Anda di halaman 1dari 19

Nama = Izzul Muttaqin

NIM = 50400119023

Kelas = Manajemen Dakwah A

Pengertian Dan Tujuan Mempelajari Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

komunikasi adalah proses kegiatan pengoperan/penyampaian warta/berita/informasi yang


mengandung arti dari satu pihak (seseorang atau tempat) kepada pihak (seseorang atau tempat) lain
dalam usaha mendapatkan saling pengertian. (Menurut Wursanto (2001:31)). Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyatakan bahwa komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan pesan atau berita
antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami;
hubungan; kontak. Berlo (dalam Erliana Hasan (2005:18) mengemukakan komunikasi sebagai
suasana yang penuh keberhasilan jika dan hanya jika penerima pesan memiliki makna terhadap
pesan tersebut dimana makna yang diperolehnya tersebut sama dengan apa yang dimaksudkan oleh
sumber.

2. Tujuan mempelajari komunikasi

menurut Widjaja (200:66-67) tujuan komunikasi antara lain, yaitu:

1.Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan
kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat
mengerti dan mengakui apa yang kita maksud.
2.Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat
tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3.Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita dapat diterima
orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak.
4.Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat
bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud di sini adalah kegiatan
yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara
baik untuk melakukan

3. Fungsi Komunikasi

Secara umum fungsi komunikasi adalah

a. Dapat menyampaikan fikiran maupun perasaaan


b. Tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan
c. Dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu
d. Dapat mengetahui atau mempelajari dari peristiwa dilingkungan
e. Dapat mengenal diri sendiri

1. eJournal Ilmu Komunikasi 2016, 4 (1): 239-253


2. Rayusdaswati Budi S.sos.,M.Si. Ilmu Komunikasi. Cet 1.2010
f. Dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain
g. Dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang
h. Dapat mengisi waktu luang
i. Dapat menambah pengetahuan dan merubah sikap serta perilaku kebiasaan
j. Dapat membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat bersikap atau berperilaku
sebagaimana diharapkan

Komunikasi dalam Al-Qur’an

A.Konsep dasar komunikasi dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Untuk mengetahui bagaimana
manusia seharusya berkomunikasi. Al-Qur’an memberikan kata kunci (keyconcept) yag berhubungan
dengan hal itu. Al-Syaukani, misalnya mengartikan kata kunci al-bayan sebagai kemampuan
berkomunikasi. Selain itu, kata kunci yang dipergunakan Al- Qur’an untuk komunikasi ialah al-qaul.
Dari al-qaul ini, Jalaluddin Rakhmat menguraikan prinsip, qaulan sadidan yakni kemampuan berkata
benar atau berkomunikasi dengan baik.1 Dengan komunikasi, manusia mengekspresikan dirinya,
membentuk jaringan interaksi sosial, dan mengembangkan kepribadiannya. Para pakar komunikasi
sepakat dengan para psikolog bahwa kegagalan komunikasi berakibat fatal baik secara individual
maupun sosial. Secara individual, kegagalan komunikasi menimbulkan frustasi; demoralisasi,
alienasi, dan penyakit-penyakit jiwa lainnya. Secara sosial, kegagalan komunikasi menghambat saling
pengertian, menghambat kerja sama, menghambat toleransi, dan merintangi pelaksanaan norma-
norma sosial Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Dalam QS. Al-
Rahman (55) / 1 – 4:

Terjemahnya : (tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara.

Al-Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir mengartikan al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi .
Untuk mengetahui bagaimana orang-orang seharusnya berkomunikasi secara benar (qaulan
sadidan), harus dilacak kata kunci (key-concept) yang dipergunakan Al-Qur’an untuk komunikasi.
Selain al-bayan, kata kunci untuk komunikasi yang banyak disebut dalam Al-Qur’an adalah “al-qaul”
dalam konteks perintah (amr), dapat disimpulkan bahwa ada enam prinsip komunikasi dalam Al-
Qur’an yakni qaulan sadidan (QS. 4: 9: 33: 70), qaulan balighan (QS. 4:63), qaulan mansyuran (QS.
17:28), qaulan layyinan (QS. 20:44), qaulan kariman (QS. 17:23), dan qaulan marufan (QS. 4:5). Allah
memerintahkan qaulan sesudah takwa, sebagaimana firman Allah dalam QS. 33/70

‘’Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang
benar’’

Jadi, Allah swt., memerintahkan manusia untuk senantiasa bertakwa yag dibarengi dengan
perkataan yang benar. Nanti Allah akan membalikkan amal-amal kamu, mengampuni dosa kamu

1. MS Dahlan  - Jurnal Dakwah Tabligh, 2014


Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya ia akan mencapai keberuntungan yang besar.
Jadi, perkataan yang benar merupakan prinsip komunikasi yang terkandung dalam Al- Qur'an dan
mengandung beberapa makna dari pengertian benar. Diantaranya kata benar yang sesuai dengan
kriteria kebenaran. Ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan Al-Qur'an, Al sunnah, dan
ilmu.
Al-Qur’an menyatakan bahwa berbicara yang benar, menyampaikan pesan yang benar- benar adalah
prasyarat untuk kebesaran, kebaikan, kemaslahatan dan amal. Apabila ingin sukses dalam karir, ingin
memperbaiki masyarakat, maka kita harus menyebarkan pesan yang benar. Dengan perkataan lain,
masyarakat menjadi rusak apabila isi pesan komunikasi tidak benar, apabila isi pesan komunikasi
tidak benar, apabila orang menyembunyikan kebenaran karena takut menghadapai establishmen
atau rezim yang menegakkan sistemnya di atas penipuan atau penutupan kebenaran menurut Al-
Qur’an tidak akan bertahan lama.

B. Strategi Komunikasi dalam Al-Qur’an

Teori komunikasi menurut ajaran Islam selalu terikat kepada perintah dan larangan Allah swt
atau Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad saw Pada dasarnya agama sebagai kaidah dan sebagai
perilaku adalah pesan (informasi) kepada warga masyarakat agar berperilaku sesuai dengan perintah
dan larangan Tuhan. Dengan kata lain komunikasi menurut ajaran agama sangat memuliakan etika
yang dibarengi sanksi akhirat (Muis dan Abdul Andi, 2001:5-9). Al-Qur’an juga menyebut komunikasi
sebagai salah satu fitrah manusia. Untuk mengetahui bagaimana manusia seharusya berkomunikasi.
Al-Qur’an memberikan kata kunci (key concept) yang berhubungan dengan hal itu. Al-Syaukani
(dalam Rahmat, 1999:71) misalnya mengartikan kata kunci al-bayan sebagai kemampuan
berkomuni-kasi. Selain itu, kata kunci yang diperguna-kan AlQur’an untuk komunikasi ialah al-qaul.
Dari al-qaul ini, Jalaluddin Rakhmat menguraikan prinsip, qaulan sadidan yakni kemampuan berkata
benar atau berkomuni-kasi dengan baik (Rahmat, 1999:71).1

Dengan komunikasi, manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi sosial,


dan mengembangkan kepribadiannya. Para pakar komunikasi sepakat dengan para psikolog bahwa
kegagalan komunikasi berakibat fatal baik secara individual maupun sosial. Secara sosial, kegagalan
komunikasi menghambat saling pengertian, menghambat kerja sama, menghambat toleransi, dan
merintangi pelaksanaan norma-norma sosial Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu
fitrah manusia. Dalam QS. Al-Rahman : ayat 1 – 4. (Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah
mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (QS. Al-Rahman :
1 – 4) Perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan
manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang
dimaksud adalah komunikasi yang Islami, yaitu komunikasi berakhlak mulia atau beretika.
Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Qur’an dan
hadis (sunah Nabi). Dalam arus modernisasi ini, seorang muslim harus mampu menyesuaiakan diri
dengan menggunakan media komunikasi sehingga arus informasi Islam atau nilai-nilai kebaikan
menyebar dalam masyarakat.2

1.Muis dan Abdul Andi. (2001). Komunikasi Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya
2. Djamaluddin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996),
h.60
C. Wahyu Sebagai proses komunikasi

Wahyu secara semantik berarti isyarat yang cepat (termasuk bisikan di dalam hati dan ilham),
surat, tulisan, dan segala sesuatu yang disampaikan kepada orang lain untuk diketahui. Di dalam al-
Qur`an kata wahyu digunakan dalam beberapa pengertian, seperti : isyarat (Q.S. Maryam/9 : 11),
pemberitahuan secara rahasia (Q.S. Al-An‟am/6 : 121), ilham yang diberikan kepada binatang (Q.S.
An-Nahl/16 : 68), dan ilham yang diberikan kepada manusia (Q.S. Al-Qashash/28 : 7)1.

Adapun secara terminologis, wahyu adalah pengetahuan yang didapat seseorang didalam
dirinya serta diyakininya bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan perantaraan,
dengan suara atau tanpa suara, maupun tanpa perantara. 2 Pengertian sepereti ini dapat dilihat
dalam firman Allah Q.S. AlSyuura/42 : 51 yang artinya :

“Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah berbicara kepadanya kecuali dengan
perantaraan wahyu atau daribelakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi
lagi Maha Bijaksana”. 3

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa proses pewahyuan al-Qur`an memiliki tiga cara, yaitu
pertama, pewahyuan (menurunkan wahyu) dalam pengertian bahasanya yang asli yaitu isyarat yang
cepat. Sebagai contoh wahyu yang diterima oleh Nabi Ibrahim mengenai penyembelihan putranya
(Nabi) Ismail.Kedua, memperdengarkan suara dari belakang tirai/hijab, seperti Allah memanggil Nabi
Musa dari belakang sebuah pohon dan ia mendengar panggilan itu. dan ketiga, dengan perantaraan
malaikat yang membawa wahyu (Jibril), yang merupakan bentuk wahyu yang paling tinggi. 4

Dalam pandangan Abu Zayd, wahyu adalah proses komunikasi yang mengandung unsur-unsur
pengirim dan penerima yang keduanya terkait dalam satu taraf eksistensi dengan media yang bisa
dipahami oleh kedua belah pihak. Dan pembicaan mengenai wahyu dalam al-Qur`an membawa kita
pada bidang. yang agak rumit, dimana proses komunikasi/wahyu antara dua belah pihak tidak
berlangsung dalam tingkat eksistensi yang sama. Meskipun demikian, konsep seperti ini-konsep
komunikasi antara tingkat-tingkat eksistensi yang berbedamasih merupakan konsep yang lumrah
dalam peradaban Arab sebelum islam.7 Terkait dengan proses komunikasi wahyu, baik dalam taraf
vertikal (AllahJibril) maupun dalam taraf horizontal (Jibril-Muhammad) medium bahasa yang
digunakan adalah bahasa Arab. Namun ada yang membedakan antara kedua taraf tersebut, yaitu
menjadikan “ilham” ke taraf komunikasi bahasa, atau menjadikan formulasi bahasa wahyu
merupakan tugas Jibril disatu sisi, dan menjadikannya sebagai tugas Muhammad disisi yang lain.

1.M. Quraish Shihab dkk., Sejarah dan `Ulum al-Qur`an, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2008)
2.M. Quraish Shihab dkk., Sejarah. h. 48
3.Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT. Tehazed, 2009), h. 701 6M.
4.Quraish Shihab dkk., Sejarah . h. 49
D. Prinsip-prinsip dasar komunikasi

Al-Quran memberikan enam prinsip atau model dalam berkomunikasi efektif dengan orang lain,
seperti dijelaskan Jalaludin Rahmat yaitu:

1. Qaulan Sadiida (QS. An-Nisa ayat 9, Al-Ahzab ayat 70) َ

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”. (QS. An-Nisa: 915)

Perkataan Qaulan Sadida diungkapkan Al-Quran dalam konteks pembicaraan mengenai wasiat.
Menurut beberapa ahli tafsir seperti Hamka, At-Thabari, Al- Baghawi, AlMaraghi dan Al-Buruswi
bahwa Qaulan Sadida dari segi konteks ayat mengandung makna kekuatiran dan kecemasan seorang
pemberi wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk ucapan-ucapan yang lemah
lembut (halus), jelas, jujur, tepat, baik, dan adil. Lemah lembut artinya cara penyampaian
menggambarkan kasih sayang yang diungkapkan dengan kata-kata yang lemah lembut. Jelas
mengandung arti terang sehingga ucapan itu tak ada penapsiran lain. Jujur artinya transparan, apa
adanya, tak ada yang disembunyikan. Tepat artinya kena sasaran, sesuai yang ingin dicapai, dan
sesuai pula dengan situasi dan kondisi. Baik sesuai dengan nilai-nilai, naik nilai moral-masyarakat
maupun ilahiyah. Sedangkan adil mengandung arti isi pembicaraan sesuai dengan kemestiannya,
tidak berat sebelah atau memihak.

2. Qaulan Ma’rufa (QS An-Nisa ayat 5dan8, QS Al-Baqarah ayat 235, QS al-Ahzab ayat 32

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum Sempurna akalnya, harta (mereka
yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka
belanja dan Pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka katakata yang baik”. (QS.
Annisaa: 5)

Secara bahasa arti ma’rufa adalah baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
(Shihab, 1998:125). Ucapan yang baik adalah ucapan yang diterima sebagai sesuatu yang baik dalam
pandangan masyarakat lingkungan penutur. Dengan kata lain menurut beberapa ahli baik ahli tafsir
seperti Hamka dan Al-Buruswi maupun pendapat ahli lainnya bahwa qaulan ma’rufa mengandung
arti perkataan yang baik, yaitu perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghargaan, dan
menyenangkan, serta sesuai dengan kaidah dan hukum dan logika.

3. Qaulan Baligha (QS An-Nisa ayat 63) َ

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka
perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS. Annisaa: 63)

Qaulan Baligha diartikan sebagai pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya, terang, serta
tepat mengungkapkan apa yang dikehendakinya atau juga dapat diartikan sebagai ucapan yang
benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat
diartikan sebagai ucapan yang efektif.

4. Qaulan Maysura (QS Al-Isra ayat 28)

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu
harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”. (QS. Al-Isra: 2817)

Dalam Terjemahan Departemen Agama, ditafsirkan apabila kamu tidak dapat melaksanakan
perintah Allah seperti yang tersebut dalam ayat 26, Maka Katakanlah kepada mereka perkataan yang
baik agar mereka tidak kecewa lantaran mereka belum mendapat bantuan dari kamu. dalam pada
itu kamu berusaha untuk mendapat rezki (rahmat) dari Tuhanmu, sehingga kamu dapat memberikan
kepada mereka hak-hak mereka. Menurut bahasa qaulan maysura artinya perkataan yang mudah.
Adapun para ahli tafsir seperti At-Thabari dan Hamka mengartikan bahwa qaulan maysura sebagai
ucapan yang membuat orang lain merasa mudah, bernada lunak, indah, menyenangkan, halus,
lemah lembut dan bagus, serta memberikan rasa optimis bagi orang yang diajak bicara. Mudah
artinya bahasanya komunikatif sehingga dapat dimengerti dan berisi kata-kata yang mendorong
orang lain untuk tetap mempunyai harapan. Ucapan yang lunak adalah ucapan yang menggunakan
ungkapan dan diucapkan dengan pantas atau layak. Sedangkan yang lemah lembut adalah ucapan
yang baik dan halus sehingga tidak membuat orang lain kecewa atau tersinggung.

5. Qaulan Layyina (QS Thaha ayat 44)

“maka sampaikanlah baginya dengan perkataan yang lemah lembut, agar mereka senantiasa
mengingat Allah atau agar mereka takut kepada-Nya”. (QS Thaha ayat 44)

Qaulan layyina dari segi bahasa berarti perkataan yang lemah lembut. Secara lebih jelas bahwa
qaulan layyina adalah ucapan baik yang dilakukan dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh
hati yang diajak bicara. Ucapan yang lemah lembut dimulai dari dorongan dan suasana hati orang
yang berbicara. Apabila berbicara dengan hati yang tulus dan memandang orang yang diajak bicara
sebagai saudara yang dicintai, maka akan lahir ucapan yang bernada lemah lembut. Dengan
kelemahlembutan itu maka akan terjadi sebuah komunikasi yang akan berdampak pada terserapnya
isi ucapan oleh orang yang diajak bicara sehingga akan terjadi tak hanya sampainya informasi tetapi
jua akan berubahnya pandangan, sikap dan prilaku orang yang diajak bicara.

6. Qaulan Karima (QS Al-Isra ayat 23)

Dari segi bahasa qaulan karima berarti perkatan mulia. Perkataan yang mulia adalah perkataan
yang memberi penghargaan dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara.

“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS. Al-Isra: 2319)

Dalam hal ini bisa juga diartikan mengucapkan kata “ah” kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh
agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada
itu. Dari sekian pengertian dan penjelasan makna qoulan di atas, maka konstruksi prinsipprinsip
komunikasi efektif dalam al-Qur’an seperti diuraikan sebelumnya mengandung ucapan (komunikasi)
yang memiliki nilai: 1) kebenaran, 2) kejujuran, 3) keadilan, 4) kebaikan, 5) lurus, 6) halus, 7) sopan,
8) pantas, 9) penghargaan, 10) khidmat, 11) optimis, 12) indah, 13) menyenangkan, 14) logis, 15)
fasih, 16) terang, 17) tepat, 18) menyentuh hati, 19) selaras, 20) mengesankan, 21) tenang, 22)
efektif, 23) lunak, 24) dermawan, 25) lemah lembut, 26) rendah hati. 1

Lambang-lambang Komunikasi

1. Lambang verbal
Komunikasi Verbal Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi
yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral).
Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan,
lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang nonverbal. Dengan harapan, komunikan (baik
pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan, contoh :
komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang
yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan
dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan.
Proses penyampaian informasi dilakukan dengan mengguna- kan berupa media surat,
lukisan, gambar, grafik dan lain-lain. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal
(Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan
pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara
pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata

1. Mashud. (2017). Konsep Ilmu Komunikasi Dalam Al-Qur’an.  An-Nida’ : Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran
Islam,  6(1), 47-63

Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:


1. Bahasa Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang diperguna- kan adalah bahasa Bahasa
lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari
interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.

2. Keterbatasan Bahasa Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek, katakata
adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat,
perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek.

Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata
pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.Kata-kata sifat dalam
bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.
Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual, kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata
merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar
belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya
beraneka ragam. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu
memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.

Jenis Komunikasi Verbal

a. Berbicara dan menulis Bericara adalah komunikasi verbal-vokal. Sedangkan menulis adalah
komunikasi verbal-nonvocal. Contoh komunikasi verbal-vocal adalah presentasi dalam rapat dan
contoh komunikasi verbal-nonvocal adalah surat-menyurat bisnis.

Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Vol. 6, No. 2, Edisi Juli-Desember 2015
b. Mendengarkan dan membaca Mendengar dan mendengarkan itu kata yang mempunyai makna
berbeda, mendengar berarti semata-mata memungut getaran bunyi sedangkan mendengar-
kan adalah mengambil makna dari apa yang didengarmendengarkan melibatkan 4 unsur, yaitu
mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat. Membaca adalah suatu cara untuk
mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.
2. Lambang NonVerbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk tanpa kata-
kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal.
Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu,
komunakasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih bersifat jujur
mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.
Komunikasi nonverbal (nonverbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak
komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi
nonverbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi nonverbal, orang bisa
mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang,
baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan
dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan
yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi nonverbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah,
sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara. Beberapa contoh komunikasi
nonverbal:
 Sentuhan,
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman,
sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
 Gerakan Tubuh,
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak
mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan
untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk
mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan
perasaan.
 Vokalik,
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan,
yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemah-
nya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
 Kronemik,
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam
komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi
durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap
patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).

UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

A. Source (sumber) atau komunikator (penyampai pesan)

Adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan dalam rangka memperkuat
pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Dalam hal ini
kita perlu memperhatikan kredibilitas terhadap sumber (kepercayaan) baru, lama
sementara dan lain sebagainya. Apabila kita salah mengambil sumber maka proses
komunikasi yang sedang berlangsung tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Dalam
komunikasi transendental sumber adalah Allah yang menyampaikan pesan-pesan lewat
ayat-ayatnya, baik ayat-ayat yang tertulis berupa al-Qur’an maupun ayat-ayat yang tidak
tertulis yakni segala ciptaan Allah yang Maha Mengagumkan ini Namun, terkadang Allah
juga menjadi komunikan saat manusia mencurahkan segala unek-unek-nya melalui doa,atau
melantunkan puji-pujian melalui zikir.

Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Vol. 6, No. 2, Edisi Juli-Desember 2015

B. Message (Pesan)

Pesan adalah apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti
pesan (tema) sebagai usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan
secara panjang lebar namun harus tetap diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi. Pesan dari
Allah adalah al-Qur'an yang mencakup berbagai dimensi kehidupan dan melingkupi berbagai
zaman.2

1.Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Vol. 6, No. 2, Edisi Juli-Desember 2015

2 Journal Wahidah Suryani Volume 12 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 154


Menurut epistimologi Islam, unsur petunjuk transendental berupa wahyu juga merupakan sumber
pengetahuan yang penting. Wahyu merupakan pengakuan mengenai adanya ide yang murni, yang
sumbernya berada di luar diri manusia; suatu konstruk tentang struktur nilai-nilai yang berdiri sendiri
dan bersifat transendental. Al-Qur’an sebagai wahyu atau pesan Allah juga harus dipahami memiliki
bangunan ide yang transendental, sebuah orde atau sistem gagasan yang otonom dan sempurna.11
M. Quraish Shihab menegaskan kesempurnaan dan kemuliaan alQur’an yakni:12

1. Tiada bacaan semacam al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya
dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya.
2. Tiada bacaan melebihi al-Qur’an dalam perhatian yang diperoleh, bukan saja sejarah secara
umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa, musim, maupun saat turunnya sampai kepada
sebab-sebabnya serta waktu-waktu turunnya.
3. Tiada bacaan seperti al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa
katanya, tetapi juga kandungan yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang
ditimbulkannya.
4. Tiada bacaan seperti al-Qur’an yang diatur tatacara membacanya, mana yang dipendekkan,
dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus ucapannya, di mana tempat yang dilarang atau boleh, atau
harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya.

Jadi tiada pesan yang sesempurna al-Qur’an dan siapapun yang menyimak pesan al-Qur’an
tersebut akan mendapatkan pesan-pesan yang menyejukkan jiwa, pesan-pesan yang mengingatkan
tentang keberadaaan diri seorang individu yang begitu kecil di hadapan Tuhannya, pesan-pesan yang
mengatur hubungan seorang manusia dengan manusia lainnya serta hubungan dengan Tuhannya
sendiri. Dalam al-Qur’an bisa ditemukan perkara-perkara yang baik, benar, bermanfaat, indah, dan
memberi makna bagi kehidupan dan kematian.13 Pesan al-Qur’an sudah berbicara banyak tinggal
bagaimana seorang manusia atau penerima menangkap pesan itu.

C. Channel (Saluran)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melaui panca indera atau
menggunakan media. Komunikasi yang terjadi antara manusia dengan Tuhannya menggunakan al-
Qur’an sebagai saluran penyampai pesan-pesan Allah kepada manusia. Sementara saat manusia
berkomunikasi dengan Tuhannya maka saluran yang digunakan tidak bisa terlihat dan terdeteksi
oleh mata biasa. Saluran tersebut hanya dirasakan dan diketahui oleh manusia sebagai penerima,
sebaliknya manusia terkadang jadi penyampai atau sumber. Hal ini nampak jelas dalam proses
seorang manusia berdoa meminta sesuatu kepada Tuhannya atau pada saat shalat.

1. Journal Wahidah Suryani Volume 12 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 154-155


Secara lahiriah proses komunikasi vertikal ini tampak bersifat satu arah, namun pada
hakekatnya shalat adalah komunikasi dua arah, sebab shalat merupakan dialog lewat pujian-pujian
dan permohonan kepada-Nya. Ucapanucapan, bacaan-bacaan dan tata cara berkomunikasi (shalat)
itu sendiri telah ditentukan formatnya, dan yang menentukannya Allah sendiri lewat perintahNya
kepada Nabi Muhammad Saw tatkala melakukan perjalanan transendental yaitu Isra’ Mi’raj. Secara
makro terjadi komunikasi dua arah antara manusia dengan penciptanya, meski secara mikro yang
dirasakan oleh orang yang melaksanakan perintah shalat adalah komunikasi intra pesona (bukan
antar pesona), artinya ia bicara dengan dirinya sendiri.

D. Komunikan/Penerima Pesan

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni persona, kelompok dan
massa. Untuk komunikasi transendental lebih cenderung mengarah pada komunikasi intrapersona
dan komunikasi antarpersona. Komunikasi intrapersona adalah komunikasi yang terjadi dalam diri
individu, sedangkan komunikasi antarpersona adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau
lebih. Dalam pelaksanakan shalat, doa, dan berzikir banyak yang menganggapnya adalah komunikasi
intrapersona karena tidak nampak sosok lain yang diajak berkomunikasi, proses komunikasi
berlangsung dalam diri seorang individu tanpa melibatkan pihak lain. Sementara pendapat lain
menegaskan bahwa saat seseorang shalat, berdoa, atau berzikir ada percakapan antara manusia
dengan Tuhannya ibarat dua sosok yang berkomunikasi, jadi proses komunikasi yang terjadi itu
digolongkan komunikasi antarpersona.

Manusia yang senantiasa shalat, berzikir dan berdoa, maka hati pikiran dan perasaannya sudah
terasah untuk merasakan kehadiran Allah dalam situasi dan kondisi apapun. Percakapannya dengan
Allah bahkan tidak lagi melalui mulutnya melainkan dengan hatinya yang telah terasah tajam.
Bahkan kata ahli sufi Islam Jalaludin Rumi seperti dikutip Widowati: “Mata hati punya kemampuan
70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indera penglihatan”. Kalau batin
seseorang sudah merasa dekat dengan Allah, maka Allah tidaklah jauh darinya tetapi kedekatannya
ada di urat lehernya. Dari penjelasan di atas bisa dilihat bahwa komunikan dalam komunikasi
transendental adalah manusia. Tapi saat manusia mengeluarkan segala keluh-kesahnya kepada Allah
maka dia menjadi komunikator. Saat manusia membaca pesan-pesan Allah lewat Al-Qur’an, maka
dia adalah komunikan.

E. Effect (Hasil)

Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai
atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. Jika sikap dan tingkah laku orang lain
itu sesuai, maka berarti komunikasi itu berhasil, demikian pula sebaliknya. Menurut Deddy
Mulyana,16 keberhasilan komunikasi dengan Allah, sama dengan dengan keberhasilan komunikasi

1 Journal Wahidah Suryani Volume 12 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 156-157


dengan sesama manusia, juga ditentukan oleh ketepatan seseorang dalam mempersepsi diri sendiri:
siapakah kita, apa tujuan hidup kita di dunia, dan mau kemana kita setelah hidup ini. Seorang
manusia semakin mengenal dirinya sendiri maka akan semakin dekat dengan Allah. Batin yang telah
terasah oleh kalimat-kalimat Allah membuat tidak ada lagi tirai pembatas antara manusia dengan
Tuhannya. Seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar Bin Khattab, berkata: “Hatiku telah
melihat Tuhanku karena hijab (tirai) telah terangkat oleh taqwa. Barangsiapa yang telah terangkat
hijab (tirai) antara dirinya dan Allah, maka menjadi jelaslah di dalam hatinya akan gambaran
kerajaan bumi dan kerajaan langit”.17 Dengan ketaqwaan akan mendekatkan manusia dengan
Tuhannya. Ketaqwaan seseorang akan tercermin dalam sikapnya sehari-hari. Hatinya akan mudah
tergetar bila mendengar atau menyebut asma Allah. Selanjutnya dia akan menitikkan air mata,
bahkan menangis tersedu menyadari betapa kecil dirinya di hadapan Sang Maha Pencipta.

F. Umpan balik

Umpan balik memiliki peranan yang sangat penting, sebab dari umpan balik yang terjadi sebagai
hasil komunikasi dapat dilihat apakah kegiatan komunikasi yang sedang dilancarkan oleh
komunikator baik atau kurang. Umpan balik ada yang bersifat positif jika menyenangkan
komunikator dan negatif jika kurang menyenangkan komunikatornya. Ayat-ayat al-Qur’an berisi,
antara lain perintah-perintah dan laranganlarangan-Nya. Manusia yang mampu mempersepsi secara
akurat lambanglambang Allah lewat firman-Nya, maka dikategorikan mampu melakukan proses
komunikasi transendental yang efektif. Menurut Mulyana18 Allah sebagai mitra komunikasi tidak
mungkin mempersepsi manusia ciptaan-Nya secara keliru dan tidak mungkin memberi tanda-tanda
yang menyesatkan. Tandatanda-Nya begitu jelas, jernih, dan ada di mana-mana. Manusialah yang
harus peka mengenal dan secara tepat mempersepsi tanda-tanda-Nya. Tidak semua manusia
mampu menangkap tanda-tanda Allah sehingga umpan balik yang muncul kadang positif kadang
negatif. Kekeliruan menangkap tanda-tanda Allah ini tentu saja akibatnya fatal buat manusia, seperti
yang digambarkan dalam QS. al-A'raaf: 179. Terjemah:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai.”

Oleh karena itu, manusia harusnya lebih bisa menyimak tanda-tanda Allah baik melalui al-Qur’an
maupun melalui ayat-ayat Allah di alam semesta ini. Kemampuan itu akan menjadikan manusia
menjadi sosok yang mampu menjalani kehidupannya menjadi lebih tenang, sabar, tabah, tawakkal
dan yang pasti akan terhindar dari azab Allah.

Journal Wahidah Suryani Volume 12 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 157- 160
Proses Komunikasi

Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah proses peleburan makna dari lambang-lambang
komunikasi yang di sampaikan komunikator dan komunikan. Osgood dalam (Suryanto, 2015 : 216)
meninjau proses komunikasi dari peranan manusia dalam hal memberikan interpretasi (penafsiran)
terhadap lambang-lambang tertentu (message). Sementara itu, terkait dengan tahapan proses
komunikasi, Onong Uchjana (1993) membaginya menjadi dua tahapan, yaitu :
1. Proses Komunikasi Primer
2. Proses Komunikasi Sekunder

Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Soejanto,
2001:27). Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam
proses pengiriman, dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

1. Proses komunikasi secara premier


Komunikasi secara premier adalah proses penyampaian pikiran dan atau perassan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media premier dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan
pesan nonverbal (gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung
dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan.
2. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memkai lambang
sebagai media pertama.
Seorang Komunikator menggunkan media kedua dalam menyampaikan komunikasi karena
komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telepon, teleks, Surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklarisifikasikan sebagai media Massa (Surat kabar, televisi, radio, dsb.)1

1. Journal Mohammad Fahrizal, Lucy Pujasari Supratman. Vol.6, No.1 April 2019
Bentuk-Bentuk Komunikasi

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi intrapribadi yang artinya komunikasi yang


dilakukan kepada diri sendiri. Proses komunikasi ini terjadi dimulai dari kegiatan menerima
pesan/informasi, mengolah dan menyimpan, juga menghasilkan kembali. Contoh kegiatan yang
dilakukan pada komunikasi interpersonal adalah berdoa, bersyukur, tafakkur, berimajinasi secara
kreatif dan lain sebagainya.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi ini juga dapat diartikan
sebagai proses pertukaran makna dari orang yang saling berkomunikasi antara satu individu dengan
individu lainnya. Suatu komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila memenuhi kriteria berikut:
 Melibatkan perilaku verbal dan nonverbal
 Adanya umpan balik pribadi
 Terjadi hubungan/interaksi yang berkesinambungan
 Bersifat saling persuasif

3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok dapat diartikan sebagai tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki. Seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah. Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang dillakkan oleh beberapa
orang lain atau sekelompok orang. Contoh komunikasi kelompok antara lain kuliah, rapat, briefing,
seminar, workshop dan lain-lain. Dalam komunikasi kelompok, setiap individu yang terlibat dalam
kelompok masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok
tersebut. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota
kelompok dan bukan bersifat pribadi.

4. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi antarmanusia yang terjadi dalam hubungan


organisasi. Komunikasi organisasi merupakan proses komunikasi yang berlangsung secara formal
maupun nonformal dalam sebuah sistem yang disebut organisasi. Komunikasi organisasi sering
dijadikan sebagai objek studi sendiri karena luasnya ruang lingkup komunikasi tersebut. Pada
umumnya komunikasi organisasi membahas tentang struktur dan fungsi organisasi, hubungan
antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta budaya organisasi.

E book Anugerah Dino Bhavati, bentuk bentuk komunikasi 2014


5. Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal
yang jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Jadi, Komunikasi massa sebagai pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Ciri -ciri komunikasi massa
adalah sebagai berikut:
 Komunikator biasanya suatu lembaga media massa
 Hubungan antara komunikator dan pemirsa bukan bersifat pribadi
 Menggunakan media massa
 Mediumnya dapat digunakan oleh orang banyak
 Komunikan adalah massa, yang bersifat heterogen
 Penyebaran pesan serentak pada saat yang bersamaan
 Umpan balik bersifat tidak langsung
 Pesan yang disebarkan cendrung tidak langsung berpengaruh terhadap massa

Dari ciri -ciri tersebut komunikasi massa dapat diartikan sebagai komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah besar khalayak yang tersebar, heterogen, melalui media cetak atau elektronik
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Sedangkan komunikasi yang dilakukan melalui penggunaan media lain selain media massa
disebut komunikasi medio. Komunikasi medio biasanya menggunakan media surat, telepon, pamflet,
poster, brosur, spanduk, dan sebagainya.

Beberapa Ilmu Yang mempengaruhi Lahirnya Ilmu Komunikasi

A. Retorika
1. Ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial (abad 5 SM)
2. Negara pertama yang mengembangkan retorika adalah Yunani dipelopori oleh Georgias (480-370
SM) yang dianggap sebagai guru retorika pertama.
3. Pengembangan retorika sebagai seni dimulai ketika kaum sofis mengembara dan menyatakan
pemerintah harus berperan sebagai suara rakyat terbanyak

E book Anugerah Dino Bhavati, bentuk bentuk komunikasi 2014


Retorika menurut para pakar :
Filsafat sofisme yang dicerminkan oleh georgias berlawanan dengan para ahli sehingga menimbulkan
pendapat :
1. Protagoras (500-432 SM)
Kemahiran berbicara bukan demi kemenangan melainkan demi keindahan bahasa.
2. Socrates (469-399)
Retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya karena dengan dialog kebenaran akan
tumbuh dengan sendirinya.
3. Isocrates dan Plato
Mereka berpendapat bahwa retorika berperan bagi persiapan seseorang untuk menjadi pemimpin.

B. Jurnalistik
Ilmu komunikasi juga berasal dari aspek persuratan kabaran yakni journalism atau jurnalistik atau
jurnalisme suatu pengetahuan tentang seluk beluk pemberitaan mulai dari peliputan bahan, pengelolahan
sampai penyebaran berita.
Karena yang didasarkan surat kabar, media surat kabar itu tidak hanya informasi journalism semata maka
berkembang penyiaran pernyataan manusia tersebut menjadi mass communication.
Dalam perkembangan kemajuan teknologi komunikasi mass dianggap tidak tepat dan tidak lagi
merupakan proses yang total karena menurut penelitian yang dilakukan para pakar menunjukkan bahwa
fenomena sosial akibat terpaan media massa tidak hanya menunjukkan satu tahap melainkan melalui
beberapa tahap yang meneruskan pesan melalui media massa dari mulut ke mulut.

C. Publisistik
Sejarah publisistik di Jerman berkembang dari ilmu pers yang dikenal dengan nama zaitungwissent,
asalnya dapat ditelusuri pada abad 19 ketika surat kabar sebagai studi objek ilmiah menarik perhatian
para pakar. Lalu lahirlah relation (1609) sebagai surat kabar pertama di dunia.
Studi pers muncul dengan nama zaitungskunde di universitas bazel (swiss). Kehadiran pengetahuan surat
kabar di universitas tersebut menarik perhatian pakar sosiologi Ferdinand Tonnies (1885-1936) mengkaji
sifat mendapat umum dalam masyarakat nasa, dalam hubungan tersebut kemudian menaikkan surat kabar
menjadi ilmu dengan lainnya tahun 1925, dengan demikian publisistik bukanlah ilmu pers atau wartawan
melainkan ilmu yang dikembangkan untuk memahami segala tenaga yang mempengaruhi tindakan
khayalak.

Perintis bapak Ilmu Komunikasi


Di Amerika para cendekiawan yang dianggap oleh Willbur Scharm sebagai perintis terjadinya ilmu
komunikasi antara lain :
a. Charles H. Colley
Dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1909 yang menunjukkan analisisnya terhadap proses komunikasi
dengan pendekatan sosiologi,
b. Walter Lippmen
Membahas sebagai kapasitas sebagai wartawan,

Seperti yang telah dijelaskan bahwa ilmu komunikasi tumbuh dan berkembang dari 3 perspektif yaitu
Retorika, Jurnalistik, dan Publisistik. Dengan demikian maka studi ilmu komunikasi bukan hanya surat
kabar, bukan pula hanya media massa atau pernyataan umum melainkan komunikasi atau penyertaan
mahasiswa maka jelaslah sejarah psikologi komunikasi tidak terlepas dari 2 konsep sejarah yaitu
psikologi dan komunikasi.

Journal S.Djuarsa Sendjaja,Ph.D pengantar ilmu komunikasi 2017


DAFTAR PUSTAKA

eJournal Ilmu Komunikasi 2016, 4 (1): 239-253

Rayusdaswati Budi S.sos.,M.Si. Ilmu Komunikasi. Cet 1.2010

MS Dahlan - Jurnal Dakwah Tabligh, 2014

Muis dan Abdul Andi. (2001). Komunikasi Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya

Djamaluddin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.60

M. Quraish Shihab dkk., Sejarah dan `Ulum al-Qur`an, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2008)

M. Quraish Shihab dkk., Sejarah. h. 48

Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT. Tehazed, 2009), h. 701 6M.

Quraish Shihab dkk., Sejarah . h. 49

Mashud. (2017). Konsep Ilmu Komunikasi Dalam Al-Qur’an.  An-Nida’ : Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran
Islam,  6(1), 47-63

Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Vol. 6, No. 2, Edisi Juli-Desember 2015
Journal Wahidah Suryani Volume 12 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 154-160

Journal Mohammad Fahrizal, Lucy Pujasari Supratman. Vol.6, No.1 April 2019

E book Anugerah Dino Bhavati, bentuk bentuk komunikasi 2014

Journal S.Djuarsa Sendjaja,Ph.D pengantar ilmu komunikasi 2017

Anda mungkin juga menyukai