Anda di halaman 1dari 28

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah


“Sejarah Peradaban Islam”
Dosen Pengampu:
Drs. H. Abd. Manan Zakaria, MM.

Disusun oleh kelompok 4:

1. Mohammad Baasith Aziz Bisri 932131618


2. Ahmad Fan Mu‟amirwafa 932131818
3. Qinaqorinatul „Iliyya 932136418

KELAS F
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat
ALLAH SWT, atas segala karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar. Dan tak lupa, sholawat serta salam kami haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita kezaman yang terang
benerang yakni Addinul islam.
Kami menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin dan di bantu oleh
beberapa pihak sehingga penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Kami
ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami menyusun makalah
ini, kami sadar, makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami juga
mengucapkan beribu-ribu minta maaf atas kekurangan makalah ni.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam di program Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah di Institut Agama
Islam Negeri Kediri. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Drs. H.
Abd. Manan Zakaria, MM. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam yang telah memberikan limpahan ilmu serta bimbingan selama
perkulihan berlangsung. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.

Kediri, 22 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Periode Makkah Dan Madinah ............................................................................. 3
B. Peperangan Dalam Islam Islam .......................................................................... 10
C. Misi Dakwah Nabi Muhammad saw................................................................... 15
D. Masa Terakhir Nabi Muhammad saw................................................................. 17
E. Komentar Para Orientalis Tentang Nai Muhammad saw ................................... 18
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak perkembangan Islam tumbuh dalam pergumulan dengan pemikiran dan
peradaban umat manusia yang telah dilewatinya, karena terlibat dalam proses
dialektika yang didalamnya terjadi pengambilan dan pemberian cika bakal
pertumbuhan dan pembentukan peradaban islam dibangun dengan menjadikan
agama Islam sebagai dasar pembentukannya.

Persoalan yang tak kalah seriusnya yaitu moral masyarakat jahiliyah uang
pada saat itu masih buta akan sebuah kebenaran. Melihat realitas peradaban Islam
sebelumnya sudah mengenal kehidupan politik, sosial, ekonomi, bahasa, dan seni
tapi semua itu masih sangat sederhana dan ironis. Namun setelah Islam datang
yang merupakan Rahmatan Lil „Alamin, dan akhirnya kehidupan umat pun
makin terarah. Islam secara bertahap menghapus tradisi jahiliyah yang telah
berurat berakar dalam pada khususnya suku Quraisy dan Jazirah Arab pada
umumnya.

Makkah pada saat itu bukan hanya merupakan pusat perdagangan lokal, tetapi
juga sebagai jalur perdagangan dunia yang penting saat itu, yang
menghubungkan antara utara Syam dan selatan Yaman, antara timur Persia dan
barat Abesinia dan Mesir. Peperangan antar suku tidak pernah berhenti. Saling
berebut kekuasaan dan pengaruh merupakan kepahlawanan yang dibanggakan.
Namun, dibalik semua itu, bangsa Arab sejak dahulu memiliki sifat kesatria, setia
kepada kawan dan menepati janji. Mereka juga memberi makan dan minum
kepada kafilah padang pasir dan menghargai padang pasir dan menghargai
kepahlawanan.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Islam pada masa periode Mekkah?
2. Bagaimana sejarah Islam pada masa periode Madinah?
3. Bagaimana peperangan dalam Islam?
1
Muhammad Julkaranain Dan La Ode Ismail Ahmad, “Perjuangan Nabi Muhammad SAW Periode
Mekkah Dan Madinah”, Diskursus Islam, 01 (April, 2019), 80.

1
4. Apa saja misi dakwah Nabi Muhammad saw?
5. Bagaimana masa terakhir Nabi Muhammad saw?
6. Bagaimana komentar para orientalis tentang Nabi Muhammad saw?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang sejarah Islam pada masa periode Mekkah
2. Mengetahui tentang sejarah Islam pada masa periode Madinah
3. Mengetahui tentang peperangan dalam Islam
4. Mengetahui tentang misi dakwah Nabi Muhammad saw
5. Mengetahui tentang masa terakhir Nabi Muhammad saw
6. Mengetahui tentang komentar para orientalis tentang Nabi Muhammad saw

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Periode Makkah Dan Madinah


A. Sejarah Islam di Mekkah
1) Dakwah secara rahasia
Nabi saw. mulai mengajak manusia untuk menyembah Allah semata
dan menyuruh meninggalkan berhala. Akan tetapi dakwah tersebut
dilakukan secara rahasia guna menghindari tindakan buruk orang-orang
Quraisy yang fanatic dengan keyakinannya. Nabi saw belum melakukan
dakwah di majelis-majelis umum orang Quraisy, dan tidak melakukan
dakwah kecuali kepada orang terdekatnya. Orang-orang pertama yang
masuk Islam adalah Khadijah binti Khuwailid dan Ali bin Abi Thalib,
Zaib bin Haritza mantan budak Rasulullah saw dan Abu Bakar bin Abi
Qufahah, Ustman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf,
dan Sa‟ad bin Abi Waqqash.2 Mereka-mereka ini bertemu dengan
Nabi saw secara rahasia apabila salah seorang diantara mereka ingin
melaksanakan salah satu ibadah, mereka pergi ke lorong-lorong Mekkah
seraya bersembunyi dari pandangan orang-orang Quraisy. Dan ketika
penganut Islam sudah mencapai lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita,
Nabi saw memilih tempat salah seorang dari mereka, yaitu rumah al-
Arqam bin abi al-Arqam sebagai tempat pertemuan.
2) Dakwah secara terang-terangan
Nabi Muhammad saw diperintah oleh Tuhan untuk menyampaikan
dakwahnya secara terang-terangan sebagaimana Allah berfirman dalam
Q.S. Al-Hijr /15: 94.
ِ ِ
َ ْ ‫ض َع ِن الْ ُم ْش ِرك‬
‫ي‬ ْ ‫اص َد ْع ِبَا تُ ْؤَم ُر َواَ ْع ِر‬
ْ َ‫ف‬

2
Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, h. 37.

3
Terjemahnya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-
terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”3

Q.S. Asy-Syu‟ara/26: 214-215.


ِ
َ َ‫َواَنْذ ْر َع ِشْي َرت‬
َ ْ ِ‫ك ْاْلَقْ َرب‬
‫ي‬

ۚ‫ي‬ ِِ ِ َ ‫ك لِم ِن اتَّب ع‬ ِ ‫و‬


َ ْ ‫ك م َن الْ ُم ْؤمن‬ َ َ َ َ ‫اح‬ َ َ‫ض َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
Terjemahnya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-
kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-
orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman.”4

Q.S. al-Hijr/15:89.
ۚ ِ
ُ ْ ِ‫نْٓ اَ ََن النَّذيْ ُر الْ ُمب‬
‫ي‬ ِِ
ّْ ‫َوقُ ْل ا‬
Terjemahnya: “Dan Katakanlah: “Sesungguhnya aku adalah pemberi
peringatan yang menjelaskan”.5
Dakwah Nabi saw, secara terang-terangan ini mendapat tantangan dan
ditolak oleh bangsa Quraisy, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat
meninggalkan agama yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya dan
tradisi tersebut sudah berakar dalam diri mereka. Rasulullah pun sedikit
memberi reaksi untuk mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan
pikiran dari belenggu taklik. Selanjutnya Nabi saw menjelaskan bahwa
Tuhan-Tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat memberikan faidah
atau bahaya sama sekali.
3) Hijrah pertama dalam Islam
Ketika Nabi saw melihat keganasan kaum musyrik kian hari kian
bertambah keras, sedang beliau tidak dapat memberikan perlindungan

3
Kementerian Agama RI., al-Qur‟an dan Terjemahnyanya, h. 267.
4
Ibid, h. 376.
5
Ibid, h. 266.

4
kepada kaum muslimin, maka beliau berkata kepada mereka: “alangkah
baiknya jika kamu dpat berhijrah ke negeri Habasiyah, karena di sana
terdapat seorang raja yang adil sekali. Di bawah kekuasaannya tidak
seorang pun boleh dianiaya. Karena itu pergilah kamu ke sana sampai
allah memberikan jalan keluar kepada kita, karena negeri itu adalah
negeri yang cocok bagi kamu.”
Maka berangkatlah kaum muslimin ke negeri Habasiyah demi
menghindari fitnah dan lari menuju Allah dengan membawa agama
mereka. Hijrah ini merupakan hijrah pertama dalam Islam. Diantara kaum
muhajirin yang terkenal adalah: Ustman bin Affan beserta istrinya,
Ruqaiyyah binti Rasulullah saw, Abu Hudzaifah beserta istrinya, Zubair
bin Awwam, Mush‟ab bin Umair dan Abdurrahman bin Auf. Pada
akhirnya para sahabat Rasulullah saw sebanyak delapan puluh lebih
berkumpul di Habasiyah.
4) Hijrah Rasulullah saw ke Thaif
Setelah merasakan berbagai siksaan dan penderitaan yang dilancarkan
oleh kaum Quraisy, Rasulullah saw berangkat ke Thaif mencari
perlindungan dan dukungan dari bani Tsaqif dan berharap agar mereka
dapat menerima ajaran yang dibawankannya. Setibahnya di Thaif, beliau
menuju tempat para pemuka bani Tsaqif, sebagai orang-orang yang
berkuasa didaerah tersebut. Beliau berbicara tentang Islam dan mengajak
mereka untuk beriman kepada Allah. Tetapi ajakan beliau ditolak mentah-
menta dan dijawab secara kasar. Kemudian Rasulullah saw bangkit dan
meninggalkan mereka, seraya mengharap supaya mereka
menyembunyikan berita kedatangan nabi dari kaum Quraisy, tetapi
meraka menolaknya.
Bani Tsaqif justru mengerahkan penjahat dan para budak untuk
mencerca dan melemparinya dengan batu, sehingga mengakibatkan cidera
pada kedua kaki Rasulullah saw, Zaid bin Haritsah, berusaha melindungi
nabi dari serangan, akan tetapi beliau kewalahan dan akhirnya ia sendiri
mengalami cidera pada kepalanya.

5
5) Permulaan kaum Anshar menganut Islam
Setiap musim haji tiba Rasulullah saw selalu menemui kabilah-
kabilah yang datang ke Baitul-Haram, membacakan kitab Allah kepada
mereka dan mengajak untuk mentauhidkan Allah. Tetapi tidak
seorangpun yang menyambut ajakannya. Pada tahun kesebelas kenabian,
Rasulullah saw mendatangi kabilahkabilah sebagaimana yang sering
dilakukannya setiap tahun.
Ketika berada di Aqabah (suatu tempat antara Mina dan Mekkah,
tempat melempar Jumrah) nabi saw bertemu dengan sekelompok orang
dari kabilah Khazraj yang sudah dibukakan hatinya oleh Allah untuk
menerima kebaikan. Rasulullah saw bertanya kepada mereka, “kalian
siapa?”, “Kami orang-orang dari kabilah Khazraj.” Beliau bertanya lagi, “
Apakah dari orang-orang yang bersahabat dengan orang Yahudi?”
Mereka menjawab, “Ya benar.” Nabi saw bertanya, “Apakah kalian
bersedia duduk bersama kami untuk bercakap-cakap?” Jawab mereka,
“Baik.” Lalu mereka duduk bersama nabi saw. Rasulullah saw mengajak
mereka beriman kepada Allah, menawarkan Islam kepada mereka dan
akhirnya mereka menerima Islam sebagai ajarannya.
Setelah pembaiatan tersebut, para tahun berikutnya dua belas orang
lelaki dari Anshar datang di musim haji menemui Rasulullah saw,
kemudian mereka berbaiat kepada Rasulullah saw. Setelah pembaiatan,
para utusan kaum Anshar itu pulang ke Madinah. Bersama dengan
mereka Rasulullah saw mengikutsertakan Mush‟ab bin Umair untuk
mengajarkan al-Qur‟an dan hukumhukum agama kepada mereka.
Mush‟ab bin Umair adalah salah seorang sahabat muda nabi saw yang
masuk sebelum hijrah. Ia adalah seorang pria tampan dan pintar, penuh
dedikasi dan dermawan. Ia pernah ikut dalam perang Badar bersama
Rasulullah saw dan perang Uhud, dan pada akhirnya ia terbunuh sebagai
syahid. Mush‟ab bin Umair adalah orang pertama melakukan shalat
Jum‟at di Madinah.6

6
Taqi Falsafi, Warna Warni Kehidupan Remaja dalam Islam, (Bogor: Cahaya, 2003), 14.

6
B. Sejarah Islam di Madinah
1) Nabi saw. mengijinkan para sahabatnya berhijrah ke Madinah
Ibnu Sa‟d di dalam kitabnya ath-Thabaqat menyebutkan riwayat dari
Aisyah ra: ketika jumlah pengikutnya mencapai tujuh puluh orang.
Rasulullah saw merasa senang, karena Allah telah membuatnya suatu
“benteng pertahanan” dari suatu kaum yang memiliki keahlian dalam
peperangan, persenjataan, dan pembelaan. Tapi permusuhan dan
penyiksaan kaum musyrik terhadap kaum muslim pun semakin gencar
dan berat. Mereka menerima cacian dan penyiksaan yang sebelumnya
tidak perna mereka alami, sehingga para sahabat mengadu kepada
Rasulullah saw dan permintaan ini dijawab oleh Rasulullah saw:
“Sesungguhnya akupun telah diberitahu bahwa tempat hijrah kalian
adalah Yatsrib. Barang siapa yang hendak keluar, maka hendaklah ia
keluar ke Yatsrib.”7
Maka para sahabat pun bersiap-siap, mengemas semua keperluan
perjalanan kemudian berangkatlah ke Madinah secara sembunyi-
sembunyi. Sahabat yang pertama kali sampai di Madinah ialah Abu
Salamah bin Abdul-Asad kemuadian Amir bin Rab‟ah bersama istrinya.
Laila binti Abi Hasymah, dialah wanita yang pertama kali datang ke
Madinah. Setelah itu para sahabat Rasulullah saw datang secara
bergelombang. Mereka turun di rumah-rumah kaum Anshar mendapatkan
tempat perlindungan.
2) Hijrah Rasulullah saw
Dalam beberapa riwayat yang shahih disebutkan bahwa setelah Abu
Bakar ra melihat kaum muslim yang berangkat ke Madinah, ia datang
kepada Rasulullah saw meminta izin untuk berhijrah. Tetapi dijawab oleh
Rasulullah saw: “Jangan tergesa-gesa aku ingin memperoleh izin dulu
dari Allah.” Abu Bakar bertanya, “Apakah engkau juga
menginginkannya?” jawab nabi saw, “Ya” kemudian Abu Bakar ra
menangguhkan keberangkatannya untuk menemani Rasulullah saw.

7
Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, 95.

7
Ia lalu membeli dua ekor unta dan dipeliharanya selama empat bulan.
Selama masa tersebut Quraisy mengetahui bahwa Rasulullah saw telah
memiliki pendukung dan sahabat dari luar Mekkah. Mereka hawatir
janganjangan Rasulullah saw keluar dari Mekkah kemudian menghimpun
kekuatan di sana dan menyerang mereka. Maka diadakanlah pertemuan di
Darun-Nadwah (rumah Qushayyi bin Qilab, tempat kaum Quraisy
memutuskan segala perkara) untuk membahas apa yang harus dilakukan
terhadap Rasulullah saw. Akhirnya diperoleh kata sepakat untuk
mengambil seorang pemuda yang kuat dan perkasa dari setiap kabilah
Quraisy. Kepada masing-masing pemuda itu diberikan sebilah pedang
yang ampuh kemudian secara bersama-sama mereka serentak
membunuhnya, agar Bani Manaf tidak berani melancarkan serangan
terhadap semua orang Quraisy. Arti harfiah Quraisy adalah “ikan hiu”.8
Setelah ditentukan hari pelaksanaannya. Jibril as datang kepada
Rasulullah saw memerintahkan berhijrah dan melarangnya tidur ditempat
tidurnya pada malam itu. Kemudian Rasulullah saw menemani Ali bin
Abi Thalib dan memerintahkan untuk menundah keberangkatannya
hingga selesai mengembalikan barang-barang titipan setiap orang di
Mekkah yang merasa hawatir terhadap barang miliknya yang berharga,
mereka selalu menitipkannya kepada Rasulullah saw kerena mereka
mengetahui kejujuran dan kesetiaan beliau di dalam menjaga barang
amanat.
Rencana keji orang kafir Qurais diketahui oleh Nabi Muhammad saw
melalui firman Tuhan yang diturunkan malaikat Jibril. Nabi saw memilih
saudaranya Ali untuk menggantikan tidur diatas dipan dengan
mempertarukan hidupnya demi keselamatan Nabi saw beliau pun
berhijrah dari Mekkah ke Madinah dalam kegelapan malam. Kaum kafir
Quraisy telah berkumpul mengelilingi rumah Nabi saw dengan maksud
ingin membunuhnya. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati Ali bin
Abi Thalib di atas dipan Nabi saw begitu mereka mengetahui hal tersebut,

8
Fuad Hashem, Sirah Muhammad Rasulullah Suatu Penafsiran Baru, (Bandung: Mizan, 1995), 44.

8
mereka memutuskan untuk mengejar Nabi Saw, akan tetapi pengejaran
tersebut gagal, sehingga mereka harus pulang dengan tangan hampa.
Malaikat Jibril turun dari langit dengan membaca ayat suci al-Qur‟an
sebagai berikut: “Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya untuk mencari keridhaan Allah. (al-Baqarah: 207) Maksud ayat di
atas adalah seseorang yang berani mengorbankan dirinya untuk
menyenangkan Allah Yang Maha Mulia, ayat ini memuji perilaku Ali dan
pengorbanannya.9
Setelah Nabi Saw menempuh perjalanan yang melelahkan, Nabi Saw
tiba di Quba, sebuah tempat dekat dengan kota Madinah. Penduduk
Madinah menyambut kedatangan Nabi Saw suka cita. Nabi Saw
membangun sebuah masjid Quba sebagai tempat sholat dan menyusun
tugas-tugas dakwah. Pembangunan Masjid Quba berjalan dengan lancar,
Nabi Saw pun turut mengulurkan tangan dalam menyelesaikan
pembangunan. Sesudah mesjid itu rampung, Nabi Saw sholat Jum‟at dan
bertindak selaku khatib. Jum‟at yang baru pertamakali dilaksanakan dan
diisi dengan ceramah singkat. Rasulullah melakukan hal tersebut,
menantikan kedatangan Ali beserta perempuan dari keturunan Bani
Hasyim, sehingga dapat memasuki kota Madinah secara bersamaan.
Rasulullah Saw, Ali dan para perempuan memasuki kota Madinah dengan
sambutan hangat penduduk kota yang menantikan kedatangan mereka.
Setiap penduduk berlomba meminta Rasulullah saw untuk bertandang
kerumah mereka. Tapi Rasulullah saw berkata, “Berilah jalan pada untaku
ini. Aku akan menjadi tamu orang yang di depan pintunya unta ini
berhenti”.
3) Piagam Madinah
Sebelum lahirnya Piagam Madinah hak kemanusiaan tergantung
kepada adat istiadat atau bisa disebut hukum adat yang terdapat pada
setiap suku. Perang antara kabilah adalah fenomena biasa dikalangan
masyarakat Arab. Jaminan keamanan individu tergantung pada kekuasaan
pemimpin kabilah masing-masing, pemimpin kaum juga segala undang-

9
Kamal as-Sayyid, 14 Sahabat Nabi dan Keluarganya, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), 40.

9
undang, adat, dan keadilan sosial. Dalam piagam Madinah tersebut
ditemukan kaidah-kaidah umum yang mampu mengakomodasi berbagai
hak dan kewajiban warga.10
Piagam tersebut membuat hak-hak golongan minoritas. Piagam
Madinah juga mengatur kebebasan berpendapat, perlindungan terhadap
hak sipil dan hak hidup, memperkenalkan ide nasionalisme dan negara
dalam luas. Prinsip piagam Madinah menjamin persamaan hak dan
kewajiban setiap individu tanpa membedakan ras , bahasa, ataupun
kepercayaan. Piagam Madinah lahir berdasarkan kondisi sosial
masyarakat Madinah yang heterogen, baik kondisi keagamaan, politik,
ekonomi, dan suku bangsa. Semua kondisi tersebut sangat rentan memicu
lahirnya konflik diantara mereka.
Untuk itulah Piagam Madinah lahir dalam usaha meredam munculnya
konflik diantara mereka. Satu hal yang menarik dari perjuangan
Rasulullah saw selama hidupnya, yaitu bagaimanakah nasib Islam setelah
ditinggal oleh Rasulullah saw. Di saatsaat terakhir kehidupannya,
Rasulullah kerap memberikan isyarat kepada umatnya bahwa tak lama
lagi ia akan meninggalkan mereka. Dalam salah satu karya Baqir Shadr,
mengatakan ada tiga asumsi tentang nasib ajaran Islam. Pertama,
Rasulullah saw bersikap pasih tentang ajarannya. Kedua, Rasulullah saw
bersikap responsive terhadap ajarannya. Dan ketiga adalah Rasulullah
saw bersikap aktif tentang ajarannya.11
2. Perperangan Dalam Islam
Beberapa peristiwa perang yang dilakukan Rasulullah dalam sejarah penuh
dengan semangat, ketaatan, keuletan, pengorbanan, konsolidasi penuh dari
kepemimpinan dan keprajuritan, dan penuh dengan strategi-strategi yang efektif.
Yaitu strategi dalam mengatur taktik defensif dan ofensif, peta wilayah, politik,
ekonomi, psikologi, dan militer serta visi dan misi yang diemban Rasulullah
dalam setiap peperangan.

10
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian Perbandingan
Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang Majemuk (Jakarta: UI Press, 1995), 78.
11
Baqir Shadr, Suksesi Kepemimpinan Pasca Nabi, (Bangil: Yayasan Islam Al-Baqir, 1996).

10
Pada dasarnya Rasulullah tidak pernah mendahului menyerang lawan,
Rasulullah hanyalah mempertahankan diri dari serangan musuh yang mengancam
keberadaan umat Islam. Ada dua alasan mendasar Rasulullah dan umat Islam
melakukan pembelaan diri dengan perang. Pertama, untuk meyakinkan musuh-
musuh Islam bahwa Islam tidak lemah dan kedua, sebagai bentuk peringatan
kepada musuh-musuh Islam bahwa umat Islam telah siap dan selalu waspada
akan bahaya yang mengancam.12
Hampir semua peperangan yang dilakukan Rasulullah sebagaian besar adalah
dalam bentuk penyerangan, kecuali perang khandaq, karena kaidah dalam
peperangan menyatakan bahwa strategi penyerangan lebih mempunyai potensi
lebih besar untuk memenangkan pertarungan. Diantaranya, Rasulullah mengatur
beberapa strategi dalam menghadapi peperangan tersebut.13
a) Perang Badar
Pertama, persiapan. Setahun sebelum perang Badar terjadi,
Rasulullah membentuk satuan pasukan khusus untuk melakukan ekspedisi
militer. Pasukan ekspedisi ini berfungsi sebagai upaya pemetaan medan,
penguasaan lapangan, pengintaian, dan berbagai aktivitas inteligen militer
lainnya. Selain itu, Rasulullah juga melakukan mobilisasi masif, membagi
komando, membentuk majlis permusyawaratan militer, membuat prediksi
perhitungan kekuatan musuh, memberikan semnagat kepada pasukan, dan
melakukan posisi yang strategis.
Kedua, saat peperangan. Ketika Rasulullah dan pasukannya sudah
sampai di medan peperangan, Rasulullah tidak melepaskan kontrol
terhadap pasukannya. Beliau melakukan inspeksi pasukannya dan
memberikan pengarahan strategi yang mesti diterapkan guna
memenangkan peperangan dengan membagi tiga komposisi, yaitu
pasukan tombak sebagai pasukan lapisan pertama, pasukan pemanah
sebagai lapisan pasukakn kedua, dan pasukan pedang sebagai lapisan
pasukan ketiga.

12
Azhar, “Sejarah Dakwah Nabi Muhammad Pada Masyarakat Madinah”, Jurnal Sejarah Peradaban
Islam, 02 (2017), 262.
13
Ahmad Azan Ridzuan, Dkk, “Peperangan Nabi Muhammad SAW: Analisa Strategi Peperangan
Dan Pertahanan”, International Conference On Da’wah And Islamic Management, (November, 2010),
8-16.

11
Ketika perang telah berkecambuk, awalnya pasukan muslim terdesak,
karena jumlah pasukan yang lebih sedikit dibandingkan pasukan musuh.
Namun ditengah berlangsungnya pertempuran, kondisi berubah. Pasukan
musuh mulai terlihat melemah semangat dan kekuatannya. Kondisi ini
dimanfaatkan Rasulullah untuk menerapkan strategi serangan balik.
Akhirnya, pasukan musuh tercerai-berai dan berjatuhan banyak korban
dipihak mereka. Pasukan muslim memperoleh kemenangan spektakuler
pada perang Badar Kubra ini.
b) Perang Uhud
Merupakan peperangan antara kaum muslimin melawan kaum
Quraisy Mekkah yang terjadi pada tanggal 22 Maret 625 M atay 7 Syawal
3 H. Peperangan ini terjadi didekat perbukitan Uhud yang terletak 4 mil
dari Masjid Nabawi yang mempunyai ketinggian 1000 kaki dari
permukaan tanah. Perang Uhud dilatar belakangi kekalahan kaum Quraisy
dalam perang Badar sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam
kepada kaum muslimin. Dengan begitu, Rasulullah berdiskusi dengan
para sahabatnya mengenai tempat diadakannya perang yang akhirnya
ditentukan diluar kota Madinah. Peperangan dimulai dengan duelnya
tentara Quraisy dan tentara Muslim dan dimenangkan pihak muslimin.
Sebelum itu, Rasulullah berpesan kepada pasukan pemanah untuk
tetap berjaga dibukit sampai perang dinyatakan selesai. Namun, disaat
pasukan muslimin mendominasi peperangan sampai menjelang akhir
perang. Pasukan pemanah yang berada di bukit melakukan kesalahan fatal
karena melihat sebagian kaum muslimin sudah mengumpulkan ghanimah.
Hingga hanya tersisa sepuluh orang pemanah yang berjaga diatas bukit.
Kelengahan kaum muslimin dimanfaatkan Khalid untuk menyerang dari
belakang. Perang berakhir dengan kemenangan di pihak kaum musyrikin.
Sementara yang meninggal dari pihak muslim kebanyakan berasal dari
kaum Anshar, dari golongan muhajirin sebanyak 4 orang termasuk paman
Nabi Hamzah bin Adbul Muthalib.

12
c) Perang Khandaq
Setelah perang Uhud, para pembesar Quraisy mulai menganggap
Rasulullah sebagai pemimpin yang piawai. Dengan begitu, mereka mulai
bernegosiasi dan melakukan perjanjian kerjasama antar kabilah-kabilah
Arab disekitar Mekkah. Selain itu, kaum Quraisy juga melakukan
kerjasama dengan orang-orang Yahudi Khaibar dan Bani Nadhir serta
Bani Ghathfan. Oleh karena banyaknya sekutu yang bergabung, maka
perang ini disebut juga dengan nama Ahzab.
Pengerahan pasukan kedua belah pihak dimulai pada 31 Maret 627 M
atau Syawal 5 H. Strategi pertahanan berupa parit yang diusulkan oleh
Salman al Farisi belum dikenal oleh Bangsa Arab. Hampir sebulan kedua
belah pihak bertahan pada posisinya masing-masing. Tidak ada pergerakan
yang berarti dari kedua belah pihak selian hanya saling melepaskan anak
panah. Karena usaha pembuatan parit tersebut, ternyata berhasil
menghambat pasukan musuh.
d) Perang Hunain atau perang Awthas atau perang Hawazin.
Perang ini terjadi pada bulan Syawal tahun 8 H/630 M. Kaum
muslimin memiliki pasukan yang begitu besar, karena orang-orang
Mekkah telah menjadi bagian dari keluarga kaum muslimin. Saat itu,
Rasulullah memimpin 12.000 sahabatnya untuk menghadapi sekutu orang-
orang Hawazin, Tsaqif, Bani Muiz, Bani Hilal, dll.
Perang ini dilatar belakangi kekhawatiran orang-orang Hawazin
setelah mendengar umat Islam menaklukkan Mekkah pada peristiwa Fathu
Makkah. Setelah Mekkah jatuh, mereka menyangka kaum muslimin akan
memerangi mereka. Mereka pun menyiapkan pasukan untuk menyerang
umat Islam terlebih dahulu. Mendengar kabar tersebut, Rasulullah
mengirim mata matanya menuju Hawazin dan akhirnya beliau menyiapkan
10.000 pasukan yang ikut bersama beliau dalam penaklukkan Mekkah
ditambah 2000 pasukan dari Mekkah.

13
e) Perang Tabuk
Perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab tahun 9 H. Sebelumnya pada
Jumadil Awal tahun 8 H, Romawi dikejutkan dengan perlawanan umat
Islam di Perang Muth‟ah. Akibat dari peperangan tersebut, kabilah-kabilah
Arab yang dijajah Romawi mulai berani melakukan pembangkangan.
Pasukan Muslimin kemudian menyiapkan diri untuk menghimpun
kekuatan besar karena pada masa itu banyak pahlawan Islam yang
mengajukan diri untuk ikut serta dalam peperangan tersebut. Pasukan
Romawi mundur menarik diri setelah melihat jumlah pasukan Muslimin
yang begitu besar. Rasulullah tidak mengejar mereka, tetapi berkemah di
Tabuk. Disini, Rasulullah membuat perjanjian dengan penduduk setempat
sehingga daerah perbatasan tersebut dapat dirangkul dalam barisan Islam.
Dalam perang Muth‟ah juga, gugur sahabat-sahabat dekat Rasulullah
dan panglima perang Muth‟ah: Zaid bin Haritsah, Ja‟far bin Abi Thalib,
dan Abdullah bin Rahawah. 14
Selain yang disebutkan, Rasulullah dan kaum muslimin banyak mengalami
peperangan, bahkan sampai penjuru Jazirah Arab. Setiap peperangan, dengan
kondisi yang berbeda, strategi yang diterapkan pun juga bervariasi. Dan
semuanya memperoleh kemenangan yang gemilang sehingga kaum muslimin
menjadi kekuatan besar di Dunia.
Setelah peperangan berakhir, Rasulullah tidak lantas berleha-leha dan
berpesta fora merayakan kemenangan. Namun, Rasulullah terus membuat
kesinambungan strateginya yang lain pascaperang. Yaitu diantaranya,
memberdayakan para tawanan, menetapkan sistem perundang-undangan Daulah
Islamiyah, menerapkan sistem perekonomian negara, dan mengokohkan kekuatan
militer. Semuanya bertujuan untuk menjaga stabilitas kaum muslimin, baik
secara politik, ekonomi, maupun sosial berdasarkan aturan-aturan yang telah
ditetapkan Rasulullah. 15

14
Muhammad Abu Ayyasy, Strategi Perang Rasulullah: Mengungkap Rahasia Keunggulan Pasukan
Muslim, (Jakarta: Qultummedia, 2009), 167.
15
Ganjar Widhiyoga, “Normativitas Perang Dalam Islam”, Jurnal Politik Profetik, 02 (2013), 6.

14
3. Misi Dakwah Nabi Muhammad SAW
Pada periode awal dalam perjuangan menyiarkan Islam di Makkah, situasi
yang dialami Nabi Muhammad dan umat Islam begitu berat. Nabi Muhammad
dan kaum muslimin lainnya saat itu mendapati kenyataan bahwa mereka
menanggung berbagai tekanan, penyiksaan, pemboikotan, bahkan ancaman
pembunuhan dari orang kafir Quraisy. Kota Yatsrib akhirnya dipilih sebagai
tempat dan pusat syiar Islam dengan alasan adanya tawaran dan pemintaan orang
Yatsrib yang telah masuk Islam. Nabi Muhammad pun kembali memindahkan
pusat syiar Islamnya ke tempat lain.
Madinah (Yatsrib) negeri yang dipilih oleh Allah sebagai tempat hijrah
Rasulullah dan sebagai pusat dakwah Islam menuju dunia luas, juga dapat
menggambarkan awal kelahiran masyarakat Islam yang berdiri sesudah
munculnya Islam. Maka kita harus mengetahui kedudukannya secara sosial
ekonomi dan hubungan antar suku yang berdiam disana. Termasuk kebijaksanaan
Allah dalam memilih Madinah sebagai dar al-hijrah (tempat hijrah) dan markaz
ad-da’wah (pusat dakwah). Selain kehendak Allah untuk memuliakan
penduduknya dan rahasia-rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun selain
Allah, juga karena keistimewaan Madinah dengan letaknya yang strategis.
Sementara pada periode Madinah, Nabi Muhammad menghadapi masyarakat
yang berbeda dengan masyarakat Makkah. Masyarakat Madinah adalah
masyarakat yang plural. Sebelum kedatangan Nabi Muhammad, masyarakat
Madinah selalu diliputi konflik antar sesama suku, dan masyarakat Madinah telah
lama mengalami perang saudara (peperangan Bu‟ats/618 M).16 Kenyataan adanya
pluralitas itulah yang terjadi dalam masyarakat Madinah, masyarakat yang terdiri
dari berbagai suku, etnis dan agama. Pluralitas penduduk kota Madinah telah ada
sejak sebelum kehadiran Nabi Muhammad, bahkan telah menjadi bagian dari
kehidupan integral kota itu. Maka sangat menakjubkan sekali jika Rasulullah
telah berhasil mengubah kota Madinah sebagai awal mula terbentuknya negara
muslim. Mengingat Madinah tidak hanya terdiri dari beberapa kepercayaan,
namun dari beberapa kepercayaan itu terbagi atas beberapa suku.

16
Asghar Ali Engineer, Asal Usul Perkembangan Islam, (Yogyakarta: Oustaka Pelajar, 1999), 46.

15
Dengan begitu, Tiga misi dakwah Nabi Muhammad saw diantaranya adalah
mengajarkan tauhid, memperbaiki akhlak manusia, dan pemberi kabar gembira
untuk alam semesta.17
a) Mengajarkan tauhid

‫َحد‬
َ ‫قُ ْل ُه َو هللاُ أ‬
Artinya: “Katakanlah Dialah Maha Esa”.
Sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Allah beberapa umat pada
masa itu masih ada yang beragama sesuai tuntutan Nabi terdahulu
Ibrahim, namun banyak pula orang-orang justru beribadah kepada Allah
menggunakan perantara atau bahkan menyembah berhala. Diutusnya
Rasulullah untuk meluruskan orang-orang yang menyimpang tersebut,
yaitu dengan cara mensyiarkan bahwa Allah lah yang wajib disembah.
b) Memperbaiki akhlak manusia
Artinya: “Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan
keluhuran akhlak budi pekerti”. (HR. Ahmad)
Setelah mengajarkan ketauhidan, kemudian Nabi memperbaiki
akhlak-akhlak yang salah. Beliau mengajarkan berbagai akhlak mulia
yang menjadikan manusia menyadari dan meninggalkan perilaku salah
tersebut sehingga terwujudnya masyarakat dan meninggalkan perilaku
salah tersebut sehingga terwujudnya masyarakat yang islamiyah
berakhlak mulia.
Begitulah Islam sangat memperhatikan akhlak, bahkan kepada non-
muslim sekalipun. Allah berfirman didalam Al-Qur‟an surat Al-
Mumtahanah: 8,

‫ْلَ يَْن َها ُك ُم هللاُ َع ِن الَّ ِذيْ َن ََلْ يُ َقاتِلُ ْوُك ْم ِِف ال ِّديْ ِن َوََلْ ُُيْ ِر ُج ْوُك ْم ِم ْن ِد ََي ِرُك ْم اَ ْن‬

ُّ ‫ اِ َّن هللاَ ُُِي‬,‫تَبَ ُّرْوُه ْم َو تُ ْق ِسطُْوآ اِلَْي ِه ْم‬


ََ ‫ب الْ ُم ْق ِس ِط ْي‬

Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama

17
Usman Jafar, Misi Dakwah Rasulullah, (Universitas Medan: Buletin Taqwa, 2019), 4.

16
dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil”.
c) Pemberi kabar gembira

ََ ‫اك إِْلَّ َر ْْحَةً لِْل َعالَ ِم ْي‬


َ َ‫َومآ اَْر َس ْلن‬
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (QS. Al-Anbiya:107)
Rasulullah memiliki misi sebagai pemberi kabar gembira dan
peringatan, pemberi kedamaian, dan kesejahteraan yang bukan hanya
untuk orang muslim, melainkan untuk seluruh umat manusia yang ada di
bumi.
4. Masa Terakhir Nabi Muhammad Saw
Pada tahun 9 dan 10 H (630 – 632 M) banyak suku dari pelosok Arab, yang
mengirimkan delegasi atau utusan kepada Nabi Muhammad Saw menyatakan
pengakuan akan kekuasaan Islam. Oleh karena itu, tahun tersebut disebut di
dengan tahun perutusan.18
Pada tahun 10 H (631 M) Nabi Muhammad Saw beserta rombongan yang
besar melaksanakan haji, dan inilah haji yang terakhir bagi beliau yang
merupakan haji perpisahan atau haji wada‟. Dalam kesempatan itu turunlah ayat
terakhir dari Al-Qur‟an, yakni QS Al-Maidah ayat 3.
Dalam kesempatan itu Nabi Muhammad Saw menyampaikan khutbahnya
yang sangat bersejarah, yang isinya merupakan prinsip-prinsip yang mendasari
gerakan Islam, dan yang terpenting adalah bahwa umat Islam harus selalu
berpegang pada dua sumber, yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah. Apabila prinsip-
prinsip itu disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan
ekonomi, kebajikan, dan solidaritas.
Rasulullah mulai sakit panas, istri-istri Rasulullah meminta izin untuk
merawatnya di rumah Aisyah, dan Rasulullah mengizinkannya. Untuk terakhir
kalinya Rasulullah naik mimbar. Di antara pesa yang Rasulullah katakan pada
saat itu adalah, aku berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik terhadap orang-
orang Anshar. Sesungguhnya orang-orang Anshar adalah orang-orang dekat ku

18
Dr. Badri Yatim. M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: raja grafindo persada, 1998), hlm 32-33

17
dimana aku berlindung kepada mereka. Karena mereka telah melalui apa yang
menjadi beban mereka dan masih tersisa apa yang akan menjadi hak mereka.
Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada siapa saja diantara mereka yang
melakukan kesalahan.19
Tatkala sakitnya semakin keras, maka Rasulullah bersabda, “suruhlah Abu
bakar untuk memimpin manusia melakukan shalat.”
Rasulullah meninggal pada saat Dhuha pada hari Senin tanggal 12 Rabiul
awal tahun 11 H (8 Juni 632 H). Pada saat wafat Rasulullah berusia 63 tahun.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nabi Muhammad Saw telah
mampu menjalankan peranannya sebagai pemimpin agama, seorang negarawan,
dan sekaligus pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu
11 tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan seluruh jazirah
Arab ke dalam kekuasaan nya.
5. Komentar Para Orientalis tentang Nabi Muhammad Saw
Di bawah ini dituturkan beberapa komentar para Orientalis mengenai
keberhasilan perjuangan nabi Muhammad Saw dalam membentuk peradaban
Islam:
1. Dr Zuwaimer, orientalis Kanada.
Dalam bukunya „Timur dan Tradisinya‟ mengatakan, “Tidak
diragukan lagi bahwa Muhammad adalah termasuk pemimpin agama
terbesar. Bisa juga dikatakan bahwa dia adalah seorang reformis,
mumpuni, fasih, pemberani dan pemikir yang agung. Tidak boleh kita
menyebutnya dengan apa yang bertentangan dengan sifat-sifat ini. Al-
Qur‟an yang datang besama Muhammad dan sejarahnya menjadi saksi
atas kebenaran klaim ini.”
2. Bretly Hiler, Orientalis Jerman.
Dalam bukunya „Orang-Orang Timur dan Keyakinan-keyakinan
Mereka‟ mengatakan, “Muhammad adalah seorang kepala negara dan
punya perhatian besar pada kehidupan rakyat dan kebebasannya. Dia
menghukum orang-orang yang melakukan pidana sesuai dengan kondisi
zamannya dan sesuai dengan situasi di mana Nabi hidup di antara mereka.
19
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar media
Eka sarana, 2006), hlm 136-137

18
Nabi ini adalah seorang penyeru kepada agama Tuhan Yang Esa. Dalam
dakwahnya, dia menggunakan cara yang lembut dan santun meskipun
dengan musuh-musuhnya. Pada kepribadiaannya ada dua sifat yang
paling utama dimiliki oleh jiwa manusia. Keduanya adalah „keadilan dan
kasih sayang.‟
3. Bernardesho, Pemikir Inggris.
Dalam bukunya berjudul „Muhammad‟ mengatakan, “Dunia ini
sangat membutuhkan pemikiran Muhammad. Nabi inilah yang meletakan
agamanya senantiasa dalam posisi terhormat dan tinggi, agama yang
paling kuat di dalam mencerna seluruh peradaban dan kekal sepanjang
masa. Saya melihat banyak dari anak keturunan bangsaku yang masuk
agama ini dengan bukti nyata. Agama ini akan mendapatkan kesempatan
yang luas di benua ini -maksudnya adalah Eropa-. Bahwa para tokoh
agama pada abad pertengahan, akibat dari kebodohan dan fanatisme, telah
menggambarkan agama Muhammad dengan gambaran yang gelap.
Mereka menyebut agama Muhammad sebagai musuh bagi Kristen.
Namun, setelah saya mengkaji tentang orang ini (Muhammad), saya
menemukan kekaguman yang luar biasa. Saya sampai pada kesimpulan
bahwa dia bukan musuh bagi Kristen. Namun, sebaliknya harus disebut
penyelamat manusia. Dalam pandangan saya, sekiranya dia memegang
kendali dunia pada hari ini pastilah dia bisa menyelesaiakan masalah kita
yang dapat menjamin perdamaian dan kebahagiaan yang menjadi harapan
manusia.
4. Snersten Elasogi, Professor Bahasa Aramaik.
Bukunya “Sejarah Hidup Muhammad” menjelaskan, “Sungguh kita
tidak netral pada Muhammad kalau kita mengingkari apa yang ada pada
dirinya, berupa sifat-sifat yang agung dan keistimewaan-
keistimewaannya. Muhammad telah terjun di dalam perang kehidupan
yang benar menghadapi kebodohan dan kesemrawutan, tetap teguh pada
prinsipnya. Dia terus memerangi tindakan yang melampaui batas sampai
berakhir pada kemenangan yang nyata. Sehingga syariatnya menjadi
syariat yang paling sempurna, dia di atas para tokoh agung sejarah.”

19
5. Mister Snack, Orientalis Amerika.
Bukunya “Diyanatul Arab” mengatakan, “Muhammad muncul 570
tahun setelah Nabi Isa. Tugasnya adalah untuk meningkatkan akal
manusia dengan memberinya dasar-dasar utama dan akhlak yang mulia,
mengembalikan kepada keyakinan Tuhan yang Esa dan kehiduan setelah
kematian.”
6. Michael Hart, Ahli Sejarah asal Amerika Serikat.
Dalam bukunya „Seratus Tokoh dalam Sejarah‟ mengatakan, “Pilihan
saya Muhammad menjadi orang pertama yang terpenting dan teragung
sebagai tokoh sejarah telah mengagetkan para pembaca. Namun dia
(Muhammad) adalah satu-satunya tokoh dalam semua sejarah yang
sukses dengan kesuksesan sangat tinggi pada tingkat Agama dan Dunia.
Ada banyak rasul, nabi dan para pemimpin yang memulai dengan misi-
misi agung. Namun mereka meninggal tanpa penyempurnaan misi-misi
tersebut, seperti Isa di Kristen, atau yang lain telah mendahului mereka,
seperti Musa di Yahudi. Namun Muhammad adalah satu-satunya (Rasul)
yang menyempurnakan misi agamanya, menetapkan hukum-hukumnya
dan diimani oleh bangsa-bangsa selama hidupnya. Karena dia mendirikan
negara baru di sisi agama. Sedang di bidang dunia dia juga menyatukan
kabilah-kabilah di dalam bangsa, menyatukan bangsa-bangsa di dalam
umat, meletakan buat mereka semua asas kehidupannya, menggariskan
masalah-masalah dunianya, meletakannya pada titik tolak menuju dunia.
Dan juga di dalam hidupnya, dia adalah (Rasul) yang memulai risalah
agama serta dunia dan menyempurnakannya.20
7. Lev Tolstewi (Leo Tolstoy), Sastrawan besar asal Rusia.
Karya sastranya dianggap sebagai sastra yang paling bernilai tercatat
dalam peninggalan kemanusiaan. Dia mengatakan, “Cukuplah
Muhammad sebagai kebanggaan karena dia telah membebaskan umat
hina yang haus darah dari cakar-cakar setan tradisi yang tercela.
Membuka di depan muka mereka jalan yang tinggi dan maju. Bahwa

20
Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2015) hlm 89.

20
syariat Muhammad akan menguasai dunia karena kesesuaiannya dengan
akal dan kebijaksanaan.
8. Dr. Shaberk, Cendekiawan Austria.
Dia mengatakan, “Sesungguhnya manusia pasti bangga memiliki
afiliasi dengan tokoh seperti Muhammad. Dia itu meski dengan
keumiannya (tidak bisa baca dan tulis) beberapa belas abad yang lalu
mampu membuat undang-undang. Kita orang Eropa akan menjadi sangat
bahagia apabila bisa sampai ke puncaknya.”
9. Tomas Karlil, Filsuf Inggris Peraih Hadiah Nobel.
Dalam bukunya “Para Pahlawan” mengatakan, “Sungguh menjadi
sangat aib bagi siapapun yang berbicara pada masa ini mengeluarkan
ungkapan bahwa agama Islam adalah kedustaan dan bahwa Muhammad
adalah penipu. Kita harus memerangi penyebaran kata-kata yang absurd
dan memalukan ini. Sesungguhnya risalah yang ditunaikan utusan (Rasul)
tersebut masih menjadi pelita yang bercahaya selama 12 abad lamanya.
Apakah ada di antara kalian yang mengira bahwa risalah ini yang menjadi
pegangan hidup dan matinya jutaan orang yang tak terhidung jumlahnya
adalah kedustaan dan penipuan.”
10. Goethe, Sastrawan Jerman.
Dia mengatakan, “Sesungguhnya kita warga Eropa dengan seluruh
pemahaman kita, belum sampai kepada apa yang telah dicapai
Muhammad. Dan tidak akan ada yang melebihi dirinya. Saya telah
mengkaji dalam sejarah tentang keteladanan yang tinggi untuk umat
manusia ini. Dan saya temukan itu pada Nabi Muhammad. Demikianlah
seharusnya kebenaran itu menang dan tinggi, sebagaimana Muhammad
telah sukses menundukkan dunia dengan kalimat tauhid.”
11. Erdwad Montet, Mantan Rektor Universitas Genewa.
Dalam Bukunya “Al-Madaniyah As-syarqiyah” menyatakan,
“Muhammad adalah seorang Nabi berdasarkan pengakuan kaum Yahudi
kuno. Dia telah mempertahankan suatu akidah murni yang tidak ada
hubungannya dengan keberhalaan dan ia berusaha menyelamatkan
kaumnya dari suatu agama yang gersang yang tidak layak hidup lagi serta

21
untuk mengeluarkan mereka dari kebejatan akhlak yang hina. Sudah tentu
keikhlasannya tidak dapat diragukan. Begitu pula semangat
keagamaannya yang menggelora dalam kalbunya.
12. Mahatma Gandhi (komentar mengenai karakter Muhammad di Young
India)
“Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang paling
mempengaruhi manusia. Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah
yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang
dari kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta
pengabdian luar biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya,
keberaniannya, serta keyakinannya pada Tuhan dan tugasnya.”

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Rasulullah
adalah Nabi terakhir yang diutus Allah untuk membimbing kembali umat
manusia yang telah menyenceng dari fitrahnya. Sejarah Islam awal yang dilalui
Rasulullah sungguh berat lantaran harus berhadapan oleh suku Quraisy yang
menguasai kota Mekkah. Pengikut Rasulullah relatif sedikit dan fokus utama
Rasulullah dalam dakwah awalnya adalah mengenalkan ajaran Tauhid. Berbeda
dengan dakwah di Madinah, masyarakat cenderung menerima ajaran Rasulullah
sehingga dalam waktu 10 tahun, Rasulullah menjadikan Madinah sebagai pusat
dakwah Islam dan bukan hanya itu, Rasulullah juga membuat suatu undang-
undang yang mengatur seluruh permasalahan yang terjadi, yakni Piagam
Madinah. Fokus dakwah Rasulullah adalah mengajarkan syariat Islam dan
hukum Islam.

23
DAFTAR PUSTAKA

Al-Buthy, Muhammad Sa‟id Ramadhan. Sirah Nabawiyah.

Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
Jakarta: Akbar media Eka sarana, 2006.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2015.

As-Sayyid, Kamal. 14 Sahabat Nabi dan Keluarganya. Jakarta: Pustaka Zahra, 2003.

Ayyasy, Muhammad Abu. Strategi Perang Rasulullah: Mengungkap Rahasia


Keunggulan Pasukan Muslim. Jakarta: Qultummedia, 2009.
Azhar. “Sejarah Dakwah Nabi Muhammad Pada Masyarakat Madinah”. Jurnal
Sejarah Peradaban Islam, 02 (2017), 262.
Engineer, Asghar Ali. Asal Usul Perkembangan Islam. Yogyakarta: Oustaka Pelajar,
1999.

Falsafi, Taqi. Warna Warni Kehidupan Remaja dalam Islam. Bogor: Cahaya, 2003.

Hashem, Fuad. Sirah Muhammad Rasulullah Suatu Penafsiran Baru. Bandung:


Mizan, 1995.

Jafar, Usman. Misi Dakwah Rasulullah. Universitas Medan: Buletin Taqwa, 2019.

Julkaranain, Muhammad Dan La Ode Ismail Ahmad. “Perjuangan Nabi Muhammad


SAW Periode Mekkah Dan Madinah”. Diskursus Islam, 01 (April, 2019), 80.

Kementerian Agama RI., al-Qur‟an dan Terjemahnyanya.

Ridzuan, Ahmad Azan, Dkk. “Peperangan Nabi Muhammad SAW: Analisa Strategi
Peperangan Dan Pertahanan”, International Conference On Da’wah And
Islamic Management, (November, 2010), 8-16.
Shadr, Baqir. Suksesi Kepemimpinan Pasca Nabi. Bangil: Yayasan Islam Al-Baqir,
1996.

24
Sukardja, Ahmad. Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian
Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang
Majemuk. Jakarta: UI Press, 1995.
Widhiyoga, Ganjar. “Normativitas Perang Dalam Islam”, Jurnal Politik Profetik, 02
(2013), 6.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

25

Anda mungkin juga menyukai