Anda di halaman 1dari 119

ANALISIS /HĀLUN/ PADA SURAT AL-BAQARAH

SKRIPSI SARJANA

OLEH :

Z U ULFAN
040704019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN

2009

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.


USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti sampaikan ke hadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga
peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan serta menyelesaikan skripsi ini. Salawat
dan salam peneliti hadiyahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa risalah yang benar sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia dalam
menjalankan kehidupan dan penghidupan untuk keselamatan di dunia dan akhirat.
Salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program
Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara adalah membuat
suatu karya ilmiah yang berupa skripsi. Oleh karena itu untuk memenuhi syarat

tersebut peneliti menyusun sebuah skripsi yang berjudul: Analisis /HĀLUN/

Pada Surat Al-Baqarah.


Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat
kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan yang disebabkan kurangnya pengalaman
peneliti dalam memahami dan menyampaikan sesuatu. Oleh karena itu peneliti
dengan sepenuh hati memohon saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak atas tulisan ini.
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya
dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami
ilmu bahasa Arab.
Medan,

Peneliti
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya kepada peneliti, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan
dengan sepenuhnya. Salawat dan salam peneliti hadiahkan pada junjungan nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi manusia menuju
jalan yang dirahmati Allah SWT. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan
banyak terima kasih yang ta terhingga kepada kedua orang tua peneliti yang
tercinta Ayahanda Burhanuddin dan Ibunda Siti Rana Pulungan yang telah
mendidik dan membimbing peneliti dari kecil hingga sekarang dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang serta memberikan ketulusan doa dan ridanya kepada
peneliti dalam menjalankan studi di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada beliau “Allahumma igfirlī żunūbī wa li wālidayya wa
irhamhumā kamā rabbayāni sagīran”.
Dalam kesempatan ini pula peneliti ingin mengucakan banyak terima
kasih kepada:
1. Bapak Drs. Syafuddin M.A, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara. Serta pembantu Dekan I, II, dan III.
2. Ibu Dra. Khairawati, M.A, Ph.D selaku Ketua Jurusan Program Studi
Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
3. Pabak Drs. Mahmud Kudri, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Program
Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Syauri Syam, Lc selaku Dosen Pembimbing I dan ibu Dra.
Rahlina Muskar Nasution, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang
banyak meluangkan waktu dan kesempatannya untuk membimbing
peneliti serta memberikan inspirasi dan masukan yang sangat bermanfaat
bagi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sepenuhnya.
5. Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Khususnya di Program Studi Bahasa Arab yang telah memberikan banyak
wawasan yang sangat bermanfaat, semoga dengan ilmu yang diberikan
tersebut peneliti dapat menerapkan dalam lingkungan masyarakat.
6. Saudara Andika yang telah banyak membantu peneliti dalam bidang
administrasi dan penelitian skripsi.
7. Terima kasih kepada adikku tercinta Dahlia yang telah memberikan
semangat dan kasih sayang serta do‘anya selama ini.
8. Seluruh keluarga besar peneliti yang telah memberikan dukungan dan
do‘anya.
9. Seluruh guru peneliti yang telah mendidik dan memberikan ilmunya.
Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
mereka.
10. Teman-teman angkatan ’04 (Amek Bogel, Ust.Subhan, Mawadi, Mael
Ritonga, Darwin Sati, Fadil, Haris, Devi, Ade’, Ilyani, Rahmah, Qi2kali,
Dian, Vega, Sri, Risa , Odi Saleh, Atid, Eka, Hotma, Minah, Hanum, dan
Syam). Kalian adalah teman-teman terbaik yang pernah peneliti miliki.
11. Saudara-saudaraku di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fak-Sastra
(Rahmatsyah Putra (Ketua HMI Kom’s FS USU 08-09), abangda Eko
Maulijar, abangda Budi Alimuddin, abangda Farid Jauhari, abangda Ivan
Ramadhan, abangda Daru Irawadi, abangda Ansor Harahap, saudaraku
Amril Hiadayat Hararap serta seluruh teman nongkrong di kantin Mem.
Juga yang tidak terlupakan mantan pengurus HMI Kom’s Sastra USU
periode 07-08 (Izala, Benkbeng, Ape, Yaya, Euis, Siti, Yunita, Pai, Isro,
Ebda, Dayat, adinda Cimaw, Adrian Pai, Juara, Tesen, Rani, Depo, Ripa,
Benk2kali, Haris Muda, Riki Uwek, Dera, Saktie, Syarif Ariga, Awin,
Gullit dan seluruh pengurus HMI Kom’s FS USU). Yakin Usaha Sampai.
12. Teman-teman seperjuangan pengurus HMI Cab. Medan 07-08 ( abangda
Ranu Putra Armidin (Ketua Umum HMI Cab. Medan 07-08), Syamsir
Pohan, Firdaus, Zulfan Efendi Rambe, Adlin. Bima, Andre, Mitra, Hazarul
Aswad,
13. Seluruh kakanda Alumni (Elvin Syahrin , A.A. Dhani, Brugmant, Diles,
Berta, Popo, Yazer, dan lain-lain). Teristimewa buat adik-adik di keluarga
besar Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA).
14. Teman-teman di kost (Bams, Sari, Mas Qoy).
15. Teman-teman alumni PASTIBEDA (Eza, Alim, dan Irfan Syahputra).
16. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
peneliti yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang
kalian berikan kepada peneliti dibalas oleh Allah SWT. Amin ya rabba al-
‘alamin.

Medan, Maret 2009

Zulfan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................v
ABSTRAK.........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Batasan Masalah.........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................4
1.5 Metode Penelitian.......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6
2.1 Penelitian Sebelumnya................................................................6
2.2 Pengertian Hālun........................................................................6
2.3 Pengertian ‘Āmilu al-Hāli dan Sāhibu al-hāli............................7
2.4 Penanda Harkat Nasab................................................................9
2.5 Struktur Hālun...........................................................................11

2.6 Penggolongan /hālun/........................................................18

2.7 /wawu al-hāli/.............................................................22


2.8 /ta’addudi al-hāli/......................................................22
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................23
3.1 Struktur dan Penggolongan Hālun pada surat Al-Baqarah........23
3.1.1 Struktur /hālun/ yang baku.............................................23

3.1.1.1 Struktur /hālun/ yang mengakhirkan /hālun/


dari sahibnya........................................................................23
3.1.1.2 Mengakhirkan /hālun/ dari
/‘āmilu al-hāli/.....................................................................30

3.1.2 Struktur /hālun/ yang tidak baku....................................42

3.1.2.1 Mendahulukan Hālun dari sahibnya...................................42


3.1.2.2 Mendahulukan /hālun/ dari ‘amilnya............................45
3.1.2.3 Membuang /hālun/ dari ‘amil dan sahibnya.................47

3.1.2.4 Membuang /sāhibu al-hāli/...........................56

3.1.2.5 Membuang /‘āmilu al-hāli/................................57


BAB IV PENUTUP........................................................................................59
4.1 Kesimpulan................................................................................59
4.2 Saran..........................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK

Zulfan, 2009. Analisis /hālun/ Pada Surat Al-Baqarah.

Kajian ini membahas tentang hālun pada surat Al-Baqarah. Adapun


masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana struktur
dan penggolongan hālun pada surat Al-Baqarah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur hālun dan
penggolongan hālun pada surat Al-Baqarah dengan menggunakan pendapat yang
dikemukakan oleh Al-Gulayaini dalam bukunya Jāmi’u Al-Durūsi Al-‘Arabiyyati.

Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research)


dengan mengambil data dari surat Al-Baqarah, dan menggunakan metode analisis
deskriptif.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari surat Al-Baqarah adalah


sebagai berikut:
 Struktur hālun
1. Struktur hālun yang baku yaitu struktur yang wajib mengakhirkan hālun dari
sāhibu al-hāli terdapat 12 ayat, dan struktur yang mengakhirkan hālun dari ‘āmilu
al-hāli terdapat 24 ayat. 2. Struktur hālun yang tidak baku yaitu wajib
mendahulukan hālun dari sāhibu al-hāli terdapat 2 ayat, dan yang boleh
mendahulukan hālun dari sāhibu al-hāli terdapat 2 ayat, struktur yang wajib
mendahulukan hālun dari ‘āmilu al-hāli terdapat 3 ayat, struktur yang membuang
hālun dari ‘āmilu al-hāli dan sāhibu al-hāli terdapat 19 ayat, struktur yang
membuang sāhibu al-hāli terdapat 2 ayat, struktur yang membuang ‘āmilu al-hāli
terdapat 1 ayat.
 Penggolongan hālun
1. /hālu al-muassisati/ terdapat 24 ayat, 2. /al-hālu
al-muakkadatu/ terdapat 9 ayat, 3. /al-hālu al-muwattiatu/ terdapat
1 ayat, 4. /al-hālu al-jumlatu/ terdapat 2 ayat, 5.
/al-hālu syibhu al-jumlati/ terdapat 20 ayat.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Di dunia ini terdapat banyak bahasa yang dipergunakan oleh manusia dari
setiap suku dan bangsa, salah satu di antaranya adalah bahasa Arab yang
digunakan oleh bangsa Arab untuk menyampaikan tujuan-tujuan mereka kepada
orang lain dalam berinteraksi dan berkomunikasi.
Ghazzawi (dalam Arsyad 2004: 6) mengungkapkan bahwa bahasa Arab
merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari
200.000.000 ummat manusia. Bahasa Arab juga merupakan bahasa kitab suci (Al-
qur’an) dan tuntunan agama umat Islam sedunia, ini dinyatakan dalam Al-qur’an
pada surat Taha ayat 113 :

/wa kazālika anzalnāhu qurānan ‘arabiyyan/ “Demikianlah telah kami turunkan


Al-qur’an itu berbahasa Arab”. Maka tentu saja bahasa Arab merupakan bahasa
yang paling besar signifikansinya bagi ratusan juta muslim sedunia.
Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu sistem yang bersifat
sistematis dan sekaligus sistemis, yang dimaksud dengan sistemis adalah bahwa
bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri pula dari beberapa
subsistem, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik (Chaer, 1994: 4).
Menurut Chaer (1994: 206) sintaksis adalah membicarakan kata dalam
hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu ujaran. Hal ini
sesuai dengan asal usul kata sintaksis itu sendiri yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’.
Jadi, secara etimologi istilah itu berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok atau kalimat.
Istilah sintaksis dalam bahasa Arab dikenal juga dengan ilmu nahwu.
Menurut Dayyab (1990: 13) menyatakan bahwa ilmu nahwu adalah :

/al-nahwu qawā’idun yu’rafu biha siyagu al-kalimāti al-‘arabiyati wa


ahwāluha hīna ifrādiha wa hīna tarkībihā/.“ Ilmu nahwu adalah kaidah-kaidah
untuk mengenal bentuk kata-kata dalam bahasa Arab serta kaidah-kaidahnya
ketika kata itu berdiri sendiri dan kata itu tersusun dalam kalimat”.
Al-Gulayaini (2007: 8) menambahkan bahwa /al-nahwu/ adalah:

/’ilmun biusūlin tu‘rafu bihā ahwālu al-kalimāti al-‘arabiyati min haisu


al-i‘rābu wa al-bināu, ai min haisu mā yu‘radu lahā fī hālin tarkībihā/. “Ilmu
untuk mengetahui keadaan kata-kata dalam bahasa Arab dari segi I‘rab dan
binanya atau dari keadaaan susunannya”.
I‘ rab menurut Al-Gulayaini (2007: 14) ialah:

.
/I’rābun : “asarun yuhdisuhu al-‘āmilu fī ākhiri al-kalimati fa yakūnu
ākhiruhā marfū ‘an au mansūban au majrūran au majzūman hasba mā yaqtadīhi
zālika al-‘āmilu/. “I‘rab adalah pengaruh yang disebabkan oleh ‘amil atau faktor-
faktor yang mendahului sebuah kata dalam susunan kata dan mempengaruhi akhir
dari kata tersebut sehingga harkat kata tersebut berubah menjadi marfu‘, mansub,
majrur, majzum”.
Harkat marfu‘ ditandai dengan /al-dammatu/, mansub ditandai
dengan /al-fathatu/, majrur ditandai dengan /al-kasratu/, dan
majzum ditandai dengan /al-sukūnu/ (Al-Gulayaini, 2007: 17).
Sedangkan yang dimaksud dengan bina’ adalah :

/al-binā’u : luzūmun ākhiri al-kalimati hālatan wāhidatan, wa in


ikhtalafat al-‘awāmilu al-latī tusbiquhā falā tu’siru fīha al-‘awāmilu al-
mukhtalifatu/. “al- bina’ adalah satu kata yang tidak berubah harkat akhirnya
walaupun kata itu didahului dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (‘amil) (Al-
Gulayaini, 2007: 14).
Pembahasan tentang /hālun/ dalam kajian ini berhubungan dengan
i‘rab seperti yang telah dijelaskan di atas, yakni untuk melihat keadaan hal yang
berharkat mansub. Di dalam kajian sintaksis bahasa Arab ada empat belas macam
ism yang mansub (Al-Gulayaini, 2007: 363). Salah satu di antaranya adalah
/hālun/.
Susunan /hālun/ di dalam bahasa Arab terdiri dari
/‘āmilu al-hāli/, /sāhibu al-hāli/, dan /hālun/. Selaras dengan
yang dikemukakan oleh Al-Gulayaini ( 2007 : 413 dan 415) :

/al-aslu fī al-hāli an tata’akhkhara ‘an‘āmilihā wa sāhibihā/ “pada


dasarnya hal diletakkan setelah ‘amil dan sahibnya. Sebagaimana contoh berikut
ini :
- /syaribtu al-mā’a sāfiyan/ “saya telah meminum air yang
jernih”. Susunan kata /syaribtu/ adalah terdiri dari fi‘l madi
/syariba/ yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ dan damir muttasil “ “
/ta/ sebagai fa‘il, kata /al-mā’a/ adalah /maf‘ūlun bihi/ yang
menjadi /sāhibu al-hāli/, dan kata /sāfiyan/ adalah kata
sifat yang menerangkan keadaan air yang diminum yang jabatannya dalam
kalimat ini menjadi /hālun/, kata /sāfiyan/ menjadi mansub karena
didahului oleh ‘amilnya yaitu fi‘l /syariba/.
Dalam penelitian sementara penulis melihat struktur /hālun/ yang
urutannya berbeda dari struktur /hālun/ yang ada, seperti contoh surat Al-
Baqarah ayat 22 :
  
  

/faakhraja bihi min al-samarāti rizqan lakum/ “ dan Dia menurunkan air
(hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezki untukmu”.
Pada contoh ayat ini fi‘l mudari‘ /akhraja/ adalah
/‘āmilu al-hāli/ dan jar majrur /min al-samārati/ adalah /hālun/
yang mendahului sahibnya yaitu kata /rizqan/ yang menjadi
/sāhibu al-hāli/. Dengan demikian peneliti ingin melihat lebih dalam struktur
/hālun/ dan /aqsāmu al-hāli/ Penggolongan hal dalam surat Al-
Baqarah.
Adapun kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah /hālun/
dengan objek penelitian surat Al-Baqarah dalam Al-qur’an. Peneliti memilih surat
ini karena pada surat ini banyak terdapat /hālun/. Dalam penelitian ini penulis
mengacu dan berpedoman pada buku Jāmi’u Al-Durūsi Al-‘Arabiyyati yang
ditulis oleh Al-Gulayaini. Buku tersebut penulis jadikan sebagai rujukan utama
dalam penelitian ini karena diantara para ahli khususnya yang membahas
/hālun/ diantaranya Fuad Ni’mah dalam bukunya Qawā’idu Al-Lugatu Al-
‘Arabiyatu, Al-Sayyid Ahmad Al-Hasyimi dalam bukunya Al-Qawā’idu Al-
Asāsiyatu Al-Lugatu Al-‘Arabiyatu, tulisan Al-Gulayaini yang jelas dan lebih
lengkap dalam mengemukakan /hālun/.

1. 2. Batasan Masalah
Agar penyajian suatu karya tulis ilmiah tidak menyimpang dari pokok
pembahasan yang dikehendaki maka perlu adanya batasan masalah. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur /hālun/ pada surat Al-Baqarah dalam Al-
qur’an.
2. /aqsāmu al-hāli/ penggologan hal apa saja yang terdapat
pada surat Al-Baqarah dalam Al-qur’an.

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui struktur /hālun/ pada surat Al-Baqarah dalam Al-
qur’an.
2. Untuk mengetahui /aqsāmu al-hāli/ Penggolongan hal apa
saja yang terdapat pada surat Al-Baqarah dalam Al-qur’an.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan pemahaman dan menambah wawasan peminat
bahasa dan sastra Arab dalam kajian sintaksis khususnya tentang
/hālun/.
2. Untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis tentang
/hālun/ dan /aqsāmu al-hāli/ ‘penggolongan hal’ khususnya
pada surah Al-Baqarah.
3. Untuk menambah referensi bagi jurusan bahasa Arab Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara dan para peminat bahasa Arab yang lain.

1.5 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu
penelitian yang mengambil bahan-bahan penelitian dari beberapa referensi yang
ada yang dapat membantu penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode analisis deskriptif yaitu memaparkan atau menjelaskan
fakta-fakta dengan kata-kata secara jelas dan terperinci yang kemudian disusul
dengan analisis (Ratna, 2004: 53).
Adapun data yang menjadi bahan penelitian bersumber dari surat Al-
Baqarah yang berjumlah 286 ayat dalam Al-quran dan terjemahnya yang dicetak
dan diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia tahun 1984.
Untuk memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin, peneliti
memakai sistem transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan
Menteri P dan K RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari
1988.
Adapun tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan referensi atau buku yang berkaitan dengan judul
penelitian.
2. Membaca surat Al-Baqarah secara berulang-ulang untuk memperoleh data.
3. Mengklasifikasikan data-data yang telah diperoleh.
4. Menganalisis data.
5. Menyusun hasil analisis secara sistematis dalam bentuk skripsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sebelumnya


Penelitian mengenai /hālun/ di Program Studi Bahasa Arab FS USU
sudah pernah diteliti sebelumnya oleh saudara Nur El Fuadi (NIM: 810711839)
dengan judul “Suatu Analisis Tentang Hālun Dalam Bahasa Arab”, dalam
penelitian ini beliau hanya mendeskripsikan atau menjelaskan hal seperti:
pembagian hal, syarat-syarat hal, /‘āmilu al-hāli/, dan
/sāhibu al-hāli/.
Adapun yang peneliti bahas adalah mengenai /hālun/ yang ada di
dalam surah Al-Baqarah dengan melihat stuktur /hālun/ dan
/aqsāmu al-hāli/ ‘penggolongan hal’ pada surat Al-Baqarah dalam Al-Qur’an.

2.2. Pengertian Hālun.


Al-Hasyimi (t.t.: 223 ) dalam bukunya ‘Al-qawā’idu Al-asasiyatu li Al-
lugati Al-‘arabiyati’ bahwa yang dimaksud dengan /hālun/ adalah sebagai
berikut:

/al-hālu: wasfun fadlatun yubayyinu haiata sāhibihi ‘inda sudūri al-fi’li/.


“Hal adalah sifat yang menjelaskan keadaan ism yang ketika terjadinya
pekerjaan”.
Sedangkan Al-Gulayaini (2007: 407) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan /hālun/ adalah:

/al-hālu : wasfun fadlatun yuzkaru libayāni haiati al-ismi allazī yakūnu al-
wasfu lahu/. “Sifat yang disebutkan untuk menjelaskan keadaan ism yang
disifatinya”.
Menurut Al-Ahdal (1994: 51) yang dimaksud dengan /hālun/ adalah:
/al-hālu huwa al-wasfu al-mansūbu al-mufassiru lima inbahama min al-
hayyiāti/. “Hal adalah sifat yang mansub yang menerangkan segala sesuatu
keadaan yang belum jelas”.
Contoh: /jā`a Zaidun fārihan/. “Zaid datang dengan senang”.
Kata /fārihan/ merupakan kata sifat yang menjadi /hālun/ yang
menjelaskan isim sebelumnya ( /sāhibu al-hāli/) yaitu kata
/zaidun/ yang merupakan /fā’il/, sedangakan kata /jāa/ yang menjadi
/‘āmilu al-hāli/ atau faktor yang menyebabkan /hālun/ tersebut
menjadi mansub.

2.3. Pengertian ‘Āmilu al-Hāli dan Sāhibu al-hāli


Menurut Al-Gulayaini (2007: 412) yang dimaksud ‘Āmilu al-Hāli adalah:

/āmilu al-hāli: mā taqaddama ‘alaiha min fi’lin, aw syibhihi, aw ma’nāhu/. Amilu


al-hali adalah f’il (kata kerja), Syibhu f’il (sifat yang dibentuk dari kata kerja),
dan ma’na al-f’il (mengandung pengertian kata kerja) yang mendahului hālun.
 /al-fi’lu/ ‘Kata kerja’, contoh: /jāa muhammadun
fārihan/ ‘Muhammad telah datang dengan senang’. Pada contoh ini yang
menjadi /āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi “ ” /jāa/.
 /syibhu al-fi’li/ ‘Sifat yang dibentuk dari kata kerja’, contoh:
/mā musāfirun khalīlun māsyiyan/ ‘Tidaklah musafir
itu si Khalil yang berjalan’. Pada contoh ini yang menjadi
/‘āmilu al-hāli/ kata “ ” /musāfirun/ yang terbentuk dari
/syibhu al-fi’li/.
 /ma’na al-fi’li/ ‘Mengandung pengertian kata kerja’, terdiri
dari :
1. /ismu al-fi’li/ ‘Ism f‘il ’.
Contoh: /nazāli musri‘an/ ‘ turunlah dengan segera ‘.
2. /ismu al-isyārah/ ‘Ism isyarah (kata tunjuk)’
Contoh: /hāża rajulun mu’minan/ ‘ Laki-laki ini seorang
mukmin’.
3./adawātu al-tasybīhi/ ‘Kata yang menyatakan persamaan’ Contoh:
/kaanna khālidan asadan/ ‘Khalid seperti singa’.
4. /adawātu al-tamannī wa al-tarajī/ ‘ kata yang
mengandung suatu harapan’.
Contoh: /laita al-surūra dāiman ‘indanā/
‘Semoga kami selalu dalam keadaan senang’.
5. /adawātu al-istifhāmu/ ’Kata Tanya’.
Contoh: /kaifa anta qāiman ?/ ‘Bagaimana kamu
berdiri?’
6. /harfu al-tanbīhi/ ‘Huruf yang menyatakan peringatan’ Contoh:
/hā huwa żā al-badru tāli’an/ ‘Inilah dia bulan
purnama’.
7. /al-jāru wa al-majrūru/ ‘jarun majrurin’.
Contoh: /al-farasu laka wahdaka/ ‘Kuda itu milikmu
sendiri’
8. /al-zarfu/ ‘ kata yang menunjukkan keterangan tempat dan waktu’.
Contoh: /ladainā al-tullābu muhsinan/’ Kami memiliki siswa-siswa
yang baik’.
9. /harfu al-nidā’/ ‘Kata Seruan’.
Contoh: /yā ayyuha al-tullābu mujtahidīna/
‘Wahai murid-murid yang bersungguh-sungguh’.

Al-Gulayaini (2007: 412-413) menambahkan bahwa yang dimaksud


dengan Sāhibu al-hāli adalah:

/sāhibu al-hāli : mā kānat al-hālu wasfan lahu fī al-ma’nā/ ‘Sahibu al-hali


adalah kata yang disifati hālun dari segi makna’.
Contoh: /raja’a muhammadun bākiyan/ ‘Muhammad pulang
dengan menangis’.
Pada dasarnya sāhibu al-hāli berupa ism ma‘rifah, namun adakalanya
sāhibu al-hāli berupa ism nakirah, dengan syarat :
1. Apabila /sāhibu al-hāli/ didahului oleh /hālun/.
Contoh: /jāanī mujtahidan waladun/ ‘Telah datang
kepadaku anak laki-laki yang rajin’. Pada contoh ini yang menjadi
/sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /waladun/ yang
didahului oleh /hālun/ yaitu kata “ ” /mujtahidan/.
2. Apabila /sāhibu al-hāli/ didahului oleh huruf nafyi, nahyi
dan istifham.
Contoh : /mā jāanī ahadun illa rākiban/ ‘Tidak
seorang pun yang datang kepadaku kecuali seseorang yang berkendaraan’.
Pada contoh ini yang menjadi /sāhibu al-hāli/ adalah kata
“ ” /ahadun/, yang didahului oleh huruf nafyi “ ” /mā/.
3. Apabila /sāhibu al-hāli/ dikhususkan kepada sifat dan
idafah.
Contoh : /saalanī rajulun māhirun hāzinan/
‘seorang lelaki yang pintar bertanya kepadaku dengan bersedih’. Pada
contoh ini /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /rajulun/
yang dikhususkan kepada kata sifat “ ” /māhirun/.
4. Apabila setelah /hālun/ terdapat kalimat yang disertai oleh huruf
“ ” /waw/.
Contoh : /nazartu rajulan
muhsinan wa huwa jālisun fī al-fasli/ ‘Saya melihat seorang lelaki yang
baik dan dia sedang duduk di dalam kelas’. Pada contoh ini
/sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /rajulan/ dan /hālun/ yang
setelahnya terdapat kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /waw/ adalah
kata “ ” /muhsinan/.

2.4. Penanda Harkat Nasab


Dalam kajian sintaksis bahasa Arab terdapat beberapa tanda nasab yaitu:
fathah ( - ), huruf alif ( ) huruf ya ( ), kasrah ( - ) dan di tandai dengan
menghapus huruf nun ( ) . Seperti yang dipaparkan oleh Al-Gulayaini
(2007:
15) bahwa tanda nasab sebagai berikut :

/‘alāmātu al-nasbi : li al-nasbi khamsu ‘alāmātin : al-fathatu, wa al-alifu,


wa al-yāu, wa al- kasratu, wa hażfu al-nūni. Wa al-fathatu hiya al-aslu/ “ tanda-
tanda nasab : nasab memiliki lima tanda : fathah (―), huruf alif ( ) huruf ya
( ), kasrah (―) dan di tandai dengan menghapus huruf nun ( ). Namun fathah
adalah tanda asli. Dari pemaparan di atas diketahui bahwa tanda nasab ada yang
asli dan pengganti tanda nasab.
1. Tanda nasab yang asli adalah fathah (―)contoh :
/lan aqra’a al-kitāba/ “saya belum membaca buku”.
Pada contoh di atas tanda nasab terdapat pada kata aqra’a dan al-kitāba,
yang di tandai dengan fathah pada akhir setiap kata tersebut..
2. Pengganti tanda nasab
 /alif/, yang diletakkan pada /asmā’u al-khamsati/. Contoh :
/akramtu abāka/ “ saya telah menghormati ayahmu”. Pada
contoh ini tanda nasab terletak pada pada kata /abāka/ yang ditandai
dengan huruf alif.

 /ya/, yang diletakkan pada /al-musanna/ dan


/jam‘u al-mużakkari al-sālimi/. Contoh : /isytaraytu al-
kitābayni/ “ saya telah membeli dua buku/. Pada contoh ini huruf ( )
pada kata /al-kitābayni/ adalah pengganti tanda nasab untuk
musanna. Serta contoh berikut untuk jamak muzakkar salim.
Contoh: /ihtaramtu al-mudarrisīna/ “ saya telah
menghormati para bapak guru”. Pada contoh ini pengganti tanda nasab
terletak pada kata /al-mudarrisīna/ yang di tandai dengan huruf
( ).
 /al-kasratu/, yang diletakkan pada /jam‘u al-
muannasi al-sālimi/.Contoh: /akrama allāhu al-
mu’mināti/ “ Allah telah memuliakan wanita-wanita yang beriman”. Pada
contoh ini pengganti tanda nasab terletak pada kata
/al- mu’mināti/ yang
di tandai dengan tanda kasrah ( - ) di akhir kata tersebut.
 Pengganti tanda nasab yang terakhir adalah dengan menghapus huruf ( )
pada setiap /af‘ālu al-khamsati/. Contoh:
/lan yal‘abā al-waladāni/ “ kedua anak laki-laki
itu belum bermain”. Pada contoh ini pengganti tanda nasab terletak
pada kata /yal‘abā/ di tandai dengan menghapus huruf (
) karena kata tersebut salah satu dari
/ af‘ālu al-khamsati/.
2.5. Struktur Hālun
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa /hālun/ adalah sifat yang
menjelaskan ism yang disifatinya yang masih belum jelas yang disebut dengan
/sāhibu al-hāli/ dan faktor yang menyebabkan /hālun/ tersebut
menjadi mansub disebut dengan /‘āmilu al-hāli/. Dari contoh tersebut
juga dapat dilihat bahwa /hālun/ disebutkan setelah ‘amil dan sahibnya, ini
merupakan struktur asli dari /hālun/ (Al-Gulayaini 2007 : 413 dan 415).
1. Mengakhirkan /hālun/ dari /sāhibu al-hāli/.
Meletakkan hālun setelah sahibnya adalah wajib hukumnya dalam ilmu
Nahwu, yaitu pada tiga tempat (Al-Gulayaini, 2007: 414).
 Apabila /sāhibu al-hāli/ dibatasai oleh /hālun/.
Contoh surat Al-Baqarah ayat 114:
   ……
   
………. 
/ūlāika mā kāna lahum an yadkulūhā illa khā’ifīna/ “ mereka itu tidak
sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut
(kepada Allah).
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l mudāri‘ yaitu
“ ” /yadkhulu/, dan sahibul hal pada ayat di atas adalah damir muttasil
“ “ /hā/ yang dibatasi oleh hal yaitu kata /khā’ifīna/.
 Apabila /sāhibu al-hāli/ dijarkan dengan /idāfatun/.
Contoh : /yasurrunī qudūmuka mubakkiran/ “ saya
senang kamu datang lebih cepat”. Damir muttasil “ “/ka/ pada kata
/qudūmuka/ adalah / sāhibu al-hāli/ yang diidafahkan
kepadanya kata /qudūmun/ oleh karena itu hal wajib diletakkan setelah
sahibnya.
 Apabila /hālun/ berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ”
/wawu al-hāliyati/.
Contoh surat Al-Baqarah ayat 132 :
   
 
/falā tamūtunna illa wa antum muslimūna/ “ Maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam".
Pada contoh ayat di atas yang menjadi ‘amil hal adalah fi‘l mudari‘
/tamūtūna/ yang disertai dengan ( ) sebagai tanda taukid, dan
sahibnya adalah damir munfasil /antum/, dan yang menjadi hal adalah
susunan kata /wa antum muslimūna/, karena huruf “ “/waw/
yang mengikuti susunan kata /antum muslimūna/ adalah
“ “ /wawu al-hāliyati/.
2. Mengakhirkan /hālun/ dari /‘āmilu al-hāli/.
Wajib mengakhirkan hal dari ‘amilnya (Al-Gulayaini, 2007: 418).
 Apabila ‘amilnya berupa fi‘l jamid.
Contoh : /ni’ma al-waladu sadīqan/ “ sebaik-baiknya anak
laki-laki itu adalah benar”. Pada contoh di atas yang menjadi ‘amil hal
adalah kata /ni‘ma/ yang merupakan fi‘l jamid, dan
/sāhibu al-hāli/ adalah “ ” /al-waladu/ sedangkan kata /sadīqan/
adalah halnya.
 Apabila ‘amilnya berupa ism fi‘l.
Contoh : /nazāli musri’an/ “ turunlah dengan cepat”. Kata
/musri’an/ adalah hal dari amilnya yang berupa ism fi‘l yaitu
/nazāli/.
 Apabila ‘amilnya dihubungkan dengan “ “ atau alif lam ma‘rifah.
Contoh : /khālidun huwa al-‘āmilu mujtahidan/
“ Khalid adalah seorang pekerja yang rajin”. Pada contoh ini kata
/mujtahidan/ adalah hal dari ‘amilnya yaitu /‘āmilun/ yang
dihubungkan dengan “ “, oleh karena itu hal diakhirkan dari ‘amilnya.
 Apabila ‘amilnya berupa fi‘l yang dihubungkan dengan huruf masdar.

Contoh : /yu‘jibunī an taqraa al-darsa


musri‘an/ “ saya terkejut kamu membaca pelajaran dengan cepat”. Kata
/musri‘an/ adalah hal yang di akhirkan dari ‘amilnya, karena
amilnya yaitu kata /taqraa/, dihubungkan dengan huruf masdar “ “
/an/.
 Apabila ‘amilnya disertai dengan “ “ /lam/ ibtida’.
Contoh : /laażhabu musri‘an/ “ saya pergi dengan cepat”.
Kata /musri‘an/ adalah hal yang diakhirkan dari halnya yaitu
/ażhabu/ yang disertai dengan “ “ /lam/ ibtida’.

 Apabila ‘amilnya berupa ism tafdil.


Contoh : /’aliyyun afsahu al-rajuli khātīban/ “ Ali
adalah sefasih-fasihnya seorang khatib”. Kata /afsahu/ adalah ism
tafdil yang menjadi ‘amil bagi kata /khatīban/ yang merupakan hal
yang diakhirkan.
 Apabila hal menjadi penguat bagi
‘amilnya. Contoh Surat Al-Baqarah ayat:
60:
    ………
 
/walā ta’saw fī al-ardi mufsidīna/. “dan janganlah kamu berkeliaran di muka
bumi dengan berbuat kerusakan”.
Kata  /mufsidina/ merupakan Hal yang
menjadi penguat bagi ‘amilnya yaitu kata  / ta‘saw/
 Apabila ‘amilnya disertai dengan “ “ lam qasam.
Contoh : /la’akramanna mu’minan/ “ sungguh akan mulia
orang yang beriman”. Kata /mu’minan/ adalah hal yang diakhirkan
dari ‘amilnya yaitu /akramanna/ yang disertai dengan “

/lamqasam/.
 Apabila ‘amilnya berupa masdar yang dapat ditakdirkan dengan fi‘l dan
dapat dihubungkan dengan huruf masdar.
Contoh : /sarranī ijtihāduka tāliban li al-‘ilmi/
“ saya senang karena kesungguhan kamu menuntut ilmu”. Kata
/tāliban/ adalah hal dari ‘amilnya yang berupa masdar /sarran/, dan

jika ‘amilnya ditakdirkan dengan fi‘l menjadi


/yasurrunī an tajtahida tāliban li al-‘ilmi/ dan dapat dihubungkan dengan
huruf masdar yaitu /an/.
 Apabila hal bermakna fi‘l.
Contoh : /hażā muhammadun muqbilan/ “ Muhammad
datang”. Kata /muqbilan/ adalah hal yang bermakna fi‘l.
Namun ada kalanya juga /hālun/ tersebut mendahului sahib dan
‘amilnya, selain itu juga ada /hālun/ yang di buang dan ada pula sahibnya
yang dibuang, serta ‘amilnya yang dibuang, sebagai berikut:

1. Mendahulukan /hālun/ dari /sāhibu al-hāli/.


Untuk mendahulukan hālun dari sahibnya hukumnya ada yang boleh dan
ada yang wajib (Al-Gulayaini, 2007: 414).
Wajib mendahulukan hālun dari sahibnya apabila terdiri dari :
 Apabila /sāhibu al-hāli/ berupa ism nakirah.
Contoh surat Al-Baqarah ayat 107 :
     ………..
    
/wa mā lakum min dūni allāhi min waliyyin walā nasīrin/ “ dan tiada bagimu
selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong”.
Pada contoh ayat di atas yang menjadi hal adalah jarun majrurin
/min dūni/ yang diletakkan sebelum sāhibu al-hāli yaitu kata /waliyyin/
karena sāhibu al-hāli berupa ism nakirah.
 Apabila /hālun/ dibatasi oleh /sāhibu al-hāli/.
Contoh : /mā jāa nājihan illa khālidun/ “ tidaklah
datang seorang yang berhasil kecuali khalid”. Kata /nājihan/ adalah
hal yang dibatasi oleh sahibnya yaitu kata /khālidun/.
Boleh mendahulukan hālun dari sahibnya apabila /sāhibu
al-hāli/ berupa ism ma‘rifah.
Contoh : /’āda rākiban sa’īdun/ “Said datang dengan
berkendara”. Kata /rākiban/ adalah hal yang menjelaskan sahibnya
yang berupa ism ma‘rifah yaitu kata / sa‘īdun/.
2. Mendahulukan /hālun/ dari /‘āmilu al-hāli/.
Sebagaimana lazimnya bahwa /hālun/ terletak setelah ‘amilnya,
namun adakalanya wajib mendahulukan hālun dari ‘amilnya dan adakalanya
boleh mendahulukan hālun dari ‘amilnya (Al-Gulayaini, 2007: 416).
1.Wajib mendahulukan hālun dari ‘amilnya dengan memperhatikan tiga
bentuk yaitu :
 Apabila hālun terletak di awal kalimat, dan hālun tersebut berupa kata
tanya.
Contoh surat Al-Baqarah ayat 259 :
    .........
…………..   
/qāla annā yuhyi hāzihi al-lahu ba‘da mawtihā/ “Dia berkata:
"Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?.
Pada contoh ayat di atas kata /annā/ adalah hālun yang mendahului
‘amilnya yaitu kata /yuhyi/ karena hālun pada contoh ini merupakan
kata tanya yang terletak di awal kalimat.
 Apabila ‘amilnya berupa ism tafdil sebagai ‘amil dari dua hālun, tetapi
salah satu dari sāhibu al-hālinya diutamakan dari yang lainnya.
Contoh : /khālidun faqīran akramu
min khalīlin ganiyyan/ “ Khalid yang fakir lebih mulia daripada Khalil
yang kaya”. Kata /akramu/ adalah ‘amil hal yang berupa ism tafdil yang
menjelaskan dua hal yaitu kata /faqīran/ dan /ganiyyan/
yang juga menjelaskan keutamaan dari salah satu sahibnya yaitu
/khālidun/.
 Apabila ‘amilnya mengandung pengertian tasybih yang menjadi ‘amil
bagi dua keadaan sāhibu al-hāli yang pertama dan yang kedua.
Contoh : /anā faqīran kakhalīlin ganiyyan/ “ saya
yang fakir, sama seperti Khalil yang kaya”. Huruf “ “ /ka/ pada kata
/kakhalīlin/ adalah huruf tasybih yang menjadi ‘amil bagi dua
/sāhibu al-hāli/ yaitu kata /anā/ dan /khalīl/.
2. Al-Gulayaini (2007: 414) dalam bukunya Jāmi’u Al-Durūsi Al-
‘Arabiyyati, berpendapat bahwa boleh mendahulukan hālun dari ‘amilnya
dengan memperhatikan dua bentuk yaitu :
 Apabila hālun itu berupa fi‘l mutasarrif atau kata kerja yang bisa
mengalami perubahan.
Contoh : /rākiban jāa ‘aliyyun/ “ dengan berkendara Ali
datang”. Kata /rākiban/ adalah hal yang berupa fi‘l mutasarrif
yang menjelaskan atau sahibnya yaitu kata /‘aliyyun/. Oleh karena
itu hal boleh mendahului ‘amilnya yaitu fi‘l madi /jāa/.
 Apabila hālun itu berupa sifat yang menyerupai fi‘l mutasarrif.
Contoh : /musri‘an ‘aliyyun muntaliqun/ “ Ali
berangkat dengan cepat”. Kata /musri’an/ adalah hal yang
berupa sifat yang menyerupai fi‘l mutasarrif, yang mendahului ‘amilnya
yaitu /muntaliqun/.

3. Membuang /hālun/ dari ‘amil dan sahibnya


Pada dasarnya hālun boleh disebutkan ataupun tidak, karena ia
merupakan keterangan tambahan. Pada umumnya membuang /hālun/ dari
‘amil dan sahibnya dilakukan apabila adanya /qarīnatun/ (Al-Gulayaini,
2007: 418). Qarinah adalah kalimat yang dapat mencukupi atau menggantikan
tempat /hālun/. Ini terjadi apabila /hālun/ berupa ucapan atau perkataan
yang apabila tidak disebutkan sudah dicukupi kejelasannya dengan qarinah.
Contoh surat Al-Baqarah ayat 222 :
…….
   
 ………
/fa‘tazilū al-nisāa fī al-mahīdi/.“ oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh ”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr “ ”
/i‘tazilū/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah “ ” /al-nisā’a/, dan
/hālun/ dari ayat di atas adalah jarun majrurin “ ” /fi al-mahīdi/,
yang disebut dengan qarinah, karena sebagai pengganti /hālun/ yang dibuang
dari ‘amil dan sahibnya.
4. Membuang /sāhibu al-hāli/.
Membuang /sāhibu al-hāli/ dapat dilakukan apabila adanya
qarinah (Al-Gulayaini, 2007: 418), namun kali ini qarinah adalah kata yang dapat
mencukupi atau menggantikan tempat /sāhibu al-hāli/.
Contoh pada surat Al-Furqan ayat 41 :

 ………..
  
/ahażā al-lażī ba’asa allāhu rasūlan/. “Inikah orangnya yang di utus Allah
sebagai Rasul?.
Pada contoh ayat di atas terdapat kata  /ba’asa/
sebenarnya setelah kata ini terdapat kata ganti atau damir muttasil “ ”/hu/ yang
menjadi /sāhibu al-hāli/, namun dibuang atau dihapus
karena adanya qarinah yaitu kata  /rasūlan/ yang juga merupakan
/hālun/ pada contoh di atas.
5. Membuang /‘āmilu al-hāli/.
Pada bagian ini untuk membuang /‘āmilu al-hāli/ terdapat dua
hukum untuk membuangnya yaitu wajib dan boleh (Al-Gulayaini, 2007: 418).
1. Wajib membuang /‘āmilu al-hāli/ apabila :
 Apabila /hālun/ tersebut menerangkan pertambahan dan pengurangan
sesuatu dengan cara berangsur-angsur, dengan syarat hal tersebut harus
disertai huruf “ “/fa/.
Contoh : /asytari al-sawba bidīnarin
fanāzilan/. “ saya membeli pakaian dengan harga kurang dari satu dinar”.
Kata /nāzilan/adalah hal yang disambungkan dengan huruf “ “/fa/,
sebelum hal ini sebenarnya terdapat /‘āmilu al-hāli/ yang
dibuang yaitu kata /zahaba al-‘adadu/. Yang dimaksud dengan
/zahaba al-‘adadu/ adalah harga yang mengalami pengurangan
atau penurunan.
 Apabila /hālun/ tersebut dipergunakan untuk menegur.
Contoh : /aqā’idan ‘an al-’amali, wa qad
qāma al-nāsu/. “ apakah engkau masih duduk, sedangkan orang sudah
pergi bekerja”. Kata /qā’idan/ adalah hal yang dipergunakan untuk
menegur, sebenarnya sebelum kata ini ada ‘amil hal yang dibuang yaitu
kata /yūjadu/ yang berupa fi‘l mudāri‘.
 Apabila /hālun/ sebagai penguat kalimat.
Contoh : /huwa akhī amīnan/. “ dia adalah saudaraku yang
jujur”. Pada contoh ini kata /amīnan/ adalah /hālun/ sebagai
penguat kalimat /huwa akhī/, sebenarnya sebelum kata
/amīnan/ ada ‘amil hal yang dibuang yaitu kata /u’arrifuhu/ “ saya
mengenalnya”.
 Apabila /hālun/ menutupi khabar.
Contoh : /ta’dībī al-gulāma muhsinan/ “ asuhanku
terhadap anak itu baik”. Kata /muhsinan/ merupakan hal yang
menutupi lowongan khabar. Sebenarnya sebelum kata ini terdapat ‘amil
hal yang dibuang yaitu kata /yuqālu/ “ dikatakan”.
 Apabila hal tersebut berupa ucapan yang sering didengar.
Contoh : /marhaban laka/ “ selamat datang untukmu”. Kata
/marhaban/ adalah hal yang sering diucapkan, sedangkan ‘amilnya
yang dibuang adalah kata /qultu/ “ saya berkata”.
2. Boleh membuang /‘āmilu al-hāli/.
Boleh membuang ‘amil hal apabila ‘amil hal tidak termasuk pada bagian
yang wajib. Contoh : /rākiban/ “ berkendara”. Diucapakan seperti itu
jika ada yang bertanya /kaifa ji’ta/ “ dengan bagaimana engkau
datang?”.

2.6. Penggolongan /hālun/.


Al-Gulayayni (2007: 419) berpendapat bahwa /aqsāmu al-
hāli/ ‘penggolongan hal terbagi menjadi sembilan, yaitu:

/al-hālu al-muassisatu: hālun tuzkaru littabyini wa al-taudīhi, allatī lā


tustafādu ma’nāhā bidūnihā/. ‘Hal yang memberikan keterangan dan penjelasan
kepada keadaan ism sebelumnya ( /sāhibu al-hāli/), karena tanpa
/hālu al-muassasati/ keadaan /sāhibu al-hāli/ belum
jelas. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 213:
  
  
 
 
/kāna al-nāsu ummatan wāhidatan faba‘asa allāhu al-nabiyyīna
mubasysyrīna wa munżirīna/ ”Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan”.
Kata
 /mubasyirīna
wa munżirīna/ adalah /hālun/ yang menjelaskan ism sebelumnya yaitu
kata
 /al-nabiyyīna/ yang disebut (
/sāhibu al-hāli/), tanpa kata  
  / mubasysyirīna wa munżirīna/ maka kalimat di atas
belum jelas.

/al-hālu al-muakkadatu: hiya allatī yustafādu ma’nāhā bidūnihā, wa


innamā yu`tī bihā li al-taukīdi/. “Hal Muakkadah adalah /hālun/ sebagai
keterangan untuk menguatkan keadaan /sāhibu al-hāli/, tanpa hal
muakkadah pengertian kalimat sudah jelas untuk dapat dimengerti”.
/al-hālu al-muakkadatu/ terbagi menjadi 3 (tiga) macam,
yaitu:

/mā yu’tā bihā litaukīdi ‘āmilihā, wa hiya allatī tuwafiquhu ma’nā faqa,
aw ma’nān wa lafzan/. “ /hālun/ sebagai taukīd bagi ‘āmilu al-hāli yang
mengandung pengertian dari sudut makna saja, ataupun pengertian makna serta
lafaznya”. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 60:
   
 
/wa lā ta‘saw fi al-ardi mufsidīna/. “dan janganlah kamu berkeliaran di
muka bumi dengan berbuat kerusakan”.
Kata  /mufsidina/ merupakan Hal Muakkadah
yang hanya mengandung pengertian makna saja dari ‘amilnya yaitu kata
 /ta‘saw/.

/mā yu`tā bihā litaukīdi sāhibuhā/. “ /hālun/ yang menguatkan
keterangan keadaan /sāhibu al-hāli”. Contoh Surat Al-Baqarah
ayat: 29:
     
  
/huwa allazī khalaqa lakum mā fi al-ardi jamī‘an/. “ Dia-lah Allah, yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”.
Kata  /jamī‘an/ merupakan Hal Muakkadah yang
menjelaskan /sāhibu al-hāli/ yaitu kata  /mā/ yang
berupa ism mawsul.

/mā yu`tā bihā litaukīdi madmūni jumlatun ma‘qūdatun min ismaini
ma‘rifataini jāmidaini/. “ /hālun/ yang menguatkan keterangan keadaan
kalimat yang terdiri dari dua ism jāmid yang ma‘rifah”. Seperti contoh berikut:
/nahnu al-ikhwatu muta‘āwinīna/. “Kami adalah saudara
yang saling membantu”.
Kata /nahnu/ dan /al-ikhwatu/ merupakan 2 (dua) ism jamid
yang ma‘rifah yang ditekankan kejelasannya oleh /hālun/ yaitu kata
/muta‘āwinīna/.
.
/al-hālu al-maqsūdatu lizātihā/. “Hal yang menjelaskan keadaan zat
/sāhibu al-hāli/ yang berupa damir. Contoh:
/safarnā munfaridīna/ “Kami berjalan sendiri-sendiri”.
Kata /munfaridīna/ merupakan hal maqsudah lizatiha yang
menjelaskan keadaan zat /sāhibu al-hāli/ yang berupa damir
munfasil “ “/nā/.

/al-hālu al-mūwattiatu wa hiya al-jāmidatu al-mausufatu, fatuzkaru


tuwattiatan limā ba‘dahā/. “ Hal muwatti’ah adalah hal yang menjelaskan
/sāhibu al-hāli/ yang berupa ism jamid yang disifati”. Contoh Surat
Al-Baqarah ayat: 133:
 
 
   

/wa ilāha abāika ibrāhima wa ismā’īla wa ishāqa ilāhan wāhidan/. “Dan
Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha
Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Kata  /ilāha/ merupakan /sāhibu al-hāli/
yang berupa ism jamid yang disifati oleh /hālun/ yaitu kata
/ilāhan/.

/al-hālu al-haqīqiyyatu : hiya allatī tubayyinu haiata sāhibuhā/. “Hāl


haqīqiyyah adalah hal yang menjelaskan keadaan sāhibul hāl”.
Contoh: /ji’tu fārihan/ “saya datang dengan senang”.
Kata /fārihan/ adalah hal yang menjelaskan keadaan sahibnya yaitu
damir muttasil “ “ /ta/.

/al-hālu al-sababiyyatu: wa hiya mā tubayyinu haiata mā yahmilu


damīran ta’ūdu ilā sāhibuhā/. ”Hal sababiyyah adalah hal yang menjelaskan
keadaan damir yang kembali pada sahibul hal”. Sebagaimana contoh berikut
: /rakibtu al-farasa gā`iban sāhibuhu/. “ Saya
mengendarai kuda yang tidak ada pemiliknya”.
Kata /gā`iban/ merupakan /halu al-sababiyyati/ yang
menjelaskan damir muttasil hu ( ) yaitu pada kata /sāhibuhu/, yang
kembali pada /sāhibu al-hāli/ yaitu kata /al-farasa/.

/al-hālu al-jumlatu: huwa an taqa‘a al-jumlatu al-fi‘liyatu, aw al-jumlatu


al-ismiyatu, mawāqi‘u al-hāli, wa hīnaizin takūnu mu`awwalatun bimufradin/.
”Hal jumlah adalah hal yang berupa jumlah, baik jumlah fi’liyah maupun jumlah
ismiyah, dan dapat dita’wilkan dengan mufrad”. Contoh Surat Al-Baqarah aya 2 :
    
  
/żālika al-kitābu lā rayba fīhi/. “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya”. Contoh ayat di atas merupakan jumlah ismiyah, jika jumlah ismiyah
   dita’wilkan dengan kata /haqqan/ yang
berbentuk mufrad maka akan menjadi hal jumlah. Karena kata
/haqqan
/ pengertiannya sama dengan makna kata    /lā
rayba fīhi/.
Syarat /al-hālu al-jumlatu/ terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

/an takūna jumlatan khabariyatan, lā talabiyatan wa la ta’ajjubiyatan/.
”Harus berupa kalimat berita, tidak berupa kalimat permintaan dan kalimat yang
menunjukkan keterkejutan”.

/an takūna gaira musaddaratin bi’alāmatin istiqbālin/.” Tidak berupa
kalimat yang menunjukkan pekerjaan yang akan datang”.

/an tasytamila ‘alā rābitin yarbutuhā bi sāhibi al-hāli/. “Harus
mengandung makna yang menghubungkannya pada sahibul hal”.

/al-hālu syibhu al-jumlati: huwa an taqa’a al-zarfu aw al-jāru wa al-


majrūru fī mawqi’I al-hāli/. “Hāl syibhu jumlah adalah hal yang terbentuk dari
zaraf atau jar majrur”. Contoh Surat Al-Baqarah ayat: 61:
 
  
/wa yaqtulūna al-nabiyyīna bigairi al-haqqi/. “ Dan membunuh Para Nabi
yang memang tidak dibenarkan ”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l mudari‘ “
” /yaqtulūna/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir munfasil “ ”
/hum/ pada fi‘l mudari‘ “ ” /yaqtulūna/, /hālun/ dari ayat di atas adalah
jarun majrurin “ ” /bigairi al-haqqi/.

/al-hālu al-mufradatu: mālaisat jumlatan wa lā syibhuhā/. “Hal mufradah


adalah hal yang tidak berupa kalimat dan yang tidak menyerupai kalimat”.
Contoh: /ji`tu māsyiyan/ “Saya datang dengan berjalan kaki”.
Kata /masyiyan/ merupakan /hālun mufradatun/ dari

bentuk /ism fā’il/ yang menjelaskan /sāhibu al-hāli/


yaitu damir ( ) /ta/ pada kata /ji`tu/.

2.7. /wawu al-hāli/.


Al-Gulayaini (2007: 422) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
wawu al-hāli adalah:
/wāwu al-hāli: mā yasihhu wuqū’u (iż) azzarfiyyati mauqi’aha/ ‘wawu al-
hali adalah huruf waw yang dapat menempati posisi ( ) zarfiah (yang bermakna
sedangkan, padahal, atau suatu keadaan).
Contoh: Al-Baqarah ayat 216
   ………
……    

/wa ‘asā an takrahū syaian wa huwa khairun lakum/. “Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu ”.
Pada contoh ini /wāwu al-hāli/ adalah huruf “ ”yang melekat
pada jumlah ismiyah “ ” /huwa khairun lakum/, yang bermakana
‘padahal’.

2.8. /ta’addudi al-hāli/


Al-Gulayayni (2007: 427) menjelaskan bahwa boleh melebihkan
/hālun/ lebih dari satu (1), walaupun sahibnya satu (1) ataupun lebih dalam

struktur halun. Contoh surat Taha ayat 86:


/faraja’a mūsa ilā qaumihi gadbāna asifan/ ‘Kemudian Musa kembali kepada
kaumnya dengan marah dan bersedih hati/. Pada contoh ini ditemukan dua (2)
/hālun/ yaitu kata “ ” /gudbāna/ dan kata “ ” /asifan/ sedangkan
/sāhibu al-hāli/ hanya satu (1) yaitu kata “ ” /mūsa/.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Stuktur dan Penggolongan Hālun ( ) pada surat Al-Baqarah.


Berdasarkan data yang diperoleh dari surat Al-Baqarah, maka peneliti
menemukan dua struktur /hālun/ yaitu struktur /hālun/ yang baku dan
struktur /hālun/ yang tidak baku.
Struktur /hālun/ yang baku.
Struktur /hālun/ yang baku ini di dalam surat Al-Baqarah memiliki
dua bentuk yaitu:
a. Struktur /hālun/ yang mengakhirkan /hālun/ dari sahibnya.
b. Struktur /hālun/ yang mengakhirkan /hālun/ dari
/‘āmilu al-hāli/.
Agar pemaparan ini lebih jelas maka peneliti menguraikannya seperti
berikut :
3.1.1.1. Struktur /hālun/ yang mengakhirkan /hālun/ dari sahibnya.
Di dalam struktur ini ada dua ( 2 ) ketentuan tentang /hālun/ yang
diakhirkan dari sahibnya dalam surat Al-Baqarah sebagaimana berikut ini :
1. Apabila /sāhibu al-hāli/ dibatasi oleh /hālun/.
Pada surat Al-Baqarah hanya tedapat satu (1) ayat, yaitu ayat 114 :
    ……..
   
……..
/ūlāika mā kāna lahum an yadkulūhā illa khā’ifīna/. “ Mereka itu tidak
sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada
Allah).
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ yaitu “ ” /yadkhulu/, dan sahibul hal pada ayat di atas adalah damir
muttasil “ “ /hā/ yang dibatasi oleh hal yaitu kata /khā’ifīna/. Kata
/khā’ifīna/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan pengganti tanda
nasab yaitu huruf ( ). Struktur /hālun/ di atas merupakan stuktur baku
karena /hālun/ terletak setelah ‘amil dan sahibnya.. Dan /hālun/
tersebut tergolong pada “ ” /hālu al-muassisati/, karena tanpa
/hālun/ tersebut maka keadaan ‫ا‬ /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila sahibnya dibatasi oleh hal dan tergolong kepada
“ ” /hālu al-muassisati/.
2. Apabila /hālun/ berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ”/wawu al-hāliyati/.
Dalam struktur /hālun/ yang diakhirkan dari sahibnya ini adalah jika
/hālun/ berupa kalimat yang disertai oleh huruf “ ” /wawu al-
hāliyati/. Struktur ini dapat ditemukan dalam beberapa ayat pada surat Al-Baqarah
sebagaimana berikut :
1) Al-Baqarah ayat 22 :
   …….
  

/fa lā taj ‘alū li al-lāhi andādan wa antum ta‘lamūna/.“Janganlah kamu
Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “ ” /taj‘alu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata

“ ”/andādan/, sedangkan susunan kalimat /antum ta‘lamūna/


menempati posisi /hālun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang
mengikuti susunan kalimat “ ” adalah “ “ /wawu al-
hāliyati/. Dan /hālun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /hālu
al-muassisati/, karena tanpa /hālun/ tersebut maka keadaan ‫ا‬
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demkian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ” /wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ”
/hālu al-muassisati/.
2) Al-Baqarah ayat 42
  
 
   

/wa lā talbisū al-haqqa bi al-bātili wa taktumū al-haqqa wa antum ta
‘lamūna/.“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “ ” /talbisu/, dan /sāhibu al-hāli/ pada ayat tersebut
adalah kata “ ” /al-haqqa/, sedangkan susunan kalimat
” /antum ta‘lamūna/ menempati posisi /hālun/ karena huruf “
“/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ” adalah “
“ /wawu al-hāliyati/. Dan
/hālun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /hālu al-
muassisati/, karena tanpa /hālun/ tersebut maka keadaan ‫ا‬
/sāhibu al-hāli/ belumlah
jelas. Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/
yang mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ” /wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ” /hālu
al-muassisati/.
3) Al-Baqarah ayat 50
 ……..
  

/wa agraqnā āla fir ‘awna wa antum tanzurūna/. “Dan (ingatlah), ketika Kami
belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan
(Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ”/agraqa/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir

munfasil “ ” /kum/, sedangkan susunan kalimat “ ” /antum tanzurūna/


menempati posisi /hālun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang
mengikuti susunan kata “ ” /antum tanzurūna/ adalah “ “
/wawu al-hāliyati/. Dan /hālun/ pada ayat ini tergolong pada
/hālu al-muassisati/, karena tanpa /hālun/ tersebut maka keadaan
‫ا‬ /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ” /wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ”
/hālu al-muassisati/.
4) Al-Baqarah ayat 75

 
 ………
   
 
/summa yuharrifūnahu min ba‘di mā ‘aqalūhu wa hum ya ‘lamūna/. “Lalu
mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /‘aqala/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil
“ ” /hu/, yang melekat pada fi‘l madi “ ”/‘aqalū/, sedangkan susunan
kalimat “ ” /hum ya‘lamūna/ menempati posisi /hālun/ sebagai
ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat
/hum ya‘lamūna/ adalah “ “ /wawu al-hāliyati/. Dan /hālun/ pada
ayat ini tergolong pada “ ” /hālu al-muassisati/, karena tanpa

/hālun/ tersebut maka keadaan ‫ا‬ /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.


Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
/wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
5) Al-Baqarah ayat 55
 ………..
  
/fa akhazatkumu al-sā‘iqatu wa antum tanzurūna/. “Dan (ingatlah), ketika
kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami
melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu
menyaksikannya ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /akhaza/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir munfasil

“ ” /kum/ yang melekat pada fi‘l madi “ ” /akhazat/, sedangkan susunan


kalimat “ ”/antum tanzurūna/ menempati posisi /hālun/ sebagai
ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat
“ ” /antum tanzurūna/ adalah “ “ /wawu al-hāliyati/. Dan
/hālun/ pada ayat ini tergolong pada “ ” /hālu al-
muassisati/,
karena tanpa /hālun/ tersebut maka keadaan ‫ا‬ /sāhibu al-hāli/
belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ” /wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ”
/hālu al-muassisati/.
6) Al-Baqarah ayat 92
   ……
  
 
/summa ittakhaztum al-‘ijla min ba‘dihi wa antum zālimūna/. “Kemudian
kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan
sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /ittakhaza/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata
/al-‘ijla/, sedangkan susunan kalimat “ ”/antum zālimūna/ menempati
posisi /hālun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikut i
susunan kata “ ” /antum zālimūna/ adalah “ “ /wawu al-
hāliyati/. Dan /hālun/ pada ayat ini tergolong pada “
”/hālu
al-muassisati/, karena tanpa /hālun/ tersebut maka keadaan ‫ا‬
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ” /wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ”
/hālu al-muassisati/.
7) Al-Baqarah ayat 113
  
   
   
/wa qālati al-nasārā laisati al-yahūdu ‘alā syai’in wa hum yatlūna al-kitāba/.
“Dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai
sesuatu pegangan, padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /qāla/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /al-
yahūdu/, sedangkan susunan kalimat “ ” /hum yatlūna al-kitāba/
menempati posisi /hālun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang
mengikuti susunan kata “ ”/hum yatlūna al-kitāba/ adalah
“ “ /wawu al-hāliyati/. Dan /hālun/ pada ayat ini tergolong pada
“ ” /hālu al-muassisati/, karena tanpa /hālun/ tersebut
maka
keadaan ‫ا‬ /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ” /wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ” /hālu
al-muassisati/.
8) Al-Baqarah ayat 132
   …….
    
  
/yā baniyya inna al-lāha istafā lakum al-dīna fa lā tamūtunna illa wa antum
muslimūna/. “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /tamūtu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir

munfasil “ ” /antum/ yang melekat pada fi‘l mudari‘ “ ” /tamūtūna/,


sedangkan susunan kalimat “ ” /antum muslimūna/ menempati posisi
/hālun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan
kalimat “ ”/antum muslimūna/ adalah “ “/wawu al-
hāliyati/. Dan /hālun/ pada ayat ini tergolong pada “ ”
/hālu
al-muassisati/, karena tanpa /hālun/ tersebut maka keadaan ‫ا‬
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ”/wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ” /hālu al-
muassisati/.
9) Al-Baqarah ayat 188
  ……..
  
  
/li ta’kulū farīqan min amwāli al-nāsi bi al-ismi wa antum ta ‘lamūna/.
“Supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /ta’kulu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata
/amwāli/, sedangkan susunan kalimat “ ” /antum ta‘lamūna/
menempati posisi /hālun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang
mengikuti susunan kalimat “ ” adalah “ “ /wawu al-
hāliyati/. Dan /hālun/ pada ayat ini tergolong pada “ ”
/hālu
al-muassisati/, karena tanpa /hālun/ tersebut maka keadaan ‫ا‬
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ”/wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ” /hālu al-
muassisati/.
10) Al-Baqarah ayat 216
   ………..
   

/wa ‘asā an takrahū syai’an wa huwa khairun lakum/. “Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /takrahu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “

/syaian/, sedangkan susunan kalimat “ ” /huwa khairun lakum/
menempati posisi /hālun/ sebagai ism mansub karena huruf “ “/waw/ yang
mengikuti susunan kalimat “ ” /huwa khairun lakum/ adalah
“ “ /wawu al-hāliyati/. Dan /hālun/ pada ayat ini tergolong pada
“ ” /hālu al-muassisati/, karena tanpa /hālun/ tersebut
maka
keadaan ‫ا‬ /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ”/wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ” /hālu al-
muassisati/.
11) Al-Baqarah ayat 44
  …….
   
  
/wa tansawna anfusakum wa antum tatlūna al-kitāba afalā ta‘qilūna/.
“Sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca
Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /tansawna/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata
“ ” /anfusun/, sedangkan susunan kalimat “ ” /antum
tatlūna al-kitāba/ menempati posisi /hālun/ sebagai ism mansub
karena huruf “ “/waw/ yang mengikuti susunan kalimat “ ” /antum
tatlūna al-kitāba/ adalah “ “ /wawu al-hāliyati/. Dan /hālun/ pada ayat ini
tergolong pada “ ”/hālu al-muassisati/, karena tanpa
/hālun/
tersebut maka keadaan ‫ا‬ /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal apabila hal berupa kalimat yang disertai oleh huruf
“ ” /wawu al-hāliyati/ dan tergolong kepada “ ” /hālu
al-muassisati/.

3.1.1.2. Mengakhirkan /hālun/ dari /‘āmilu al-hāli/.


Ada tiga (3) bentuk /hālun/ yang diakhirkan dari /‘āmilu
al-hāli/ dalam surat Al-Baqarah seperti berikut ini :
1. Apabila hal menjadi penguat bagi ‘amilnya.
Pada surat Al-Baqarah terdapat 21 ayat yang di dalamnya terdapat
/hālun/ sebagai penguat ‘amilnya. Yaitu pada ayat :
1) Al-Baqarah ayat 58
 …….
 ……. 
/wa udkhulū al-bāba sujjadan/. “Dan masukilah pintu gerbangnya sambil
bersujud”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr
“ ” /udkhul/. Dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /al-
bāba/, sedangkan /hālun/ adalah kata “ ” /sujjadan/ sebagai penguat
bagi /‘āmilu al-hāli/, dan ini merupakan stuktur asli dari
/hālun/.
Kata “ ” /sujjadan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan
penanda harkat nasab yaitu fathah. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada
“ ” /hālu al-muassasati/, karena tanpa kata“ ”/sujjadan/
sebagai /hālun/ maka keadaan /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya.
2) Al-Baqarah ayat 213
  …..
……  

/faba‘asa al-lahu al-nabiyīna mubasysyirīna wa munzirīna/. “Maka Allah
mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ”/ba‘asa/, dan sahibul halnya adalah kata “ ”, sedangkan
/hālun/ adalah kata “ ” /mubasysyirīna/ dan kata “ ” / munzirīna/
yang diakhirkan sebagai penguat bagi /‘āmilu al-hāli/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /hālu al-muassisati/, karena
tanpa kata “ ” /mubasysyirīna/ dan kata “ ” / munzirīna/ sebagai
/hālun/ maka keadaan /sāhibu al-hāli/ belum jelas. Kata
“ ” /mubasysyirīna/ dan kata “ ” /munzirīna/ merupakan ism
mansub yang ditandai dengan pengganti tanda nasab yaitu huruf ( ) karena

terdiri dari /jam‘u al-mużakkari al-sālimi/.


Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
3) Al-Baqarah ayat 231
……..
   …..

 
/wa lā tumsikūhunna dirāran/. “ Janganlah kamu rujuki mereka untuk
memberi kemudharatan ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “ ” /tumsiku/ dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir
munfasil “ ” /hunna/, sedangkan /hālun/ adalah kata “ ” /dirāran/
yang di akhirkan sebagai penguat bagi ‘amilnya, dan /hālun/ tersebut
tergolong pada “ ”/hālu al-muassisati/, karena tanpa kata
“ ” /dirāran/ sebagai /hālun/ maka keadaan /sāhibu
al-hāli/ belumlah jelas. Kata “ ” /dirāran/ merupakan ism mansub yang
ditandai dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
4) Al-Baqarah ayat 235
……..
   ……….

/lā tuwā‘idūhunna sirran/ “Janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “ ” /tuwa‘idu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir
munfasil “ ” /hunna/, sedangkan /hālun/ adalah kata “ ”
/sirran/ yang di akhirkan sebagai penguat bagi ‘amilnya, /hālun/ tersebut
tergolong
pada“ ” /hālu al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” /sirran/
sebagai /hālun/ maka keadaan /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Kata “ ” /sirran/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan tanda nasab
yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
5) Al-Baqarah ayat 245

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.


USU Repository © 2009
 ………
………. 

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.


USU Repository © 2009
/fayudā‘ifahu lahu ad‘āfan/. “ Maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak ”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l mudāri‘
“ ” /yudā‘ifu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir
muttasil ( ) /hu/ pada kata  /yudā‘ifahu/, sedangkan
/hālun/ yang diakhirkan dari /‘āmilu al-hāli/ adalah kata “ ”
/ad‘afan/ sebagai penguat bagi /‘āmilu al-hāli/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /hālu al-muassisati/, karena
tanpa kata “ ” /ad‘afan/ sebagai /hālun/ maka keadaan /sāhibu al-
hāli/ belumlah jelas. kata “ ” /ad‘afan/ merupakan ism mansub yang
ditandai dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
6) Al-Baqarah ayat 247
     …..
 ………  
/inna al-laha qad ba‘asa lakum tālūta malikan/. "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi “ ”
/ba‘asa/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /tālūta/,
sedangkan /hālun/ pada ayat ini yang di akahirkan dari
/‘āmilu al-hāli/ adalah kata “ ” /malikan/
sebagai penguat bagi /‘āmilu al- hāli/,
/hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /hālu al-muassisati/,
karena tanpa kata “ ” /malikan/ maka keadaan /sāhibu al-
hāli/ belumlah jelas. Kata “ ” /malikan/ merupakan ism mansub yang ditandai
dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
7) Al-Baqarah ayat 274
 

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.
USU Repository © 2009



 …… 
/al-lazīna yunfiqūna amwalahum bi al-laili wa al-nahāri sirran wa
‘alāniyatan/. “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang
hari secara tersembunyi dan terang-terangan ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “ ” /yunfiqu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata
“ ”/amwalun/, sedangkan /hālun/yang diakhirkan dari
/‘āmilu al-hāli/ adalah kata “ ” dan kata “ ” /‘alāniayatan/ sebagai
penguat bagi /‘āmilu al-hāli/, dan /hālun/ tersebut tergolong pada
“ ” /hālu al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” dan kata “ ”
/‘alāniayatan/ maka keadaan /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas. Kata
“ ” dan kata “ ” /‘alāniayatan/ merupakan ism mansub yang ditandai
dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
8) Al-Baqarah ayat 185
   

  
…….   

/syahrun ramadāna al-lazī unzila fīhi al-quranu hudan li-alnāsi wa


bayyinātin/. “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madhi “ ” /unzila/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ”
/al-qurānu/, dan /hālun/ yang diakhirkan sebagai penguat /‘āmilu
al-hāli/ adalah kata “ ” /hudan/ dan kata “ ” /bayyinatin/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /hālu al-muassisati/, karena
tanpa kata “ ” /hudan/ dan kata “ ” /bayyinatin/ maka keadaan

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.


USU Repository © 2009
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas. Kata “ ” /hudan/ merupakan
ism mansub yang ditandai dengan tanda nasab yang asli yaitu fathah, dan kata

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.


USU Repository © 2009
“ ” /bayyinatin/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan pengganti
tanda nasab yaitu /al-kasratu/, karena terdiri dari
/jam‘u al-muannasi al-sālimi/.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
9) Al-Baqarah ayat 167
   ……
………  

/kazālika yurīhimu al-lahu a‘mālahum hasarāti/. “Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka;
dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “ ” /yurī/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ”
/a‘mālun/, dan /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat /‘āmilu
al-hāli/ adalah kata “ ” /hasarāti/, dan /hālun/ tersebut tergolong
pada “ ” /hālu al-muassisati/, karena tanpa kata “

/hasarāti/ maka keadaan /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas. Kata
“ ” /hasarāti/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan pengganti

tanda nasab yaitu /al-kasratu/, karena terdiri dari


/jam‘u al-muannasi al-sālimi/.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
10) Al-Baqarah ayat 55
  
    
 …… 
/wa iz qultum yā mūsā lan nu’mina laka hatta narā al-lahu jahratan/. “Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu
sebelum Kami melihat Allah dengan terang ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “ ” /narā/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ”
/al-lāhu/, dan /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat
/‘āmilu al-hāli/ adalah kata “
” /jahratan/, /hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /hālu
al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” /jahratan/
maka keadaan /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas. kata “ ”
/jahratan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan tanda nasab yang asli
yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/.
11) Al-Baqarah ayat 60
    ………
 
/walā ta’saw fī al-ardi mufsidīna/. “Dan janganlah kamu berkeliaran di muka
bumi dengan berbuat kerusakan”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “  ” /ta‘saw/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah
damir dari fi‘l mudāri‘ “  ” /ta‘saw/ yaitu damir muttasil “
” /antum/. Dan /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat
/‘āmilu al-hāli/ adalah kata  /mufsidina/,
/hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/ sebagai
taukīd ‘āmilu al-hāli yang mengandung pengertian dari sudut makna saja, ataupun
pengertian makna serta lafaznya, karena tanpa “ ” /al-hālu al-
muakkadatu/ tersebut keadaan /sāhibu al-hāli/ sudah jelas untuk
dapat dimengerti. Kata  /mufsidina/ merupakan ism
mansub yang ditandai dengan pengganti tanda nasab yaitu huruf ( ) karena
terdiri dari /jam‘u al-mużakkari al-sālimi/.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/.
12) Al-Baqarah ayat 168
  
……    

/ya ayyuhā al-nāsu kulū mimmā fī al-ardi halālan/. “Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal dari apa yang terdapat di bumi ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr
“ ” /kul/ dan /sāhibu al-hāli/ adalah ism mausul “ ” /mā/, dan
/hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat /‘āmilu al-hāli/ adalah
kata “ ” /halālan/, dan /hālun/ tersebut tergolong kepada
/al-hālu al-muakkadatu/ sebagai taukīd ‘āmilu al-hāli yang mengandung
pengertian dari sudut makna saja, ataupun pengertian makna serta lafaznya,
karena tanpa “ ” /al-hālu al-muakkadatu/ tersebut
keadaan
/sāhibu al-hāli/ sudah jelas untuk dapat dimengerti. Kata “ ”
/halālan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan penanda nasab asli yaitu
fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/.
13) Al-Baqarah ayat 29
     
 ……….  
/huwa al-lazi khalaqa lakum mā fī al-ardi jamī‘an/. “Dia-lah Allah, yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /khalaqa/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah ism
mausul “ ” /mā/, dan /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat
/‘āmilu al-hāli/ adalah kata “ ” /jamī‘an/, dan
/hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/ sebagai
taukīd yang menguatkan keterangan keadaan /sāhibu al-hāli”. Kata
“ ” /jamī‘an/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan
penanda nasab asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/.
14) Al-Baqarah ayat 97

 ……
  
   
  
/nazzalahu ‘alā qalbika biizni al-lahi musaddiqan limā bayna yadaihi wa
hudan wa busyrā li-almu’minīna/. “Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al
Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang
yang beriman ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madhi “ ” /nazzala/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir
muttasil ( ) /hu/ yang terletak pada kata  /nazzalahu/, dan
/hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat bagi /‘āmilu al-hāli/ adalah
kata “ ” /musaddiqan/, dan /hālun/ tersebut
tergolong pada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/ sebagai taukīd yang
menguatkan keterangan keadaan /sāhibu al-hāli/. Kata
“ ” /musaddiqan/ merupakan ism mansub yang ditandai
dengan penanda nasab asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/.
15) Al-Baqarah ayat 119
 
 
…………. 
/innā arsalnāka bi al-haqqi basyīran wa nazīran/. “ Sesungguhnya Kami telah
mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /arsala/ dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil
“ ” /ka/ dan /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat
/‘āmilu al-hāli/ adalah kata “ ” /basyīran/ dan
kata “ ” /nazīran/, dan
/hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/ sebagai
taukīd yang menguatkan keterangan keadaan /sāhibu al-hāli/. Kata
“ ” /basyīran/ dan kata “ ” /nazīran/ merupakan ism mansub yang
ditandai dengan penanda nasab asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/.
16) Al-Baqarah 208
 
  
…………  

/ya ayyuhā al-lazīna āmanū udkhulū fī al-silmi kāfatan/. “Hai orang-orang


yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan ”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr “ ”
/udkhul/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata 
/al-silmi/ dan /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat bagi
/‘āmilu al-hāli/ adalah kata “ ” /kāfatan/. Dan /hālun/ tersebut
tergolong kepada /al-hālu al-muakkadatu/ sebagai taukīd yang
menguatkan keterangan keadaan /sāhibu al-hāli/. Kata “ ”
/kāfatan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan penanda nasab asli yaitu
fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/.
17) Al-Baqarah ayat 38
  
……………. 
/qulnā ihbitū minhā jamī‘an/. “Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya
dari surga itu ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
amr “ ” /ihbit/ dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil

“ ” /antum/ pada fi‘l amr “ ” /ihbitū/. Dan /hālun/ yang di


akhirkan sebagai penguat bagi /‘āmilu al-hāli/ adalah kata “ ”
/jamī‘an/. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu
al-muakkadatu/ sebagai taukīd yang menguatkan keterangan keadaan
/sāhibu al-hāli/. Kata “ ” /jamī‘an/ merupakan ism mansub
yang ditandai dengan penanda nasab asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/.
18) Al-Baqarah ayat 41
  
………   
/wa āminū bimā anzaltu musaddiqan limā ma‘akum/. “Dan berimanlah kamu
kepada apa yang telah aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada
padamu (Taurat) ”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr “ ”
/āminū/ dan /sāhibu al-hāli/ adalah ism mausul “ ” /mā/, dan
/hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat bagi /‘āmilu al-hāli/
adalah kata “ ” /musaddiqan/. Dan /hālun/
tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muakkadatu/ sebagai
taukīd yang menguatkan keterangan keadaan /sāhibu al-hāli/. Kata
“ ” /musaddiqan/ merupakan ism mansub yang ditandai
dengan penanda nasab asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya.
19) Al-Baqarah ayat 133
   
 
 
 
  
 
/qālū na‘budu ilāhaka wa ilāha ābāika ibrahīma wa ismā‘īla wa ishāqa
ilāhan wāhidan wa nahnu lahū muslimūna/. “Mereka menjawab: "Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq,
(yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya ".
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudāri‘ “ ” /na‘budu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ”
/ilāhun/, dan /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat
/‘āmil
u al-hāli/ adalah kata “ ” /ilāhan/. Dan /hālun/
tersebut tergolong pada “ ” /al-hālu al-muwattiatu/ karena
menjelaskan
/sāhibu al-hāli/ yang berupa ism jamid yang disifati”. Kata
“ ” /ilāhan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan
penanda nasab asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-muwattiatu/.
20) Al-Baqarah ayat 36
  …….
………    

/wa qulnā ihbitū ba‘dukum liba‘din ‘aduwwun/. “Dan Kami berfirman:
"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr
“ ” /ihbit/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil “ ”
/antum/ pada fi‘l amr “ ” /ihbitū/, sedangkan kalimat yang terdiri dari
“ ” /al-jumlatu al-ismiyatu/ yaitu “

 ” /ba‘dukum liba‘din
‘aduwwun/ adalah /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat
/‘āmilu al-hāli/. Jika /hālun/ tersebut dita‘wilkan menjadi bentuk mufrad,
maka “ ” /al-jumlatu al-ismiyatu/ “ 
 ” /ba‘dukum liba‘din
‘aduwwun/ menjadi “ ” /muta‘ādīna/ yang berarti “saling bermusuhan”.
Karena /hālun/ pada ayat ini terdiri dari “ ” /al-jumlatu al-
al-ismiyatu / dan dapat dita‘wilkan menjadi bentuk mufrad maka /hālun/
tergolong pada “ ” /al-hālu al-jumlatu/. Kata “ ”
/muta‘ādīna/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan pengganti tanda nasab
yaitu huruf ( ) karena terdiri dari /jam‘u al-mużakkari
al-sālimi/.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-jumlatu/.
21) Al-Baqarah ayat 2
    
 ……..  
/żālika al-kitābu lā rayba fīhi/. “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah
“ ” /ismu al-isyāratu/ “ ” /żālika/, dan /sāhibu
al- hāli/ adalah kata “ ” /al-kitābu/, sedangkan kalimat yang terdiri dari
“ ” /al-jumlatu al- al-ismiyatu/   
/lā rayba fīhi/ adalah /hālun/ yang di akhirkan sebagai penguat
/‘āmilu al-hāli/. Jika /hālun/ tersebut dita‘wilkan menjadi menjadi
bentuk mufrad, maka “ ” /al-jumlatu al- al-
ismiyatu/
   /lā rayba fīhi/ menjadi kata “ ” /haqqan/
yang berarti “ benar ”. Karena /hālun/ pada ayat ini terdiri dari “
” /al-jumlatu al- al-ismiyatu/ dan dapat dita‘wilkan menjadi bentuk
mufrad maka /hālun/ tergolong pada “ ” /al-hālu al-jumlatu/.
Kata “ ” /haqqan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan penanda
nasab asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika hal menjadi penguat bagi ‘amilnya dan
tergolong kepada “ ” /al-hālu al-jumlatu/.

2. Apabila ‘amilnya berupa fi‘l yang dihubungkan dengan huruf masdar.


Pada surat Al-Baqarah hanya terdapat satu (1) ayat yang ‘amilnya berupa
fi‘l yang dihubungkan dengan huruf masdar, yaitu pada ayat 282.
   
  
……
   


/wa lā tas’amū an taktubūhu sagīran aw kabīran ilā ajalihi/. “Dan janganlah
kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /tasamū/ dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir
muttasil ( ) /hu/ yang terletak pada kata  /taktubuhu/ ,
dan /hālun/ yang di akhirkan /‘āmilu al-hāli/ karena ‘amilnya
berupa fi‘l yang dihubungkan dengan huruf masdar yaitu huruf masdar “ ”/an/
adalah kata “ ” /sagīran/ dan kata “ ”
/kabīran/. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu
al-muakkadatu/ sebagai taukīd yang menguatkan keterangan keadaan
/sāhibu al-hāli”. Kata “ ” /sagīran/ dan kata
“ ” /kabīran/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan
penanda nasab asli yaitu fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika ‘amilnya berupa fi‘l yang dihubungkan
dengan huruf masdar dan tergolong kepada “ ” /al-hālu al-
muakkadatu/.
3. Apabila hal bermakna fi‘l.
Pada surat Al-Baqarah hanya terdapat satu (1) ayat yang halnya bermakna
fi‘l yaitu pada ayat 260.
    
  
    
    

   

/qāla fakhuz arba‘atan mina al-tayri fasurhunna ilayka summa ij‘al ‘alā
kulli jabalin minhunna juzan summa ‘udhunna ya’tīnaka sa‘yan/. “Allah
berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah
semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit
satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka
datang kepadamu dengan segera ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /ya’tī/ dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir
muttasil “ ” /ka/ yang teletak pada kata  /ya’tinaka/, dan

/hālun/ yang di akhirkan /‘āmilu al-hāli/ karena halnya bermakna fi‘l


adalah kata “ ” /sa‘yan/, /hālun/ tersebut bermakna “
” /yamsyi sarī‘an/ yang artinya “berjalan datang atau terbang
dengan cepat”. Dan /hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /hālu
al-muassisati/, karena tanpa kata “ ” /sa‘yan/ maka keadaan
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas. Kata “ ”
/sa‘yan/ merupakan ism mansub yang ditandai dengan penanda nasab asli yaitu
fathah.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mengakhirkan hal dari ‘amilnya jika halnya bermakna fi‘l dan tergolong kepada
“ ” /hālu al-muassisati/.

3.1.2. Struktur /hālun/ yang tidak baku.


Terdapat lima (5) struktur /hālun/ yang tidak baku yaitu
mendahulukan Hālun dari sahibnya, mendahulukan Hālun dari ‘amilnya,
membuang /hālun/ dari ‘amil dan sahibnya, membuang
/sāhibu al-hāli/ dan yang terakhir membuang /‘āmilu al-hāli/.
3.1.2.1. Mendahulukan Hālun dari sahibnya.
Untuk mendahulukan /hālun/ dari sahibnya memiliki dua ketentuan
yaitu wajib dan boleh. Pada surat Al-Baqarah hanya terdapat dua stuktur
/hālun/ yang mendahulukan /hālun/ dari sahibnya yaitu :
1. Wajib mendahulukan /hālun/ dari sahibnya apabila
/sāhibu al-hāli/ berupa ism nakirah.
Pada surat Al-Baqarah terdapat dua (2) yaitu pada ayat :
1) Al-Baqarah ayat 22
  …………
………….. 

/wa anzala mina al-samāi mā’an/. “Dan Dia menurunkan air (hujan) dari
langit ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /anzala/, susunan kalimat jarun majrurin “ ” /mina al-
samāi/ adalah qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat
/hālun/ yang dibuang. Sedangkan yang menjadi /sāhibu al-hāli
yang diakhirkan dari /hālun/ adalah kata “   ” /māan/, karena
berupa ism nakirah. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “
” /al-hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mendahulukan /hālun/ dari sahibnya apabila sāhibu al-hāli berupa ism
nakirah dan tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/.
2) Al-Baqarah ayat 22
  ……….
…………..   

/fa akhraja bihi mina al-samarāti rizqan lakum/. “Lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /akhraja/, susunan kalimat jarun majrurin “ ” /mina
al-samārati/ adalah qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat
/hālun/ yang dibuang. Sedangkan yang menjadi /sāhibu al-hāli
yang diakhirkan dari /hālun/ adalah kata “ ” /rizqan/
karena berupa ism nakirah. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “
” /al-hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mendahulukan /hālun/ dari sahibnya apabila sāhibu al-hāli berupa ism
nakirah dan tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/.
3) Al-Baqarah ayat 107
     …………

    
/wa mā lakum min dūni allāhi min waliyyin walā nasīrin/. “Dan tiada bagimu
selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah jarun
majrurin /lakum/, susunan kalimat jarun majrurin “ ” /min dūni/
adalah qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat /hālun/ yang
dibuang. Sedangkan yang menjadi /sāhibu al-hāli yang diakhirkan

dari /hālun/ adalah kata “ ” /waliyyin/ karena berupa ism nakirah. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-
jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mendahulukan /hālun/ dari sahibnya apabila sāhibu al-hāli berupa ism
nakirah dan tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/.
2. Boleh mendahulukan /hālun/ dari sahibnya apabila
/sāhibu al-hāli/ berupa ism ma‘rifah.
Bentuk ini ditemukan dalam surat Al-Baqarah hanya pada ayat dua (2)
ayat seperti berikut ini :
1) Al-Baqarah ayat 213

 …………
…………. 

/wa anzala ma‘ahumu al-kitāba bi al-haqqi/. “Dan Allah menurunkan


bersama mereka kitab yang benar ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
madi “ ” /anzala/, dan sebagai /hālun/ adalah susunan kata berbentuk
zaraf mazruf “ ” /ma‘ahum/, susunan kata berbentuk zaraf mazruf “ ”
/ma‘ahum/ adalah Qarinah yang menggantikan tempat /hālun/. Sedangkan
yang menjadi /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /al-kitāba/
berupa ism ma‘rifah.
Dengan demikian ditemukan bahwa dalam ayat ini boleh mendahulukan
/hālun/ dari sahibnya, karena sahibnya berupa ism ma‘rifah. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/
karena /hālun/ terdiri dari zaraf mazruf “ ” /ma‘ahum/.
2) Al-Baqarah ayat 22
   
 
 
/al-lazī ja‘ala lakumu al-arda firāsyan wa al-samāa bināan/. “Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap ”.
Pada ayat di atas yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l

madi “ ” /ja‘ala/, susunan jarun majrurin “ ” /lakum/ adalah


qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat /hālun/ yang
dibuang. Sedangkan yang menjadi /sāhibu al-hāli yang diakhirkan dari
/hālun/ adalah kata “ ‫ ” ضرأال‬/al-arda/ karena berupa ism ma‘rifah. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/
karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mendahulukan /hālun/ dari sahibnya apabila sāhibu al-hāli berupa ism
nakirah dan tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/.

3.1.2.2 Mendahulukan /hālun/ dari ‘amilnya.


Dalam surat Al-Baqarah, ditemukan tiga (3) ayat yang mendahulukan
/hālun/ dari ‘amilnya, apabila /hālun/ terletak di awal kalimat, dan
berupa kata tanya, sebagaimana berikut :
1) Al-Baqarah ayat 247
    ….
  
…..
  

/qālū annā yakūnu lahu al-mulku ‘alainā wa nahnu ahaqqu bi al-mulki
minhu/. “Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami
lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya ”.
Dalam ayat ini terlihat benar bahwa yang menjadi /hālun/ adalah kata
tanya “ ” /annā/, kata “ ” /annā/ merupakan ism mansub yang ditandai
dengan penanda nasab asli yaitu fathah. Sedangkan yang menjadi
/‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l mudari‘ “ ” /yakūnu/, dan
/sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /al-mulku/. Dengan demikian
ditemukan bahwa /hālun/ lebih dahulu hadir daripada /‘āmilu al-
hāli/ karena /hālun/ berupa kata tanya yang terletak di awal kalimat. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/,
karena tanpa kata “ ” /annā/ yang bermakna kata tanya “ ” /kaifa/ maka
keadaan /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mendahulukan /hālun/ dari ‘amilnya apabila /hālun/ terletak di awal
kalimat, dan berupa kata tanya dan tergolong kepada “ ” /hālu al-
muassisati/.
2) Al-Baqarah 259
    …..
 ……   
/qāla annā yuhyi hāzihi al-lahu ba‘da mawtihā/. “Dia berkata: "Bagaimana
Allah menghidupka n kembali negeri ini setelah hancur?”.
Pada ayat di atas terlihat bahwa kata yang menjadi /hālun/ adalah
kata “ ” /annā/, kata “ ” /annā/ merupakan ism mansub yang ditandai
dengan penanda nasab asli yaitu fathah. Sedangkan yang menjadi
/‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l mudari‘ “ ” /yuhyi/ dan
/sāhibu al-hāli/ adalah kata /hazihi/. Dengan demikian ditemukan bahwa
/hālun/ lebih dahulu hadir daripada /‘āmilu al-hāli/ karena
/hālun/ berupa kata tanya yang terletak di awal kalimat. Dan /hālun/ tersebut
tergolong kepada /hālu al-muassisati/, karena tanpa kata “

/annā/ yang bermakna kata tanya “ ” /kaifa/ maka keadaan
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mendahulukan /hālun/ dari ‘amilnya apabila /hālun/ terletak di awal
kalimat, dan berupa kata tanya dan tergolong kepada “ ” /hālu al-
muassisati/.
3) Al-Baqarah ayat 259
   ……
……………  
/wa unzur ilā al- ‘izāmi kaifa nunsyiruhā/. “Dan lihatlah kepada tulang
belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali ”.
Pada ayat di atas terlihat bahwa kata yang menjadi /hālun/ adalah
kata kata tanya “ ” /kaifa/, kata “ ” /kaifa/ merupakan ism mansub yang
ditandai dengan penanda nasab asli yaitu fathah. Sedangkan yang menjadi
/‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l mudari‘ “ ” /nunsyizu/ dan yang
menjadi /sāhibu al-hāli/ adalah damir munfasil “ ” /hā/. Dengan
demikian ditemukan bahwa /hālun/ lebih dahulu hadir daripada
/‘āmilu al-hāli/ karena /hālun/ berupa kata tanya yang terletak di
awal kalimat. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /hālu
al-muassisati/, karena tanpa kata tanya “ ” /kaifa/ maka keadaan
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mendahulukan /hālun/ dari ‘amilnya apabila /hālun/ terletak di awal
kalimat, dan berupa kata tanya dan tergolong kepada “ ” /hālu al-
muassisati/.
4) Al-Baqarah ayat 260
   
  
 ……….  
/wa iz qāla ibrahīmu rabbi arnī kaifa tuhyi al-mawtā/. “Dan (ingatlah) ketika
Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati ”.
Pada ayat di atas terlihat bahwa kata yang menjadi /hālun/ adalah
kata kata tanya “ ” /kaifa/, kata “ ” /kaifa/ merupakan ism mansub yang
ditandai dengan penanda nasab asli yaitu fathah. Sedangkan
/‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l mudari‘ “ ” /tuhyi/, dan
/sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /al-mawta/.
Dengan demikian ditemukan bahwa
/hālun/ lebih dahulu hadir daripada /‘āmilu al-hāli/ karena
/hālun/ berupa kata tanya yang terletak di awal kalimat. Dan /hālun/ tersebut
tergolong kepada “ ” /hālu al-muassisati/, karena tanpa kata tanya
“ ” /kaifa/ maka keadaan /sāhibu al-hāli/ belumlah jelas.
Dengan demikian pada ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
mendahulukan /hālun/ dari ‘amilnya apabila /hālun/ terletak di awal
kalimat, dan berupa kata tanya dan tergolong kepada “ ” /hālu al-
muassisati/.
3.1.2.3. Membuang /hālun/ dari ‘amil dan sahibnya
Dalam surat Al-Baqarah terdapat 19 ayat yang membuang /hālun/
dari ‘amil dan sahibnya, sebagaiman berikut ini :
1) Al-Baqarah ayat 61
 ………
…………  

/wa yaqtulūna al-nabiyyīna bigairi al-haqqi/. “Dan membunuh Para Nabi
yang memang tidak dibenarkan ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /yaqtulu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah waw
jam‘ah yang melekat pada fi‘l mudari‘ “ ” /yaqtulūna/,
adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu al-
hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan
yang dapat menggantikan tempat
/hālun/. Adapun kata yang menjadi qarinah dalam ayat ini yaitu susunan kata
jarun majrurin “ ” /bigairi al-haqqi/. Dan /hālun/ tersebut
tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri
dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
2) Al-Baqarah 143
  ….
   
……………… 
/lina‘lama man yattabi‘u al-rasūla min man yanqalibu ‘alā ‘aqibaihi/. “ agar
Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /yattabi‘u/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata
“ ” /al-rasūla/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari
/‘āmilu al-hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya
qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang
menjadi qarinah dalam ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “

/‘alā ‘aqibaihi/. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ”
/al-hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
3) Al-Baqarah ayat 71
   ………
…………………..  

/qālū al-āna ji’ta bi al-haqqi/. “Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu


menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /ji’ta/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil “ ”
/anta/ pada fi‘l madi “ ” /ji’ta/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang
dari /‘āmilu al-hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya
qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang
menjadi qarinah dalam ayat ini adalah susunan kata /hālun/ jarun majrurin
“ ” /bi al-haqqi/. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada
“ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari jarun
majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
4) Al-Baqarah ayat 119
 
 
……………..

/inna arsalnāka bi al-haqqi basyiran wa nazīran/. “Sesungguhnya Kami telah
mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /arsala/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil “ ”
/ka/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu al-hāli/
dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang
dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam
ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /bi al-haqqi/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-
jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
5) Al-Baqarah ayat 97
   
  
   
……………
/qul man kāna ‘aduwwan lijibrīla fainnahu nazzalahu ‘alā qalbika biizni al-
lahi/. “Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /nazzala/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil ( )
/hu/ yang melekat pada kata  /nazzalahu/, adapun
/hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu al-hāli/ dan
/sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan
tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam ayat ini adalah
susunan kata jarun majrurin “ ” / biizni al-lahi/. Dan /hālun/
tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/ karena
terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
6) Al-Baqarah ayat 174
   
   
………..
/inna al-lazīna yaktumūna mā anzala al-lahu mina al-kitābi/. “ Sesungguhnya
orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, Yaitu Al
kitab ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /anzala/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil ( )
/hu/ yang sebenarnya melekat dengan fi‘l madi “ ” /anzala/, yang jika
dituliskan menjadi ( ) /anzalahu/, namun dibuang karena ada qarinah yang
menggantikan tempat /sāhibu al-hāli/ yaitu kata“ ” /al-
kitābi/. Adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu al-
hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang
dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam
ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /mina al-kitābi/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-
jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
7)Al-Baqarah ayat 213
 …………
………………  
.
/wa anzala ma‘ahumu al-kitāba bi al-haqqi/. “Dan Allah telah menurunkan
bersama mereka kitab yang benar ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /anzala/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “
”/al- kitābu/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari
/‘āmilu al- hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah
yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang
menjadi qarinah dalam ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “
” /bi al-haqqi/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/
karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
8)Al-Baqarah ayat 252
   
……………………..   

/tilka āyātu al-lahi natlūha ‘alaika bi al-haqqi/. “Itu adalah ayat-ayat dari Allah,
Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l
mudari‘ “ ” /natlū/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil
“ ” /ka/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu
al- hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang
dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam
ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /bi al-haqqi/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-
jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
9)Al-Baqarah ayat 260
    
  
 ……….
/qāla fakhuz arba‘atan mina al-tairi fasurhunna ilaika/. “Allah
berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah
semuanya olehmu ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr
“ ” /sur/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah dhamir munfasil “ ”
/hunna/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu al-
hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang
dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam
ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /ilaika/, yang disebut dengan
qarinah. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-
hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
10)Al-Baqarah ayat 188
  
…………  


/walā t a’kulū amwālakum bainakum bi al-batil/. “Dan janganlah sebahagian
kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang
bathil ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l mudari‘
“ ” /ta’kulu/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ”
/amwālun/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari
/‘āmilu al-hāli/ dan /sāhibu al-hāli/
karena adanya qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat
/hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam ayat ini adalah susunan kata jarun
majrurin “ ” /bi al-bātil/. Dan /hālun/ tersebut tergolong
kepada “ ” /al-hālu syibhu al- jumlati/ karena terdiri dari
jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
11)Al-Baqarah ayat 198

    


  
 
……
/fa izā afadtum min ‘arafātin fa uzkurū al-laha ‘inda al-masy ‘ari al-harāmi/.
“Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy'arilharam ”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr “ ”
/uzkur/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah waw jama‘ah pada fi‘l amr
“ ” /uzkurū/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari
/‘āmilu al-hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya
qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun
yang menjadi qarinah dalam ayat ini adalah susunan kata zaraf mazruf
“ ” /‘inda al-masy‘ari/. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada
“ ” / al-hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari zaraf mazruf.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
12)Al-Baqarah ayat 234
   
  

   
 
……………… 

/falā junāha ‘alaikum fīmā fa‘alna fī anfusihinna bi al-ma‘rūfi wa al-lāhu


bimā ta ‘malūna khabīrun/. “Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan
mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
/fa ‘ala/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah damir muttasil “ ” /na/
yang melekat pada fi‘l madi “ ” /fa‘alna/. Adapun /hālun/ pada ayat
ini dibuang dari /‘āmilu al-hāli/ dan /sāhibu al-hāli/
karena adanya qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat
/hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam ayat ini adalah susunan kata jarun
majrurin “ ” /bi al-ma‘rufi/. Dan /hālun/ tersebut tergolong
kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari jarun
majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
13)Al-Baqarah ayat 232
  …………
………………  

/izā tardau bainahum bi al-ma‘rūfi/. “apabila telah terdapat kerelaan di antara
mereka dengan cara yang ma'ruf ”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi “ ”
/tarādau/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah waw jama‘ah pada fi‘l madi
“ ” /tarādau/. Adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari
/‘āmilu al-hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya
qarinah yaitu ucapan yang dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang
menjadi qarinah dalam ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “

/bi al-ma‘rufi/. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ”
/ al-hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.

14)Al-Baqarah ayat 62
   ………….
 ………….. 
/falahum ajruhum ‘inda rabbihim/. “mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah susunan
kata jarun majrurin “ ” /lahum/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah
kata “ ” /ajrun/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari
/‘āmilu al-hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu
ucapan yang dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi
qarinah dalam ayat ini adalah susunan kata zaraf mazruf “ ” /‘inda
rabbihim/. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-
hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari zaraf mazruf .
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
15)Al-Baqarah ayat 206

   
 
Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.
USU Repository © 2009


 
 ……..  
/wa izā qīla lahu ittaqi al-lāha akhazathu al- ‘izzatu bi al-ismi/. “Dan apabila
dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya
yang menyebabkannya berbuat dosa ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /akhaza/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah “ ” /al-‘izzatu/,
adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu al-
hāli/ dan
/sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang dapat
menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam ayat ini
adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /bi al-ismi/. Dan /hālun/
tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/ karena
terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
16)Al-Baqarah ayat 222
……..
   
 ………
/fa‘tazilū al-nisāa fī al-mahīdi/. “oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan
diri dari wanita di waktu haidh ”.
Pada ayat di atas /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l amr “
/i‘tazilū/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah “ ” /al-nisā’a/, adapun
/hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu al-hāli/ dan
/sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang dapat
menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam ayat ini
adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /fi al-mahīdi/, dan
/hālun/ dari ayat di atas adalah jarun majrurin “ ” /fi al-mahīdi/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-
jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.


USU Repository © 2009
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
17)Al-Baqarah ayat 180
   ..


  


 
/in taraka khairan al-wasiyatu li al-wālidaini wa al-aqrabīna bi al-ma‘rufi
haqqan ‘alā al-muttaqin/. “Jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat
untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas
orang-orang yang bertakwa ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /taraka/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ”
/khairan/, adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu
al- hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang
dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam
ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /bi al-ma‘rufi/. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-
jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
18)Al-Baqrah ayat 282
    
  
…..   

/fa in lam yakūnā rajulaini fa rajulun wa imraatāni mimman tardawna min al-
syuhadāi/. “Jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai ”.
Pada ayat ini yang menjadis /‘āmilu al-hāli/ adalah jarun
majrurin “ ” /min man/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah
damir
muttasil ( ) /hu/ yang dibuang dalam sebutan, jika dinyatakan menjadi
“ ”/tardawnahu/, namun dibuang karena ada qarinah yaitu kata “ ”
/al-syuhadāu/. Adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu
al-hāli/ dan /sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan
yang dapat menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah
dalam ayat ini adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /min al-
syuhadāi/. Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-
hālu syibhu al-jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.
19)Al-Baqarah ayat 177
  ……
 …….. 
/wa āta al-māla ‘āla hubbihi/. “Dan memberikan harta yang dicintainya.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /ātā/ dan /sāhibu al-hāli/ adalah kata “ ” /almāla/,
Adapun /hālun/ pada ayat ini dibuang dari /‘āmilu al-hāli/ dan
/sāhibu al-hāli/ karena adanya qarinah yaitu ucapan yang dapat
menggantikan tempat /hālun/. Adapun yang menjadi qarinah dalam ayat ini
adalah susunan kata jarun majrurin “ ” /‘alā hubbihi/. Dan /hālun/
tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-jumlati/ karena
terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dalam ayat ini ditemukan struktur /hālun/ yang
membuang hal dari ‘amil dan sahibnya dan tergolong kepada
/al-hālu syibhu al-jumlati/.

3.1.2.4. Membuang /sāhibu al-hāli/.


Pada surat Al-Baqarah terdapat dua (2) ayat yang membuang
/sāhibu al-hāli/, yaitu pada ayat :
1) Al-Baqarah ayat 174

 
 
   
………….
/inna al-lazīna yaktumūna mā anzala al-lahu mina al-kitābi/. “ Sesungguhnya
orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, Yaitu Al
kitab ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah fi‘l madi
“ ” /anzala/, dan yang menjadi /hālun/ adalah susunan kata jarun
majrurin “ ” /mina al-kitābi/, yang disebut juga sebagai qarinah
sebagai pengganti /hālun/ yang dibuang dari ‘amil dan sahibnya. Dan
/hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu al-
jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam ayat ini ditemukan stuktur
/hālun/ yang membuang sahibnya karena adanya qarinah yaitu kata
/al-kitābu/.
2) Al-Baqarah ayat 282
    
  

……………  

/fa in lam yakūnā rajulaini fa rajulun wa imraatāni mimman tardawna min al-
syuhadāi/. “Jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai ”.
Pada ayat ini yang menjadi /‘āmilu al-hāli/ adalah jarun
majrurin “ ” /min man/. Dan yang menjadi /hālun/ adalah susunan
kata jarun majrurin “ ” /min al-syuhadāi/, yang disebut juga sebagai
qarinah sebagai pengganti /hālun/ yang dibuang dari ‘amil dan sahibnya.
Dan /hālun/ tersebut tergolong kepada “ ” /al-hālu syibhu
al-jumlati/ karena terdiri dari jarun majrurin.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam ayat ini ditemukan stuktur
/hālun/ yang membuang sahibnya karena adanya qarinah yaitu kata
“ ” /al-syuhadāu/.
3.1.2.5. Membuang /‘āmilu al-hāli/.
Pada surat Al-Baqarah hanya terdapat satu (1) ketentuan yang wajib untuk
membuang /‘āmilu al-hāli/ yaitu apabila /hālun/ tersebut
menerangkan pertambahan dan pengurangan sesuatu dengan cara berangsur-
angsur, dengan syarat hal tersebut harus disertai huruf “ “/fa/. Pada surat Al-
Baqarah hanya terdapat satu ayat dengan ketentuan tersebut yaitu pada ayat 239:
   
 …… 
/fa in khiftum fa rijālan aw rukbānan/. “Jika kamu dalam Keadaan takut
(bahaya), Maka Shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan ”.
Pada ayat di atas hanya terdapat /hālun/ yaitu kata “ ” /rijālan/.
Pada awalnya susunan struktur tersebut adalah “ ” /fa sallū
rijālan aw rukbānan/. Dengan demikian yang menjadi /‘āmilu al-
hāli/ adalah fi‘l amr‘ “ ” /sallū/, dan /sāhibu al-hāli/ adalah
waw jama‘ah pada fi‘l amr “ ” /sallū/. Dan /hālun/ yaitu kata “ ”
/rijālan/, yang merupakan ism mansub yang ditandai dengan tanda nasab asli
yaitu fathah. Dan /hālun/ tersebut tergolong pada “ ” /hālu al-
muassisati/, karena tanpa kata “ ” /rijālan/ maka keadaan
/sāhibu al-hāli/ belumlah jelas. Dengan demikian ditemukan dalam ayat ini bahwa
/‘āmilu al-hāli/ dibuang karena /hālun/ tersebut menerangkan
pertambahan dan pengurangan sesuatu dengan cara berangsur-angsur, dan disertai
dengan huruf “ “/fa/.
BAB IV
PENUTU
P
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan mengenai
“ Analisis /hālun/ Pada Surat Al-Baqarah ”, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
4.1.1.Struktur /hālun/ yang baku pada surat Al-Baqarah adalah :
1) Wajib mengakhirkan /hālun/ dari /sāhibu al-hāli/,
apabila :
a. /sāhibu al-hāli/ dibatasi oleh /hālun/, ditemukan
satu (1) ayat, yaitu pada ayat : 114.
b. /hālun/ berupa kaliamat yang disertai oleh huruf “ ”
/waw al-haliyati/, ditemukan sebelas (11) ayat, yaitu pada ayat : 22,
42, 50, 75, 55, 92, 113, 132, 188, 216, 44.
2) Wajib mengakhirkan /hālun/ dari /‘āmilu al-hāli/
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Apabila ‘amilnya berupa fi ‘l yang dihubungkan dengan huruf masdar,
struktur ini hanya ditemukan pada satu ayat, yaitu pada ayat 282.
b. Apabila /hālun/ menjadi penguat bagi /‘āmilu al-
hāli/, struktur ini ditemukan dua puluh satu (21) ayat dalam surat Al-
Baqarah, yaitu pada ayat : 58, 213, 231, 235, 245, 247, 274, 185, 167,
55, 60, 168, 29, 97, 119, 208, 38, 41, 133, 36, 2.
c. Apabila /hālun/ bermakna fi‘l, struktur ini ditemukan pada satu
(1) ayat, yaitu pada ayat : 260.
4.1.2. Struktur /hālun/ yang tidak baku.
1) Wajib mendahulukan /hālun/ dari /sāhibu al-hāli/,
apabila /sāhibu al-hāli/ berupa ism nakirah, struktur ini
ditemukan pada dua (2) ayat, yaitu pada ayat : 22 dan 107.
Dan boleh mendahulukan /hālun/ dari /sāhibu al-
hāli/, apabila : /sāhibu al-hāli/ berupa ism ma‘rifah,
struktur ini ditemukan pada dua (2) ayat, yaitu pada ayat : 213 dan 22.
2) Wajib mendahulukan /hālun/ dari /‘āmilu al-hāli/,
apabila /hālun/ terletak di awal kalimat, dan /hālun/ tersebut
berupa kata tanya, struktur ini ditemukan pada tiga (3) ayat, yaitu pada
ayat : 247, 259, 260.
3) Membuang /hālun/ dari /‘āmilu al-hāli/ dan
/sāhibu al-hāli/, struktur ini ditemukan pada 19 ayat, yaitu pada ayat : 61,
143, 71, 119, 97, 174, 213, 252, 260,188, 198, 234, 232, 62, 206, 222, 180,
282, 177.
4) Membuang /sāhibu al-hāli/, struktur ini ditemukan pada
dua (2) ayat, yaitu ayat : 174 dan 282.
5) Membuang /‘āmilu al-hāli/, struktur ini ditemukan pada satu
(1) ayat, yaitu ayat : 239.
4.1.3 Penggolongan /hālun/ Pada surat Al-Baqarah.
Pada surat Al-Baqarah ditemukan lima (5) golongan dari sembilan (9)
penggolongan /hālun/, yaitu :
1) /al-hālu al-muassasati/ yaitu : Hal yang memberikan
keterangan dan penjelasan kepada keadaan ism sebelumnya (
/sāhibu al-hāli/), karena tanpa “ ” /hālu al-muassasati/
keadaan /sāhibu al-hāli/ belum jelas. Ada 24 ayat yang
tergolong kepada golongan ini, yaitu pada ayat : 114, 22, 42, 50, 75, 55,
92, 113, 132, 188, 216,44, 58, 213, 231, 235, 245, 247, 274, 185, 167,
260, 259, 239.
2) /al-hālu al-muakkadatu/ yaitu : /hālun/ sebagai
keterangan untuk menguatkan keadaan /sāhibu al-hāli/,
tanpa hal muakkadah pengertian kalimat sudah jelas untuk dapat
dimengerti. Ada sembilan (9) ayat yang tergolong kepada golongan ini,
yaitu pada ayat : 60, 168, 29, 97, 119, 208, 38, 41, 282.
3) /al-hālu al-muwattiatu/ yaitu hal yang menjelaskan
/sāhibu al-hāli/ yang berupa ism jamid yang disifati. Pada
surat Al-Baqarah terdapat satu (1) ayat yang tergolong pada golongan ini ,
yaitu pada ayat : 133.
4) /al-hālu al-jumlatu/ yaitu hal yang berupa jumlah, baik
jumlah fi’liyah maupun jumlah ismiyah, dan dapat dita’wilkan dengan
mufrad. Pada surat Al-Baqarah terdapat dua (2) ayat yang tergolong pada
golongan ini, yaitu pada ayat : 36 dan 2.
5) /al-hālu syibhu al-jumlati/ yaitu hal yang terbentuk dari
zaraf mazruf dan jarun majrurin. Ada dua puluh (20) ayat yang tergolong
pada golongan ini, yaitu pada ayat : 22, 107, 213, 61, 143, 71, 119, 97,
174, 252, 260, 188, 198, 234, 232, 206, 222, 180, 282, 177.

4.2 Saran
Setelah melakukan penelitian /hālun/ Pada Surat Al-Baqarah,
peneliti berharap adanya penelitian – penelitian yang lain mengenai /hālun/
pada surat lain di dalam Al-Quran, karena masih banyak hal yang perlu dikaji dan
diteliti mengenai /hālun.
Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat membantu dan memberi
manfaat bagi program studi bahasa Arab khususnya mengenai /hālun/.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abi Al-Baqā’i Bin Al-Husaini. 1987. Al-Tibyānu fī Al-I‘rābi


Al- Qur’āni. Beirut: Dāru Al-Jīli.

Al-Ahdal, Abdu Al-Rahman Ibn ‘Abdi Ar-rahman Syamilah. 1994. Al-Nahwu Al-
Mustatab Su`āl wa Jawāb wa I‘rab. Riyad: Dāru Tībah.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Darwis, Muhyiddin. 1994. I‘rābu Al-Qurāni Al-karīmi wa Bayānuhu. Suria:


Dāru Al-Arsyādi.

Dayyab, Hifni Bek, dkk. 1990. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Darul Ulum
Press.

DEPAG, Al-Quran dan Terjemah. 1990. Jakarta.

Al-Gulayaini, Syaikh Mustafa. 2007. Jāmi‘u Al-Durūsi Al-‘Arabiyyati. Bairut:


Dāru Al-Fikri.

Al-Hasyimi, As-Sayyid Ahmad. t.t. Al-Qawā‘idu Al-Asāsiyatu Al-Lugatu Al-


‘Arabiyatu. Bairut: Dāru Al-Kutubi Al-‘Ilmiyyati.

Arsyad, Azhar. 2004. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Munawwir, Ahmad Warson. 2002. Al-Munawwir: Kamus Arab/Indonesia


Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.

Ni’mah, Fuad. t.t. Qawā‘idu Al-Lugati Al-‘Arabiyati. Bairut: Dāru Al-Saqāfati Al-
Islamiyati.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
LAMPIRAN I

A. Struktur /hālun/ yang Baku.

1. Mengakhirkan /hālun/ dari sahibnya

No
N Golong
Ay Ayat
o an
at
  
 
 
1 114   



   


   
22
2   


3 42   

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.


USU Repository © 2009
 




 


 

    
4 50   

 


 
damir muttasil
  
5 75 ( ) pada 
  



6 55

 




7 92 





 

8 113
 
 


No
N Golong
Ay Ayat
o an
at
 
9 132
  



  
 


 

10 188 



 


11 216

 


12 44



 




13 216 
 

 
 
14 216 
 


2. Mengakhirkan /hālun/ dari /‘āmilu al-hāli/.

No No Ayat Ayat Golongan



1 58



2 213 dan

 

 
3 231




235
4  

 damir muttasil
5 245 
( ) pada

  
6 247  
 



7 274  dan



 
8 185   dan


 

 
 
9 167



 
 
10 55  
 
 
   damir muttasil
11 60   pada 
 


12 168   ism mausul “ ”
 

 
  
13 29  ism mausul “ ” 
 

 
damir muttasil ( )
14 97  
  pada




15 119  dan damir muttasil “ ”





16 208
 


 damir muttasil
17 38 
  pada


18 41   ism mausul “ ” 

 
 


19 133    







 damir muttasil
20 36
 pada
 


21 2  
    
 
 
  damir muttasil ( )
22 282
  dan  pada
 

 
23 260   damir muttasil ( )



B. Struktur /hālun/ yang Tidak Baku.

1. Mendahulukan Hālun dari sahibnya.

No No Ayat Ayat Golongan


1 22    


 
2 22   
 
 
 
3 22 


  
4 107   
  
 
5 213 


2. Mendahulukan /hālun/ dari ‘amilnya.

No No Ayat Ayat Golongan


  
 

1 247
 



  
2 259  

 
  
3 259 
 
 
 
4 260  



3. Membuang /hālun/ dari ‘amil dan sahibnya.

Qarinah pengganti
No No Ayat Ayat Golongan

 Waw jam ‘ah
1 61
 pada

 
 
2 143
 

  damir muttasil
3 71  
pada


 damir muttasil
4 119 
“ ”


  

 damir muttasil ( )
5 97
  pada
 
 
  damir muttasil ( )
  pada ,
6 174    dibuang karena
 ada Qarinah

 
7 213 

  
8 213 
 


 

 
  damir muttasil
9 252
 “ ”

  
  damir munfasil
10 260

 

 
11 188 
 
 

12 188


  
 
Waw jam ‘ah
13 198  pada
 



 
14 213

 
 
  damir muttasil
15 234
“ ” pada
 


  Waw jam ‘ah


16 232 
pada

 
17 62
 
  
 

18 206 



19 222  

 damir muttasil
20 188
  “ ” pada


  




21 180



  
  damir muttasil ( )
 pada ,
22 282 dibuang karena
 
 ada Qarinah

 
23 177
 

4. Membuang /sāhibu al-hāli/.

No No Ayat Ayat Golongan


  damir muttasil ( )
  pada ,
1 174    dibuang karena
 ada Qarinah

2 282    damir muttasil ( )


  pada ,
 dibuang karena
  ada Qarinah



5. Membuang /‘āmilu al-hāli/.

No No Ayat Ayat Golongan


 
1 239

LAMPIRAN II

PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-
Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P & K RI No. 158/1987 dan
No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan


alif - tidak dilambangkan

bā` b -

tā` t -

śā` ś s (dengan titik di atasnya)

jīm j -

hā` h h (dengan titik di bawahnya)

khā` kh -

dal d -

żal ż z (dengan titik di atasnya)

rā` r -

zai z -

sīn s -

syīn sy -

şād ş s (dengan titik di bawahnya)

dād d d (dengan titik di bawahnya)

ţā` t t (dengan titik di bawahnya)

zā` z z (dengan titik di bawahnya)

Zulfan : Analisis /HĀLUN/ Pada Surat Al-Baqarah, 2009.


USU Repository © 2009
‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

gain g -

fā` f -

qāf q -

kāf k -

lām l -

mīm m -

nūn n -

wāwu w -

hā` h -

apostrof, tetapi lambang ini


hamzah ` tidak dipergunakan untuk
hamzah di awal kata
yā` y -

II. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis


rangkap. Contoh: ditulis Ahmadiyyah

III. Tā` marbūtah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap
menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
Contoh: ditulis jamā‘ah
2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh: ditulis karāmatul-`auliyā`

IV. Vokal Pendek


Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.
V. Vokal Panjang
A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, dan u panjang ditulis ū, masing -
masing
dengan tanda hubung ( - ) di atasnya.

VI. Vokal Rangkap


Fathah + yā` tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wāwu
mati ditulis au.

VII. Vokal-Vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata

Dipisahkan dengan apostrof ( ` )


Contoh: ditulis a`antum
ditulis mu`annaś

VIII. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-


Contoh: ditulis Al-Qur`ān
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf 1 diganti dengan huruf syamsiyah
yang mengikutinya.
Contoh: ditulis asy-Syī‘ah

IX. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.

X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau


2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian
tersebut. Contoh: ditulis Syaikh al-Islām atau Syaikhul-Islām

Anda mungkin juga menyukai