Anda di halaman 1dari 65

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL DISTRESS DAN FRAUD

HEXAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

(Tesis)

Oleh

LIANI RAHMASARI
2121031022

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
ANALISIS PENGARUH FINANCIAL DISTRESS DAN FRAUD
HEXAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

Oleh

LIANI RAHMASARI
2121031022

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


MAGISTER AKUNTANSI

Pada

Jurusan Magister Ilmu Akuntansi


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL DISTRESS DAN FRAUD


HEXAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

Oleh:
Liani Rahmasari

Adanya Covid-19 menyebabkan banyak perusahaan mengalami kerugian dan


mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Kondisi ini membuat
beberapa manajer perusahaan mengambil langkah untuk melakukan praktik
kecurangan laporan keuangan agar perusahaan tetap mencerminkan kinerja yang
baik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
financial distress dan fraud hexagon terhadap kecurangan laporan keuangan.
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan yang terdaftar di BEI periode
2017-2021. Jumlah sampel yang digunakan dipilih dengan metode purposive
sampling sebanyak 20 perusahaan dengan periode pengamatan selama 5 tahun.
Penelitian ini juga menggunakan regresi logistik biner dengan SPSS 22 sebagai
analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel
independen, hanya terdapat 3 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan diantaranya variabel ineffective monitoring (X3),
variabel change in director (X5), dan variabel whistleblowing System (X7).
Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur tambahan
yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya praktik
kecurangan.

Kata Kunci : financial distress, fraud hexagon, kecurangan laporan keuangan


ABSTRACT

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL DISTRESS DAN FRAUD


HEXAGON TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

By:
Liani Rahmasari

The existence of Covid-19 has caused many companies to experience losses and
experience financial distress. This condition makes some company managers take
steps to practice fraud financial report so that the company continues to reflect
good performance. This study aims to obtain empirical evidence about the effect
of financial distress and fraud hexagon on indications of fraudulent financial
statement. This study uses a population companies listed on the IDX for the 2017-
2021 period. The total sample used was selected by purposive sampling method as
many as 20 companies with an observation period of 5 years. This study also used
binary logistic regression with SPSS 22 as data analysis. The results of this study
indicate that of all the independent variables, there are only 3 variables that have a
significant effect on fraudulent financial statements including the variable
ineffective monitoring (X3), change in director (X5), and whistleblowing system
(X7). While other variables have no significant effect on fraudulent financial
statements. This research is expected to be additional literature that can be used by
companies to prevent fraudulent practices.

Keywords: financial distress, fraud hexagon, fraudulent financial statements


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal

24 Juni 1998 dengan nama lengkap Liani Rahmasari dan


merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan
Bapak Asjoni dan Ibu Yulia Netty.

Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan


Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Sukajawa. Sekolah
Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis di
SMPN 23 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2013. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) di SMAN 5 Bandar
Lampung hingga tahun 2016.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Perbanas Institute Jakarta Program Studi


Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis tahun 2016 dan menyelesaikan studinya
S1 tahun 2020. Pada tahun 2021 penulis melanjutkan pendidikan pascasarjananya
pada Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bismis
Universitas Lampung.
MOTTO

“Karena sesungguhnya disetiap kesulitan pasti ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah Ayat 5-6)

Hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang merubah nasibnya”

(QS. Ar-Ra’d Ayat 11)


PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam teriring
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan tesis ini

Sebagai tanda cinta dan kasih sayang kepada:

Pintu-pintu syurgaku,

Ayahanda Asjoni dan Ibunda Yulia Netty

Serta

Almamater tercinta

Universitas Lampung
SANWACANA

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas segala berkat, rahmat, dan karunia-

Nya pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis

Pengaruh Financial Distress dan Fraud Hexagon Terhadap Kecurangan

Laporan Keuangan”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Ilmu Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Proses penyusunan tesis ini sangat dipengaruhi oleh banyak hal dan juga

dukungan, dorongan, dan bimbingan serta bantuan materil, moral dari berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., I.P.M., selaku Rektor

Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Saudi Samosir, S.T., M, T., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Nairobi, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung

4. Ibu Prof. Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M. Si, Ak., Ketua Prodi Magister

Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


5. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., C.A., Akt., selaku pembimbing

pertama yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan inspirasi untuk

menjadi lebih baik pada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si., Akt., selaku pembimbing kedua

yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan inspirasi untuk menjadi

lebih baik pada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., C.A., C.P.A., selaku dosen

penguji utama yang telah memberikan arahan, saran, dan kritik selama

penyelesaian tesis ini.

8. Ibu Dr. Mega Metalia, S.E., M.Si., M.S.Ak., Ak., C.A., selaku dosen

penguji kedua yang telah memberikan arahan, saran, dan kritik selama

penyelesaian tesis ini.

9. Seluruh Dosen Program Study Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan

dan pembelajaran yang berharga bagi penulis selama menempuh

pendidikan.

10. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah

banyak membantu selama proses perkuliahan maupun penyusunan tesis.

11. Danu Hartawan Razak, selaku partner hebat yang mendoakan dan menjadi

penyemangat dalam menyelesaikan studi ini.

12. Ayah dan ibu tersayang yang senantiasa medoakan dan memberikan

cintanya tiada putus.

13. Kakak dan adik tersayang yang selalu mendukung dan selalu ada saat

dibutuhkan.
14. Para bestie seperjuangan peraih toga tahun 2023 di Magister Ilmu Akuntansi

angkatan 2021, Mba Rindy (Mahasiswi pintar yang paling rajin dikelas yang

selalu nolongin dan mau direpotkan disetiap waktunya), Athiya dan Mba

Indah (teman pertamaku di perkuliahan, teman diskusi yang suka nolongin

dimasa perkuliahan), Mba Navira, Mba Indri, Mba Melly, Sella, Desy.

Kalian emang luar biasa yang telah memberikan support yang luar biasa,

semangat, dan keceriaan. Tanpa kalian apalah aku ini di kampus. Terima

kasih sudah mau masuk dalam cerita perjalananku sampai hari ini. Sukses

buat kita semua di dunia dan akherat.

15. Para ciwi-ciwiku Reka, Indah Erina, yang selalu memberi semangat dalam

menyelesaikan studi ini dan suka ngajak nongkrong dikala sibuk ngurusin

tesis. THX YGY!!.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Allah SWT membalas kebaikan

seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian studi ini. Mohon maaf atas

segala sesuatu yang kurang berkenan. Semoga tesis ini dapat memberikan

manfaar bagi semua pembaca. Terima kasih

Bandar Lampung, 5 April 2023

Liani Rahmasari
NPM. 2121031022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
1.4.1 Manfaat Operasional.............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 11
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ....................................................... 11
2.1.2 Teori Signaling (Signaling Theory) .................................................... 11
2.1.3 Fraudulent Financial Statement (Kecurangan Laporan
Keuangan) .............................................................................................. 12
2.1.4 Teori Kecurangan................................................................................ 13
2.1.5 Kesulitan Keuangan (Financial Distress)......................................... 16
2.1.6 Riwayat Kecurangan Laporan Keuangan di Indonesia ................... 18
2.1.7. Perusahaan yang Mendapat Notasi Khusus dari BEI ...................... 19
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 20
2.3 Kerangka Pemikiran............................................................................... 25
2.4 Pengembangan Hipotesis ....................................................................... 28
2.4.1 Elemen Financial Distress ................................................................. 28
2.4.2 Elemen Tekanan ................................................................................... 28
2.4.3 Elemen Kesempatan ............................................................................. 29
2.4.4 Elemen Rasionalisasi ........................................................................... 29
2.4.5 Elemen Kapabilitas............................................................................... 30
2.4.6 Elemen Arogansi .................................................................................. 31
2.4.7 Elemen Kolusi ....................................................................................... 32

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1 Populasi dan Sampel ............................................................................. 33
3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 34
3.3. Operasional Variabel............................................................................. 34
3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variabel) ............................................. 34
3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variabel) ............................................. 34
3.4 Metode Analisis Data ............................................................................. 35
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 35
3.4.2 Analisis Regresi Logistik .................................................................... 35
3.4.3 Uji Hipotesis Penelitian....................................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 40
4.2. Analisis Regresi Logistik ........................................................................ 45
4.2.1. Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow’s Goodness
of Fit Test) ............................................................................................. 45
4.2.2. Uji Keseluruhan Model (Overal Model Fit) ..................................... 46
4.2.3. Koefisien Determinasi ......................................................................... 48
4.3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 49
4.3.1. Uji Multivariat....................................................................................... 49
4.3.2. Uji Univariat .......................................................................................... 51
4.4. Pembahasan............................................................................................. 54
4.4.1. Pengaruh Financial Distress terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan ............................................................................................... 54
4.4.2. Pengaruh Financial Stability terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan ............................................................................................... 56
4.4.3. Pengaruh Ineffective monitoring terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan ............................................................................................... 56
4.4.4. Pengaruh Change in Auditor terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan ............................................................................................... 57
4.4.5. Pengaruh Change in director terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan ............................................................................................... 58
4.4.6. Pengaruh CEO Duality terhadap Kecurangan Laporan Keuangan 59
4.4.7. Pengaruh Whistleblowing System terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan ............................................................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 61
5.2. Keterbatasan ............................................................................................ 61
5.3. Saran ....................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Perusahaan Dengan Riwayat Kecurangan ................................. 19


Tabel 2.2 Kode atau Notasi Khusus BEI ............................................................. 19
Tabel 2.3 Daftar Perusahaan yang Mendapat Notasi Khusus Oleh BEI .............. 20
Tabel 2.4 Matriks Penelitian Terdahulu ............................................................... 21
Tabel 3.1 Operasional Variabel Independen ......................................................... 35
Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Variabel X1 ............................................. 40
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Financial Distress Untuk
Perusahaan yang Memiliki Riwayat Melakukan Kecurangan .............. 41
Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Financial Distress Untuk
Perusahaan yang Mendapat Notasi Khusus dari BEI ........................... 41
Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptive Variabel X2, dan X3 ............................. 42
Tabel 4.5 Analisis Statistik Deskriptif Variabel X4 ............................................. 43
Tabel 4.6 Analisis Statistik Deskriptif Variabel X5 ............................................. 43
Tabel 4.7 Analisis Statistik Deskriptif Variabel X6 ............................................. 44
Tabel 4.8 Analisis Statistik Deskriptif Variabel X7 ............................................. 44
Tabel 4.9 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Dependen .................................. 45
Tabel 4.10 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test .................. 46
Tabel 4.11 Hasil Uji Overal Model Fit – Block 0 ................................................ 47
Tabel 4.12 Hasil Uji Overal Model Fit – Block 1 ................................................ 47
Tabel 4.13 Hasil Perbandingan Nilai -2LL awal dengan -2LL akhir ................... 47
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 48
Tabel 4.15 Hasil Uji Multivariat ........................................................................... 49
Tabel 4.16 Hasil Uji One Sample Kolmogrov Smirnov Test ................................. 52
Tabel 4.17 Hasil Uji Mann-Whitney Test .............................................................. 53
Tabel 4.18 Pengujian ke lima rasio terhadap financial distress ............................ 55
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Frequency of Fraud Schemes ...............................................................2

Gambar 2.1 Fraud Hexagon Theory.......................................................................15

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................27


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Severe Acute Repiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2) adalah
penyebab dari virus COVID-19 yang terdeteksi pertama kali pada akhir tahun 2019.
Cepatnya persebaran dari virus tersebut yang terjadi secara global menyebabkan
timbulnya berbagai kebijakan seperti lockdown dan pembatasan aktifitas secara
langsung antar individu sebagai upaya dalam menekan angka positif dari COVID-
19.

Pemerintahan di Indonesia juga menetapkan kebijakan dalam mengurangi


penyebaran COVID-19 seperti kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB)
dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pelaksanaan suntik
vaksin, work from home, dan kebijakan lainnya. Hal tersebut memberikan dampak
yang sangat besar terhadap aspek perekonomian di Indonesia. Banyak perusahaan
tidak dapat beroperasi bahkan mengalami kesulitan keuangan, dan tidak bisa
mempertahankan kinerja keuangannya.

Peristiwa kesulitan keuangan (financial distress) ini merupakan peringatan


besar bagi perusahaan dalam meningkatkan upaya dan perhatian lebih untuk
menghindari kebangkrutan. Perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan
keuangan (financial distress) bahkan terancam bangkrut akan menimbulkan
berbagai persoalan baru seperti terjadinya penyimpangan akuntansi termasuk
melakukan tindakan kecurangan yang bisa terjadi diberbagai tingkatan
perusahaan yaitu perusahaan kecil, menengah, maupun perusahaan besar.

Data yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam antusiasme perusahaan publik di
Indonesia. Per November 2022, terdapat 44 perusahaan yang melakukan penawaran
saham perdana (Initial Public Offerings/IPO), dan saat ini terdapat 810 perusahaan
2

yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia, 2022). Namun, sayangnya,


pertumbuhan perusahaan-perusahaan ini belum diimbangi oleh perbaikan sistem
pendeteksian kecurangan.

Menurut hasil survei ACFE (2022) mengenai tindakan kecurangan, kawasan


Asia-Pasifik, termasuk Indonesia, menempati peringkat ketiga di dunia dengan
jumlah kasus kecurangan tertinggi, yakni 10% atau sebanyak 194 kasus. Jenis
kecurangan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Penyelewengan Aset
(Asset Misappropriation), Korupsi (Corruption), dan Kecurangan Laporan
Keuangan (Financial Statement Fraud).

Data global dan fraud study juga menunjukkan bahwa persentase


manipulasi laporan keuangan dalam suatu organisasi adalah sekitar 9%. Terlepas
dari kenyataan bahwa persentasenya mungkin tampak rendah, namun dampak
penipuan semacam itu cukup signifikan, dengan kerugian rata-rata sebesar
$593.000. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan perhatian khusus
pada kecurangan laporan keuangan untuk mencegah agar tidak menyesatkan
penggunanya, terutama dalam proses pengambilan keputusan (ACFE, 2022).
Gambar 1 berikut ini memberikan informasi tentang frekuensi skema penipuan:

Gambar 1.1. Frequency of Fraud Schemes

Ketika tindakan kecurangan tidak terdeteksi, hal tersebut dapat berdampak


buruk bagi berbagai pihak. Selain itu, kecurangan juga dapat mempengaruhi
reputasi perusahaan, memunculkan keraguan dari investor, dan menurunkan
pendapatan negara sehingga merugikan keuangan negara. Data dari laporan
ACFE (2022) menunjukkan bahwa terdapat 2.110 kasus kecurangan yang
diselidiki di berbagai negara antara Januari 2020 hingga September 2021.
Mayoritas kasus kecurangan dilakukan oleh manajerial sebesar 39%, karyawan
sebesar 37%, pemilik dan eksekutif sebesar 23%, dan sisanya sebesar 1%.
3

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Survey Fraud Indonesia, rata-rata
kerugian akibat tindakan kecurangan di Indonesia mencapai lebih dari Rp.10 miliar.
Dari hasil survei tersebut, terlihat bahwa pemerintahan merupakan pihak yang
paling banyak mengalami kecurangan, yakni sebesar 20,8%, meskipun persentase
ini masih lebih rendah dibandingkan dengan persentase kecurangan yang dialami
oleh perusahaan swasta sebesar 24,5% namun kerugian yang dialami oleh
perusahaan swasta sendiri berkisar antara Rp.500 juta hingga Rp.1 miliar. Hasil
survei ini memberikan peringatan kepada perusahaan swasta karena survei
menunjukkan bahwa perusahaan swasta mengalami kerugian terbesar. (SFI, 2019).

Seperti salah satu contoh yang sudah diberitakan mengenai kecurangan yang
dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia Tbk pada tahun 2018 yang mendapat
penanganan dari BEI, OJK, dan Kementrian Keuangan, dimana PT. Garuda
Indonesia Tbk telah membukukan net income dari hasil kerjasama dengan PT.
Mahata Aero Teknologi Tbk. Perolehan net income dengan jumlah besar dari hasil
kerjasama tersebut sebenarnya masih bersifat piutang, namun sudah diakui menjadi
pendapatan. Hal ini membuat laba bersih PT. Garuda Indonesia Tbk meningkat
tajam yang mana seharusnya perusahaan mengalami kerugian (CNBC Indonesia).
Penyusunan laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk tidak sesuai dengan
PSAK dan telah melanggar peraturan OJK No.29/PJOK.04/2019 mengenai
Laporan Tahunan Perusahaan Publik, dan perusahaan dikenakan sanksi berupa
denda senilai Rp.100 Juta, serta Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit atas
perusahaan tersebut juga dikenakan sanksi dari Kementerian Keuangan berupa
pembekuan izin selama 1 tahun (Kementerian Keuangan, 2019).

Selanjutnya kasus kecurangan yang terjadi pada tahun buku 2016 yang
dialami oleh PT. Hanson International Tbk terdapat poin-poin penting yang
bertentangan dengan UUPM dan menjadi perhatian OJK, yaitu adanya pengakuan
pendapatan dengan metode akrual penuh dengan nilai kotor Rp. 732 Miliar. Adanya
pengakuan pendapatan tersebut menyebabkan terjadinya overstated mencapai
Rp.613 Miliar. Hal tersebut membuat perusahaan, direktur dan Kantor Akuntan
Publik yang mengaudit dikenakan sanksi oleh OJK (CNBC Indonesia, 2021).

Adapun dugaan kasus terbaru yang dilakukan oleh PT. Envy Technologies
4

Indonesia Tbk dan anak usahanya. Berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2019
tercatat pendapatan senilai Rp. 188,85 Miliar yang melesat naik 135% dari tahun
buku sebelumnya tahun 2018 senilai Rp.80,35 Miliar. Dugaan kecurangan tersebut
membuat perusahaan dihentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (CNBC
Indonesia, 2021).

Sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang parah bahkan


berisiko bangkrut, maka akan muncul masalah baru seperti kemungkinan terjadinya
tindakan kecurangan di berbagai level perusahaan, baik itu perusahaan kecil,
menengah, maupun besar. Manajemen perusahaan tidak ingin kinerja mereka
dinilai buruk oleh pemegang saham. Situasi kesulitan keuangan pada perusahaan
dapat mendorong manajemen untuk melakukan tindakan kecurangan. Temuan
penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2017), Annafi & Yudowati (2021),
Pratama & Puspitasari (2022), Saputri & Achmad (2017) mendukung hal ini, di
mana manajer akan merasa tertekan dan harus bertanggung jawab atas kinerja
perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu, ketika perusahaan
mengalami kesulitan keuangan, manajemen akan cenderung melakukan manipulasi
untuk menutupi kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Untuk memprediksi adanya kesulitan keuangan pada suatu entitas dapat


digunakan model Altman Z-Score yang mana terdapat 5 rasio dalam
memprediksi adanya kesulitan keuangan diantaranya yaitu working capital to
total asset ratio, retained earning to total asset ratio, profitability ratio, market
value of equity to total liability ratio, dan terakhir yaitu sales to total asset ratio.

Untuk mengetahui adanya kecurangan pada laporan keuangan substansi,


evaluator seperti auditor harus dapat melihat dari berbagai sudut pandang dalam
mendeteksi fraud. Terdapat beberapa faktor yang sudah dibuktikan dengan
elemen yang terkandung dalam Fraud Triangle Theory yang dikembangkan
oleh Cressey (1953). Namun seiring perkembangannya, terdapat model baru
yang sudah dikembangkan oleh Vousinas (2019) model tersebut ialah Fraud
Hexagon Theory yang terdapat enam elemen didalamnya. Elemen tersebut adalah
Pressure, Opportunity, Rasionalization, Capability, Ego (Arrogance), dan
Collusion.
5

Dalam meneliti unsur-unsur kecurangan yang tercantum dalam fraud


hexagon theory yang dicetuskan oleh Vausinas (2019), membutuhkan proksi
variabel dalam mendeteksi terjadinya kecurangan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu financial stability merupakan proksi dari elemen kecurangan
pertama yaitu tekanan. Ineffective monitoring merupakan proksi dari elemen
kecurangan kedua yaitu kesempatan (opportunity). Change in auditor
merupakan proksi dari elemen kecurangan ketiga yaitu Rationalization. Change
in director merupakan proksi dari elemen ke empat capability. CEO Duality
merupakan proksi dari elemen ke lima Arrogance. Whistleblowing system
merupakan proksi dari elemen terakhir yaitu Collusion.

Faktor pertama yang digunakan dalam mendeteksi kecurangan yang dapat


dilihat dari proksi tekanan (pressure) yaitu variabel stabilitas keuangan (financial
stability). Manajer perusahaan menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan
pada saat financial stability terancam oleh keadaan ekonomi, industri serta situasi
perusahaan dalam beroperasi (Skousen et al., 2009). Ketika stabilitas keuangan
(financial stability ) perusahaan berada dalam kondisi terancam, maka manajemen
akan melakukan berbagai cara agar financial stability perusahaan terlihat dalam
kondisi baik, seperti melakukan manipulasi laporan keuangan (Novitasari &
Chariri, 2018). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtanto &
Sandra (2019), Maryani et al. (2022), Aviantara (2021), Chantia et al. (2021), dan
(Septriani & Handayani, 2018) yang menyatakan bahwa stabilitas keuangan
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Faktor kedua yang digunakan dalam mendeteksi kecurangan yang dapat


dilihat dari proksi kesempatan (opportunity) yaitu variabel ketidakefektifan
pengawasan (ineffective monitoring). Terjadinya tindak kecurangan disebabkan
karena adanya kesempatan atau peluang yang disebabkan oleh lemahnya kontrol
dan pengawasan perusahaan terhadap aktivitas perusahaan (Wahyuni &
Budiwitjaksono, 2017). Kontrol perusahaan erat kaitannya dengan dewan
komisaris, karena dewan komisaris memiliki wewenang dalam mengawasi
operasional perusahaan (Mukaromah & Budiwitjaksono, 2021). Dibutuhkannya
peran dari dewan komisaris independen untuk melakukan pengawasan yang lebih
dalam suatu perusahaan agar tindak kecurangan dapat diminimalisir. Hal ini
6

sejalan dengan penelitian Murtanto & Sandra (2019), Septriani & Handayani
(2018), (Meidijati & Nuryatno, 2022), (Hartadi, 2022), dan Maryani et al. (2022)
yang menyebutkan bahwa ketidakefektifan pengawasan berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan.

Faktor ketiga yang digunakan dalam mendeteksi kecurangan yang dapat


dilihat dari proksi rasionalisasi (rasionalization) yaitu variabel pergantian auditor
(change in auditor). Rasionalisasi atau pembenaran merupakan sikap yang
memperbolehkan atau menganggap wajar apabila seseorang melakukan
kecurangan. Adanya pergantian auditor pada suatu entitas adalah upaya dalam
menghilangkan tindak kecurangan yang terjadi pada suatu entitas (Mukaromah &
Budiwitjaksono, 2021), hal ini dikarenakan auditor yang terdahulu sudah lebih
memahami lini bisnis suatu entitas sehingga lebih memungkinkan dalam
mendeteksi segala kecurangan yang terjadi pada perusahaan (Wahyuni &
Budiwitjaksono, 2017). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti
& Hanafi (2017), Aviantara (2021), Novitasari & Chariri (2018), Hartadi (2022),
(Wahyuni & Budiwitjaksono, 2017), yang meyatakan bahwa pergantian auditor
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Faktor keempat yang digunakan dalam mendeteksi kecurangan yang dapat


dilihat dari proksi kemampuan (capability) yaitu variabel pergantian direksi
(change in director). Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa
tindakan penyimpangan atau kecurangan tidak bisa terjadi jika seseorang tidak
memiliki kemampuan dan posisi jabatan yang tepat. Adanya pergantian dari
direksi di suatu perusahaan merupakan wujud adanya conflict of interest, karena
tidak selamanya perubahan dari direksi pada suatu entitas akan mendorong
kinerja entitas menjadi lebih baik, adanya perubahan tersebut akan menimbulkan
stress period sehingga ada kemungkinan terjadinya kecurangan (Septriani &
Handayani, 2018). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurbaiti & Hanafi (2017), Aviantara (2021), (Widyatama & Setiawati, 2021),
(Septriani & Handayani, 2018), (Lionardi & Suhartono, 2022), (Larum et al.,
2021) yang menyatakan bahwa pergantian direksi berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan.
7

Faktor kelima yang digunakan dalam mendeteksi kecurangan yang dapat


dilihat dari proksi Arrogance yaitu variabel CEO duality. Arrogance merupakan
karakter atau sifat superioritas seseorang yang berkombinasi dengan keserakahan
dan memiliki keyakinan bahwa pengawasan atau pengendalian internal tidak
berlaku baginya (Crowe, 2011). Seseorang yang memiliki jabatan ganda di suatu
perusahaan akan menimbulkan sifat arrogance akan jabatan yang dimilikinya.
Dengan jabatan tersebut seseorang akan leluasa dalam melakukan tindak
kecurangan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Meidijati &
Nuryatno, 2022), (Widyatama & Setiawati, 2021), (Siregar, 2019), (Yang et al.,
2017), (Carla & Pangestu, 2021) yang menyatakan bahwa arrogance
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Faktor keenam yang digunakan dalam mendeteksi kecurangan yang dapat


dilihat dari proksi Collusion yaitu variabel Whistleblowing system. Terdapat
sistem yang digunakan sebagai alternatif atau solusi untuk pendeteksian dan
pencegahan kecurangan yaitu dengan menerapkan sistem pelaporan pelanggaran
(whistleblowing system). Sekarang ini sudah banyak perusahaan yang
menarapkan sistem ini sebagai salah satu tindakan dalam mendeteksi adanya
kecurangan dalam suatu entitas hal ini juga didukung oleh Survey Fraud
Indonesia (2019) yang menyatakan bahwa penerapan sistem pelaporan
pelanggaran cukup efektif dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Puspitanisa & Purnamasari,
2021), (Aviantara, 2021), (Hanifah & Clyde, 2022) yang menyimpulkan bahwa
keberadaan whistleblowing bukan hanya sebagai saluran pelaporan kecurangan,
namun juga dapat sebagai bentuk pengawasan oleh perusahaan. Semakin efektif
whistleblowing system yang diterapkan perusahaan maka semakin baik dalam
pencegahan fraud.

Banyak penelitian yang sudah melakukan studi terkait kecurangan laporan


keuangan. Namun, pada penelitian ini terdapat penambahan atau pengujian
variabel terbaru yaitu variabel kesulitan keuangan (financial distress). Sehingga
penambahan variabel ini merupakan keterbaharuan pertama pada penelitian ini

Penelitian terkait kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan


8

sampel berupa perusahaan yang memiliki riwayat melakukan kecurangan dan


delisting dijumpai pada penelitian Handayani et al. (2022). Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian tersebut dilihat pada sampel yang berbeda yaitu perusahaan
yang memiliki riwayat kecurangan dan perusahaan bermasalah yang diberikan
notasi khusus oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga menjadi keterbaruan
kedua pada penelitian ini.

Berdasarkan latar belakang diatas dan fenomena yang terjadi


mengenai kesulitan keuangan (financial distress) dan kecurangan pada laporan
keuangan, peneliti tertarik untuk meneliti “Analisis Pengaruh Financial Distress
dan Fraud Hexagon Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas, beberapa identifikasi


masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah financial distress berpengaruh terhadap fraudulent financial


statement?

2. Apakah financial stability berpengaruh terhadap fraudulent financial


statement?

3. Apakah ineffective monitoring berpengaruh terhadap fraudulent financial


statement?

4. Apakah change in auditor berpengaruh terhadap fraudulent financial


statement?

5. Apakah change in director berpengaruh terhadap fraudulent financial


statement?

6. Apakah CEO Duality berpengaruh terhadap fraudulent financial statement?

7. Apakah Whistleblowing system berpengaruh terhadap fraudulent financial


statement?
9

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan


penelitian untuk memperoleh bukti yang empiris dan menganalisis mengenai:

1. Pengaruh financial distress terhadap terjadinya fraudulent financial


statement

2. Pengaruh financial stability terhadap terjadinya fraudulent financial


statement

3. Pengaruh ineffective monitoring terhadap terjadinya fraudulent


financial statement.

4. Pengaruh change in auditor terhadap terjadinya fraudulent financial


statement.

5. Pengaruh change in director terhadap terjadinya fraudulent financial


statement.

6. Pengaruh CEO Duality terhadap terjadinya fraudulent financial


statement.

7. Pengaruh Whistleblowing system terhadap terjadinya fraudulent


financial statement.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini harapannya agar dapat bermanfaat bagi


individu atau pihak yang membutuhkannya, baik secara teoritis maupun untuk
segala maksud dan tujuan, serta dapat dimanfaatkan sebagai literatur dan bisa
dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian, dengan menggunakan
variabel yang berbeda. Berikut adalah sebagian manfaat dari penelitian ini.

1.4.1 Manfaat Operasional

a) Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan kepada


pihak manajemen atau perusahaan terkait dengan tanggung jawabnya dalam
10

melindungi kepentingan para investor. Diharapkan manajemen atau perusahaan


lebih memahami dampak jangka panjang apabila melakukan kecurangan,
sehingga dapat mencegah tindakan fraudulent financial statement dimasa yang
akan datang.

b) Bagi Investor

Hasil dari penelitian ini diharapkan agar investor lebih berhati-hati dalam
menanamkan modalnya pada perusahaan.

c) Bagi Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu usulan dalam
membuat atau mendesign prosedur audit untuk mendeteksi fraudulent financial
statement.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen and Meckling (1976) untuk pertama kalinya mencetuskan
eksplorasi teoritis dari agency theory yang berjudul “Theory of the firm:
Managerial behavior, agency costs, and ownership structure”. Dibuatnya teori
agensi untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi karena
ketidaklengkapan informasi dan ketidakjujuran dalam menyampaikan laporan
keuangan. Penanganan suatu masalah yang terjadi pada hubungan keagenan
antara pemilik (principal) dan menejemen (Agent) dibahas pada teori ini.
Munculnya conflic of interest atau perbedaan kepentingan antara agent dan
principal dapat memicu adanya suatu masalah dalam organisasi (agency
problem) yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang diungkapkan.
Antara kedua belah pihak yaitu principal dan agent dapat terjadi asimetri
informasi. Agent tentu diuntungkan karena mempunyai banyak informasi
mengenai seluk beluk yang terjadi di perusahaan dibandingkan principal.
Dengan adanya keuntungan yang demikian maka akan membuat agent
memanfaatkan peluang untuk menyembunyikan informasi yang seharusnya tidak
diketahui oleh principal. Keadaan ini tentunya akan membuat para manajer dapat
melakukan tindak kecurangan. Ketidakseimbangan informasi yang terjadi
akan membuat principal tidak mengetahui lebih banyak mengenai kinerja
agent. Dengan kondisi inilah yang akan menjadi celah bagi para agent untuk
melakukan tindakan kecurangan.

2.1.2 Teori Signaling (Signaling Theory)


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Spence (1973) berjudul Job Market
Signaling muncul teori signaling untuk pertama kalinya. Menurut Spence (1973)
12

teori ini mengemukakan tentang bagaimana suatu organisasi bisa memberikan


sinyal berupa informasi tentang apa yang dilakukan oleh manajemen dalam
merealisasikan keinginan pemilik. Selanjutnya sinyal itu diberikan kepada
pengguna laporan keuangan.
Signaling theory menjelaskan juga mengenai asimetri informasi, berupa
kualitas dan kuantitas data, antara pihak internal maupun eksternal perusahaan
(Spence, 1973). Asimetri informasi merupakan kondisi dimana salah satu pihak
(manajemen) memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak lain
(investor). Informasi tersebut merupakan hal yang penting bagi investor karena
menjelaskan mengenai keterangan, catatan, dan gambaran suatu perusahaan dari
masa ke masa. Maka pihak manajemen perusahaan akan terdorong untuk
menyampaikan informasi atau sinyal yang baik kepada investor melalui laporan
keuangan perusahaan. Tingkat keyakinan auditor atas laporan keuangan,
dikemukakan dalam bentuk opini audit yang dapat dijadikan sebagai sinyal atau
informasi yang disampaikan perusahaan kepada pengguna laporan keuangan
(Hery, 2016). Apabila kinerja perusahaan baik, maka akan menarik calon
investor untuk menanamkan modal dan melakukan investasi pada perusahaan.

2.1.3 Fraudulent Financial Statement (Kecurangan Laporan Keuangan)


ACFE (2020) mendefinisikan kecurangan yang berhubungan dengan
pekerjaan (occupational and abuse) adalah kecurangan yang dilakukan oleh
individu pada suatu organisasi untuk mendapatkan keuntungan secara financial
untuk pribadi dengan cara menyalahgunakan jabatan yang dimiliki, aset, dan
sumber daya perusahaan. Kecurangan dapat melibatkan kerjasama antara pihak
internal, dan pihak eksternal seperti organisasi lawan, pemasok, pelanggan, agen
dan sebagainya (PricewaterhouseCoopers, 2018)
Definisi kecurangan menurut ACFE (2022) kecurangan laporan keuangan
merupakan sebuah skema yang dimana karyawan dengan sengaja menyebabkan
salah saji atau penghilangan informasi yang bersifat material dalam laporan
keuangan suatu organisasi. Skema kecurangan laporan keuangan yang biasanya
terjadi adalah penyajian pendapatan atau laba yang lebih tinggi (overstatement)
dan penyajian liabilitas atau beban yang lebih rendah (understatement) (Christian
et al., 2022).
13

Bentuk kecurangan laporan keuangan yang umum dapat berupa pemalsuan


angka, dan kesalahan interpretasi yang disengaja atas standar akuntansi (Ajekwe
& Ibiamke, 2017), melebih-lebihkan aset dan mengecilkan beban juga teknik
yang digunakan dalam melakukan penyimpangan (Rashid et al., 2022).
Memusnahkan arsip pencatatan, menciptakan informasi yang bertentangan dan
dokumen palsu yang dicatat pada laporan keuangan juga merupakan bentuk
kecurangan (Erdogan & Erdogan, 2020).
Dilakukannya tindakan penipuan laporan keuangan ini umumnya memiliki
tujuan yang menyangkut dua hal diantaranya. Pertama, kesalahan penyajian yang
digunakan untuk menutupi penyelewengan, dan penyalahgunaan dana. Kedua,
dilakukan untuk menyesatkan investor dan regulator terkait kesehatan keuangan
dan menutup-nutupi adanya kesulitan keuangan yang sedang terjadi pada
perusahaan (Christian et al., 2022).

2.1.4 Teori Kecurangan


2.1.4.1 Fraud Triangle
Fraud triangle theory merupakan konsep segitiga kecurangan yang
dikemukakan oleh Donald Cressey (1953). Cressey (1953) berpendapat bahwa
sampai batas tertentu terdapat tiga kondisi yang selalu hadir pada saat kecurangan
laporan keuangan terjadi. Kondisi ini yaitu pressure, opportunity, dan
rasionalization yang menjadikan dasar kerangka faktor resiko kecurangan.

1. Pressure (Tekanan)
Tekanan merupakan suatu dorongan bagi seseorang untuk melakukan
tindakan kecurangan. Tekanan dapat muncul dari diri pelaku itu sendiri seperti
adanya tekanan berupa ekonomi dari keluarga, tekanan untuk bergaya hidup
mewah. Selain itu tekanan didapatkan dari lingkungan seperti adanya tekanan dari
top management untuk memanipulasi laporan keuangan sehingga kecurangan itu
sendiri tidak dapat dihindarkan (Simaremare et al., 2019).

Menurut Mardiana (2014) pressure merupakan kondisi dimana pihak


manajemen yang harus berusaha bekerja semaksimal jhmungkin untuk
memberikan hasil yang baik kepada pihak pemegang saham dalam bentuk laba
yang meningkat di setiap tahunnya dapat dikategorikan sebagai tekanan yang
14

dialami, walaupun perusahaan dalam kondisi mengalami kesulitan keuangan


mereka dituntut untuk bekerja yang baik. Kondisi tersebut membuat pihak
manajemen berupaya untuk memanipulasi laporan keuangan yang nantinya akan
disampaikan kepada pemegang saham untuk mempertanggung jawabkan
kinerjanya dalam mengelola perusahaan.

2. Opportunity (Kesempatan)
Menurut Ratmono et al., (2014) kesempatan akan timbul saat sistem
pengendalian internal perusahaan melemah. Perusahaan dengan pengendalian
internal yang lemah akan memiliki banyak celah yang menjadikan kesempatan
bagi manajemen untuk memanipulasi transaksi. Kesempatan tercipta karena
adanya kelemahan pengendalian internal, ketidakefektifan pengawasan
manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau otoritas. Kegagalan untuk
menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas kecurangan juga
meningkatkan peluang terjadinya kecurangan.

Peluang pada financial statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori
kondisi. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan
organiational structure. Namun kategori yang digunakan dalam penelitian ini
berkaitan dengan unsur opportunity yaitu ineffective monitoring.

3. Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi merupakan kondisi dimana setiap perusahaan curang yang
mereka lakukan dianggap sebagai tindakan yang wajar atau malah benar adanya
karena tindakan curang yang seperti itu sudah jamak dilakukan oleh pihak
manajemen diberbagai perusahaan diseluruh dunia (Mardiana, 2014).

2.1.4.2 Fraud Diamond


Adanya penambahan elemen ke empat dalam mendeteksi kecurangan yang
tercantum pada Fraud Diamond Theory yang dicetuskan oleh Wolfe dan
Hermanson (2004). Faktor ke empat yaitu kemampuan (capability), yang mana
Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa tindakan penyimpangan
atau kecurangan tidak bisa terjadi jika seseorang tidak memiliki kemampuan dan
posisi jabatan yang tepat. Seorang yang menduduki jabatan tertinggi (director)
15

pada suatu entitas rentan terhadap tindakan penyimpangan apabila jika rendahnya
pengawasan pada perusahaan, maka potensi terjadinya kecurangan akan semakin
tinggi (Utami et al., 2019).

2.1.4.3 Fraud Pentagon


Teori dari Fraud Pentagon mengungkapkan lebih banyak faktor dalam
mendeteksi adanya kecurangan dalam suatu organisasi. Teori ini diperkenalkan
pertama kalinya oleh Crowe (2011). Arrogance merupakan faktor kelima dalam
teori ini yang mengemukakan bahwa kesombongan (Arrogance) merupakan
karakter atau sifat superioritas seseorang yang berkombinasi dengan keserakahan
dan memiliki keyakinan bahwa pengawasan atau pengendalian internal tidak
berlaku baginya (Crowe, 2011).

2.1.4.4 Fraud Hexagon


Terdapat beberapa faktor yang sudah dibuktikan dengan elemen yang
terkandung dalam fraud triangle theory, fraud diamond theory, dan fraud
pentagon theory. Namun, seiring perkembangan saat ini dan insiden
kecurangan yang semakin meningkat, untuk itu model dalam mendeteksi
kecurangan juga harus diperbarui menjadi enam elemen yang dikemukakan
oleh (Vousinas, 2019) dalam fraud hexagon theory. Ke enam elemen tersebut
ialah Pressure, Opportunity, Rasionalisasi, Capability, Arrogance, Collusion.
Vousinas (2019), kolusi merujuk pada perjanjian yang menipu suatu pihak untuk
tujuan kurang baik, seperti menipu pihak ketiga dan hak yang dimilikinya

Pressure Capability

Opportunity Arrogance

Rasionalisasi Collusion

Gambar 2.1 Fraud Hexagon Theory


Sumber: Fraud Hexagon Theory (Vousinas, 2019)
16

2.1.5 Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang


terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Manajemen yang buruk,
masalah-masalah keuangan seperti praktik akuntansi, anggaran, dan penetapan
harga produk yang tidak tepat merupakan faktor penyebab terjadinya financial
distress. Metode Altman Z-Score dicetuskan oleh Altman (1968), model ini biasa
digunakan untuk memprediksi financial distress atau kesulitan keuangan dan
resiko kebangkrutan. Namun model ini juga dapat digunakan dalam mendeteksi
kecurangan. Terdapat 5 rasio dalam mengukur Altman Z-Score yaitu:

T1 = Rasio modal kerja terhadap total aset

T2 = Rasio laba ditahan terhadap total aset

T3 = Rasio Profitabilitas

T4 = Rasio nilai pasar modal saham terhadap total hutang

T5 = Rasio penjualan terhadap total aset.

Setelah dilakukan penghitungan kelima rasio diatas, lalu diformulasikan


kedalam rumus Altman Z-Score model:

Z-Score = 0.717 T1 + 0,847 T2 + 3.107 T3 + 0.420 T4 + 0.998 T5

Kriteria Z-Score berdasarkan hasil perhitungan sesuai dengan formula diatas


yaitu jika Z-Score > 2,60 perusahaan dianggap aman. Jika hasil Z-Score 1,1 < Z-
Score < 2,60 perusahaan memerlukan perhatian khusus (grey area). Jika hasil Z-
Score < 1,1 perusahaan terindikasi mengalami kesulitan keuangan.

2.1.5.1 Working Capital to Total Asset Ratio

Pribadi et al. (2018) menunjukkan bahwa Working Capital to Total Asset


Ratio adalah rasio dari likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya. Rendahnya nilai dari rasio ini dapat menjadi pemicu terjadinya praktik
kecurangan (Rianghepat & Hendrawati, 2021). Suatu entitas dengan modal kerja
yang rendah dibandingkan dengan total asetnya, maka menunjukan bahwa
17

perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya (Kaminski et al., 2008).


Perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan memiliki nilai working
capital to total asset ratio yang lebih rendah dari pada perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan keuangan.

2.1.5.2 Retained Earning to Total Asset Ratio

Parameter ini berguna untuk mengukur apakah laba secara kumulatif


mampu membiayai asetnya, dan juga untuk mengukur efisiensi manajemen dalam
mengelola produksi, penjualan, administrasi, dan aktivitas lainnya. Semakin
rendah nilai dari rasio ini, menandakan bahwa perusahaan tidak mampu
membiayai aset dari laba yang dimiliki, melainkan aset tersebut dibiayai oleh
hutang. Menurut Altman (1968) semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar
menurunkan kemungkinan financial distress dan indikasi kecurangan. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah nilai rasio ini maka akan menaikkan kemungkinan
financial distress dan indikasi kecurangan juga akan meningkat.

2.1.5.3 Profitability Ratio

Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


kinerja suatu entitas, yang dimana umumnya terlihat baik pada saat capaian laba
atau keuntungan yang didapat sesuai dengan target yang ditetapkan (Septriani &
Handayani, 2018). Pihak manajemen harus menacapai sasaran keuangan yang
telah ditentukan agar kinerja perusahaan baik (Mukaromah & Budiwitjaksono,
2021). Ketika keuntungan yang dihasilkan oleh suatu entitas rendah, hal itu
menunjukkan kemungkinan perusahaan dalam kondisi kesulitan keuangan dan
memungkinkan manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan dengan
memaksimalkan laba (Pribadi et al., 2018).

2.1.5.4 Market Value of Equity to Total Liability

Nilai pasar ekuitas atau market value of equity digunakan oleh investor
untuk memprediksi apakah harga saham akan naik atau turun dan apakah
perusahaan tersebut dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang sesuai atau
tidak. Market value of equity dapat diterapkan bagi perusahaan go public. Nilai
18

pasar ekuitas setara dengan ekuitas sebuah perusahaan. Nilai pasar ekuitas diukur
dengan outstanding shares dikali dengan closing price. Semakin tinggi nilai pasar
ekuitas dibandingkan modal bersih atau aset sebuah perusahaan, maka semakin
mahal harga perusahaan tersebut (Ganguli, 2008). Dengan demikian, jika harga
saham atau jumlah saham yang beredar berubah, maka nilai pasar ekuitas sebuat
emiten juga akan berubah. Harga saham tentunya dapat berubah setiap saat,
apalagi jika sahamnya likuid (Feltham & Ohlson, 1995). Rendahnya nilai pasar
ekuitas menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan
hal ini ditunjukkan dengan harga saham yang rendah yang mana tingkat
pengembalian yang diharapkan juga sedikit dan tidak sesuai dengan yang
diharapkan serta perusahaan juga mendapatkan citra yang kurang baik oleh
investor.

2.1.5.5 Sales to Total Asset Ratio

Sales to Total Asset Rasio adalah bagian dari rasio perputaran modal
(Dalnial et al., 2014), yang digunakan dalam mengukur tingkat kemampuan
penjualan dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini juga
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dan pihak manajemen dalam
menghadapi perasingan usaha (Pribadi et al., 2018). Perusahaan dengan nilai
penjualan yang rendah bahkan menurun dari periode sebelumnya akan
menunjukkan perusahaan sedang dalam kondisi kesulitan keuangan dikarenakan
tidak dapat mencapai target yang sudah ditetapkan sehingga dengan penjualan
yang rendah makan kemungkinan laba yang diperoleh juga akan sedikit, dengan
demikian tindakan kecurangan cenderung akan dilakukan pada saat perusahaan
menghasilkan penjualan yang rendah dari pada nilai total aset yang dimiliki.

2.1.6 Riwayat Kecurangan Laporan Keuangan di Indonesia


Berbagai perusahaan terbuka di Indonesia terlibat dalam skandal manipulasi
laporan keuangan. Berdasarkan Survei Fraud Indonesia (2019) kasus kecurangan
laporan keuangan memiliki dampak kerugian yang mampu mencapai lebih dari 10
Miliar per kasus dengan tingkat persentasi kasus kecurangan laporan keuangan
sebesar 6,7%. Berikut merupakan daftar perusahaan yang memiliki riwayat
melakukan kecurangan di Indonesia.
19

Tabel 2.1. Daftar Perusahaan Dengan Riwayat Kecurangan


No. Nama Perusahaan Tahun Terjadinya Kecurangan

1 PT. Garuda Indonesia Tbk. 2018


2 PT. SNP Finance Tbk. 2018
3 PT. Asuransi Jiwasraya Tbk. 2018
4 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk. 2017
5 PT. Indosat Tbk. 2017
6 PT. Hanson International Tbk. 2016
7 PT. Cakra Mineral 2014
8 PT. Garda Tujuh Buana Tbk. 2012
9 PT. Waskita Karya Tbk. 2009
10 PT. Kereta Api Indonesia 2006
11 PT. Indofarma Tbk. 2004
12 PT. Kimia Farma Tbk. 2001
Sumber: Berita (CNN Indonesia, CNBC Indonesia, Liputan6, OJK)

2.1.7. Perusahaan yang Mendapat Notasi Khusus dari BEI


Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menerapkan program I-Suite atau
pemberian notasi khusus kepada perusahaan bermasalah yang telah melantai di
pasar modal. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan informasi kepada investor
sebelum melakukan transaksi. Secara rinci, perusahaan yang mendapat tanda
khusus dari bursa efek tersebut bisa dilihat dalam website resmi BEI pada kolom
notasi khusus. Setiap tanda khusus memiliki gambaran kondisi masalah yang
dialami oleh perseroan. Dalam penelitian ini ada delapan notasi khusus yang
digunakan sebagai kategori perusahaan yang bermasalah dengan kode berikut ini:

Tabel 2.2. Kode atau Notasi Khusus BEI


Kode Keterangan
B Adanya permohonan Pernyataan Pailit
M Adanya permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
A Adanya Opini Tidak Wajar (Adverse) dari Akuntan Publik
D Adanya Opini “Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer)” dari Akuntan Publik
S Laporan keuangan terakhir menunjukkan tidak ada pendapatan usaha
Sanksi Administratif dan/atau Perintah Tertulis dari OJK yang dikenakan terhadap
V Perusahaan Tercatat karena pelanggaran peraturan di bidang Pasar Modal dengan
kategori Pelanggaran Berat
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2022)
20

Tabel 2.3. Daftar Perusahaan yang Mendapat Notasi Khusus Oleh BEI
No. Nama Perusahaan Kode atau Notasi Khusus

1 Hotel Mandarine Regency Tbk A


2 PT Golden Plantation Tbk B
3 Cowell Development Tbk B
4 PT Grand Kartech Tbk B
5 PT Hanson International Tbk B
6 PT Forza Land Indonesia Tbk B
7 Nipress Tbk B
8 PT Mitra Pemuda Tbk D
9 PT Marga Abhinaya Abadi Tbk D
10 Danasupra Erapacific Tbk D
11 PT Estetika tata Tiara Tbk D
12 Onix capital Tbk D
13 Leyand International Tbk D
14 PT Intan Baru Prana Tbk D
15 Intraco Penta Tbk D
16 PT Megalestari Epack Sentosaraya Tbk M
17 PT Alfa Energi Investama M
18 PT Sri Rejeki Isman Tbk M
19 PT Waskita Beton Precast Tbk M
20 PT Steadfast Marine Tbk M
21 PT Sriwahana Adityakarta Tbk M
22 PT Agro Yasa Lestari Tbk S
23 Perdana Karya Perkasa Tbk S
24 PT Terregra Asia Energy Tbk S
25 PT Meta Epsi Tbk S
26 PT Provident Investasi Bersama Tbk S
27 PT Garda Tujuh Buana Tbk S
28 PT Envy Technologies Indonesia Tbk S
29 Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk S
30 PT Magna Investama Mandiri Tbk S
31 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk S
32 Cardig Aero Services Tbk S
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2022)

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa ahli maupun peneliti sebelumnya yang sudah melakukan


penelitian ini. Berikut merupakan uraian dari beberapa penelitian yang membahas
mengenai pendeteksian fraud.
21

Tabel 2.4. Matriks Penelitian Terdahulu


No Peneliti Judul penelitian Hasil Penelitian
1 Aviantara The Association Hasil dari penelitian ini menunjukkan
(2021) Between Fraud bahwa financial stability, director change,
hexagon and audit fee, e-procurement, change in audit
Governmen's committee, whistleblowing system, dan
Fraudulent Financial government's ownership berpengaruh
Report terhadap fraudulent financial report.
Sedangkan CEO Education, dan CEO
Military tidak berpengaruh terhadap
fraudulent financial statement.

2 Hartadi Pengaruh Fraud Hasil dari penelitian ini menunjukkan


(2022) Hexagon terhadap bahwa external pressure, ineffective
Fraudulent Financial monitoring, dan change in auditor
Statement pada berpengaruh terhadap fraudulent financial
Perusahaan BUMN statement. Sedangkan financial target,
Indonesia yang financial stability, institusional ownership,
Terdaftar di BEI quality of external audit, commissioners in
Tahun 2018-2021 the audit committee, change in director,
quality of CEO, frequent number of CEO's
picture tidak berpengaruh terhadap
fraudulent financial statement.

3 Lionardi & Pendeteksian Hasil dari penelitian ini menunjukkan


Suhartono Kemungkinan bahwa director change dan nature of
(2022) Terjadinya industry berpengaruh terhadap fraudulent
Fraudulent Financial financial statement.Sedangkan financial
Statement stability, change in auditor, frequent of
Menggunakan Fraud number of CEO's picture, dan collusion
Hexagon tidak berpengaruh terhadap fraudulent
financial statement

4 Rianghepat Pengaruh Rasio Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


& Keuangan dan liquidity ratio, dan capital turnover
Hendrawati Komite Audit berpengaruh terhadap kecurangan laporan
(2021) Terhadap keuangan. Sedangkan leverage dan komite
Kecurangan audit tidak berpengaruh terhadap
Laporan Keuangan kecurangan laporan keuangan.
Pada Perusahaan
Telekomunikasi
22

5 Haqqi & Kemampuan Rasio Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Tarjo (2015) Liquiditas dan rasio likuiditas, dan profitabilitas
Profitabilitas untuk berpengaruh dalam mendeteksi fraud
Mendeteksi Fraud laporan keuangan.
Laporan Keuangan
6 Sabaruddin Kemampuan Fraud Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
(2021) Diamond dalam financial stability, ineffective monitoring,
Mendeteksi change in director tidak berpengaruh
Kecurangan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Pelaporan Keuangan Change in auditor berpengaruh terhadap
dengan Ukuran kecurangan laporan keuangan. Sedangkan
Perusahaan sebagai ukuran perusahaan tidak dapat memoderasi
Variabel Moderasi pengaruh financial stability, ineffective
monitoring, change in auditor dan change
in director terhadap kecurangan laporan
keuangan.

7 Septriani & Mendeteksi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Handayani Kecurangan financial stability, financial
(2018) Laporan Keuangan target,ineffective monitoring, rasionalisasi
dengan Analisis berpengaruh terhadap kecurangan laporan
Fraud Pentagon keuangan perusahaan perbankan,
sedangkan external pressure, nature of
industy, ceo's picture, director change,
change in auditor tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan
pada perusahaan perbankan. Pada
perusahaan manufaktur financial stability,
external pressure, change in auditor,
director change berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan, sedangkan
financial target, ineffective monitoring,
nature of industry, rasionalisasi, ceo's
picture tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan.

8 Widyanti & Analisis Rasio Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Nuryatno Keuangan Sebagai leverage, profitability, capital turnover
(2018) Deteksi Kecurangan berpengaruh terhadap kecurangan laporan
Laporan Keuangan keuangan, sedangkan asset composition
Perusahaan Barang dan liquidity tidak berpengaruh terhadap
Konsumsi Yang kecurangan laporan keuangan.
Terdaftar di BEI
23

9 Saiful et al., Deteksi Financial Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


(2017) Statement Fraud financial leverage, financial target, capital
Dengan Analisis turnover berpengaruh terhadap kecurangan
Fraud Triangle Pada laporan keuangan, sedangkan stabilitas
Perusahaan Aneka keuangan, nature of industry, ineffective
Industri yang moitoring, audit opinion tidak berpengaruh
Terdaftar di BEI terhadap kecurangan laporan keuangan.
Periode 2012-2015

10 Wahyuni & Fraud Triangle Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Budiwitjakso Sebagai Pendeteksi change in auditor berpengaruh terhadap
no (2017) Kecurangan kecurangan laporan keuangan, sedangkan
Laporan Keuangan financial stability, external pressure,
financial target, nature of industry,
ineffective monitoring tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.

11 Pambudi & Analisis Liquiditas, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Nurbaiti Financial Leverage, likuiditas, financial leverage, personal
(2019) Personal Financial financial need berpengaruh terhadap
Need, dan Kualitas fraudulent financial statement
Audit dalam
Mendeteksi Potensi
Risiko Fraudulent
Financial Statement
12 Pribadi et al., Rasio-Rasio Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(2018) Keuangan dalam debt to equity ratio, debt to total asset
Memprediksi ratio, net profit to revenue rati, working
Kecurangan capital to total asset ratio, revenue to total
asset ratio berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan, sedangkan
receivable to revenue ratio, inventory to
total asset ratio tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.

13 Janrosl & Analisis Faktor- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Yuliadi Faktor Yang likuiditas dan profitabilitas berpengaruh
(2019) Mempengaruhi terhadap financial statement fraud,
Financial Statement sedangkan capital turnover dan financial
Fraud Pada leverage tidak berpengaruh terhadap
Perusahaan financial statement fraud.
Perbankan
24

14 Carla & Deteksi Fraudulent Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


Pengestu Financial Reporting financial target, external pressure,
(2021) Menggunakan Fraud personal financial need, nature of industry,
Pentagon change in auditor, ceo duality berpengaruh
terhadap fraudulent financial reporting,
sedangkan financial stability, ineffective
monitoring, change in director tidak
berpengaruh terhadap fraud financial
reporting.
15 Widyatama Analisis Pengaruh Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
& Setiawati Fraud Pentagon CEO Duality, change of board director
(2021) Theory Terhadap berpengaruh terhadap fraudulent financial
Fraudulent Financial reporting, sedangkan number of
Reporting Pada independent directors, leverage,change in
Perusahaan auditor tidak berepengaruh terhadap
Perbankan yang fraudulent financial reporting.
Terdaftar di BEI
Periode 2014-2019
16 Murtanto & Pengaruh Fraud Financial stability, personal financial
Sandra Diamond dalam needed, financial target, nature of industry,
(2019) Mendeteksi Tingkat ineffective monitoring berpengaruh dalam
Accounting mendeteksi tingkat accounting
Irreguralities dengan irreguralities. Sedangkan external
Komite Audit; pressure, change in auditor, dan capability
tidak memiliki pengaruh terhadap
pendeteksian tingkat accounting
irreguralities. Komite audit memperlemah
pengaruh financial stability, personal
financial needed, financial target, external
pressure, nature of industry, ineffective
monitoring, change in auditor, dan
capability terhadap pendeteksian tingkat
accounting irreguralities.
17 Mukaromah Fraud Hexagon Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
& Theory dalam financial stability, financial target,
Budiwitjakso Mendeteksi ineffective monitoring berpengaruh dalam
no (2021) Kecurangan mendeteksi kecurangan laporan keuangan,
Laporan Keuangan sedangkan external pressure, cooperation
pada Perusahaan with government projects, change
Perbankan yang directors, change auditors, TATA Ratio,
Terdaftar di BEI external auditors quality, existence of
tahun 2015-2019 companies tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan.
25

18 Maryani Fraud Hexagon Hasil penelitian ini menunjukan bahwa


dkk., (2021) Elements as a financial stability, audit internal ,
Determination of ineffective monitoring berpengaruh
Fraudulent Financial terhadap kecurangan laporan keuangan.
Reporting in Sedangkan external pressure, change in
Financial Sector auditor, quality of external audit, financial
Services target, opini audit, director change, photo
ceo, dan fee audit tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.
19 Novitasari & Analisis Faktor Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Chariri Faktor Yang bahwa financial stability, financial target,
(2018) Mempengaruhi external pressure, nature of industry,
Financial Statement ineffective monitoring, dan pergantian
Fraud Dalam direksi tidak mempengaruhi financial
Perspektif Fraud statement fraud. Sedangkan change in
Pentagon auditor dan frequent number of CEO’s
picture berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan.
20 Nurbaiti & Analisis Pengaruh Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Hanafi Fraud Diamond bahwa financial stability, external presure,
(2017) dalam Mendeteksi personal financial needed, nature of
Tingkat Accounting industry, ineffective monitoring tidak
Irregularities memiliki pengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Sedangkan change in
auditor dan pergantian direksi memiliki
pengaruh terhadap pendeteksian
kecurangan laporan keuangan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori dan berbagai macam penelitian terdahulu, untuk

menggambarkan hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen

dalam penelitian ini maka dikemukakan suatu kerangka pemikiran. Penelitian ini

menggunakan tujuh variabel proksi independen yaitu financial distress,

financial stability merupakan proksi dari elemen kecurangan pertama yaitu

tekanan. Ineffective monitoring merupakan proksi dari elemen kecurangan

kedua yaitu kesempatan (opportunity). Change in auditor merupakan proksi dari

elemen kecurangan ketiga yaitu Rationalization. Change in director merupakan


26

proksi dari capability. CEO Duality merupakan proksi dari Arrogance.

Whistleblowing system merupakan proksi dari Collusion. Selanjutnya variabel

dependen penelitian, yaitu fraudulent financial reporting. Dari uraian landasan

teori yang sudah dijelaskan dan diuraikan sebelumnya, maka berikut ini

merupakan kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:
27

Financial Distress (X1) H1

Pressure
Financial Stability (X2) H2

Opportunity
Ineffective Monitoring
(X3) H3

Fraudulent
Rationalization
H4 Financial
Change in Auditor (X4)
Statement

Capability H5
Change in Director (X5)

Arrogance H6
CEO Duality (X6)

H7
Collusion
Whistleblowing System
(X7)

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis


28

2.4 Pengembangan Hipotesis


2.4.1 Elemen Financial Distress
Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang
terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Pihak manajemen
perusahaan akan mendapat tekanan yang besar jika kondisi keuangan perusahaan
berada pada kondisi kesulitan keuangan bahkan menuju kebangkrutan, sehingga
manajemen akan terdorong untuk melakukan praktik kecurangan agar citra
perusahaan tetap baik dimata investor atau pemegang saham (Annafi & Yudowati,
2021). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2017),
Annafi & Yudowati (2021), Pratama & Puspitasari (2022), Saputri & Achmad
(2017) yang berpendapat bahwa manajer akan mendapat tekanan yang besar dan
harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada pemegang saham, sehingga
pada saat perusahaan berada pada situasi kesulitan keuangan manajemen akan
terdorong untuk melakukan manipulasi untuk menutupi kondisi keuangan
perusahaan yang sebenarnya. Sehingga hipotesis pertama sebagai berikut:

H1: Financial Distress berpengaruh positif terhadap fraudulent financial


statement

2.4.2 Elemen Tekanan


Munculnya ketidakstabilan keuangan dapat dipicu dengan berbagai macam
penyebab dan aktivitas yang berasal dari kondisi industri, politik, maupun kondisi
ekonomi (Lionardi & Suhartono, 2022). Manajemen seringkali mendapatkan
tekanan untuk menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu mengelola aset
dengan baik sehingga keuntungan yang dihasilkan juga banyak dan nantinya akan
menghasilkan return yang tinggi pula untuk investor. Jika kondisi stabilitas
keuangan berada pada posisi yang rendah atau bahkan tidak stabil, maka
memungkinkan terjadinya kecurangan laporan keuangan semakin tinggi.
(Septriani & Handayani, 2018).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtanto & Sandra
(2019), Maryani et al. (2022), Aviantara (2021), Chantia et al. (2021), dan
Septriani & Handayani (2018) yang menyimpulkan bahwa pentingnya kondisi
stabilitas keuangan tersebut maka akan mendorong manajemen melakukan
29

manipulasi. Ketika terjadi penurunan nilai aset yang signifikan mengindikasikan


bahwa kecurangan sedang terjadi, karena rendahnya nilai aset perusahaan
menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak stabil. Sehingga dapat
ditarik hipotesis sebagai berikut:

H2: Financial Stability berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial


statement.

2.4.3 Elemen Kesempatan


Terjadinya tindak kecurangan disebabkan karena adanya kesempatan atau
peluang yang disebabkan oleh lemahnya kontrol dan pengawasan perusahaan
terhadap aktivitas perusahaan (Wahyuni & Budiwitjaksono, 2017). Kontrol
perusahaan erat kaitannya dengan dewan komisaris, karena dewan komisaris
memiliki wewenang dalam mengawasi operasional perusahaan (Mukaromah &
Budiwitjaksono, 2021). Dibutuhkannya peran dari dewan komisaris independen
untuk melakukan pengawasan yang lebih dalam suatu perusahaan agar tindak
kecurangan dapat diminimalisir. Penelitian Murtanto & Sandra (2019), Septriani
& Handayani (2018), Meidijati & Nuryatno (2022), Hartadi (2022), dan Maryani et
al. (2022) membuktikan bahwa kecurangan laporan keuangan dapat terjadi karena
kurangnya pengawasan atau kontrol dari perusahaan. Sehingga dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H3: Ineffective monitoring berpengaruh negatif terhadap fraudulent
financial statement.

2.4.4 Elemen Rasionalisasi


Rasionalisasi merupakan sikap, karakter, maupun watak individu yang
membenarkan suatu tindakan yang salah. Shelton (2014) menyatakan bahwa
rasionalisasi atau pembenaran merupakan sikap yang memperbolehkan atau
menganggap wajar apabila seseorang melakukan kecurangan.
Adanya pergantian auditor pada suatu entitas adalah upaya dalam
menghilangkan tindak kecurangan yang terjadi pada suatu entitas (Mukaromah &
Budiwitjaksono, 2021), hal ini dikarenakan auditor yang terdahulu sudah lebih
memahami lini bisnis suatu entitas sehingga lebih memungkinkan dalam
30

mendeteksi segala kecurangan yang terjadi pada perusahaan (Wahyuni &


Budiwitjaksono, 2017). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
sering melakukan pergantian auditor, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
terindikasi sedang melakukan kecurangan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti & Hanafi
(2017), Aviantara (2021), Novitasari & Chariri (2018), Hartadi (2022), Wahyuni
& Budiwitjaksono (2017), yang menyatakan bahwa change in auditor
berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan. Sehingga dapat
ditarik hipotesis sebagai berikut:
H4: Change in auditor berpengaruh positif terhadap fraudulent financial
statement

2.4.5 Elemen Kapabilitas


Salah satu faktor pendukung terjadinya tindak kecurangan pada suatu
entitas yaitu jika adanya pergantian atau perubahan direksi, karena tidak
selamanya perubahan dari direksi pada suatu entitas akan mendorong kinerja
entitas menjadi lebih baik, adanya perubahan tersebut akan menimbulkan stress
period sehingga ada kemungkinan terjadinya kecurangan (Septriani &
Handayani, 2018). Menurut Wolfe & Hermanson (2004) yang mencetuskan
elemen ke empat dalam pendeteksian fraud ini berpendapat bahwa adanya
pergantian dari direksi di suatu perusahaan merupakan wujud adanya conflict of
interest.
Uraian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nurbaiti & Hanafi (2017), Aviantara (2021), Widyatama & Setiawati (2021),
Septriani & Handayani (2018), Lionardi & Suhartono (2022), Larum et al.
(2021) yang menyebutkan bahwa apabila semakin sering perusahaan melakukan
pergantian direksi maka mengindikasikan kecurangan laporan keuangan juga
semakin tinggi. Sehingga dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H5: Change in director berpengaruh positif terhadap fraudulent financial
statement.
31

2.4.6 Elemen Arogansi


Sikap superioritas yang muncul dari adanya keyakinan bahwa tindak
kecurangan tidak akan terdeteksi merupakan cerminan dari sifat ego yang
dimiliki seseorang. Seseorang yang memiliki jabatan ganda di suatu perusahaan
akan menimbulkan sifat arrogance akan jabatan yang dimilikinya. Dengan
jabatan tersebut seseorang akan leluasa dalam melakukan tindak kecurangan.
CEO Duality di Indonesia dapat diartikan sebagai penggunaan sistem
kekerabatan atau kekeluargaan dalam penempatan antara dewan direksi, dewan
komisaris ataupun jabatan lainnya. Adanya rangkap jabatan yang dimiliki akan
memebrikan wewenang yang lebih besar dalam menyesuaikan laporan
keuangan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meidijati & Nuryatno
(2022), Widyatama & Setiawati (2021), Siregar (2019), Yang et al. (2017), Carla
& Pangestu (2021) yang membuktikan bahwa apabila CEO duality pada suatu
perusahaan tinggi maka indikasi kecurangan laporan keuangan juga semakin
tinggi.
Menurut Phandeirot, (2017) jika terdapat rangkap jabatan atau CEO
Duality pada perusahaan, maka akan menurunkan kinerja perusahaan, jika CEO
merangkap jabatan sebagai dewan komisaris atau berkedudukan sebagai
chairman maka evaluasi terhadap kinerja CEO juga tidak bisa objektif. Kondisi
ini akan menyebabkan kinerja keuangan menajdi kurang baik karena perusahaan
akan selalu dikondisikan baik meskipun sebenarnya perusahaan sedang berada
pada kondisi kurang baik, dan lambat laun akan mempengaruhi penurunan
kinerja perusahaan kedepannya. Penurunan kinerja ini akan mendorong
terjadinya tindak kecurangan laporan keuangan guna menutupi kondisi
sebenarnya pada perusahaan. Sehingga dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H6: CEO Duality berpengaruh positif terhadap fraudulent financial
statement
32

2.4.7 Elemen Kolusi


Pemerintah telah banyak melakukan upaya agar dapat mencegah,
mendeteksi serta menanggulangi korupsi, kolusi, dan nepotisme. Adapun sistem
sebagai alternatif solusi untuk pendeteksian dan pencegahan kecurangan yaitu
dengan menerapkan whistleblowing system. Sekarang ini sudah banyak
perusahaan yang menarapkan sistem ini sebagai salah satu tindakan dalam
mendeteksi adanya kecurangan dalam suatu entitas. Berdasarkan data pada
laporan Survei Fraud Indonesia (2019), persentasi penerapan whistleblowing
system sebesar 22,6% dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem ini cukup
efektif.
Sejalan dengan penelitian Puspitanisa & Purnamasari (2021), Aviantara
(2021), Hanifah & Clyde (2022) yang menyimpulkan bahwa keberadaan
whistleblowing bukan hanya sebagai saluran pelaporan kecurangan, namun juga
dapat sebagai bentuk pengawasan oleh perusahaan. Semakin efektif
whistleblowing system yang diterapkan perusahaan maka semakin baik dalam
pencegahan fraud. Sehingga dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:
H7: Whistleblowing System berpengaruh positif terhadap fraudulent
financial statement
33

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel


Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 810 perusahaan. Pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik puposive sampling.
Adapun kriteria yang digunakan sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
mengalami permasalahan dan kecurangan periode 2017-2021
a. Perusahaan yang memiliki riwayat melakukan kecurangan dan sudah
diberikan sanksi regulator.
b. Perusahaan yang mendapat notasi khusus dengan kode B, M, A, D, S, V,
dari Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan yang tidak delisting atau tidak disuspend di Bursa Efek
Indonesia selama periode penelitian tahun 2017-2021

3. Perusahaan yang menyajikan annual report secara berturut-turut selama


periode 2017-2021

Berdasarkan data pada Bursa Efek Indonesia, perusahaan yang dijadikan


populasi dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan memiliki riwayat
melakukan tindakan kecurangan, serta 32 perusahaan yang mendapat notasi
khusus oleh BEI. Perusahaan yang disuspen sebanyak 15 perusahaan, perusahaan
yang delisting sebanyak 3 perusahaan, perusahaan yang dibekukan kegiatan
usahanya oleh OJK sebanyak 1 perusahaan, perusahaan yang baru beroperasi pada
tahun 2020 sebanyak 1 perusahaan dan yang tidak menyajikan annual report
secara berturut-turut selama periode penelitian sebanyak 4 perusahaan. Sehingga
total sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 perusahaan, dengan
34

periode pengamatan selama 5 tahun maka data penelitian yang akan digunakan
sebanyak 100.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dan data yang digunakan
adalah data sekunder yaitu jenis data yang digunakan pada penelitian. Data pada
penelitian diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang memiliki riwayat
melakukan kecurangan dan perusahaan yang mendapat notasi khusus dengan kode
B, M, A, D, S, V, dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang didapat pada web
www.idx.co.id selama periode 2017-2021.

3.3. Operasional Variabel


3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat yang digunakan pada penelitian ini adalah kecurangan
laporan keuangan. Diukur dengan menggunakan variabel dummy, kategori
tersebut yaitu berdasarkan asumsi, jika perusahaan memiliki riwayat melakukan
kecurangan laporan keuangan di beri nilai atau point “1”, selanjutnya perusahaan
yang yang tidak memiliki riwayat kecurangan laporan keuangan bernilai “0”.

3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Penelitian ini menggunakan tujuah variabel proksi independen yaitu


financial distress, financial stability merupakan proksi dari elemen kecurangan
pertama yaitu tekanan. Ineffective monitoring merupakan proksi dari elemen
kecurangan kedua yaitu kesempatan (opportunity). Change in auditor merupakan
proksi dari elemen kecurangan ketiga yaitu Rationalization. Change in director
merupakan proksi dari capability. CEO Duality merupakan proksi dari
Arrogance. Whistleblowing system merupakan proksi dari Collusion.
35

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Independen

Variabel Pengukuran Skala

Z-Score = 0.717 T1 + 0,847 T2 + 3.107 T3 + 0.420


Financial Distress (X1) Rasio
T4 + 0.998 T5

Z-Score > 2,60 perusahaan dianggap aman


Z-Score 1,1 < Z-Score < 2,60 grey area
Z-Score < 1,1 perusahaan tidak aman
Elemen Financial Rasio
Tekanan Stability
(X2)
Elemen Ineffective Rasio
Kesempatan Monitoring
(X3)

Elemen Change in Variabel dummy, jika perusahaan melakukan Nominal


Rasionalisasi Auditor pergantian auditor = 1. Jika perusahaan tidak
(X4) melakukan pergantian auditor = 0
Elemen Director Variabel dummy, jika terdapat pergantian Nominal
Kapabilitas Change direksi perusahaan = 1. Jika tidak terdapat
(X5) pergantian direksi = 0
Elemen CEO
Variabel dummy, jika terdapat CEO Duality pada Nominal
Arogansi Duality
perusahaan = 1. Jika tidak terdapat CEO Duality
(X6) pada perusahaan = 0
Elemen Whistleblo Variabel dummy, jika terdapat laporan pada sistem Nominal
Kolusi wing WBS = 1. Jika tidak terdapat laporan pada sistem
System WBS = 0
(X7)

3.4 Metode Analisis Data


3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
data yang dilihat mean, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum
(Ghozali, 2011). Statistik deskriptif ini untuk menggambarkan variabel yang
ada dalam penelitian, dengan variabel dependen kemungkinan kecurangan
laporan keuangan dan variabel independen financial distress, financial stability,
ineffective monitoring, change in auditor, change in director, CEO duality, dan
whistleblowing System
3.4.2 Analisis Regresi Logistik
Regresi logistik merupakan bentuk khusus dimana variabel dependennya
terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner), walaupun formulanya dapat
36

saja lebih dari dua kelompok. Regresi logistic binary digunakan untuk
menemukan persamaan regresi dimana variabel dependennya bertipe kategorial
dua pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua pilihan seperti tidak setuju,
setuju, dan sangat setuju. Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan
lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2011).
Regresilogistik juga mengabaikan heteroscedacity, artinya variabel dependen
tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya.
Adapun model digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Kecurangan laporan keuangan

α = Konstanta

= Koefisien regresi masing-masing indikator

X1 = Financial Distress

X2 = Financial Stability

X3 = Ineffective monitoring

X4 = Change in auditor

X5 = Change in director
X6 = CEO Duality
X7 = Whistleblowing System
= Kesalahan residual

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan


sebagai berikut:

3.4.2.1 Uji Kelayakan Model Regresi


Pengujian kelayakan model regresi berguna untuk mengetahui apakah
semua variabel independen secara bersama-sama dapat memprediksi variabel
dependen atau tidak. Kelayakan model regresi ini dinilai dengan menggunakan
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit test. Model ini digunakan untuk
37

menguji hipotesis nol bahwa data empiris sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Adapun
hasilnya jika (Ghozali, 2013):

a. Hal ini berarti terdapat perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak
dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0.05
maka hipotesis ditolak.

b. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih
besar dari 0.05 maka hipotesis nol diterima dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat
diterima karena sesuai dengan data observasinya.

3.4.2.2 Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)


Uji ini berguna untuk menilai model yang telah dihipotesiskan apakah telah
fit atau tidak dengan data. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit
adalah:

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data.

Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data, maka H0 harus diterima atau
Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi Likelihood.
Likelihood (L) dari model merupakan probabilitas bahwa model yang
dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan
hipotesis alternatif, L di transformasikan menjadi -2LogL. Dengan alpha 5%, cara
menilai model fit ini adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti
bahwa model fit dengan data.

2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti
bahwa model tidak fit dengan data.
38

Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal (initial -2LL function) dengan nilai
-2LogL pada langkah berikutnya (-2LogL akhir) menunjukkan bahwa model yang
dihipotesiskan fit dengan data (Widarjono, 2010:139).

3.4.2.3 Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi menunjukkan nilai Nagelkerke R Square yang dapat
diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda. Nagelkerke R
Square adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
variable independen mampu menjelaskan dan mempengaruhi variable dependen.
Negelkerke R Square memodifikasi koefisien Cox dan Snell R Square untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini
dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R Square pada regresi
berganda. Nilai yang besar atau semakin mendekati nilai 1 maka model dianggap
semakin goodness of fit atau menunjukkan bahwa variable independen dapat
menjelaskan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variable dependen. Sementara itu, apabila nilainya kecil atau semakin mendekati
nilai 0 maka model dianggap semakin tidak goodness of fit atau dengan kata lain
menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variable dependen sangat terbatas (Ghozali,2011).

3.4.3 Uji Hipotesis Penelitian


Dalam mengetahui adanya pengaruh antara masing-masing variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) pada penelitian ini menggunakan
uji hipotesis dengan dua tahap, yaitu dengan menggunakan uji multivariate dan uji
univariate.

3.4.3.1 Uji Multivariat


Pengujian multivariat yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
logistic regression untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Pengujian ini digunakan untuk melihat peluang perusahaan tersebut
dalam melakukan kecurangan atau tidak.

3.4.3.2 Uji Univariat


Pengujian univariat digunakan untuk lebih memastikan hasil dari pengujian
multivariat yang mana berfungsi untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang
39

signifikan pada variabel independen berdasarkan kelompok perusahaan yang


melakukan kecurangan atau tidak melakukan kecurangan. Dengan kata lain,
menguji apakah working capital to total asset ratio, retained earning to total asset
ratio, profitability ratio, market value of equity to total liability ratio, sales to
total asset ratio, financial stability, ineffective monitoring, change in auditor,
change in director, CEO Duality, dan Whistleblowing System mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan suatu perusahaan dalam
melakukan kecurangan laporan keuangan.

Sebelum melakukan uji univariate, harus dilakukan terlebih dahulu uji


normalitas data dengan menggunakan One-Sample Kolmogrov Smirnov test.
Untuk data yang terdistribusi normal, pengujian yang akan dilakukan adalah
Independent-Sample T Test. Sedangkan untuk data yang tidak normal dilakukan
pengujian Mann-Whitney Test.
61

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial distress dan
keenam elemen dari fraud hexagon terhadap kecurangan laporan keuangan.
Analisis yang telah dilakukan terhadap 20 perusahaan yang memiliki riwayat
melakukan kecurangan serta sudah diberikan sanksi oleh OJK, dan perusahaan
yang mendapat notasi khusus dari BEI selama periode 2017-2021.
Berdasarkan hasil analisis pembahasan penelitian yang sudah dikemukakan
pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan
variabel independen yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya kecurangan
laporan keuangan, hanya terdapat 3 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Variabel tersebut diantaranya variabel ineffective
monitoring (X3), variabel change in director (X5), dan variabel whistleblowing
System (X7). Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Dari variabel yang berpengaruh tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pengawasan rendah yang
dilihat dari masih adanya perusahaan yang belum memiliki peran dewan
komisaris independen, terdapat pergantian direksi yang mana pergantian ini
digunakan untuk menghilangkan jejak kecurangan yang dilakukan direksi
sebelumnya, dan penerapan whistleblowing yang rendah akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan laporan keuangan.

5.2. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini yang berdampak pada hasil penelitian dan
dapat menjadi arah perbaikan untuk penelitian berikutnya, diantaranya yaitu :
1. Pada penelitian ini hanya menggunakan 20 sampel perusahaan, yang mana 7
perusahaan yang memiliki riwayat melakukan kecurangan yang sudah
diberikan sanksi regulator oleh OJK, dan 13 sisanya perusahaan yang
62

mendapat notasi khusus dari BEI. Namun keterbatasan dari jumlah sampel
tersebut dimitigasi dengan periode pengambilan data selama 5 tahun yaitu
tahun 2017 hingga 2021.
2. Perlu pengujian lebih lanjut pada penelitian berikutnya terkait variabel
independen financial distress yang mana variabel ini masih jarang dilakukan
pengujiannya terhadap kecurangan laporan keuangan.
3. Pada penelitian ini dari ketujuh variabel independen hanya 3 variabel yang
diukur dengan menggunakan rasio, dan 4 variabel sisanya menggunakan
variabel dummy. Sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat
menemukan proksi variabel dengan menggunakan skala rasio.

5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, selanjutnya dapat diusulkan saran yang
diharapkan akan bermanfaat bagi peneliti berikutnya, yaitu :
1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas sampel penelitian baik
dari jumlah sampel yang digunakan maupun sektor atau industri.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan pengujian lebih
lanjut terkait keterbaharuan variabel pada penelitian ini yaitu variabel
financial distress.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mempertimbangkan variabel-
variabel baru lainnya yang mungkin mempengaruhi kecurangan laporan
keuangan untuk meningkatkan pengetahuan terkait faktor-faktor penyebab
terjadinya kecurangan laporan keuangan di Indonesia.
63

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. (2017). Earnings Fraud and Financial Stability. Asia Pasific Fraud
Journal, 2(1), 117–134. https://doi.org/10.21532/apfj.001.17.02.01.010
Ajekwe, C. C. M., & Ibiamke, A. (2017). Accounting frauds: A review of
literature. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 22(04), 38–47.
https://doi.org/10.9790/0837- 2204083847

Altman, E. (1968). Financial Ratios: Determinant Analysis and the Prediction of


Coorporate Bankruptcy . The Journal Of Finance , 589-609.
Annafi, G. D., & Yudowati, S. P. (2021). Analisis Financial Distress ,
Profitabilitas dan Materialitas Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan.
Jurnal Akuntansi Kompetif, 4(1).
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). 2022. Report to The Nations:
Global Study on Occupational Fraud And Abuse. Diunduh dari
http://www.acfe.com/report-to-the-nations/2022/.

Aviantara, R. (2021). The Association Between Fraud Hexagon and


Government’s Fraudulent Financial Report. Asia Pacific Fraud Journal,
6(1), 26. https://doi.org/10.21532/apfjournal.v6i1.192

Baimwera, B., & Muriuki, A. M. (2014). Analysis of corporate financial distress


determinants: A survey of non-financial firms listed in the NSE. International
Journal of Current Business and Social Sciences, 1(2), 58–80
Beneish. M.D. 1999. The Detection of Earning manipulation. Financial Analyst
Journal.

Beneish, Messod D., Charles M.C. Lee, D. Craig Nichols, 2013. Fraud Detection
Expected Returns. Social Science Research Network.

Carla, C., & Pangestu, S. (2021). Deteksi Fraudulent Financial Reporting


Menggunakan Fraud Pentagon. Ultimaccounting : Jurnal Ilmu Akuntansi,
13(1), 125–142. https://doi.org/10.31937/akuntansi.v13i1.1857
Chantia, D., Guritno, Y., & Sari, R. (2021). Detection of Fraudulent Financial
Statements : Fraud Hexagon S.C.C.O.R.E Model Approach. Business
Management, Economic, and Accounting National Seminar, 2(3), 594–613.

Christian, N., Resnika, R., Yukie, H., Sitorus, R., Angelina, V., Sherly, S., &
Febrika, F. (2022). Pendeteksian Fraudulent Financial Reporting Dengan
Earnings Manipulation Financial Shenanigans: Studi Kasus Pt Envy
64

Technologies Indonesia Tbk. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 7(1), 14–
50. https://doi.org/10.38043/jiab.v7i1.3543
Cressey, D. 1953. Other people's money: a Study in the Social Psychology of
Emblezzlement. Glencoe, IL: Free Press.

Dalnial, H., Kamaluddin, A., Mohd, Z., & Syafiza, K. (2014). Accountability in
financial reporting : detecting fraudulent firms. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 145, 61–69.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.06.011
Damajanti, A., Wulandari, H., & Rosyati, R. (2021). Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Sektor Perdagangan Eceran Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2018. Solusi, 19(1), 29–44.
https://doi.org/10.26623/slsi.v19i1.2998
Deviesa, D., & Lemmuela Putri, L. (2017). Pengaruh CEO Duality Terhadap
Financial Performance dengan Earnings Management Sebagai Variabel
Intervening. Business Accounting Review, 5(1), 169–180.
Erdoğan, M., & Erdoğan, E. O. (2020). Financial statement manipulation: A
Beneish Model application. Contemporary Issues in Audit Management and
Forensic Accounting, 102, 173–188. https://doi.org/10.1108/s1569-
375920200000102014
Felicia, Y. (2022). Faktor Resiko Fraud Terhadap Kecurangan Pelaporan
Keuangan Berdasarkan Theory Fraud Pentagon. Accounthink : Journal of
Accounting and Finance, 7(01), 29–38.
https://doi.org/10.35706/acc.v7i01.6189
Feltham, G. A., & Ohlson, J. A. (1995). Valuation and clean surplus accounting
for operating and financial activities. Contemporary Accounting Research,
11.
Ganguli, S. K. (2008). Accounting earning, book value and cash flow in equity
valuation: an empirical study on CNX NIFTY companies. Retrieved May 21,
2009, from http://www.papers.ssrn.com/.
General Accounting Office (2012). Financial Statement Restatements: Trends,
Market Impact, Regulatory Responses, and Remaining Challenges. General
Accounting.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: BP Universitas Diponegoro.

Handayani, N., Evana, E., & Prasetyo, T. J. (2022). Determination of Fraudulent


Financial Statement in Indonesia. Saudi Journal of Economics and Finance,
6(2), 51–56. https://doi.org/10.36348/sjef.2022.v06i02.002
65

Hanifah, I. A., & Clyde, V. (2022). The Effect of Whistlebowing System toward
Fraud Prevention: Medition of Forensic and Investigative Audit. AFRE
(Accounting and Financial Review), 5(2), 97–105.
Haqqi, R. I., Alim, M. N., & Tarjo. (2015). Kemampuan Rasio Likuiditas Dan
Profitabilitas Untuk Mendeteksi Fraud Laporan Keuangan. Jaffa, 03(1), 31–
42.
Hartadi, B. (2022). Pengaruh Fraud Hexagon terhadap Fraudulent Financial
Statements pada Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang
Terdaftar di Bei pada Tahun 2018-2021. 6, 14883–14896.
Hery, S.E. (2016) Auditing and Asurans. Jakarta: PT Grasindo.

Hidayah, E., & Saptarini, G. D. (2019). Pentagon Fraud Analysis in Detecting


Potential Financial Statement Fraud of Banking Companies in Indonesia.
International Conference on Acoounting, Business, & Economics, 3(2010),
89–102.
Janrosl, V. S. E., & Yuliadi. (2019). Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Financial Statement Fraud Pada Perusahaan Perbankan. Jurnal Akuntansi
Keuangan Dan Bisnis, 12(1), 1–8. https://doi.org/10.35143/jakb.v12i1.2485
Januanto, M. I. M. (2015). Analisis Fraud Diamond Terhadap Pendeteksian
Financial Statement Fraud Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel
Moderasi, 2(2), 1–13.

Jensen, Michael C & Meckling, William H. 1976. Theory of The Firm:


Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, Volume 3.

Juhaeriah, J., Abbas, D. S., & Hakim, M. Z. (2021). Pengaruh Sales Growth, Arus
Kas, Ukuran Perusahaan,Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional Terhadap Financial Distress. 359–369.
https://doi.org/10.32528/psneb.v0i0.5188

Kaminski, K. A., Wetzel, T. S., Guan, L., & Kaminski, K. A. (2008). Can
financial ratios detect fraudulent financial reporting ? Managerial Auditing
Journal Emerald Insight, 19(1), 55–28.
https://doi.org/10.1108/02686900410509802

Kementerian Keuangan. (2019). Siaran Pers: Menkeu jatuhkan sanksi auditor


laporan keuangan Garuda Indonesia.
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-menkeu-
jatuhkan-sanksi-auditor-laporan-keuangan-garuda-indonesia/

Larum, K., Zuhroh, D., & Subiyantoro, E. (2021). Fraudlent Financial Reporting:
Menguji Potensi Kecurangan Pelaporan Keuangan dengan Menggunakan
Teori Fraud Hexagon. AFRE (Accounting and Financial Review), 4(1), 82–
94. https://doi.org/10.26905/afr.v4i1.5818
66

Lionardi, M., & Suhartono, S. (2022). Pendeteksian Kemungkinan Terjadinya


Fraudulent Financial Statement menggunakan Fraud Hexagon. Moneter -
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 9(1), 29–38.
https://doi.org/10.31294/moneter.v9i1.12496
Maryani, N., Kusuma Natita, R., & Herawati, T. (2022). Fraud Hexagon Elements
as a Determination of Fraudulent Financial Reporting in Financial Sector
Services. Budapest International Research and Critics Institute Journal,
5(1), 4300–4314. https://doi.org/10.33258/birci.v5i1.4136
Meidijati, A., & Nuryatno, M. (2022). Detecting Fraudulent Financial Reporting
Through Hexagon Fraud Model : Moderating Role of Income Tax Rate.
International Journal of Social And Management Studies (IJOSMAS), 3(2),
311–322.
Mukaromah, I., & Budiwitjaksono, G. S. (2021). Fraud Hexagon Theory dalam
Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan pada Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019. Jurnal Ilmiah Komputerisasi
Akuntansi, 14(1), 61–72.
http://journal.stekom.ac.id/index.php/kompakpage61
Murtanto, & Sandra, D. (2019). Pengaruh Fraud Diamond dalam Mendeteksi
Tingkat Accounting Irreguralities, 19(2), 209–225.

Muslimin, D. W., & Bahri, S. (2023). Pengaruh GCG, Ukuran Perusahaan, dan
Sales Growth Terhadap Financial Distress. Owner Riset Dan Jurnal
Akuntansi, 7, 301. https://doi.org/https://doi.org/10.33395/owner.v7il.1249

Novitasari, A. R., & Chariri, A. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud
Pentagon, 7, 1–15.

Nurbaiti, Z., & Hanafi, R. (2017). Analisis Pengaruh Fraud Diamond dalam
Mendeteksi Tingkat Accounting Irreguralities, 6(2), 167–184.

Pambudi, K. R., & Nurbaiti, A. (2019). Analisis Liquiditas, Financial Leverage,


Personal Financial Need, dan Kualitas Audit dalam Mendeteksi Potensi
Risiko Fraudulent Financial Statement. Jurnal Ilmiah Management, 6(2),
2939–2946.
Phandeirot, M. (2017). Pengaruh CEO Duality, Earning Management dan
Corporate Reputation terhadap Financial Performance pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Petra Business & Management Review,
3(1), 117–134. https://publication.petra.ac.id
Pickless, S. A. A., & Nurdiansyah, D. H. (2022). Pengaruh Fraud Pentagon
Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan dengan Komite Audit sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 6(1), 215–224.
https://doi.org/10.35912/jakman.v3i1.481
67

Pratama, R., & Puspitasari, W. (2022). Pengaruh Financial Distress terhadap


Kecurangan laporan Keuangan. Journal Ekonomi Trisakti, 2(2), 703–718.
Preicilia, C., Wahyudi, I., & Preicilia, A. (2022). Analisa Kecurangan Laporan
Keuangan dengan Perspektif Teori Fraud Hexagon. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Dan Keuangan, 5(3), 1467–1479.
Pribadi, A. R., Suranta, E., & Midiastuty, P. P. (2018). Rasio-Rasio Keuangan
Dalam Memprediksi Kecurangan. Ultima Accounting, 10(2), 96–109.
PricewaterhouseCoopers. (2018). Global economic crime and fraud survey 2018.
In Global Economic Crime and Fraud Survey.
https://www.pwc.com/gx/en/forensics/global- economic-crime-and-fraud-
survey-2018.pdf
Puspitanisa, W., & Purnamasari, P. (2021). Pengaruh Whistleblowing System dan
Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Pencegahan Fraud. Journal
Riset Akuntansi, 42–46.
Rahayu, W. P., & Sopian, D. (2016). Pengaruh Rasio Keuangan dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan
Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia). Diabetes Self-Management,
33(2).
Rashid, M. A., Al-Mamun, A., Roudaki, H., & Yasser, Q. R. (2022). An overview
of corporate fraud and its prevention approach. Australasian Accounting,
Business and Finance Journal, 16(1), 101–118.
https://doi.org/10.14453/aabfj.v16i1.7
Ratnasari, E., & Solikhah, B. (2019). Analysis of Fraudulent Financial Statement:
The Fraud Pentagon Theory Approach Analisis Kecurangan Laporan
Keuangan: Pendekatan Fraud Pentagon Theory. Gorontalo Accounting
Journal, 2(2), 98–112.
Rianghepat, M. A. D., & Hendrawati, E. (2021). Pengaruh Rasio Keuangan dan
Komite Audit Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Telekomunikasi. ECo-Buss, 4(2), 287–301.
https://doi.org/10.32877/eb.v4i2.263
Sabaruddin, S. (2022). Kemampuan Fraud Diamond Mendeteksi Kecurangan
Pelaporan Keuangan Dimoderasi Ukuran Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan
Governance, 2(2), 130. https://doi.org/10.24853/jago.2.2.130-140

Saiful, M., Uzaimi, H. A., & Ratih, A. E. (2017). Deteksi Financial Statement
Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Aneka Industri
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012- 2015. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Dan Finansial Indonesia, 1, 23–36
Saputri, G. O. W., & Achmad, T. (2017). Pengaruh Faktor Financial dan Non
Financial Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015).
68

Diponegoro Journal of Accounting, 6(3), 1–11.


Sasongko, N., & Wijayantika, S. F. (2019). Faktor Resiko Fraud Terhadap
Pelaksanaan Fraudulent Financial Reporting (Berdasarkan Pendekatan
Crown’S Fraud Pentagon Theory). Riset Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia, 4(1), 67–76. https://doi.org/10.23917/reaksi.v4i1.7809
Septriani, Y., & Handayani, D. (2018). Mendeteksi Kecurangan Laporan
Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi Keuangan Dan
Bisnis Politeknik Caltex Riau, 11(1), 11–23. http://jurnal.pcr.ac.id
Shelton, Austin M. 2014. "Analysis of Capabilities Attributed to the Fraud
Diamond." Undergraduate Honors Theses.

Simaremare, E., Handayani, C., Basri, H., Tambunan, A., & Umar, H. (2019).
Pengaruh Fraud Diamond terhadap Pendeteksian Fraudulent Financial
Statement dengan Kebijakan Anti Fraud Sebagai Variable Moderasi Pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-
2018, 1–9.

Spence, M. (1973). "Job Market Signaling". The Quarterly Journal of Economics


(4th ed). New Jersey: John Wiley & Sons.

Survei Fraud Indonesia, S. (2019). Association of Certified Fraud Examiners:


Indonesia Chapter 111. https://acfe-indonesia.or.id/
Tannaya, C. I. N., & Lasdi, L. (2021). Pengaruh Financial Distress Terhadap
Manajemen laba dengan Moderasi Corporate Governance. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi, 10(1). https://doi.org/10.33508/jima.v10i1.3453
Utami, F. W., Saftiana, Y., Hamzah, R. S., & Gozali, E. O. (2019). Investigasi
Pengaruh Fraud Diamond Dalam Menilai Kecurangan Laporan Keuangan.
Jurnal Media Wahana Ekonomika, 1845, 407–418. https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Ekonomika/index
Vousinas, G. L. (2019). Advancing Theory of Fraud: The S.C.O.R.E. Model.
Journal of Financial Crime, 136(4), 1–18. https://doi.org/10.1108/JFC-
122017-0128

Wahyuni, W., & Budiwitjaksono, G. S. (2017). Fraud Triangle Sebagai


Pendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi, 21(1), 47.
https://doi.org/10.24912/ja.v21i1.133
Widyanti, T., & Nuryatno, M. (2018). Analisis Rasio Keuangan Sebagai Deteksi
Kecurangan Laporan Laporan Keuangan Perusahaan Barang Konsumsi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Assets: Jurnal Akuntansi Pendidikan,
7(1), 72–80. http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/assets/article/view/2360
Widyatama, W., & Setiawati, L. W. (2021). Analisis Pengaruh Fraud Pentagon
Theory Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014 – 2019.
69

BALANCE: Jurnal Akuntansi, Auditing Dan Keuangan, 17(1), 22–47.


https://doi.org/10.25170/balance.v17i1.2010
Wolfe, D. T., & Hermanson, D.R. (2004). The Fraud Diamond: Considering the
Four Elements of Fraud: Certified Public Accountant. The CPA Journal,
74(12), 38-42.

Yang, D., Jiao, H., & Buckland, R. (2017). The determinants of financial fraud in
Chinese firms: Does corporate governance as an institutional innovation
matter? Technological Forecasting and Social Change, 125(August 2015),
309–320. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2017.06.035
Zakya, F. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Aktivitas, Likuiditas, Working Capital
to Total Asset Ratio Terhadap Financial Distress Pada Emiten Industri
Properti dan Real Estate. Jurnal Impresi Indonesia, 1(11), 1168–1179.
https://doi.org/10.36418/jii.v1i11.663

Anda mungkin juga menyukai