SKRIPSI
Oleh :
DHARSHINI NEELAMEGAN
NIM. 130600225
Pembimbing
Rini Octavia Nasution, drg., SH., M.Kes., Sp.Perio
NIP. 1978 10022003 12 2005
TIM PENGUJI
Disetujui oleh,
Plt Ketua Departemen
Dharshini Neelamegan
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya
kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban
penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran
Gigi.Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
orang tua tercinta Ayah saya, Neelamegan dan ibu saya, Nirmala yang selalu
memberikan nasehat, cinta dan kasih sayang, didikan, dukungan secara moril dan
materil kepada penulis. Rini Octavia Nasution, drg., SH., M.Kes., Sp.Perio selaku
pembimbing dalam melakukan kegiatan penelitian dan atas segala saran, masukan
yang telah diberikan, nasehat, dorongan serta meluangkan waktu, tenaga pemikiran
dan kesabaran kepada penulis selama penelitian dan penulisan sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.Adik-adik penulis Prasad, Visnu dan Anusha yang telah banyak
memberikan bantuan, semangat, do’a dan dukungan.serta segenap keluarga yang
senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama penulisan
skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan
serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih serta
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Aini Hariyani Nasution, drg.,Sp Perio selaku Plt Departemen Periodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Unuversitas Sumatera Utara dan penasehat
akademik penulis atas segala saran dan masukan yang telah diberikan.
3. Krisnamurthy Pasaribu drg.,Sp.Periodan Martina Amalia, drg.,Sp.Perio selaku
tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
(……………………)
Dharshini Neelamegan
Nim. 130600225
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………..
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI…………………………….
KATA PENGHANTAR…………………………………………… iv
DAFTAR ISI ..…………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................... 4
1.4 Hipotesis Penelitian……………………………………. 4
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………... 4
BAB 5 PEMBAHASAN………………………………………………. 39
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………....... 45
LAMPIRAN
Tabel Halaman
1 Definisi operasional…………………………………………… 23
Gambar Halaman
1. Klasifikasi trauma karena oklusi. A.Trauma karena
oklusi primer terjadi pada gigi dengan struktur
periodontal normal. B.Trauma karena oklusi sekunder
terjadi ketika tekanan oklusal (normal atau berlebihan)
terjadi pada gigi dengan struktur periodontal tidak
adekuat…………………………………………………... 8
2. Semental tears, disebabkan oleh trauma karena oklusi
akut pada otopsi manusia………………………………... 11
3. Migrasi gigi insisivus sentralis maksila ke arah labial
terutama gigi 11 A. Pandangan frontal B. Pandangan
lateral……………………………………………………… 11
4. Gambaran radiografi yang menunjukkan adanya trauma
karena oklusi sekunder dengan berbagai tingkat
keparahan. A. Kondisi awal trauma karena oklusi yang
ditandai dengan 1) pelebaran ruang ligamen periodontal;
2) penebalan lamina dura pada daerah apikal; 3) destruksi
septum interdental vertikal. B. Bentuk lain trauma
karena oklusi yaitu radiolusensi dan kondensasi tulang
alveolar. C. Kondisi trauma karena oklusi dalam tingkat
lebih parah dengan adanya peningkatan lebar ruang
ligamen periodontal (bentuk corong / funneling atau
cawan/ sauceration) dan kehilangan tulang vertikal……… 12
5. Gambaran radiografi menunjukkan radiolusen pada daerah
mandibular M1, merupakan kehilangan tulang pada daerah
furkasi…………………………………………………....... 13
Lampiran
3. Lembar Pemeriksaan
4. Jadwal Penelitian
6. Biodata Peneliti
8. Analisis Statistik
PENDAHULUAN
1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan trauma karena oklusi dengan periodontitis kronis berdasarkan
kualitas dan kuantitas tulang alveolar pada gambaran radiografi periapikal.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Periodontitis
Periodontitis adalah infeksi kronis yang melibatkan destruksi gigi dan
jaringan pendukung, yaitu ligamen periodontal dan tulang alveolar yang mendukung
gigi. Penyakit periodontal ini disebabkan oleh akumulasi plak bakteri dan produk
metabolik yang merangsang jaringan epitel untuk berkembang biak dan menghasilkan
proteinase yang merusak jaringan sehingga terjadi degradasi dan memungkinkan
untuk migrasi apikal dari jaringan epitel sepanjang permukaan akar gigi, sehingga
menghasilkan poket periodontal dan kehilangan perlekatan.1
2.2.2 Klasifikasi
American Academy of Periodontology (AAP) dalam International Workshop
for Classification of Periodontal Disease, mengklasifikasikan trauma karena oklusi
sebagai primer dan sekunder.9 Trauma karena oklusi primer didiagnosis ketika gigi
atau gigi dengan dukungan normal menerima beban yang berlebihan, menghasilkan
gejala kerenggangan atau ketidaknyamanan. Jadi pada dasarnya, trauma karena oklusi
primer terjadi pada gigi dengan struktur periodontal normal (Gambar 1A).
Trauma karena oklusi sekunder didiagnosis ketika gigi atau gigi yang telah
kehilangan dukungan periodontal menghasilkan gejala kerenggangan atau
ketidaknyamanan ketika menerima beban yang berlebihan atau beban yang
normal.Beban yang normal adalah beban yang seharusnya tidak menyebabkan gejala
di atas apabila diberikan pada kondisi gigi dengan jaringan periodonsium yang
normal. Secara garis besar, trauma karena oklusi sekunder terjadi ketika tekanan
oklusal (normal atau berlebihan) terjadi pada gigi dengan struktur periodontal tidak
adekuat (Gambar 1B) 10,14
Pusat
Rotasi Pusat
Rotasi
Gambar 1. Klasifikasi trauma karena oklusi. A.Trauma karena oklusi primer terjadi
pada gigi dengan struktur periodontal normal. B.Trauma karena oklusi
sekunder terjadi ketika tekanan oklusal (normal atau berlebihan) terjadi pada
gigi dengan struktur periodontal tidak adekuat.11
2.2.3 Etiologi
Etiologi trauma karena oklusi dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor
pemicu dan faktor predisposisi.Faktor pemicu adalah tekanan oklusal yang bersifat
destruktif.Ketika tekanan dalam batas normal dapat diadaptasi dengan baik oleh
jaringan lunak pendukung gigi, namun apabila tekanan berlebihan tersebut tidak
mampu diadaptasi jaringan, maka terjadi tersebut perubahan patologis pada jaringan
lunak. Biasanya tekanan ini ditentukan oleh besar, arah, durasi dan frekuensi.2,10
Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat berpengaruh terhadap trauma
karena oklusi secara tidak langsung.Faktor intrinsik meliputi karakteristik morfologi
akar, tulang alveolar dan di mana perbandingan mahkota dan akar yang dihubungkan
dengan tekanan pada kondisi resesi.Faktor ekstrinsik yang dapat meningkatkan
kehilangan tulang alveolar antara lain plak mikroba, neurosis akibat aktivitas
parafungsional, hilangnya dukungan gigi atau tulang dan maloklusi fungsional yang
disebabkan iatrogenik.2
Gambar 3.Migrasi gigi insisivus sentralis maksila ke arah labial terutama gigi 11
A. Pandangan frontal B. Pandangan lateral.10
3
1
2
A B
A B
Gambar 6. Konsep Glickman tentang trauma karena oklusi.A. Terbagi atas A) Zona
iritasi; B) Zona ko-destruksi. B. Lesi inflamasi pada zona iritasi meluas
ke arah 1) ligamen periodontal pada gigi yang mengalami trauma karena
oklusi dan 2) tulang alveolar ketika gigi tidak mengalami trauma karena
oklusi.3,11
Resorpsi Tulang
Pembentukan Tulang Masa
Plak Bakteri
Periodontitis
Menghubungkan trauma
karena oklusi dengan
periodontitis kronis
berdasarkan
Kualitas dan kuantitas tulang
alveolar pada gambaran
radiografi periapikal
menggunakan teknik Schei
Ruler
METODOLOGI PENELITIAN
(0,81 + 0,13)2
=
0,0441
= 20 ≈ 74 gigi
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel sesuai rumus di atas, diperoleh hasil
sebanyak minimal 20 gigi. Maka total sampel yang diperlukan dalam penelitian ini
sebesar 74 gigi akibat hubungan trauma karena oklusi dengan periodontitis kronis
generalisata berdasarkan kualitas dan kuantitas tulang alveolar pada gambaran
radiografi periapikal yang berada di Instalasi Periodonsia RSGM FKG USU Medan.
b) Kehilangan tulang alveolar dengan teknik Schei Ruler dengan menggunakan light
box (Gambar 9), gambaran radiografi periapikaldan penggaris transparan plastik
Gambar 10. a) Gambaran radiografi periapikal; b) Schei ruler (penggaris transparen plastik)
Tabel 2.Persentase kehilangan tulang dari total panjang akar dan indeks kehilangan
tulang alveolar
Gambar 11. Schei Rulerdiletakkan diatas foto periapikal pada gigi 21 (mesial) di mana
garis pertama diletakkan tepat pada titik batas sementum enamel (BSE) dan
garis terakhirpada titik apeks.
Analisis Data
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada
Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat
emosional.
HASIL PENELITIAN
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 74 gigi yang diperoleh dari
pasien di Instalasi Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi USU pada bulan Mei
hingga Augustus 2017.
Tabel dan gambar dibawah menunjukkan data frekuensi sampel penelitian ini yaitu
sebanyak 74 gigi dari 11 pasien yang memenuhi kriteria penelitian ini.
Tabel 3. Data frekuensi gigi trauma karena oklusi dan oklusi normal
Jumlah Gigi
Trauma
52,7% Karena Oklusi
47,3% Oklusi Normal
Gambar 12.Persentase sampel gigi trauma karena oklusi dan gigi dengan oklusi
Normal
Tabel 4. Hubungan trauma karena oklusi dengan ruang ligamen periodontal (mesial dan
distal)
Ruang Ligamen
Periodontal Jumlah Gigi (%) Nilai p
trauma trauma
karena karena
93,8% oklusi 41,4%
oklusi
58,6%
6,2% oklusi oklusi
normal normal
A B
trauma
trauma karena
30,8% karena oklsi 43,8% oklusi
56,2%
69,2% oklusi oklusi
normal normal
C D
Gambar 13. A. Persentase ruang ligamen periodontal (mesial) pada kondisi tidak
melebar; B. Persentase ruang ligamen periodontal (mesial) pada kondisi
melebar; C. Persentase ruang ligamen periodontal (distal) pada kondisi tidak
melebar; D. Persentase ruang ligamen periodontal (distal) pada kondisi
melebar.
4.3 Analisis Hubungan Trauma Karena Oklusi dengan Lamina Dura (Mesial
dan Distal)
Tabel 5. Hubungan trauma karena oklusi dengan kondisi lamina dura (mesial dan distal)
trauma
trauma 16,7% karena
24,1%
karena oklusi oklusi
75,9% 83,3%
oklusi normal oklusi
normal
A B
trauma
trauma karena
30,8% karena oklusi 35,0% oklusi
69,2% 65,0%
oklusi oklusi
normal normal
C D
E F
Gambar 14. A. Persentase lamina dura (mesial) pada kondisi menebal; B. Persentase
lamina dura (mesial) pada kondisi normal; C. Persentase lamina dura
(mesial) pada kondisi terputus-putus; D. Persentase lamina dura (distal)
pada kondisi menebal; E. Persentase lamina dura (distal) pada kondisi
normal; F.Persentase lamina dura (distal) pada kondisi terputus-putus.
Tabel 6. Hubungan trauma karena oklusi dengan pola kerusakan (mesial dan distal)
17,9% 8,6%
trauma trauma
karena oklusi karena oklusi
82,1% oklusi normal 91,4% oklusi normal
A B
13,9% 10,5%
trauma trauma
karena oklusi karena oklusi
86,1% oklusi normal 89,5% oklusi normal
C D
Gambar 15. A. Persentase pola kerusakan tulang alveolar (mesial) secara vertikal;
B.Persentase pola kerusakan tulang alveolar (mesial) secara horizontal; C.
Persentase pola kerusakan tulang alveolar (distal) secara vertikal;
D.Persentase pola kerusakan tulang alveolar (distal) secara horizontal.
Tabel dan Gambar dibawah menunjukkan analisis Hubungan Trauma Karena Oklusi
dengan Tinggi Tulang Alveolar yang Hilang.
Tabel 7. Hubungan trauma karena oklusi dengan tinggi tulang yang hilang
trauma trauma
karena karena
44,2% oklusi 45,5% oklusi
55,8% 54,5%
oklusi oklusi
normal normal
A B
Gambar 16. A. Persentase Tinggi Tulang Alveolar yang Hilang < 50%; B.Persentase
Tinggi Tulang Alveolar yang Hilang ≥ 50%.
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan meneliti hubungan trauma
karena oklusi dengan kualitas dan kuantitas tulang alveolar setelah perawatan
periodonsia agar bisa melihat perbedaan jaringan periodonsium pada gambaran
Selamat Pagi/Siang,
Peneliti,
(Dharshini Neelamegan)
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Telp/Hp :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap mengenai penelitian dan
paham akan apa yang dilakukan pada penelitian yang berjudul:
Maka dengan penuh kasadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan
menyatakan bersedia berpatisipasi pada penelitian ini.
Medan,
(Dharshini Neelamegan) ( )
Nomor :
Tanggal : ………...
DEPARTEMEN PERIODONSIA
LEMBAR PEMERIKSAAN
Nama Pasien:
Umur:
Jenis Kelamin:
Alamat:
Regio : ……………
Temuan
1 Pembuatan
Proposal
2 Pelaksanaan
Penelitian
3 Pembuatan
laporan hasil
penelitian
4 Penggandaan
Laporan
1. Peralatan Penelitian
2. Bahan Penelitian
Terbilang : “Dua Juta Satu Ratus Empat RIbu Enam Ratus Rupiah”
BIODATA PENELITI
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
Crosstabs
LDd * TKO
Crosstab
TKO
Normal Count 2 7 9
terputus-putus Count 26 19 45
Total Count 35 39 74
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
3.603b 1 .058 .064 .038 .018
Association
N of Valid Cases 74
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.26.
Crosstab
TKO
Normal Count 1 5 6
terputus-putus Count 27 12 39
Total Count 35 39 74
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
13.846b 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 74
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.84.
Crosstab
TKO
TTH 0 Count 23 29 52
1 Count 12 10 22
Total Count 35 39 74
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
.651c 1 .420 .454 .288 .145
Association
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10.41.
Crosstab
TKO
Horizontal Count 4 34 38
Total Count 35 39 74
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
41.797c 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.03.
Crosstab
TKO
Horizontal Count 3 32 35
Total Count 35 39 74
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
39.415c 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.55.
Crosstab
TKO
Melebar Count 27 21 48
Total Count 35 39 74
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
4.333c 1 .037 .051 .031 .022
Association
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.30.
Crosstab
TKO
melebar Count 34 24 58
Total Count 35 39 74
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
13.612c 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.57.
TKO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
RLPm
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
RLPd
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PKd
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TTH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
LDm
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent