Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Kepemimpinan Pendidikan

Dosen Pengampuh : Dr. Ansar, M.Pd.


Tugas Individu

MENGEMBANGKAN KEPERCAYAAN

Disusun OLEH
DWI UTAMI HIDAYA NUR

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas karunia yang

telah diberikan, sehingga makalah yang berjudul “Mengembangkan Kepercayaan”

ini dapat terselesaikan,

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam proses

pengerjaan maupun ketika makalah ini telah tersusun. Oleh sebab itu, kami

mengharapkan kritik maupun saran yang membangun baik dari para pembaca

maupun dari Dosen mata kuliah yang bersangkutan. Di akhir kata, kami selaku

penyusun meminta maaf atas kekurangan dalam makalah ini karena sejatinya

kesempurnaan hanya milik Allah swt.

Wassalamu Alaikum Wr Wb.

Makassar, 27 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II Pembahasan

A. Pengertian kepercayaan

B. Tipe-tipe Kepercayaan

C. Mengembangkan Kepercayaan

BAB III Penutup

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan menyetujui tentang apa yamg perlu dilakukan dan bagaimana
melakukannya, dan proses memfasilitasi individu dan usaha kolektif untuk
menyelesaikan sasaran bersama. Dalam defenisi ini termasuk usaha tidak hanya
memengaruhi dan memfasilitasi pekerjaan sekarang dari kelompok atau
organisasi, tetapi juga untuk memastikan bahwa dipersiapkan menghadapi
tantangan masa depan. Pengaruh dapat berbentuk langsung maupun tidak
langsung. Proses memengaruhi hanya dapat menyangkut pemimpin tunggal atau
banyak pemimpin.
Suatu organisasi yang sukses ditandai oleh sumber daya manusianya yang
inovatif, terlibat dalam konflik positif dan perdebatan tentang gagasan, namun
merasakan senang dan gembira bekerja bersama. Lingkungan kerja semacam ini
baru akan tumbuh apabila terdapat komunikasi horizontal dan vertikal yang baik,
keterbukaan dan saling mempercayai diantara sumber daya manusia dalam
organisasi.
Dalam organisasi semacam ini akan tumbuh saling percaya di antara
sesama para pekerja maupun di antara pekerja dengan atasannya. Kepercayaan
bersifat timbal balik, seorang atasan apabila ingin dipercaya bawahannya, maka
dia juga harus dapat mempercayai bawahannya. Kepercayaan, atau kurangnya
kepercayaan merupakan isu yang semakin penting dalam kepemimpinan dewasa
ini. Dengan membahas kepercayaan akan memberikan beberapa pedoman untuk
membangun kredibilitas dan kepercayaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kepercayaan ?
2. Apa saja tipe-tipe kepercayaan ?
3. Bagaimana cara mengembangkan kepercayaan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kepercayaan
2. Mengetahui tipe-tipe kepercayaan
3. Mengetahui cara mengembangkan kepercayaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepercayaan
Trust atau kepercayaan adalah merupakan tingkat kepercayaan diri
seseorang dalam kata-kata dan tindakan-tindakan mereka. Dengan demikian,
apabila atasan langsung anda berbicara tentang kemungkinan merekomendasikan
anda untuk promosi, tetapi anda merasa dilakukan dengan kurang antusias, anda
mungkin akan kurang mempercayainya.
Sedangkan kepercayaan dimaknai sebagai positive expectation atau
harapan positif bahwa orang lain tidak akan bertindak opportunistically
mengambil kesempatan. Frasa positive expectation mengasumsi tentang
pengetahuan dan familiaritas atau keakraban dengan pihak lain. Kepercayaan
adalah suatu proses bergantung sejarah berdasar pada sampel pengalaman relevan
tetapi terbatas. Perlu waktu untuk membentuk, membangun secara bertahap dan
akumulatif. Kebanyakan dari kita menemukan bahwa sulit untuk mempercayai
seseorang dengan segera, apabila kita tidak tahu semua hal tentang mereka.
Apabila kita mempercayai seseorang, kita merasa aman berbagi apa yang
penting bagi kita, termasuk pemikiran, gagasan, usaha, harapan dan kepentingan
kita. Apabila orang lain mempercayai kita mereka akan melakukan hal yang sama.
Kepercayaan tidak selalu berarti setuju, tetapi sekedar bahwa kita mendengarkan,
menghormati dan menghargai apa yang dikatakan. Kenyataannya, kepercayaan
memungkinkan kita untuk tidak setuju, berdebat, dan saling menguji pemikiran
untuk menemukan gagasan dan solusi. Hubungan kerja yang baik dibangun
berdasarkan kepercayaan memungkinkan menjadi lebih baik, hasil lebih cepat dan
rendahnya stress.
Selanjutnya dikemukakan bahwa kepercayaan tidak pernah diberikan pada
orang lain secara global dan tak bersyarat. Kepercayaan selalu dihubungkan
dengan bidang spesifik keahlian atau bidang tertentu. Kepercayaan menyangkut
baik kemampuan dan kata-kata. Kita kapabel dalam bidang ini dan benar-benar
kata kita apabila kita berjanji melakukan sesuatu dalam bidang tersebut.
Kepercayaan terkadang berbeda dalam tingkatan, bahkan seperti didefenisikan
secara relative pada bidang tindakan atau perilaku. Meskipun kepercayaan bisa
berlangsung satu arah, adalah terbaik apabila bersifat timbal balik. Kepercayaan
dapat dibangun tetapi memerlukan metode dan keterampilan untuk
memfasilitasinya.
Kepercayaan adalah atribut utama berkaitan dengan kepemimpinan.
Memecahkannya akan dapat mempunyai pengaruh serius sebaliknya pada kinerja
kelompok. Sebagian tugas pemimpin adalah melanjutkan bekerja dengan orang
untuk menemukan dan mengatasi masalah, tetapi apabila pemimpin mendapatkan
akses pada pengetahuan dan pemikiran kritis yang mereka perlukan untuk
memecahkan persoalan tergantung pada seberapa besar orang mempercayai
mereka. Kepercayaan dan sifat layak dipercaya mengatur akses pemimpin pada
pengetahuan dan kerja sama. Pengikut yang mempercayai pemimpin ingin
menjadi mudah diserang pada tindakan pemimpin, yakin hak dan kepentingan
mereka tidak akan disalahgunakan.

B. Tipe Kepercayan
Greenberg dan Baron, mengungkapkan adanya dua tipe kepercayaan yang
dinamakan calculus-based trust dan identification-based trust. Calculus-based
trust merupakan bentuk kepercayaan berdasar pada keyakinan bahwa seseorang
akan berperilaku seperti dijanjikan tanpa takut mendapatkann hukuman karena
melakukan sebaliknya. Sedangkan identification-based trust didasarkan pada
keyakinan bahwa seseorang akan bertindak dengan cara yang konsisten dengan
keinginan dan harapan seseorang.
Sedikit berbeda dengan Greenberg dan Baron, Robbins mengemukakan
adanya tiga tipe kepercayaan, yaitu:
1. Deterrence-based trust, adalah kepercayaan berdasar pada ketakutan akan
pembalasan apabila kepercayaan dilanggar. Individu yang berada dalam tipe
hubungan ini melakukan apa yang mereka katakana karena mereka takut
konsekuensi dari tidak mengikuti apa yang menjadi kewajiban mereka. Tipe
kepercayaan ini hanya akan berjalan jika hukuman mungkin dapat
dijalankan, konsekuensinya jelas, dan hukuman benar-benar dijatuhkan
apabila kepercayaan dilanggar.
2. knowledge-based trust, adalah kepercayaan berdasar pada perilaku yang
dapat diduga yang datang dari sejarah interaksi. Hal ini terjadi apabila anda
mempunyai cukup informasi tentang seseorang untuk memahami mereka
cukup baik untuk dapat secara akurat memprediksi perilaku mereka. Tipe
kepercayaan ini tergantu pada informasi daripada pencegahan. Pengetahuan
pihak lain dan dapatnya diprediksi perilaku mereka menggantikan kontrak,
denda dan pengaturan legal.
3. identification-based trust, adalah kepercayaan pada saling memahami
intense dan apresiasi dari keinginan dan harapan orang lain. Tingkat
kepercayaan paling tinggi dicapai ketika terdapat hubungan emosional
antara para pihak. Hal ini memungkinkan satu pihak bertindak sebagai agen
bagi lainnya dan mengganti untuk orang tersebut dalam transaksi
interpersonal.
C. Mengembangkan Kepercayaan
Kepercayaan berkembang karena dua faktor, yaitu:
1. Beberapa orang cenderung menjadi lebih mempercayai daripada lainnya.
Mempercayai orang lain adalah merupakan variabel kepribadian. Beberapa
orang mungkin hampir tidak mempercayai, tetapi masih ada orang lain yang
sangat mempercayai orang bahkan ketika tidak dijamin, sampai pada titik
dapat dibohongi.
2. Orang mengembangkan reputasi untuk menjadi layak atau tidak layak
dipercaya. Dengan berhadapan secara langsung mereka akan membuat anda
kecewa dan menjadi tidak dipercaya. Dengan berhadapan secara langsung
mereka akan membuat anda kecewa dan menjadi tidak dipercaya. Berdasar
reputasi mereka, kita mungkin juga mempertimbangkan seseorang layak
atau tidak layak dipercaya bahkan apabila kita tidak pernah bertemu orang
tersebut. Kita semua sangat sensitif pada masalah seperti ini, dan membuat
informasi semacam ini disampaikan kepada lainnya.
Trust Propensity, kecenderungan percaya menunjukkan pada bagaimana
kemungkinan pekerja tertentu mempercayai bahwa orang lain dapat dipercaya.
Kecenderungan percaya sangat berkaitan dengan sifat kepribadian agreeableness,
menyenangkan, sementara itu orang dengan self-esteem, harga diri lebih rendah
adalah mungkin kurang mempercayai orang lain.
Kepercayaan tidak terjadi dengan segera. Kita mempercayai orang
berdasar pengamatan atas perilaku mereka setelah periode waktu tertentu.
Pemimpin perlu menunjukkan bahwa mempunyai integritas, kebajikan dan
kemampuan dalam situasi di mana kepercayaan penting. Kepercayaan juga
diperoleh dengan sekedar menunjukkan kompetensi.
Menurut Colquitt, LePine dan Wesson, kepercayaan berakar pada tiga
faktor, yaitu Disposition-based trust, Cognition-based trust dan Affect-based
trust, yang digambarkan sebagai berikut:

Trust
Disposition-Based Trust
Propensity

Trustworthiness

Ability

Benevolence Trust
Cognition-Based Trust
Integrity

Feelings toward
Affect-Based Trust Trustee
1. Disposition-based trust
Mengandung pengertian bahwa sifat kepribadian anda termasuk
kecenderungan umum untuk mempercayai orang lain. Kepercayaan ini tidak
berkaitan dengan otoritas atau wewenang tertentu dan lebih pada trustor.
Beberapa trustor adalah tinggi dalam kecenderungan mempercayai, harapan
umum bahwa kata, janji dan pernyataan individu dan kelompok dapat
disandarkan. Disatu sisi, orang yang tinggi dalam kecenderungan
mempecayai mungkin dikelabui untuk mempercayai orang yang tidak layak
dipercaya. Di sisi lain, mereka yang rendah dalam kecenderungan
mempercayai mungkin dihukum dengan tidak mempercayai seseorang yang
sebenarnya patut ditolong.
2. Cognition-based trust
Mengandung pengertian bahwa berakar dalam pengukuran rasional
dari otoritas yang layak dipercaya. Faktor ini didorong oleh rekam jejak
otoritas. Apabila rekam jejak menunjukkan bahwa otoritas layak dapat
dipercaya, kemudian sifat mudah mendapatkan serangan pada otoritas dapat
diterima. Tetapi apabila rekam jejak naik turun, maka kepercayaan mungkin
tidak dijamin. Rekam jejak otoritas mempunyai tiga dimensi yaitu:
a. Ability, dapat didefenisikan sebagai keterampilan, kompetensi dan
bidang keahlian yang memungkinkan otoritas berhasil dalam bidang
spesifik.
b. Benevolence, dapat didefenisikan sebagai keyakinan bahwa otoritas
ingin melakukan kebaikan untuk trustor, terlepas dari setiap sifat
mementingkan diri sendiri atau berpusat pada motif keuntungan.
c. Integrity, dapat didefenisikan sebagai persepsi bahwa otoritas mengikuti
pada serangkaian nilai dan prinsip bahwa trustor dapat diterima. Ketika
otoritas memiliki integritas, mereka menunjukkan karakter, mereka
memiliki intense baik dan disiplin moral yang kuat. Integritas juga
menyampaikan keselarasan antara kata-kata dan perbuatan, suatu
perasaan bahwa otoritas menjaga janji mereka, dan melakukan apa yang
mereka katakana akan mereka lakukan.
3. Affect-based trust
Mengandung pengertian bahwa tergantung pada perasaan terhadap
otoritas yang berada diluar penilaian rasional. Faktor ini lebih bersifat
emosional daripada rasional. Kita percaya karena kita mempunyai perasaan
atas orang tertentu, kita benar-benar menyukai mereka dan mempunyai
pendirian untuk mereka. Perasaan tersebut adalah apa yang mendorong kita
untuk menerima sifat mudah terkena kecaman dari orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengembangkan kepercayaan


ini adalah:

1. Trust atau kepercayaan adalah merupakan tingkat kepercayaan diri


seseorang dalam kata-kata dan tindakan-tindakan mereka. Dengan
demikian, apabila atasan langsung anda berbicara tentang kemungkinan
merekomendasikan anda untuk promosi, tetapi anda merasa dilakukan
dengan kurang antusias, anda mungkin akan kurang mempercayainya.
2. Tipe-tipe kepercayaan menurut beberapa ahli, yaitu menurut Greenberg
dan Baron, mengungkapkan adanya dua tipe kepercayaan yang dinamakan
calculus-based trust dan identification-based trust. Kemudian, sedikit
berbeda dengan Greenberg dan Baron, Robbins mengemukakan adanya
tiga tipe kepercayaan, yaitu: Deterrence-based trust, knowledge-based
trust, dan identification-based trust.
3. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kepercayaan berkembang, yaitu
beberapa orang cenderung menjadi lebih mempercayai dari lainnya dan
beberapa orang mengembangkan reputasi untuk menjadi layak atau tidak
layak dipercaya. Adapun menurut Colquitt, LePine dan Wesson
kepercayaan itu berakar pada tiga faktor yaitu Disposition-Based Trust
(Trust Propensity), Cognition-Based Trust (Ability, Benevolence, Integrity), dan
Affect-Based Trust (Feelings toward Trustee).
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo. Kepemimpinan (Pemahaman Dasar, Pandangan Konvensional,


Gagasan Kontemporer). Jakarta: PT Raja Grafindo. 2018.
Greenberg, Jerald and Robert Baron. Behavior in Organizations. Ney Jersey:
Prentice Hall. 2003.

Anda mungkin juga menyukai