Anda di halaman 1dari 12

MODIFIKASI ALAT PENYULINGAN UAP AIR (HYDRO-STEAM

DISTILLATION) UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN MINYAK

ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.)

PROPOSAL PENELITIAN (CHE 616402)

OLEH:

MUCHAMAD FIDA KAMIL


1705041007

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini

disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak essensial karena pada suhu

kamar mudah menguap. Istilah esensial sendiri dipakai karena minyak atsiri

memiliki bau dari tanaman asalnya (Guenther, 1987). Minyak atsiri biasa

diperoleh dengan cara destilasi baik itu destilasi uap, destilasi air, maupun

destilasi uap-air Dengan sifat aromatiknya minyak atsiri kini mulai banyak

dibutuhkan diberbagai industri seperti parfum, farmasi, kosmetika, maupun

industri makanan dan minuman (Anonim, 2014).

Menurut Allied Marked Research (2016) seiring dengan kesadaran manfaat dari

minyak atsiri kini produksi minyak atsiri di dunia terus meningkat. Permintaan

global pada minyak atsiri pada tahun 2018 tercatat sebanyak 226,9 kiloton senilai

dengan $ 8 milliar USD akan meningkat pada tahun 2025 sebanyak 404,2 kiloton

dengan nilai $ 15,6 milliar USD. Spa dan relaksasi memegang pangsa volume

terbesar lebih dari 39,0% pada tahun 2019 dan diproyeksikan akan mengalami

pertumbuhan yang signifikan selama periode perkiraan. Pertumbuhan segmen ini

terutama disebabkan oleh perubahan gaya hidup konsumen di seluruh dunia. Gaya
hidup yang sibuk telah menciptakan kebutuhan yang signifikan untuk terapi

penghilang stres, yang mendorong permintaan akan aromaterapi. Sedangkan

Makanan dan minuman muncul sebagai salah satu segmen aplikasi utama pada

tahun 2019 dengan pangsa volume 38,6% dan diperkirakan akan berkembang

pada CAGR tercepat dari tahun 2020 hingga 2026. Meningkatnya permintaan

akan produk makanan yang alami, aman, dan diproses secara minimal di seluruh

dunia muncul sebagai faktor utama yang memperluas cakupan aplikasi minyak

esensial dalam aplikasi makanan dan minuman. Sifat antimikroba minyak ini

membantu mengawetkan produk makanan dan minuman untuk durasi yang lebih

lama. Meningkatnya fokus produsen makanan dan minuman pada peningkatan

umur simpan produk tanpa mengorbankan kualitas merupakan faktor utama lain

yang mendorong pertumbuhan segmen aplikasi ini.

Gambar 1. 1 Grafik Ukuran Pasar Minyak Kayu Putih Tahun 2018-2026

Ukuran Pasar Minyak Kayu Putih, 2018-2026 (USD Million)


18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Sumber : Allied Marked Research
Menurut Dewan Atsiri Indonesia (20Indonesia sebagai negara tropis mempunyai

keanekaragaman hayati minyak atsiri (Essential Oils) yang sangat beragam.

Memiliki sekitar 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri namun hanya sekitar 12

jenis yang telah digunakan sebagai sumber minyak atsiri yang telah diekspor ke

pasar dunia. Beberapa produk minyak atsiri Indonesia yang berpengaruh di pasar

dunia, seperti minyak nilam, akar wangi, pala, dan cengkeh. Kegiatan produksi

minyak atsiri nasional melibatkan banyak pihak mulai dari petani penghasil bahan

baku, industri penyulingan kecil dan menengah, pedagang, pengepul hingga

industri pengolahan dan eksportir maju. Indonesia dikenal sebagai salah satu

negara produsen dan pengekspor minyak atsiri terbesar di dalam perdagangan

dunia bersama dengan negara China, India dan Brazil. Berdasarkan data

Internarional Trade Center (ITC), nilai ekspor minyak atsiri mencapai USD 91

juta (2009) dan meningkat menjadi USD 161 juta (2011). Sedangkan mengalami

penurunan pada tahun 2013 menjadi USD 123 juta sehingga menjadikan

Indonesia duduk di peringkat ke-9 sebagai eksportir terbesar dunia.

Melaleuca cajuputi dikenal dengan nama daerah Kayu putih merupakan salah satu

jenis tanaman asal Indonesia yang mempunyai peranan cukup penting dalam

industri minyak atsiri. Di Indonesia, tanaman kayu putih tumbuh secara alami di

daerah Maluku (Pulau Burum, Pulau Seram, Pulau Ambon dan Pulau Nusa Laut),

Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Bali dan Irian Jaya. Hingga kini total

luas tanaman kayuputih di Indonesia telah mencapai lebih dari 245.756 hektar

(Sunanto, 2003). Tanaman kayu putih merupakan salah satu jenis yang cukup

berpotensi untuk upaya rehabilitasi lahan, baik dari aspek ekologis maupun aspek
ekonomis. Terdapat keuntungan ganda yang diperoleh pada pengembangan

tanaman kayu putih di lahan kritis antara lain untuk menunjang usaha konservasi

lahan dan pemanfaatan lahan marginal menjadi lahan produktif serta memberikan

kesempatan kerja sehingga berimplikasi meningkatkan penghasilan kepada petani.

Dengan menggunakan metode destilasi yang telah diperbaiki, rendemen minyak

kayu putih mencapai 1,23% (Ibrahim dkk., 1996). Komposisi minyak kayu putih

berisi senyawa utama dan ikutan, dengan senyawa utama terdiri dari 1,8 cineole

(1,3%-5%), utama terdiri dari 1,8-cineole (15-60 %), sesquiterpene alcohols

globulol (0,2-8 %), viridiflorol (0,2-30 %), spathulenol (0,4-30%), sedangkan

senyawa ikutan terdiri dari limonene (1,3-5 %), β-caryophyllene (1-4 %),

humulene (0,2-2 %), viridiflorene (0,5-7 %), α-terpineol (1-7 %), α dan β-selinene

(masing-masing 0,3-2 %) dan caryophyllene oxide (1-8 %).

Di Indonesia produk minyak kayu putih diperkirakan 450 ton per tahun.

Sedangkan kebutuhan dalam negeri terhadap permintaan minyak kayu putih

mencapai 1500 ton per tahun. Sehingga Indonesia mempunyai defisit terhadap

permintaan minyak kayu putih dalam negeri sebesar 1000 ton. Hal ini

mengindikasikan bahwa sebenarnya peluang untuk pengembangan industri

minyak kayu putih masih terbuka lebar.

Destilasi uap-air (steam-hydrodistillation) merupakan metode untuk memporduksi

minyak kayu putih. Sering juga disebut pengukusan karena menempatkan bahan

tanaman yang akan disuling dalam wadah yang konstruksinya hampir sama

dengan dandang pengukus. Prosesnya, air dididihkan pada bawah alat lalu minyak
atsiri akan ikut bersama aliran uap yang dialirkan ke kondensor. Metode ini

merupakan metode yang sederhana dan membutuhkan biaya yang rendah. Untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri minyak kayu putih diperlukan perbaikan alat

destilasi untuk mendapatkan rendemen terbaik.

Masalah utama komoditas minyak atsiri Indonesia di pasar internasional adalah

kualitas dan ketidakstabilan pasokan. Hal ini terutama karena sebagian besar

usaha produksi minyak atsiri masih dijalankan dengan sangat sederhana, baik

dalam pembudidayaan tanaman maupun pengolahan hasil. Selain itu, efisiensi dan

efektivitas agribisnis minyak atsiri masih tergolong rendah. Indonesia sebagai

negara pengekspor minyak atsiri yang berpengaruh di dunia harus terus berupaya

untuk mengembangkan produksi, kualitas dan nilai tambah minyak atsiri dan

produk turunannya serta daya saingnya yang akan terus menguat dan memberikan

devisa yang lebih besar.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan modifikasi pada alat destilasi

uap-air untuk mencapai yield yang optimal. Alat yang kami buat bisa

menggunakan kondenser maupun tidak menggunakannya dan mengandalkan

kondensasi baliknya. Untuk mengetahui pengaruhnya tersebut perlu dilakukan

penelitian pengaruh mengggunakan dengan tidak menggunakan kondenser pada

alat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kondenser dan pengaruh tanpa kondenser pada

alat tersebut terhadap yield yang minyak atsiri kayu putih?

2. ___________

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan hubungan

antarawaktuiradiasi, dayairadiasi dan kadar air

terhadapyieldminyakatsirikulitkayumanis, sertamendapatkankondisi proses

(waktuiradiasi, dayairadiasidan kadar air) yangterbaikpada

ekstraksiminyakatsirikulitkayumanisdenganmenggunakanResponse Surface

Methodology (RSM).

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Kimia FT Unila.

Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan-batasannya, dimana bahan

baku yang digunakan adalah daun kayu putih dari CV. _______. Dimana

ekstraksi daun kayu putih menggunakan destilasi uap-air (steam-

hydrodistillation). _________
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kayu Putih

Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi atau sering kita sebut tanaman kayuputih

merupakan salah satu jenis tanaman yang berasal dari Indonesia yang biasa

ditemukan di Indonesia bagian timur dan juga bisa ditemukan di Australia bagian

utara. Tanaman ini merupakan penghasil produk hutan bukan kayu berupa minyak

kayu putih yang didapatkan dari proses penyulingan daun umumnya melalui

prinsip destilasi. Masyarakat Indonesia tentunya sudah mengenal sejak lama dan

tidak asing lagi dengan minyak kayu putih tersebut yang biasa digunakan sebagai
minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain, campuran parfum dan lain

sebagainya.

Gambar 2.1 Pohon Kayu Putih


Sumber : www.natureloveyou.sg
Tanaman kayu putih berupa pohon berukuran sedang dengan tinggi bisa mencapai

kurang lebih 30 m. Tetapi dalam keadaan tertentu tanaman tersebut bisa tumbuh

lebih pendek menjadi belukar dengan cabang yang banyak, namun di Australia

kayuputih bisa mencapai tinggi lebih dari 40 m dan diameter 1,2 m. Batang

kayuputih berwarna abu-abu sampai putih, seperti keras, dan pucuk pohon

berwarna agak keperakan.


Gambar 2. Daun dan Bunga Kayu Putih
Sumber : Wikipedia
Rupa daun tampak tebal, berwarna hijau, tidak mengkilat, berbentuk lurus atau

melengkung biasanya mempunyai panjang 5-10 cm dan lebar 1-4 cm serta

berbulu dan memiliki 5 – 7 tulang daun dengan panjang 3 – 11 mm dalam setiap

helaian daun.(Doran et al., 1998). Bunga kayu putih bersifat biseksual. Terdapat 3

ruang pada bakal buah yaitu ovul, satu putik dan kepala putik. Kelopak dan

mahkota bunganya kecil, benang sari kebanyakan lebih panjang dari perhiasan

bunga dengan bentuk yang mempunyai daya tarik bagi serangga penyerbuk. Biji

kayu putih berjumlah sekitar 1-2% dari jumlah ovul. Buah kayu putih memiliki

bentuk kapsul dan mempunyai kulit buah yang kering dan bertipe debiscent, yaitu

kulit buah yang kering dan terbuka apabila telah mencapai kemasakan untuk

kemudian melepaskan biji-biji yang ada di dalamnya. . (Kartikawati, N. K. et al.,

2014)
Di daerah Kepulauan Maluku, tanaman kayuputih tumbuh baik di dataran rendah

maupun dataran tinggi yang berbatasan dengan hutan pantai dan tumbuh secara

monokultur. Spesies ini dapat tumbuh pada ketinggian antara 5-400 m di atas

permukaan laut, dengan zona iklim tropis, dan curah hujan rata-rata 1.300-1.750

mm per tahun. Mampu tumbuh baik pada lahan-lahan marginal maupun di daerah

rawa-rawa dan genangan air. Dan juga mampu beradaptasi pada tanah dengan

drainasi jelek, kadar garam rendah dan tahan terhadap kebakaran. (Doran et al.,

1998)

Saat ini kebutuhan dalam negeri akan minyak kayu putih sebesar 1.500 ton

minyak kayu putih untuk setiap tahunnya. Sedangkan kemampuan Indonesia

dalam memproduksi minyak kayu putih hanya sekitar 450 ton per tahunnya dan

angka tersebut merupakan separuh dari perkiraan total produksi tahunan seluruh

dunia (Kartikawati, N. K. et al., 2014). Namun Indonesia masih memiliki defisit

pasokan minyak kayu putih sebesar 1000 ton setiap tahunnya. Untuk memenuhi

permintaan tersebut diperlukan perkembangan industri terhadap produksi minyak

kayu putih baik itu memperbaiki alat destilasi maupun penelitian lebih lanjut

mengenai bibit unggul minyak kayu putih serta memperluas lahan tanaman kayu

putih.

Kualitas minyak kayu putih bergantung pada kandungan komponen aromatiknya

yaitu 1,8-cineole. Minyak kayu putih dengan kualitas bagus akan mengandung

kadar cineol antara 65%-75%. Secara umum komponen kimia yang terkandung

dalam minyak kayu putih antara lain : β-pinene 1.2%; cineol 60,03%; terpinolene

0,47%; 4, 11, 11, -tetrametil -8 metilen 1,44%; β linalool 1,59%; α terpineol


14,96%, caryophylene 1,26%; α caryophylene 0,52%; iso- kariofilin 0,87%; dan

dehydro -1,1,4,7, -tetramethyl elemol 5,32% (Ketaren R.S., 1985)

Pantai
Lahnbatang
, Kota Kotania Piru, Seram
Komposisi Kimia (%)
Namlea Bagian Barat, Maluku
Pulau Buru,
Maluku
β-Ocimene 4,06 1,52
trans-beta-ionon-5,6-epoxide - -
Acetic acid (CAS) Ethylic acid - -
Formamide (CAS) - -
Methanamide 2-Propanone
(CAS) Acetone - -
β-pinene 2,20 0,87
α-pinene - -
β-Myrcen 0,88 -
Limonene 5,96 3,42
1.8-Cineole 61,69 70,22
Phenol. 2-methoxy-(CAS)
Guaiacol - -
γ-Terpinene 1,98 2,77
α-Terpinolene 0,85 1,26
Terpinen-4-ol 0,74 0,93
α-Terpineol 10,03 10,32
2.3-Dihydro-Benzofuran - -
α-Terpinyl Acetate 2,01 1,75
l-Caryophyllene 6,05 3,69
Junipene 0,25 -
α-Humulene 0,64 0,48
β-Selinene 1,28 0,96
Germacrene A 0,50 0,68
Aromadendrene - 0,34
β-elemene - 0,80
Farnesol - -
solvano 0,88 -
Tabel. _ Komposisi Kimia dari Minyak Kayuputih

Sumber : S. Idrus et al., 2020

Anda mungkin juga menyukai