Anda di halaman 1dari 90

“ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK USAHA

THRIFT SHOP DALAM PELAPORAN SPT TAHUNAN PAJAK”

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat-syarat memperoleh gelar Ahli Madya

Oleh :

ANISYA HAYU PRASTIWI


193141414111083

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN


DEPARTEMEN BISNIS DAN HOSPITALITY
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
“ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK USAHA
THRIFT SHOP DALAM PELAPORAN SPT TAHUNAN PAJAK”

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat-syarat memperoleh gelar Ahli Madya

Oleh :

ANISYA HAYU PRASTIWI


193141414111083

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN


DEPARTEMEN BISNIS DAN HOSPITALITY
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
MOTTO

“Orang yang hebat adalah orang yang memiliki


kemampuan menyembunyikan
kesusahannya,sehingga orang lain mengira
bahwa ia selalu senang”

(Penulis)

i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK USAHA THRIFT


SHOP DALAM PELAPORAN SPT TAHUNAN PAJAK

Oleh:

ANISYA HAYU PRASTIWI


193141414111083

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Pada Tanggal 12


Juni 2023 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Program Diploma III Keuangan dan Perbankan

Pembimbing

Amelia Ika Pratiwi, SE., Ak., MSA


NIK. 2016078501162001

Kepala Departemen Ketua Program Studi

San Rudiyanto, SE., MSA., Ak San Rudiyanto, SE., MSA., Ak


NIK. 2016078804301001 NIK. 2016078804301001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

iii
LEMBAR PERNYATAAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ANISYA HAYU PRASTIWI
NIM : 193141414111083
Program Studi : KEUANGAN DAN PERBANKAN
Bidang Minat : PERPAJAKAN
Judul : ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB
PAJAK USAHA THRIFT SHOP DALAM
PELAPORAN SPT TAHUNAN PAJAK
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Isi tugas akhir yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri
dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang
termaktu di isi dan tertulis di daftar pustaka dalam tugas akhir ini.
2. Apabila ditemukan hasil jiplakan, maka saya akan bersedia
menanggung segala resiko yang akan saya terima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

Malang, 2023
Yang menyatakan,

ANISYA HAYU PRASTIWI


NIM. 193141414111083

iv
RINGKASAN

Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar di Indonesia untuk


mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Banyaknya
jumlah UMKM di Indonesia menjadi potensi yang sangat besar dalam
penerimaan pajak, sehingga pemerintah harus memaksimalkan penerimaan
pajak UMKM. Salah satu UMKM yang sedang naik daun dikalangan milenial
adalah usaha Thrift Shop. Banyak pelaku usaha Thrift Shop di Malang yang
merajalela di plosok malang yang belum terdaftar sebagai wajib pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tingkat kepatuhan
Wajib Pajak selaku Usaha Thrift Shop di Malang dalam pelaporan SPT
Tahunan periode tahun 2019-2022 yang belum tergali secara optimal oleh
KPP Pratama Malang Utara setelah terbitnya Peraturan Pemerintahan No 46
Tahun 2018 menjadi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
No.7 Tahun 2021 yang berkaitan dengan perubahan tarif pajak UMKM
sebesar 0,5%. Tujuan peraturan ini adalah mempermudah Wajib Pajak
UMKM dalam kegiatan perpajakan terutama dalam melaporkan SPT
Tahunan, mendorong usaha Thrift Shop untuk masuk kedalam kegiatan
ekonomi formal dan memberikan rasa keadilan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan
penelitian Kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Teknik analisis data, yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak selaku usaha Thrift
Shop dalam waktu 4 tahun (2019-2022) berada pada tingkat penguasaan
69% dengan skor standart cukup patuh hal ini dikarekan dengan adanya
Peraturan Pemerintahan No 46 Tahun 2018 menjadi UU HPP No 7 tahun
2021 sehingga dapat meringankan beban bagi wajib pajak selaku usaha
Thrift Shop dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak.

Kata Kunci : Thrift Shop, UMKM, PP No 46 Tahun 2018, PP No.7 Tahun


2021,Kepatuhan wajib pajak,SPT Tahunan

v
SUMMARY

Taxes are the largest source of income in Indonesia for funding the
State Revenue and Expenditure Budget (APBN). The large number of
MSMEs in Indonesia has a huge potential for tax revenue, so the
government must maximize MSME tax revenue. One of the MSMEs that is
on the rise among millennials is the Thrift Shop business. Many Thrift Shop
business actors in Malang are rampant in remote areas of Malang who have
not been registered as taxpayers.
This study aims to determine the potential level of taxpayer
compliance as a thrift shop business in Malang in reporting annual tax
returns for the 2019-2022 period which has not been explored optimally by
North Malang KPP Pratama after the issuance of Government Regulation
No. 46 of 2018 to become the Law on Harmonization of Tax Regulations
No.7 of 2021 which relates to changes in the MSME tax rate of 0.5%. The
purpose of this regulation is to make it easier for MSME taxpayers to carry
out tax activities, especially in reporting annual tax returns, encourage thrift
shop businesses to enter into formal economic activities and provide a sense
of justice.
In this study, researchers used a qualitative research approach with
descriptive research. Data collection techniques used observation,
interviews, and documentation studies. Data analysis techniques, namely
data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The results of this study conclude that the level of taxpayer compliance as
a Thrift Shop business within 4 years (2019-2022) is at a mastery level of
69% with a standard score that is quite compliant. This is due to
Government Regulation No. 46 of 2018 becoming HPP Law No. 7 of 2021
so that it can relieve taxpayers as a Thrift Shop business in Reporting Annual
Tax Returns.

Keywords: Thrift Shop, UMKM, PP No. 46 of 2018, PP No. 7 of 2021

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Usaha
Thrift Shop dalam Pelaporan Pajak”.
Penulis Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam jenjang perkuliahan Diploma III Perpajakan. Dalam
penulisan ini penulis tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat
bimbingan dan juga bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis bisa
menyelesaikan dan mengatasi hambatan. Penulis menyadari bahwa Tugas
Akhir ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk memperbaiki
Tugas Akhir ini agar menjadi lebih baik kedepannya
Mengucap syukur sebagai bentuk terimakasih kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan penulis rahmat, taufik dan hidayat, kekuatan dan
kesehatan dalam menghadapi segala kondisi. Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan petunjuk kepada penulis. Untuk ibunda tercinta Sri
Wahyuni yang memberikan dukungan dan semangat, yang mendoakan
setiap waktu dan yang selalu penulis repotkan kapanpun dan dimanapun.
Teruntuk kakakku Rizky Hayu Nandahapsari, Kakakku Faudea Hayu Saputri,
Abangku Akbar Khaliq Lubis, Abangku Lukman Al-Hakim dan beserta
keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa setiap
harinya. Serta penulis dengan tulus mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Mukhammad Kholid Mawardi, S.Sos., M.AB., PH.d., selaku


Dekan Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya.
2. Bapak San Rudiyanto, SE., Ak., MSA., CA., CPA., AAP-B., selaku
Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan Fakultas Vokasi
Universitas Brawijaya
3. Ibu Amalia Ika Pratiwi, SE., Ak., MSA., selaku Dosen Pembimbing
yang membimbing dan memberikan masukan kepada penulis.
4. Bapa/Ibu Dosen pengajar Program Studi Diploma III Keuangan dan
Perbankan Keahlian Perpajakan Universitas Brwijaya,yang telah
mendidik dan memberikan ilmunya selam perkuliahan.
5. Sriwahyuni dan Haryono, selaku Ibu Kandung dan Ayah kandung
yang selalu merikan dukungan dan doa dalam segi apapun.
6. Muhammad Aprilananda Bayu Fijar, selaku Suami yang telah
memberikan dukungan dan doa dalam segi apapun.

vii
7. Rizky Hayu Nanda Hapsari; Faudea Hayu Saputri, selaku kakak
kandung, yang telah memberi dukungan atau doa walaupun sering
cuek.
8. Bapak Aditya dan Ibu Herlinda, Selaku Narasumber KPP Pratama
Malang Utara yang telah membantu, membimbing serta memberi
dukungan dalam penyelesaiaan Tugas Akhir
9. Vieri Anggara, selaku anggota staff VS Konsultan Pajak dan Bisnis
dan bestie yang telah membimbing, memberi dukungan dan
masukan dalam Penyelesaian Tugas Akhir ini.
10. Novia Pebriani & Yessy Putri, selaku bestie dan teman susah senang
di Malang yang telah memberikan dukungan, doa dalam
penyelesaian Tugas Akhir
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
namanya, namun telah telah banyak mendorong penulis selama
penyusunan Tugas Akhir.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh berbagai


pihak dijadikan sebagai amal soleh. Sehingga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat untuk Thrift Shop di Malang dan semua
pembaca.

Malang, 28 Desember 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI
Isi halaman
RINGKASAN ......................................................................................... v
SUMMARY ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii
BAB 1 .................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan..................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................... 4
BAB II.................................................................................................. 7
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 7
2.1 Penelitian Terlebih Dahulu ........................................................ 7
2.2 Landasan Teori ........................................................................ 8
2.2.1 Pengertian pajak ................................................................... 8
2.2.2 Fungsi Pajak ......................................................................... 9
2.2.3 Jenis Pajak .......................................................................... 10
2.2.4 Tarif Pajak ......................................................................... 12
2.2.5 Sistem Pemungutan Pajak.................................................... 13
2.2.6 Pembagian Hukum Pajak ..................................................... 15
2.2.7 Kewajiban Wajib Pajak ........................................................ 15
2.2.8 Hak-Hak Wajib Pajak ........................................................... 17
2.3 Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang
Diterima/Diperoleh Wajib Pajak Yang Memliki Peredaran Bruto Tertentu.
18

ix
2.3.1 Pajak Penghasilan ............................................................... 18
2.3.2 Objek Pajak ..................................................................... 18
2.3.3 Bukan Objek Pajak ........................................................... 18
2.3.4 Wajib Pajak ..................................................................... 19
2.3.5 Bukan Wajib Pajak ........................................................... 19
2.3.6 Jangka Waktu Pengenaan Pph Bersifat Final 0,5% ................ 20
2.4 Surat Pemberitahuan Pajak ........................................................ 20
2.4.1 Pengertian SPT ................................................................... 20
2.4.2 Jenis-Jenis Surat Pemberitahuan Pajak ................................. 20
2.5 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi
...................................................................................................... 24
2.6 Sanki Keterlambatan Pembayaran dan Pelaporan SPT ................. 25
2.6.1 Bunga 2% Perbulan............................................................. 25
2.6.2 Kenaikan 50% dan 100% .................................................... 25
2.6.3 Denda Administrasi ............................................................. 26
2.6 Kepatuhan Wajib Pajak .............................................................. 27
2.6.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ....................................... 27
2.6.2 Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak ....................................... 28
2.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. 28
2.7 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) .................................. 31
2.7.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ............... 31
2.8 Peraturan Pemerintahan Nomor 23 Tahun 2018 .......................... 32
2.9 Undang-Undang No 7 Tahun 2021.............................................. 32
2.10 Penghasilan dibawahah Rp 500 Juta tidak dikenakan pajak ........ 33
2.11 Perbandingan PP No 46 Tahun 2013 dan PP No 23 Tahun 2018 Untuk
Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM .......................................... 33
2.12 Kelompok UMKM Berdasarkan Perpajakan ................................. 35
BAB III .............................................................................................. 36
METODE PENYELESAIAN TUGAS AKHIR ............................................... 36
3.1 Objek Penelitian ........................................................................ 36

x
3.2 Jenis Penelititian ........................................................................ 36
3.3 Sumber Data Penelitian.............................................................. 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data. ........................................................ 38
3.5 Teknik Penyelesaian Tugas Akhir ................................................ 39
BAB IV ............................................................................................... 42
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 42
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitan .............................................. 42
4.1.1 Profil KPP Pratama Malang Utara .......................................... 42
4.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Malang Utara ............................... 42
4.2.3 Lokasi Penelitian ................................................................. 43
4.2 Tugas dan Fungsi KPP Pratama Malang Utara.............................. 43
4.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Malang Utara ........................ 44
4.4 Hasil Analisis dan Pembahasan ............................................... 46
BAB V ................................................................................................ 58
PENUTUP ........................................................................................... 58
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 58
3.2 Saran .................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 60
LAMPIRAN ......................................................................................... 61

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Teknik Penyelesaian Tugas Akhir (Internet, Belajar Data


Science di Rumah ........................................................... 40

Gambar 3. 3 Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Malang Utara (Seksi


Sub. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal KPP Pratama
Malang Utara) ................................................................ 45

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tarif Progresif .................................................................... 13

Tabel 2. 2 Jangka Waktu Pengenaan Pph Final Tarif 0,5% .................... 20

Tabel 2. 3 Sanksi Bunga 2% Perbulan ................................................. 25

Tabel 2. 4 Sanksi Bunga Kenaikan 50% dan 100% ............................... 25

Tabel 2. 5 Denda Administrasi ............................................................. 26

Tabel 2. 6 Perbandingan PP No 46 Tahun 2013 dan PP No 23 Tahun 2018


Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM .................... 33

Tabel 2. 7 Skor Rasio Kepatuhan Skala 5 Norma Absolut....................... 41

Tabel 4. 1 Wajib Pajak Yang Terdaftar dan Wajib Pajak Yang Lapor Tahun
2019-2022 …………………………………………………………………….. 47

Tabel 4. 2 Skala Norma 5 Absolut ........... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 3 Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Thrift Shop Dalam Pelaporan SPT
Tahunan Pajak ................................................................... 50

Tabel 4. 4 Data Penghasilan Pajak Dari Penjualan Usaha Thrift Shop ..... 53

Tabel 4. 5 Omset Toko X .................................................................... 54

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Eriset................................................................ 61

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ....................................................... 62

Lampiran 3 Hasil Wawancara ............................................................. 63

Lampiran 4 Hasil Dokumentasi ........................................................... 68

Lampiran 5 Penghasilan Selaku Usaha Thrift Shop bulan Januari-Desember


Tahun 2022 ...................................................................... 70

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Pajak merupakan kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyan Indrawati
memaparkan penerimaan pajak hingga april 2022 mencapai Rp 567,69
Trliun. Capaian tersebut merupakan 44,88 persen dari total target yang
ditetapkan dalam APBN.
Menurut Kepala Badan Kebjiakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio
Nathan Kacaribu mengatakan bahwa pemerintah sedang melakukan
persiapan untuk peraturan terkait tentang simplifikasi Pajak Pertambahan
Nilai untuk barang bekas dengan merencanakan reformasi sistem
perpajakan yang dilakukan guna memberikan perluasan pada basis
penerimaan kearah pajak pertambahan nilai dibanding pajak penghasilan.
Selain itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan tersebut
mengatakan bahwa banyaknya pengecualian yang diberikan selama ni
membuat penerimaan pajak pertambahan nilai cenderung menjadi tidak
optimal, sehingga kontribusi penerimaan pajak pertambahan nilai perlu
dilakukan perbesaran. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui tingkat
ketaatan pajak dalam Dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak selaku usaha
Thrift Shop di Malang yang sedang trand.
Penerimaan pajak tentu sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pajak
Thrift Shop di Malang. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan sebuah tindakan
yang mencerminkan patuh dan sadar terhadap ketertiban dalam kewajiban
perpajakan wajib pajak dengan melakukan pembayaran dan pelaporan atas
perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang bersangkutan baik
untuk kelompok orang atau modal sendiri sebagai modal usaha sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Pemeberian penghargaan
kepada wajib pajak ini dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak atau
pemerintah guna untuk mendorong dan meningkatkan penerimaan negara
khususnya di sektor perpajakan.
Pada tahun 2018 Presiden Joko Widodo merevisi Peraturan Pph Final
UMKM untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak berbentuk
Koperasi, Persekutuan, Komanditer, Firma atau Perseroan Terbatas yang

1
memliki dan menerima peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000
dalam satu tahun pajak. Aturan ini biasa disebut dengan pajak UMKM,
direvisi dengan perubahan tarif yang awal sebesar 1% menjadi 0,5% revisi
ini tertuang dalam Peraturan Pemerintahan (PP) Nomor 23 Tahun 2018.
Pengesahan Peraturan Pemerintahan ini secara resmi mengganti dan
mencabut Pemerintahan Pemerintahan Nomor 46 Tahun 2013. Alasan
dilakukan penurunan tariff tersebut adalah pembayaran PPh UMKM (Pph
Final) Pada tahun 2017 berkontribusi sebesar 2,2% terhadap penerimaan
pajak total penerimaan Pph yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
mengalami peningkatan dari tahun 2013-2017 semenjak diberlakukannya
pada juli 2013.
Adanya perubahan tarif tersebut diharapkan dapat membuat pelaku
UMKM khususnya selaku usaha Thrift Shop ini dapat menjadi patuh dalam
perpajakan terutama dalam melaporkan SPT Tahunannya. Penurunan tariff
ini juga diharapkan dapat membuat wajib pajak UMKM selaku usaha Thrift
Shop tidak terbebani dalam perpajakan sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri dan wajib pajak bisa mengembangkan
usahanya.
Perkembangan fashion di Indonesia terbilang sangat cepat karena
mengikuti perkembangan jaman. Mulai dari mahasiswa, masyarakat sampai
pejabat bisa menjadikan fashion sebagai bagian penting dalam
kehidupannya. Untuk bisa mengikuti perkembangan fashion, tidak sedikit
uang yang harus dikeluarkan. Tidak semua orang memiliki kemampuan
yang sama untuk membeli baju dari brand yang terkenal dan dijual dengan
harga yang mahal.
Fenomena ini membuat baju bekas impor atau baju bekas layak pakai
yang sedang trand di Malang menjadi salah satu solusi untuk orang lain
terutama mahasiswa yang ingin tampil modis tanpa harus mengeluarkan
banyak uang. Selain itu, keberadaan usaha baju bekas juga lebih ramah
lingkungan karena memanfatkan barang masih layak pakai. Peluang usaha
baju bekas sebenarnya sudah berdiri sejak lama, namun akhir-akhir ini
usaha ini sedang ramai digemari dikalangan remaja khusus nya mahasiswa
yang dinamakan “Honey Thrift Shop“. Kegiatan ini sebenarnya metode
belanja yang bertujuan untuk penghematan karena kualitas yang bagus
dengan harga merakyat.
Thrift Shop adalah toko atau usaha yang menjual barang-barang bekas
mulai dari baju, jam tangan, hoodie, celana dll dari luar negeri (impor)
maupun dalam negeri yang sedang trand di Malang. Sejak Tahun 2013,

2
perdagangan barang bekas mulai masuk ke Indonesia, dimulai dari barang
langka hingga barang dengan brand yang terkenal. Bagi mahasiswa
melakukan Thrift shopping merupakan kegiatan hal yang menarik bisa
menghemat pengeluaran. Namun, Pemilik Thrift shop di tempat penelitian
belom paham tentang perpajakan.
Dampak dari usaha Thrift ini, bahwa produk pakaian bekas impor
mengandung banyak bakteri yang bisa membahayakan kesehatan. Selain
itu, berdampak negatif bagi disektor perekonomian yaitu terhambatnya
pembangunan negara Bea dan Cukai. Maka dari itu ketika adanya dan
meningkatnya penyelundupan pakaian bekas tersebut dapat mengurai juga
biaya untuk melaksanakan pembangunan.
Pajak penghasilan dapat dipungut dengan metode self assessment
system, official assessment system dan withholding system. Karena kurang
tau nya pengetahuan yang memadai untuk menerapkan Self Assessment
System di Indonesia, wajib pajak harus mengetahui dan memahami apa
yang merupakan hak dan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar.
Dengan adanya self assessment system, dimana wajib pajak menghitung
pajak sendiri dari pajak penghasilan yang terutang, menyetor dan
melaporkannya dalam satu tahun dengan mengisi surat pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pph Wajib Pajak (Orang Pribadi atau Badan). Penerapan Self
Assesment System membutuhkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak
terutama Thrift Shop di Malang, sehingga pendapatan pajak Negara
diharapkan agar meningkat. Maka dari itu setiap wajib pajak mempunyai
tanggung jawab sendiri untuk memenuhi segala kewajiban perpajakannya
dalam pembayaran atau pelaporan secara akurat dan tepat waktu.
Peneliti memilih usaha thrift shop sebagai objek penelitian dikarenakan
Pengusaha Thrift Shop di Malang banyak yang belum paham tentang
pelaporan SPT Tahunan. Hal ini untuk meningktakan potensi kepatuhan
Wajib Pajak usaha thrift shop dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan di KPP Pratama Malang Utara. KPP Malang belum menggali
secara optimal potensi penerimaan pajak penghasilan Thrift Shop di Malang
dikarekan Dirjen Jenderal Pajak lebih fokus ke Pajak Ekspor Impor Barang
bekas. KPP Pratama Malang Utara juga memiliki harapan bahwa wajib pajak
bersifat final UMKM selaku usaha Thrift shop ini dapat meningkat
penerimaan pajak setiap tahunnya dan memiliki peningkatan dalam
pelaporan SPT Tahunan terutama untuk Wajib Pajak selaku usaha thift shop
setelah terjadi penurunan tariff pajak menjadi 0,5% dari sebelumnya
sebesar 1%

3
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas. Peneliti tertarik untuk
meneliti dan membahas mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
pelaporan SPT Tahunan pajak penghasilan atas usaha Thrift Shop di
Malang, sehingga peneliti tertarik untuk menulis tugas dengan judul
“Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Thrift Shop Dalam
Pelaporan Spt Tahunan Pajak”

1.2 Rumusan Masalah


Sebagai rumusan atas latar belakang pengajuan judul diatas,
mahasiswa pengusul Tugas Akhir berusaha menjawab rumusan
masalah sebagai berikut: Bagaimana Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Usaha Thrift Shop Dalam Pelaporan Spt Tahunan Pajak?

1.3 Tujuan
Berdasarkan pertanyaan diatas, peneliti memiliki tujuan dari
penyusunan Tugas Akhir, untuk mengetahui mengenai Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Thrift Shop Dalam Pelaporan Spt
Tahunan Pajak?

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
a. Sebagai salah satu persyaratan kelulusan akademik untuk
memperoleh gelar Ahli Madya (A.,Md.) pada program Diploma D-
III Program Studi Keuangan dan Perbankan Keahlian Perpajakan
Universitas Brawijaya.
b. Untuk mengukur kepatuhan wajib pajak yang belum paham
tentang perpajakan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) dan membayar Pajak Penghasilan sesuai Undang-Undang
Perpajakan.
1.4.2 Bagi Fakultas Vokasi
Agar mahasiswa mampu merangkum dan megaplikasikan semua
pengalaman pendidikan untuk memecahkan masalah dalam
bidang keahlian perpajakan secara sistematis, logis, kritis dan
kreatif berdasarkan data/informasi yang akurat.
1.4.3 Bagi Usaha Thrift Shop di Malang
a. Untuk menambah pengetahuan bagi wajib pajak untuk sumber
referensi.

4
b. Untuk menambah pengetahuan bagi wajib pajak dibidang usaha
thrifting dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dan
membayar pajak penghasilan sesuai Undang-Undang
Perpajakan.
1.4.4 Bagi Penulis
c. Sebagai salah satu persyaratan kelulusan akademik untuk
memperoleh gelar Ahli Madya (A.,Md.) pada program Diploma D-
III Program Studi Keuangan dan Perbankan Keahlian Perpajakan
Universitas Brawijaya.
d. Untuk mengukur kepatuhan wajib pajak yang belum paham
tentang perpajakan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) dan membayar Pajak Penghasilan sesuai Undang-Undang
Perpajakan.
1.4.5 Bagi Fakultas Vokasi
Agar mahasiswa mampu merangkum dan megaplikasikan semua
pengalaman pendidikan untuk memecahkan masalah dalam
bidang keahlian perpajakan secara sistematis, logis,kritis dan
kreatif berdasarkan data/informasi yang akurat.
1.4.6 Bagi Usaha Thrift Shop di Malang
c. Untuk menambah pengetahuan bagi wajib pajak untuk sumber
referensi.
d. Untuk menambah pengetahuan bagi wajib pajak dibidang usaha
thrifting dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dan
membayar pajak penghasilan sesuai Undang-Undang
Perpajakan.

1.5 Batasan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang diatas,maka batasan masalah dalam
penulisan ini dibatasin pada analisis tingkat kepatuhan wajijb pajak
usaha thrift shop dalam pelaporan SPT tahunan pajak di Kota Malang
tahun pajak 2019-2022. Wajib Pajak Orang Pribadi UMKM ini yang
mempunyai usaha Thrift Shop (barang bekas) yang menyampaikan SPT
Tahunan dengan formulir 1770. Wajib Pajak yang dikatakan patuh
ketika Wajib Pajak menghitung,membayar, dan menyampaikan SPT
Tahunan dengan tepat waktu setelah diadakan Peraturan Pemeritahan
No 23 Tahun 2018 menjadi UU HPP No 7 Tahun 2021.
Penelitian ini meneliti untuk Wajib Pajak yang patuh dapat dilihat dari
penyampaian SPT Tahunan dengan tepat waktu yang diambil tahun

5
2019-2022 dengan metode Kuantitatif Deskriptif di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Malang Utara.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terlebih Dahulu


Bersdasarkan masalah yang akan diangkat, referensi dari penelitian
sebelumnya yaitu:

Tabel 2.1. Acuan Penelitian Terdahulu


No Nama Judul Hasil Penelitian
Peneliti &
Tahun
1. Inggil Upaya Hasil penelitian yang
Muliawat dan Meningkatkan diperoleh menunjukan
Asri Susanti, kepatuhan bahwa dengan
2022 membayar pajak diterapkanya strategi
UMKM pada usaha “Pajak” dapat
thrift shop meningkatkan pelaku
usaha thrift shop
pentingnya membayar
pajak transparasi
pengelolaan pendapatan
pajak, perbandingan
tariff pajak UMKM di
Indonesia dengan
negara lain serta
pemahaman kemudahan
pembayaran pajak
melalui platfrorm
elektronik

2 I Nyoman Legalitas Thrift Hasill penelitian ini


Bagiastra Shop dan bertujuan untuk
Preloved di mengidentifikasidan
Indonesia menganalisis legalitas
keberadaan thrift shop
serta tanggung jawab
pelaku usaha thrift shop
berdasrakan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang
Perlindungan
Konsumen. Dalam UUPK

7
telah dtentukan bahwa
pelaku usaha memiliki
kewajiban untuk
memberikan ganti rugi
apabla konsumen
terbukti mengalami
kerugian kerugian atas
konsumsi diproduksi
barang yang atau
diperoleh pelaku
diperdagangan usaha.

3. Dea Pengaruh Hasil penelitian ini


Nathania,2021 Pemahaman menunjukan bahwa
Pajak,Tarif pemahaman pajak
Pajak,Sanksi berpengaruh terhadap
Pajak,Sosialisasi kepatuhan wajib
Pajak,Omzet dan pajak.sanksi pajak
Kesadaran Wajib berpangaruh terhadap
Pajak Terhadap kepatuhan wajib pajak.
Kepatuhan Wajib Omzet tidak
Pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Kesadaran pajak
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian pajak
Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun
2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarakan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Berikut adalah beberapa definisi pajak menurut para ahli :
1. (Soemitro dalam Resmi, 2016), menyatakan bahwa pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat

8
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjunkkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
2. (Djajadiningrat dalam Resmi, 2016), pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian hasil dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk
memelihara kesejahteraan secara umum.
3. (Feldmann dalam Resmi, 2016), pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum),
tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan
untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

2.2.2 Fungsi Pajak


(Resmi,2019) menyatakan bahwa terdapat dua fungsi
pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan
fungsi regularend (pengatur).
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan. Sebagai
sumber keuangan negara, pemerintah berupaya
memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.
Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi dan
intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan
peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dan sebagainya.
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-
tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Berikut ini beberapa
contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur.

9
1. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan
pada saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong mewah.
Semakin mewah suatu barang, tarif pajaknya semakin tinggi
sehingga barang tersebut harganya semakin mahal.
Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak
berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah
(mengurangi gaya hidup mewah).
2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan,
dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan
tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi
pula sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
3. Tarif pajak ekspor sebesar 0%, dimaksudkan agar para
pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar
dunia sehingga memperbesar devisa negara.
4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyeraharan barang hasil
industry tertntu, seperti indutri semen, industry kertas,
industry baja, dan lainnya. Dimaksudkan agar terdapat
penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat
menggangu lingkungan atau polusi (membahayakan
kesehatan).
5. Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan
batasan peredaran usaha tertentu, dimaksudkan untuk
penyederhanaan perhitungan pajak.
6. Pemberlakuan tax holiday, dimaksukan untuk menarik
investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.

2.2.3 Jenis Pajak


(Resmi,2019) terdapat berbagai jenis pajak yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut
golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga
pemungutnya.

1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua:
a. Pajak Langsung, pajak yang harus dipikul atau
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau
pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak
yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

10
PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu
yang memperoleh penghasilan tersebut.
b. Pajak Tidak Langsung, pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau
pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat
suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang
menyebabkan terutangnya pajak, missal terjadi
penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). PPN terjadi karena terdapat
pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini
dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual
barang, tetapi dapat dibebankan kepada konsumen
baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan
dalam harga jual barang atau jasa).
2. Menurut Sifat
Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua. Berikut ini
penjelasannya.
a. Pajak Subjektif, pajak yang pengenaannya
memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau
pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan
subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). Dalam
PPh terdapat Subjek Pajak (Wajib Pajak) orang pribadi.
Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut
memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak (status
perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan
lainnya). Keadaan Wajib Pajak tersebut selanjutnya
digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan
tidak kena pajak.
b. Pajak Objektif, pajak yang pengenannya memerhatikan
objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan,
maupun peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan
kaedaan pribadi Subejk Pajak (Wajib Pajak) dan
tempat tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3. Menurut Lembaga
Pajak dikelompokkan menjadi dua. Berikut penjelasannya.

11
a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh,
PPN, dan PPnBM
b. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah, baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun
daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota), dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing-masing. Pajak Daerah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009. Contoh: Pajak
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan, Pajak Air
Minum, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok, Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak
Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkantoran, serta Bea Perolehan Ha
katas Tanah dan Bangunan. Pajak Provinsi, meliputi
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air,
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan bermotor, serta
Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Bawah Tanah
dan Air Permukaan. Pajak Kabupaten/Kota meliputi
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan
Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir, Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkeotaan, serta Bea
Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan.
2.2.4 Tarif Pajak
(Mardiasmo, 2016) ada 4 tarif pajak :
1. Tarif sebanding/proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya
pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai
yang dikenakai pajak.

12
Contoh: untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam
daerah pabean akan dikenakan pajak Pertambahan Nilai
sebesar 10%
2. Tarif tetap
Tariff berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya
pajak yang terutang tetap.
Contoh: besarnya tariff Bea Materai untuk cek dan bilyet
giro dengan nilai nominal berapapun adalah 3.000,00.
3. Tarif progresif
Presentase tariff yang digunakan semakin besar bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
Contoh: pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan
untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
Tabel 2. 1 Tarif Progresif
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Di atas Rp 50.000.000 s.d Rp 250.000.000 15%
Di atas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 25%
Di atas Rp 500.000.000 30%
Sumber: Siti Resmi, 2019
Menurut kenaikan persentase tarifnya, tariff progresif
dibagi:
a. Tarif progresif progresif: kenaikan persentase semakin
besar.
b. Tarif progresif tetap: kenaikan persentase tetap.
c. Tariff progresif degresif: kenaikan persentase semakin
kecil.
4. Tarif degresif
Persentase tariff yang digunakan semakin kecil bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.

2.2.5 Sistem Pemungutan Pajak


(Resmi, 2016) dalam memungut pajak dikenakan
beberapa sistem pemungutan, yaitu:
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah

13
pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para
aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau
tidaknya pelaksanaan pemngutuan pajak banyak
tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan
ada pada aparatur perpajakan).
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah
pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib
Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak,
memahami undang-undang perpajakan yang sedang
berlaku, mempunyai kejujuran yang tinggi, dan menyadari
akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu,
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk:
1) Menghitung sendiri pajak yang terutang
2) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
3) Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang
4) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang; dan
5) Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.
jadi, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan
pajak sebagian besar tergantung pada Wajib Pajak sendiri
(peranan dominan ada pada Wajib Pajak).
c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai
peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan
presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong serta
memungut pajak, menyetor, dan
mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan

14
yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga
yang ditunjuk. Peranan dominan ada pada pihak ketiga.

2.2.6 Pembagian Hukum Pajak


Hukum pajak dibagi menjadi 2 yaitu: hukum pajak maateril
dan hukum pajak formil.
1. Hukum Pajak Materil merupakan norma-norma yang
menjelaskan keadaan, perbuatan, dan peristiwa hukum
yang harus dikenakan pajak siapa yang harus dikenakan
pajak, dan berapa besar pajaknya. Dengan kata lain,
Hukum Pajak Materil mengatur tentang timbulnya ,
besarnya dan hapusnya utang pajak beserta hubungan
hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Hal-Hal yang
termasuk dalaam hukum pajak materil antara lain
peraturan yang membuat kenaikan, denda,
sanksi/hukuman. Contohnya: Undang-Undang Pajak
Penghasilan dan Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai.
2. Hukum pajak Formil, merupakan peraturan-peraturan
mengenai berbagai cara untuk mewujudkan hukum
materil menjadi suatu kenyataan. Dalam artian untuk
melindungi fiskus dan Wajib Pajak serta membei jaminan
bahwa hukum materilnya dapat diselenggarakan setepat
mungkin. Bagian hukum ini membuat cara-cara
penyelenggaraan mengenai penetapan suatu utang pajak,
kontrol oleh pemerintah terhadap penyelenggaranya.

2.2.7 Kewajiban Wajib Pajak


Berikut ini kewajiban Wajib Pajak menurut Undang-
Undang No.28 Tahun 2007:

1. Mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak


yang wilayah kerja nya meliputi: tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak apabila telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif.
2. Melaporkan usahanya pada kator Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha

15
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak.
3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf
latin, angka arab, satuan mata uang rupah serta
menandatangi dan menyampaikannya ke Kantor Direktorat
Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain
Rupiah yang diizinkan, yang pelaksaannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
5. Membayar atau Menyetor pajak yang terutang, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
6. Membayar pajak yang yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dengan tidak menggantungkan pada adanya surat
ketetapan pajak.
7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Badan dan melakukan pencatatan bagi
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan dan
melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
8. a.) Memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen
lainnya yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh mulai dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
Pajak atau Objek yang terutang. b.) Memberkan
kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan member bantuan guna kelancaran
pemeriksaan dan atau c). memberikan keterangan lain
yang diperlukan apabila diperiksa.

16
2.2.8 Hak-Hak Wajib Pajak
Berikut ini hak-hak wajib pajak menurut Undang-
Undang No.28 Tahun 2007:

1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 Surat


Pemberitahuan Masa
2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak
dengan criteria tertentu.
3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling
lama 2 bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktorat
Jenderal Pajak.
4. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis
dengan syarat Direktorat Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak.
6. Mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak
atas suatu :
7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan
pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
8. Menunjukan seorang kuasa dengan surat kuasa khusus
untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
9. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksin
administrasi berupa bunga atas keterlamabatan pelunasan
kekurangan pembayaran pajak dalam hal Wajib Pajak
menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007,
yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar
menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam
jangka waktu 1 tahun setelah berlakunya UU No. 28 Tahun
2007.

17
2.3 Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang
Diterima/Diperoleh Wajib Pajak Yang Memliki Peredaran
Bruto Tertentu.
2.3.1 Pajak Penghasilan
Menurut Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2018 dan
Peraturan Menteri Keuangan No.99/PMK.03/2018, Pajak
penghasilan atas penghasilan dari usaha bagi Wajib Pajak
dengan peredaran bruto tertentu disebut Pph bersifat final
0,5%, dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi Wajib
Pajak yang menerima/memperoleh penghasilan dari usaha
dengan peredaraan tertentu dapat melakukan perhitungan,
penyetoran, dan pelaporan pajak penghaslan.

2.3.2 Objek Pajak


Objek Wajib pajak atas Pph bersifat final 0.5% adalah
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri dengan penghasilan teretentu. Yang
dimaksud penghasilan tidak tertentu adalah peredaran
bruto usaha tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam setahun

2.3.3 Bukan Objek Pajak


Penghasilan berikut ini tidak termasuk penghasilan usaha
yang dikenakan Pph Bersifat Final 0,5% :

1. Penghasilan yang dterima atau diperoleh Wajib Pajak


Orang Pribadi dari jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas, yang meliputi:
1) Tenaga ahli: Pengacara, akuntan, arsitek,
konsultan, notaris, dokter, akutaris dan peniai.
2) Pemain musik, penari, pemain sinetron,
bintang film, pelawak, kru film, bintang iklan,
penyanyi, seniman lainnya.
3) Olahragawan
4) Moderator, penasihat, pelatih, penceramah.
5) Pengarang, penerjemahan dan peneliti
6) Agen iklan
7) Pengawas atau pengelola proyek
8) Agen asuransi
9) Distributor perusahaan berjenjang.

18
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh atau
diperoleh dari luar negeri yang pajaknya terutang atau
telah dibayar diluar negeri
3. Penghasilan yang telah dikenaikan Pph bersfat final.
4. Penghasilan yang dkecualikan dari objek pajak.

2.3.4 Wajib Pajak


Wajib pajak dengan perederan bruto usaha tertentu yang
dikenakan Pph bersifat final 0,5% adalah

a) Wajib Pajak Orang Pribadi ;


b) Wajib Pajak berbentuk koperasi, persekutuan
komanditier, firma atau perseroan terbatas yang
menerima atau memperoleh penghasilan dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000
dalam satu tahun pajak nya.

2.3.5 Bukan Wajib Pajak


1. Wajib pajak memilih untuk dikenakan Pph secara
umum (dikenakan pajak berdasarkan tariff pasal 17
ayat (1) huruf a (tarif pajak umum untuik Wajib
PajakOrang Pribadi). Pasal 17 ayat (1) huruf b
(tariff pajak umum Untuk Wajib Pajak Badan dan
bentuk usaha tetap) atau pasal 31E UU Pph (Tarif
pajak Untuk Wajib Pajak Badan.
2. Wajib Pajak Badan berbentuk persekutuan
komanditier atau firma yang dibentuk oleh
beberapa Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki
keahlian khusus menerahkan jasa sejenisnya
dengan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
3. Wajib Pajak Badan yang memperoleh fasilitas Pph
berdasarkan:
a. Pasal 21A UU Pph (WP melakukan
penanaman modal dibidang usaha atau
daerah tertentu)
b. Peraturan Pemerintahan No.94 Tahun 2010
(Penghitungan penghasila kena pajak dan
pelunasan Pph dalam tahun berjalan)
4. Wajib pajak dalam berbentuk usaha tetap.

19
2.3.6 Jangka Waktu Pengenaan Pph Bersifat Final 0,5%
Jangka waktu pengenaan Pph Final 0,5% ditetapkan
sebagai berikut:

Tabel 2. 2 Jangka Waktu Pengenaan Pph Final Tarif 0,5%


NO JENIS WAJIB PAJAK JANGKA
WAKTU PALING
LAMA
1. Wajib Pajak Orang Pribadi 7 Tahun
2. Wajib Pajak badan, 4 Tahun
Koperasi,persekutuan
komanditer
3. Wajib Pajak badan Perseroan 3 Tahun
Terbatas
Sumber: Data diolah, 2023

2.4 Surat Pemberitahuan Pajak


2.4.1 Pengertian SPT
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah terakhir
dengan UU No.16 Tahun 2009 (disebut UU KUP). SURAT
Pemberiathuan Pajak (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran
pajak objek pajak atau bukan objek pajak harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Surat pemberitahuan, khususnya SPT Tahunan,
tidak hanya berfungsi melaporkan perhitugan dan pembayaran
Wajib Pajak, tetapi SPT Tahunan juga berfungsi untuk
melporkan perhitungan harta bukan wajib pajak. Jadi,data yang
terdapat dalam Surat Pemberitahuan bisa dijadikan parameter
Kepatuhan Wajib Pajak.

2.4.2 Jenis-Jenis Surat Pemberitahuan Pajak


Surat pemberitahuan dapat dibedakan berdasarkan waktu
pelaporan, berdasarkan subjek pajak,, jumlah pajak yang masih
harus dibayar, berdasarkan penghasilan untuk orang pribadi, dan
berdasarkan urutan waktu pelaporan.

1) SPT Berdasarkan Waktu Lapor


Surat pemberitahuan masa adalah surat
pemberitahuan untuk suatu masa pajak. Masa

20
pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar
bagi Wajib Pajak untuk menghitung, membayar,
dan menyampaikan pajak terutang dalam jangka
waktu per bulan setelah masa pajak berakhir.
Surat pemberitahuan tahunan adalah surat
pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau
bagian tahun pajak. Tahun pajak 25 adalah jangka
waktu pelaporan pajak terutang dengan waktu
satu tahun atau satu tahun kalender. Surat
pemberitahuan tahunan terdiri atas SPT Tahunan
PPh orang pribadi dan SPT Tahunan PPh Badan
a) Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
1. Surat pemeritahuan PPh Pasal 21 adalah surat
yang digunakan oleh pemberi kerja,
bendahara, dan dana pensiun. Pemotongan
terkait dengan penghasilan yang berhubungan
dengan pekerjaan jasa, atau kegiatan yang
dibayarkan kepada Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri. Pajak Penghasilan antara lain
gaji, tunjangan, honor, dan uang pensiunan.
2. Surat pemberitahuan PPh Pasal 22 adalah surat
yang digunakan oleh bendahara atau badan
tertentu yang ditunjuk langsung oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak. Badan dan Wajib
Pajak tertentu adalah badan yang melakukan
usaha tergolong mewah.Pembayaran PPh 22
berhubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, pemungutan pajak dari
pembeli atas penjualan barang yang tergolong
sangat mewah.
3. Surat pemberitahuan PPh pasal 23 adalah surat
yang digunakan oleh badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, 26 atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
untuk melaporkan penghitungan, pemotongan,
dan pembayaran PPh pasal 23 dilakukan untuk
hal-hal yang berhubungan dengan pembayaran

21
deviden, bunga, dan royalti, pembayaran atas
penyerahan jasa, serta penyelenggaraan
kegiatan. Hadiah, penghargaan, bonus juga
termasuk dalam objek pajak PPh pasal 23,
selama belum dipotong PPh pasal 21.
4. Surat pemberitahuan PPh pasal 4 ayat (2)
adalah hal-hal penghasilan yang dikenai pajak
bersifat final, seperti bunga deposito dan
tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota.
Selain itu, penghasilan berupa hadiah undian,
penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal,
penghasilan dari pengalihan harta berupa
tanah atau bangunan, usaha jasa konstruksi,
usaha real estat, dan persewaan tanah atau
bangunan
5. Surat pemberitahuan PPh Pasal 15 adalah
pemotongan PPh 15 dilakukan terhadap
imbalan kepada perusahaan pelayaran atau
penerbangan dalam negeri, perusahaan
pelayaran atau penerbangan luar negeri, Wajib
Pajak luar 27 negeri yang mempunyai kantor
perwakilan dagang di Indonesia, pihak-pihak
yang melakukan kerjasama dalam bentuk
perjanjian bangun guna.
6. Surat pemberitahuan PPh pasal 25 adalah surat
pemberitahuan yang digunakan oleh Wajib
Pajak untuk melaporkan pembayaran angsuran
pajak dalam tahun pajak berjalan.
2) SPT Subjek Pajak
Berdasarkan subjek pajak, surat pemberitahuan
dibedakan menjadi beberapa jenis berikut ini:
a) Surat pemberitahuan Wajib Pajak Orang
Pribadi. Surat ini digunakan oleh Wajib Pajak

22
Orang Pribadi untuk melaporkan penghitungan
atau pembayaran pajak pribadi, objek pajak
atau bukan objek pajak, harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Termasuk
dalam surat pemberitahuan Wajib Pajak Orang
Pribadi adalah surat pemberitahuan tahunan
PPh Orang Pribadi form 1770 SS, 1770 S, dan
1770.
b) Surat pemberitahuan wajib pajak badan. Surat
ini digunakan wajib pajak badan untuk
melaporkan penghitungan atau pembayaran
pajak, objek pajak atau bukan obek pajak,
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan.
Termasuk dalam surat pemberitahuan 28 jenis
ini adalah surat pemberitahuan tahunan PPh
badan form 1771.
3) SPT Berdasarkan Jumlah Pajak Terutang
Berikut ini tiga macam status SPT berdasarkan
jumlah pajak terutang:
a) SPT nihil adalah SPT yang wajib pajaknya tidak
memiliki pajak terutang atau SPT yang jumlah
pajak terutangnya sama dengan jumlah pajak
yang dibayar sendiri atau dipotong/dipungut
pihak lain.
b) SPT kurang bayar adalah SPT yang wajib
pajaknya memiliki jumlah pajak yang dibayar
sendiri atau dipotong/dipungut pihak lain lebih
kecil daripada pajak yang terutang. Bahasa
sederhananya, SPT ini dimiliki oleh wajib pajak
yang memiliki kekurangan pembayaran pajak ke
negara.
c) SPT lebih bayar adalah SPT yang wajib pajaknya
membayar/dipotong jumlah pajak lebih besar
daripada pembayaran pajak yang seharusnya
sehingga ada kelebihan pembayaran. Kelebihan
pembayaran ini dapat diperhitungkan dengan

23
pajak terutang masa pajak berikutnya/tertentu
atau dimintakan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak (restitusi).
4) SPT Berdasarkan Jenis Penghasilan atau Pekerjaan
Penghasilan dan profesi yang berbeda maka
SPT yang digunakan akan berbeda. Seorang
karyawan akan memiliki SPT yang berbeda dengan
SPT seorang pengusaha. Berikut ini jenisjenis SPT
menurut penghasilan atau pekerjaan:
a) SPT 1770 SS adalah SPT yang digunakan oleh
wajib pajak orang pribadi yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari satu pemberi
kerja dengan penghasilan bruto selama satu
tahun tidak melebihi Rp 60.000.000,00.
b) SPT 1770 S adalah SPT yang digunakan oleh
wajib pajak orang pribadi yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari satu atau lebih
pemberi kerja dengan penghasilan bruto
selama satu tahun melebihi Rp 60.000.000,00.
SPT ini juga digunakan oleh Wajib Pajak yang
memperoleh penghasilan dalam negeri lainnya,
penghasilan yang bersifat final, atau telah
dikenakan PPh final.
c) SPT 1770, yaitu SPT yang digunakan oleh
Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha bebas, pekerjaan bebas, dan atau
memperoleh penghasilan dalam negeri lainnya.

2.5 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan Wajib Pajak Orang


Pribadi
Batas waktu untuk pembayaran Wajib Pajak Orang Pribadi
setiap tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian
tahun pajak. Sedangkan batas waktu untuk pelaporan Wajib Pajak
Orang Pribadi paling lama 3 bulan setelah akhir nya tahun pajak atau
bagian tahun pajak.

24
2.6 Sanki Keterlambatan Pembayaran dan Pelaporan SPT
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal
7 ayat (1) Terdapat Sanksi administrasi apabila Wajib Pajak Orang
Pribadi terlambat melakukan pembayaran Pph 25 yaitu dikenakan
bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
hingga tanggal pembayaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007 Pasal 9 ayat (2a). Sementara sanksi keterlambatan
SPT Masa Pph 25 yaitu dikenakan denda adminitrasi sebesar Rp
100.000,00.

(Mardiasmo, 2016) berikut sanksi administrasi adalah:


2.6.1 Bunga 2% Perbulan

Tabel 2. 3 Sanksi Bunga 2% Perbulan


No Masalah Cara Menagih
1 Pembetulan sendiri SPT (SPT Tahunan SSP/STP
atau SPT Masa) tetapi belum diperiksa
2 Dari penelitian rutin:
a. PPh pasal 25 tidak/kurang dibayar SSP/STP
b. PPh pasal 21, 22, 23, dan 26 serta SSP/STP
PPh yang terlambat dibayar
c. SKPKB, STP, SKPKBT tidak/kurang SSP/STP
dibayar atau terlambat dibayar
d. SPT salah tulis/salah hitung SSP/STP
3 Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang SSP/SPKB
dibayar (maksimum 24 bulan)
4 Pajak diangsur/ditunda: SKPKB, SKKPP, SSP/STP
STP
5 SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang SSP/STP
dibayar
Sumber: Siti Resmi, 2019

2.6.2 Kenaikan 50% dan 100%


Tabel 2. 4 Sanksi Bunga Kenaikan 50% dan 100%
No Masalah Cara Menagih
1 Dikeluarkan SKPKB dengen perhitungan SKPKB
secara jabata: ditamabah
1. Tidak mamasukkan SPT: kenaiakan 50%
a. SPT Tahunan (PPh 20) SKPKB
b. SPT Tahunan (PPh 21, 23, 26 dan ditamabah
PPN) kenaiakan 100%

25
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan SKPKB 50% PPh
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 100% PPh
28 KUP pasal 21, 23, 26
3. Tidak memperlihatkan dan PPN
buku/dokumen, tidak memberi SKPKB 50% PPh
keterangan, tidak memberi bantuan 29 100% PPh
guna kelancaran pemeriksaan, Pasal 21, 23, 26,
sebagaimana dimaksud pasal 29 dan PPN
4. Pengajuan keberatan SKPKB ditambah
ditolak/ditambah 50%
5. Pengajuan banding ditolak/ditambah SKPKB ditambah
100%

2 Dikeluarkan SKPKBT karena: ditemukan SKPKBT 100%


data baru, data semula yang belum
terutangkap setelah dikeluarkan SKPKB
3 Khusus PPN: SKPKB 100%
Dikeluarkan SKPKB karena pemeriksaan,
dimana PKP tidak seharusnya
mengkompensasi selisih lebih,
menghitung tarif 0% diberi restitusi
pajak
Sumber: Siti Resmi, 2019

2.6.3 Denda Administrasi


Tabel 2. 5 Denda Administrasi
No Masalah Cara Menagih
1 Tidak/terlambat STP ditambah
memasukkan/menyampaikan SPT Rp 100.000 atau
Rp 500.000 atau
Rp 1.000.000
2 Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau SSP ditambah
SPT masa tetapi belum disidik 150%
3 Khusus PPN: SSP/SPKB
a. Tidak melaporkan usaha (ditambah 2%
b. Tidak membuat/mengisi faktur denda dari dasar
c. Melanggar larangan membuat pengenaan)
Faktur (PKP yang tidak
dikukuhkan)
4 Khusus PBB: STP+denda 2%
a. STP, SKPKB, tidak/kurang dibayar (maksimum 24
atau terlambat dibayar bulan)

26
b. Dilakukan pemeriksaan, pajak SKPKB+denda
kurang bayar administrasi dari
selisih pajak
yang terutang

Sumber: Siti Resmi, 2019

2.6 Kepatuhan Wajib Pajak


2.6.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan suatu kemauan dan
kesadaran Wajib Pajak mengenai kewajibannya dalam bidang
perpajakan. Kemauan dan kesadaran wajib pajak akan menjadi
perubahan sikap bagi Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban dan
hak perpajakannya. Kepatuhan formal wajib pajak dapat memenuhi
kepatuhannya dengan selalu menghitung, membayar, dan
menyampaikan SPT. Wajib pajak harus meenghitung, membayar dan
menyampaikan SPT dengan jujur dan sesuai dengan yang terjadi
dengan pendapatan yang sesungguhnya. Pelaporan SPT harus
sesuai denga Undang-Undang Pph dan menyampaikan ke Kantor
Pelayanan Pajak sebelum batas waktu ditentukan.

Kepatuhan dapat diwujudkan misalnya dengan penyuluhan,


pelayanan dan penegakkan hokum yang dapat berupa pemeriksaan
penyidikan dan penagihan dengan menempatkan Wajib Pajak
sebagai subyek yang dihargai hak-hak dan kewajibannya. Tingkat
kepatuhan Wajib Pajak yang dimaksud dalam hal ini adalah
kepatuhan Wajib Pajak efektif dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Kadang Wajib Pajak memang sengaja menghindari
kewajiban perpajakannya dengan tidak menyampaikan SPTnya
kepada KPP bahkan masih banyak Wajib Pajak yang melalaikan
pajaknya yaitu menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan
menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi olehnya. Ada
juga Wajib Pajak yang memberikan ketidakjelasan alamat kepada
KPP sehingga SPT yang dikirimkan tidak diterima oleh Wajib Pajak
yang bersangkutan akibatnya Wajib Pajak merasa tidak mempunyai
kewajiban menyampaikan SPT Tahunan karena tidak menerima SPT
tersebut.

27
2.6.2 Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak
Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak adalah:

1 Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak


memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang perpajakan.
2 Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib
Pajak secara substantif/hakikatnya memenuhi semua
ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa
Undang-undang pajak kepatuhan material juga dapat meliputi
kepatuhan formal. Misalnya ketentuan batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT
PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah
melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahunan
sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah
memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu
memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana
Wajib Pajak secara subtantive memenuhi semua ketentuan
material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang
perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan
formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material
adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan
benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan
menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.

2.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib


Pajak
Menurut (Fatmawati,2015:16) faktor-faktor Wajib Pajak yang
berpengaruh pada kepatuhan Wajib Pajak adalah:
1. Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang akan
dipatuhi. Salah satu sanksi perpajakan adalah pemberian
denda untuk Wajib Pajak yang melanggar. Tahun 2015
Dirjen Pajak telah mengeluarkan kebijakan baru yaitu
penghapusan sanksi pajak. Harapan DJP dengan kebijakan
baru ini dapat meminimalisir Wajib Pajak untuk terkena
sanksi perpajakan yang memberatkan Wajib Pajak. Sanksi

28
pajak dikenakan kepada Wajib Pajak yang tidak patuh dalam
memenuhi peraturan perpajakan.

2. Perlakuan Terhadap Wajib Pajak Yang Adil


Keadilan Wajib Pajak adalah sifat (perbuatan atau
perlakuan) yang tidak sewenang-wenang atau tidak berat
sebelah atas sistem perpajak yang berlaku. Peralakuan yang
adil untuk setiap Wajib Pajak dari pihak perpajakan akan
memberikan nilai positif untuk pelayanan perpajakan. Nilai
positif tersebut akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
untuk selalu melaksanakan kewajiban sebagai Wajib Pajak.
Masyarakat akan cenderung tidak patuh dan menghindari
kewajiban pajak jika merasa sistem pajak tidak berlaku adil.
3. Penegakkan Hukum
Penegakan hukum akan mendorong Wajib Pajak untuk
berlaku patuh terhadap pajaknya. Wajib Pajak patuh karena
berpikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam
usaha untuk penyelundupan pajak.
4. Besar Penghasilan
Besar penghasilan perorangan atau badan tidak sama
antar satu dengan yang lain. Penghasilan akan ditentukan
dari pekerjaan atau usaha, pendidikan dan lingkungan.
Semakin besar penghasilan yang diperoleh maka akan
semakin besar pula pajak yang dibayarkan.

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah:

a. Kemauan Membayar Bayar


Kemampuan membayar pajak merupakan suatu nilai seseorang
untuk mau, rela, dan menukarkan sesuatu untuk memperoleh timbal
balik barang atau jasa. Kemauan membayar pajak membuktikan bahwa
seseorang telah mengetahui tentang pengetahuan tentang pajak,
khususnya untuk kelebihan dan kekurangan membayar pajak.
b. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran Wajib Pajak merupakan salah satu penunjang
pembangunan negara. Penundaan pembayaran pajak ataupun
pengurangan beban pembayaran pajak akan sangat merugikan negara
tentu saja akan merugikan untuk diri kita sendiri. Ketika setiap Wajib

29
Pajak sadar akan kewajibannya sebagai Wajib Pajak maka akan tercipta
kepatuhan Wajib Pajak yang baik.
c. Pengetahuan Peraturan Perpajakan
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seorang Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Meningkatkan pengetahuan perpajakan masyarakat secara formal
maupun non formal akan berdampak positif 39 terhadap kesadaran
Wajib Pajak untuk membayar pajak sehingga akan tercipta kepatuhan
Wajib Pajak.
d. Pemahaman Terhadap Peraturan Perpajakan
Pemahaman Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan adalah cara
Wajib Pajak dalam memahami tentang peraturan perpajakan yang telah
ada. Wajib Pajak yang tidak mengerti dan memahami peraturan
perpajakan maka Wajib Pajak akan cenderung tidak taat dalam
pajaknya. Semakin paham Wajib Pajak memahami perturan perpajak
maka akan semakin sedikit Wajib Pajak untuk melalaikan dalam
pembayaran pajaknya. Sehingga Wajib Pajak akan patuh untuk selalu
membayar dan melaporkan pajaknya.
e. Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan
Persepsi yang baik dari Wajib Pajak bahwa sistem perpajakan yang
sudah ada sekarang lebih efektif dan tentunya lebih memudahkan Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiaban perpajakan, maka akan semakin
meningkat kemauan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Kemudahan
Wajib Pajak dalam efektivitas sistem perpajakan untuk sekarang ini
antara lain yaitu e-SPT, e-Filling, dan e-registrasi.
f. Kualitas Layanan Terhadap Wajib Pajak
Pemberian pelayanan yang berkualitas harus mencakup keamanan,
kelancaran, kenyamanan dan juga kepastian hukum. 40 Seorang Wajib
Pajak akan merasa puas dengan pelayanan dari petugas pajak yang
memuaskan. Petugas pajak harus selalu ada ketika Wajib Pajak ingin
atau membutuhkan jasanya. Wajib Pajak belum sepenuhnya paham
akan peraturan perpajakan sehingga bantuan dari petugas sangat
membantu Wajib Pajak. Sebaliknya petugas pajak harus siap tanggap
dalam melayani Wajib Pajak.

30
2.7 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1999 yang mengalami
perubahan menjadi UU No 20. Pasal 1 Tahun 2008 bahwa UMKM
adalah:

1. Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan/badan
usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro yang
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini
2. Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dlakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan anak
perusahaan atau anak cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar.
a) Memiliki kekayaan bersih Rp 500.000.0000 – paling banyak
Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau
b) Memilki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000-
paling banyak Rp 50.000.000.000
3. Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan cabang dari perusahaan atau anak
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, maupun menjadi baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

2.7.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pada
pasal 6 tentang kriteria UMKM dalam bentuk penanaman modal:

1. Kriteria Usaha Mikro


a) Memiliki kekayaan brsih paling banyak Rp 50.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan sebanyak Rp 300.000.000
dalam setahun.
2. Kriteria Usaha Kecil

31
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000- paling
banyak Rp 500.000.000.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan Rp 300.000.000-Rp
2.500.000.000.
3. Kriteria Usaha Menengah
a) Memiliki kekayaan bersih Rp 500.000.0000 – paling banyak
Rp 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau.
b) Memilki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000-
paling banyak Rp 50.000.000.000.

2.8 Peraturan Pemerintahan Nomor 23 Tahun 2018


Berdasarkan https:ww.pajak.go.id terdapat beberapa perubahan
yang pada PP No. 23 Tahun 2018 yaitu:
1. Penurunan tarif dari 1% menjadi 0,5%.
2. Penambahan ketentuan jangka waktu.
3. Hak memilih untuk dikenakan Pph Final atau tidak (dengan
kewajiban pembritahuan).
4. Penyesuaian kriteria wajib pajak badan.
5. Penyesuaian subjek yang dikenai Peraturan Pemerintahan ini.
6. Penegasan omzet untuk wajib pajak orang pribadi status PH dan MT.
7. Penyerahan cara penyetoran yaitu dipotong atau dipungut.

Adapun hal yang tidak mengalami perubahan pada peraturan ini


dibandingkan dengan peraturan sebelumnya, yaitu:
1. Batasan omzet
2. Dasar Pengenaan Pajak
3. Pengecualian Objek Pajak

2.9 Undang-Undang No 7 Tahun 2021


Berdasarkan UU No 7 Tahun 2021 atau bisa dikenal dengan
perpajakan (UU HPP) tariff Pph Final untuk pengusaha dengan peredaran
tertentu mengalami perubahan yaitu bagi orang pribadi pengusaha yang
menghitung Pph dengan Tarif final 0,5% (PP 23/2018) dan memiliki
peredaran bruto sampai dengan Rp 500 juta setahun tidak dikenakan pajak.

32
2.10 Penghasilan dibawahah Rp 500 Juta tidak dikenakan pajak
UMKM dengan penghasilan dibawah Rp 500 Juta dan yang masih
berhak yang bisa tidak dikenakan pajak penghasilan Final UMKM.

Pajak UMKM sebesar 0,5% sesuai PP 23/2018 masih berlaku sampai


tahun 2022. Namun dalam perhitungannya bagi UMKM dengan omzet diatas
Rp 500 juta dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan batas peredaran
bruto terbaru. Tarif pajak 0,5% baru dikenakan untuk bulan-bulan
berikutnya dalam tahun pajak berjalan pada bulan ke 7-12.

2.11 Perbandingan PP No 46 Tahun 2013 dan PP No 23 Tahun 2018


Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM
Tabel 2. 6 Perbandingan PP No 46 Tahun 2013 dan PP No 23 Tahun
2018 Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM
Ket PP No 46 Tahun 2013 PP No 23 Tahun 2018
Subjek Pajak WP Orang Pribadi WP Orang Pribadi
WP Tidak termasuk BUT WP Badan tertentu
(PT,CV dan Firma,
Koperasi)
Jenis Dari usaha tidak termasuk Dari usaha tidak termasuk
Penghasilan penghasilan dari jasa penghasilan dari jasa
sehubungan dengan sehubungan dengan
pekerjaan bebas pekerjaan bebas
Batasan Omzet Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8 M
dalam satu tahun pajak.
Pengecualian Wajib Pajak yang Wajib pajak yang memilih
Subjek Pajak melakukan kegiatan usaha, untuk dikenakan Pph
perdagangan dan atau jasa Berdasarkan Tarif Pasal
yang dalam usaha nya 17 ayat (1) huruf a, Pasal
yang dalam usahanya 17 ayat (2a) atau pasal
menggunakan: 31E UU PPh
Sarana dan Prasarana yang Persekutuan komanditer
dapat dibongkar pasang, atau firma yang dibentuk
baik yang menetap oleh beberapa wajb pajak
maupun tidak menetap. orang pribadi yang
Sebagian atau seluruh memiliki keahlian khusus
tempat untuk kepentingan menyerahkan jasa sejenis
umum yang tidak dengan jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas.

33
diperuntukkan bagi tempat WP Badan yang
usaha atau berjualan memeperoleh fasilitas
pasal 31 A UU Pph dan PP
94
Pengecualian Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa
Objek Pajak sehubungan dengan pekerjaan bebas
Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri
Pengusaha yang atas penghasilannya telah dikenai
dikenakan pajak penghasilan yang berisfat final dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
sendiri dan
Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

Batasan Waktu Tidak ada WP OP : 7 Tahun


CV,Firma/Koperasi : 3
Tahun
PT 3 tahun
Dihitung sejak untuk WP
lama sejak tahun pajak
Peraturan Pemerintahan
berlaku.
Untuk WP baru sejak
tahun pajak terdaftar .
Tarif 1% 0,5%
DPP Jumlah peredaran bruto setiap bulan
Penyetoran Setor sendiri Setor sendiri atau
Dibebaskan dari Dipotong/dipungut oleh
pemotongan/pemungutan pemotong atau pemungut
pihak lain dalam hal dapat pajak dengan
menunjukan SKB ke KPP mengajukan Surat
Keterangan ke KPP.
Penentuan Didasarkan pada Tetap penegasan WP OP
Pengenaan beredaran bruto dari usaha yang status pisah harta
Pajak. dalam 1 tahun pajak dan memilih terpisah (2
terakhir sebelum tahun NPWP) harus berdasarkan
pajak yang bersangkutan. penggabugan sesuai
prinsip keluarga sebagai
satu kesatuan ekonomis.
Sumber: Tax Legal ID (2018)

Pada Bulan Oktober 2021, Pemerintah telah mengesahkan undang-


undang baru terkait perpajakan yaitu Undangan-Undang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (UU HPP). Salah satu kebijakan Undang-Undang

34
Harmonisasi Peraturan Perpajakan tersebut menyebutkan adanya
penghasilan tidak kena pajak (PTKP) bagi WP OP UMKM. Kebijakan ini
berlaku periode Januari tahun 2022, PTKP ini tidak hanya untuk wajib pajak
orang pribadi saja, tapi wajib pajak UMKM juga ada PTKP nya yaitu sebesar
Rp 500 Juta dalam satu tahun. Dalam artian penghasilan UMKM OP dengan
penghasilan kurang dari atau sama dengan Rp 500 Juta dalam satu tahun
tidak akan dikenakan pajak Pph final sebesar 0,5%.

2.12 Kelompok UMKM Berdasarkan Perpajakan


UMKM terbagi menjad dua kategori berdasrkan berapa persen pajak yang
harus dibayarkan:

a) UMKM dengan penghasilan peredaran bruto tertentu:


Sesuai Peraturan Pemerintahan (PP) No 23 Tahun 2018,
UMKM dengan peredaran bruto dibawah Rp 4,8 M setahun dapat
menggunakan tarif Pph Final UMKM sebesar 0,5% dari penghaislan
bruto.
Sehingga ketentuan penyampaian SPT Tahunan Pph bagi
UMKM dengan penghasilan bruto tertentu ini mengikuti tata cara
penyampaian SPT Tahunan secara umum, namun perlu
memeperhatikan penyampaian informasi penghasilan bruto dan Pph
yang telah dibayar atas penghasilan tersebut.

b) UMKM dengan status PKP


UMKM dengan status Pengusaha Kena Pajak ini artinya
memiliki omzet bruto lebih dari Rp 4,8 M setahun dan hanya boleh
menggunakan tarif Pph Normal.
Tarif Pph normal adalah sesuai Undang-Undang No 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan yakni 25%.
Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perpu)
1. No 1 Tahun 2020, tarif Pph Badan turun menjadi 22% di tahun 2020
dan 2021
2. Tarif Pph Badan turun menjadi 20% di tahun 2022; dan tambahan
3% menjadi 17% khusus untuk Perseroan Terbuka (Tbk)
Namun pada tahun 2022 pemerintah kembali menerbitkan
Peraturan Perpajakan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021,
sehingga rencana tarif pajak badan menjadi 20% pada tahun 2022
dibatalkan.

35
BAB III
METODE PENYELESAIAN TUGAS AKHIR

3.1 Objek Penelitian


Menurut (Sugiono,2014) menjelaskan bahwa objek penelitian
merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
mempunyai variasi teretentu dan dteteapkan oleh penelitian untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan atas permasalahan yang peneliti hadapi.
Objek penelitian yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah potensi tingkat kepatuhan Wajib Pajak usaha thrift shop dalam
pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Malang Utara.
Dalam hal ini KPP Malang belum menggali secara optimal potensi
penerimaan pajak penghasilan Thrift Shop di Malang dikarenakan Dirjen
Jenderal Pajak lebih fokus ke Pajak Ekspor Impor Barang bekas. Padahal,
angka jumlah usaha Thrift Shop di Malang sangat membludlak sejak tahun
2014 , hal ini dikarenakan masih terdapat pelaku usaha Trift Shop di Malang
ada yang belum terdata sebagai wajib pajak. Penelitian ini dilakukan
dilakukan di KPP Paratama Malang Utara dari Bulan September – November
2022.

3.2 Jenis Penelititian


Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian Kuantitatif Deskriptif. Menurut (Sugiono, 2018) penelitian
Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (Indenpenden) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan variabel yang lain. Mendeskriptifkan
tentang bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak usaha thrift shop dalam
pelaporan spt tahunannya.

Menurut (Sugiono,2018) metode penelitian Kuantitatif adalah yakni


pendekatan peneltian yang banyak menggunakan angka-angka dari hasil
perhitungan dan pengukuran data yang diperoleh. seperti data wajib pajak
usaha thruft shop yang terdaftar dan wajib pajak yang telah melaporkan
SPT Tahunan periode 2019-2022 untuk mengetahui berapa persen tingkat
kepatuhan wajib pajak usaha thrift shop dalam pelaporan spt tahunannya
di KPP Pratama Malang Utara.

Peneliti memilih menggunakan pendekatan Kuantitatif dikarenakan


topik yang diteliti lebih menekankan untuk menganalisis potensi tingkat

36
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan
penghasilan usaha Thrift yang periode pajak 2019-2022 melalui wawancara,
studi dokumentasi, serta menggunakan data statistik yang meliputi jumlah
wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan jumlah wajib pajak orang
pribadi yang melaporkan SPT Tahunannya periode 2019-2022 tepat wakt
untuk mendeskripsikan kesimpulan dari analisis objek tersebut.

3.3 Sumber Data Penelitian


Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, diperlukan informasi yang cukup
dan data yang sesuai dengan pokok pembahasan dan tujuan yang akan
dicapai. Data-data akurat yang disajikan dalam Tugas Akhir ini dapat
dipertanggung jawabkan kebenerannya. Adapun jenis data yang digunakan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini meliputi:
1) Data Primer.
Menurut (Sugiono, 2018) data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data yang kepada pengumpul data,
berupa wawancara dengan KPP Pratama Malang Utara, observasi,
survey, eksperimen maupun pengukuran langsung terhadap objek
penelitian. Data primer yang didapatkan oleh peneliti berasal dari
wawancara. Data yang diperoleh:
a) Data penghasilan pajak dari penjualan usaha thrift shop dari
tahun 2019-2022
2) Data Sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui pihak ketiga berasal dari sumber-sumber yang
telah ada atau data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak lain
atau mempelajari dan memahami melalui media lain dan sumber dari
buku, jurnal internet dan dokumen perusahaan. Data Sekunder yang
didapatkan oleh peneliti antara lain berasal dari studi dokumentasi.
Data yang diperoleh:
a) Data Peraturan Pemerintahan No 23 Tahun 2018 tentang pajak
penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak yang memilki peredaran bruto tertentu.
b) Peraturan Pemeirntahan No 43 Tahun 2013
c) Undang-Undang No.7 Tahun 2021

37
3.4 Teknik Pengumpulan Data.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penelti menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi
Pengamatan yang dilakukan untuk informasi dan data-data
yang dibutuhkan untuk melengkapi hasil penelitian.
2. Wawancara
Menurut (Sugiono,2018) wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti
dengan cara Tanya jawab antar pewawancara dengan pimpinan atau
pihak yang berwewenang. Peneliti memilih teknik wawancara
dikarenakan untuk mendapatkan jawaban yang telah atas
permasalahan yang menyebabkan usaha Thrift Shop di Malang
belum melakukan hak dan kewanjiban secara optimal.
Narasumber : Ibu Herlinda
Jabatan : Account Representantive
Pertanyaan wawancara yang dituju ke narasumber KPP
Pratama Malang Utara. Berikut pertanyaan yang penelti ajukan ke
narasumber:
1) Sejak tahun berapa KPP Pratama Malang Utara didirikan?
2) Bagaimana sejarah singkat mengenai KPP Pratama Malang
Utara?
3) Bagaimana struktur organisasi yang ada di KPP Pratama
Malang Utara?
4) Apa visi dan misi dari KPP Pratama Malang Utara?
5) Wajib Pajak Selaku usaha dagang seperti apakah yang bisa
dikatakan sebagai wajib pajak yang patuh?
6) Apa saja kendala dalam pembayaran pajak penghasilannya
selaku usaha thrift shop di KPP Pratama Malang Utara?
7) Apakah wajib pajak orang pribadi selaku selaku usaha thrift
shop yang telat atau tidak menyampaikan SPT Tahunan akan
dikenakan sanksi? Kalau ada berapa besar denda buat usaha
pemilik thrift shop?
8) Apakah semua wajib pajak orang pribadi selaku usaha thrift
shop yang tidak menyampaikan SPT Tahunan akan diberikan
surat teguran?

38
9) Berapa jumlah WP yang terdaftar SPT Tahunan Pajak
penghasilan WP OP selaku usaha thrift shop tahun 2019-2022.
10)Berapa jumlah WP OP yang lapor SPT Tahunan pajak
penghasilan selaku usaha thrift shop di Malang tahun 2019-
2022
11)Apa saja kendala pembayaran/pelaporan selaku usaha
dagang di KPP Pratama Malang Utara?
12)Upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Malang Utara untuk mengatasi kendala-
kendala yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi dalam penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilannya?
3. Studi Dokumentasi
Menurut (Sugiono,2017) merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar dan karya-
karya monumental dari seseorang. Hasil wawancara akan lebih
kredibel apabila didukung oleh dokumen-dokumen, dan menambah
informasi untuk penelitian yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Data yang diperoleh:
a) Data WP yang terdaftar selaku usaha Thruift Shop periode
2019-2022
b) Data SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi selaku usaha
Thrift Shop yang lapor SPT Tahunan Tepat Waktu pajak
periode 2019-2022
c) Data Penghasilan dari penjualan usaha Thrift Shop Toko X
Tahun 2022

3.5 Teknik Penyelesaian Tugas Akhir


Pada Tugas Akhir ini, peneliti menggunakan metode analisis data
Kuantitatif. Data Kuantitatif berupa data statistik yang meliputi jumlah WP
OP usaha thrift shop yang terdafatar dan jumlah WPOP usaha thrift shop
yang tepat waktu dalam pelaporan SPT Tahunan periode Tahun 2019-2022.

Dalam metode ini peneliti berusaha menggambarkan sekaligus


menganalisis secara deskriptif dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu
mendeskripsikan tentang bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak selaku
usaha thrift shop dalam menyampaikan SPT Tahunannya periode pajak
2019-2022. Dalam penelitian ini yang digunakan yaitu model (Miles dan

39
Huberman,2007:16) yaitu pengumpulan data, reduksi data,penyajian
datadan penarikan data yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. 1 Teknik Penyelesaian Tugas Akhir (Internet, Belajar


Data Science di Rumah (2020))
1) Pengumpulan Data
Yaitu pencarian data pada KPP Pratama Malang Utara melalui
wawancara. Data yang dikumpulkan oleh penulis berupa data Usaha
Thrift Shop di Malang terdaftar sebagai wajib pajak atau tidak, dan
dokumen lainnya yang mendukung penelitian seperti hasil penelitian.
Setelah itu, peneliti melakukan pengembangan penajaman data
melalui penarian data selanjutnya.
2) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari KPP Pratama Malang Utara akan
segera dianalisis melalui reduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan cara
demikian maka kesimpulan dapat ditarik oleh penelitian.
3) Penyajian Data
Setelah menyelesaikan Reduksi Data, maka masuk ketahap
penyajian data. Pada tahap ini, peneliti menyajikan data yang sudah
direduksi atau disederhanakan ditahap sebelumnya. Sehingga
kumpulan data tersebut bisa lebih mudah disampaikan kepada orang
lain.
4) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Tahap terakhir dalam analisis data yang digunakan dalam
metode ini adalah metode deskriprif yaitu penarikan kesimpulan
dengan cara menjelaskan hasil rasio tingkat kepatuhan wajib pajak
usaha thrift shop dalam pelaporan SPT Tahunan penghasilan periode
2019-2022. Rasio kepatuhan menggunakan rumus sebagai berikut:

40
𝐴
× 100%
𝐵

Gambar 3. 2 Rumus Rasio Kepatuhan wajib Pajak Dalam Pelaporan


SPT Tahunan
Sumber: Istiqomah (2016)
Keterangan:
A : Jumlah selaku Usaha Thrift Shop yang
Lapor SPT Tahunan Tepat Waktu
B : Jumlah Wajib Pajak usaha Thrift shop yang
terdaftar di KPP Pratama Malang Utara

Rasio ini digunakan untuk mengukur kepatuhan wajib pajak selaku


usaha Thrift Shop dalam pelaporan SPT Tahunan pajak tahun pajak 2019-
2022 setelah diterbitkan PP No.Tahun 2018 menjadi UU HPP No 7 Tahun
2021. Penelitian ini hanya meneliti kepatuhan penyampaian SPT Tahunan
Wajib Pajak Orang Priadi selaku usaha Thrift Shop sehingga Jumlah SPT
Tahunan Wajib Pajak yang digunakan dalam perhitungan rasio ini adalah
SPT Tahunan yang terdaftar wajib pajak SPT Tahunan dan Jumlah Wajib
Pajak yang lapor SPT tahunan Tepat waktu, lalu dinilai berdasarkan skor
kepatuhan skala 5 Norma Absolut

Tabel 2. 7 Skor Rasio Kepatuhan Skala 5 Norma Absolut


Nilai% Kategori
Diatas 80% Sangat Baik
70% hingga 80% Baik
60% hingga 70% Cukup
50% hingga 60% Kurang
Dibawah 50% Sangat Kurang
Sumber: Wayan Nurkanca dan Sumartana

41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitan


4.1.1 Profil KPP Pratama Malang Utara
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Utara
merupakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang masuk dalam
lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III
dan berkedudukan dibawah Kementerian Keuangan. KPP Pratama
Malang berdiri sejak tahun 2007 yang beralamat di Jalan Jaksa
Agung Suprapto No 29-31 Kelurahan Samaan , Kecamatan Klojen,
Kota Malang.

4.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Malang Utara


Adapun Visi dan Misi dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Malang Utara sebagai berikut:

a. Visi
Untuk menyatukan pandangan seluruh Jajaran Direktorat
Jenderal Pajak mengenai cita-cita dan arah kemana organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama akan menuju, maka
dbentukklah visi yang menjadi komitmen bagi seluruuh jajaran
Direktorat Jenderal Pajak yaitu : “Menjadi institusi penghmpunan
penerimaan negara yang terbaik demi menjamin kedaulatan dan
kemandirian negara.”
b. Misi
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan dengan efektif
dan efesien diharapkan seluruh komponen Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Malang Utara mengenal peran dan program
instansinya serta hasil yang akan dicapai dimasa mendatang.
Sebagai tindak lanjut merealisasikan visi, maka misi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang juga menjadi komitmen bagi
seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut
: Menjamin Peneyelenggaraan Negara yang Berdaulat
dan Mandiri dengan;
a) Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak
sukarela yang tinggi dan penegakkan hukum yang adil

42
b) Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan
pemenuhan kewajiban perpajakan
c) Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan
professional
d) Kompensasi yang kompetitif berbasis system manajemen
kinerja.

4.2.3 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Malang Utara yang terletak di Jalan Jaksa
Agung Suprapto no 29-31, Kota Malang, Jawa Timur. Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Utara termasuk dalam
Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jawa Timur III.

Telepon : 0341-364270
Kode Pos : 65112
Narasumber : Ibu Herlinda Siska Pradini

4.2 Tugas dan Fungsi KPP Pratama Malang Utara


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
210/PMK.01/2017 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Pajak. Bab 1 pasal 3 KPP Pratama Malang Utara
mempunyai tugas melaksanakan analisis, penjabaran, koordinasi,
bimbingan, evaluasi dan pengendalian kebijakan serta pelaksanaan tugas
dibidang pajak dalam wilayah kerjanya berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3,


Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara meneyelanggarakan fungsi
sebagai berikut:

a) Anallisis dan pelaksaan penjabaran kebijakan dan penyusunan


rencana strategi dibidang perpajakan;
b) Koordinasi dan pemberian bimbingan dibidang perpajakan;
c) Koordinasi, pemberi bimbingan, anailisis dan penjabaran kebijakan
pencapaian target penerimaan pajak;
d) Pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan perpajakan yang menjadi
tanggung jawab Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang
Utara

43
e) Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang
penyuluhan, pelayanan, pengawasan, penilaian, pemeriksaan dan
penagihan dibidang perpajakan
f) Pengelolaan administrasi dan pelaksanaan penilaian,pemeriksaan,
pemeriksaan bukti permulaan , penyidikan, forensik dan intelenjen
di bidang perpajakan
g) Penyelesaian pembetulan, keberatan dan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
dan/ atau Surat Tagihan Pajak dan Pembatalan hasil pemeriksaan
pajak;
h) Pelaksaan urusan gugatan dan banding
i) Pengelolaan data,arsip perpajakan dan nonperpajakan
j) Pelaksanaan hubugan masyarakat dan kerja sama, dan
k) Pemberian bimbingan dan pelaksaan dibidang kepegawaian,
keuangan, tata usaha,sarana dan prasarana, dukungan
teknis,advokasi, pengelolaan kinerja dan kepatuhan internal.

4.3 Struktur Organisasi KPP Pratama Malang Utara


1. Sub Bagian Umum
Melakukan urusan kepegawaian,keuangan, tata usaha, rumah
tangga dan bantuan hukum
2. Seksi Pengolahaan Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pengolaan data, penyajian
informasi perpajakan,perekaman dokumen perpajakan , urusan tata
usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan
bagi Hasil Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer , pemantauan
aplikasi E-SPT dan E-Filling dan penyiapan laporan kinerja
3. Seksi Pemeriksaan
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,pengawasan
pelaksaan aturan pemeriksaan,penerbitan, penyaluran Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak dan admnistrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
4. Seksi Pelayanan
Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan , pengadministrasian, dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengelolaan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
pelaksaan registrasi wajib pajak.

44
5. Seksi Penagihan
Melakukan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan
penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Seksi Ekstentifkasi Perpajakan
Melakukan pelaksaan dan p mencari wajib pajak yang belom
terdaftar masuk kedalam sistem
7. Seksi Pengawas Dan Konsultasi (Wakson) I
Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak,usulan
pembetulan ketetapan pajak,bimbingan dan konsultasi teknis
perpajakan kepada Wajib Pajak,serta usulan
8. Seksi Pengawas Dan Konsultasi (Wakson) II,III
Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak,penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib
Pajak,rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intesifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.

Gambar 3. 3 Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Malang Utara (Seksi


Sub. Bagian Umum dan Kepatuhan Internal KPP Pratama Malang
Utara)

45
4.4 Hasil Analisis dan Pembahasan
4.4.1 Hasil Analisis
Pada penelitian ini peneliti telah menganalisa permasalahan yang
telah diuraikan, yaitu tentang tingkat kepatuhan wajib pajak usaha thrift
shop dalam pelaporan spt tahunan pajak penghasilan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Malang Utara tahun pajak 2019-2021.

Hasil peneitian ini didapatkan dengan teknik wawanara secara


mendalam dengan informan sebagai bentuk pencarian data dan
dokumentansi secara langsung dilapangan dengan cara melakukan
wawancara di KPP Pratama Malang Utara. Fokus pada penelitian ini yang
peneliti peroleh dari KPP Pratama Malang Utara adalah tingkat kepatuhan
wajib pajak orang pribadi wajib lapor yang terdaftar sebagai usaha usaha
thrift,sanksi yang diperoleh oleh wajib pajak usaha thrift shop yang tidak
patuh lapor SPT Tahunan Pajak Penghasilannya, kendala wajib pajak tidak
patuh dalam pelaporan SPT Tahunan serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasi kendala pada wajib pajak yang ada.

Menurut Ibu Herlinda, selaku Account Representative di KPP Pratama


Malang Utara. Untuk usaha Thrift Shop ini bisa dikategorikan Pph Final
UMKM. Bagi pengusaha usaha thrift shop dapat menggunakan tarif Pph
Final sesuai Peraturan Pemerintahan (PP) Nomor 23 Tahun 2018. Tarif
untuk Pph Final PP 23/2018 sebesar 0,5% dari peredaran bruto atau omzet
bruto, kecuali yang melaksanaan pembukuan. Pengusaha usaha thrift shop
harus menyetorkan Pph Final dari omzet bruto setiap bulannya ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara. Apabila omzet dibawah Rp 4.8
Miliyar maka termasuk kategori Pph Final UMKM, apabila diatas Rp 4,8
Miliyar tetap menggunakan mekanisme pembukuan. Kalo untuk tahun 2021
kebawah omzet berapapun dikenakan pajak jadi pihak KPP Pratama Malang
Utara tidak melihat batasan omsetnya berapa. Pada tahun 2022 untuk
omset dibawah Rp 500 Juta maka tidak dikenakan pajak atau bebas pajak,
namun apabila diatas Rp 500 Juta untuk bulan selanjutnya dikenakan pajak
Pph Final UMKM dengan tarif 0,5%

46
4.4.2 Pembahasan

4.4.2.1 Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Thrift


Shop Dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Tabel 4. 1 Wajib Pajak Yang Terdaftar dan Wajib Pajak Yang Lapor
Tahun 2019-2022

Tahun Jumlah SPT Jumlah WP OP Jumlah WP


Tahunan WP Yang Lapor SPT selaku Usaha
Selau Usaha Thrift Tahunan Tepat Thrift Shop
Shop Yang Waktu yang telat lapor
Terdaftar
2019 42 23 19
2020 25 9 16
2021 31 27 4
2022 40 39 2
138 105 33
Sumber: Data Diolah (2022)

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui mengenai tabel ditas menunjukan bahwa
kepatuhan Wajib Pajak yng menyampaikan SPT Tahunan dengan tepat
waktu mengalami perubahan. Jumlah wajib pajak yang terdaftar dari tahun
2019-2022 Cukup banyak yang mendaftarkan sebagai wajib pajak dengan
total 138 wajib pajak dan jumlah wajib pajak yang melaporkan SPT
Tahunan tepat waktu tahun 2019-2022 hanya 105 wajib pajak. Berikut
penjelasannya :

1. Pada tahun 2019 jumlah WP selaku usaha thrift shop yang terdaftar
pada KPP Pratama Malang Utara yaitu sejumlah 42 wajib pajak. Dan
wajib pajak yang lapor SPT Tahunan di Tahun 2019 dengan tepat
waktu sejumlah 23, yang tidak lapor pajak SPT Tahunan dengan
tepat waktu sejumlah 19 wajib pajak.
2. Pada tahun 2020 jumlah WP selaku usaha thrift shop yang terdaftar
mengalami penurunan di KPP Pratama Malang Utara yaitu sejumlah
25 wajib pajak. Dan wajib pajak yang lapor SPT Tahunan ditahun
2020 dengan tepat waktu sejumlah 9 yang tidak lapor tepat waktu
sejumlah 16 wajib pajak.
3. Pada tahun 2021 jumlah WP selaku Usaha thrift Shop yang terdaftar
pada KPP Pratama Malang Utara mengalami kenaikan yaitu sejumlah

47
31 wajib pajak. Dan wajib pajak yang lapor SPT Tahunan degan tept
waktu di Tahun 2021 sejumlah 27 wajib pajak, yang tidak lapor pajak
sejumlah 4.
4. Pada tahun 2022 jumlah WP selaku usaha thrift shop yang terdaftar
pada KPP Pratama Malang Utara mengalami kenaikan yaitu sejumlah
40 wajib pajak. Dan wajib pajak yang lapor SPT Tahunan di Tahun
2022 sejumlah 39 wajib pajak, yang tidak lapor tepat waktu sejumlah
2 wajib pajak.

JUMLAH WP SELAKU USAHA THRIFT


SHOP
WP Yang Terdaftar WP Yang Lapor Tepat Waktu WP Yang Telat Lapor
42

40

39
31

27
25
23

19

16
9

2
2019 2020 2021 2022

Gambar 4. 1 Jumlah WP Selaku Usaha Thrift Shop Terdaftar, Jumlah WP


Selaku Usaha Thrift Shop Lapor Tepat Waktu, Jumlah Wajib
Pajak Yang
Telat Lapor dalam SPT Tahunan
Sumber : Data Diolah (2022)
Dari gambar 4.1 dapat diketahui pada tahun 2019-2020 mengalami
penurunan namun 2020-2022 mengalami kenaikan total wajib pajak yang
terdaftar setiap tahunnya namun bertambah dengan sedikit atau lebih
rendah dari jumlah sebelumnya. Persoalan ini dapat dilihat selama 3 tahun
pada tahun 2019-2021 dimana jumlah wajib pajak yang terdaftar SPT
Tahunan tidak beranjak. Kondisi ini pun dikarenakan dengan ada nya faktor
pandemi Covid-19 dan ketidakpastian ekonomi global. Jumlah Wajib Pajak
tidak berubah secara signifikan salama 3 tahun tidak hanya karena
pandemi, namun juga karena perampatan ekonomi global yang
berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Sehingga tidak memiliki ruang
untuk memperluas jangkauan mencari wajib pajak baru. Pada tahun 2022

48
mulai mengalami kenaikan untuk jumlah wajib pajak dikarenakan sudah
bisa memperluas pencarian wajib pajak baru secara lapangan melalui
kegiatan pendidikan dan peningkatan pelayanan. Jumlah Wajib Pajak yang
melaporkan SPT Tahunan tepat waktu paling rendah yaitu pada tahun 2020.
Hal ini dikarenakan batas waktu untuk pelaporan SPT Tahunan pada tahun
31 Maret sehingga Virus Covid-19 yang melanda sejak tahun 2020 bulan
Maret menjadi pukulan bagi otoritas pajak. Kondisi ini membatasi ruang
gerak pemerintahan untuk menambah jumlah wajib pajak SPT Tahunan.
Adapun faktor lainnya pembatasan mobilitas sosial karena diadakan social
distancing sehingga terdampak signifikan terhadap aktifitas ekonomi
nasional.
Jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan tepat waktu tertinggi
yaitu pada tahun 2022. Hal ini dikarenakan Pemerintah mengubah
peraturan baru dengan batasan omset Rp 500 juta dalam setahun pada
bulan Oktober 2021 berlaku periode Januari tahun 2022.
Terkait kurangnya pelaporan SPT Tahunan pada periode 2019-2022
salah satu menjadi penyebabnya adalah:

1. WP Tidak tau cara melaporkan SPT Tahunan secara online


2. WP membuat atau mengaktifkan NPWP ntuk mementingkan dan
mempermudah sebagai salah syarat kepentingan pribadi untuk
meminjam uang diperbankan atau instansi lainnya.
3. Tidak tau kapan pelaporan SPT Tahunan dilaksanakan dan Wajib
Pajak tidak mengetahui kalau kewajiban menyampaikan SPT
Tahunan dilaporkan setiap tahun.
4. Merasa tidak perlu melaporkan SPT Tahunan karena wajib pajak
beranggapan kurang merasakan manfaat pajak
5. Merasa tidak lapor karena penghasilan sudah dipotong pajak
6. Kurang memahami istilah-lstiah perpajakan yang ada Formulir
1770

Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan wajib pajak selaku usaha


Thrift Shop dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
2019-2022 peneliti menggunkana Rumus Tax Rasio Yaitu : Jumlah Wajib
Pajak yang lapor SPT Tahunan tepat waktu/ Jumlah SPT Tahunan yang
terdaftardi KPP Pratama Malang Utara sebagai usaha Thrift Shop dikalikan
dengan 100%

49
Tabel 4. 2 Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Thrift Shop Dalam Pelaporan SPT
Tahunan Pajak dengan Tepat Waktu
Tahun WP yang WP Yang Rasio Yang Rasio Kepatuhan
Terdaftar Lapor Tidak Kepatuhan WP Selaku
(A) Tepat Patuh dalam Lapor Usaha
Waktu Lapor SPT SPT Thrift Shop
(B) Tahunan
(B/A
*100%)
2019 42 23 45% 55% Kurang
2020 25 9 64% 36% Sangat
Kurang
2021 31 27 33% 87% Cukup
2022 40 39 3% 98% Sangat
Tinggi
Rata- 36% 69% Cukup
Rata
Sumber: Data diolah (2022)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dijelaskan bahwa persentase


kepatuhan wajib pajak selaku usaha thrift shop yang menyampaikan SPT
Tahunan periode tahun pajak 2019-2022 mengalami perubahan setiap
tahunnya. Rasio kepatuhan wajib pajak yang melaporkan SPT Tahunan
mengalami peningkatan sebanding dengan pertambahan jumlah wajib
pajak selaku usaha thrift shop yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara
setiap tahunnya. Jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan paling
tinggi yaitu pada tahun 2022. Hal ini dikarenakan dengan adanya
perubahan Peraturan Pemerintahan baru pada pengusaha UMKM
Khususnya selaku usaha Thrift Shop yaitu UU HPP no 7 Tahun 2021. Berikut
penjelasannya:

1. Pada tahun 2019 persentase kepatuhan wajib pajak usaha thrift shop
dalam penyampaian SPT Tahunan yaitu sebesar 55% atau dibisa
dikatakan kurang patuh dalam pelaporan SPT Tahunan.
2. Pada tahun 2020 untuk wajib pajak usaha thrift shop dalam pelaporan
SPT Tahunan mengalami penurunan sebesar 36% atau bisa dikatakan
sangat kurang patuh dalam pelaporan SPT Tahunan, dan
3. Pada tahun 2021 mengalami kenaikan dengan persentase 87% berada
pada tingkatan cukup patuh dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan

50
4. Pada tahun 2022 mengalami kenaikan dengan persentase 98% berada
pada tingkatan cukup patuh dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan.

Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Usah Thrift Shop


Rasio Kepatuhan Dalam Pelaporan SPT Tahunan Tepat Waktu
Rasio Wajib Pajak Yang Tidak Patuh Dalam Lapor SPT
120

100
98
80 87

60
64
55
40
45
36 33
20
3
0
2019 2020 2021 2022

Gambar 4. 2 Rasio Selaku Usaha Thrift Shop Yang Lapor Tepat Waktu,
Rasio Tidak Patuh Lapor Dalam Pelaporan SPT Tahunan
Sumber : Data Diolah (2023)

Dari Gambar 4.1 menunjukan bahwa jumlah kepatuhan wajib pajak


selaku usaha Thrift Shop ini sebelum adanya Covid-19 pada tahun 2019
yang patuh dalam penyampaian SPT Tahunan sebesar 55% kemudian
setelah adanya Covid-19 usaha yang patuh dalam menyampaikan SPT
Tahunan mengalami penurunan sebesar 36%. Hal ini mempengaruhi oleh
adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak Virus
Covid-19 yang melanda.Dengan adanya kondisi ini KPP Pratama Malang
Utara membatasi ruang gerak pemerintah untuk menambah jumlah wajib
pajak wajib SPT. Pembatasan mobilitas sosial,sehingga berdampak
signifikan terhadap aktifitas ekonomi nasional. Sehingga banyak pelaku
usaha yang mengalami kerugian pada penjualan.

Berdasarkan data diatas jumlah kepatuhan wajib pajak selaku usaha


Thrift Shop pada tahun 2021-2022 mengalami kenaikan yaitu sebesar 87%
dan 98%. Hal ini dikarenakan dengan adanya Peraturan Baru yaitu PP.No
23 Tahun 2018 menjadi UU HPP No7 Tahun 2021

51
Rata-rata pada tahun 2019-2022 berada pada tingkatan 69%
dengan skor cukup patuh dalam penyampaian SPT Tahunan.Persentase
penyampaian SPT Tahunan Tepat Waktu selaku usaha thrift shop tahun
2021-2022 mengalami kenaikan setiap tahun. Hal ini dikarenakan dengan
adanya perubahan tarif pajak sesuai PP No 23 Tahun 2018 menjadi UU HPP
No 7 Tahun 2021 menjadikan wajib pajak usaha thrift shop memiliki beban
perpajakan yang kecil, sehingga UMKM selaku usaha Thrift Shop ini dapat
mengembangkan usahanya.

Oleh sebab itu Pemerintah berusaha memberikan kemudahan dalam


pelaporan SPT Tahunan yang bertujuan dapat meningkatkan kepatuhan
wajib pajak usaha thrift shop dalam pelaporan SPT Tahunan. Pemerintah
meluncur aplkasi untuk meringankan dalam laporan SPT Tahunan melalui
e-filling dan e-form yang sudah dillakukan sejak tahun 2013 agar memiliki
peningkatan dalam pelaporan SPT Tahunan terutama untuk Wajib Pajak
selaku usaha thift shop dan DJP mengeluarkan peraturan baru yaitu PP No
23 Tahun 2018 menjadi UU HPP No 7 Tahun 2021 setelah terjadi penurunan
tarif pajak menjadi 0,5% serta batasan omset Rp 500 Juta.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan Peraturan


Pemerintahan baru ini berhasil menjadi solusi untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak usaha thrift shop. Sehingga dapat memberikan
kemudahan bagi Wajib Pajak selaku usaha Thrift Shop dalam pelaporan SPT
Tahunannya dan dapat mengembangkan usahanya secara adil.

52
Tabel 4. 3 Data Penghasilan Pajak Dari Penjualan Usaha Thrift Shop

Tahun Penghasilan Pajak dari


Penjualan Usaha Thrift Shop
2019 1.722.110.682
2020 1.227.530.428
2021 1.340.787.156
2022 2.454.522.579
Sumber: Data Diolah (2022)

Berdasarkan tabel 4.4 pada diatas dapat dilihat penghasilan pajak dari
penjualan pakaian bekas dari tahun 2019-2022 meningkat. Menurut Ibu
selaku Account Representative, bahwa selaku usaha pakaian bekas ini
dengan KLU 47742 tidak ada target penerimaan pajak dari penghasillan
penjualan pakaian bekas. Tetapi, yang menjadi target pajak adalah jenis
Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) dengan ketetuan jumlah omzet yang
harus membayar pajak. Dikarenakan di KPP Pratama Malang Utara tidak
membicarakan untuk kategori jenis usaha mikro,karena usaha mikro jelas-
jelas bukan merupakan objek/subjek pajak sehingga tidak memiliki
kewajiban perpajakan/tidak dikenakan pajak.
1. pada tahun 2019 penghasilan pajak dari penjualan usaha thrift shop
di KPP Pratama Malang Utara sebesar Rp 1.722.110.682
2. Pada tahun 2020 penghasilan pajak dari penjualan usaha thrift shop
di KPP Pratama Malang Utara mengalami penurunan sebesar Rp
1.227.530.428
3. Pada tahun 2021 penghasilan pajak dari penjualan usaha thrift shop
di KPP Pratama Malang Utara mengalami kenaikan sebesar
1.340.787.156. dan
4. Pada tahun 2022 penghasilan pajak dari penjualan usaha thrift shop
di KPP Pratama Malang Utara mengalami kenaikan sebesar
2.454.522.579

4.4.3 Simulasi Perhitungan Pajak Usaha Thrift Shop setelah


diterbitkan RUU HPP.

Usaha thrift shop bisa dikatakan dengan Pph Final UMKM.


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (UU HPP). Memiliki batas Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) sebesar Rp 500 juta pertahun. Dalam artian, hanya UMKM

53
yang beromzet melebihi PTKP yang dapat dikenakan Pajak Penghasilan
(Pph) Final sebesar 0,5%.

Perhitungan Pph bersifat final yaitu dengan penghasilan bruto bulan


berikutnya yang kena pajak, kemudian dikali dengan tarif 0,5% sebagai
berikut:

Tabel 4. 4 Omset Toko X


Bulan Omzet Toko X
Januari Rp 18.955.000
Februari Rp 16.860.000
Maret Rp 24.054.000
April Rp 38.783.000
Mei Rp 25.409.000
Juni Rp 20.671.000
Juli Rp 24.675.000
Agustus Rp 18.073.000
September Rp 16.337.000
Oktober Rp 14.165.000
November Rp 16.131.000
Desember Rp 18.133.000
Total Rp 252.246.000
Sumber: Data Wawancara (Diolah 2022)

Pada tabel 4.4, peneliti memberikan ilustrasi bagi wajib pajak orang
priadi atau UMKM selaku usaha thrift shop di Malang untuk mengacu pada
Peraturan Pemerintahan No. 23 Tahun 2018 setelah terbitnya UU HPP No.7
Tahun 2021.
Maka dapat diketahui peredaran bruto adalah seluruh jumlah
penjualan di Toko X setiap bulannya yang didapat dari kegiatan usaha
sebelum dikurangi dengan berbagai biaya lainnya yang dikeluarkan oleh
pemiliki usaha thrift shop. Dalam kondisi Wajib Pajak Orang Pribadi UMKM
usaha Thrift shop memilih menggunakan skema PP No. 23 tahun 2018 dan
memiliki penghasilan tidak menentu setiap bulannya; dalam setahun
memiliki penghasilan bruto dari bulan Januari-Deseber tahun 2022 sejumlah
Rp 252.246.000 maka toko X tidak dikenakan tarif Pph Final UMKM sebesar
0,5% atau bebas pajak Pph Final. Dikarenakan peredaran bruto pada Toko
X dibawah Rp 500 juta,Toko X tetap wajib melaporkan data peredaran bruto
walaupun tidak ada Pph yang dibayarkan sesuai peraturan perpajakan
sebelum melaksanakan hak dan kewajiban pajaknya.

54
Apabila Toko x memiliki penghasilan bruto dalam setahun diatas Rp
500 Juta dalam setahun akan dikenakan tarif Pph Final UMKM sebesar 0,5%
dengan rincian, 5 bulan peratama masih bebas pajak karena ketentuan
batas peredaran bruto Rp 500 Juta. Sedangkan untuk bulan ke 6 hingga 12
atau selama 7 bulan mulai dikenakan pajak sebesar 0,5%

4.4.4 Sanksi tidak menyampaikan SPT Tahunan Pph Final UMKM


di KPP Pratama Malang Utara
Menurut peneliti hasil wawancara untuk batas akhir pelaporan SPT
Tahunan untuk wajib pajak orang pribadi ditutup setiap tanggal 31 Maret.
Apabila wajib pajak usaha thrft shop tidak melaporkan SPT Tahunan maka
akan dikenakan sanksi dalam bentuk sanksi admnistrasi. Menurut staf KPP
Pratama Malang Utara bagian staf pelayanan akan memberikan surat
teguran kepada wajib pajak yang belom lapor SPT Tahunan, setelah itu
memberi kesempatan dalam waktu 14 hari, apabila wajib pajak tidak
kunjung menyampaikan SPT Tahunannya maka KPP Pratama Malang Utara
akan meneribitkan Surat Tagihan Pajak (STP) untuk menagih sanksi atas
keterlambatan pelaporan SPT Tahunan yaitu dikenakan sanksi administrasi
sebesar Rp 100.000 untuk wajib pajak orang pribadi.
KPP Pratama Malang Utara menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP)
tersebut dengan tujuan untuk mengurangi angka kepatuhan wajib pajak
yang tidak patuh maupun tidak tepat waktu dalam menyampaikan SPT
Tahunannya.

4.4.5 Kendala Wajib Pajak Yang Mendorong Tingkat Kepatuhan


dalam Pelaporan SPT Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Malang Utara

Menurut ibu Herlinda selaku staf KPP Pratama Malang Utara, kendala
pemahaman wajib pajak usaha thrift shop dalam melaporkan SPT Tahunan
yang dihadapi yaitu wajib pajak tidak familiar dengan SPT nya dan wajib
pajak banyak yang tidak mengetahui bahwa untuk pengusahawan
menggunakan SPT 1770. Dikarenakan dilampiran SPT 1770 terdapat
banyak istilah-istilah perpajakan sehingga wajib pajak tidak memahami
istilah-istilah dan kewajiban perpajakan yang ada di lampiran formulir SPT
1770, maka wajib pajak lebih memilih datang ke KPP Pratama Malang Utara
untuk dipandu. Yang kedua kendala pemahaman wajib pajak dalam
melaporkan SPT Tahunan menggunakan online, terdapat wajib pajak yang
tidak bisa mengoperasikan sistem komputer maupun memiliki komputer.

55
Maka dari itu wajib pajak usaha thrift shop lebih memilih melapokan SPT
Tahunan nya secara langsung ke KPP Pratama Malang Utara. Hal ini kadang
membuat pelaporan SPT Tahunan secara online menjadi terhambat
dikarena sistem perlaporannya yang sering eror dan yang sering terjadi
penerimaan kode verifikasi yang lama masuk ke email. Ini bisa membuat
proses pelaporan pajak terganggu. Yang ketiga kurang memiliki kesadaran
masyarakat dalam pemungutan pajak untuk memenuhi kewajiban
kenegaraan belum optimal secara keseluruhan. Lalu banyak wajib pajak
yang menggunakan laporan keuangan dengan tidak benar atau asal-asalan
demi kepentingan sendiri.
Kendala menurut usaha thrift shop dalam pelaporan SPT Tahunan
dikarenakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara yang jauh
sehingga wajib pajak segan untuk berkunjung melakukan pelaporan SPT
Tahun dan Membayar Pajak. Yang kedua kurangnya SPT Tahunan akan
dilaksanakan kapan. WP selaku usaha Thrift shop terlalu menyepelekan
tidak perlu lapor SPT Tahunannya.

4.4.6 Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan


kepatuhan wajib pajak usaha thrift shop dalam pelaporan
SPT Tahunan di KPP Pratama Malang Utara

Rendah nya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan SPT


Tahunan disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman
pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan serta serta
rendahnya kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Utara mempunyai
tujuan yaitu meningkatkan target penerimaan pajak setiap tahunnya serta
kepuasan terhadap pelayanan yang diberkan ke wajib pajak. Dalam
pencapaian tersebut KPP Pratama Malang Utara memberikan pemeriksaan
pajak, pelaksanaan penagihan aktif serta meningkatkan kegiatan sosialisasi
agar kepatuhan wajib pajak usaha thrift shop dalam pelaporan SPT
Tahunannya meningkat.
Menurut hasil penelitian wawancara mengatakan bahwa KPP
Pratama Malang Utara rutin melakukan sosialisasi yang bagian penyuluh.
Sosialisasi menurut KPP Pratama Malang Utara bisa dilakukan secara online
maupun tatap muka. Pada tahun 2019-2021 KPP hanya melakukan
sosialisasi secara online dikarenakan adanya virus covid19 untuk menegah
penyebaran, sosialisasi diadakan via zoom yang sudah terjadwal oleh KPP

56
Pratama Malang Utara. Sedangkan sosialisasi secara tatap muka wajib pajak
bisa langsung datang ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara,
diKPP disediakan Helpdesk yang akan menjelaskan hak dan kewajiban wajib
pajak, apabila wajib pajak tidak mau menggunakan helpdesk, wajib pajak
bisa menghubungi account refrensetatif wajib pajak masing-masing. Kalo di
DJP online kelihatan penampung setiap wajib pajaknya siapa, itu bisa
konsultasi ke account refrensentatif yang sudah disediakan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara juga bekerja sama
dengan kelurahan jadi apabila daerah-daerah yang ada di Malang segan
untuk berkunjung ke KPP Pratama Malang Utara wajib pajak bisa kordinasi
ke kelurahan, nanti akan dijadwalkan oleh KPP Pratama Malang Utara
datang ke kelurahan untuk mengadakan sosialisasi dan mengedukasi wajib
pajak tentang tata cara pengsian SPT.

57
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdarkan hasil penelitian ini yang dilakukan di KPP Pratama Malang
Utara penliti dapat menyimpulkan sebaga berikut: Tingkat kepatuhan wajib
pajak usaha thrift shop dalam pelaporan SPT Tahunan periode tahun pajak
2019-2022 di KPP Pratama Malang Utara dalam waktu 4 tahun mengalami
hasil yang cukup patuh dalam pelaporan SPT Tahunan dari segi persentase.
Persentase kepatuhan wajib pajak usaha thrift shop dalam pelaporan SPT
Tahunan pada tahun 2019-2022 berada pada tingkat penguasaan 69%
dengan skor standart Cukup patuh. Hal ini disebabkan dengan adanya
Peraturan Pemerintahan No 23 Tahun 2018 menjadi UU HPP No 7 tahun
2022,sehingga dapat meringankan beban wajib pajak selaku usaha Thrift
Shop dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan
saran atau masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara:

1. Dikarenakan dengan adanya wajib pajak yang segan datang ke KPP


Pratama Malang Utara, bisa membuka sosialisasi pelayanan
penyampaian SPT Tahunan di mal atau diadakan mobil keliling untuk
pelayanan secara terbuka. Tujuan dari pelayanan tersebut untuk
memudahkan wajib pajak yang segan ke KPP Pratama Malang Utara
untuk menyampaikan SPT Tahunan.
2. KPP Pratama Malang Utara juga melakukan sosialisasi atau
mengedukasi wajib pajak tentang tata cara pelaporan SPT Tahunan
melalui media sosial seperti : instagram, twitter, siaran radio serta
facebook.
3. Memberikan penghargaan untuk wajib pajak yang patuh dan taat
dalam pelaporan SPT Tahunan. Hal ini mengupayakan agar wajib
pajak semangat untuk melakukan pelaporan SPT Tahunan secara
tepat waktu.
4. Melakukan pencarian wajib pajak selaku usaha thrift shop melalui
media sosial seperti: Instagram, Facebook,Mapping (mencari di
Google Maps) dan lainnya. selain itu melakukan secara survey
lapangan. Dengan tujuan mencari pelaku usaha thrift shop baru yang
belum terdata untuk menambah penerimaan pajak dari target pajak.

58
5. Setiap wajib pajak baru yang telah mendaftarkan diri langsung
diberikan penjelasan mengenai hak dan kewajiban sebagai wajib
pajak selaku usaha thrift shop dalam bentuk CD atau Hard-copy
tetapi harus diberikan penjelasan secara lisan dan mudah dipahami
agar Wajib Pajak mudah memahami betul peran sebagai Wajib Pajak
yang patuh sesuai dengan UU perpajakan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Angga, D., & Bagiastra, I. N. (2021). Retrieved Desember 2022, 10, from
LEGALITAS THRIFT SHOP DAN PRELOVED DI INDONESIA:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthadesa/article/view/70205

Davianti, C. (2017). Analisis Kendala-Kendala Yang Dihadapi Wajib Pajak


Dalam Penyajian/Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surabaya Rungkut. 6-9.

DDTCNews. (2022). "Aturan PTKP Rp500 Juta UMKM Berlaku Sampai


Kapan? Begini Jawaban DJP". Retrieved Desember 10, 2022, from
https://news.ddtc.co.id/aturan-ptkp-rp500-juta-umkm-berlaku-
sampai-kapan-begini-jawaban-djp
40623#:~:text=JAKARTA%2C%20DDTCNews%20%2D%20Pemeri
ntah%20mengatur%20adanya,bruto%20sampai%20dengan%20Rp
500%20juta

Dra.Siti Resmi, M. A. (2019 ). PERPAJAKAN, Teori dan Kasus . Yogyakarta :


Salemba Empat .

Hardani S., P., Grad. Cert. Biotech, N. H., Helmina Andriani M., S.,
Rousandhy Asr Fardani S., S., Jumari Ustiawaty S., S., Evi Fatmi
Utami M., F., et al. (2020). METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN
KUALITATIF. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group.

Khairiska, P. N. (2022). Mengapa Rasio Patuh Lapor SPT Belum 100 Persen?
Simak Jawabannya. Retrieved Desember 10, 2022, from Pajakku :
https://www.pajakku.com/read/626638d4a9ea8709cb189e21/Meng
apa-Rasio-Patuh-Lapor-SPT-Belum-100-Persen?-Simak-Jawabannya

Warsito, & S.P., L. (2020 ). Potensial of Tax Declining and Tax Policy
Strategy to Anticipate the Impact of the Covid-19 Pandemic: A
National Resilience perspective. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
, 93-108.

Widodo, D., & Krisnayanie, N. (2021). Analisis Insentif Perpajakan Terhadap


Reaisasi Penerimaan Perpajakan . Jurnal Pacta Sunt Servanda , 57-
67.

60
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Eriset

61
Lampiran 2 Pedoman Wawancara

62
Lampiran 3 Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan Narasumber KPP Pratama Malang Utara

Nama : Ibu Harlinda Siska Pradini

Jabatan : Account Representative

1. Sejak tahun berapa KPP Pratama Malang Utara didirikan?


Jawaban : KPP Pratama Malang Utara mulai beroperasi 4 Desember
2007
2. Bagaimana sejarah singkat mengenai KPP Pratama Malang Utara?
Jawaban : Kantor Pelayanan Pajak Malang Utara Kantor Pelayanan
Pajak yang masuk dalam lingkungan kantor Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur III dan berkedudukan dibawah
Kementerian Keuangan. KPP Mang Utara ini beralamat di JL. Jaksa
Agung Suprapto No 29-31 Kelurahan Samaan. Kecamatan Klojen,
Kota Malan. Lokasi ini cukup strategis karena terletak didekat pusat
kota dan berada di salah satu daerah sentra bisnis Kota Malang
sehingga mudah dijangkau oleh Wajib Pajak. Kantor ini dahulunya
merupakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota
Malang. Karena adanya reformasi birokrasi ditubuh Departemen
Keuangan, kantor ini diubah fungsinya menjadi Kantor Pelayanan
Pajak Malang Utara secara resmi didirkan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan No.138/KMK.01/2008 tanggal 28 Mei 2008
tentang Perubahan kedua atas Keputusan MenterI keuangan No.
61/KMK.01/2007 tentang kode Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak dan mulai beroprasi tanggal 4
Desember 2007
3. Bagaimana struktur organsisasi yang ada di KPP Pratama Malang
Utara?
Jawaban : Untuk struktur organisasi bias di foto diruangan bawah.

4. Apa visi dan misi dari KPP Pratama Malang Utara?


Jawaban : untuk visi dan misi bisa difoto dibawah ya mbak
5. Wajib pajak selaku usaha thrift shop seperti apakah yang bisa
dikatakan sebagai wajib pajak patuh?

63
Jawaban : wajib pajak yang patuh berarti, pertama WP yang telah
melakukan perhitungan penghasilannya yang rill yang sesuai dengan
omzet yang sebenarnya, yang kedua pembayarannya tidak boleh
telat dia harus rutin melakukan pemabyaran pajak, tidak telat dalam
penyampaian SPT Tahunan, WP juga kooperatif ketika memperoleh
surat teguran dari KPP baik dari untuk penghimbauan maupun
klarifikasi dan backlisan.

6. Apa saja kendala dalam pembayaran/pelaporan pajak


penghasilannya selaku usaha thrift shop di KPP Pratama Malang
Utara?
Jawaban : kendalanya, sistem pajak di Indonesia masih
menggunakan metode self assisment, jadi WP mungkin belom
familiar untuk pembuatan kode billing, kalo dulu masih ngisi manual
SSP, kalo sekarang kalau WP membuat kode billing mereka harus
mempunyai akes ke DJP Online atau keportal DJP Online. Belum
semua WP teredukasi untuk pembuatan kode billngnya. Kemudian
WP kesulitan membedakan antara bersih dan kotor, WP suka sulit
membedakan omset dikiranya bersih. Jadi sering kali mereka
melaporkan omsetnya itu dibawah yang sebenarnya. Sebenarnya
omset itu benar-benar yang kotor yang mereka keluarkan tanpa
melihat mereka sebenarnya itu diia rugi atau tidak. Lalu kemudian
untuk pelaporannya juga sama . pelaporannya dilakukan setahun
sekali mungkin mereka tidak familiar dengan SPT nya apalagi kalo
untuk SPT Penghuasaan menggunakan SPT 1770. Kadang WP tidak
paham dengan istilah-istilah perpajakan yang ada formulir SPT 1770,
maka dari itu mereka dating ke KPP untkuk dipandu.

7. Apakah WP Orang Pribadi selaku usaha thrift shop yang telat atau
tidak menyampaikan SPT Tahunan akan dikenakan sanksi? Kalau ada
berapa besar denda usaha buat usaha pemilik thrift shop?
Jawaban : pasti akan dikenakan sanksi kalau dia SPT Tahunan
Badan telat lapor dikenakan denda sebesar Rp 1.000.000. kalo telat
bayarnya dikalikan dulu berapa bulan yang terlambat lalu pokok
pajak terutangnya berapa dikalikan dengan suku bunga efektif yang
berlaku untuk wajib pajak.

64
8. Apakah semua WP OP selaku usaha thrft shop yang tidak
menyampaikan SPT Tahunan akan diberikan surat teguran?
Jawaban : pasti mendapatkan surat teguran selama dia NPWP nya
aktif baik OP maupun badan, maka jka dia tidak lapor SPT Tahunan
Pajak yang telah waktu tentukan 31 Maret – 30 April maka dia
dberikan surat teguran. Kemudian setelah surat teguran itu nanti
setelah 14 hari kemudian ada surat tagihan pajak untk menagih
sanksi atas keterlambatan, baik itu keterlambatan lapor maupun
bayar.

9. Berapa jumlah yang lapor SPT Tahunan pajak penghasilan WP OP


Selaku usaha Thrift Shop tahun 2019-2022?
Jawaban :
Jumlah WP OP selaku usaha thrift shop yang lapor SPT Tahunan
(2019-2022)
Tahun Jumlah
2019 23
2020 16
2021 27
2022 39

10. Berapa jumlah WP yang terdaftar SPT Tahunan pajak penghasilan


WP OP selaku usaha thrift shop tahun 2019-2022?
Jawaban :
Jumlah WPOP selaku usaha thrift shop yang terdaftar SPT Tahunan
(2019-2022)
Tahun Jumlah
2019 42
2020 25
2021 31
2022 40

11. Apa saja kendala dalam pembayaran/pelaporan selaku usaha thrift


shop di KPP Pratama Malang Utara?
Jawaban : kendalanya, sistem pajak di Indonesia masih
menggunakan metode self assisment, jadi WP mungkin belom
familiar untuk pembuatan kode billing, kalo dulu masih ngisi manual
SSP, kalo sekarang kalau WP membuat kode billing mereka harus
mempunyai akes ke DJP Online atau keportal DJP Online. Belum

65
semua WP teredukasi untuk pembuatan kode billngnya. Kemudian
WP kesulitan membedakan antara bersih dan kotor, WP suka sulit
membedakan omset dikiranya bersih. Jadi sering kali mereka
melaporkan omsetnya itu dibawah yang sebenarnya. Sebenarnya
omset itu benar-benar yang kotor yang mereka keluarkan tanpa
melihat mereka sebenarnya itu diia rugi atau tidak. Lalu kemudian
untuk pelaporannya juga sama . pelaporannya dilakukan setahun
sekali mungkin mereka tidak familiar dengan SPT nya apalagi kalo
untuk SPT Penghuasaan menggunakan SPT 1770. Kadang WP tidak
paham dengan istilah-istilah perpajakan yang ada formulir SPT 1770,
maka dari itu mereka dating ke KPP untkuk dipandu.

12. Upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak Kanto Pelayanan Pajak
Pratama Malang Utara untuk mengatasi kendala-kendala yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian
SPT Tahunan Pajak Penghasilnannya?
Jawaban : Pertama di KPP Pratama Malang rutin melakukan
sosialisi, disini ada bagian penyuluh. Sosialisasinya bisa dilakukan
secara online maupun tatap muka. Kalau yang online itu biasa nya
dilakukan melalui via zoom. Lalu kemudian kalau WP dating langsng
ke KPP juga ada helpdesk yang akan menjelaskan hak dan kewajiban
WP, tetapi kala misalkan mereka tidak mau helpdesk itu bisa
menghubungi account refrensentatif mereka masing-masing, kalo di
DJP online penampung WP itu siapa, itu bisa konsultasi kesitu. Lalu
kemudian musim SPT Tahunan disediakan banyak loket pengisian
jadi SPT jadi petugasnya ditambah,shift nya ditambah untuk
melayani wajib pajak yang memang tidak paham tentang hak dan
kewajiban perpajakannya, lalu KPP juga kerjasama dengan
kelurahan jad kalo misalnya ada daerah-daerah yang memang
mereka segan ke KPP merekaa koordinasi ke kelurahan nanti
dijadwalkan kapan kami datang ke kelurahan untuk melakukan
sosialisi pengisian SPT. Kalo misal nya sistem pajak di Indonesia
menggunakan Self Assisment (WP menghitung sendri,tapi kalo dari
sisi fiskus ketika menemukan data misalnya data pembeliaan atau
data rekening keuangan yang ternyata menunjukan apa yang
dilaporkan WP itu tidak sesuai maka atas data-data itu akan
dikonfirmasi ke WP dalam bentuk surat himbauan. Salah satu upaya
agar mereka itu lebih patuh dalam melaporkan itu enggak asal-

66
asalan. Dikira WP tidak ada yang mengawasi jadi mereka seenaknya
sendiri jadi ada mekanisme pengawasan nya dari KPP berdasarkan
data dan informasi yang kami peroleh.

67
Lampiran 4 Hasil Dokumentasi

68
69
Lampiran 5 Penghasilan Selaku Usaha Thrift Shop bulan Januari-
Desember Tahun 2022

70
71
72
73
74

Anda mungkin juga menyukai