M U D A

B E R K A R A KT E R
INTERPROFESIONAL EDUCATION-COLABORATION

UNISM

UNISM. AC.ID
 M U D A
UNIVERSITAS SARI MULIA B E R K A R A KT E R
Jl. Pramuka No. 02, Banjarmasin INTERPROFESIONAL EDUCATION-COLABORATION

UNISM Departement of Pediatric Nursing

KEPERAWATAN HIV-AIDS
VIROLOGI, TRANSMISI, & RESIKO PENULARAN HIV AIDS
Paul Joae Brett Nito, S.Kep., Ns., M.Kep
Nursing, Health Faculty
Sari Mulia University
 MUDA
BERKARAKTER

UNISM. AC.ID
 MUDA
BERKARAKTER

UNISM. AC.ID
 MUDA
BERKARAKTER

UNISM. AC.ID
 MUDA
BERKARAKTER

CAPAIAN PEMBELAJARAN

• Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan aspek klinis HIV-AIDS

UNISM. AC.ID
 MUDA
BERKARAKTER

OUTLINE

• Virologi HIV AIDS

• Transmisi HIV AIDS
• Resiko Penularan HIV AIDS
• Pencegahan Penularan HIV AIDS
• Pengobatan HIV AIDS

UNISM. AC.ID
 MUDA
BERKARAKTER

VIROLOGI HIV AIDS

UNISM. AC.ID
 VIROLOGI HIV AIDS
HIV & AIDS
HIV HIV & AIDS
U
N Human Immunodeficiency Virus (HIV)
I Retrovirus yang menginfeksi sel dan AIDS
S sistem imun, yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency
M kerusakan progresif pada sistem Syndrome (AIDS). Merupakan tahap
. kekebalan tubuh manusia. akhir dari HIV. Kondisi tubuh telah
A terinfeksi berbagai penyakit, karena
C menurunnya kekebalan tubuh akibat
. infeksi virus HIV.
I
D

VIROLOGI HIV AIDS

 VIROLOGI HIV AIDS
VIROLOGI HIV

U Family: Retroviridae
N
I
S
M Genus: Lentivirus
.
A
C Spesies: HIV-1, HIV-2
.
I
D

VIROLOGI HIV AIDS

 VIROLOGI HIV AIDS
VIROLOGI HIV

U Family: Retroviridae
N
I Retrovirus, termasuk virus RNA dengan berat molekul 9.7 kb
(kilobase). Virus RNA ini mampu membuat DNA dari RNA dengan
S pertolongan enzim reserve transcription yang kemudian disisipkan
M dalam DNA sel hospes sebagai mesin genetik, sehingga virus mampu
. untuk menggunakan mesin replikatif sel hospes menjadi sel malignant.
A
C
.
I
Genus: Lentivirus
D Lentivirus mempunyai sifat dapat menyebabkan infeksi laten,
mempunyai efek sitopatik yang cepat, perkembangan penyakit lama
dan dapat fatal.
VIROLOGI HIV AIDS
 VIROLOGI HIV AIDS
STRUKTUR HIV

U Virion HIV berbentuk sferis dan

N memiliki inti berbentuk kerucut
I dikelilingi oleh selubung lipid yang
S
M
berasal dari membran sel hospes.
. Inti virus mengandung protein
A kapsid terbesar yaitu p24, protein
C nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA
.
I
genom, dan tiga enzim virus yaitu
D protease, reverse transcriptase
dan integrase .
VIROLOGI HIV AIDS
 VIROLOGI HIV AIDS
STRUKTUR HIV

U Perangkat untaian RNA HIV, tiap

N untaian memiliki Sembilan genes
I
S (gag, pol, vif, vpr, vpu, env, rev,
M tat, nef) yang mengatur proses
.
A
reproduksi virus. RNA diliputi oleh
C kapsul berbentuk kerucut terdiri
. atas sekitar 2000 kopi p24 protein
I
D virus. Dikelilingi oleh kapsid
selubung virus (envelope).
VIROLOGI HIV AIDS
 VIROLOGI HIV AIDS
STRUKTUR HIV

U Genom HIV mengandung gen env yang

N mengkode selubung glikoprotein, gen
I gag yang mengkode protein core yang
S terdiri dari protein p17 dan p24 dan
M gen pol yang mengkode beberapa enzim
.
A
yaitu: reserve transcriptase, integrase
C dan protease. Enzim – enzim tersebut
. dibutuhkan dalam proses replikasi.
I Partikel HIV terdiri atas inner core yang
D mengandung 2 untai DNA identik yang
dikelilingi oleh selubung fosfolipid.
VIROLOGI HIV AIDS
 VIROLOGI HIV AIDS
STRUKTUR HIV

U HIV memiliki tonjolan eksternal

N yang dibentuk oleh dua protein
I
S utama envelope (selubung virus):
M
.
1. gp120 (luar), memiliki afinitas
A tinggi terhadap reseptor CD4,
C
.
bertanggungjawab pada awal
I interaksi dengan sel target.
D
2. gp41 (transmembran), proses
internalisasi atau adsorpsi.
VIROLOGI HIV AIDS
 VIROLOGI HIV AIDS
STRUKTUR HIV

U Selubung virus terdiri atas dua

N lapisan lipid. Masing - masing subunit
I selubung virus terdiri atas dua non-
S kovalen rangkaian protein membrane
M glycoprotein 120 (gp120),protein
.
A
membran luar, dan glycoprotein 41
C (gp41). Kedua glikoprotein tersebut
. adalah bagian paling infeksius dari
I HIV dan berperan dalam perlekatan
D virus dengan sel hospes pada proses
infeksi.
VIROLOGI HIV AIDS
 VIROLOGI HIV AIDS
STRUKTUR HIV

U Fungsi enzim HIV :

N
I 1. Reserve transcriptase, membalik
S dan merubah struktur RNA.
M
. 2. Integrase (endonuklease) enzim
A yang menyatukan RNA virus dengan
C DNA manusia
.
I 3. Protease. Enzim yang strukturnya
D protein fungsinya adalah membantu
mengikat dan membentuk virus baru
VIROLOGI HIV AIDS
 VIROLOGI HIV AIDS
HIV-Sistem Immun-CD4
HIV menyerang sistem imun
U untuk berkembangbiak. Sistem
N imun yang diserang adalah sel
T, yaitu CD4
I
S
M CD 4 adalah marker/ penanda yang berada
.
dipermukaan sel darah putih, terutama
limfosit. CD4 yang berkurang menunjukkan
A
berkurangnya sel darah putih (limfosit). Sel
C darah putih (limfosit) berperan dalam
. memerangi infeksi yang masuk ke dalam
I tubuh. Normalnya CD4 berkisar antara
D 1400-1500.

VIROLOGI HIV AIDS

 VIROLOGI HIV AIDS
PROSES KERJA HIV

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

VIROLOGI HIV AIDS: PROSES KERJA HIV

 VIROLOGI HIV AIDS
STADIUM HIV (WHO)

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

VIROLOGI HIV AIDS: STADIUM HIV (WHO)

 VIROLOGI HIV AIDS
PERKEMBANGAN PENYAKIT

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D
Virus HIV sudah ada didalam Daya tahan tubuh masih mampu mengatasi serangan infeksi bakteri/ virus lain, hasil test Adanya berbagai jenis infeksi
tubuh & dapat menularkan. positif. Selanjutnya Sel darah putih rusak secara progresif oleh HIV. Sistem kekebalan oportunis (radang paru, jamur, dll)
Hasil tes negatif. tubuh mulai lemah dan muncul penyakit disertai pembesaran kelenjar limfe. hingga menyebabkan kematian.

VIROLOGI HIV AIDS: PERKEMBANGAN PENYAKIT

 VIROLOGI HIV AIDS
TAHAPAN INFEKSI

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D
HIV-AIDS
VIROLOGI HIV AIDS: TAHAPAN INFEKSI
 MUDA
BERKARAKTER

TRANSMISI HIV AIDS

UNISM. AC.ID
 TRANSMISI HIV AIDS

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

TRANSMISI HIV AIDS

 TRANSMISI HIV AIDS

U Hubungan Seksual (Cairan sperma, vagina)

N Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang
I paling umum ditemukan. Virus dapat ditularkan
S dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada
M mitra seksualnya (pria ke wanita, wanita ke pria,
. pria ke pria) melalui hubungan seksual tanpa
A pengaman (kondom), aktivitas seksual: oral seks,
C anal seks.
.
I
D

TRANSMISI HIV AIDS

 TRANSMISI HIV AIDS

Perinatal
U Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari
N ibunya, penularan melalui ibu kepada anaknya.
I Transmisi vertikal dapat terjadi secara transplasental,
S antepartum, maupun postpartum. Mekanisme
M transmisi intauterin diperkirakan melalui plasenta.
.
Transmisi intrapartum terjadi akibat adanya lesi pada
A
kulit atau mukosa bayi atau tertelannya darah ibu
selama proses kelahiran. Transmisi postpartum dapat
C juga melalui ASI yakni pada usia bayi menyusui, pola
. pemberian ASI, kesehatan payudara ibu, dan adanya lesi
I pada mulut bayi.
D

TRANSMISI HIV AIDS

 TRANSMISI HIV AIDS

Penggunaan jarum suntik

U
N
Penggunaan alat – alat yang sudah dikotori
I darah (secara bergantian) seperti jarum suntik
S (jarum suntik penggunaan narkoba), jarum tato,
M tindik, dan sebagainya.
.
A
C
.
I
D

TRANSMISI HIV AIDS

 TRANSMISI HIV AIDS

Petugas Kesehatan
U
N Petugas kesehatan mempunyai resiko terkena
I HIV AIDS yang disebabkan kecelakaan kerja
S
M
ataupun ketidak patuhan dalam penggunaan
. APD. Seperti: tertusuk jarum suntik.
A
C
.
I
D

TRANSMISI HIV AIDS

 TRANSMISI HIV AIDS

Parenteral
U
N Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah
I atau produk darah, atau melalui transfusi organ
S
M
(donor organ).
.
A
C
.
I
D

TRANSMISI HIV AIDS

 NON-TRANSMISI HIV AIDS

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

NON-TRANSMISI HIV AIDS

 MUDA
BERKARAKTER

RESIKO PENULARAN HIV AIDS

& PENCEGAHAN PENULARAN

UNISM. AC.ID
 RESIKO PENULARAN HIV AIDS
1. Seks bebas
2. Memiliki penyakit menular seksual
U
N 3. Berbagi jarum suntik yang sama
I
S
4. Menerima transfuse darah, transplantasi organ
M
.
5. Menjalani prosedur medis yang tidak steril
A 6. Mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum pada petugas
C
. kesehatan
I
D

RESIKO PENULARAN HIV AIDS

 RESIKO PENULARAN HIV AIDS
(KELOMPOK BERESIKO)

1. Pengguna NAPZA
U 2. Pekerja seks
N
I 3. Narapidana
S
M 4. Gay/ biseksual
.
A 5. Transgender
C
.
I
D

RESIKO PENULARAN HIV AIDS: KELOMPOK BERESIKO

 PENCEGAHAN PENULARAN HIV AIDS

U
N
I
S
M
.
A
C
.
/ Equipment
I
D

PENCEGAHAN PENULARAN HIV AIDS

 PENCEGAHAN PENULARAN HIV AIDS

Mengkonsumsi Pre-exposure prophylaxis (PrEP)

U • PrEP adalah penggunaan obat-obatan untuk mencegah penyakit
N
I pada orang yang belum pernah terpapar dengan agen penyebab
S penyakit. Diberikan untuk orang yang berisiko tinggi terkena HIV,
M
.
seperti orang yang berpasangan dengan orang positif HIV.
A
C
.
I
D

PENCEGAHAN PENULARAN HIV AIDS

 MUDA
BERKARAKTER

PEMERIKSAAN &
PENGOBATAN HIV AIDS

UNISM. AC.ID
 PEMERIKSAAN HIV AIDS
TANDA CURIGA HIV AIDS

U
• Kehilangan BB > 10%
N
I • Demam terus menerus > 1 bulan
S • Limfadenopati meluas
M • Diare terus menerus selama 1 bulan
. • Infeksi berbagai jamur
A
C • Nyeri kepala tanpa tahu penyebab
.
I
D
• Kejang demam

PEMERIKSAAN: TANDA CURIGA HIV AIDS

 TES HIV AIDS
KAPAN HARUS TES?

U • Sebelum menikah
N
I • Ibu Hamil
S
M • Jika pasien: TB, hepatitis, IMS, bayi dari
ibu HIV +
. • Korban Pemerkosaan
A • Kandidat donor transfusi/ organ
C
. • Pelaku kejahatan seksual
I
• Kecelakaan kerja: tertusuk jarum
D

TES HIV AIDS: KAPAN HARUS TES?

 TES HIV AIDS
JENIS TES ANTIBODI HIV AIDS

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D
Tes antibodi adalah jenis pemeriksaan
untuk mendeteksi antiodi HIV dalam darah.
TES HIV AIDS: JENIS TES ANTIBODI HIV AIDS
 ALUR PEMERIKSAAN HIV AIDS
ALUR PEMERIKSAAN HIV AIDS

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

ALUR PEMERIKSAAN HIV AIDS

 INTERPRETASI TES HIV AIDS
INTERPRETASI TES HIV AIDS

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

INTERPRETASI TES HIV AIDS

 TINDAK LANJUT TES HIV AIDS
TINDAK LANJUT TES HIV AIDS

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

TINDAK LANJUT TES HIV AIDS

 PENGOBATAN HIV AIDS
• Terapi/ pengobatan untuk HIV adalah antiretroviral therapy (ART). ART
merupakan kombinasi obat yang WAJIB dikonsumsi penderita HIV setiap hari
(TIDAK BOLEH TERLEWAT).
U • ART tidak mampu menyembuhkan, namun dapat menurunkan resiko
N penularan dan memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga menekan
I kejadian infeksi.
S • Efek samping yang mungkin muncul: mual muntah, diare, sulit tidur, mulut
M kering, nyeri kepala, ruam.
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 TUJUAN ART
• Menekan perkembangbiakan virus
• Memperbaiki fungsi imunnologis
U • Mengurangi komplikasi HIV dan meningkatkan survival (kualitas
N hidup)
I
S • Mengurangi penularan HIV pada orang lain
M • Mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit yang menyertai HIV
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 PENGOBATAN HIV AIDS
• HAART: Highly Affective Anti-Retro Viral Therapy: jika CD4  200 - 350
cells/mm3
• HAART kombinasi 3 tipe ART
U • RTI’s (Reverse Transcriptase Inhibitors): Zidovudine (AZT/ZDV), Didanosine
N (DDI), Zalcitabine (DDC), Stavudine (D4T), Lamivudine (3TC)
I
S • NNRTI’s (Non-Nucleoside RTI’S) : Delavirdine, Nevirapine, Efavirenz
M • Protease Inhibitors: Indinavir, Ritonavir
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 KELOMPOK OBAT ART

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 KELOMPOK OBAT ART

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 KELOMPOK OBAT ART

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 KELOMPOK OBAT ART

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 OBAT ART
YANG TERSEDIA DI INDONESIA

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 PANDUAN OBAT ART
SESUAI PEDOMAN DI INDONESIA

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 PANDUAN OBAT ART
SESUAI PEDOMAN DI INDONESIA

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 PANDUAN OBAT ART
SESUAI PEDOMAN DI INDONESIA
Lini pertama yang dianjurkan pada pasien BAYI

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 PANDUAN OBAT ART
SESUAI PEDOMAN DI INDONESIA
Lini pertama yang dianjurkan pada pasien ANAK

Panduan ARV Lini Pertama pada Anak < 3 tahun

U
N
I Panduan ARV Lini Pertama pada Anak usia 3-10 tahun
S
M
.
A
C Panduan ARV Lini Pertama pada Anak Remaja
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 PANDUAN OBAT ART
SESUAI PEDOMAN DI INDONESIA
Lini pertama yang dianjurkan pada pasien yang belum pernah mendapat terapi ART

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 PERTIMBANGAN PEMILIHAN ART
• Neviparine dimulai dengan dosis 200 mg tiap 24 jam selama 14 hari
pertama dengan lini pertama.
U
• Bila tidak ditemukan tanda toksisitas hati, dosis dinaikkan menjadi 200
N mg setiap 12 jam pada hari ke-15 dan selanjutnya.
I • Dosis rendah pada awal terapi elama 2 minggu berfungsi untuk
S
M
menginduksi metabolisme dan mengurangi resiko terjadinya ruam dan
. hepatitis.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 KAPAN MEMULAI TERAPI OBAT ART

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 SUPPORT

U
N
I
S
M
.
A
C
.
I
D

PENGOBATAN HIV AIDS

 MUDA
BERKARAKTER

QUOTE

UNISM. AC.ID
 MUDA
BERKARAKTER

REFERENSI
• Praptoraharjo I, Pudjiati SR, Perwira I, Sempulur S, Suharni M, Hersumpana; Dewi EH. (2016).
Kebijakan dan Program HIV dan AIDS dalam Sistem Kesehatan di Indonesia. Pusat Kebijakan dan
Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PKMK FK UGM). Yogyakarta:
INSISTPress.
• World Health Organization. (2016). Global Health Sector Strategy on HIV 2016–2021 Towards Ending
AIDS. WHO.
• Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS Nasional. (2015). Strategi & Rencana Aksi Nasional 2015-2019:
Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. KPAN.
• CDC. HIV transmission along the continuum of care—United States, 2016. MMWR 2019;68(11);267-72.
• CDC. HIV infection, risk, prevention, and testing behaviors among men who have sex with men—
national HIV behavioral surveillance, 23 U.S. cities, 2017 pdf icon[PDFV– 1 MB]. HIV Surveillance Special
Report 2019;22.
• Hahn A, Hinz R, Meyer T, Loderstädt U, Herchenröder O, Meyer CG, Schwarz NG, Frickmann H (2018).
HIV prevention strategies and risk of infection: a model-basedVanalysis. Epidemiology and Infection
146, 1015–1025. https://doi.org/ 10.1017/S0950268818000845

UNISM. AC.ID
 M U D A
B E R K A R A KT E R
INTERPROFESIONAL EDUCATION-COLABORATION

UNISM

UNISM. AC.ID