect
Firms’ Investment Decisions? The Accounting Review 83 (6): 1571-
1603.
90
Mills, L.F. dan K.J. Newberry. 2004. Firms’ Off-Balance Sheet Financing:
Evidence from their Book-Tax Reporting Differences. Tersedia:
http://ssrn.com/abstract=876671 (diakses tanggal 8 Maret 2012).
Penman, S.H. dan X.J. Zhang. 1999. Accounting Conservatism, the Quality of
Earnings, and Stock Returns. Tersedia:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=201048 (diakses
tanggal 9 Oktober 2012).
Phillips, J., M. Pincus dan S.O. Rego. 2003. Earnings Management: New
Evidence Based on Deferred Tax Expense. Tersedia:
http://ssrn.com/abstract=276997 (diakses tanggal 8 Maret 2012).
Ratmono, D. 2010. Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor
yang Berkualitas Mendeteksinya? Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto.
Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory, Fifth Edition. Pearson Prentice
Hall. Canada.
Sloan, R.G. 1996. Do Stock Prices Fully Reflect Information in Accruals and
Cash Flows About Future Earnings? The Accounting Review 71 (3):
289-315.
91
Suandy, E. 2006. Perencanaan Pajak, Edisi 3. Jakarta. Salemba Empat.
Subagyo dan Oktavia. 2010. Manajemen Laba Sebagai Respon Atas Perubahan
Tarif Pajak Penghasilan Badan di Indonesia. Prosiding Simposium
Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Subekti, I., A. Wijayanti, dan K. Akhmad. 2010. The Real and Accruals Earnings
Management: Satu Perspektif dari Teori Prospek. Prosiding Simposium
Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Sugiri, S., 1998. Earnings Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris. Telaah:
1-15.
______. 2003. Nilai Tambah Informasi Arus Kas (Studi Empiris di BEJ).
KOMPAK, September-Desember 2003. No.9: 313-329..
Sunarto. 2009. Teori Keagenan dan Manajemen Laba. Kajian Akuntansi 1 (1):
13-28.
Taylor, G.K. dan R.Z. Xu. 2008. Consequences of Real Earnings Management
on Subsequent Operating Performance. Research in Accounting
Regulation 22: 128-132. Tersedia: http://ssrn.com/abstract=1803640
(diakses tanggal 10 September 2012).
Tucker, J.W. dan P.A. Zarowin. 2006. Does Income Smoothing Improve Earnings
Informativeness? The Accounting Review 81 (1): 251–270.
Watts, R.L.dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall,
Inc., Englewood Cliffs. New Jersey.
Weisbach, M.S. 1988. Outside Directors and CEO Turnover. Journal of Financial
Economics 20: 431-460.
92
Wijayanti, H.T. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan
Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas. Prosiding
Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Wiryandari, S.A. dan Yulianti. 2009. Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi dan
Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba.
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang.
Wild, J.J., K.R. Subramanyam, dan R.F. Halsey. 2005. Financial Statement
Analysis, Edisi 8. Bachtiar, Y.S. dan S.N. Harahap (penerjemah).
Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. Salemba Empat.
Wulandari, D., Kumalahadi, dan J.E. Prasetyo. 2004. Indikasi Manajemen Laba
Menjelang Undang-Undang Perpajakan 2000 pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Prosiding Simposium
Nasional Akuntansi VII Denpasar.
93
Lampiran 1
SAMPEL PENELITIAN
94
NO KODE Nama Perusahaan
36 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
37 TURI Tunas Ridean Tbk
38 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk
39 UNTR United Tractors Tbk
40 UNVR Unilever Indonesia Tbk
95
Lampiran 2
96
Lampiran 3
97
Effects Specification
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
98
Lampiran 4
99
Effects Specification
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
100
Lampiran 5
Uji F
101
Model 2 (Manajemen Laba Terhadap Perencanaan Pajak)
102
Uji Hausman
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Effects Specification
103
Lampiran 6
Uji Multikolinieritas
Correlation
PTBIT_1 CASHETR ABNCFO ABNPROD ABNDISEXP DACC SIZE
PTBIT_1 1.000000 0.010323 0.111924 -0.164195 0.150786 0.104922 0.268535
CASHETR 0.010323 1.000000 -0.021954 0.144529 -0.089186 0.081644 0.071537
ABNCFO 0.111924 -0.021954 1.000000 -0.240913 0.145504 -0.592869 0.113755
ABNPROD -0.164195 0.144529 -0.240913 1.000000 -0.591613 0.049759 -0.082129
ABNDISEXP 0.150786 -0.089186 0.145504 -0.591613 1.000000 -0.232924 -0.049123
DACC 0.104922 0.081644 -0.592869 0.049759 -0.232924 1.000000 0.093672
SIZE 0.268535 0.071537 0.113755 -0.082129 -0.049123 0.093672 1.000000
Correlation
CASHETR ABNCFO ABNPROD ABNDISEXP DACC SIZE
CASHETR 1.000000 0.055443 0.051442 -0.010071 -0.008211 -0.045668
ABNCFO 0.055443 1.000000 -0.074710 0.081752 -0.686543 0.123527
ABNPROD 0.051442 -0.074710 1.000000 -0.357049 -0.082554 -0.138077
ABNDISEXP -0.010071 0.081752 -0.357049 1.000000 -0.184920 0.067208
DACC -0.008211 -0.686543 -0.082554 -0.184920 1.000000 0.088871
SIZE -0.045668 0.123527 -0.138077 0.067208 0.088871 1.000000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 12/10/12 Time: 21:14
Sample: 1 200
Included observations: 200
104
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 12/10/12 Time: 20:54
Sample: 1 200
Included observations: 200
Presample missing value lagged residuals set to zero.
105
Uji Heteroskedastisitas (Uji White Heteroskedasticity)
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/10/12 Time: 21:14
Sample: 1 200
Included observations: 200
106
2. Model regresi manajemen laba terhadap perencanaan pajak (metode
random effect/RE).
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/10/12 Time: 20:55
Sample: 1 200
Included observations: 200
107