Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA

PERKEMBANGAN KEPERCAYAAN PADA ORANG DEWASA

Disusun Oleh :

Kelompok 6

M. Noer Pasha Radandi (2230901372)

Shafira Atsillia Irawan (2230901380)

Klara Audi Permata Hati (2230901384)

Dosen Pengampu : Manah Rasmanah, M.Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Perkembangan Kepercayaan pada
Orang Dewasa ” dengan tepat waktu. Tentu saja kami tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu tanpa pertolongan Allah SWT.
Sholawat serta salam semoga terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik itu dari segi penyusunan, tata bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar kami dapat membuat makalah ini jadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan serta
peningkatan ilmu pengetahuan di bidang Psikologi Agama.

Palembang, 31 Oktober 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Kepercayaan......................................................................................3
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan...........................................4
C. Pembagian Masa Dewasa.....................................................................................5
D. Macam-Macam Kebutuhan Manusia.................................................................6
E. Ciri-Ciri Perilaku Orang Dewasa dan Karakteristik Keagamaan..................8
F. Cara Penanaman Nilai-Nilai Ajaran Agama Pada Orang Dewasa..................9
PENUTUP......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
Daftar Pustaka...............................................................................................................12

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang eksploratif dan potensial. Dikatakan
mahluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut sebagai
mahluk potensial, karena pada diri manusia tesimpan sejumlah kemampuan
bawaan yang dapat dikembangkan. Manusia disebut juga memiliki prinsip tanpa
daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan
bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk
bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan
yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakikatnya
diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan
sebagai potensi bawaannya. Karena itu, bimbingan yang tidak searah dengan
potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagaimana pengertian kepercayaan ?
2. Jelaskan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan ?
3. Jelaskan bagaimana pembagian masa dewasa ?
4. Jelaskan macam-macam kebutuhan manusia ?
5. Jelaskan ciri-ciri perilaku orang dewasa dan karakteristik keagamaan ?
6. Jelaskan bagaimana cara penanaman nilai-nilai ajaran agama pada orang
dewasa ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepercayaan.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan.
3. Untuk mengetahui pembagian masa dewasa.
4. Untuk mengetahui macam-macam kebutuhan manusia.

1
5. Untuk mengetahui ciri-ciri perilaku orang dewasa dan karakteristik
keagamaannya.
6. Untuk mengetahui bagaimana cara penanaman nilai-nilai ajaran agama pada
orang dewasa.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepercayaan
Menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepercayaan
didefinisikan sebagai harapan dan keyakinan seseorang terhadap kejujuran,
kebaikan, dan kesetiaan orang lain. Dalam istilah yang sama, kepercayaan
diartikan sebagai sikap di mana seseorang merasa tahu dan yakin bahwa
pendiriannya yang dianggap benar, dan sikap tersebut diungkapkan kepada
orang lain. Karena kepercayaan bersifat sebagai sikap individu atau pribadi,
penting untuk dicatat bahwa kebenaran dari sikap tersebut tidak dapat dijamin,
dan kepercayaan merupakan suatu pola pikir dari individu tanpa adanya
intervensi dari pihak lain.
Menurut Rousseau, kepercayaan merujuk pada ranah psikologi individu,
di mana setiap manusia memiliki pandangan yang unik. Dalam kerangka
psikologis ini, seseorang akan memberikan perhatian khusus kepada orang lain
melalui proses penerimaan dan pemberian. Adapun kepercayaan menurut Fowler
adalaha kepercayaan yang dinamis. Kepercyaan mencakup konstruksi aktif atas
keyakinan dan komitmen maupun sikap pasif dalam menerimanya. Kepercayaan
mencakup segala ekspresi religius eksplisit dan seluruh pembentukan
kepercayaan, dan juga segala cara untuk menemukan dan mengarahkan diri pada
koherensi dalam lingkungan yang paling akhir, namun yang tidak bersifat
religius.
Fowler mengutip arti kepercayaan dipupuk oleh dua sumber inspirasi.
Pertama, fenomenologi Niebhur yang mengarahkan perhatian kita pada
dinamika kepercayaan manusia yang dibentuk dan dirasakan dalam hubungan
tradisi. Di dalam semua hubungan tersebut ‘ rasa percaya’ dan ‘setia’ diperdalam
dan diperkuat dalam upaya bersama untuk mempercayakan dan menegrahkan
diri pada suatu pusat nilai dan kekuasaan yang melampaui kuasa manusia.
Menurut Fowler fenomenologi ini ‘konfensional’, karena kepercayaan yang
diuraikan menurut perspektif suatu kelompok beriman tertentu yang terikat pada
tradisi kepercayaan konfensionalnya. W. Cantwell Smith berpendapat bahwa
sepanjang sejarahnya bangsa manusia selalu menyadari akan adanya

3
transendensi dan senantiasa mencari kebenaran paling akhir yang dapat
mencakup seluruh eksistensi manusia. Kepercayaan akan yang transenden selalu
diwarnai dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi dan budaya yang terbatas.
Oleh karena itu, semua agama sangat berbeda menurut bentuk ekspresi
konkretnya masing-masing.
Kesimpulan dari definisi tokoh-tokoh di atas adalah bahwa kepercayaan
merupakan keyakinan atau pandangan yang dipegang oleh individu atau
kelompok. Ini dapat berupa komitmen dalam bentuk perkataan, janji, pernyataan
lisan, atau tertulis dari individu atau kelompok, yang memiliki potensi untuk
mewujudkan aspirasi mereka. Ketika seseorang telah mengakui sesuatu sebagai
kepercayaan, harapannya adalah bahwa apa yang diyakininya akan terwujud
untuk keuntungan dirinya sendiri.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan


Faktor yang mempengaruhi kepercayaan menurut Job dan Putnam, ada dua
yaitu:

1. Faktor Rasional memiliki sifat yang strategis dan kalkulatif, melibatkan


pertimbangan terhadap pandangan orang lain yang dianggap dapat
diandalkan. Faktor ini juga mencakup kepercayaan kepada individu lain
yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus, sehingga dapat dianggap
sebagai orang yang dapat dipercaya. Pada dasarnya, kepercayaan awal
berasal dari pemikiran yang rasional atau berdasarkan akal, dan oleh karena
itu, membentuk asumsi atau keyakinan sebelum mempercayai seseorang.
Dalam konteks ini, langkah awal untuk mempercayai orang lain adalah
memberikan informasi yang dapat menghasilkan pengetahuan.
2. Faktor Relasional, yang juga sering disebut sebagai faktor afektif atau
moralistik, merujuk pada kepercayaan yang berakar pada perilaku etis yang
baik dan sopan, serta telah terbukti melalui tindakan terhadap orang lain.
Kepercayaan ini didasarkan pada nilai-nilai yang diakui oleh suatu
komunitas, muncul dari keyakinan dalam hati, dan bertujuan untuk mencapai
kepentingan bersama. Komunitas ini sangat hati-hati dalam pertimbangannya
sebelum memberikan kepercayaan kepada seseorang dan tidak

4
memberikannya hanya kepada satu individu. Teori relasional menjelaskan
bahwa kepercayaan adalah sesuatu yang tumbuh dan terbentuk melalui
budaya serta berkaitan erat dengan keyakinan individu.

C. Pembagian Masa Dewasa


Setelah melewati masa remaja, berakhir pula gejolak emosional yang
sering menandai periode pertumbuhan tersebut. Oleh karena itu, ketika
seseorang telah melewati masa remaja, mereka biasanya mencapai kedamaian
batin, kebijaksanaan, dan keyakinan yang kuat, baik dalam aspek positif maupun
negatif (Zakiah Daradjat, 2003: 162). Secara umum, ketika seseorang mencapai
usia dewasa, mereka telah mengumpulkan banyak pengetahuan dan pengalaman
melalui interaksi dengan dunia kerja, masyarakat, dan pernikahan. Dalam
menghadapi berbagai tantangan ini, ada yang mampu mengatasi mereka dengan
sukses, sementara yang lain mungkin mengalami kegagalan. Kegagalan yang
dialami oleh orang dewasa dianggap sebagai bagian alami dari perjalanan hidup.
Menurut Charloto (2002), ketika seseorang mencapai usia dewasa,
mereka telah mengemban kewajiban dan telah mencapai pemahaman yang
mendalam tentang tujuan hidup mereka. Dengan kata lain, di usia dewasa,
seseorang telah menyadari nilai-nilai yang mereka anut dan berkomitmen untuk
mempertahankannya. Selain itu, pada tahap ini, seseorang juga telah menetapkan
identitas yang jelas dan memiliki kepribadian yang mantap.

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:

1. Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult);


2. Masa Dewasa Madi (Midle Adulthood);
3. Masa Usia Lanjut (Masa Tua/Older Adult)

Terkait hal itu adapun pembagian masa dewasa menurut Lewin Sherril :

1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memiliki arah hidup
yang akan diambil dengan menghadapi godaan dengan berbagai kemungkinan
pilihan.

5
2. Masa dewasa tengah, Pada tahap ini, seseorang mulai menghadapi
beragam tantangan kehidupan sambil memperkuat posisi mereka dan
merumuskan pandangan hidup untuk menghadapi realitas yang tak terduga.
Dengan demikian, mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih matang
tentang hidup, yang dapat menjadi landasan kuat untuk mengambil keputusan
dengan konsistensi.
3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah pasrah. Pada masa ini minat
dan kegiatan kurang beragama, yang mana hidup menjadi tidak rumit dan
berpusat dengan hal yang sungguh-sungguh berarti.

Erik Erikson mengemukakan secara garis besar terdapat tiga tahapan


perkembangan dari sudut pandangan psikososial yaitu:

1. Pertama, masa dewasa muda (18-40 tahun)


2. Kedua, masa dewasa pertengahan (14-60 tahun)
3. Ketiga, masa dewasa dini (60 tahun ke atas)
Dengan demikian pendapat dari Erikson berarti masa usia dewasa adalah:

1. Masa deasa awal, dini atau muda yaitu dimulai dari usia +/- 18-40 tahun.
2. Masa dewasa madia atau menengah dimulai dari usia 40-60 tahun,
selanjutnya usia 60 tahun ke atas termasuk usia lanjut.

D. Macam-Macam Kebutuhan Manusia


J.P Guilford membagi kebutuhan manusia dalam tiga kelompok kebutuhan,
yaitu:
1. Kebutuhan Individual
Kebutuhan individual yang terdiri dari :
a. Homeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungan. Dengan adanya perimbangan
ini maka tubuh akan tetap berada dalam keadaan mantab, stabil, dan
harmonis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan tubuh akan zat, protein,
air, garam, mineral, vitamin, oksigen, dan lainnya.
b. Regulasi temperature, yaitu penyesuaian tubuh dalam usaha
mengatasi kebutuhan akan perubahan temperature badan. Pusat

6
pengaturannya berada di bagian otak yang disebut hypothalamus.
Gangguan regulasi temperatur akan menyebabkan tubuh mengalami
ketidak stabilan.
c. Tidur, yaitu kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi agar terhindar
dari gejala halusinasi.
d. Lapar, yaitu kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk
membangkitkan energi tubuh sebagai organis. Lapar akan
menyebabkan gangguan pada fisik maupun mental.
e. Seks, yaitu salah satu kebutuhan yang timbul dari dorongan untuk
mempertahankan keturunan. Sigmund Freud menganggap kebutuhan
ini sebagai kebutuhan vital pada setiap manusia. Terutama pada masa
remaja, kebutuhan ini sangat dominan pada diri seseorang sehingga
sering menimbulkan akibat-akibat negative.
2. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial manusia tidak dipengaruhi oleh factor yang datang dari
luar dirinya seperti layaknya pada binatang, namun kebutuhan sosial
pada manusia lebih berbentuk nilai-nilai sosial. Jadi kebutuhan ini tidak
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan biologis tetapi lebih untuk
memenuhi kebutuhan psikis. Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford
yaitu:
a. Kebutuhan akan pujian dan hinaan.
b. Kebutuhan akan kekuasaan dan mengalah.
c. Kebutuhan untuk hidup bergaul dengan orang lain.
d. Kebutuhan untuk melakukan imitasi dan simpati.
e. Kebutuhan untuk mendapatkan perhatian.
3. Kebutuhan Manusia Akan Agama
Selain berbagai macam kebutuhan diatas masih ada lagi kebutuhan
manusia yang sangat perlu diperhatikan, yaitu kebutuhan terhadap
agama. Manusia disebut sebagai mahluk yang beragama (homo relegius).
Ahamad Yamani mengemukakan bahwa tatkala Allah membekali
manusia dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberiNya pula rasa
bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

7
sekitarnya sebagai perimbangan dari rasa takut terhadap keganasan dan
dahsyatnya kekuatan alam. Hal inilah yang mendorong manusia untuk
mencari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di
saat yang mengkhawatirkan kehidupan mereka. Dalam ajaran agama
Islam bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan oleh karena
manusia sebagai mahluk Tuhan dengan berbagai fitrah yang dibawa
sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap
agama. Hasan Langgulung mengatakan: “salah satu cirri fitrah manusia
ialah: manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain manusia
itu dari asalnya mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu
sebagaian dari fitrahnya”.

E. Ciri-Ciri Perilaku Orang Dewasa dan Karakteristik Keagamaan


Perilaku dewasa mencakup sejumlah ciri-ciri yang mencerminkan kedewasaan
seseorang. Berikut beberapa ciri perilaku dewasa yang umum:
1. Menemukan Kepribadian
Hal ini akan menemukan kemampuan, kelebihan, dan kekurangan diri serta
sudah mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
2. Bertanggung Jawab
Dapat membedakan hidup yang benar dan salah atau yang diperbolehkan
atau dilarang dan sudah bisa mengambil keputusan serta tidak mudah
tergoda oleh orang lain.
3. Menerima Kritik dan Saran
Memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar
sehingga membuka diri atas kritikan maupun saran dari orang lain.
4. Mengendalikan Emosi
Orang yang dapat mengendalikan emosinya maka orang tersebut sudah
matang dalam kepribadiannya atau mampu mengendalikan perasaannya.
5. Mempunyai Tujuan Hidup yang Jelas
Orang dewasa yang matang dalam melaksanakan tugasnya senantiasa
berorientasi pada tujuan yang ingin dicapainya.
6. Penyesuaian yang Realisitis

8
Orang dewasa yang matang memiliki ciri yang fleksibel dan dapat
menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataaan yang dihadapinya dalam
situasi baru.
Dengan kata lain kita bisa melihat ciri-ciri kematangan orang dewasa tersebut
bisa dari sudut pandang usia, tetapi belum tentu dewasa dari sudut psikisnya.

Ciri-ciri Perilaku Keagamaan Pada Usia Dewasa

Pada tahap ini, sesuai dengan perkembangan usianya, Jalaludin (2021)


mengemukakan bahwa karakteristik sikap keagamaan pada orang dewasa
meliputi:

1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang


matang, bukan sekedar ikut-ikutan;
2. Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku;
3. Bersikap postif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan;
4. Tingkat ketaatan beragama atas dasar pertimbangan dan tanggung jawab diri
sehingga sikap keberagamaan merupakan relisasi dari sikap hidup;
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas;
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama bukan saja atas pertimbangan pikiran, melainkan didasarkan atas
pertimbangan hati nurani;
7. Sikap keberagamaan cenderung terlihat ketika adanya pengaruh kepribadian
dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang
diyakininya;
8. Melihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan
sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi keagamaan lebih
intens.

F. Cara Penanaman Nilai-Nilai Ajaran Agama Pada Orang Dewasa


Menanamkan nilai-niali ajaran agama pada usia dewasa dapat kita lakukan dari
melihat aktivitas keagamaan yang dilaksanakan setiap harinya dalam rangka

9
untuk meningkatkan pengalaman dan ajaran agama bagi mereka, yang dimaksud
dengan aktivitas keagamaan adalah suatu pengetahuan yang diperolehnya
dengan pengamatan sendiri serta pengalaman sendiri.
Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, aktivitas tersebut disebut sebagai
pedoman pengikat yang terdiri dari:
1. Ikatan Akidah
Merupakan pembinaan akan kepercayaan terhadap tuhan dan rukun Iman
yang lain.
2. Ikatan Spiritua
Merupakan pembinaan terhadap ibadah diajarkan tentang kebaikan, haram,
dan halal, pengikatan dengan Al-Qur’an dan pengikatan dengan zikir kepada
Allah Swt.
3. Ikatan Sosial
Mengikat dasar-dasar kejiwaan yang mulia, memelihara hak orang lain dan
terikat tata karma kemasyarakatan.

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Rousseau, kepercayaan merujuk pada ranah psikologi individu, di
mana setiap manusia memiliki pandangan yang unik. Dalam kerangka psikologis
ini, seseorang akan memberikan perhatian khusus kepada orang lain melalui
proses penerimaan dan pemberian. Faktor yang mempengaruhi kepercayaan ada
yaitu faktor rasional memiliki sifat yang strategis dan kalkulatif, melibatkan
pertimbangan terhadap pandangan orang lain yang dianggap dapat diandalkan
dan faktor relasional, yang juga sering disebut sebagai faktor afektif atau
moralistik, merujuk pada kepercayaan yang berakar pada perilaku etis yang baik
dan sopan, serta telah terbukti melalui tindakan terhadap orang lain.

B. Saran
Untuk membantu perkembangan kepercayaan pada masa orang dewasa, dapat
mengambil beberapa tindakan yaitu dengan terus belajar dan meningkatkan
pengetahuan tentang berbagai topik yang penting dalam hidup dan
pertimbangkan untuk mengambil kursus atau mendalami minat dan hobi yang
dinikmati.

11
Daftar Pustaka

Alex sobur, “Psikologi Umum Dalam Lintasan sejarah”, (Bandung Pustaka setia,
2013), Hlm, 50

Guilford, J. P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. Third edition.


Tokyo: Mc.Graw Hill, Kogakusha Company. Ltd.

Jalaludin. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Kutipan Job dan Putnam dalam Jurnal Taufik Abdullah, “Agama Dan Perubahan
Sosial”, (Jakarta: Rajawali Pers, 1983), Hlm, 50.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”


(Jakarta: Balai Pustaka, 2008),Hlm, 542.

Wahab, Rohmanila. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai