1 SM
1 SM
Abstrak
Abstract
This research has purpose to analyze sentence structure by using tagmémik approach.
Sources of data are taken from Carita Parahiyangan transliteration text that uses
ancient Sundanese. This research is conducted because there is no analysis about
ancient Sundanese sentence structure deeply, as temporal linguistic information of
Sundanese. The method used is descriptive analysis. The sentence forms contained in
ancient Sundanese consists of complete sentences and summary sentences. Simple
sentences found have three patterns i.e. (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-C, while single
sentences extension have four patterns i.e. (1) S-P-A, (2) A-S-P-A, (3) S-P-O-A, and (4)
S-P-C-A. Compound sentences are found in the form of asindetis and syndetic
sentences. Asindetis compound sentences are composed of two clauses, three clauses,
181
182 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017
and four clauses, while the syndetic sentences are composed of two clauses. Multilevel
compound sentence pattern that is in the form of compound sentences with subjective
and adverbial level. Relation of the sentence meaning found is based on the role of
semantic subject, predicate, object, complement and adverb. The meaning relation
between clauses in equal compound sentences consist two types i.e. (1) conflicting
sentences, and (2) advanced sentences. The meaning relation between clauses in
different degree compound sentences consist of six types i.e. (1) temporal sentence, (2)
requirement sentence, (3) causal sentence, (4) effect sentence, (5) statement sentence,
and (6) order sentence.
seperti yang ditemukan dalam naskah- sastra yang menggunakan bahasa Sunda
naskah. kuno dengan berfokus pada aspek linguistik,
Pemikiran tersebut sejalan dengan khususnya struktur kalimat, sangatlah
Wahyu Wibisana dkk. (2000 dalam Sudaryat, diperlukan.
2014a:143) yang menyebutkan bahwa istilah Penelitian ini disusun sebagai upaya
bahasa Sunda kuno menunjukkan keadaan untuk menggali lebih dalam teks Sunda kuno
sebuah bahasa pada masa yang telah lama melalui analisis linguistik. Selain itu, garapan
berlalu. Kondisi bahasa tersebut berkaitan ini memiliki maksud untuk menambah dan
dengan berbagai macam tataran, yaitu tataran memberi masukan baru terhadap penelitian
fonologi, morfologis, sintaksis, dan leksikal. bahasa Sunda kuno yang telah ada
Bahasa Sunda kuno merupakan bahasa yang sebelumnya, serta memberikan kontribusi
dipakai oleh orang Sunda pada masa lalu, terhadap kegiatan penelitian naskah Sunda
yang selanjutnya berkembang menjadi kuno dan bahasa Sunda.
bahasa Sunda yang dikenal pada saat ini.
Berdasarkan analisis linguistik, bahasa Sunda METODE
kuno merupakan dialek temporal yang Sumber data yang digunakan dalam
dianggap mewakili perkembangan penelitian ini yaitu teks hasil alih aksara
kebudayaan orang Sunda, serta terdapat bukti (tranliterasi) sebuah naskah Sunda kuno
bahwa dari bahasa tersebut telah dihasilkan berbentuk prosa. Teks naskah yang dimaksud
macam-macam karya sastra yang penting. yaitu Carita Parahiyangan. Naskah Carita
Sebutan bahasa Sunda kuno pada parahiyangan adalah koleksi khusus
mulanya dipakai oleh para peneliti sejarah Perpustakaan Nasional, disimpan pada
dan kebudayaan setelah mereka dapat kropak nomor 406 yang ditulis pada akhir
membaca dan memaparkan teks kuno, baik abad ke-16 Masehi. Teks ditulis pada 47
yang terdapat pada prasasti, piagam tembaga, lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm.
maupun pada naskah-naskah kuno. Naskah- Tulisannya menggunakan aksara Sunda
naskah tersebut ditulis pada media tulis kuno. Pada setiap lembarannya diisi oleh
tradisional, seperti lontar, daun kelapa, daun empat baris aksara. Alih aksara dan
enau, atau daun gebang. Sudaryat terjemahan dilakukan oleh Atja dan Saleh
(2014b:143) menekankan bahwa sebutan Danasasmita pada tahun 1968 (Atja & Saleh
bahasa Sunda kuno dianggap sudah sesuai, Dana Sasmita, 1981). Isinya merupakan
meskipun dalam analisisnya tidak disertai cerita sejarah mengenai tanah Sunda,
dengan analisis linguistik yang cukup. Hal terutama kekuasaan di dua pusat
ini dapat dimaklumi, karena yang pemerintahan kerajaan Sunda, yaitu keraton
diutamakan oleh para peneliti yaitu membaca Galuh dan keraton Pakuan.
isi yang dikandung di dalam teks untuk Untuk menganalisis data kalimat bahasa
dijadikan sumber penelitian sejarah dan Sunda kuno digunakan teknik analisis unsur
kebudayaan. langsung (Immediate constituent (IC)
Pengetahuan mengenai struktur analysis). Teknik analisis ini merupakan
bahasa Sunda kuno hanya didapatkan dari teknik yang melihat unsur-unsur bahasa yang
peninggalan tertulis. Sejauh ini, usaha untuk langsung membangun unsur di atasnya
menggali pengetahuan kebahasaan dari teks (Hockket 1963 dalam Sudaryat 2014a:58).
Sunda kuno belum banyak dilakukan. Misalnya, dalam menentukan unsur
Padahal, pengetahuan itu dapat memberikan fungsional kalimat (S, P, O, Pel, dan K).
jalan untuk memudahkan dalam pemahaman Setiap kalimat dapat ditemukan unsur
teks yang menggunakan bahasa Sunda kuno. langsungnya seperti contoh pada diagrab
Oleh sebab itu, penelitian terhadap karya berikut ini.
184 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017
Diagram 1
Analisis unsur langsung
(1) sang lumahing kreta lawasniya ratu untuk dimasukkan ke dalam kelompok
salapan pupuh dua taun, kéna mikukuh na kalimat majemuk, karena memiliki kata
twa rampés, turun na kretayuga. (2)
disilihan deui ku sang lumahing winduraja, sambung (konjungsi) tuluy, ngan, ja
teu heubeul adeg, lawasniya ratu dalapan atau kéna. Kalimat yang diawali dengan
welas taun. (3) disilihan deui ku sang kata sambung memiliki potensi sebagai
rakéyan darmasiksa, pangupatiyan sebuah kalimat majemuk. Hanya saja,
sanghyang wisnu. ternyata, Atja dan Danasasmita lebih
memilih untuk memisahkan kalimat-
Subjek dalam kalimat (1) dapat kalimat tersebut sebagai satuan kalimat
terlihat jelas, yaitu sang lumahing kreta. yang berdiri sendiri. Dengan demikian,
Subjek dalam kalimat (2) tidak kalimat tersebut hanya dianggap sebagai
disebutkan, tetapi dengan jelas merujuk kalimat lanjutan atau kalimat
kepada subjek dalam kalimat (1). sambungan. Tampaknya, hal itu yang
Subjek dalam kalimat (3) tidak menjadi salah satu kendala yang
disebutkan, tetapi merujuk kepada objek dihadapi oleh peneliti dalam meneliti
dalam kalimat (2), yaitu sang lumahing bahasa tulis yang sudah tidak memiliki
winduraja. penuturnya.
Kalimat ringkasan yang
termasuk ke dalam kalimat lanjutan dan
sambungan dapat dipertimbangkan
Pola Kalimat
Kalimat Tunggal Sederhana (KTS)
Terdapat tiga pola kalimat tunggal sederhana yang ditemukan pada data, yaitu:
Pola 1: KTS→S-P
Pola 2: KTS→S-P-O
Pola 3: KTS→S-P-Pel
Diagram 2
Diagram 3
Diagram 4
Diagram 5
yang ditemukan pada data berupa Contoh kalimat dalam bahasa Sunda
kalimat majemuk bertingkat subjektif kuno, di antaranya:
dan kalimat majemuk bertingkat (1) (326) sang pandita di
adverbial (Sudaryat, 2014a). jayagiri linabuhaken
ring sagara.
Pola Kalimat Majemuk Bertingkat 'sang pandita di
Subjektif jayagiri dijatuhkan ke
Kalimat ini merupakan kalimat laut'
majemuk bertingkat yang klausa
sematannya menempati fungsi subjek Diagram kalimat tersebut adalah
pada klausa utama (Sudaryat, 2014a). sebagai berikut:
Diagram 6
Diagram 7
tahun ‘lamanya (menjadi) raja sembilan jelek’’; dan peran pelengkap abstraksi,
tahun’. contohnya sugan urang dipajar koyo ilu
Peran semantis objek terdiri dari dina kriya, ja urang hanteu dibéré
enam peran, yaitu peran objek sasaran, nyahoan ‘kita seakan dikira tidak patuh
contohnya aing nanyakeun pustaka mengikuti pesta, karena kita tidak diberi
bawa rabuyut sawal ‘aku menanyaan tahu’.
kitab yang dibawa oleh rabuyut sawal’; Peran smantis keterangan terdiri
peran objek penguntung, contohnya atas 12 peran, yaitu (1) peran
kabireungeuh ku rahiyangtang ketarangan waktu, contohnya sadatang
mandiminyak, sang apatih, husir deui ka tohaan di sunda, tuluy dipulung
teundeun siya, budak ta ‘terdengar oleh minantu ku tohaan di sunda ‘satibanya
rahiyangtang mandiminyak, sang patih, di (hadapan) tohaan di unda, lalu
pergilah lagi, simpan olehmu anak itu!’; dijadikan menantu oleh tohaan di
peran objek tempat, contohnya pulang sunda’; (2) peran keterangan tempat,
deui sang apatih ka galuh ‘sang patih contohnya ti keling bakti ka
kembali lagi ke galuh’; peran objek rahiyangtang kuku ‘dari keling berbakti
hasil, contohnya sang resiguru mangyug ke rahiyangtang kuku’; (3) peran
rajaputra ‘sang resiguru berputra keterangan alat, contohnya éta diléléd
rajaputra’; peran objek alat, contohnya sampingna ku sumpit ‘itu sinjangnya
éta diléléd sampingna ku sumpit ‘itu dililitkan dengan sumpit’; (4) peran
dililit sampingnya dengan sumpit’; dan keterangan penyerta, contohnya
peran objek pelaku, contohnya hanteu diheueum deungna para patih kalih
dibikeun ku batara dangiyng guru ‘bermusyawarah bersama-sama dengan
‘tidak diberikan oleh batara dangiyang para patih’; (5) peran keterangan sebab,
guru’. contohny nyandogé na kasaktian,
Peran semantis pelengkap terdiri kénana ta sang wulan, sang tumanggal,
atas lima peran, yaitu peran pelengkap sang pandawa ring kuningan, henteu
penderita, contohnya sang manisri kawisésa dangiyang guru ‘menguji
dijieun buyuthadén rahaséa di puntang kesaktian, karena sang wulan, sang
‘sang manisri dijadikan buyuthadén tumanggal, sang pandawa di kuningan
rahaséa di puntang’; peran pelengkap tidak terkalahkan (oleh) dangiyang
alat, contohnya dék mwatkeun pwah guru’; (6) peran keterangan
sang kari pucanghaji, tunjunghaji pembanding, contohnya cai tiningkalan
ditumpakkeun dina liman putih nidra wisaya ning baksa kilang ‘air
‘hendak menaikkan pwah sang kari dengan campuran pemabuk bagaikan
pucanghaji, tunjunghaji dinaikkan pada nafsu meminum air nira’; (7) peran
gajah putih’; peran pelengkap keterangan guna, contohnya eusina ma
penjumlah, contohnya seuweu ratuning bala sariwu, pakeun séda,
rahyangtang ri menir, teluan pakeun sakti, paméré sang resi guru
sapilanceukan ‘anak rahiyangta di ‘isinya yaitu raja seribu tentara, untuk
menir bertiga kakak-beradik’; peran kesempuraan, untuk kesaktian,
pelengkap keadaan, contohnya disilihan pemberian sang resi guru’; (8) peran
ku rahiyangtang sarawulan, lawasniya keterangan jumlah, contohnya
ratu genep tahun, katujuhna panteg prangrang lima welas kali hanteu éléh,
kana goréng twah ‘diganti oleh ngalakukeun bala sariwu ‘perang lima
rahiyangtang sarawulan, lamanya belas kali tidak kalah, menggunakan
(menjadi) raja enam tahun, tahun ke seribu prajurit’; (9) peran keterangan
tujuh lengser karena berlekakuan syarat, contohnya carékna patih kalih
194 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017
S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, sedangkan Parahiyangan perlu diperiksa kembali
kalimat tunggal perluasan terdapat untuk diperbaiki pemenggalan kalimat
empat pola yaitu (1) S-P-K, (2) K-S-P- dan terjemahannya, sehingga
K, (3) S-P-O-K, dan (4) S-P-Pel-K. mendapatkan makna yang lebih tepat.
Kalimat majemuk setara yang
ditemukan berupa kalimat asindetis dan PUSTAKA RUJUKAN
sindetis. Kalimat majemuk asindetis Atja & Saleh Dana Sasmita. (1981).
tersusun dari dua klausa, tiga klausa dan Carita Parahiyangan
empat klausa, sedangkan kalimat (Transkripsi, terjemahan dan
sindetis tersusun dari dua klausa. Catatan). Bandung: Proyek
Pola kalimat majemuk Pengembangan Permuseuman
bertingkat yaitu berupa kalimat Jawa Barat.
majemuk bertingkat subjektif dan Djajasudarma, Fatimah. (2013).
adverbial. Hubungan makna unsur Fonologi & Gramatika Sunda.
kalimat yang ditemukan yaitu Bandung: PT Refika Aditama.
berdasarkan peran semantis subjek, Ekadjati, Edi S. (2009). Kebudayaan
predikat, objek, pelengkap dan Sunda Zaman Pajajaran. Jilid 2.
keterangan. Hubungan makna Jakarta: Pustaka Jaya.
antarklausa dalam kalimat majemuk Iskandarwassid. (2003). Kamus Istilah
setara terdapa dua jenis yaitu (1) Sastra. Bandung: CV Geger
kalimat pertentangan, dan (2) kalimat Sunten.
lanjutan. Hubungan makna antarklausa Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus
kalimat majemuk bertingkat terdapat Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta:
enam jenis, yaitu (1) kalimat waktu, (2) Pt. Gramedia Pustaka Utama.
kalimat syarat, (3) kalimat penyebab, Kuswari, Usep & Hernawan. (2010).
(4) kalimat akibat, (5) kalimat Sintaksis Basa Sunda. Bandung:
pernyataan, dan (6) kalimat guna. JPBD FPBS UPI.
Penelitian ini belum lengkap, Ruhaliah. (1997). Kajian Diakronis
karena terdapat beberapa pola kalimat Struktur Bahasa Sunda Bihari dan
yang mungkin terlewat dianalisis secara Bahasa Sunda Kiwari: Sebuah
mendalam. Begitu pula dalam Studi Terhadap Teks Naskah
penentuan peran unsur-unsur Amanat Galunggung. Bandung:
kalimatnya. Hal itu terjadi karena Jurusan Pendidikan Bahasa
keterbatasan waktu penelitian yang Daerah FPBS UPI.
tersedia bagi penulis. Oleh karena itu Satjadibrata, R. (2005). Kamus Basa
perlu dilakukan tindak lanjut untuk Sunda. Bandung: Kiblat Buku
melengkapi hasil penelitian ini. Hasil Utama.
penelitian ini dapat digunakan sebagai Sudaryat, Yayat. (2014a). Struktur
bahan penelitian lain dalam bidang Bahasa Sunda (Sintaksis dalam
filologi, maupun linguistik tentang Gamitan Pragmatik). Bandung:
struktur kalimat bahasa Sunda kuno. Sekolah Pascasarjana Universitas
Selain itu, setelah manganalisis Pendidikan Indonesia.
teks Carita Parahiyangan ternyata Sudaryat, Yayat. (2014b). Wawasan
ditemukan beberapa bentuk kalimat Kesundaan. Bandung: Jurusan
yang “tidak semestinya” karena terdapat Pendidikan Bahasa Daerah FPBS
kesalahan dari peneliti sebelumnya UPI.
dalam menentukan batasan kalimat. Suryani, Elis dkk.. (2001). Kamus
Oleh karena itu teks Carita Bahasa Naskah dan Prasasti
196 | LOKABASA Vol. 8, No. 2, Oktober 2017