Anda di halaman 1dari 56

437

BAB 32

Sel-Sel Darah Meralr-,


Ane mia, dan Polisitemia

Dalam bab ini, kita akan mulai membahas d-sel dqrahl


dan sel-sel pada.ristenz *olo"ofo7 dan sistem lim{stik:
Pertama-tama akan kita bahas fungsi sel darah morah,
yang merupakan sel darah terbanyak dan diperlukan
untak menghantarkao oksigen ke jaringan. '

Sel-$el Darah Merah {Eritrosit}


Fungsi utama sel darah rrrerah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah'pengang-
kutan hemoglobit, yang selanjutnya meagangkut oksigen dari paru-paru ke jarirgaa
Pada beberapa hewan tingkat rendah, hemoglobin beredar sebagai protein bebas da-
lam plasma dan tidak,terlcringkung'di dalam sel darah fircrah. Jika hemoglotjia terbe-
bas dalam plasma manrisia, kira-kira 3 persen dari hemoglobintersebut bocsr melalui
,membran kapiler urasuk ke dalam ruang jaringan atau melalui membran glomerulus
ginjal masuk ke dalam filtrat glomertlus setiap:kali darah melervati kapiler Oleh ka-
.rena i{u, agar heitoglcbin tetap berada dalam aliran darah manusia, hemoglobin harus
tetap berada di dalam sel darah merah.
Selain mengangkut hemoglobin, sel darah merah juga mer,apunyai fungsi lain.
Confohnya, se1 tersebut mengand*ng sejumlah besar karbanik anhidrnse, suatu en-
nw ya*g mengatalisis reaksi reversibel antara karbon dioksida {COr) daa air untuk
membentuk asam karbonat {H'CO.,}, yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi.ini
,betrerapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah dapat meng-
angkut sejumlah besar CO, dalam benruk: ion bikarbsnat (HCO.-) dari jaringan ke
paru-paru. Di paru-paru, ion tersebut diubab,kenrbali menjadi CO,dan dikeluarkan
ke dalam atmosfer sebagai.produk limbah rubuh. Hemoglobin yangierdapat di datam
,sel merupakar dapgxa3am-basayangbaik (seperti halnya pada kebanyakanprotei*),
sehingga sel darah merah bertanggungjawab untuk sebagian besar daya dapar asam-
.basa seluruh darah.

Bentuk don Ukurqn Sel-Sel Dqrah Merqh. Sel darah merah nornal, yang tarn"
pak pada Gambar 32-3, berbentuk lempeng bikonkaf dengan diarneter rata rata kira.
kira 7,8 mikrometer dan dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian yang palgrg
tebal serta 1 mikrometer atau kurang di bagian tengahnya. Volume ffita4ata.sel darah
srerah adalah 90 sampai 95 mikrometer kubik.
Bentuk sel darah merah dapat berubah-utrah ketika sel. berjalaa melewati kapi.
ler. Sesungguhnya, sel darah merah merupakal suatu "kantnng" yang dapat diubah
menjadi berbagai bentuk. Selanjutny4 karena sel yang normal mempunyai kelebihan
membran sel unhrk menampung banyak zat di dalamnya, maka perubaJran bentuk tadi

439
440 UNIT Vl Se/-Se/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

tidak akan meregangkan membran secara hebat, dan se-


bagai akibatnya, sel tidak akan mengalami ruptur, seperli 2.100
q,
yang terjadi pada banyak sel lainnya. o
L--
o15
Konsentrosi Sel-Sel Doroh Meroh dolom Doroh. 6En
Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per OJU
milimeter kubik adalah 5.200.000 (+ 300.000); pada l!
-otr
wanita nomal, 4.700.000 (* 300.000). Orang yang ting-
-)
gal di dataran tinggi mempunyai jumlah sel darah merah 0
yang lebih besar. Hal ini akan dibicarakan kemudian. 0 5101520 30 4A s0 60 70
Umur (tahun)
Jumloh Hemoglobin dolom Sel. Sei-sel darah merah
mampu mengonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel GAMBAR 32-1. Kecepatan relatif produksi sel darah merah di
sampai sekitar 34 gram per iCC mililiter sel. Konsentrasi sumsum bermacam-macam tulang pada berbagai usia.
ini tak akan melebihi nilai tersebut, karena nilai ini meru-
pakan batas metabolik mekanisme pembentukan hemo-
globin sel. Selanjutnya, pada orang normal, persentase
hemoglobin hampir selalu mendekati nilai maksimum vertebra, sternum, rusuk, dan ilium. Bahkan dalam tu-
dalam setiap sel. Namun, bila pembentukan hemoglobin lang-tulang ini, sumsum tuiang menjadi kurang produktif
dalam sumsum tulang berkurang, persentase hemoglobin
seiring dengan bertambahnya usia.
dalam sel dapat turun sampai di bawah nilai tersebut, dan
volume sel darah merah juga dapat menurun karena jum- Pembentukan Sel Darah
lah hemoglobin yang mengisi sel menjadi berkurang.
Bila hematokrit (persentase sel dalam darah-normal-
Sel Siem Hemotopoietik Pluripoien, Penginduksi
Perlumbuhon, don Penginduksi Diferensiosi. Sel
nya 40 sampai 45 persen) dan jumlah hemoglobin dalam
darah memulai kehidupannya di dalam sumsum tulang
masing-masing sel bernilai normal, maka seluruh darah
dari suatu tipe sel yang disebut sel ste m hematopoietik plu-
seorang priarata-rata mengandung l5 gram hemoglobin
ripoten, yang merupakan asal dari semua sel dalam darah
per 100 mililiter sel; pada wanita rata-rata mengandung
sirkul as i. G ambar 3 2 -2 memp erlihatkan urutan pembel ah -
14 gramper 100 mililiter sel.
an sel-sel pluripoten untuk membentuk berbagai sel darah
Seperti dalam pembahasan Bab 40 y ang berhubungan
sirkulasi. Sewaktu sel-sel darah ini bereproduksi, ada se-
dengan transpor oksigen, setiap gram hemoglobin murni
bagian kecil dari sel-sel ini yang bertahan persis seperti
mampu berikatan dengan 1,34 mililiter oksigen. Oleh
sel-sel pluripoten asalnya dan disimpan dalam sumsum
karena itu, pada seorang pria normal, jumlah maksimum
tulang guna mempertahankan suplai sel-sel darah terse-
sebanyak kira-kira 20 mililiter oksigen dapat dibawa
but, walaupun jumlahnya berkurang seiring dengan per-
dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin per 100 mili-
tambahan usia. Sebagian besar sel-sel yang direproduksi
liter darah, dan pada wanita normal, oksigen yang dapat
akan berdiferensiasi untuk membentuk sel-sel tipe lain
diangkut sebesar 19 mililiter.
yang diperlihatkan pada Gambar 32-2 sebelah kanan. Sel
yang berada pada tahap pertengahan sangat mirip dengan
Produksi Sel-Sel Darah Merah sel stem pluripoten, walaupun sel-sel ini telah membentuk
suatu jalur khusus pembelahan sel dan disebut commited
Doerqh-Doerqh Tubuh yong Memproduksi Sel stem cells.
Doroh Meroh. Dalam minggu-minggu pertama kehidup- Berbagai commited stem cells, bila ditumbuhkan da-
an embrio, sel-sel darah, merah primitif yang berinti di- lam biakan, akan menghasilkan koloni tipe sel darah yang
produksi dt yolk sac.'Selama pertengahan trimester masa spesifik. Suatu commited stem cells yang menghasilkan
gestasi, hati dianggap sebagai organ utama untuk mem- eritrosit disebut unit pembentuk koloni eritrosit, dan sing-
produksi sel-sel darah merah, namun terdapat juga sel-sel katan CFU-E digunakan untuk menandai jenis sel stem
darah merah dalam jumlah cukup banyak yang diproduksi ini. Demikian pula, unit yang membentuk koloni granulo-
di limpa dan kelenjar limfe. Lalu kira-kira selama bulan sit dan monosit ditandai dengan singkatan CFU-GM, dan
terakhir kehamilan dan sesudah lahir, sel-sel darah merah seterusnya.
hanya diproduksi di sumsum tulang. PerLumbuhan dan reproduksi berbagai sel stem diatur
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 32-1, pada oleh bermacam-macam protein yang disebut penginduksi
dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi pertumbuhan Telah dikemukakan empat penginduksi per-
sel darah merah sampai seseorang berusia 5 tahun; tetapi tumbuhan yang utama dan masing-masing memiliki ciri
sumsum tulang panjang, kecuali bagian proksimal hu- khas tersendiri. Salah satunya adalah interleukin-3, yang
merus dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak mem- memulai perlumbuhan dan reproduksi hampir semua je-
produksi sel-sel darah merah setelah berusia kurang lebih nis commited stem cells yang berbeda-beda, sedangkan
20 tahun. Setelah usia ini, kebanyakan sel darah merah yang lain hanya menginduksi peftumbuhan pada tipe-tipe
diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti sel yang spesifik.
BAB 32 Se/-Se/ Darah Merah, Anemia, dan Polisitemia 441

Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan sel darah merah yang matur. Sel-sel generasi pertama ini
dan bukan memicu diferensiasi sel-sel. Diferensiasi sel disebut basofil eritroblas sebab dapat dipulas dengan zat
adalah fungsi dari rangkaian protein yang lain, yang dise- wama basa; sel yang terdapat pada tahap ini mengum-
buI penginduksi diferensiasr. Masing-masing protein ini pulkan sedikit sekali hemoglobin. Pada generasi berikut-
akan menghasilkan satu tipe commited stem cel/s untuk nya, seperti yang tampak pada Gambar 32-3, sel sudah
berdiferensiasi sebanyak satu langkah atau lebih menuju dipenuhi oleh hemoglobin s.ampai konsentrasi sekitar 34
ke sel darah dewasa bentuk akhir. persen, nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa akhimya
Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan pengin- diabsorbsi atau didorong keluar dari sel. Pada saat yang
duksi diferensiasi itu sendiri dikendalikan oleh faktor-fak- sama, retikulum endoplasma direabsorbsi. Sel pada tahap
tor di luar sumsum tulang. Contohnya, pada eritrosit (sel ini disebut retikulosit karena masih mengandung sejum-
darah merah), paparan darah dengan oksigen yang ren- lah kecil materi basofilik, yaitu terdiri dari sisa-sisa apa-
dah dalam waktu yang lama akan mengakibatkan induksi ratus Golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma
pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam lainnya. Selama tahap retikulosit ini, sel-sel berjalan dari
jumlah yang sangat banyak, seperti yang akan dibicara- sumsum tulang masuk ke dalam kapiler darah dengan cara
kan kemudian dalam bab ini. Pada sel darah putih, penya- diapedes is (terperas melalui pori-pori membran kapiler).
kit infeksi akan menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi, Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit normal-
dan akhirnya pembentukan sel darah putih tipe tertentu nya akan menghilang dalam waktu I sampai 2 hari, dan
yang diperlukan untuk memberantas setiap infeksi. sel kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hi-
dup retikulosit ini pendek, maka konsentrasinya di antara
Tahap-Tahap Diferensiasi semua sel darah merah normalnya sedikit kurang dari I
Sel Darah Merah persen.
Sel pertama yang dapat dikenali sebagai bagian dari rang-
kaian sel darah merah adalah proeritroblas, yang tampak Pengaturan Produksi Sel Darah Merah-
pada permulaan Gambar 32-3. Dengan rangsangan yang Peran Edtropoietin
sesuai, sejumlah besar sel ini dibentuk dari sel-sel stem Jumlah total sel darah merah dalam sistem sirkulasi diatur
CFU-8. dalam kisaran batas yang kecil, sehingga (l) sejumlah sel-
Begitu proeritroblas ini terbentuk, maka ia akan mem- sel darah merah yang adekuat selalu tersedia untuk meng-
bblah beberapa kali, sampai akhirnya membentuk banyak angkut oksigen yang cukup dari paru-paru ke jaringan,

rW*W-*Eri'lrosi'[
| (Unit nembentuk (Unit pembentuk
I koloni-blas)
.-$, w
koloni-eritrosit)
Granulosit

qwry"+w (Neutrofil)

W{n*t
(Eosinofil)
(Basofil)

PHSC CFUS CFU-GM


(Sel stem (Unit pembentuk pembentuk koloni-
hematopoielik koloni-limpa) monosit) Makrosit

w* CFU-M
(Unit pembentuk koloni-
megakariosit)
Megakariosil

i
Trornbosit

* Limfosit-T

PHSC
W LSC
(Sel stem limfoid)
---*Limfosit€
GAMBAR 32-2. Pembentukan ber-
bagai sel darah yang bebeda-beda
dari sel stem hematopoietik plui-
poten asal (PHSC) dalam sumsum
tulang. Lihat Sis,pan Gambar Ber-
wama
442 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

PEMBENTUKAN SDM

Proeritroblas

I
w W&a:

{ -e&:e*
Eritroblas
basofil

I
W 1..;' ''..,.-'

Anemia hipokromik

Eritroblas
polikromatofil
rw "e--i":
'":',
mikrositik Anemia sel sabit

t
Eritroblas
odokromatik

*
w
Retikulosit tffi
*"
I W*
Eritrosit
ffiW Eritroblastosis fetalis

GAMBAR 32-3. Pembentukan sel darah merah (SDM), dan karakteristik set darah merah dalam berbagai tipe anemia. Lihat Sisipan
Gambar Berwarna

namun (2) sel-sel tersebut tidak rnenjadi berlimpah ruah se- Oksigenosi Joringon Adoloh Pengotur Utqmo
hingga aliran darah tidak terhambat. Hal-hal yang kita ke- Produksi Sel Doroh Meroh. Setiap keadaan yang me-
tahui tentang mekanisme pengaturan ini diperlihatkan pada nyebabkan penurunan transportasi sejumlah oksigen ke
Gambar 32-4 dan dalam pembahasan sebagai berikut. jaringan biasanya akan meningkatkan kecepatan produksi
sel darah merah. Jadi, bila seseorang rnenjadi begitu ane-
mis akibat adanya perdarahan atau kondisi lainnya, maka
sumsum tulang segera memulai produksi sejumlah besar
Sel stem hematopoietik
sel darah merah. Selain itu, bila terjadi kerusakan pada
Ginjal A sebagian besar sumsum tulang akibat sebab apapun, ter-
''4.- {'"--**tu'
t* Proeritroblas
utama oleh terapi dengan sinar-x, akan mengakibatkan
rr:*:*"":: :7 ::::"i::1 hiperplasia sumsum tulang yang tersisa, dalam usahanya
l'Eritropoietin
*-*;e*::*^:::*:L
1 i
qn
untuk memenuhi kebutuhan sel darah merah dalam tubuh.
i.'
#: Sel darah merah Di dataranyang sangat tinggi, dengan jumlah oksigen
*
Menurun ?". dalam udara yang sangat rendah, oksigen dalam jumlah
av,
n*
yang tidak cukup itu diangkut ke jaringan, dan produksi
*
sel darah merah sangat meningkat. Dalam hal ini, bukan
konsentrasi sel darah merah dalam darah yang mengatur
,ftn
.4' produksi sel, melainkan jumlah oksigen yang diangkut ke
&
Menurun jaringan dalam hubungannya dengan kebutuhan jaringan
$ akan oksigen.
)
fi
Berbagai penyakit pada sistem sirkulasi yang menye-
Faktor-faktor babkan penurunan aliran darah melalui pembuluh darah
yang menurunkan oksigenasi perjfer, dan terutama yang dapat menyebabkan kegagalan
1. Volume darah yang rendah penyerapan oksigen oleh darah sewaktu meiewati paru-
2. Anemia paru, dapat juga meningkatkan kecepatan produksi sel
3. Hemoglobin yang rendah darah merah. Hal ini tampak jelas terutama pada keadaan
4. Aliran darah yang kurang
gagal jantung yang lama, dan pada kebanyakan penyakit
5. Penyakit paru
paru,karenahipoksia jaringan yang timbul akibat keadaan
ini akan meningkatkan produksi sel darah rnerah, dengan
GAMBAR 32-4. Fungsi mekanisme eritropoietin untuk mening-
katkan produksi sel darah merah ketika oksigenasi jaringan ber-
hasil akhir berupa kenaikan hematokrit dan biasanyajuga
kurang. akan meningkatkan volume darah total.
BAB 32 Se/-Se/ Darah Merah, Anemia, dan polisitemia 443

Erilropoietin Merongsong Produksi Sel Doroh kut oksigen dalam jumlah yang memadai ke jaringan wa-
Merqh, don Pembentukonnyo Meningkot Sebo- laupun kadar oksigennya rendah; pada saat ini, kecepat-
goi Respons Terhodop Hipoksio. Stimulus utama an produksi eritropoietin menurun sampai kadar tertentu
yang dapat merangsang produksi sel darah merah dalam yang akan mempertahankan jumlah sel darah merah yang
keadaan oksigen yang rendah adalahhormon dalam sirku- dibutuhkan, namun tidak sampai berlebihan.
lasi yang disebut eritropoietin, yaitu suafu glikoprotein Bila tidak ada eritropoietin, sumsum tulang hanya
dengan berat molekul kira-kira 34.000, Tanpa adanya eri- membentuk sedikit sel darah merah. pada keadaan lain
tropoietin, keadaan hipoksia tidak akan berpengaruh atau yang ekstrem, bila jumlah eritropoietin yang terbentuk
pengaruhnya sedikit sekali dalam perangsangan produksi sangat banyak, dan jika tersedia sejumlah besar zat besi
sel darah merah. Akan tetapi, bila sistem eritropoietin ini dan zat nutrisi lainny a yang diperlukan, maka kecepatan
berfungsi, maka hipoksia akan menimbulkan peningkatan produksi sel darah merah dapat meningkat sampai sepuluh
produksi eritropoietin yang nyata, dan eritropoietin selan- kali lipat atau lebih dibandingkan keadaan normal. Oleh
jutnya akan memperkuat produksi sel darah merah sampai karena itu, mekanisme eritropoietin dalam pengaturan pro-
hipoksia mereda. duksi sel darah merah merupakan suatu mekanisme yang
kuat.
Peran Ginjal dalam Pembentukan Eritropoietin.
Pada orang normal, kira-kira 90 persen dari seluruh eritro-
poietin dibentuk dalam ginjal; sisanya terutama dibentuk Pematangan Sel Darah Merah-
di hati. Bagian ginjal tempat pembentukan eritropoietin Kebutuhan Vitamin B'
masih belum diketahui dengan pasti. Ada suatu kemung- (Sianokobalamin) dan Asam Folat
kinan yang cukup kuat bahwa eritropoietin disekresi oleh Karena adatya kebutuhan yang berkesinambungan untuk
sel epitel tubulus renal, karena darah yang anemis tidak memenuhi sel darah merah, maka sel eritropoietik sum-
mampu menghantarkan cukup oksigen dari kapiler peri- sum tulang merupakan salah satu sei yang tumbuh dan
tubulus ke sel tubulus yang sangat banyak mengonsumsi bereproduksi paling cepat di seluruh tubuh. Oleh karena
oksigen, sehingga merangsang produksi eritropoietin. itu, seperli yang diperkirakan, pematangan dan kecepatan
Kadang-kadang, keadaan hipoksia di bagian tubuh produksinya sangat dipengaruhi oleh status nutrisi sese-
lainnya, tetapi bukan di ginjal, akan merangsang sekresi orang.
eritropoietin ginjal, Hal ini menunjukkan bahwa mungkin Dua vitamin yang khususnya penting untuk pematang-
terdapat beberapa sensor di luar ginjal yang mengirimkan an akhir sel darah merah adalah, vitamin 8,, dan asam
sinyal tambahan ke ginjal untuk memproduksi hormon folat. Keduanya penting untuk sintesis DNAkarena ma-
tersebut. Khususnya, baik norepinefrin maupun epinefrin sing-masing vitamin dengan cara yang berbeda dibutuh-
serta beberapa prostaglandin akan merangsang produksi kan untuk pembentukan timidin trifosfat, yaitu salah satu
eritropoietin. zat pembangun esensial DNA. Oleh karena itu, kurang-
Bila kedua ginjal seseorang diangkat atau rusak akibat nya vitamin B,, atau asam folat dapat menyebabkan ab-
penyakit ginjal, maka orang tersebut akan menjadi sangat normalitas dan pengurangan DNA dan akibatnya adalah,
anemis, sebab 10 persen eritropoietin normal yang diben- kegagalan pematangan inti dan pembelahan sel. Selanjut-
tuk di jaringan lain (terutama di hati) hanya cukup menye- nya, sel-sel eritroblastik pada sumsum tulang, selain gagal
diakan sepertiga sampai setengah dari produksi sel darah berproliferasi secara cepat, akan menghasilkan sel darah
merah yang diperlukan oleh tubuh. merah yang lebih besar dari normal, disebut makrosit, dan
sel itu sendiri mempunyai membran yang sangat lemah
Pengaruh Eritropoietin dalam Pembentukan dan seringkali berbentuk tidak teratur, besar, dan oval ber-
Sel-Sel Darah Merah. Bila kita menempatkan seekor beda dengan bentuk lempeng bikonkaf yang biasa. Sel
binatang atau seseorang dalam atmosfer yang kadar oksi- yang berbentuk kurang baik ini, setelah masuk dalam
gennya rendah, eritropoietin akan mulai dibentuk dalam darah sirkulasi, mampu mengangkut oksigen secara nor-
beberapa menit samfai beberapa jam, dan produksinya mal, akan tetapi kerapuhannya menyebabkan sel tersebut
mencapai maksimum dalam waktu 24 jam. Namun, ham- memiliki masa hidup yang pendek, yakni setengah sam-
pir tidak dijumpai adanya sel darah merah baru dalam pai sepertiga normal. Oleh karena itu, dikatakan bahwa
sirkulasi darah sampai 5 hari kemudian. Berdasarkan defisiensi vitamin B,. atau asam folat dapat menyebabkan
fakta ini, dan penelitian lain, sudah dapat ditentukan kegagalan pematangan dalam proses eritropoiesis.
bahwa pengaruh utama eritropoietin adalah merangsang
produksi proeritroblas dari sel stem hematopoietik di Kegogolon Pemotongon Sel Akiboi Buruknyo
sumsum tulang. Selain itu, begitu proeritroblas terbentuk, Absorpsi Vitomin B,r-Anemio pernisioso. pe-
maka eritropoietin juga menyebabkan sel-sel ini dengan nyebab umum kegagalan pematangan adalah adanya
cepat melalui berbagai tahap eritroblastik ketimbang pada kegagalan untuk mengabsorbsi vitamin B,, dari trak-
keadaan normal. Hal tersebut akan lebih mempercepat tus gastrointestinal. Hal ini sering terjadi pada penyakit
produksi sel darah merah yang baru. Cepatnya produk- anemia pernisiosa, dengan dasar kelainan berupa atrofi
si sel ini terus berlangsung selama orang tersebut tetap mukosa lambung, yang gagal menghasilkan sekret lam-
dalam keadaan oksigen rendah, atau sampai jumlah sel bung normal. Sel-sel parietal pada kelenjar lambung me-
darah merah yang telah terbentuk cukup untuk mengang- nyekresi glikoprotein yang disebut faktor intrinsik, yang
444 UNIT VI Se/-Sel Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

bergabung dengan vitamin B,, dari makanan, sehingga


CHr
8,, dapat diabsorpsi oleh usus. Hal tersebut dapat terjadi
il H
dengan cara berikut (l) Faktor intrinsik berikatan erat de-
ngan vitamin B,r. Dalam keadaan terikat, B,, terlindungi
CH c
dari pencernaan oleh sekret gastrointestinal. (2) Masih /* cH:cH2
dalam keadaan terika! faktor-faktor intrinsik akan berikat-
an dengan reseptor khusus yang terletak di brush border
membran sel mukosa di ileum. (3) Kemudian, vitamin
HC CH
B,, diangkut ke dalam darah selama beberapa jam beri-
kutnya melalui proses pinositosis, yang mengangkut fak-
tor intrinsik bersama vitamin melewati membran. Oleh
karena itu, kekurangan faktor intrinsik akan menyebab-
kan kurangnya ketersediaan vitamin B,, akibat kelainan
absorbsi vitamin tersebut. C
Begitu vitamin B,, sudah diabsorbsi dari traktus gastro- cHz H CHr
intestinal, maka vitamin ini akan disimpan dalam jumlah
yang besar di hati dan kemudian dilepaskan secara lam-
I
CHr
t-
cH-
bat sesuai kebutuhan sumsum tulang. Jumlah minimum
vitamin Brz yang dibutuhkan setiap hari untuk menjaga
t-
cooH
t-
cooH
supaya pematangan sel darah merah tetap normal hanya
sebesar I sampai 3 mikrogram, dan yang disimpan di hati Polipeptida
dan jaringan tubuh lainnya kira-kira 1000 kali jumlah ini. (rantai hemoglobin-o atau B)
Jadi, untuk menimbulkan anemia akibat kegagalan pema*
tangan dibutuhkan gangguan absorpsi B,, selama 3 sam- GAMBAR 32$. Struktur dasar molekul hemoglobin, memper-
lihatkan satu dafi empat rantai heme yang beikatan bersama-
pai 4 tahun.
sama untuk membentuk molekul hemqlobin.

Kegogolon Pemolongon yqng Disebobkqn oleh


Defisiensi Asom Folol (Asom Pteroilglutomot).
Asam folat adalah bahan normal yang ditemukan pada kan sel darah merah. Oleh karena itu, ketika retikulosit
sayuran hijau, buah-buahan tertentu, dan daging (teruta- meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran
ma hati). Namun, bahan ini mudah rusak selama makanan darah, retikulosit tetap membentuk sejumlah kecil hemo-
dimasak. Selain itu, pada orang-orang dengan kelainan globin satu hari sesudah dan seterusnya sampai sel terse-
absorpsi gastrointestinal, misalnya sering mengalami but menjadi eritrosit yang matur.
penyakit usus halus yang disebut sprze (sariawan usus), Gambar 32-5 memperlihatkan tahap dasar kimiawi
seringkali mengalami kesulitan yang serius dalam meng- pembentukan hemoglobin. Mula-mula, suksinil-KoA,
absorbsi asam folat maupun vitamin B,r. Oleh karena itu, yang dibentuk dalam siklus Krebs seperti yang dijelas-
sebagian besar kegagalan maturasi disebabkan adanya de- kan di Bab 67, berikatan dengan glisin untuk membentuk
fisiensi absorpsi asam folat dan vitamin B,rdi usus. molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk
membentuk protoporfirin IX, yang kemudian bergabung
dengan besi untuk membentuk molekul heme. AV,himya,
Pembentukan Hemoglobin
setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida
Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan ber- panjang, yaitu globinyang disentesis oleh ribosom, mom-
lanjut bahkan dalam stadium retikulosit pada pembentu- bentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut ranfai

A P

I I
c c
II il
l. 2suksinil-KoA+2glisin # HC CH

N
ll. 4 pirol+ protoporfirin lX H
lll. protoporfirin lX + Fe** +heme (pirol)

lV. heme + polipeptida ----> rantai hemoglobin (ct atau B)


V. 2 rantai ct + 2 rantai F. * hemoglobin A
GAMBAR 324. Pembentukan hemoglobin.
BAB 32 Se/-Se/ Darah Merah, Anemia, dan Polisitemia 445

hemoglobin (Gambar 32-6). Tiaptiap rantai mempunyai carakan lebih rinci di Bab 40 dalam kaitannya dengan
berat molekul kira-kira 16.000; empat rantai ini selanjut- pernapasan, karena fungsi utama hemoglobin dalam tu-
nya akan berikatan longgar satu sama lain untuk memben- buh adalah bergabung dengan oksigen dalam paru dan ke-
tuk molekul hemoglobin yang lengkap. mudian melepaskan oksigen ini di dalam kapiler jaringan
Terdapat beberapa variasi kecil di berbagai rantai sub- perifer yang tekanan gas oksigennya jauh lebih rendah
unit hemoglobin, bergantung pada susunan asam amino di daripada di paru-paru.
bagian polipeptidanya. Tipe-tipe rantai itu disebut rantai Oksigen tidak bergabung dengan dua ikatan positif
alfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk besi dalam molekul hemoglobin. Malahan, berikatan se-
hemoglobin yang paling umum pada orang dewasa, yaitu cara longgar dengan salah satu ikatan yang disebut ikatan
hemoglobin A. merupakan kombinasi dari dua rantai alfa koordinasi atom besi. Ikatan ini begitu longgarnya sehing-
dan dua rantai beta. Hemoglobin A mempunyai berat mo- ga gabungan tersebut bersifat sangat reversibel. Selanjut-
lekul 64.458. nya, oksigen diangkut ke jaringan bukan dalam bentuk
Karena setiap rantai hemoglobin mempunyai sebuah ion melainkan dalam bentuk molekul (yang terdiri dari
gugus prostetik heme yang mengandung satu atom besi, dua atom oksigen), yang karena longgarnya dan sangat
dan karena adanya empat rantai hemoglobin di setiap mo- reversibel, oksigen dilepaskan ke dalam cairan jaringan
lekul hemoglobin, kita dapat menemukan adanya empat dalam bentuk molekul, dan bukan dalam bentuk ion.
atom besi di setiap molekul hemoglobin; setiap atom ini
dapat berikatan longgar dengan satu molekul oksigen, se-
hingga empat molekul oksigen (atau delapan atom oksi-
Metabolisme Besi
gen) dapat diangkut oleh setiap molekul hemoglobin. Karena besi tidak hanya penting untuk pembentukan
Tipe rantai hemoglobin pada molekul hemoglobin hemoglobin namun juga untuk elemen penting lainnya
menentukan afinitas ikatan hemoglobin terhadap oksigen. (contohnya, mioglobin, sitokrom, sitokrom oksidase, pe-
Abnormalitas rantai ini dapat mengubah ciri-ciri fisik roksidase, katalase), kita harus mengerti cara besi ini di-
molekul hemoglobin. Contohnya, pada anemia sel sabit, gunakan di dalam tubuh.
asam amino valin digantikan oleh asam glutamat pada Jumlah total besi rata-rata dalam tubuh sebesar 4 sam-
satu titik, masing-masing di kedua rantai beta. Jika tipe pai 5 gram, dan kira-kira 65 persennya dijumpai dalam
hemoglobin ini terpapar dengan oksigen berkadar ren- bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persennya dalam bentuk
dah, akan terbentuk kristal panjang di dalam sel-sel darah mioglobin, I persen dalam bentuk variasi senyawa heme
merah yang panjangnya kadang-kadang mencapai l5 mi- yang memicu oksidasi intrasel,0,l persen bergabung de-
krometer. Hal ini membuat sel-sel tersebut hampir tidak ngan protein transferin dalam plasma darah, dan 15 sam-
mungkin melewati kapiler-kapiler kecil, dan ujung kristal pai 30 persen disimpan untuk penggunaan selanjutnya ter-
tersebut yang tajam cenderung merobek membran sel, se- utama di sistem retikuloendotelial dan sel parenkim hati,
hingga terjadi anemia sel sabit. khususnya dalam bentuk feritin.

Kombinosi Hemoglobin dengon Oksigen. Gam- Pengongkulon don Penyimponon Besi. Pengang-
baran paling penting dari molekul hemoglobin adalah kutan, penyimpanan, dan metabolisme besi dalam tubuh
kemampuannya untuk dapat berikatan secara longgar dan diilustrasikan pada Gambar 32-7 dan dapat dijelaskan se-
reversibel dengan oksigen. Kemampuan ini akan dibi- bagai berikut: Ketika besi diabsorbsi dari usus halus, besi

Bilirubin (dieksk19_si)

Fe yang diekskresi
-0,6 mg per hari GAMBAR 32-7. Pengangkutan besi dan meta-
bolismenya.
446 UNIT Vl Se/-Se/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

tersebut segera bergabung di dalam plasma darah dengan mengalir melalui duktus biliaris ke dalam duodenum. Di
beta globulin, yakni apotransferin, untuk membentuk tempat ini, apotransferin berikatan dengan besi bebas dan
transferin, yang selanjutnya diangkut dalam plasma. Besi juga dengan senyawa besi tertentu seperti hemoglobin
ini berikatan secara longgar di dalam transferin dan, aki- dan mioglobin dari daging, yaitu dua sumber besi terpen-
batnya, dapat dilepaskan ke setiap sel jaringan di setiap ting dalam diet. Kombinasi ini disebut transferin. Kombi-
tempat dalam tubuh. Kelebihan besi dalam darah disim- nasi ini selanjutnya tertarik dan berikatan dengan reseptor
pan terutama di hepatosit hati dan sedikit di sel retikulo- pada membran sel epitel usus. Kemudian, dengan carapi-
endotelial sumsum tulang. nositosis, molekul transferin yang membawa besi bersa-
Dalam sitoplasma sel, besi ini bergabung terutama manya, akan diabsorbsi ke dalam sel epitel dan kemudian
dengan suatu protein, yakni apoferitin, untuk memben- dilepaskan ke dalam kapiler darah yang berada di bawah
tu,kferitin. Apoferitin mempunyai berat molekul kira-kira sel ini dalam bentuk transferin plasma.
460.000, dan berbagai jumlah besi dapat bergabung da- Absorbsi besi dari usus berlangsung sangat lambat,
lam bentuk kelompok radikal besi dengan molekul besar dengan kecepatan maksimum hanya beberapa miligram
ini; oleh karena itu, feritin mungkin hanya mengandung per hari. Ini berarti bahwa meskipun dalam makanan ter-
sedikit besi atau bahkan sejumlah besar besi. Besi yang dapat sejumlah besar besi, hanya sebagian kecil saja yang
disimpan sebagai feritin ini disebut besi cadangan. dapat diabsorbsi.
Di tempat penyimpanan, terdapat besi yang disimpan
dalam jumlah yang lebih sedikit dan bersifat sangat tidak Pengoluron Jumloh Totol Besi Tubuh dengon
larut, disebut hemosiderin. Hal ini terjadi bilajumlah total Mengotur Kecepoion Absorbsi. Bila tubuh men-
besi dalam tubuh melebihi jumlah yang dapat ditampung
jadi jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin di
oleh tempat penyimpanan apoferitin. Hemosiderin mem- tempat cadangan besi sudah terikat dengan besi, kecepat-
bentuk kelompok besar dalam sel yang dapat dilihat secara an absorbsi besi tambahan dari traktus intestinalis akan
mikroskopis sebagai partikel besar. Sebaliknya, partikel sangat menurun. Sebaliknya, bila cadangan besi sangat
feritin begitu kecil dan tersebar sehingga biasanya hanya berkurang, maka kecepatan absorbsinya akan bertambah,
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. mungkin sampai lima kali atau lebih dibandingkan ke-
Bila jumlah besi dalam plasma sangat rendah, be- cepatan normal. Jadi, jumlah total besi dalam tubuh diatur
berapa besi yang terdapat di tempat penyimpanan feritin terutama dengan mengubah kecepatan absorbsinya.
dilepaskan dengan mudah dan diangkut dalam bentuk
transferin di dalam plasma ke area tubuh yang membu- Masa Hidup dan Penghancuran
tuhkan. Karakteristik unik dari molekul transferin adalah, Sel Darah Merah
bahwa molekul ini berikatan erat dengan reseptor pada
membran sel eritroblas di sumsum tulang. Selanjutnya, Ketika sel darah merah dihantarkan dari sumsum tulang
bersama dengan besi yang terikat, transferin masuk ke masuk ke dalam sistem sirkulasi, sel tersebut normal-
dalam eritroblas dengan cara endositosis. Di dalam eritro- nya akan bersirkulasi rata-rata selama 120 hari sebelum
blas, transferin melepaskan besi secara langsung ke mito- dihancurkan. Walaupun sel darah merah yang matur ti-
kondria, tempat heme disintesis. Pada orang-orang yang dak mempunyai inti, mitokondria, atau retikulum endo-
tidak mempunyai transferin dalam jumlah cukup di dalam plasma, sel tersebut mempunyai enzim-enzim sitoplasma
darahnya, kegagalan pengangkutan besi ke eritroblas de- yang mampu melakukan metabolisme glukosa dan mem-
ngan cara tersebut dapat menyebabkan anemia hipokrom bentuk sejumlah kecil adenosin hifosfat. Enzim tersebut
yang berat-yakni, sel darah merah mengandung lebih juga mampu (l) mempertahankan kelenturan membran
sedikit hemoglobin daripada sel yang normal. sel; (2) mempertahankan transpor ion melalui membran;
Bila masa hidup sel darah merah telah habis dan sel (3) menjaga besi hemoglobin sel agar tetap dalam bentuk
telah dihancurkan, maka hemoglobin yang dilepaskan fero, bukan dalam bentuk feri, dan (4) mencegah oksidasi
dari sel akan dicerna oleh sel makrofag-monosit. Di sini, protein di dalam sel darah merah. Meskipun demikian,
terjadi pelepasan'b6ii bebas, dan disimpan terutama di sistem metabolik dalam sel darah merah yang tua secara
tempat penyimpanan feritin yang akan digunakan sesuai progresif makin kurang aktif, dan sel menjadi semakin
kebutuhan untuk pembentukan hemoglobin baru. rapuh, diduga karena proses kehidupannya sudah banyak
yang terpakai.
Besi yong Terbuong dolom Sehori. Setiap hari, Begitu membran sel darah merah menjadi rapuh, sel
seorang pria mengekskresikan sekitar 0,6 miligram besi, tersebut bisa robek sewaktu melewati tempat-tempat yang
terutama dalam tinja. Bila terjadi perdarahan, maka jum- sempit di sirkulasi. Di limpa akan dijumpai banyak sel da-
lah besi yang hilang akan lebih banyak lagi. Pada wanita, rah merah yang hancur, karena sel-sel ini terperas sewak-
hilangnya darah menstruasi mengakibatkan kehilangan tu melalui pulpa merah limpa. Ruangan di antara struktur
besi jangka panjang rata-rata sekitar 1,3 mglhari. trabekula pulpa merah, yang harus dilalui oleh sebagian
besar sel, lebarnya hanya 3 mikrometer, dibandingkan
Absorbsi Besi dari Traktus lntestinal dengan sel darah merah yang berdiameter 8 mikrometer.
Besi diabsorbsi dari semua bagian usus halus, sebagian Bila limpa diangkat, jumlah sel darah merah abnormal
besar melalui mekanisme berikut. Hati menyekresi apo- berumur tua yang beredar dalam darah akan meningkat
transferin dalam jumlah sedang ke dalam empedu yang secara bermakna.
BAB 32 SelSe/ Darah Merah, Anemia, dan Polisitemia 447

Pen guroion H emo globin. Hemoglobin yang dilepas- atrofi mukosa lambung, seperti yang terjadi pada ane-
kan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera mia pernisiosa, atau hilangnya lambung setelah operasi
difagosit oleh sel-sel makrofag di banyak bagian tubuh, gastrektomi total, dapat menyebabkan terjadinya anemia
namun terutama oleh sel-sel Kupffer hati, makrofag Iimpa megaloblastik. Selain itu, pasien sariawan usus (lntes-
dan makrofag sumsum tulang. Selama beberapa jam atau tinal sprue), yang ditandai dengan sedikitnya absorpsi
beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan asam folat, B,r, dan senyawa vitamin B lainnya, sering
besi yang didapat dari hemoglobin dan menghantarkan- kali mengalami anemia megaloblastik. Pada keadaan ini,
nya kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferin karena eritroblas tidak dapat berproliferasi cukup cepat
ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah untuk membentuk sel darah merah dalam jumlah normal,
baru, atau ke hati dan jaringan lainnya untuk disimpan sel-sel yang terbentuk menjadi terlalu besar, berbentuk
dalam bentuk feritin. Bagian porfirin dari molekul hemo- aneh, dan membramya rapuh. Sel-sel ini mudah pecah,
globin diubah oleh makrofag melalui serangkaian tahap sehingga orang tersebut sangat membutuhkan sel darah
menjadi pigmen empedu bilirubin, yang dilepaskan ke merah dalam jumlah yang memadai.
dalam darah dan kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh
sekesi melalui hati ke dalam cairan empedu; hal ini akan Anemio Hemolitik. Berbagai kelainan sel darah merah,
dibicarakan sehubungan dengan fungsi hati di Bab 70. kebanyakan didapat secara keturunan. Sel-sel tersebut
bersifat rapuh, sehingga mudah pecah sewaktu melewati
kapiler, terutama sewaktu melalui limpa. Walaupun sel
Anemia darah merah yang terbentuk jumlahnya dapat mencapai
normal, atau bahkan lebih besar dari normal pada penyakit-
Anemia berarti kurangnya hemoglobin di dalam darah, penyakit hemolitik, masa hidup sel darah merah ini sangat
yang dapat disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang
singkat sehingga sel ini dihancurkan lebih cepat dibanding
terlalu sedikit atau jumlah hemoglobin dalam sel yang ter- pembentukannya dan mengakibatkan anemia yang parah.
lalu sedikit. Beberapa tipe anemia dan penyebab fisiolo- Beberapa tipe anemia ini adalah sebagai berikut.
gisnya adalah sebagai berikut: Pada sferositosis herediter, sel darah merah berukuran
sangat kecil dan berbentuk sferis, dan tidak berbentuk
Anemio Akibot Kehilongon Dqroh. Setelah meng-
lempeng bikonkaf. Sel-sel ini tidak dapat bertahan terha-
alami perdarahan yang cepat, tubuh akan mengganti cair-
dap penekanan karena tidak mempunyai struktur mem-
an plasma dalam waktu I sampai 3 hari, namun hal ini
akan menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi
bran sel lempeng bikonkaf seperti kantung yang lentur.
Sewaktu melewati pulpa limpa dan pembuluh darah sem-
rendah. Bila tidak terjadi perdarahan berikutnya, kon-
pit lainnya, sel-sel ini mudah dipecahkan walaupun hanya
sentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam
dengan sedikit tekanan.
waktu3sampai6minggu.
Pada kehilangan darah yang kronik, pasien seringkali
Pada anemia sel sabit, yang ditemukan pada 0,3
tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus untuk sampai 1,0 persen orang-orang hitam di Afrika Barat dan
membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Ke-
Amerika, sel darah merah mengandung tipe hemoglobin
mudian, terbentuk sel darah merah yang berukuran jauh
abnormal yang disebut hemoglobin S, yang memiliki
lebih kecil ketimbang ukuran yang normal dan mengan-
kelainan rantai beta pada molekul hemoglobin, seperti
dung sedikit sekali hemoglobin di dalamnya, sehingga
yang telah dijelaskan sebelumnya. Bila hemoglobin
menimbulkan keadaan anemia hipokromik mikrositik, ini terpapar dengan oksigen kadar rendah, ia akan
mengendap menjadi kristal-kristal panjang di dalam sel
seperti yang terlihat pada Gambar 32-3.
darah merah. Kristal-kristal ini akan memperpanjang sel
An emio Aplosti k. Ap I as i a s um s um tul ang ber arti tidak dan lebih memberi gambaran seperti bulan sabit, dan
berfungsinya sumsum tulang. Contohnya, seseorang yang bukan menyerupai lempeng bikonkaf. Hemoglobin yang
terpapar oleh radiasi-sinar gamma akibat ledakan bom mengendap juga merusak membran sel, sehingga sel men-
atom dapat tetap menderita kerusakan sumsum tulang
jadi sangat rapuh, dan menyebabkan anemia yang parah.
yang menyeluruh, dan dalam beberapa minggu diikuti Pasien ini sering masuk dalam suatu lingkaran setan yang
anemia yang mematikan. Demikian juga, terapi yang disebut sebagai "krisis" penyakit sel sabit, yaitu tekanan
menggunakan sinar-x secara berlebtlhan, zat kimia ter- oksigen yang rendah dalam jaringan akan menghasilkan
tentu pada industri, dan bahkan obat-obatan pada pasien bentuk sabit, yang menyebabkan pecahnya sel darah
yang sensitif dapat menimbulkan efek yang sama. merah. Hal ini kemudian menimbulkan penurunan
tekanan oksigen lebih lanjut dan bentuk sel yang makin
Anemio Megolobloslik. Dari pembicaraan terdahulu menyerupai sabit serta hancurnya sel darah merah. Begitu
mengenai vitamin B,r, asam folat, dan faktor intrinsik proses ini dimulai, keadaan tersebut akan berkembang
yang berasal dari mukosa lambung, kita dapat menger- dengan cepat, yang berakhir dengan penguranganjumlah
ti dengan mudah bahwa hilangnya salah satu faktor ini sel darah merah yang drastis dalam waktu beberapa jam
dapat memperlambat produksi eritroblas dalam sumsum dan seringkali berakhir dengan kematian.
tulang. Akibatnya, sel darah merah tumbuh terlalu besar Pada eritroblastosis fetalis, sel-sel darah merah de-
dengan bentuk yang aneh, dan disebut megaloblas. Jadi, ngan Rh-positif pada janin diserang oleh antibodi dari
448 UNIT VI Se/-Se/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

darah ibu dengan Rh-negatif. Antibodi ini menyebabkan Jenis polisitemia sekunder yang umum, disebutpollsi
sel dengan Rh-positifmenjadi rapuh, yang dengan cepat temiafisiologrs, terjadi pada penduduk yang hidup di ke-
menimbulkan pecahnya sel dan menyebabkan anak dila- tinggian 14.000 sampai 17.000 kaki, dengan kadar oksigen
hirkan dengan anemia yang berat. Hal ini dibicarakan di atmbsfer yang sangat rendah. Jumlah sel darah umumnya
Bab 35 sehubungan dengan faktor Rh dalam darah. Pem- 6 sampai 7 juta/mm3; hal tersebut cukup memungkinkan
bentukan sel darah merah baru yang sangat cepat untuk orang-orang ini untuk dapat melakukan kerja berat yang
menggantikan sel-sel darah yang rusak pada eritroblas- terus menerus bahkan pada atmosfer yang tipis.
tosis fetalis, menyebabkan dilepaskannya sel blas dalam
jumlah yang besar dari sumsum tulang ke dalam darah. Polisitemio Vero (Erilremio). Selain polisitemia fisio-
logis, ada suatu keadaan lain yang patologis dan disebut
polisitemia vera, dengan jumlah sel darah merah yang
Pengaruh Anemia Terhadap dapat mencapai 7 sampai 8 juta/mm3 dan hematokrit yang
Fungsi Sistem Sirkulasi dapat mencapai 60 sampai 70 persen melebihi nilai nor-
malnya sebesar 40 sampai 45 persen. Polisitemia vera
Viskositas darah, yang sudah dibicarakan di Bab 14, ham- disebabkan oleh penyimpangan gen yang terjadi di sel
pir seluruhnya bergantung pada konsentrasi sel darah me- hemositoblastik yang memproduksi sel-sel darah. Sel-sel
rah. Pada anemia berat, viskositas darah dapat turun hing- blas tidak berhenti menghasilkan sel darah merah walau-
ga 1,5 kali viskositas air, padahal normalnya kira-kira 3 pun telah terdapat sejumlah besar sel. Hal ini menyebab-
kali viskositas air. Keadaan ini akan mengurangi tahanan kan produksi sel darah merah menjadi berlebihan, seperti
terhadap aliran darah dalam pembuluh darah perifer, se- halnya yang terjadi pada tumor payudara yang menye-
hingga jumlah darah yang mengalir melalui jaringan dan babkan terbentuknya sel payudara yang spesifik secara
kemudian kembali ke jantung jauh melebihi normal. Hal berlebihan. Hal ini biasanya menyebabkan produksi sel
tersebut akan sangat meningkatkan curahjantung. Selain darah putih dan trombosit menjadi berlebihan pula.
itu, hipoksia yang terjadi akibat penurunan transpor ok- Pada polisitemia vera, bukan hanya hematokrit saja
sigen oleh darah akan menyebabkan pembuluh darah ja- yang meningkat melainkan volume total darah juga me-
ringan perifer berdilatasi, yang selanjutnya meningkatkan ningkat, kadang-kadang sampai dua kali normal. Akibat
jumlah darah yang kembali ke jantung dan meningkatkan nya, seluruh sistem pembuluh darah menjadi membeng-
curah janfung sampai nilai yang lebih tinggi, kadang- kak. Selain itu, banyak kapiler darah menjadi tersumbat
kadang tiga sampai empat kali nilai normal. Jadi, salah oleh darah yang kental; viskositas darah pada polisitemia
satu efek utama dari anemia adalah peningkatan curah vera kadang-kadang meningkat dari 3 kali viskositas air
jantung dan peningkatan beban kerja pemompaan jan- menjadi l0 kali viskositas air.
lung.
Peningkatan curah jantung pada anemia secara par-
sial mengimbangi efek-efek pengurangan hantaran oksi- Pengaruh Polisitemia Terhadap
gen akibat anemia, karena walaupun tiap unit sejumlah Fungsi Sistem Sirkulasi
darah hanya mengangkut sejumlah kecil oksigen, namun
kecepatan aliran darah dapat cukup meningkat, sehingga Karena viskositas darah sangat meningkat pada polisite-
jumlah oksigen yang dialirkan ke jaringan sebenamya mia, aliran darah yang melalui pembuluh darah perifer
hampir mendekati normal. Namun, bila pasien anemia sefingkali menjadi sangat lambat. Sesuai dengan faktor-
mulai berolah raga, jantung tidak mampu memompa jum- faktor yang mengatur pengembalian darah ke jantung,
lah darah lebih banyak daripada jumlah yang dipompa seperti yang dibicarakan di Bab 20, kenaikan viskositas
sebelumnya. Akibatnya, selama berolah raga, saat terjadi menurunkan kecepatan aliran balik vena ke jantung. Se-
peningkatan kebutuhan jaringan akan oksigen, dapat tim- baliknya, pada polisitemia, volume darah sangat mening-
bul hipoksia jaringan yang serius dan timbul gagal jan- kat, yang cenderung menambah aliran balik vena. Jadi,
tung akut. sesungguhnya, curah jantung pada polisitemia tidak jauh
dari nilai normal, sebab kedua faktor tersebut kurang le-
bih akan saling menetralkan.
Polisitemia Pada sebagian besar pasien polisitemia, tekanan ar-
terinyajuga normal, walaupun sekitar sepertiga dari pasien
Polisitemio Sekunder. Kapan pun jaringan mengalami polisitemia tersebut mengalami peningkatan tekanan ar-
hipoksia akibat terlalu sedikitnya oksigen di dalam udara teri. Ini berarti bahwa mekanisme pengaturan tekanan
yang dihirup, misalnya di tempat yang tinggi, atau aki- darah biasanya dapat mengimbangi kecenderungan ke-
bat gagalnya pengiriman oksigen ke jaringan, seperti naikan viskositas darah untuk menaikkan tahanan perifer
pada gagaljantung, maka organ-organ pembentuk darah yang dengan demikian, akan meningkatkan tekanan ar-
secara otomatis akan memproduksi sejumlah besar sel teri. Akan tetapi, di atas batas nilai tertentu, pengaturan ini
darah merah tambahan. Keadaan ini disebut polisitemia dapaL gagal dan timbul hipertensi.
sekunder, dan jumlah sel darah merah umumnya akan . Warna kulit bergantung pada besamya jumlah darah
naik hingga 6 sampai 7 jutal mm3, atau sekitar 30 persen di pleksus vena subpapilaris kulit. Pada polisitemia vera,
di atas nilai nornTal. jumlah darah dalam pleksus ini sangat meningkat. Se-
BAB 32 Sel-Sel Darah Merah, Anemia, dan Polisitemia 449

lanjutnya, karena aliran darah yang melalui kapiler kulit Hallberg L: Perspectives on nutritional iron defciency. Annu
berjalan sangat lambat sebelum memasuki pleksus vena, Rev Nutr 2l:1,2001.
maka sejumlah hemoglobin yang melebihi normal akan Hentze MLI/, Muckenthaler MU, Andrews NC: Balancing acts:
molecular control of mammalian iron metabolism. Cell
mengalami deoksigenasi. Warna biru dari semua hemo-
117:285,2004.
globin yang mengalami deoksigenasi ini akan menutupi
Lappin,T: The cellular biolog,t of erythropoietin receptors. On-
warna merah dari hemoglobin yang mengalami oksige- cologist 8(Suppl 1):15, 2003.
nasi. Jadi, pasien dengan polisitemia vera biasanya me- Maxwell P: HIF-l: an oxygen response system with special rel-
miliki wajah berwarna normal kemerahan dengan kulit evance to the kidney. J Am Soc Nephrol 14:2712, 2003.
berwarna kebiru-biruan (sianotik). Persons DA: Update on gene therapy for hemoglobin disorders.
Curr Opin Mol Ther 5:508, 2003.
Pietrangelo A: Hereditary hemochromatosis----a new look at an
Kepustakaan old disease. N Engl J Med 350:2383, 2004.
Shah S, Vega R: Hereditary spherocytosis. Pediatr Rev 25:168,
Alayash AI: Oxygen therapeutics: can we tame haemoglobin? 2004.
Nat Rev Drug Discov 3:152, 2404. Tbfferi A: A contemporary approach to the diagnosis and man-
Brissot P, Troadec MB, Loreal O: The clinical relevance of new
agement of polycythemia vera. Curr Hematol Rep 2:2j7,
insights in iron transport and metabolism. Curc Hematol 2003
Rep 3:107, 2004.
Trigg ME: Hematopoietic stem cells. Pediatrics 113(4 Sup-
Claster S, Vichinsl<y EP: Managing sickle cell disease. BMJ pl):1051,2004.
327:1151,2003.
Fandrey J: Orygen-dependent and tissue-specifc regulation of
erythropoietin gene expression. Am J Physiol Regul Integr
Comp Physiol 286:R977, 2004.
BAB 33
Pertahanan Tubuh
Terhadap Infeksi:
I. Leukosit, Granulosit,
S istem Monosit-Svlakrofag,
dan Inflarnasi

Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri,


virus, jamur, dan parasit. semuanya teriadi secara nor-
mal dan clalam berbagai tingkatan pada kulit, muhrt,
jalan napas, sainran cerna, membran yang melapisi
mata, clan t'ahkan saluran kemih. Banyak dari agen
infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi fi-
siologis yang serius atau bahkan kematian bila agen
infeksius tersebut nragnk ke jaringan yang lebih dalam. Selain itu, secara irrter,riten
kita terpapar dcngan bakteri dru vinrs yailg sangat inleksius di sarnping bentuk-ben-
tuk yang lnclnang dijurnpai dalrnr kcadaan rrorrnal. darr brktcri atau virus ini dapat
rnenyebabkan penyakit a.kul yairg me rnatikarr. misulnya pncurnonia. inleksi strepto-
kokus. cian dcnranr tilord.
Tubulr kita mernpuny,ri suahi sislem khusus untuk nrclawan bcrmacarn-macaln
agen yang inleksiLrs dan toksik. Sis{em ini terdiri atas leukosit darah (sel darah pu-
tih) dan sel-sel jaringan yairg bera'al deri leukosit Scl-sel ini bekerja berslma-sama
rnelalui dua clra untuk mencegah penyakit: tl)dengan benar-bcnar merusak bakteri
atau virrs yang menginr,'asi melaltri proscs /irgositosis dan (2) dengan membentuk an-
tibodi &anlimfosit yang tersensitisasi, salalr saiu aiau keduanya dapat menghancurkan
atau rncmbuai agcn'mcnjatli ticlal< aktiL Batr ini berlrrrburigun dengan metode yang
pefiam4 dan Bab 34 berhubungan dengan metode yatrg kedua.

Leukosit {$el Darah PutEh}


Leukosit. disebut juga sel cltrrah trturih. mentpakan tltit sistem pertahanan rubuh yang
mohil. L.eukosit scbagian dibentuk di sumsurr nilang (grantrlo.sit d,an tnonosit ser-
ta sedikit lim.ft.tsitl dan scbagiau lagi di jaringan linrle tliml'osit dan.sel-se1 pla.sma).
Seteiah dibentuk. scl-sel ini diangkut dalnnr darah menuiu ke bcrbagai bagian tubuh
yang mernbutuhkann; a.
Manfaar sel darah putih yang sesungguhnya ralalr sebagian besar diangkut secara
khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, dengan demikian

450
BAB 33 Pertahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: l. Leukosit, Granulosit, Slstem Monosit-Makrofag 451

Pembentukan Mielosit Pembentukan Limfosit

ffiffi
vi
I

I
I
I
I
i.w. \:
Y
IJ
"w".
I
W I ^ffi
I
ffi,
GAMBAR 33-1
an sel darah putih.
.
Pembentuk-
Berbagai
Y'14 w macam sel dari deretan mielosit

:. ,z:1&
W)F \ w^ adalah 1, mieloblas; 2, promie-
w3 Iosit; 3, megakariosit; 4, mielosit
netrofil; 5, metamielosit netrofil
I muda; 6, metamielosit netrofil
*pita"; 7, netrofil polimorfonuk-
,Y.,,,
..,.^:ta,. leat; B, mielosit eosinofil; 9, me-
tamielosit eosinofil; 1 0, eosinofil
polimorfonuklear; 11, mielosit
I
basofil; 12, basofil polimorfo-
Y nuklear; 13-16, tahapiahap
16
,*^
txdtL.
pembentukan monosit. Lihat Si-
sipan Gambar Berwarna.
@6 .t;s;i:ii1:;
li,a

menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap 7000 sel darah putih per mikroliter darah (dibandingkan
agen-agen infeksius. Seperti yang kita lihat nanti, granu- dengan sel darah merah yang berjumlah 5 juta). Persenta-
'losit dan monosit mempunyai kemampuan khusus untuk se normal berbagai jenis sel darah putih dari jumlah total
"mencari dan merusak" setiap benda asing yang menye- sel darah putih kira-kira sebagai berikut:
rang.
Netrofil polimorfonuklear
Eosinof il polimodonuklear t-, 2,0
=:.62,0e7'p,l
Sifat-Sifat Umum Leukosit Basofil polimorfonuklear
,',,,=.
r,,.l.
.,,{r1
Monosit '0,+,,7
Jenis-jenis Sel Doroh Putih. Ada enam macam sel
Limfosit
S '.,,5.3i t
darah putih yang biasa ditemukan dalam darah. Keenam ,.-'.=,30;0%ll[.
:::::r::::::::=i ir:$'irrrjilrr:

sel tersebut adalah netrofil polimorfonuklea4 eosinofil po-


I i m orfo nu kl e ar, b as ofi I p o I im orfonukl e ar, m o n o s i t, I i mfo -
Trombosit, yang hanya merupakan fragmen-flagmen sel,
sll, dan, kadang-kadang, sel plasma. Selain itu, terdapat dalam keadaan normal jumlahnya kira-kira 300.000 per
sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari mikroliter darah.
seljenis lain yang serupa dengan sel darah putih yang di-
jumpai dalam sumsum tulang, yaitu megakariosit.Ketiga
Pembentukan Leukosit
tipe pertama sel-sel ini, yaitu sel-sel polimorfonuklear,
seluruhnya mempuryai gambaran granular, sepefii yang Diferensiasi dini sel stem hemopoietik pluripoten menja-
terlihat pada sel nomor 7, 10, dan 12,pada Gambar 33-1, di berbagai tipe sel stem cctmmited diperlihatkan dalam
karena alasan itu sel-sel tersebut disebut granulosit, atau, Gambar 32-2 di bab sebelumnya. Sel-sel commiteri ini
dalam terminologi klinis disebut "poli", karena intinya selain membentuk sel darah merah, juga membentuk dua
yang multipel. silsilah utama sel darah putih" silsilah mielositik dan lim-
Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap fositik. Pada bagian kiri Gambar 33-1 tampak silsilah
organisme penyerang terutama dengan cara memakan- mielositikyang dimulai dengan mieloblas; dan pada bagi-
nya-yaitu, melalui fagosltosrs. Fungsi limfosit dan sel- an kanan tampak silsilah limfositik yang dimulai dengan
sel plasma terutama berhubungan dengan sistem imun; limfoblas.
hal ini dibicarakan di Bab 34. Akhirnya, fungsi trombosit Granulosit dan monosit hanya dibentuk di dalam sum-
terutama mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, sum tulang. Limfosit dan sel plasma terutama diproduk-
yang dibicarakan di Bab 36. si di berbagai jaringan limfogen--khususnya di kelenjar
limfe, limpa, timus, tonsil, dan berbagai kantong jaringan
Konsenirosi Berbogoi Mocom Sel Dqroh Putih limfoid di mana saja dalam tubuh, seperli sumsum tulang
dolom Dorqh. Manusia dewasa mempunyai sekitar dan plak Peyer di bawah epitel dinding usus.
452 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

fungsi fagositik. Makofag jaringan ini merupakan dasar


sistem makrofagjaringan, seperti yang akan dibahas lebih
rinci kemudian, yang merupakan pertahanan lanjutan un-
tuk melawan infeksi.
Limfosit memasuki sistem sirkulasi secara kontinu,
bersama dengan aliran limfe dari nodus limfe dan jaring-
an limfoid lainnya. Setelah beberapa jam, limfosit keluar
dari darah dan kembali ke jaringan dengan cara diapede-
sis. Dan selanjutnya memasuki limfe dan kembaii ke da-
rah lagi, demikian seterusnya; sehingga, terjadi sirkulasi
limfosit yang terus menerus di seluruh tubuh. Limfosit
memiliki masa hidup berminggu-minggu atau berbulan-
bulan, ; masa hidup ini bergantung pada kebutuhan tubuh
akan sel-sel tersebut.
Trombosit dalam darah akan diganti kira-kira setiap
10 hari; dengan kata lain, setiap hari terbentuk kira-kira
GAMBAR 33-2. Pergerakan netrofil dengan cara diapedesis me-
30.000 trombosit per mikroliter darah.
lalui poi-pori kapiler dan dengan cara kemotaksis menuju daerah
jaringan yang rusak.

Sifat Pertahanan Netrofil


dan Makrofag Terhadap lnfeksi
Sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang,
disimpan dalam sumsum sampai diperlukan di sistem Ternyata, netrofil dan makrofag jaringan yang terutama
sirkulasi. Kemudian, bila kebufuhan sel darah putih ini menyerang dan menghancurkan bakteri, virus, dan agen-
muncul, berbagai macam faktor akan menyebabkan leu- agen merugikan lain yang menyerbu masuk ke dalam
kosit tersebut dilepaskan (faktor-faktor ini akan dibahas tubuh. Netrofil adalah sel matang yang dapat menyerang
kemudian). Biasanya, leukosit yang bersirkulasi dalam dan menghancurkan bakteri, bahkan di dalam darah sirku-

seluruh darah kira-kira tiga kali lipat jumlah yang disim- lasi. Sebaliknya, makrofag jaringan memulai hidup seba-
pan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan gai monosit darah, yang merupakan sel imatur walaupun
leukosit selama 6 hari. tetap berada di dalam darah dan memiliki sedikit kemam-
Limfosit sebagian besar disimpan di berbagai area puan untuk melawan agen-agen infeksius pada saat itu.
jaringan limfoid, kecuali sejumlah kecil limfosit yang di- Namun, begitu makrofag masuk ke dalam jaringan, sel-
angkut dalam darah untuk sementara waktu. sel ini mulai membengkak-kadang-kadang diameternya
Seperti yang terlihat pada Gambar 33-1, megakariosit
membesar hingga lima kali lipat-sampai sebesar 60
(sel #3) juga dibentuk dalam sumsum tulang. Megakario- hingga 80 rnikrometer, suatu ukuran yang hampir dapat
sit ini lalu membentuk fragmen-fragmen dalam sumsum dilihat dengan mata telanjang. Sel-sel ini sekarang dise-
tulang, menjadi fragmen kecil yang dikenal sebagai pla- but makrofag, dan mempunyai kemampuan hebat untuk
memberantas agen-agen penyakit di dalam jaringan.
telet (atau trombosit) yang selanjutnya masuk ke dalam
darah.
Sel Doroh Putih Memosuki Ruong Joringon de-
ngon Coro Diopedesis. Netrofil dan monosit dapat
Masa Hidup Sel Darah Putih terperas melalui pori-pori kapiler darah dengan cara
diapedesis. Jadi, walaupun sebuah pori ukurannya jauh
Masa hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum lebih kecil daripada sel, pada suatu ketika sebagian ke-
tulang normalnya.h{ampai 8 jam dalam sirkulasi da- cil sel tersebut meluncur melewati pori-pori; bagian yang
rah, dan 4 sampai 5 hari berikutnya dalam jaringan yang meluncur tersebut untuk sesaat terkonstriksi sesuai dengan
membufuhkan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, ukuran pori, seperti yang terlihat pada Gambar 33-2.
masa hidup keseluruhan sering kali berkurang sampai
hanya beberapa jam, karena granulosit bekerja lebih cepat Melewqli Ruong Joring-
Sel Doroh Pulih Bergerqk
pada daerah yang terinfeksi, melakukan fungsinya, dan qn dengon Gerokon Ameboid. Netrofil dan makro-
kemudian masuk dalam proses ketika sel-sel itu sendiri fag dapat bergerak melalui jaringan dengan gerakan ame-
dimusnahkan. boid seperti yang dijelaskan di Bab 2. Beberapa sel dapat
Monosit juga mempunyai masa edar yang singkat, bergerak dengan kecepatan 40 pLlmenit, sepanjang ukuran
yaitu 10 sampai 20 iam dalam darah, sebelum mengem- tubuhnya sendiri setiap menit.
bara melalui membran kapiler ke dalam jaringan. Begitu
masuk ke dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai Sel Doroh Putih Tertorik ke Doeroh Joringon yong
ukurannya besar sekali dan menjadi makrofag jaringan, Merodong dengon Coro Kemoloksis. Banyak je-
dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup berbulan- nis zat kimia dalam jaringan dapat menyebabkan netrofil
bulan kecuali bila sel-sel itu dimusnahkan saat melakukan dan makrofag bergerak menuju sumber zat kimia. Feno-
BAB 33 Pertahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: l. Leukosit, Granulosit, Sr,sfem Monosit-Makrofag 453

mena ini, seperti yang tampak pada Gambar 33-2, dikenal mua jurusan di sekeliling partikel. Pseudopodia beftemu
sebagai kemotaksis. Bila suatu jaringan mengalami pe- satu sama lain pada sisi yang berlawanan dan bergabung.
radangan, sedikitnya terbenfuk selusin produk yang dapat Hal ini menciptakan ruangan teftutup yang berisi partikel
menyebabkan kemotaksis ke arah area yang mengalami yang sudah difagositosis. Kemudian ruangan ini berinva-
peradangan. Zat-zat ini adalah (1) beberapa toksin bakteri ginasi ke dalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri
atau virus, (2) produk degeneratif dari jaringan yang me- dari membran sel bagian luar untuk membentuk gelem-
radang itu sendiri, (3) beberapa produk reaksi "kompleks bung fagositik yang mengapung dengan bebas (uga di-
komplemen" (dibicarakan di Bab 34) yang diaktifkan di sebutfagosom) di dalam sitoplasma. Sebuah sel netrofil
jaringan yang meradang, dan (4) beberapa produk reaksi biasanya dapat memfagositosis 3 sampai 20 bakteri sebe-
yang disebabkan oleh pembekuan piasma di area yang me- lum sel netrofil itu sendiri menjadi inaktif dan mati.
radang, danjuga zat-zat lainnya.
Seperti yang terlihat pada Gambar 33-2, proses ke- Fogositosis oleh Mokrofog. Makrofag merupakan
motaksis bergantung pada perbedaan konsentrasi zat-zat produk tahap akhir monosit yang memasuki jaringan dari
kemotaktik. Pada daerah dekat sumber, konsentrasi zat- dalam darah. Bila makrofag diaktifkan oleh sistem imun
zat ini paling tinggi, dan menyebabkan gerakan sel darah seperti yang dijelaskan di Bab 34, makrofag merupakan
putih yang terarah. Kemotaksis efektif sampai jarak 100 sel fagosit yang jauh lebih kuat daripada netrofil, sering
mikrometer dari jaringan yang meradang. Karena hampir kali mampu memfagositosis sampai 100 bakteri. Makro-
tidak ada area jaringan yang jauhnya lebih dari 50 mikro- fag juga mempunyai kemampuan untuk menelan partikel
meter dari kapiler, maka sinyal kemotaktik dapat dengan yangjauh lebih besar, bahkan sel darah merah utuh, atau,
mudah memindahkan sekelompok sel darah putih dari ka- kadang-kadang, parasit malaria, sedangkan netrofil tidak
piler ke daerah yang meradang. mampu memfagositosis partikel yang jauh lebih besar
dari bakteri. Makrofag setelah memakan partikel, juga
dapat mengeluarkan produk residu dan sering kali dapat
Fagositosis bertahan hidup serta berfungsi sampai berbulan-bulan ke-
mudian.
Fungsi netrofil dan makrofag yang terpenting adalah fa-
gositosis, yang berarti pencernaan seluler terhadap agen Setelqh Difogositosis, Sebogion Besor portikel
yang mengganggu. Sel fagosit harus memilih bahan-ba- Dicerno oleh Enzim lntroseluler. Segera setelah
han yang akan difagositosis; kalau tidak demikian, sel partikel asing difagositosis, lisosom dan granula sito-
normal dan struktur tubuh akan dicerna pula. Terjadinya plasmik lainnya segera datang untuk bersentuhan dengan
fagositosis terutama bergantung pada tiga prosedur selek- gelembung fagositik, dan membrannya bergabung dengan
tif berikut. membran pada gelembung, selanjutnya mengeluarkan ba-
Pertama, sebagian besar struktur alami dalam jaringan nyak enzim pencernaan dan bahan bakterisidal ke dalam
memiliki permukaan halus, yang dapat menahan fagosito- gelembung. Jadi, gelembung fagositik sekarang menjadi
sis. Tetapijika permukaannya kasar, rnaka kecenderungan gelembung pencerna, dan segera dimulailah proses pen-
fagositosis akan meningkat. cernaan partikel yang sudah difagositosis.
Kedua, sebagian besar bahan alami tubuh mempunyai Netrofil dan makrofag, keduanya mempunyai sejum-
selubung protein pelindung yang menolak fagositosis. Se- lah besar lisosom yang berisi enzim proteotitik yangkhu-
baliknya, sebagian besar jaringan mati dan partikel asing sus dipakai untuk mencerna bakteri dan bahan protein
tidak mempunyai selubung pelindung, sehingga jaringan asing lainnya. Lisosom yang ada pada makrofag (tetapi
atau partikel tersebut menjadi subjek untuk difagositosis. tidak pada netrofil) juga mengandung banyak lipase, yang
Ketiga, sistem imun tubuh (dijelaskan dengan rinci mencerna membran lipid tebal yang dimiliki oleh bebera-
di Bab 34) membentuk antibodi untuk melawan agen in- pa bakteri tertentu seperti basil tuberkulosis.
feksius seperti bakteri. __Antibodi kemudian melekat pada
membran bakteri dafl dengan demikian membuat bakte- Netrofildon Mqkrofog Dopol Membunuh Bqkte-
ri menjadi rentan khususnya terhadap fagositosis. Untuk ri. Selain mencerna bakteri yang dicema dalam fagosom,
melakukan hal ini, molekul antibodi juga.bergabung de- netrofil dan makrofag juga mengandung bahan bakteri-
ngan produk C3 dari kaskade komplemen, yang merupa- sidal yangmembunuh sebagian besar bakteri, bahkan bila
kan bagian tambahan sistem imun yang akan dibicarakan enzim lisosomal gagal mencerna bakteri tersebut. Hal ini
di Bab 34. Molekul C3 kemudian melekatkan diri pada menjadi demikian penting sebab beberapa bakteri mem-
reseptor di atas membran sel fagosit, dengan demikian punyai selubung pelindung atau faktor lain yang mence-
memicu fagositosis. Proses seleksi dan fagositosis ini di- gah penghancurannya oleh enzim pencernaan. Banyak
sebut opsonisasi. efek pembunuhan merupakan hasil dari beberapa bahan
pengoksidasi kuat yang dibentuk oleh enzirn dalam mem-
Fogositosis oleh Netrofil. Netrofi I sewaktu memasuki bran fagosom, atau oleh organel khusus yang disebutpe-
jaringan sudah merupakan sel-sel matur yang dapat sege- r o lts is om. Bahan pen goks idasi ini ial ah sej um lah besar srz-
ra memulai fagositosis. Sewaktu mendekati suatu partikel peroltsida (Or), hidrogen peroksida (HrO2), dan ion-ion
untuk difagositosis, mula-mula netrofil melekatkan diri hidrolcsil (-OH-), semuanya bersifat mematikan bagi se-
pada partikel kemudian menonjolkan pseudopodia ke se- bagian besar bakteri, bahkan bila bahan pengoksidasi itu
454 UNIT Vl Se/-Se/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

jumlahnya sedikit. Selain itu, salah satu enzim lisosom,


yaitu mieloperoksidase, mengatalisis reaksi antara HrO, Limlatik aferen
dan ion klorida untuk membentuk hipoklorit, yang secara
luas bersifat bakterisid.
Namun, beberapa bakteri, khususnya basil tuberkulo-
sis, mempunyai selubung yang bersifat resisten terha-
dap pencemaan oleh lisosom dan juga menyekresikan
zat-zat yang memiliki ketahanan parsial terhadap efek
pembunuhan dari netrofil dan makrofag. Bakteri seperti
ini berperan pada banyak penyakit kronik, dan salah satu
contohnya adalah tuberkulosis.

Sistem Monosit-Sel Makrofag GAMBAR 33-3. Diagram fungsional sebuah nodus limfe. (Digam-
(Sistem Retikuloendotelial) bar ulang dari Ham AW: Histology, dh ed. Philadelphia: JB Lip-
pincott, 1969.) (Dimodifikasi dari Gartner LP, Hiatt JL: Color Text-
Pada paragraf terdahulu, kita telah menggambarkan ma- book of Histology, 2nd ed. Philadelphia, WB Saunders, 2001.)
krofag terutama sebagai sel mobil yang mampu mengem-
bara ke seluruh jaringan. Namun, setelah memasuki ja-
ringan dan menjadi makrofag, sebagian besar monosit Mokrofog di Nodus Limfe. Pada dasarnya tidak ada
lainnya melekat pada jaringan dan tetap melekat selama bahan tertentu yang masuk ke jaringan, seperti bakteri, da-
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sampai mo- pat langsung diabsorpsi ke dalam darah melalui membran
nosit tersebut dipanggil untuk melakukan fungsi perta- kapiler. Namun, bila partikel iidak dihancurkan di jaring-
hanan lokal spesifik. Makrofag jaringan mempunyai an setempat, maka partikel akan masuk ke dalam cairan
kemampuan serupa dengan makrofag yang mobil untuk limfe dan mengalir menuju nodus limfe, yang letaknya
memfagositosis sejumlah besar bakteri, virus, jaringan tidak teratur di sepanjang perjalanan aliran limfe. Partikel
nekrotik, atau partikel asing lainnya dalam jaringan. Dan asing itu lalu terjebak di nodus limfe dalam anyaman si-
bila dirangsang dengan tepat, makrofag jaringan dapat nus yang dibentengi oleh makrofag jaringan.
melepaskan diri dari tempat pelekatannya dan sekali lagi Gambar 33-3 memperlihatkan susunan umum nodus
menjadi makofag mobil yang akan bereaksi terhadap limfe, tampak cairan limfe yang masuk dari kapsul nodus
kemotaksis dan semua rangsangan yang berhubungan limfe melalui linfatik aferen, kemudian mengalir mele-
dengan proses peradangan. Jadi, tubuh memiliki "sistem wali sinus medularis nodus limfe, dan akhimya keluar da-
monosit-makrofag" yang tersebar luas hampir di seluruh ri hilus masuk ke dalam limfatik rtren. Sejumlah besar
area jaringan. makrofag membentengi sinus limfe, dan bila ada partikel
Gabungan keseluruhan monosit, makrofag mobil, ma- yang masuk ke dalam sinus melalui cairan limfe, makro-
krofag yang terfiksasi pada jaringan, beberapa sel endo- fag memfagositosisnya dan mencegah penyebaran lebih
tel khusus dalam sumsum tulang, limpa, dan nodus limfe Ianjut ke seluruh tubuh.
disebut sistem retikuloendotelial. Namun, seluruh atau
hampir seluruh sel-sel ini berasal dari sel stem monositik; Mokrofog Alveolus di Poru. Jalan lain yang sering
oleh karena itu, sistem retikuloendotelial hampir sinonim digunakan oleh organisme untuk masuk ke dalam tubuh
dengan sistem monosit-makrofag. Karena istllah sistem adalah melalui paru. Sejumlah besar makrofag jaringan
retikuloendotelial jauh lebih dikenal di literatur kedok- merupakan komponen utuh dinding alveolus. Makrofag
teran daripada istilah sistem monosit-makrofag, istilah ini ini dapat memfagositosis partikel yang terperangkap di
harus diingat sebagai sistem fagositik umum yang terle- dalam alveoli. Bila partikel itu dapat dicerna, maka ma-
tak di semua jarifigan, khususnya di area jaringan tempat krofagjuga dapat mencernanya, dan melepaskan produk-
sejumlah besar partikel, toksin, dan substansi yang tidak produk pencemaan ke dalam cairan limfe. Bila partikel
diinginkan lainnya harus dihancurkan. tidak dapat dicerna, maka makrofag sering membentuk
kapsul "sel raksasa" yang mengelilingi partikel sampai
Mokrofog Joringon di Kulit don Joringon Subku- suatu saat-bila terjadi-partikel itu pelan-pelan dapat
lon (Histiosit). Walaupun biasanya kulit tahan terhadap dilarutkan. Kapsul semacam ini sering terbentuk di seke-
agen infeksius, tetapi halini tidak berlaku lagi bila ku- liling basil tuberkulosis, partikel debu silika, dan bahkan
litrusak. Bila infeksi dimulai di jaringan subkutan dan partikel karbon.
timbul peradangan setempat, maka makrofag jaringan
setempat dapat membelah in situ dan membentuk ma- Mokrofog diSinusoid Hoti (Sel Kupffer). Masih ada
krofag lebih banyak lagi. Selanjutnya makrofag jaringan jalan lain yang disenangi oleh bakteri untuk masuk ke da-
melakukan fungsinya seperti biasa yakni menyerang dan lam tubuh, yaitu melalui saluran cerna. Sejumlah besar
menghancurkan agen infeksius, seperti yang telah dijelas- bakteri yang berasal dari makanan yang dicerna terus-
kan sebelumnya. menerus masuk ke dalam darah portal melalui mukosa
BAB 33 Perlahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: L Leukosit, Granulosit, Sistem Monctsit-Makrofag 455

Pulpa

Kapiler

Sinus venosus

Vena
Arteri

GAMBAR 33-5. Struktur fungsiona! limpa. (Dimodifikasi dari


Sel Kupffer Bloom Vy', Fawcett DW: A Textbaok of Histotogy, 11th ed. phila-
delphia: WB Saunciers, 1975.)
GAMBAR 33-4. Sel Kupffer yang melapisi sinusoid-sinusoid hati,
memperlihatkan fagositosis terhadap paftikel yang diwarnai de-
ngan tinta lndia di dalam sitoplasma sel Kupffer. (Digambar ulang
dari Copenhaver WM, et.al: Bailey's Textbook of Histology, 1]th
ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1971 .) sangat berperan pada proses lagositosis debris yang tidak
diinginkan di dalam darah, termasuk khususnya sel darah
merah yang abnormal dan yang sudah tua.
gastrointestinal. Sebelum darah poftal masuk ke sirkulasi
umum, darah ini harus lebih dulu melintasi sinusoid hati;
sinusoid ini dilapisi oleh makrofag jaringan yang disebut Perodongon: Peron Netrofi I
sel Kupffer, seperti yang terlihat pada Gambar 33-4. Sel-
don Mqkrofog
sel ini membentuk semacam sistem filtrasi khusus yang
elektif sehingga hampir tidak ada satu pun bakteri dari Percdongon
saluran cerna yang berhasil melewati aliran darah portal
untuk masuk ke dalam sistem sirkulasi umum. Bahkan Bila terjadi cedera.jaringan, entah karena bakteri, trauma,
telah diperlihatkan suatu film mengenai fagositosis oleh bahan kimia, panas. atau fenomena lainnya. maka jaringan
sel Kupffer yang menunj ukkan bahwa fagositos i s satu bak- yang cedera itu akan melepaskan berbagai zat yang me-
teri membutuhkan waktu kurang dari seperseratus detik. nirnbulkan perubahan sekunder yang dramatis di sekeli-
ling ,jaringan yang tidak cedera. I(eseluruhan kompleks
Mokrofog di Limpo don Sumsum Tulong" Bila p i disebut p e r a d a ng an ( i nfl a m a s i)
erubahan j ari n gan in
ada organisme yang berhasil menginvasi masuk ke da- Peradangan ditandai oleh (1) vasodilatasi pembuluh
lam sirkulasi umum, masih ada lapisan pertahanan lain darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah
oleh sistem makrofag jaringan, khususnya oleh makrofag setempat yang berlebihan; (2) peningkatan permeabilitas
di limpa dan sumsum tulang. Pada kedua jaringan ini, kapiler, memungkinkan kebocoran banyak sekali cairan ke
makrofag terjerat dalam anyaman retikular kedua organ dalarn ruang interstisial (3) sering kali terjadi pembekuan
tersebut, dan bila ada partikel asing yang bersentuhan cairan di dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh
dengan makrofag ini;1naka partikel akan difagositosis. fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler da-
Limpa mirip dengan nodus limfe, kecuali bahwa yang larn jumiah besar; (4) migrasi sejumlah besar granulosit
mengalir melalui ruang jaringan limpa adalah darah, bu- dan monosit ke dalam jaringan, dan (5) pembengkakan
kan cairan limfe. Gambar 33-5 memperlihatkan segmen seljaringan. Beberapa dari sekian banyak produkjaringan
perifer jaringan limpa yang kecil. Perhatikan bahwa se- yang menimbulkan reaksi ini adalah histanin, bradikinin,
buah arteri kecil menembus kapsul limpa masuk ke da- serotonin, prostaglandin, beberapa macam produk reak-
lam pulpa limpa dan berakhir di kapiler kecil. Kapiler si sistem komplemen (yang dijelaskan di Bab 34), produk
ini sangat berpori-pori, sehingga memungkinkan seluruh reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi
komponen darah keluar dari kapiler masuk ke dalam kor- yang disebut linfbkin yang dilepaskan oleh sel T yang ter-
da pulpa meralt. Kemudian darah secara befiahap terpe, sensitisasi (bagian dari sistem imun; juga dibicarakan di
ras melalui anyaman trabekula korda dan akhirnya kem- Bab 34). Beberapa dari subsransi ini dapat mengaktifkan
bali ke sirkulasi melalui dinding endotel sinus yenosus. sistem makrofag dengan kuat, datr dalam waktu beberapa
Trabekula pulpa merah dilapisi oleh banyak sekali makro- jam, makrofag mulai melahap jaringan yang telah dihan-
fag, dan sinus venosus juga dilapisi oleh makroflag. Jalan curkan. Tetapi pada suatu saat, makrofag selanjutnyajuga
aliran darah yang khusus melalui korda pulpa merah ini dapat rnencederai sel-seljaringan yang masih hidup.
456 UNIT VI SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

Pembotoson ("Walling Off") Efek Perodongon. angjaringan. (3) Produk peradangan lainnya akan menye-
Salah satu efek pertama dari peradangan adalah pem- babkan kemotaksis netrofil menuju jaringanyang cedera,
batasan ("wall off') area yang cedera dari sisa jaringan seperti yang dijelaskan sebelumnya.
yang tidak mengalami radang. Ruang jaringan dan cairan Jadi, dalam waktu beberapa jam setelah dimulainya
limfatik di daerah yang meradang dihalangi oleh bekuan kerusakan jaringan, tempat tersebut akan diisi oleh ne-
fibrinogen, sehingga untuk sementara waktu hampir tidak trofil. Karena netrofil darah telah berbentuk sel matur,
ada cairan yang melintasi ruangan. Proses pembatasan akan maka sel-sel tersebut sudah siap untuk segera memulai
menunda penyebaran bakteri atau produk toksik. fungsinya untuk membunuh bakteri dan menyingkirkan
Intensitas proses peradangan biasanya sebanding bahan-bahan asing.
dengan derajat cedera jaringan. Contohnya, ketika s/a-
Peningkoton Akut Jumlqh Netrofil dolom Do-
filokokus yang memasuki jaringan melepaskan banyak
sekali toksin yang mematikan sel-sel. Akibatnya, tim- roh-"Netrofilio". Dalam waktu beberapa jam sesudah
bul peradangan dengan cepat-bahkan, jauh lebih cepat dimulainya radang akut yang berat, jumlah netrofil di da-
daripada kemampuan stafi lokokus untuk menggandakan lam darah kadang-kadang meningkat, sebanyak empat
diri dan melakukan penyebaran. Jadi, infeksi stafilokokus sampai lima kali lipat-dari jumlah normal (4000 sampai
setempat ditandai dengan cepatnya pembentukan dinding 5000) menjadi 15.000 sampai 25.000 netrofil per mikro-
pembatas dan pencegahan penyebaran ke seluruh tubuh. liter. Keadaan ini disebut netrofilia, yang berarti terjadi
Sebaliknya, streptokokus tidak menimbulkan kerusakan peningkatan jumlah netrofil dalam darah. Netrofilia di-
sebabkan oleh produk peradangan yang memasuki aliran
.jaringan lokal yang hebat. Sehingga, proses pembentukan
dinding pembatas berjalan lamban selama beberapa jam, darah, kemudian diangkut ke sumsum tulang, dan di situ
sementara banyak streptokokus yang berkembang biak bekerja pada netrofil yang tersimpan dalam sumsum un-
dan bermigrasi. Akibatnya, streptokokus sering kali lebih tuk menggerakkan netrofil-netrofil ini ke sirkulasi darah.
cenderung menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan Hal ini membuat lebih banyak lagi netrofil yang tersedia
kematian daripada stafilokokus, walaupun sebenarnya di area jaringan yang meradang.
stafi lokokus.jauh lebih merusak jaringan.
lnvosi Mokrofog Keduo ke Joringon lnflomosi
Sebogoi Lini Pertohonon Keligo. Bersama dengan
Respons Makrofag dan invasi netrofil, monosit dari darah akan memasuki jaring-
Netrofil Selama Peradangan an yang meradang dan membesar menjadi makofag.
Namun, jumlah monosit dalam sirkulasi darah sedikit:
Mokrofog Joringon Sebogoi [ini Perlohonon Pe]' tempat penyimpanan monosit di sumsum tulang juga jauh
tomo Melowon lnfeksi. Dalam waktu beberapa menit lebih sedikit daripada netrofil. Oleh karena itu, pembentuk-
setelah peradangan dimulai, makrofag telah ada di dalam an makrofag di area jaringan yang meradang jauh lebih
.jaringan, berupa histiosit di jaringan subkutan, makrofag lambat daripada netrofil, dan memerlukan waktu bebera-
alveolus di paru, mikroglia di otak, atau yang lainnya, dan pa hari supaya menjadi efektif. Selanjutnya, bahkan se-
segera memulai kerja fagositiknya. Bila diaktifkan oleh telah menginvasi jaringan yang meradang, monosit masih
produk infeksi dan peradangan, efek yang mula-mula ter- merupakan sel imatur, dan memerlukan waktu 8 jam atau
jadi adalah pembengkakan setiap sel-sel ini dengan cepat. lebih untuk membengkak ke ukuran yang jauh lebih besar
Selanjutnya, banyak makrofag yang sebelumnya terikat dan membentuk lisosom dalam jumlah yang sangat ba-
kemudian lepas dari pelekatannya dan menjadi mobil, nyak; barulah kemudian mencapai kapasitas penuh seba-
membentuk lini pertama pertahanan tubuh terhadap in- gai makrofag jaringan untuk proses fagositosis. Temyata
feksi selama beberapa jam pertama. Jumlah makrofag setelah beberapa hari sampai beberapa minggu, makro-
yang mengalami mobilisasi dini ini sering kali tidak ba- fag akhirnya datang dan mendominasi sel-sel fagositik di
nyak tetapi dapat.mgnyelamatkan jiwa. area yang meradang, karena produksi monosit baru yang
sangat meningkat dalam sumsum tulang, seperti yang di-
lnvosi Nelrofil ke Doeroh Perodongon Sebogoi bahas kemudian.
Lini Perlohonon Keduo. Dalam beberapa jam pertama Seperti yang telah dijelaskan, makrofag dapat mem-
setelah peradangan dimulai, sejumlah besar netrofil dari fagositosis jauh lebih banyak bakteri (kira-kira lima kali
darah mulai menginvasi daerah yang meradang. Hal ini lebih banyak) dan partikel yang jauh lebih besar, bahkan
disebabkan oleh produk yang berasal dari jaringan yang termasuk netrofil itu sendiri dan sejumlah besar jaringan
meradang akan memicu reaksi berikut: (1) Produk terse- nekrotik, daripada yang dapat dilakukan oleh netrofil.
but mengubah permukaan bagian dalam endotel kapiler, Makrofag juga berperan penting dalam memicu pemben-
menyebabkan netrofil melekat pada dinding kapiler di tukan antibodi, seperti yang dibicarakan di Bab 34.
areayang meradang. Efek ini disebut marginasi, dan di-
tunjukkan pada Gambar 32-2. (2) Produk ini menyebab- Peningkolon Produksi Gronulosit don Monosit
kan longgarnya pelekatan interseluler antara sel endotel oleh Sumsum Tulong Sebogoi Lini Perlohonon
kapiler dan sel endotel venula kecil sehingga terbuka cu- Keempot. Lini pertahanan tubuh yang keempat adalah
kup lebar, dan memungkinkan netrofi[ untuk melewatinya peningkatan hebat produksi granulosit dan monosit oleh
dengan cara diapedesrs langsung dari darah ke dalam ru- sumsum tulang. Hal ini disebabkan oleh perangsangan
BAB 33 Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi: l. Leukosit, Granulosit, Slstem Monosit-Makrofag 457

sel-sel progenitor granulositik dan monositik di sumsum. Penyebab peningkatan produksi granulosit dan mo-
Namun, hal tersebut memerlukan waktu 3 sampai 4 hari nosit oleh sumsum tulang ini terutama adalah tiga fak-
sebelum granulosit dan monosit yang baru terbentuk ini tor perangsang-koloni, satu di antaranya, GM-CSF, me-
mencapai tahap meninggalkan sumsum tulang. Jika te- rangsang produksi granulosit maupun monosit; dan dua
rus menerus terdapat perangsangan dari jaringan yang lainnya, G-CSF dan M-CSF, berturut-turut merangsang
meradang, maka sumsum tulang dapat terus menerus granulosit dan monosit. Kombinasi antara TNF, IL- I , dan
memproduksi sel-sel ini dalam jumlah yang banyak se- faktor perangsang-koloni merupakan mekanisme umpan
kali selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, balik yang kuat yang dimulai dengan peradangan jaringan,
kadang-kadang dengan kecepatan produksi 20 sampai 50 kemudian berlanjut membentuk sejumlah besar sel darah
kali di atas normal. putih pertahanan yang membantu untuk menghilangkan
penyebab radang.
Pengaturin Umpan Balik Terhadap
Respons Makrofag dan Netrofil Pembentukan Pus
Walaupun terdapat lebih dari dua lusin faktor yang terlibat Bila nehofil dan makrofag menelan sejumlah besar bak-
dalam pengaturan respons makrofag terhadap peradang- teri dan jaringan nekrotik, pada dasamya semua netrofil
an, lima di antaranya dipercaya memiliki peran yang do- dan sebagian besar makrofag akhirnya akan mati. Sesu-
minan. Faktor-faktor ini diperlihatkan pada Gambar 33-6 dah beberapa hari, di dalam jaringan yang meradang akan
dan terdiri dari (l)faktor nekrosis tumor (TNF), (2) inter- terbentuk rongga yang mengandung berbagai bagian
I eukin- I (II-- 1 ), (3) fakt or p er angs ang-kol oni gr anul o s it-
jaringan nekrotik, netrofil mati, makrofag mati, dan cair-
m o n os it (GM-C S F), (4) fa kt or p er angs an g- ko I o n i gr a n u - an jaringan. Campuran seperli ini biasanya disebut pzs.
/osll (G-CSF), dan (5) faktor perqngsang-koloni monosit Setelah proses infeksi dapat ditekan, sel-sel mati dan ja-
(M-CSF). Faktor-faktor ini dibentuk oleh sel makrofag ringan nekrotik yang terdapat dalam pus secara bertahap
yang teraktivasi dijaringan yang meradang, dan sebagian akan mengalami autolisis dalam waktu beberapa hari, dan
kecil dibentuk oleh sel-seljaringan yang meradang. kemudian produk akhirnya akan diabsorpsi ke dalam ja-
ringan sekitar dan cairan limfe hingga sebagian besar tan-
da kerusakan jaringan telah hilang.

Eosinofil
Eosinofil normalnya mencakup sekitar 2 persen dari selu-
ruh leukosit darah. Eosinofil merupakan sel fagosit yang
lemah, dan menunjukkan fenomena kemotaksis, namun
bila dibandingkan dengan netrofil, peran eosinofil dalam
pertahanan tubuh terhadap tipe infeksi yang umum masih
diragukan.
Namun, eosinofil sering diproduksi dalam jumlah be-
sar pada pasien infeksi parasit, dan eosinofil ini bermi-
grasi dalam jumlah besar ke jaringan yang diserang oleh
infeksi parasit. Walaupun kebanyakan parasit terlalu besar
untuk dapat difagositosis oleh eosinofil atau oleh sel fa-
gositik lain, namun eosinofil akan melekatkan diri pada
parasit melalui molekul permukaan khusus, dan melepas-
kan zat-zat yang dapat membunuh banyak parasit. Con-
tohnya, salah satu infeksi yang paling banyak tersebar di
seluruh dunia adalah skistosomiasis, suatu infeksi parasit
yang dijumpai pada sepertiga penduduk di beberapa ne-
gara Dunia Ketiga; parasit ini dapat masuk ke setiap ba-
gian tubuh. Eosinofil melekatkan diri pada parasit bentuk
muda dan membunuh banyak parasit ini. Eosinofil mela-
I
Granulosit
kukan hal ini melalui beberapa cara: (1) dengan melepas-
kan enzim hidrolitik dari granulanya, yang dimodifikasi
MonosiUmakrofag
lisosom; (2) mungkin juga dengan melepaskan bentuk
GAMBAR 33-6. Pengaturan produksi granulosit dan monosit- oksigen yang sangat reaktifyang khususnya bersifat me-
makrofag oleh sumsum tulang sebagai respons terhadap ber- matikan bagi parasit; dan (3) dengan melepaskan suatu
bagai fal<tor pedumbuhan yang dilepaskan dari makrofag yang polipeptida yang sangat larvasidal dari granulanyayang
teradivasi dalam jaingan yang meradang. G-CSE faktor perang-
disebut protein dasar utamq,.
sang-koloni granulosit; GM-CSF, faktor perangsang-koloni granu-
losit-monosit; L-l, interleukin-l ; M-CSF, faffior perangsang-kolo- Di sebagian kecil tempat di dunia, penyakit para-
ni monosit; TNF, faktor nekrosis tumor. sit lain yang menyebabkan eosinofilia adalah trikinosis.
458 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

Trikinosis disebabkan oleh invasi parasit Trichinella kokus, dan bakteri yang sama ini ditemukan dalam jumlah
("cacing babi") ke dalam otot, setelah seseorang makan yang lebih sedikit di seluruh saluran napas. Saluran cerna
daging babi yang mengandung parasit dan tidak dimasak bagian distal khususnya dipenuhi dengan basil kolon. Se-
hingga matang. lanjutnya, kita dapat selalu menjumpai bakteri di atas per-
Eosinofil juga mempunyai kecenderungan khusus un- mukaan mata, uretra, dan vagina. Setiap penurunan jum-
tuk berkumpul di jaringan tempat berlangsungnya reaksi lah sel darah putih dengan segera akan memungkinkan
alergi, seperli di jaringan peribronkial paru pasien asma invasi jaringan sekitar oleh bakteri yang memang sudah
dan di kulit setelah mengalami reaksi kulit alergi. Sedikit- ada dalam tubuh.
nya, hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa banyak Dalam waktu dua hari sesudah sumsum tulang berhen-
sel mast dan basofil yang berperan serta dalam reaksi ti memproduksi sel darah putih, di dalam mulut dan kolon
alergi, seperli yang akan dibicarakan di paragrafberikut. dapat timbul ulkus, atau orang tersebut dapat mengalami
Sel mast dan basofil ini melepaskan faktor kemotaktik beberapa bentuk infeksi pernapasan yang berat. Bakteri
eosinofil yang menyebabkan eosinofil bermigrasi ke arah yang berasal dari ulkus secara cepat menginvasi jaringan
jaringan alergik yang meradang. Eosinofil diduga mampu sekitar dan darah. Tanpa pengobatan, dalam waktu ku-
mendetoksifikasi beberapa zat pencetus peradangan yang rang dari satu minggu setelah dimulainya leukopenia total
dilepaskan oleh sel mast dan basofil, dan mungkin juga akut, dapat teriadi kematian.
memfagositosis dan menghancurkan kompleks alergen- Radiasi tubuh dengan sinar-x atau sinar gamma, atau
antibodi, jadi mencegah penyebaran proses peradangan setelah terpajan dengan obat-obatan dan bahan kimiayang
setempat" mengandung inti benzena atau inti antrasena, kemungkin-
an besar dapat menimbulkan aplasia sumsum tulang. Me-
mang, beberapa obat umum, seperti kloramfenikol (anti-
Basofil biotik), tiourasil (dipakai untuk mengobati tirotoksikosis),
Basofil dalam sirkulasi darah serupa dengan sel mast ja- dan bahkan berbagai macam obat hipnotik barbiturat, da-
ringan yang besar yang terletak tepat di sisi luar banyak lam keadaan yang sangat jarang dapat menimbulkan leu-
kapiler dalam tubuh. Sel mast dan basofil melepaskan fte- kopenia, hingga membuat keseluruhan rangkaian infeksi
parinke dalam darah, yaitu suatu bahan yang dapat men- pada orang tersebut.
cegah pembekuan darah. Sesudah sumsum tulang mengalami kerusakan sedang
Sel mast dan basofil juga melepaskan histamin, dan akibat penyinaran, masih ada beberapa sel stem, mielo-
sejumlah kecil bradikinin serta serotonin. Tentu saja, sel blas, dan hemositoblas yang tidak rusak dalam sumsum
mast pada jaringan radang terutama melepaskan bahan- dan mampu melakukan regenerasi sumsum tulang, asal-
bahan ini sewaktu terjadi peradangan. kan tersedia waktu yang cukup. Pasien diterapi dengan
Sel mast dan basofil sangat berperan pada beberapa transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat-obat
tipe reaksi alergi, karena tipe antibodi yang menyebabkan lainnya untuk menanggulangi infeksi, biasanya terbentuk
reaksi alergi, yaitu tipe imunoglobulin E (IgE) (lihat Bab sumsum tulang baru yang cukup dalam waktu beberapa
34), mempunyai kecenderungan khusus untuk melekat minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi sel-sel
pada sel mast dan basofil. Selanjutnya, bila terdapat anti- darah dapat kembali normal.
gen yang spesifik untuk antibodi IgE tertentu dan kemudi-
an antigen ini bereaksi dengan antibodi, maka akan terjadi
pelekatan antara antigen dan antibodi yang menyebabkan
Leukemia
sel mast atau basofil menjadi ruptur dan melepaskan ba-
Produksi sel darah putih yang tidak terkonrol disebab-
nyak sekali histamin, bradikinin, serotonin, heparin, sub-
kan oleh mutasi yang bersifat kanker pada sel mielogen
stansi anafilalesis yang bereal<si lambat, dan sejumlah
atau sel limfogen. Hal ini menyebabkan leukemia, yang
e nz i m I i s o s o m al. B ahan-b ahan ini selanj utnya menyebab-
biasanya ditandai dengan jumlah sel darah putih abnormal
kan reaksi jaringan -dan pembuluh darah setempat yang
yang sangat meningkat dalam sirkulasi darah.
menyebabkan bartyak atau sebagian besar manifestasi aler-
gi. Reaksi ini dibicarakan lebih rinci di Bab 34.
Tipe leukemio. Leukemia dibagi menjadi dua tipe
umum: leukemia limfotsitik dan leukemia mielogenosa.
Leukopenia Leukemia limfositik disebabkan oleh produksi sel limfoid
yang bersifat kanker, biasanya dimulai di nodus limfe atau
Kondisi klinis yang dikenal sebagai I eukop eni aterj adi bila jaringan limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh
sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih, lainnya. Tipe leukemi a yalg kedua, leukemia mielogeno-
sehingga tubuh tidak terlindung terhadap banyak bakteri sa, dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang
dan agen lain yang mungkin masuk menginvasi jaringan. bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menye-
Biasanya, tubuh manusia hidup bersimbiosis dengan bar ke seluruh tubuh, sehingga sel darah putih diproduksi
bermacam-macam bakteri, karena seluruh membran mu- di banyak organ ekstramedular-terutama di nodus limfe,
kosa tubuh terus menerus berhubungan dengan banyak limpa, dan hati.
sekali bakteri. Mulut hampir selalu mengandung berma- . Pada leukemia mielogenosa, kadang-kadang proses
cam-macam bakteri spiroketa, pneumokokus, dan strepto- yang bersifat kanker ifu memproduksi sel yang berdife-
BAB 33 Pertahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: L Leukosit, Granulosit, Sistem Monosit-Makrofag 459

rensiasi sebagian, menghasilkan apayang disebut dengan melemah. Setelah mengalami kelaparan metabolik yang
leukemia netrofilik, leukemia eosinofilik, leukemia baso- berkepanjangan, hal ini sendiri sudah cukup untuk menye-
filik, atav leukemia monositik. Namun, yang lebih sering babkan kematian.
terjadi ialah sel leukemia dengan bentuk yang aneh dan
tidak berdiferensiasi serta tidak identik dengan sel darah
putih yang normal apa pun. Biasanya bila sel semakin ti-
Kepustakaan
dak berdiferensiasi, maka leukemia yang terjadi semakin Alexander JS, Granger DN: Lymphocyte trfficking mediated by
akut, dan jika tidak diobati sering menyebabkan kematian vascular adhesion protein-l: implications for immune tar-
dalam waktu beberapa bulan. Pada beberapa sel yang le- geting and cardiovascular disease. Circ Res 86:1190, 2000.
bih berdiferensiasi, prosesnya dapat berlangsung kronik, Blander JM, Medzhitov R: Regulation of phagosome maturation
kadang-kadang begitu lambatnya sampai lebih dari l0 by signalsfrom toll-like receptors. Science 304:1014, 2004.
Bleakley M, Riddell SR: Molecules and mechanisms of the graft-
hingga 20 tahun. Sel leukemia, khususnya sel yang sangat
versus-leukaemia effect. Nat Rev Cancer 4:371, 2004.
tidak berdiferensiasi, biasanya tidak berfungsi memberi-
Ferraj oli A, O'Brien SM: Treatment of chronic lymphocytic leu-
kan perlindungan normal terhadap infeksi. kemia. Semin Oncol 3l (Suppl 4):60, 2004.
Heasman SJ, Giles KM, Ward C, et al: Glucocorticoid-medi-
ated regulation of granulocyte apoptosis and macrophage
Pengaruh Leukemia pada Tubuh phagocytosis of apoptotic cells : implications for the res olu-
tion of inflammation. J Endouinol 178:29, 2003.
Efek pertama leukemia adalah pertumbuhan metastatik
Kunkel EJ, Butcher EC: Plasma-cell homing. Nat Rev Immunol
sel leukemik di tempat yang abnormal dalam tubuh. Sel
3:822,2003.
leukemik dari sumsum tulang dapat berkembang biak se- Kvietys PR, Sandig M: Neutrophil diapedesis: paracellular or
demikian hebatnya sehingga dapat menginvasi tulang di transcellular? News Physiol Sci 16:15, 2001.
sekitamya, menimbulkan rasa nyeri dan, pada akhirnya, Ley K, Kansas GS: Selectins in T-cell recruitment to non-lym-
tulang cenderung mudah fraktur. phoid tissues and sites of inflammation. Nat Rev Immunol
Hampir semua sel leukemia akan menyebar ke lim- 4:325,2004.
pa, nodus limfe, hati, dan daerah pembuluh darah lain- Moser B, Wolf M, Walz A, Loetscher P; Chemokines: multiple
nya, tanpa menghiraukan apakah leukemia itu berasal levels of leukocyte migration control. Trends Immunol
25:75,2004.
dari sumsum tulang atau nodus limfe. Efek umum dari
Muller I(A: Leukocyte-endothelial-cell interactions in leukocyte
leukemia adalah timbulnya infeksi, anemia berat, dan
transmigration and the inflammatory response. Trends Im-
kecenderungan untuk berdarah karena terjadi trombosi- munol 24:327, 2003.
topenia (kekurangan trombosit). Berbagai pengaruh ini Ossovskaya VS, Bunnett NW: Protease-activated receptors:
terutama diakibatkan oleh penggantian sel normal di sum- contribution to physiology and disease. Physiol Rev 84: 579,
sum tulang dan sel limfoid oleh sel leukemik yang tidak 2004.
berfungsi. Park JE, Barbul A: Understanding the role of immune regula-
Akhirnya, pengaruh leukemia yang mungkin paling ilon in wound healing. Am J Surg I 87: I I S, 2004.
penting pada tubuh adalah penggunaan bahan metabolik Pui CH, Relling MV Downing JR: Acute lymphoblastic leuke-
mia. N Engl J Med 350:15i5, 2004.
yang berlebihan oleh sel kanker yang sedang tumbuh.
Roufosse E Cogan E, Goldman M: The hypereosinophilic syn-
Jaringan leukemik memproduksi kembali sel-sel baru de-
drome revisited. Annu Rev Med 54:169, 2003.
ngan begitu cepat, sehingga timbul kebutuhan makanan von Herrath MG, Harrison LC: Regulatory lymphocytes: an-
yang besar sekali dari cadangan tubuh, khususnya asam tigen-induced regulatory T cells in autoimmunity. Nat Rev
amino dan vitamin. Akibatnya, energi pasien menja- Immunol 3:223,2003.
di sangat berkurang, dan penggunaan asam amino yang Warner S, Grose R: Regulation of wound healing by growthfac-
berlebihan khususnya menyebabkan jaringan protein tu- tors and cytokines. Physiol Rev 83:835, 2003.
buh yang normal mengalami kemuduran yang cepat. Jadi, Zullig S, Hengartner MO: Cell biology: tickling macrophages, a
sewaktu jaringan leqkemik tumbuh, jaringan lain akan serious business. Science 304: I 123, 2004.
Pertahanan Tub:uh
T€rhadap Infeksi:
II. knunitn$ dan Alergi

lrnunitas Bawaan 'j 'j:

lil+Hr,:rr.
Tnbuh manusia memplnyai kemampuan unfukmela-
wan hampir semua jenis organisme,atau toksiq yang
eenderung merusakjaringan dan crgan tubuh' Kemam-
p*an ini disebut imunitas. Sebagian besa{ imunitas
merupakan iwunitas didap*t yang tidak tilnbu,l sampai
tubuh perlama kali dieerang oleh bakteri, viius, atau toksin, sering kali membutuhkan
waktu berminggu.minggu:atau berbulan-brrlan qntuk membent$k imruritas ini, Ada,
suatu imunitas jenis lain yang merupakan akibat dari prcses umum, dan liukan dari
ptose$ y4qg,ditujukan untuk *uahl,organisme peryebab penyakit terfentu, lmunitas-.
ini disebut imunitas bry{}an; yang n:reliputi:,,

. 1:.. P{oses fbgositosis bakred,dan organisme lainnya oleh rel darah putih dan sel
:: ", gada'sistem nrakrofag jaringaR, s'eperti yang dijelaskan di Bab 33-
' ' ?. Penghaneuranorganismeryang t€rtelan ke dalam satruran cema oleh agam,lan*'
' , bung dan eRzimpeneernaan. .,'
3. Daya tahan kulit terhadap invasi organisme.
, 4. Adanya sfilyawa kimia'tertentu dalamdarah yang melekerpada organisme,:.
,', : .asing atau,toksin dan kemudian menghaacark4gnya. Bebe.r-apa,se4yawa.te$,e:'
. ' ,bnt adalah (lj lisazim, *uaar polisakarida'mukolilik yaqg menyelarrg.bakteri-
,
,,:, 'd.an,membu411ly,41arut; (2) polipgp.tida:dasar' y*ng bereaksi.:denga4!,bakteri
: ,,, ,gram-po*itif tertenhr,dan,rnembnatnyarneqiadi.tirtak aktrf:. (Sj lwnpleles kaw..
,plemen yang akai'r dibiearakan:kemudian,,,rnerupakan suatu sistenr lrangte.rdiii
dari kurang Jebih 20 protein, yang dapat diaktifkan melalui berbagai macam
:: ' c&Kr oxriuk"?nenghareurkan balteri; dan,(4) limfosit pembunuh akrmi:{nqlarsl
killer lymphocyte) yangdapat mengenali dan rnenghanc*rkan sel-sel asi4go sel
.tumorn dan bahkan betrerapa sel yang tsrinfeksi. l

,, Imunitas baqiaan ini membuaf tubuh manusia tahan ter,hadap penyakit seBe.rti be-
berapa iufeksi virus paralitik, peda he
-,.kolera pada babi,,pes':p,ad*'lextbu,.dar1 ,

distempel*peryakit virus 3'ang banyak rlenyebabkaa k*matiaa p*da aqj,ing,yan$


menderita penyakit,ini. Sebaliknya, banyak,binatang tingkat rendah'y,arg tahan,atau'
bahkaq kelal terhadap banyak penyakit yang meyerang manusia, seperti pollornieli-
tisn parotitis, kolera pada manusia, campak, dan sifilis, yaag menimbulkan keru* €n
atau bahkan kematian bagi manusia.

460
BAB 34 Pertahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: II. lmunitas dan Alergi 461

lmunitas Didapat (Adaptif) Agar suatu bahan dapat bersifat antigenik, biasanya
harus mempunyai berat molekul yang besar, 8000 atau le:
Selain imunitas bawaan yang bersifat umum, tubuh manu- bih. Selanjutnya, proses pembentukan sifat antigenik bia-
sia juga mampu membentuk imunitas spesifik yang sangat sanya bergantung pada pengulangan kelompok molekul-
kuat untuk melawan agen penyerang yang mematikan, ar secara reguler, yang disebut epitop pada permukaan
seperti bakteri, virus, toksin, dan bahkan jaringan asing molekul besar. Hal ini juga menjelaskan mengapa protein
yang berasal dari hewan lain. Imunitas semacam ini dise- dan polisakarida besar hampir selalu bersifat antigenik,
but imunitas didapat atau imunitas adaptif. Imunitas di- karena keduanya mempunyai sifat stereokimia tersebut.
dapat dihasilkan oleh sistem imun khusus yang memben-
tuk antibodi danlatau mengaktifkan limfosit yang mampu
menyerang dan menghancurkan organisme spesiflk atau
Limfosit Berperan dalam
toksin. Dalam bab ini akan dibahas mengenai mekanisme Pembentukan lmunitas Didapat
imunitas didapat dan beberapa reaksi terkait-terutama
'Imunitas didapat merupakan produk limfosit tubuh.
alergi.
Orang-orang yang memiliki cacat genetik berupa keku-
Imunitas didapat sering kali mampu memberikan per-
rangan limfosit atau yang limfositnya telah rusak akibat
lindungan yang kuat. Contohnya, imunitas didapat mampu
radiasi atau bahan kimia, tidak dapat membentuk imuni-
melindungi tubuh dari efek toksin tertentu, seperti toksin
tas didapat. Dan dalam waktu beberapa hari setelah lahir,
botulinum yang bersifat paralitik atau toksin tetanus yang
pasien seperti ini meninggal akibat infeksi bakteri yang
menimbulkan kejang, dalam dosis sebanyak 100.000 kali
jumlah yang dapat menimbulkan kematian bila tidak ada fulminan kecuali bila diobati dengan tindakan yang hebat.
imunitas. Ini merupakan alasan mengapa suatu proses Oleh karena itu, jelaslah bahwa limfosit sangat penting
yang dikenal sebagai imunisasi sangat penting dalam me-
untuk kelangsungan hidup manusia.
Limfosit paling banyak ditemukan dalam nodus limfe,
lindungi manusia terhadap penyakit dan toksin, seperti
namun dapat juga dijumpai dalam jaringan limfoid khu-
yang akan dibicarakan di bab ini.
sus, seperti limpa, daerah submukosa saluran cerna,
timus, darr sumsum tulang. Jaringan limfoid tersebar di
Tipe-Tipe Dasar lmunitas Didapat lokasi-lokasi yang sangat menguntungkan di dalam tu-
buh untuk menahan invasi organisme atau toksin sebelum
Dalam tubuh dapat dijumpai dua tipe dasar imunitas di- dapat menyebar lebih luas.
dapatyang berhubungan erat satu sama lain. Pada tipe Pada kebanyakan kasus, mula-mula agen yang meng-
yang pertama, tubuh membentuk antibodi yang bersir- invasi akan masuk ke dalam cairan jaringan dan kemu-
kulasi, yaitu molekul globulin dalam plasma darah yang dian dibawa melalui pembuluh limfe ke nodus limfe atau
mampu menyerang ager yafig masuk ke dalam tubuh. jaringan limfoid yang lain. Contohnya, jaringan limfoid
Tipe imunitas ini disebut imunitas humoral atau imunitas di dinding saluran cerna akan terpajan secara langsung
sel-B (karena limfosit B memproduksi antibodi). Sedang. dengan antigen yang masuk melalui usus. Jaringan lim-
kan tipe yang kedua diperoleh melalui pembentukan /ln- foid di tenggorokan dan faring (tonsil dan adenoid) terle-
fosit T teraktivasi dalamjumlah besar yang secara khusus tak pada tempat yang tepat untuk menahan antigen yang
dirancang untuk menghancurkan benda asing. Jenis imu- masuk melalui saluran pernapasan bagian atas. Jaringan
nitas ini disebut imunitas yang diperantarai sel atau imu- limfoid di nodus limfe terpajan dengan antigen yang
nitas sel-T (karena limfosit yang teraktivasi merupakan menginvasi jaringan perifer tubuh. Dan, akhirnya, jaring-
limfosit T). Kita akan segera melihat bahwa antibodi dan an limfoid di limpa, timus, dan sumsum tulang berperan
limfosit yang teraktivasi dibentuk dalam jaringan limfoid penting khususnya dalam menahan agen antigenik yang
tubuh. Pertama-tarna, mari kita membahas tentang dimu- berhasil mencapai sirkulasi darah.
lainya proses imunitls-yang dipicu oleh antigen.
Duo Mocom Limfosit yong Menimbulkon lmuni-
ios yong "Diperonloroi Sel" don lmunitos "Hu-
Kedua Tipe lmunitas Didapat morol"-Limfosil T dqn B. Walaupun sebagian besar
Dicetuskan oleh Antigen limfosit dalam jaringan limfoid normal tampak serupa
di bawah mikroskop, tetapi sel-sel tersebut secara jelas
Karena imunitas yang didapat ini tidak akan terbentuk dapat dibedakan dalam dua kelompok besar. Kelom-
sampai ada invasi oleh organisme asing atau toksin, maka pok pertama, yaitu limfosit ! bertanggung jawab dalam
jelaslah bahwa tubuh harus mempunyai suatu mekanisme pembentukan limfosit teraktivasi yang dapat membentuk
tertentu untuk mengenali invasi ini. Setiap toksin atau se- imunitas diperantarai sel, dan kelompok lain, yaitu lim-
tiap jenis organisme hampir selalu mengandung satu atau fosit B, bertanggung jawab dalam pembentukan antibodi
lebih senyawa kimia spesifik yang membuatnya berbeda yang memberikan imunitas humoral.
dengan seluruh senyawa lainnya. Pada umumnya, senya- Pada masa embrio, kedua macam limfosit ini berasal
wa tersebut adalah protein atau polisakarida besar, dan dari sel stem hematopoietik pluripoten yang membentuk
senyawa inilah yang memicu imunitas didapat. Bahan- limfosit sebagai salah satu hasil diferensiasi sel terpen-
bahan ini disebut ant i g en (ant h o dy g e ner alions). ting. Hampir semua limfosit yang terbentukakhimya ber-
462 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

Imunitas yang Diperantarai Sel

fri:--::t:i'il:;'tin.. l
l*..-1lliPfl_,. l
Limfosit T

GAMBAR 34-1. Pemben-


tukan antibodi dan limfosit
yang tersensitisasi oleh no-
Limfosit B
dus limfe sebagai respons
terhadap antigen. Gambar
Sel
]'.nii'oe.' plasma ini juga menunjukkan sum-
ber limfosit dari timus (T)
dan bursa (B) yang secara
Hati janin,
berturutlurut berperan da-
sumsum tulang
lam proses imun yang di-
lmunitas Humoral perantarai sel dan proses
imun humoral.

ada dalam jaringan limfoid, namun sebelum sampai, lim- T membelah secara cepat dan pada waktu yang bersa-
fosit berdiferensiasi lebih lanjut atau "diolah lebih dulu" maan membentuk keanekaragaman yang ekstrem untuk
dengan cara sebagai berikut. bereaksi melawan berbagai. antigen spesifik. Artinya,
Limfosit yang dipersiapkan untuk membentuk limfo- tiap satu limfosit di kelenjar timus membentuk reaktivi-
sit T teraktivasi, mula-mula bermigrasi ke kelenjar timus tas yang spesifik untuk melawan satu antigen. Kemudian
dan diolah lebih dulu di sana, sehingga limfosit tersebut limfosit berikutnya membentuk spesifi sitas terhadap anti-
disebut timfosit "7" untuk menunjukkan peranan kelenjar gen yang lain. Hal ini terus berlangsung sampai terdapat
timus. Limfosit ini bertanggung jawab untuk membentuk ribuan jenis limfosit timus dengan reaktivitas spesifik un-
imunitas yang diperantarai sel. tuk melawan ribuan jenis antigen. Berbagai tipe limfosit T
Kelompok limfosit yang lain-limfosit B yang diper- yang telah diproses ini sekarang meninggalkan timus dan
siapkan untuk membentuk antibodi-mula-mula diolah menyebar ke seluruh tubuh melalui darah untuk mengisi
lebih dulu di hati selama masa pertengahan kehidupan jaringan limfoid di setiap tempat.
janin, kemudian diolah di sumsum tulang pada masa akhir Timus juga memastikan bahwa setiap limfosit T yang
janin dan sesudah lahir. Kelompok sel ini mula-mula dite- meninggalkan timus tidak akan bereaksi terhadap pro-
mukan pada burung, yang mempunyai organ pengolahan tein atau antigen lain yang berasal dari jaringan tubuh
khusus yaitu bursa Fabricius. Karena alasan tersebut, sendiri; kalau tidak, limfosit T akan bersifat mematikan
limfosit ini disebut limfosit "8", dan bertanggung jawab bagi jaringan tubuh dalam waktu beberapa hari saja. Ti-
untuk imunitas humoral. Gambar 34-1 memperlihatkan mus menyeleksi limfosit T yang akan dilepaskan, yaitu
kedua sistem limfosit, berturut-turut untuk pembentukan mula-mula dengan cara mencampurkan limfosit dengan
( I ) limfosit T teraktfvasi dan (2) antibodi. semua "antigen-sendiri" yang spesifik yang berasal dari
jaringan tubuh sendiri. Jika limfosit T bereaksi, maka lim-
fosit ini akan dihancurkan dan difagositosis, tetapi yang
Pengolahan Pendahuluan tidak bereaksi akan dilepaskan, inilah yang terjadi pada
Terhadap Limfosit T dan B 90 persen sel. Jadi, yang akhimya dilepaskan hanyalah
sel-sel yang bersifat non-reaktif terhadap antigen tubuh-
Walaupun semua limfosit tubuh berasal dari sel stem yang
nya sendiri-limfosit hanya bereaksi terhadap antigen
membentuk limfosit di masa embrio, sel stem ini sendiri
dari sumber di luar tubuh, seperti dari bakteri, toksin, atau
tidak mampu membentuk limfosit T teraktivasi atau anti-
bahkan jaringan yang ditransplantasikan dari orang lain.
bodi secara langsung. Sebelum dapat melakukan hal itu,
Sebagian besar proses pengolahan limfosit T dalam
sel stem tersebut harus berdiferensiasi lebih lanjut di tem-
timus berlangsung beberapa saat sebelum bayi lahir dan
pat pengolahan yang tepat sebagai berikut.
selama beberapa bulan setelah lahir. Sesudah melewati
limfosii T Dioloh lebih Dulu di Kelenjor Timus. periode ini, bila dilakukan pengangkatan kelenjar timus
LimfositI setelah pembentukannya di sumsum tulang, maka akan menurunkan (tetapi tidak menghilangkan)
mula-mula bermigrasi ke kelenjar timus. Di sini, limfosit sistem imun limfosit-T. Namun, pengangkatan kelen-
BAB 34 Pertahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: ll. lmunitas dan Alergi 463

jar timus beberapa bulan sebelum lahir dapat mencegah buh. Dan bila limfosit tersebut adalah limfosit T, maka ke-
pembentukan semua imunitas yang diperantarai sel. Ka- turunannya adalah sel T spesifik yang tersensitisasi yang
rena tipe imunitas seluler ini terutama bertanggung jawab akan dilepaskan ke dalam cairan limfe dan diangkut ke
untuk penolakan terhadap organ yang ditransplantasikan, dalam darah, kemudian disirkulasikan ke seluruh cairan
seperti jantung dan ginjal, maka kita dapat mentransplan jaringan dan kembali lagi ke dalam limfe, kadang-kadang
organ dengan sedikit sekali kemungkinan penolakan jika sirkulasi yang terus-menerus dalam sirkuit ini terjadi se-
timus pada seekor hewan diangkat sebelum lahir (tetapi lama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
masih dalam masa yang memungkinkan).

limfosit B Dioloh Lebih Dulu di Hoti don Sum- Asal-Usul Banyak Klon Limfosit
sum Tulong. Pengolahan limfosit B yang rinci lebih Hanya ada beberapa ratus sampai beberapa ribu penyandi
sedikit diketahui daripada proses pengolahan limfosit T. gen untuk jutaan jenis antibodi dan limfosit T. Pada mu-
Pada manusia, limfosit B diketahui diolah lebih dulu di
lanya, memang masih merupakan suatu misteri bagaima-
hati selama periode pertengahan kehidupan janin, dan di na mungkin dengan jumlah gen yang hanya sedikit dapat
sumsum tulang selama masa akhir kehidupan janin dan menyandi berjuta- juta sifat spesifik pada molekul anti-
setelah lahir.
bodi atau sel T yang dapat dihasilkan oleh jaringan lim-
Limfosit B berbeda dengan limfosit T dalam dua hal: foid, khususnya bila kita berpikir bahwa satu gen biasa-
Pertama, berbeda dengan seluruh sel yang membentuk re-
nya hanya berguna untuk pembentukan setiap tipe protein
aktivitas terhadap antigen, seperti yang terjadi pada limfo- yang berbeda. Misteri ini sekarang telah terpecahkan.
sit I
limfosit B secara aktif menyekresikan antibodi yang Seluruh gen yang membentuk setiap jenis sel T atau
merupakan bahan reaktif. Bahan ini berupa molekul pro-
sel B tidak pernah ada di dalam sel stem asal tempat sel
tein besar yang mampu berikatan dengan bahan antigenik imun fungsional terbentuk. Melainkan, yang ada hanyalah
dan menghancurkannya, yang akan dijelaskan di bagian
"segmen gen"-sebenarnya, terdiri dari beratus-ratus seg-
lain di bab ini dan di Bab 33. Kedua, limfosit B bahkan men-tetapi tidak seluruh gen. Selama proses pengolahan
memiliki lebih banyak keanekaragaman daripada limfo- sel limfosit T dan B, segmen-segmen gen ini menjadi ter-
sit I jadi memberituk banyak sekali sampai berjuta-juta campur satu sama lain dalam kombinasi acak, dan dengan
antibodi tipe limfosit B dengan berbagai reaktivitas yang
cara ini akhirnya membentuk seluruh gen.
spesifik. Setelah diolah lebih dulu, limfosit B, seperti juga
Karena jenis segmen gen ada beberapa ratus, maka
limfosit T. bermigrasi ke jaringan limfoid di seluruh tu- terdapat jutaan kombinasi segmen yang dapat tersusun
buh, tempat limfosit B tersebut menempati daerah yang dalam sel tunggal, sehingga kita dapat mengerti mengapa
berdekatan dengan limfosit-T tetapi sedikit lebih jauh.
dapat terjadijutaanjenis gen sel yang berbeda-beda. Pada
setiap limfosit T atau limfosit B fungsional yang akhimya
Limfosit T dan Antibodi Limfosit B terbentuk, sandi struktur gen yang ada hanya untuk satu
spesifisitas antigen. Sel-sel matang ini kemudian menjadi
Bereaksi Secara Sangat Spesifik
sel T dan sel B yang sangat spesifik, yang memenuhi dan
Terhadap Antigen Spesifik- menyebar ke jaringan limfoid.
Peran Klon Limfosit
Bila antigen spesifik melakukan kontak dengan limfosit Mekanisme untuk Mengaktifkan
T dan B di dalam jaringan limfoid, maka limfosit T terten-
Suatu Klon Limfosit
tu menjadi teraktivasi untuk membentuk sel T teraktivasi, Setiap klon limfosit hanya responsif terhadap satu tipe
dan limfosit B tertentu menjadi teraktivasi untuk memben- antigen (atau terhadap beberapa antigen serupa yang sifat
tuk antibodi. Sel T yang teraktivasi dan antibodi ini kemu- stereokimianya hampir sama). Alasan terjadinya hal ini
dian bereaksi dengan;angai spesifik terhadap antigen tipe adalah sebagai berikut; Pada limfosit B, masing-masing
tertentu yang mendetuskan pembentukan sel imun tadi. mempunyai kira-kira 100.000 molekrll antibodi pada per-
- Mekanisme spesifisitas ini adalah sebagai berikut. mukaan membran selnya yang akan bereaksi sangat spe-
sifik dengan satu macam antigen spesifik saja. Jadi, bila
Jutoon Tipe Limfosil yong Spesifik Disimpon do- ada antigen yang cocok, maka antigen ini segera melekat
lom Joringon Limfoid. Terdapat berjuta-juta jenis ca- dengan antibodi di membran sel; keadaan ini menimbul-
lon limfosit B dan limfosit T yang disimpan dalam jaring- kan proses aktivasi, yang akan kita bicarakan lebih rinci
an limfe. Sel-sel ini mampu membentuk antibodi atau kemudian. Pada limfosit ! di permukaan membran sel nya
sel T yang sangat spesifik. Masing-masing limfoSit ini terdapat molekul yang sangat mirip dengan antibodi, yang
hanya mampu membentuk satu jenis antibodi atau satu drsebu't protein reseptor permukaan (atau penanda sel-T),
jenis sel T dengan satu macam spesifisitas. Begitu limfosit dan temyata protein ini juga bersifat sangat spesifik terha-
yang spesifik diaktifkan oleh antigennya, maka ia akan dap satu antigen spesifik yang mengaktifkannya.
berkembang biak dengan cepat dan membentuk banyak
sekali limfosit turunan. Bila limfosit itu adalah limfosit B, Peron Mokrofog dolom Proses Aktivosi. Dalam ja-
maka keturunannya kemudian akan menyekresikan anti- ringan limfoid, selain limfosit juga terdapat berjuta-juta
bodi spesifik yang kemudian bersirkulasi ke seluruh tu- makrofag. Makrofag melapisi sinusoid-sinusoid pada no-
464 UNIT VI SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

dus limfe, limpa, dan jaringan limfoid lain, dan makrofag


ini terletak bersebelahan dengan banyak limfosit dalam
nodus limfe. Kebanyakan organisme yang menginvasi
mula-mula difagositosis dan sebagian akan dicerna oleh
AA
makrofag, kemudian produk antigeniknya dilepaskan ke !
dalam sitosol makrofag. Makrofag kemudian mentrans- o
'j:
fer antigen-antigen tersebut secara langsung ke limfosit cJz
^^
t!
dengan cara kontak sel-ke-sel, sehingga menimbulkan tt
G
aktivasi klon limfositik yang spesifik. Selain itu, mako- ts16
fag juga menyekresikan zat pengaktivasi khusus yang me- o
IA
ningkatkan pertumbuhan dan reproduksi limfosit spesifik.
OE
Zat ini disebut interleukin-l . Y

Peron Sel T dolom Mengoktifkon Limfosit B. Ke-


banyakan antigen mengaktifkan limfosit T dan limfosit 4
B pada saat yang bersamaan. Beberapa sel T yang ter- Minggu
bentuk, disebut sel pembantu (helper cell), kemudian
menyekresikan bahan khusus (yang secara keseluruhan GAMBAR 34-2. Perjalanan respons antibodi dalam sirkulasi da-
rah seiring waktu terhadap penyuntikan primer antigen dan pe-
disebut limfokin) yang mengaktifkan limfosit B spesifik. nyuntikan sekunder beberapa bulan kemudian.
Sesungguhnya, tanpa bantuan sel T pembantu ini, jumlah
antibodi yang dibentuk oleh limfosit B biasanya sedikit.
Kita akan membicarakan hubungan kerjasama antara sel fosit B, tidak berlanjut membentuk sel plasma, melainkan
T pembantu dan sel B ini lagi sesudah kita membahas membentuk sel limfosit B baru dalam jumlah yang cukup
mengenai mekanisme sistem imunitas sel-T. dan serupa dengan klon asal. Dengan kata lain, populasi
sel-B dari klon yang teraktivasi secara spesifik menjadi
sangat meningkat. Dan limfosit B baru tersebut ditam-
Sifat-Sifat Khusus Sistem Limfosit-B- bahkan ke limfosit asal pada klon yang sama. Limfosit B
lmunitas Humoral dan Antibodi yang baru ini juga bersirkulasi ke seluruh tubuh untuk men-
diami seluruh jaringan limfoid; tetapi secara imunologis,
Pembenlukon Antibodioleh Sel Plosmo. Sebelum
limfosit B tetap dalam keadaan dorman sampai diaktifkan
terpajan dengan antigen yang spesifik, klon limfosit B
lagi oleh sejumlah antigen baru yang sama. Limfosit ini
tetap dalam keadaan dorman di dalam jaringan limfoid.
disebut sel memori. Pajanan berikutnya oleh antigen yang
Bila ada antigen asing yang masuk, makrofag dalam ja-
sama akan menimbulkan respons antibodi untuk kedua
ringan limfoid akan memfagositosis antigen dan kemu-
kalinya yangjauh lebih cepat danjauh lebih kuat, karena
dian membawanya ke limfosit B di dekatnya. Selain itu,
terdapat lebih banyak sel memori daripada yang dibentuk
antigen tersebutjuga dapat dibawa ke sel T pada saat yang
hanya oleh sel limfosit B asal yang spesifik.
bersamaan, dan terbentuk sel T pembantu yang teraktivasi.
Gambar 34-2 menunjukkan perbedaan antara respons
Sel pembantu ini juga berperan dalam aktivasi hebat limfo-
primer untuk pembentukan antibodi yang terjadi pada
sit B, yang akan kita bicarakan secara lebih lengkap nanti.
saat pajanan pertama oleh suatu antigen spesifik dan res-
Limfosit B yang bersifat spesifik terhadap antigen
pons sekunder yang terjadi setelah pajanan kedua oleh
segera membesar dan tampak seperti gambaran limfoblas.
antigen yang sama. Perhatikan timbulnya penundaan
Beberapa limfoblas berdiferensiasi lebih lanjut untuk
respons primer selama satu minggu, potensinya yang
membentuk plasmablas, yang merupakan prekursor sel
lemah, dan masa hidupnya yang singkat. Sebaliknya,
plasma. Dalam plasmablas ini, sitoplasma meluas dan
respons sekunder, timbul dengan cepal setelah terpajan
retikulum endoplasma kasar akan berproliferasi dengan
dengan antigen (sering kali dalam waktu beberapa jam),
cepat. Sel-sel ini kemudian mulai membelah dengan ke-
bersifat jauh lebih kuat, dan membentuk antibodi selama
cepatan satu kali setiap l0 jam, sampai sekitar sembilan
berbulan-bulan, ketimbang hanya beberapa minggu saja.
pembelahan, sehingga dari satu plasmablas dapat terben-
Peningkatan potensi dan masa kerja respons sekunder ini
tuk kira-kira 500 sel dalam waktu 4 hari. Sel plasma yang
dapat menjelaskan mengapa imunisasi biasanya dilaku-
matur kemudian menghasilkan antibodi gamma globulin
kan dengan menyuntikkan antigen dalam dosis multipel
dengan kecepatan tinggi-kira-kka2}}} molekul per detik
dan dengan periode antara penyuntikan selama beberapa
untuk setiap sel plasma. Kemudian, antibodi disekresikan
minggu atau beberapa bulan.
ke dalam cairan limfe dan diangkut ke sirkulasi darah. Pro-
ses ini berlanjut terus selama beberapa hari atau beberapa
minggu sampai sel plasma akhirnya kelelahan dan mati. Sifat Antibodi
Antibodi merupakan gamma globulin yang disebut imu-
Pembentukon Sel "Memori"-Perbedqon Anlo- noglobulin (disingkat sebagai Ig), dan berat molekulnya
ro Respons Frimer don Respons Sekunder. Bebe- antara 160.000 dan 970.000. Imunoglobulin biasanya
rapa limfoblas yang terbentuk oleh pengaktifan klon lim- mencakup sekitar 20%o dari seluruh protein plasma.
BAB 34 Pertahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: ll. lmunitas dan Alergi 465

sama lain, yaitu dengan cara ( 1 ) ikatan hidrofobik, (2) ikat-


Tempat ikatan-antigen
an hidrogen, (3) daya tarik ionik, dan (4) kekuatan van
der Waals, Ikatan ini juga mematuhi hukum kerja massa
termodinamik.
\ Antigen,/,, Bagian variabel

w _ Konsentrasi ikatan antibodi-antigen


"a
' Konsentrasi antibodi x Konsentrasi antigen

K" disebut konstanta afnilas dan merupakan ukuran


yang menunjukkan seberapa kuat ikatan antara antibodi
Bagian konstan
dengan antigen.
Pada Gambar 34-3, perhatikan secara khusus bahwa
pada ilustrasi antibodi terdapat dua tempat yang dapat ber-
ubah, untuk tempat melekatnya antigen, yang membuat
antibodi j enis ini bersifat b iv al en. Sebagian kecil antibodi,
GAMBAR 34-3. Struktur antibodi lgG yang khas, terbentuk dari
dua rantai polipeptida berat dan dua rantai polipeptida ringan. An- yang terdiri dari kombinasi sampai 10 rantai berat dan 10
tigen berikatan pada dua tempat yang berbeda di bagian variabel rantai ringan, mempunyai sampai sepuluh tempat ikatan.
rantai tersebut.
Penggolongon Antibodi. Terdapat lima golongan
umum antibodi, masing-masing diberi rtwna IgM, IgG,
IgA, IgD, danIgE.Ig singkatan dari imwroglobulin, dan ke-
Semua imunoglobulin terdiri atas kombinasi rantai
polipeptida ringan dan berat. Sebagian besar merupakan lima huruf di atas menunjukkan masing-masing golbngan.
kombinasi 2 rattai berat dan 2 rantai ringan, seperti yang Untuk membatasi pembicaraan kita, ada dua golongan
terlihat pada Gambar 34-3. Meskipun begitu, ada bebera- antibodi yang sangat penting: IgG, yang merupakan an-
pa imunoglobulin yang mempunyai kombinasi sampai 10 tibodi bivalen dan mencakup kira-kira 75o/o dari seluruh
rantai berat dan 10 rantai ringan, yang menghasilkan imu- antibodi pada orang normal, dan IgE,.yang merupakan
noglobulin dengan berat molekul besar. Ternyata dalam antibodi dalam jumlah kecil tetapi khususnya terlibat da-
semua imunoglobulin, tiap rantai berat terletak sejajar de-
lam peristiwa alergi. Golongan IgM juga penting sebab
ngan satu rantai ringan pada salah satu ujungnya, sehingga sebagian besar antibodi yang terbentuk selama respons pri-
membentuk satu pasang berat-ringan, serta selalu terdapat mer adalah antibodi jenis ini. Antibodi ini mempunyai l0
sedikitnya 2 pasang dan sebanyak-banyaknya l0 pasang tempat ikatan sehingga sangat efektif dalam melindungi
semacam ini dalam setiap molekul imunoglobulin. tubuh terhadap agen yang masuk, walaupun antibodi IgM
jumlahnya tidak begitu banyak.
Gambar 34-3 memperlihatkan area yang dilingkari
sebagai ujung dari setiap rantai berat dan rantai ringan,
yang disebut bagian yang dapat berubah (bagian varia- Mekanisme Kerja Antibodi
bel); dan sisa dari masing-masing rantai disebut bagian Antibodi bekerja terutama melalui dua cara untuk melin-
yang tetap (bagian konstan). Bagian yang dapat berubah dungi tubuh terhadap agen yang menginvasi: (l) dengan
tersebut berbeda-beda untuk tiap spesifisitas antibodi, dan langsung menyerang penyebab penyakit tersebut dan (2)
bagian inilah yang secara khusus melekat pada tipe anti- dengan mengaktifkan "sistem komplemen" yang kemu-
gen tertentu. Bagian yang tetap dari antibodi menentukan dian dengan berbagai carayang dimilikinya akan meng-
sifat-sifat antibodi yang lain, menetapkan beberapa fak- hancurkan penyebab penyakit tersebut.
tor seperti penyebaran antibodi dalam jaringan, pelekatan Kerjo Longsung Anlibodi Terhodop Agen yqng
antibodi pada struktur-struktur spesifik dalam jaringan, Menginvosi. Gambar 34-4 memperlihatkan antibodi-
pelekatan pada komplel<s komplemen, kemudahan anti- antibodi (ditandai dengan garis merah berbentuk y) yang
bodi melewati membran,-dan sifat-sifat biologis antibodi bereaksi dengan antigen-antigen (ditandai dengan objek
yang lain. yang berwarna lebih gelap). Karena sifat bivalen yang di-

Spesifisitos Antibodi. Setiap antibodi bersifat spesifik


miliki oleh antibodi dan banyaknya tempat antigen pada
sebagian besar agen penyebab penyakit, maka antibodi
untuk antigen tertentu; hal ini disebabkan oleh struktur
dapat mematikan aktivitas agen tersebut dengan salah
organisasi asam amino yang unik pada bagian yang dapat
satu cara berikut ini:
berubah dari kedua rantai ringan dan berat. Susunan asam
amino ini memiliki bentuk sterik yang berbeda untuk l. Aglutinasl, yaitu proses yang menyebabkan ba-
setiap spesifisitas antigen, sehingga bila suatu antigen nyak partikel besar dengan antigen di permukaan-
melakukan kontak dengan bagian ini, maka berbagai ke- nya, seperti bakteri atau sel darah merah, terikat
lompok prostetik antigen tersebut seperti sebuah bayangan bersama-sama menjadi satu gumpalan.
cermin dengan asam amino yang terdapat dalam antibodi, 2. Presipitasl, yaitu proses yang menyebabkan kom-
sehingga terjadilah ikatan yang cepat dan kuat antara an- pleks molekular dari antigen yang mudah larut (mi-
tibodi dan antigen. Bila antibodi bersifat sangat spesifik, salnya racun tetanus) dan antibodi menjadi.begitu
maka akan ada banyak tempat ikatan yang dapat mem- besar sehingga berubah menjadi tidak larut dan
buat pasangan antibodi-antigen itu sangat kuat terikat satu membentuk presipitat.
466 UNIT Vl Se/-Se/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

Sistem Komplemen pada Kerja Antibodi


"Komplemen" merupakan istilah gabungan untuk meng-
gambarkan suatu sistem yang terdiri dari kira-kira 20
protein, yang kebanyakan merupakan prekursor enzim.
Pemeran utama dalam sistem ini adalah 1l protein yang
ditandai dengan Cl sampai C9, B, dan D, seperti yang
tampak pada Gambar 34-5. Biasanya, semua protein ini
ada di antara protein-protein plasma dalam darah dan juga
ada di antara protein -protein yang bocor keluar dari ka-
piler masuk ke dalam ruang jaringan. Biasanya prekursor
enzim ini bersifat inaktil namun dapat diaktifkan teru-
tama oleh jalur klasik.

Jolur Klosik. Jalur ini diaktifkan oleh suatu reaksi anti-


gen-antibodi. Yaitu, bila suatu antibodi berikatan dengan
suatu antigen, maka tempat reaktif yang spesifik pada ba-
GAMBAR 34-4. Pengikatan molekul antigen antara satu dengan
lainnya oleh antibodi bivalen. gian antibodi "yang tetap" akan terbuka, atau "diaktifkan",
dan bagian ini kemudian langsung berikatan dengan mole-
kul Cl dari sistem komplemen, memulai pergerakan "kas-
3. Netralisasl, yaitu proses yang menyebabkan an- kade" rangkaian reaksi, seperti yang tampak pada Gambar
tibodi menutupi tempat-tempat yang toksik dari 34-5,yang diawali dengan pengaktifan proenzim Cl itu
agen yang bersifat antigenik. sendiri. Enzim Cl yang terbentuk kemudian mengaktif-
4. Lisis, yaitu proses yang menyebabkan beberapa kan penambahan jumlah enzim secara berturut-turut pada
antibodi yang sangat kuat kadang-kadang mampu tahap sistem berikutnya, sehingga dari awal yang kecil,
Iangsung menyerang membran sel agen penyebab terjadilah reaksi "penguatan" yang sangat besar. Di sebe-
penyakit sehingga menyebabkan agen tersebut lah kanan gambar tersebut tampak terbentuk berbagai pro-
ruptur. duk akhir, dan beberapa di antaranya menimbulkan efek
penting yang membantu mencegah kerusakan jaringan
Kerja antibodi yang langsung menyerang agen penye- tubuh akibat organisme yang menginvasi atau oleh toksin.
bab penyakit yang bersifat antigenik sering kali tidak Beberapa efek penting tersebut adalah sebagai berikut:
cukup kuat untuk melindungi tubuh terhadap penyebab
penyakit tersebut. Kebanyakan sifat pertahanan didapat l. Opsonisasi dan fagosifosls. Salah satu produk
melalui efek penguatan oleh sistem komplemen yang kaskade komplemen, yaitu C3b, dengan kuat
akan dijelaskan di bawah ini. mengaktifkan proses fagositosis oleh netrofil dan

Kompleks antigen-antibodi
I
t Opsonisasi bakteri

91
i c1
,
-*----'-ar* t***"'*** ser mast dan basofil
_.""f- v.ns r*"kiiu."i
ca+cz-**i-----+"p.# { / ,4 /
* -t
i.".\l{ l
._..\;CS
I
I Kemotaksis sel
c3 -*-=..:----@ + C3a -* darah purih

n,/ \/
i C5.-**"*"*r**"F C5b + Csa
Mikroorganisme + i.t
B dan D/
C6+C7 cs-567
*
*
I
Y-
*--d-r6,-lF
GAMBAR 34'5. Kaskade reak-
si selama aktivasi komplemen
C8 + Cg C5b6789
pada jalur klasik. (Dimodifikasi
I
dari Alexander JW, Good RA:
V
Lisis sel Fundamentals of Clinical lm-
munology. Philadelphia: WB
Saunders,1977.)
BAB 34 Pertahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: ll. Imunitas dan Alergi 467

makrofag, menyebabkan sel-sel ini menelan bak- limfosit yang spesifik akan berproliferasi dan melepaskan
teri yang telah dilekati oleh kompleks antigen- banyak sel T yang teraktivasi dan bereaksi secara spesifik
antibodi. Proses.ini disebut opsonisasi. Proses ini bersamaan dengan pelepasan antibodi oleh sel B yang ter-
sering kali mampu meningkatkan jumlah bakteri aktivasi. Perbedaan utamanya adalah bukan antibodi yang
yang dapat dihancurkan, sampai 100 kali lipat. dilepaskan, tetapi seluruh sel T teraktivasi yang terbentuk
2. Irsrs. Salah satu produk paling penting dari selu- dan dilepaskan ke dalam cairan limfe. Dan selanjutnya,
ruh produk kaskade komplemen adalah komplel<s sel T ini akan masuk ke dalam sirkulasi dan disebarkan
I i t ik, y ang merupakan kombinas i dari banyak faktor ke seluruh tubuh, melewati dinding kapiler masuk ke da-
komplemen dan ditandai dengan C5b6789. Produk lam ruang jaringan, sekali lagi kembali masuk ke dalam
ini mempunyai pengaruh langsung untuk merobek cairan limfe dan darah, dan bersirkulasi ke seluruh tubuh
membran sel bakteri atau organisme penginvasi demikian seterusnya, kadang-kadang berlangsung sampai
lainnya. berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
1- Aglutinasi. Produk komplemen juga mengubah Sel memori limfosit-T juga dibentuk melalui carayar'g
permukaan organisme yang menginvasi tubuh, se- sama seperti pembentukan sel memori B dalam sistem an-
hingga melekat satu sama lain, dan dengan demiki- tibodi. Jadi, bila ada suatu klon limfosit T diaktifkan oleh
an memicu proses aglutinasi. suatu antigen, maka banyak limfosit yang baru terbentuk
4. Netralisasi virus. Enzim komplemen dan produk disimpan dalam jaringan limfoid untuk menjadi limfosit
komplemen lain dapat menyerang struktur bebe- T tambahan pada klon yang spesifik itu; dan ternyata,
rapa virus dan dengan demikian mengubahnya sel-sel memori ini bahkan men{bbar ke seluruh jaringan
menjadi nonvirulen. limfoid di seluruh tubuh. Oleh karena itu, pada paparan
5. Kemotal{sis. Fragmen C5a memicu kemotaksis berikutnya terhadap antigen yang sama di bagian tubuh
netrofil dan makrofag, sehingga menyebabkan se- manapun, terjadi pelepasan sel-sel T teraktivasi yangjauh
jumlah besar sel fagosit ini bermigrasi ke dalam lebih cepat dan jauh lebih kuat dibandingkan dengan pa-
jaringan yang berbatasan dengan agen antigenik. paran pertama.
6. Aktivasi sel mast dan basofil. Fragmen C3a, C4a,
dan C5a mengaktifkan sel mast dan basofil, se- Sel yong Menompilkon Antigen, Protein MHC,
hingga menyebabkan sel-sel tersebut melepaskan don Reseplor Anligen podo Limfosil T. Respons
histamin, heparin, dan beberapa substansi lainnya sel-T terhadap antigen bersifat sangat spesifik, sama se-
ke dalam cairan setempat. Bahan-bahan ini kemu- perti respons antibodi sel B, dan paling tidak sama pen-
dian menyebabkan peningkatan aliran darah se- tingnya dengan peran antibodi balam melakukan pertahan-
tempat, meningkatkan kebocoran cairan dan pro- an melawan infeksi. Pada kenyataannya, respons imun
tein plasma ke dalam jaringan, dan meningkatkan yang didapat biasanya membutuhkan bantuan sel T untuk
reaksi jaringan setempat lainnya yang membantu memulainya, dan sel T sungguh berperan penting untuk
agar agen antigenik menjadi tidak aktif atau tidak membantu melenyapkan patogen yang masuk.
mobil lagi. Faktor-faktor yang sama juga berpe- Meskipun limfosit B dapat mengenali antigen yang
ran penting dalam proses peradangan, (yang telah utuh, limfosit T akan berespons terhadap antigen hanya
dibicarakan dalam Bab 33), dan alergi, seperti
yang akan kita bicarakan kemudian.
7. Efek peradangan. Di samping efek peradangan
yang disebabkan oleh aktivasi sel mast dan baso-
fiI, ada beberapa produk komplemen lain yang
turut menimbulkan peradangan setempat. Produk-
produk ini menyebabkan (l) aliran darah yang Protein tor sel T
sebelumnya.Jelah meningkat menjadi semakin adhesi
meningkat, (2) peningkatan kebocoran protein sel-sel L&tsProtein asing'

. MHC
dari kapiler, dan (3) protein cairan interstisial "rotein
akan berkoagulasi dalam ruang jaringan, sehingga
menghambat pergerakan organisme yang melewati ,r,'J"
jaringan.

Sifat-Sifat Khusus Sistem Limfosit-T-


Sel T Teraktivasi dan lmunitas
yang Diperantarai Sel
GAMBAR 34-6, Aktivasi sel T memerlukan interaksi antara re-
Peleposon Sel T yong Teroktivosi dori Joringon septor sel T dengan antigen (protein asing) yang diangkut ke
permukaan antigen- presenting cell oleh protein kompleks histo-
Limfoid don Pembentukon Sel Memori. Pada wak- kompatibilitas mayor (MHC). Protein adhesi sel ke sel memung-
tu terpapar dengan antigen yang sesuai, seperti yang di- kinkan sel T berikatan cukup Iama dengan antigen-presenting cell
tampilkan oleh makrofag di dekatnya, limfosit T dari klon sehingga sel T menjadi teraktivasi.
468 UNIT VI Se/-Se/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

bila antigen berikatan dengan molekul spesifik yang di-


kenal sebagai protein MHC pada permukaan sel yang
menampilkan antigen (antigen-presenting cell) di dalam <* Antigen
jaringan limfoid (Gambar 34-6). Tiga tipe antigen-pre-
senting cell yang utama adalah makrofag, limfosit B, dan
sel dendritik. Sel dendritik, antigen-presenting cell yang
paling poten, ada di seluruh tubuh, dan fungsi sel ini yang
diketahui hanyalah untuk memperkenalkan antigen kepa-
da sel T. Interaksi yang terjadi pada protein adhesi sel me- Reseptor spesifi k antigen
rupakan hal penting yang memungkinkan sel T berikatan
Sel T
cukup lama dengan antigen-presenting cell sehingga sel T sitotoksik
menjadi sel T teraktivasi I
Protein MHC disandikan oleh sekelompok besar gen I
I
1
_ yang disebut kompleks histokompatibilitas mayor (major t
histocompatibility complex, MHC). Protein MHC beri-
katan dengan fragmen peptida dari protein antigen yang
dipecah di dalam antigen-presenting cell dan kemudian
mengangkutnya ke permukaan sel. Terdapat dua jenis
protein MHC: (l) Protein MHC I, yang memperkenalkan
antigen kepada sel T sitotoksik, dan (2) Protein MHC II,
yang memperkenalkan antigen kepada sel T pembantu.
Fungsi khusus sel T sitotoksik dan sel T pembantu akan
dibicarakan kemudian.
Antigen pada permukaan antigen-presenting cell akan
berikatan dengan molekul reseptor pada permukaan sel T
melalui aarayangsama seperti ikatannya dengan antibodi
protein plasma. Molekul reseptor ini dibentuk dari unit
yang dapat berubah (unit variabel) yang serupa dengan GAMBAR 34-7. Regulasi sistem imun, menekankan penting-
bagian variabel pada antibodi humoral, tetapi bagian uta- nya peran sel T pembantu. MHC, kompleks histokompatibilitas
manya berikatan kuat dengan membran sel limfosit T. Sel mayor.
T memiliki 100.000 tempat reseptor.

Interleukin-4
Beberapa Tipe Sel T
Interleukin-5
dan Berbagai Fungsinya lnterleukin-6
Faktor perangsang-koloni granulosit-monosit
Kita telah mengetahui dengan jelas ada banyak tipe sel T.
lnterferon-y
Sel ini digolongkan dalam tiga kelompok utama: (1) sel
T pemSantu, (2) sel T sitotoksik, dan (3) sel T supresor.
Fungsi Pengoturon Spesifik oleh limfokin. Bila ti-
Fungsi tiaptiap sel ini benar-benar berbeda.
dak terdapat limfokin yang berasal dari sel T pembantu,
maka sislem imun yang tersisa hampir menjadi lumpuh.
Sel T Pembantu-Perannya Pada kenyataannya, sel T pembantulah yang diinaktivasi
dalam Seluruh Pengaturan lmunitas atau dihancurkan oleh virus acquired immunodefciency
Sel T pembantu,.sejduh ini merupakan sel T yang jum- syndrome (AID\, yang membuat tubuh hampir seca-
lahnya paling banyak, biasanya meliputi lebih dari tiga ra total tidak terlindungi terhadap penyakit infeksi, oleh
perempat jumlah sel T. Seperti yang ditunjukkan oleh karena itu, menimbulkan yang sekarang dikenal dengan
namanya, sel-sel ini membantu untuk melakukan fungsi efek melemahkan dan mematikan akibat AIDS. Beberapa
sistem imun dengan banyak cara. Pada kenyataannya, fungsi pengaturan spesifik adalah sebagai berikut.
sel-sel ini bertindak sebagai pengatur utama bagi seluruh
Perangsangan Pertumbuhan dan Proliferasi Sel
fungsi imun, seperti yang tampak pada Gambar 34-7. Sel-
T Sitotoksik dan Sel T Supresor. Bilatidak ada sel T
sel ini melakukan hal tersebut dengan membentuk serang-
pembantu, klon untuk memproduksi sel T sitotoksik dan
kaian mediator protein, yang disebut limfokin, yang be-
sel T supresor diaktifkan sedikit sekali oleh sebagian be-
kerja pada sel-sel lain dari sistem imun dan sel-sel dalam
sar antigen. Limfokin interleukin-2 khususnya memiliki
sumsum tulang. Limfokin yang penting yang disekresikan
efek perangsangan yang sangat kuat dalam menyebabkan
oleh sel T pembantu adalah sebagai berikut:
pertumbuhan dan proliferasi sel T sitotoksik dan sel T su-
Interleukin-2 presor. Selain itu, beberapa limfokin lain memiliki efek
Interleukin-3 potensial yang lebih sedikit.
BAB 34 Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi: ll. Imunitas dan Atergi 469

Perangsangan Pertumbuhan dan Diferensiasi


Sel-B untuk Membentuk Sel Plasma dan Antibo-
di. Kerja langsung antigen untuk menghasilkan perhrm-
buhan sel-B, proliferasi, pembentukan sel plasma, dan
sekresi antibodi juga lemah tanpa "bantuan" sel-T pem-
bantu. Hampir semua interleukin berperan serta dalam res-
pons sel B, tetapi khususnya interleukin 4,5, dan 6. Pada
kenyataannya, ketiga interleukin ini memiliki efek yang
kuat pada sel B, sehingga interleukin tersebut disebut se-
bagai faktor perqngsang sel-B atau fahor pertumbuhan
sel-B.

Aklivosi Sislem Mokrofog. Limfokin juga meme-


ngaruhi makrofag. Pertama, limfokin memperlambat dis€rang :
t**atl3l
atau menghentikan migrasi makrofag setelah makrofag
secara kemotaktik tertarik ke dalam area jaringan yang
meradang, dengan demikian menyebabkan pengumpulan
V
Antigen

makrofag dalam jumlah yang banyak. Kedua, limfokin GAMBAR 34-8. Destruksi langsung sel yang menginvasi tubuh
tersebut mengaktifkan makrofag untuk melakukan fago- oleh limfosit yang tersensitisasi (sel T sitotoksik).
sitosis yang jauh lebih efisien, sehingga memungkinkan
makrofag untuk menyerang dan menghancurkan organis-
me atau agen perusakjaringan lainnya dalam jumlah yang banyak partikel virus yang terperangkap dalam membran
lebih banyak. sel jaringan dan menarik sel T sebagai respons terhadap
antigenisitas virus. Sel sitotoksik juga berperan penting
Efek Perangsangan Umpan Balik Terhadap Sel dalam penghancuran sel kanker, sel cangkokjantung, atau
Pembantu. Beberapa limfokin, khususnya interleukin-2, jenis-jenis sel lain yang dianggap asing oleh tubuh orang
memiliki efek umpan balik positif yang langsung merang- itu sendiri.
sang aktivasi sel T pembantu itu sendiri. Kerja ini berlaku
sebagai suatu penguat, dengan cara semakin memperkuat
respons sel pembantu selanjutnya dan juga respons imun
Sel T Supresor
keseluruhan dalam melawan antigen yang masuk. Dibandingkan dengan sel-sel yang lain, perihal sel T su-
presor masih sedikit yang diketahui, namun sel ini mem-
punyai kemampuan untuk menekan fungsi sel T sitotoksik
Sel T Sitotoksik dan sel T pembantu. Fungsi supresor ini diduga bertujuan
Sel T sitotoksik merupakan sel penyerang langsung yang 'untuk mencegah sel
sitotoksik agar tidak menyebabkan
mampu membunuh mikroorganisme dan, pada suafu saat, reaksi imun yang berlebihan yang dapat merusak jaringan
bahkan membunuh sel-sel tubuh sendiri. Dengan alasan tubuh sendiri. Dengan alasan inilah, maka sel-sel supre-
tersebut, maka sel ini disebut sel pembunu&. Protein re- sor, bersama dengan sel T pembantu, digolongkan sebagai
septor pada permukaan sel sitotoksik menyebabkan sel sel T regulator. Sel T supresor mungkin berperan penting
ini berikatan erat dengan organisme atau sel yang mengan- dalam membatasi kemampuan sistem imun untuk menye-
dung antigen spesifik. Selanjutnya, sel tersebut membunuh rangjaringan tubuh sendiri, yang disebut sebagai toleransi
sel yang diserang tadi dengan cara seperti yang dilukiskan imun, seperti yang kita bicarakan di bagian berikut.
pada Gambar 34-8. Setelah berikatan, sel T sitotoksik
menyekresikan prot ein pemb entuk- lub ang, y ary disebut
perforin, yang mernbtiat tubang berbentuk bulat pada Toleransi Sistem lmunitas Didapat
membran sel yang diserang. Kemudian cairan dari ruang Terhadap Jaringan Tubuh Sendiri-
interstisial akan mengalir secara cepat ke dalam sel. Selain
Peranan Pengolahan Sel di
itu, sel sitotoksik juga melepaskan substansi sitotoksik
secara langsung ke dalam sel yang diserang. Hampir dengan
Timus dan Sumsum Tulang
segera, sel yang diserang menjadi sangat membengkak dan
Bila seseorang menjadi imun terhadap jaringannya sendi-
biasanya tidak lama kemudian akan terlarut.
ri, maka proses imunitas didapat akan menghancurkan tu-
Hal yang paling penting adalah sel pembunuh sitotok-
buhnya sendiri. Biasanya, mekanisme imun dapat.,menge-
sik ini dapat terdorong keluar dari sel korban setelah sel
nali" jaringannya sendiri yangjelas berbeda dengan bakteri
pembunuh membuat lubang dan mengirimkan substansi
atau virus, dan sistem imunitas membentuk sedikit antibo-
sitotoksik, dan kemudian pindah untuk membunuh lebih
di atau sel T teraktivasi terhadap antigennya sendiri.
banyak sel lagi. Sesungguhnya, beberapa sel-sel pembunuh
ini dapat menetap selama berbulan-bulan dalam jaringan. Sebagian Besar Toleransi Disebabkan oleh
Beberapa sel T sitotoksik bersifat mematikan terha- Seleksi Klon Selama Proses Pengolahan. Seba-
dap sel-seljaringan yang telah diinvasi oleh virus, karena gian besar fenomena toleransi diduga timbul sewaktu
470 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

terjadi pengolahan pendahuluan limfosit T di timus dan Dapat juga diperoieh imunitas terhadap toksin yang
limfosit B di surnsum fulang. Alasan untuk anggapan ini telah diolah dengan bahan kimia, sehingga sifat toksiknya
karena bila dilakukan penyuntikan suatu antigen yang sudah rusak walaupun antigen yang menimbulkan imuni-
kuat ke dalam janin sewaktu.limfosit diolah lebih dulu tas tetap utuh. Cara ini dipakai pada imunisasi terhadap
di kedua tempat tadi, akan mencegah pembentukan klon tetanus, botulisme, dan penyakit toksik lain yang serupa.
limfosit di dalam jaringan limfoid yang bersifat spesifik Dan, akhimya, seseorang dapat diimunisasi dengan
terhadap antigen yang disuntikkan. Beberapa percobaan jalan menginfeksinya dengan organisme hidup yang su-
juga telah membuktikan bahwa limfosit imatur spesifik dah "dilemahkan". Aninya, organisme ini telah ditanam
yang berada,dalam timus, bila terpajan dengan antigen dalam media biakan khusus atau ditransfer pada serang-
yang kuat, maka sel ini akan menjadi limfoblastik, sangat kaian binatang sampai organisme ini cukup bermutasi,
berproliferasi, dan kemudian bergabung dengan antigen sehingga organisme ini tidak akan menimbulkan penyakit
yang merangsang tadi-suatu efek yang diduga dapat tapi masih membawa antigen spesifik yang dibutuhkan
menyebabkan sel itu sendiri dihancurkan oleh sel epitel untuk imunisasi. Cara ini dipakai untuk melindungi tubuh
timus sebelum sel limfosit tersebut dapat bermigrasi ke terhadap poliomielitis, demam kuning, campak, cacar air,
jaringan limfoid dan berkoloni di dalamnya. dan banyak penyakit virus lainnya.
Oleh karena itu, diduga bahwa selama limfosit diolah
lebih dulu di timus dan sumsum tulang, semua atau se-
bagian besar klon limfosit tersebut yang bersifat spesiflk
lmunitas Pasif
untuk merusak jaringan tubuh sendiri akan dihancurkan Sampai sejauh ini, semua imunitas didapat yang telah
sendiri, karena adanya kontak yang terus menerus dengan kita bicarakan adalah imunitas aktif.Yang artinya, tubuh
antigen tubuh. seseorang membentuk antibodi atau sel-T teraktivasi
sebagai respons terhadap antigen asing yang masuk ke
Kegogolon Mekonisme loleronsi Menyebobkon dalam tubuh. Tapi, imunitas sementara pada seseorang
P enyo kil Auloim u n. Kadang-kadang orang kehilangan
dapat dicapai tanpa menyuntikkan antigen apa pun. Hal
sebagian toleransi imun terhadap jaringannya sendiri. Se- ini didapat dengan cara pemberian infus antibodi, sel T
makin tua seseorang, hal ini akan menjadi semakin berat. teraktivasi, atau keduanya dari darah orang lain atau dari
Biasanya hal ini terjadi setelah timbul kerusakan beberapa beberapa binatang lain yang telah mempunyai imunitas
jaringan tubuh, yang banyak melepaskan "antigen-sendi-
aktif terhadap antigen tersebut.
ri" yang bersirkulasi di dalam tubuh dan diduga menim- Antibodi ini akan habis dalam waktu 2 sampai 3 ming-
bulkan imunitas didapat dalam bentuk sel T yang terakti- gu dalam tubuh resipien, dan selama waktu ini, orang
vasi atau antibodi. tersebut terlindung dari penyakit yang menginvasi. Sel
Ada beberapa penyakit spesifik yang disebabkan oleh T teraktivasi bila ditransfusikan dari orang lain maka
autoimunitas, antara lain (1) demam reumalik, yang me- akan habis dalam waktu beberapa minggu, tetapi bila di-
nyebabkan tubuh menjadi terimunisasi terhadap jaringan transfusikan dari seekor binatang maka akan habis dalam
dalam sendi danjantung, khususnya katupjantung, setelah waktu beberapa jam sampai beberapa hari saja. Transfusi
terpajan dengan toksin streptokokus jenis terlentu yang antibodi atau limfosit T semacam ini menimbulkan imu-
memiliki epitop pada struktur molekularnya yang mirip nitas yang disebut imunitas pasif.
dengan struktur pada beberapa antigen-sendiri dari tu-
buh; (2) satu tipe glomerulonefrllls, karena orang tersebut
menjadi terimunisasi terhadap membran basal glomeruli; Alergi dan Hipersensitivitas
(3) miastenia gravis, yang membentuk imunitas terhadap
protein reseptor asetilkolin pada sambungan neuromusku- Pada beberapa kondisi, salah satu efek samping imuri-
lar, sehingga terjadi kelumpuhan; dan (4) lupus eritemato' tas yang penting adalah timbulnya alergi atau jenis hi-
s?/s, yang disebabkan kaiena pasien pada saat yang sama persensitivitas imun lainnya. Ada beberapa tipe alergi dan
terimunisasi terhadap berbagai jaringan tubuh, penyakit hipersensitivitas lainnya, beberapa di antaranya hanya ter-
ini menyebabkan kerusakan yang sangat luas dan sering jadi pada orang-orang yang mempunyai kecenderungan
kali cepat menimbulkan kematian. alergi yang spesifik.

lmunisasi dengan lnjeksi Antigen Alergi yang Disebabkan oleh Sel T


Teraktivasi: Alergi Reaksi-Lambat
Imunisasi telah dipakai selama bertahun-tahun untuk me-
nimbulkan imunitas didapat terhadap penyakit-penyakit Alergi reaksi-lambat disebabkan oleh sel T teraktivasi dan
tertentu. Seseorang dapat diimunisasi dengan cara me- bukan oleh antibodi. Pada kasus terkena racun dari tum-
nyuntikkan organisme yang telah mati, yang tidak mampu buhan yang menjalar, toksin dari racun itu sendiri tidak
menimbulkan penyakit lagi, tetapi masih mempunyai be- menyebabkan banyak kerusakan jaringan. Namun, pada
berapa antigen kimiawi. Tipe imunisasi ini dipakai untuk kontak yang berulang, toksin menyebabkan pembentuk-
melindungi tubuh terhadap demam tifoid, batuk rejan, an sel T pembantu dan sel T sitotoksik yang teraktivasi.
difteri, dan banyak macam penyakit bakterial lainnya. Kemudian, pada kontak berikutnya, dalam waktu satu
BAB 34 Pertahanan Tubuh Terhadap lnfeksi: ll. lmunitas dan Atergi 471

hari atau lebih, sel T teraktivasi dalamjumlah besar akan Anofiloksis. Bila suatu alergen spesifik disuntikkan se-
berdifirsi dari sirkulasi darah ke dalam kulit sebagai res- cara langsung ke dalam sirkulasi, maka alergen tersebut
pons terhadap toksin dari tumbuhan beracun tadi. Dan, dapat bereaksi dengan basofil dalam darah dan sel mast
pada saat yang sama, sel T ini menimbulkan reaksi imun padajaringan yang terletak tepat di luar pembuluh darah
yang diperantarai sel. Mengingat bahwa tipe imunitas ini kecil jika basofil dan sel mast tersebut telah disensitisa-
dapat menyebabkan pelepasan banyak bahan toksik dari si oleh pelekatan reagin IgE. Oleh karena itu, terjadilah
sel T yang teraktivasi, dan juga menyebabkan invasi ma- reaksi alergi yang luas di seluruh sistem pembuluh darah
krofag yang luas kejaringan beserta efek-efek makrofag danjaringan yang berkaitan erat. Hal ini disebut anaflak-
selanjutnya, maka kita dapat mengerti bahwa hasil akhir sis. Histamin yang dilepaskan ke dalam sirkulasi akan me-
dari beberapa alergi reaksi-lambat dapat menyebabkan nimbulkan vasodilatasi di seluruh tubuh dan peningkatan
kerusakan jaringan yang serius. Biasanya, kerusakan ter- permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan kehilangan
jadi pada area jaringan yang ditempati oleh antigen pemi- banyak sekali plasma dari sirkulasi. Orang yang menga-
cu, seperti di kulit pada kasus terkena racun tumbuhan, lami reaksi ini, dalam waktu beberapa menit meninggal
atau di paru yang menyebabkan edema paru dan serangan akibat syok sirkulasi, kecuali kalau diobati dengan pem-
asma pada kasus yang disebabkan oleh beberapa antigen berian epinefrin untuk melawan pengaruh histamin.
yang ditularkan lewat udara. Basofil dan sel mast yang teraktivasi juga melepaskan
suatu campuran leukotrien yang disebut substansi anafi_
I alrs is b ereaks i-l amb at. Leukotrien-leukotrien ini dapat
Alergi pada Orang "Alergik" menyebabkan spasme otot polos bronkiolus, sehingga
dengan Antibodi lgE yang Berlebihan menimbulkan serangan seperti asma dan kadang-kadang
menimbulkan kematian akibat mati lemas.
Beberapa orang mempunyai kecenderungan,,alergik,'.
Alergi semacam ini disebut alergi atopikkarenadisebab- Urtikorio. Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke
kan oleh respons sistem imun yang tidak lazim. Kecen- area kulit yang spesifik danmenimbulkan reaksi setempat
derungan alergi ini diturunkan secara genetis dari orang yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan
tua ke anak, dan ditandai dengan adanya sejumlah besar setempat akan menimbulkan: (l) vasodilatasi yang me-
antibodi IgE dalam darah. Antibodi ini disebut reagin nyebabkan timbuhya red fiare (kemerahan) dan (2) pe-
atau antibodi tersensitisasi untuk membedakannya de- ningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam
ngan antibodi IgG yang lebih umum. Bila suatu alergen beberapa menit kemudian akan terjadi pembengkakan se-
(yang didefinisikan sebagai suatu antigen yang bereaksi tempat yang berbatas jelas. Pembengkakan ini umumnya
secara spesiflk dengan antibodi reagin IgE tipe spesifik) disebut " urtikqria". Pemberian obat antihistamin sebelum
memasuki tubuh, maka terjadi reaksi alergen-reagin, dan seseorang terpajan akan mencegah timbulnya urtikaria.
kemudian terjadi reaksi alergi.
Hoy Fever, Pada hay fever, reaksi alergen-reagin terjadi
Sifatkhusus antibodi IgE (reagin) adalah adanyakecen-
dalam hidung. Histamin yang dilepaskan sebagai respons
derungan yang kuat untuk mdlekat pada sel mast dan baso-
terhadap reaksi, menimbulkan dilatasi pembuluh darah
fiI. Sesungguhnya, satu sel mast atau basofil dapat mengi-
intranasal setempat, sehingga menyebabkan peningkatan
kat sampai setengah juta molekul antibodi IgE. Bila suafu
tekanan kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler.
antigen (alergen) yang mempunyai banyak tempat ikatan
Kedua efek ini menimbulkan kebocoran cairan yang cepat
kemudian berikatan dengan beberapa antibodi IgE yang
ke dalam rongga hidung dan ke dalam jaringan hidung
melekat pada sel mast atau basofil, maka ini menyebabkan
yang lebih dalam; dan saluran hidung menjadi bengkak
perubahan segera pada membran sel mast atau basofil,
dan penuh dengan sekret. Sekali lagi, penggunaan obat
mungkin disebabkan oleh efek fisik dari molekul antibo-
antihistamin dapat menghindari reaksi pembengkakan.
di yang dapat merubah membran sel. Pada setiap saat, ba-
Tetapi produk reaksi alergen-reagin yang lain tetap dapat
nyak sel mast dan basofi-l yang ruptur; ada juga yang segera
menyebabkan iritasi pada hidung, sehingga menimbulkan
melepaskan substarriiithusus seperti hiitimin, protease,
sindrom bersin yang khas.
- substansi anafilaksis yang bereaksi lambat (yang meru-
pakan campuran leukotrien-leukotrien toksik), substansi Asmo. Asma sering terjadi pada seseorang yang ,,aler-
kemotaktik eosinofil, substansi kemotaktik netrofil, he- gik". Pada orang seperti ini, reaksi alergen-reagin terjadi
p ar in, dan fakt or p e n gakt if t r o m b o s it. Substansi-substansi di dalam bronkiolus paru. Di tempat ini, produk paling
ini menyebabkan beberapa efek seperti dilatasi pembuluh penting yang dilepaskan dari sel mast tampaknya adalah
darah setempat; penarikan eosinofil dan netrofil menuju subst ans i anaflaks is bereaks i-l ambat, y angmenimbulkan
tempat yang reaktif; peningkatan permeabilitas kapiler spasme otot polos bronkiolus. Akibatnya, orang tersebut
dan hilangnya cairan ke dalamjaringan; dan kontraksi sel mengalami kesukaran bernapas sampai produk reaktif
otot polos lokal. Karena itu; dapat terjadi berbagai respons dari reaksi alergik dihilangkan. pemberian antihistamin
jaringan, bergantung pada macam jaringan tempat reaksi memberi efek yang sedikit saja terhadap perjalanan pe-
alergen-reagin terjadi. Bermacam-macam reaksi alergi nyakit asma, karena histamin bukanlah faktor utama yang
yang disebabkan oleh pola ini adalah sebagai berikut. menimbulkan reaksi asma.
472 UNIT VI SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

KepUStakaan Kupper TS, Fuhlbrigge RC: Immune surveillance in the skin:


mechanisms and clinical consequences. Nat Rev Immunol
Abreu MT Arditi M: Innate immunity and toll-like receptots: 4:211,2004.
clinical implications of basic science research. J Pediatr LaCavaA, Matarese G: Theweight of leptininimmunity. Nat
144(4):421 , 2004. Rev Immunol 4:371, 2004.
Albert ML: Death-defying immunity: do apoptotic cells infu- Linton PJ, Dorshkind K: Age-related changes in lymphocyte de-
ence antigen processing and presentation? Nat Rev Immu- velopment andfunction. Nat Immunol 5:133,2004.
nol 4:223,2004. MacGlashan D Jr: Histamine: a mediator of inflammation. J
Alberts B, Johnson A, Lewis J, et al: Molecular Biologt of the Allerg Clinlmmunol 112(4 Suppfu:Ss3,2003.
Cell. New York: Garland Science, 2002. McGeady SJ: Immunocompetence and allergy. Pediatrics I l3(4
Cheroutre H, Madakamutil L: Acquired and natural memory T Supply):1107, 2004.
cells joinforces at the mucosal front line. Nat Rev lmmunol Nikolich-Zugich J, Slifta MK, Messaoudi l: The many important
4:290, 2004. facets ofT-cell repertoire dfuersity. Nat Rev Immunol 4:123,
Cooper MA, Pommering TL, Koranyi K: Primary immunodef- 2001.
ciencies. Am Fam Physician 68:2001, 2003. Petrie HT: Cell migration and the control of post-natal T-cell
Cossart P, Sansonetti PJ: Bacterial invasion; the paradigms of lymphopoiesis in the tlrymus. Nat Rev Immunol 3:859,
enteroiivasive pathogens. Science 304:242, 2004. 2003.
Eisenbarth GS, Gottlieb PA: Autoimmune polyendocrine syn- Scott CC, Botelho RJ, Grinstein S: Phagosome maturation: a
dromes. N Engl J Med. 350:2068, 2004. few bugs inthe system. J Membr Biol 193:137, 2003.
Figdor CG, de Vries IJ, Lesterhuis WJ, Melief CJ: Dendritic cell Theoharides TC, Cochrane DE: Critical role of mast cells in
immunotherapy: mapping the way. Nat Med 10:475, 2004. inflammatory diseases and the effect of acute stress. J Neu-
Frossi B, De Carli M, Pucillo C: The mast cell: an antenna of roimmunol 146:1,2004.
thb microenvironment that directs the immune response. J Vivier E, Anfossi N: Inhibitory NK-cell receptors on T cells:
LeukocBiol 75:579,2004. witness of the past, actors of thefuture. Nat Rey Immunol
Grossman Z, Min B, Meier-Schellersheim M, Paul WE: Con- 4:190,2004.
comitant regulation of T-cetl activation and homeostasis.
Nat Rev Immunol 4:387, 2004.
Golangan Darah; Transfusi;
Transplantasi laringan
dan Organ

Antigenisitas yang
Menyebabkan Reaksi lmun
pada Darah
Ketika transfusi darah dari orang ke orang dicotra untuk
pertama kali, timtrul aglutirrasi dan hemolisis sel darah
merah secara cepat atau ianrbat. yang menimbulkan
reaksi transfusi yang khas dan kadang-kadang menyeirabkan kematian. Segera setelah
itu, ditenrukan bahrva darah dari orang yang berbeda mempunyai sifat antigen darr
imunitas yaag berbeda pula, sehingga antibodi dalarn piasma darah seseorang akan
bereaksi dengan antigen pada permukaan sel darah merah orang lain yang golongan
d*rahnya berbeda, Bila ditalc.ukan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat menen-
tukan sebelumnya apakah antibodi dan antigen yang terdapai pada darah donor dan
darah resipien akan menimbulkan reaksi transfusi atan tidak.

Kercgomon Anligen dalum Sel Doroh. Daiarn sel darah manusia, paling sedi-
kit dijumpai 30 antigen yang biasa ditemukan dan rutusan antigen lain yang jatang"
yang masing+nasing pada snatu saat dapaf menimbulkan reaksi antigen-antibodi, ter-
utarna pada permukaan membran s*1. Sebagian besar antigen tersebut bersifai lerrrah
dan oleh karena itu. penring untuk mempelajari siFat penurunan gen-gen ini secara
mendasar u$tuk menetapkan asal usulnya.
I
Terdapat d-*a golongan antigen yang jauh l*bih sering menimbulkan reaksi trans-
fusi Aarah daripbdb golongan lainnya. Golongan ini dinamakan sistem antigen O-A-B
dan sistem Rh . ?t-

Gulongan Darah 0-A-B


Antig*n A dan' B-Aglutinogen
Dua,antigen-tipe A dan tipe B-terdapat pada perrnukaan sel darah merah pada se-
jurrlahbesar manusia. Antigen-antigen inilah {yang disebut juga aglutinogea karena
seringkali r,nenyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyei;abkan reaksi transfusi.
Karena aglutinogen teffebut diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen terse-
but di dalam selnya, atau hanya mempunyai satu, atau keduanya.

473
474 UNIT Vl SelSe/ Darah, Imunitas, dan Pembekuan Darah

TABEL 35-1 . Golongan Darah dengan Genotip dan Unsur Pokok Aglutinogen
serta Aglutininnya.

o* sn!:A nif.ffi
A A,Hti;B r:::= , l

Er$ :::::.. Ahti:,4=, .f


,
.,i -'t-,:-,,
lglii, .,i;i::ii;:ii.i'".,i'irift .

*B ': AddllB'{
ili:'j'.\=,. !f'j
'j::.:{,\lir
:i:rriirl

Golongon Doroh O-A-B yqng Utomo. Dalam men- Aglutinin


transfusi darah dari orang ke orang, darah donor dan da-
rah resipien nonnalnya diklasifikasikan ke dalam empat Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A dalam sel darah
tipe golongan darah O-A-B yang utama, seperti yang tam- merah seseorang, maka dalam plasmanya akan terbentuk
pak pada Tabel 35-1, bergantung pada ada atau tidaknya antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti-A. Demikian
kedua aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B. Bila tidak pula, bila tidak terdapat aglutinogen tipe B di dalam sel
terdapat aglutinogen A ataupun B, golongan darahnya darah merah, maka dalam plasmanya terbentuk antibodi
adalah O. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darah- yang dikenal sebagai aglutinin anti-B.
nya adalah golongan A. Bila hanya terdapat aglutinogen Jadi, dengan merujuk kembali pada Tabel 35-1, per-
tipe B, darahnya adalah golongan B. Dan bila terdapat hatikan bahwa golongan darah O, meskipun tidak me-
aglutinogen A dan B, darahnya adalah golonganAB. ngandung aglutinogen, mengandung aglutinin anti-A dan
anti-B; golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A
Penentuon Genetik Terhodop Aglutinogen. Dua dan aglutinin anti-B; dan golongan darah B mengandung
gen, salah satunya terdapat di setiap kromosom dari dua aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A. Akhimya, golong-
kromosom yang berpasangan, menentukan golongan an darah AB mengandung kedua aglutinogen A dan B te-
darah O-A-B. Gen-gen tersebut bisa mengandung salah tapi tidak mengandung aglutinin sama sekali.
satu dari ketiga antigen, namun hanya satu tipe saja yang
Titer Aglulinin podo Berbogoi Usio. Segera sesudah
terdapat di setiap kromosom dari dua kromosom: tipe O,
lahir, jumlah aglutinin di dalam plasma hampir nol. Dua
tipe A, atau tipe B. Gen tipe O tidak berfungsi atau ham-
sampai delapan bulan setelah lahir, bayi mulai menghasil-
pir tidak berfungsi, sehingga gen tipe ini menghasilkan
kan aglutinin-aglutinin anti-A bila tidak terdapat aglu-
aglutinogen tipe O yang tidak bermakna pada sel. Seba-
tinogen tipe A dalam sel, dan aglutinin anti-B bila tidak
liknya, gen tipe A dan B menghasilkan aglutinogen yang
terdapat aglutinogen tipe B dalam sel. Gambar 35-1 me-
kuat pada sel.
lukiskan perubahan titer aglutinin anti-A dan anti-B pada
Enam kemungkinan kombinasi dari gen-gen ini, dapat
berbagai usia. Titer tertinggi biasanya dicapai pada umur
dilihat pada Tabel 35-1, yaitu OO, OA, OB, AA, BB, dan
8 sampai 10 tahun, dan titer ini berangsur-angsur menu-
AB. Kombinasi gen-gen ini dikenal sebagai genotip, dan se-
run pada usia kehidupan selanjutnya.
tiap orang memiliki salah satu dari keenam genotip tersebut.
Dapat dilihat dari tabel bahwa orang dengan geno- Asol Mulo Aglutinin dolom Plosmo. Seperti keba-
tip OO tidak menghasilkan aglutinogen, dan karena itu, nyakan antibodi yang lain, aglutinin merupakan gamma
golongan darahnya adalah O. Orang dengan genotip OA globulin, dan dihasilkan oleh sel-sel yang sama di sum-
atau AA menghasilkan aglutinogen tipe A, dan karena sum tulang dankelenjar limfe yang menghasilkan antibodi
itu, mempunyai golongan darah A. Genotip OB dan BB terhadap antigen yang lain. Kebanyakan berupa molekul
menghasilkan golongan darah B, dan genotip AB meng- imunoglobulin IgM dan IgG.
hasilkan golongan darah AB. Tetapi mengapa aglutinin ini dihasilkan oleh orang-
orang yang tidak mempunyai aglutinogen yang bersangkut-
Frekuensi Relotif Berbogoi Tipe Doroh. Prevalensi an dalam sel darah merahnya? Jawabannya adalah bahwa
berbagai golongan darah pada sekelompok responden sejumlah kecil antigen golongan A dan B memasuki tubuh
kira-kira sebagai berikut: melalui makanan, bakleri, atau dengan cara lain, danzat-zat
ini memprakarsai timbulnya aglutinin anti-A atau anti-B.
o 47% Misalnya, infus antigen golongan A ke dalam resipien
A 4t% yang memiliki golongan darah non-A akan menyebabkan
B 9% respons imun yang khas dengan pembentukan aglutinin
AB 3o/o dalam jumlah yang lebih besar daripada sebelumnya.
Bayi yang baru lahir juga mempunyai aglutinin dalam
Jelas dari persentase ini bahwa gen O dan A sering jumlah sedikit, yang menunjukkan bahwa pembentukan
dijumpai, sedangkan gen B jarang. aglutinin terjadi hampir seluruhnya setelah lahir.
BAB 35 Golongan Darah; Transfusi; Transplantasi Jaringan dan Organ 475

Penggolongan Darah
ftglufinin anti-A dalam
golongan darah B dan O Sebelum melakukan transfusi, perlu untuk menentukan
- Aglutinin anti-B dalam golongan darah resipien dan golongan darah donor sehing-
golongan darah A dan O ga kedua darah tersebut dapat dicocokkan dengan benar.
Ini disebut penggolongan darah dan pencocokan darah,
dan dilakukan dengan cara berikut: Mula-mula sel darah
300
merah dipisahkan dari plasma dan diencerkan dengan sa-
.!
(E line. Kemudian satu bagian dicampur dengan aglutinin
(E
L
I
200 anti-A sedangkan bagian yang lain dicampur dengan aglu-
(E
(! tinin anti-B. Setelah beberapa menit, campuran tadi di-
periksa di bawah mikroskop. Bila sel darah merah meng-
0., 100 gumpal-artinya, "teraglutinasi"-kita tahu bahwa telah
F
terj adi reaksi antibodi-antigen.
0 Tabel 35-2 mencantumkan adanya (+) atau tidak ter-
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 jadinya (-) aglutinasi pada keempat golongan sel darah
Umur manusia (tahun) merah. Sel darah merah golongan O tidak mempunyai
aglutinogen dan, oleh karena itu, tidak bereaksi dengan
GAMBAR 35-'1, Titer rata-rata aglutinin anti-A dan anti-B datam aglutinin anti-A atau anti-B. Golongan darah A mem-
plasma manusia dengan berbagai golongan darah. punyai aglutinogen A dan, karena itu akan beraglutinasi
dengan aglutinin anti-A. Golongan darah B mempunyai
aglutinogen B dan beraglutinasi dengan aglutinin anti-
Proses Aglutinasi B. Golongan darah AB mempunyai aglutinogen A dan B
serta beraglutinasi dengan kedua jenis aglutinin.
pada Reaksi Transfusi
Bila darah yang tidak cocok dicampur sehingga aglutinin
plasma anti-A atau anti-B dicampur dengan sel darah merah Golongan Darah Rh
yang mengandung aglutinogen A atau B, sel darah merah
akan mengalami aglutinasi karena aglutinin melekatkan Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, golong-
diri pada sel darah merah. Karena aglutinin mempunyai an darah sistem Rh juga penting dalam mentransfusi da-
dua tempat pengikatan (tipe IgG) atau 10 tempat pengika- rah. Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan sistem
tan (tipe IgM), maka satu aglutinin dapat meleka't pada dua Rh adalah sebagai berikut: Pada sistem O-A-B, aglutinin
atau lebih sel darah merah pada waktu yang sama, dengan plasma bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi
demikian menyebabkan sel tersebut melekat bersamaan yang terjadi secara spontan, sedangkan pada sistem Rh,
dengan aglutinin. Keadaan ini menyebabkan sel-sel meng- reaksi aglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi. Seba-
gumpal, yang merupakan proses "aglutinasi." Kemudian, gai gantinya, orang mula-mula harus terpajan secara masif
gumpalan ini menyumbat pembuluh darah kecil di seluruh dengan antigen Rh, misalnya melalui transfusi darah yang
sistem sirkulasi. Selama beberapa jam sampai beberapa mengandung antigen Rh, sebelum terdapat cukup agluti-
hari berikutnya, baik gangguan fisik sel maupun serangan nin untuk menyebabkan reaksi transfusi yang bermaknd.
oleh sel darah putih fagositik akan menghancurkan sel-sel
yang teraglutinasi, yang akan melepaskan hemoglobin ke Antigen Rh-Orong dengon "Rh positif" don ,,Rh
dalam plasma, yaitu suatu keadaan yang disebut "hemoli- Negolif". Terdapat enam tipe antigen Rh yang umum,
sis" sel darah merah. setiap tipe disebutfaktor R/l. Tipe-tipe ini ditandai dengan
C, D, E, c, d, dan e. Orang yang memiliki antigen C tidak
Hemolisis Akul'yong Terjodi podo Beberopq
Reoksi Trqnsfusi. Kadang-kadang, jika darah resipien
dan darah donor tidak cocok, segera terjadi hemolisis sel
darah merah dalam darah sirkulasi. Dalam hal ini, anti- TABEL 35-2. Penggolongan Darah, yang Memperlihatkan
bodi menyebabkan lisis sel darah merah dengan mengak- Aglutinasi Sel dari Berbagai Golongan Darah dengan
tifkan sistem komplemen, yang selanjutnya melepaskan Aglutinin Anti-A atau Anti-B dalam Serum
enzim-enzim proteolitik (komplel<s litik) yang akan me-
robek membran sel, seperti yang dijelaskan di Bab 34.
Hemolisis intravaskular segerq jauh lebih jarang terjadi
daripada aglutinitasi yang diikuti oleh hemolisis lambat,
karena untuk terjadinya proses lisis tersebut, tidak hanya
diperlukan titer antibodi yang tinggi tetapi juga diperlu-
kan tipe antibodi yang berbeda, terutama antibodi IgM;
antibodi ini disebut hemolisin.
476 UNIT Vl Sel-Sel Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

mempunyai antigen c, tetapi orang yang tidak memiliki dian, aglutinin ibu berdifusi ke dalam tubuh janin melalui
antigen C selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini sama plasenta dan menimbulkan aglutinasi sel darah merah.
halnya untuk antigen D-d dan E-e. Karena faktor-faktor
ini diturunkan dengan cara tersebut, setiap orang hanya lnsidens Penyokit. Seorang ibu R.h-negatif yang anak
mempunyai satu dari ketiga pasang antigen tersebut. pertamanya Rh-positif biasanya belum membentuk aglu-
Tipe antigen D dijumpai secara luas dalam populasi tinin anti-Rh dalam jumlah yang cukup untuk menimbul-
dan bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain. Se- kan suatu malapetaka. Akan tetapi, kira-kira 3 persen dari
seorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rl bayi Rh-positifyang kedua menunjukkan beberapa tanda
positi/, sedangkan orang yang tidak mempunyai tipe an- eritroblastosis fetalis; kira-kira l0 persen dari bayi ketiga
tigen D dikatakan Rh negatif. Meskipun demikian, perlu memperlihatkan penyakit ini; dan insidensnya terus me-
diperhatikan bahwa pada orang-orang dengan Rh-negatif, ningkat secara progresif pada kehamilan berikutnya.
beberapa antigen Rh lainnya bahkan masih dapat menim-
bulkan reaksi transfusi, walaupun reaksi tersebut biasanya Efek Antibodi tbu Terhodop Jonin. Sesudah anribodi
jauh lebih ringan. anti-Rh terbentuk pada ibu, antibodi ini berdifusi dengan
Kira-kira 85 persen dari seluruh orang kulit putih ada- lambat melalui membran plasenta ke dalam darah.ianin.
lah Rh positif dan 15 persennya Rh negatif. Pada orang Di sini antibodi tersebut menyebabkan aglutinasi darah
kulit hitam Amerika, persentase Rh-positifnya kira-kira janin. Sel darah merah yang teraglutinasi akan mengalami
95%, sedangkan pada orang kulit hitam Afrika, hampir hemolisis sesudahnya, dan melepaskan hemoglobin ke
t00%. dalam darah. Makrofag janin kemudian mengubah hemo-
globin menjadi bilirubin, yang menyebabkan kulit bayi
menjadi kekuningan (ikterik). Antibodi tadi dapat juga
Respons lmun Rh menyerang dan merusak sel-sel tubuh lainnya.
Pembenlukon Agluiinin Anti-Rh. Bila sel darah
merah yang mengandung faktor Rh disuntikkan ke tubuh
Gomboron Klinis Eritroblostosis. Bayi baru lahir
yang ikterik akibat eritroblastosis biasanya menderita
orang yang darahnya tidak memiliki faktor Rh-yaitu ke
anemia pada waktu lahir, dan aglutinin anti-Rh dari ibu
orang dengan Rh-negatif-perlahan-lahan akan terbentuk
biasanya bersirkulasi dalam darah bayi selama i sampai
aglutinin anti-Rh, yang akan mencapai konsentrasi maksi-
2 bulan setelah lahir, dan merusak lebih banyak lagi sel
mum aglutinin kira-kira 2 sampai 4 bulan kemudian. Res-
darah merah.
pons imun ini terjadi lebih hebat pada beberapa orang ter-
Jaringan hematopoietik bayi mencoba untuk meng-
tentu dibandingkan orang lain. Dengan pajanan faktor Rh
ganti sel-sel darah merah yang mengalami hemolisis. Hati
berulang kali, orang dengan Rh-negatif akhirnya menjadi
dan limpa menjadi sangat membesar dan memproduksi
sangat "tersensitisasi" terhadap faktor Rh.
sel darah merah dengan cara yang sama seperti normal
yang terjadi selama pertengahan masa kehamilan. Kare-
Kqrokterislik Reoksi Tronsfusi Rh. Bila seseorang
na cepatnya produksi sel darah merah, banyak bentuk sel
dengan Rh-negatif sebelumnya tidak pernah terpajan de-
darah merah yang muda, meliputi banyak bentuk blastik
ngan darah Rh-positif, transfusi darah Rh-positifke tubuh
yang berinti, dilepaskan dari sumsum tulang bayi ke da-
orang tersebut agaknya tidak segera menyebabkan reaksi.
Meskipun demikian, antibodi anti-Rh dalam jumlah yang lam sistem sirkulasi, dan karena adanya sel darah merah
cukup dapat terbentuk selama 2 sampai 4 minggu beri- dalam bentuk blas berinti ini, penyakit tersebut dinama-
kan er i trobl astos is fet al is.
kutnya, yang akan menimbulkan aglutinasi jika sel-sel da-
rah transfusi masih terdapat di dalam sirkulasi. Sel darah Meskipun anemia berat akibat eritroblastosis feta-
transfusi ini kemudian akan dihemolisis oleh sistem ma-
lis adalah penyebab kematian yang umum, beberapa
krofag jaringan. Jadi, timbul reaksi transfusi lambat, wa- anak yang mampu bertahan hidup dari anemia ini akan
laupun biasanya rlpgan. Pada transfusi darah Rh-positif memperlihatkan gangguan mental yang menetap atau ke-
selanjutnya ke oiang yang sama yang sudah terimunisasi
rusakan area motorik otak akibat pengendapan bilirubin
terhadap faktor Rh, maka reaksi transfusi menjadi sangat di dalam sel-sel neuron, sehingga menyebabkan kehan-
kuat dan dapat segera timbul serta sehebat reaksi transfusi curan sejumlah besar sel tersebut. Keadaan ini dinamakan
kernikterus.
akibat ketidakcocokan golongan darah A atau B.
Pengoboton Eritroblostosis podo Boyi Boru Lo-
Eritroblastosis Fetalis (..Penyakit hir. Pengobatan yang dilakukan untuk eritroblastosis fe-
Hemolitik pada Bayi Baru Lahir"), talis adalah mengganti darah bayi yang baru lahir dengan
Eritroblastosis fetalis adalah penyakit padajanin dan pada darah Rh-negatif. Sekitar 400 mililiter darah Rh-negatif
bayi baru lahir yang ditandai oleh aglutinasi dan fagosi- dimasukkan dalam waktu 1,5 jam atau lebih, sementara
tosis sel darah merah janin. Pada sebagian besar eritro- darah Rh-positif bayi dikeluarkan. Cara ini dapat diulangi
blastosis fetalis, ibunya adalah Rh negatif dan ayahnya beberapa kali selama minggu-minggu pertama kehidupan,
Rh positif. Bayi mempunyai antigen Rh-positif yang terutama untuk menjaga kadar bilirubin agar tetap rendah
diturunkan dari ayahnya, dan ibu membentuk aglutinin dan dengan demikian mencegah terjadinya kernikterus.
anti-Rh akibat terpajan dengan antigen Rh janin. Kemu- Pada waktu sel darah Rh-negatif dari transfusi ini diganti
BAB 35 Golongan Darah; Transfusi; Transplantasi Jaringan dan Organ 477

dengan sel Rh-positif milik bayi, yaitu suatu proses yang tema dan kulit seseorang menjadi berwarna kuning akibat
memerlukan waktu 6 minggu atau lebih, maka aglutinin pigmen empedu. Tetapi, bila fungsi hati normal, pigmen
anti-Rh yang berasal dari ibu telah dihancurkan. empedu akan diekskresikan ke dalam usus melalui kanalis
biliaris hati sehingga ikterus biasanya tidak timbul pada
Pencegohon Eritroblostosis Felolis. Antigen D pada seorang dewasa kecuali jika lebih dari 400 mililiter darah
sistem golongan darah Rh merupakan sumber masalah uta- dihemolisis dalam waktu kurang dari sehari.
ma yang menyebabkan timbulnya reaksi imun dari darah
ibu dengan Rh negatif terhadap darah janin dengan Rh Penghention Akut Fungsi Ginjol Seteloh Reoksi
positif. Pada tahun 1970, penurunan insidens eritrobalsto- Tronsfusi. Salah safu efek reaksi transfusi yang paling
sis yang dramatis dicapai dengan pengembangan globin mematikan adalah penghentian fungsi ginjal, yang dapat
imunoglobulin Rh, suatu antibodi anti-D yang dimasuk- bermula dalam waktu beberapa menit sampai beberapa
kan ke dalam darah ibu yang hamil, dan dimulai dari usia jam dan terus berlangsung sampai orang itu mati karena
kehamilan 28 sampai 30 minggu. Antibodi anti-D juga gagal ginjal.
dimasukkan ke dalam darah ibu dengan Rh negatif yang Penghentian fungsi ginjal sepertinya disebabkan oleh
melahirkan bayi dengan Rh positif untuk mencegah sen' tiga hal: Pertama, reaksi antigen-antibodi dari reaksi trans-
sitisasi ibu terhadap antigen D. Hal tersebut sangat mengu- fusi akan mengeluarkan zat toksik yang berasal dari darah
rangi risiko terbentuknya sejumlah besar antibodi D se- yang mengalami hemolisis, yang kemudian menimbulkan
lama kehamilan berikutnya. vasokonstriksi kuat pada ginjal. Kedua, hilangnya sel-sel
Mekanisme yang digunakan globin imunoglobulin Rh darah merah dari sirkulasi pada resipien disertai produksi
untuk mencegah sensitisasi terhadap antigen D tidak sepe- zat toksik dari sel yang mengalami hemolisis dan reaksi
nuhnya dipahami, namun salah satu efek antibodi anti-D imun, seringkali menyebabkan syok sirkulasi. Tekanan
adalah menghambat produksi antibodi yang terinduksi an- darah arteri turun sangat rendah dan aliran darah ginjal
tigen dari limfosit B pada ibu yang hamil. Antibodi anti-D serta pengeluaran urin menurun. Ketiga, bila jumlah total
yang dimasukkan juga menempel di tempat pengikatan hemoglobin bebas yang dilepaskan ke dalam darah sirku-
antigen D pada sel darah merah janin dengan Rh positif lasi lebih besar dari jumlah hemoglobin yang berikatan
yang dapat menembus plasenta dan memasuki sirkulasi dengan "haptoglobin" (suatu protein plasma yang mengi-
ibu. Hal tersebut dengan demikian, akan menganggu res- kat sejumlah kecil hemoglobin), maka hemoglobin yang
pons imun terhadap antigen D. berlebihan tersebut akan menerobos membran glomerulus
masuk ke dalam tubulus ginjal. Bila jumlah hemoglobin
yang masuk ke fubulus ini sedikit, hemoglobin tersebut
Reaksi Transfusi Akibat dapat direabsorbsi melalui epitel tubulus masuk ke dalam
Golongan Darah yang Tidak Cocok darah dan tidak akan menimbulkan kerusakan; tetapi bila
jumlahnya besar, hanya sedikit yang direabsorbsi. Akan
Jika darah donor dengan golongan tertentu ditransfusikan tetapi, air di dalam tubulus terus menerus direabsorbsi,
ke dalam darah resipien dengan golongan darah yang lain,
sehingga konsentrasi hemoglobin di dalam tubulus dapat
reaksi transfusi yang cenderung terjadi adalah aglutinasi meningkat sedemikian tinggi sehingga hemoglobin terse-
pada sel darah merah dari darah donor. Jarang terjadi but mengendap dan menyumbat banyak tubulus. Jadi,
bahwa darah yang ditransfusi akan menyebabkan aglu- vasokonstriksi ginjal, syok sirkulasi, dan penyumbatan
tinasi pada sel-sel darah resipien, karena alasan berikut: tubulus ginjal, bersama-sama akan menyebabkan peng-
Bagian plasma dari darah donor dengan segera akan di- hentian akut fungsi ginjal. Jika penghentian fungsi ginjal
encerkan oleh seluruh plasma dari resipien, yang dengan ini bersifat total dan tidak membaik, pasien akan mening-
demikian akan menurunkan titer aglutinin yang diinfus- gal dalam wakfu satu minggu sampai l2hari, seperti yang
kan. Biasanya, kadar aglutitnin tersebut diturunkan sam- dijelaskan di Bab 31, kecuali jika pasien ini diobati de-
pai mencapai jumlah yang sangat rendah untuk dapat me-
ngan ginjal buatan.
nimbulkan aglutinagk Sebaliknya, sejumlah kecil darah
yang diinfus tidak mengencerkan aglutinin dalam plasma
resipien. Oleh karena itu, aglutinin resipien tetap masih Transplantasi Jaringan
bisa mengaglutinasikan sel-sel donor yang golongan da- dan Organ
rahnya berlainan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semua reak- Kebanyakan antigen sel darah merah yang menyebabkan
si transfusi akhirnya dapat menyebabkan hemolisis segera reaksi transfusi juga terdapat secara luas di dalam sel-sel
akibat hemolisin maupun hemolisis akibat fagositosis sel tubuh yang lain, dan setiap sel jaringan tubuh memiliki
yang teraglutinasi. Hemoglobin yang dilepaskan dari sel komplemen tambahannya masing-masing terhadap anti-
darah merah kemudian diubah oleh sel-sel fagosit menjadi gen. Akibatnya, setiap sel asing yang ditransplantasikan
bilirubin dan kemudian diekskresikan ke dalam empedu ke tubuh resipien dapat menimbulkan reaksi imun, De-
oleh hati, seperti yang dibahas di Bab 70. Konsentrasi ngan kata lain, kebanyakan resipien dapat melawan invasi
bilirubin dalam cairan tubuh seringkali meningkat cukup sel-sel jaringan asing seperti halnya perlawanan terhadap
tinggi sehingga menyebabkan ikterus-yaitu, jaringan in- invasi bakteri asing atau sel darah asing.
478 UNIT Vl SelSe/ Dara! , lmunitas, dan Pembekuan Darah

Autogrof, lsogrof, Alogrof, don Xenogrof. Trans- untuk antigen-antigen ini dapat dilakukan pada membran
plantasi jaringan atau seluruh organ dari satu bagian tubuh limfosit yang telah dipisahkan dari darah orang tersebut.
ke bagian lain pada binatang yang sama disebut autograf; Limfosit dicampur dengan antiserum dan komplemen
dari seorang kembar identik kepada saudara kembarnya, yang sesuai; sesudah inkubasi, sel diuji untuk mengetahui
disebut isograf; dari seorang manusia ke manusia lain- adanya kerusakan membran, biasanya dengan memeriksa
nya, atau dari seekor binatang ke binatang lainnya dari kecepatan ambilan trans-membran dari zatwama khusus
spesies yang sama, disebut alograf; dan dari seekor bi- oleh limfosit.
natang yang lebih rendah tingkatannya ke manusia atau Beberapa antigen HLA bukan antigen yang kuat, kare-
dari seekor binatang spesies tertentu ke spesies lainnya, na pencocokan yang tepat dari beberapa antigen antara
disebut xenograf, donor dan resipien tidak selalu penting untuk memung-
kinkan transplantasi alograf. Oleh karena itu, dengan
Tronsploniosi Joringon Sel. Pada autograf dan iso- mendapatkan pasangan yang paling cocok antara donor
gr af, sel- sel transp lantasi mengandung j enis anti gen yang dengan resipien, bahaya prosedur pencangkokan men-
hampir sama dengan jenis antigen di jaringan resipien dan jadi jauh lebih kecil. Pencapaian terbaik adalah dengan
hampir selalu dapat hidup terus secara normal bila suplai mencocokkan jenis jaringan antara anggota keluarga yang
darah yang adekuat tersedia. sama dan antara orang tua dengan anaknya. Kecocokan
Di pihak lain, pada xenograf, reaksi imun hampir se- pada kembar identik adalah yang paling tepat, sehingga
lalu terjadi dan menyebabkan kematian sel yang ditrans- transplantasi antara kembar identik hampir tidak pernah
plantasikan dalam waktu t hari sampai 5 minggu sesudah mengalami penolakan akibat reaksi imun.
transplantasi, kecuali bila dilakukan beberapa terapi spe-
sifik untuk menghindari reaksi imun. Pencegahan Penolakan Transplan
Beberapa jaringan selular dan organ yang berbeda
dengan Menekan Sistem lmun
yang telah ditransplantasi sebagai alograf, baik untuk per-
cobaan maupun untuk tujuan pengobatan dari satu orang
Jika sistem imun ditekan dengan sempurna, penolakan
ke orang lain adalah kulit, ginjal, jantung, hati, jaringan transplan tidak akan terjadi. Bahkan, pada orang terten-
kelenjar, sumsum tulang, dan paru-paru. Dengan "pen- tu yang sistem imunnya sangat rendah, transplan dapat
cocokan" jaringan yang benar antar seseorang, banyak berhasil dengan baik tanpa pemberian terapi yang sig-
alograf ginjal yang sukses paling tidak selama 5 sampai nifikan untuk menghindari penolakan. Akan tetapi, pada
15 tahun, dan alograf hati serta transplantasi jantung se-
orang norrnal, bahkan dengan penggolongan jaringan
yang terbaik, alograf jarang dapat mencegah penolakan
lama I sampai l5 tahun.
dalam waktu lebih dari beberapa hari atau beberapa ming-
gu tanpa penggunaan pengobatan yang spesifik untuk
Usaha Untuk Mengatasi Reaksi lmun menekan sistem imun. Selanjutnya, karena sel T terutama
pada Jaringan yang Ditransplantasi merupakan bagian dari sistem imun yang penting untuk
membunuh sel transplan, maka penekanan terhadap sel T
Karena transplantasi jaringan dan organ tertentu sangat jauh lebih penting daripada penekanan antibodi plasma.
penting dilakukan, maka telah dilakukan usaha yang sung- Beberapa bahan terapeutik yang telah dipakai untuk tu-
guh-sungguh untuk mencegah reaksi antigen-antibodi juan ini antara lain sebagai berikut:
yang berhubungan dengan transplantasi. Prosedur khusus l. Hormon glukokortikoid yang diisolasi dari kelen-
berikut telah berhasil dilakukan baik secara klinis maupun jar korteks adrenal (atau obat-obatan dengan ak-
pada percobaan dalam beberapa hal. tiv it as mir ip- glukokortikoid), y ang menekan per-
tumbuhan semua jaringan limfoid dan, oleh karena
itu, menurunkan pembentukan antibodi dan sel T.
Penggolongan Jaringan- Kompleks HLA
dari Antigen 2. Berbagai obat yang mempunyai efek toksik pada
sistem limfoid dan,karcna itu, menghambat pem-
Antigen terpenting yang menyebabkan reaksi penolakan bentukan antibodi dan sel-sel T, terutama obat aza-
terhadap transplan adalah suatu kompleks yang dise- thioprine.
but antigen HLA. Enam dari antigen tersebut dijumpai 3. Siklosporin, yangmempunyai efek inhibitor terha-
di membran sel jaringan di setiap orang, namun terda- dap pembentukan sel T pembantu dan, karena itu,
pat sekitar 150 antigen HLA yang berbeda yang dapat sangat manjur dalam memblokir reaksi penolakan
diseleksi. Oleh karena itu, keragaman antigen tersebut
oleh sel-T. Siklosporin telah terbuktimenjadi salah
mewakili lebih dari satu triliun kombinasi kemungkinan. satu obat yang paling bemilai karena obat ini tidak
Akibatnya, hampir tidak mungkin bahwa ada dua orang, menekan beberapa bagian lain dari sistem imun.
kecuali pada kasus kembar identik, untuk memiliki enarn
antigen HLAyang sama. Pembentukan imunitas yang sig- Pemakaian obat-obatan ini sering kali menyebabkan
nifikan terhadap salah satu dari antigen-antigen ini dapat orang menjadi tidak terlindungi dari penyakit infeksi;
menyebabkan penolakan terhadap j aringan transplan. oleh karena itu, infeksi bakteri dan virus kadang-kadang
Antigen HLA terdapat di dalam sel darah putih dan menjadi merajalela. Selain itu, insidens kanker menjadi
di sel jaringan. Oleh karena itu, penggolongan jaringan beberapa kali lebih besar pada orang yang sistem imuni-
BAB 35 Golongan Darah; Transfusi; Transplantasi Jaringan dan Organ 479

tasnya tersupresi, barangkali karena sistem imun ini pen- Horn KD: The classifcation, recognition and signifcance of
ting untuk menghancurkan banyak sel kanker dini sebe- polyagglutination in h'ansfusion medicine. Blood Rev 1 3; 36,
lum sel kanker tersebut dapat mulai berproliferasi. 1999.

Sebagai ringkasan, transplantasi jaringan hidup pada Miller J, Mathew JM, Esquenazi V: Toward tolerance to human
organ transplants: a few additional corollaries and ques-
manusia mempunyai keberhasilan yang masih sangat ter-
tions. Transplantation 77 : 940, 2001.
batas namun sangat berharga. Bila seseorang akhirnya
Ricordi C, Strom TB: Clinical islet transplantation: adyances
berhasil melakukan blokade pada respons imun resipien and immunological challenges. Nat Rev Immunol 4:259,
terhadap organ donor tanpa merusak imunitas spesifik 2004.
resipien terhadap penyakit pada waktu yang sama, maka Schroeder RA, MarroquinCE, Kuo PC. Tolerance andthe "Holy
cerita tentang transplantasi akan berubah dalam waktu Grail" of transplantation. J Surg Res I I I : I 09, 2003.
singkat. Schulak JA: Steroid immunosupression in kidney transplanta-
tion: a passing era. J Surg Res 1 l 7: 1 51, 2004.
Spahn DR, Pasch T: Physiological properties of blood substi-
Kepustakaan tutes. News Physiol Sci 16:38,2001.
Strober S, Lowslry RJ, Shizuru JA, et al; Approaches to trans-
Alayash AI: Oxygen therapeutics: can y)e tame haemoglobin? plantation tolerance in humans. Transplantation 77:932,
Nat Rev Drug Discov 3:l52, 2001. 2001.
Altomonte M, Fonsatti E, L'isintin A, Miao M; Targeted therapy Sumpter TL, Ittilkes DS: Role of autoimmunity in organ al-
ofsolid malignancies via IILA class II antigens: a new bio- lograft rejection: afocus on immunity to type V collagen in
therapeutic approach? Oncogene 22 : 6564, 2003. the pathogenesis oflung transplant rejection. Am J Physiol
Avent ND, Reid ME: The Rh blood group system: a review. Lung Cell Mol Plrysiol 286:Lll29, 2001.
Blood 95:375, 2000. Telen MJ: Red blood cell surface adhesion molecules: their pos-
Bowman J: Thirty-five years of Rh prophyalxis. Transfusion sible roles in normal human physiology and disease. Semin
43 166t,2003. Hematol 37:130, 2000
Goodnough LT, Shander A: Evolution in alternatives to blood Trigg ME: Hematopoietic stem cells. Pediatrics 113(4 Sup-
transfusion. Hematol J 1:87, 2003. pl):1051,2004.
Gottstein R, Cooke RW: Systematic review of intravenous immu- Triulzi DJ: Specialized transfusion support
noglobulin in haemolytic disease of the newborn. Arch Dis
for solid organ
transplantation. Curr Opin Hematol 9:527, 2002.
Child Fetal Neonatal Ed 88:F6, 2003.
Heeger PS: T-cell allorecognition and transplant rejection: a
summary and update. Am J Transplant 3:525, 2003.
BAB 36
Hemostasis dan
Fembekuan Darah

Feristiwa Hemostasis
Istrlah lremoslasis berarti pencegahan hilangnya darah.
Bila pembuluh darah mengalami cedera atau ruptw,
hemostasis terjadi rrelalui beberapa cara: (1) konstrik-
sl pembuluh darah, (2) pembenfirkan sumbat platelet,
(3) pembentukanbekuan darah sebagai hasil dan pem-
bekuan darah, dan i4) akhirnya teriadi pertumbuhan jaringan fibrosa ke tlalam i:ekuan
darah untuk mettutup lubalg pada pernbuluh sesara permanon,

Konstriksi Pembuluh Darah


Segera setelah penrbuluh darah terpotoog atau ruptur, dinding pernbuluh darah yang
msak iru sencliri menyebabkan otot polos dinding pernbuluh berkonhaksi; sehingga
dengan segera aliran darah dari pembuluh yang ruptur akan berkurang. Kontraksi
tcr-iacli sebagai akibat dari 1l) spasme miogc'nik lokal. (2) laktor ar.rtakoid lokal yang
berasal darijaringan yang terkena trauma dan piatelet darah, dan {3) berbagai refleks
saraf'. Refleks saraf dicetuskan oleh impuls saraf nyed atau oleh impuls-impuls senso-
rik lain dari pembuluh yang msak alau dari jaringan yang berdekatan, Namun, vaso*
konstriksi yang lebih lagi kemungkinan hasil dari kontraki miogenik setempat pada
pembuluh darah. Kontraksi ini terjadi karena kerusakan pada dinding penrbuluh da-
rah. Untuk pembuluh darah yang lebih kecil, platelet mengakibatkan sebagian besar
vasokonstriksi dengar melepaskan sebuah substansi vasokonstriktar, {rambaks(rrx A,.
Semakin berat kerusakan yang terjadi. semakin hebat spasmenya. Spasme pem-
buluh lokal ini dapat bedangsung beberapa menit bahkan beberapa jam, dan selama
itu berlangsung proses pembentukan sumbat plateiet dan pembekuan darah.

Pembentukan Sumbat Platelet


Bila iuka pada pembuluh darah berukuran sangat kecil; setiap hari terbentuk banyak
lubang yang sangat kecil di seluruh tubuh-lubang itu biasanya ditutup oleh sum-
bat platelet, bukan oleh bekuan darah. Untuk memahani kejadian ini, penting untuk
menguraikan dahulu sifat-sifat dari platelet itu sendiri-

Ciri.ciri Fisik dan Kimiawi Platelet


Platelet (disebut juga trambosit) berbentuk cakram kecil dengan diameter I sampai
4 mikometer. Trornbosit dibentr* di sumsum tulang dari megakariosil, yaitu sel
yang sangat besar dalam susunan hematopoietik dalam sumsum; megakariosit pecah
menjadi trombosit kecil, baik di sumsum tulang atau segera seteiah memasuki darah,
khususnya ketika memasuki kapiler. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah
aniara 150.000 dan 300.000 per mikoliter.

480
BAB 36 Hemostasis dan Pembekuan Darah 481

- Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional tambahan ini maka akan menyebabkannya melekat pada
sel lengkap, walaupun tidak mempunyai inti dan tidak trombosit semula yang sudah aktif.
dapat bereproduksi. Di dalam 5itoplasmanya terdapat fak- Dengan demikian, pada setiap lokasi dinding pembu-
tor-faktor aktif seperti (l) molekul qktin dan miosin, yang luh darah yang luka, dinding pembuluh yang rusak me-
merupakan protein kontraktil sama seperti yang terdapat nimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit yang jumlah-
dalam sel-sel otot, dan juga protein kontraktil lainnya, nya terus meningkat yang menyebabkannya menarik lebih
yaitu trombostenin, yang dapat menyebabkan trombosit banyak lagi trombosit tambahan, sehingga membentuk
berkontraksi; (2) sisa=sisa retikulum endoplasma dan apa- sumbat trombosit. Sumbat ini pada mulanya longgar, na-
ratus Golgi yang mensintesis berbagai enzim dan terutama mun biasanya berhasil menghalangi hilangnya darah bila
menyimpan sejumlah besar ion kalsium; (3) mitokondria luka di pembuluh ukurannya kecil. Setelah itu, selama
dan sistem enzim yang mampu membentuk adenosin tri- proses pembekuan darah selanjutnya, benang-benang fi-
fosfat (ATP) dan adenosit difosfat (ADP); (4) sistem enzim brin terbentuk. Benang fibrin ini melekaterat pada trom-
yang mensint esis pro s t agl an d in, y ang merupakan hotmon bosit, sehingga terbentuklah sumbat yang kuat.
lokal yang menyebabkan berbagai reaksi pembuluh darah
dan reaksi jaringan lokal lainnya; (5) suatu protein pen- Penlingnyo Mekonisme Trombosit untuk Penu-
ting yang disebut faktor stabilisasi fibrin, yang akan kita lupon Luko Pembuluh Doroh. Mekanisme sumbat
bahas nanti sehubungan dengan pembekuan darah; dan trombosit sangat penting untuk menutup ruptur-ruptur
(6) faktor pertumbuhan (growth factor) yang menyebab- kecil pada pembuluh darah yang sangat kecil, yang ter-
kan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh jadi ribuan kali setiap hari. Berbagai lubang kecil pada
darah, sel otot polos pembuluh darah, dan fibroblas, se- sel endotel itu sendiri seringkali ditutupi oleh trombosit
hingga menimbulkan fertumbuhan selular yang akhirnya yang sebenarnya bergabung dengan sel endotel untuk
memperbaiki dinding pembuluh yang rusak. membentuk membran sel endotel tambahan. Orang yang
Membran sel trombosit juga penting. Di permukaan- rnempunyai trombosit darah sedikit. sekali, setiap hari
nya terdapat lapisan glikoprotein yang mencegah pelekat- mengalami ribuan perdarahan kecil di bawah kuiit dan di
an dengan endotel normal dan justru menyebabkan pele- seluruh jaringan bagian dalam; pada orang normal hal ini
katan dengan daerah dinding pembuluh yang cedera, tidak terladi.
terutamapada sel-sel endotel yang cedera, dan bahkan me-
lekat padajaringan kolagen yang terbuka di bagian dalam
pembuluh. Selain itu, membran mengandung banyakfos- Pembdkuan Darah pada
folipid yangmengaktifkan berbagai tingkat dalam proses Pembuluh yang Ruptur
pembekuan darah, yang akan kita bahas nanti.
Jadi, trombosit merupakan struktur yang aktif. Waktu' Mekanisme ketiga untuk hemostasis ialah pembentukan
paruh hidupnya dalam darah ialah 8 sampai 12 hari, jadi bekuan darah. Bekuan mulai terbentuk dalam waktu 15
setelah beberapa minggu proses fungsionalnya berakhir. sampai 20 detik bila trauma pada dinding pembuluh sa-
Trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi, terutama ngat hebat, dan dalam I sampai 2 menit bila traumanya
kecilr. Zat-zat aktivator dari dinding pembuluh darah yang
oleh sistem makrofag jaringan. Lebih dari separuh trom-
rusak, dari trombosit, dan dari protein-protein darah yang
bosit diambil oleh makrofag dalam limpa, yaitu pada
waktu darah melewati kisi-kisi trabekula yang rapat. melekat pada dinding pembuluh darah yang rusak, akan
mengawali proses pembekuan darah. Peristiwa-peristiwa
fisik dari proses ini diperlihatkan pada Gambar 36-i, dan
faktor-faktor pembekuan darah yang paling penting di-
Mekanisme Sumbat Trombosit
cantumkan pada Tabel 36-1.
Trombosit melakukan perbaikan terhadap pembuluh Dalam waktu 3 sampai 6 menit setelah pembuluh rup-
yang rusak didasarkan pada beberapa fungsi penting dari tur, bila luka pada pembuluh tidak terlalu besar, seluruh
trombosit itu sendiri;P.ada waktu trombosit bersinggung- bagian pembuluh yang terluka atau ujung pembuluh yang
an dengan permukaan pembuluh yang rusak, terutama terbuka akan diisi oleh bekuan darah. Setelah 20 menit
dengan serabut kolagen di dinding pembuluh, sifat-sifat sampai satu jam, bekuan akan mengalami retraksi; ini
trombosit segera berubah secara drastis. Trombosit mulai akan menutup tempat luka. Trombosit juga memegang
membengkak; bentuknya menjadi ireguler dengan ton- peranan penting dalam peristiwa retraksi bekuan ini, se-
jolan-tonjolan yang mencuat dari permukaannya protein perti yang dijelaskan kemudian.
kontraktilnya berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan
pelepasan granula yang mengandung berbagai faktor ak-
tif; hombosit itu menjadi lengket sehingga melekat pada Pembentukan Jaringan Fibrosa
kolagen dalam jaringan dan pada protein yang disebut atau Penghancuran Bekuan Darah
faktor von Willebrand yang bocor dari plasma menuju ja-
ringan yang trauma; trombosit menyekresi sejumlah besar Setelah bekuan darah terbentuk, dua proses berikut dapat
ADP; dan enzim-enzimnya membentuk tromboksan A2. terjadi: (1) Bekuan dapat diinvasi oleh fbroblas, yang
ADP dan trombol<san kemudian mengaktifkan trombosit kemudian membentuk jaringan ikat pada seluruh bekuan
yang berdekatan, dan karena sifat lengket dari trombosit tersebut, atau (2) dapatjuga bekuan itu dihancurkan. Bia-
482 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

mudah, paling tidak oleh faktor/aktor perhrmbuhanyang


disekresi oleh trombosit). Hai ini berlanjut sampai terjadi
pembentukkan bekuan yang lengkap menjadi jaringan fi-
brosa dalam waktu kira-kira 1 sampai 2 rninggu.
Sebaliknya, bila sejumlah besar darah merembes ke
1. Pembuluh yang terluka 2. Trombosit beraglutinasi
jaringan dan terjadi bekuan jaringan yang tidak dibutuh-
kan, zaI khusus yang terdapat dalam bekuan itu sendiri
menjadi teraktivasi. Zatini berfungsi sebagai enzim yang
menghancurkan bekuan itu, seperti yang akan diuraikan
kemudian dibab ini.
3. Fibrin muncul 4. Terbentuknya bekuan fibrin

Mekanisme Pembekuan Darah


Teori Dosor. Lebih dari 50 macam zat penting yang
menyebabkan atau memengaruhi pembekuan darah telah
5. Terjadi retraksi bekuan ditemukan dalam darah dan jaringan-beberapa di antara-
GAMBAR 36-1 . Proses pembekuan darah pada pembuluh darah nya mempermudah terjadinya pembekuan, disebut pro-
yang luka. (Dimodifikasi dari Seegers WH.: Hemostatic Agent, koagulan, dan yang lain menghambat pembekuan, disebut
1948. Atas kebaikan Charles C Thomas, Publisher, Ltd., Spring- antikoagulan. Apakah pembekuan akan terjadi atau tidak,
field, lL.)
bergantung pada keseimbangan aniar kedua golongan zat
ini. Pada aliran darah, dalam keadaan nonnal, antikoagu-
lan lebih dominan sehingga darah tidak membeku saat
sanya bekuan yang terbentuk pada luka kecil di dinding bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Tetapi bila pem-
pembuluh darah akan diinvasi oleh fibroblas, yang mulai buluh darah mengalami ruptur, prokoagulan dari daerah
terjadi beberapajam setelah bekuan itu terbentuk (diper- yang rusak menjadi "teraktivasi" dan melebihi aktivitas
antikoagulan, dan bekuan pun terbentuk.

TABEL 36-1 . Faktor-Faktor Pembekuan daiam Darah dan Mekqnisme Secoro Umum. Semua peneliti-peneliti
Sinonimnya dalam bidang pembekuan darah setuju bahwa pembekuan
terjadi melalui tiga langkah utama: (1) Sebagai respons
terhadap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan darah
itu sendiri, rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks ter-
Fih'iinogeni Faktoi I
jadi dalam darah yang melibatkan lebih dari selusin fak-
Protombin=, Faktor ll
Faktor ltl; tromboplastin tor pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya
fakior iaiingan ',,' jaringan suatu kompleks substansi teraktivasi yang secara kolektif
-..,
Kal$igfn r.:.: Faktor lV disebut aktivator protrontbin. (2) Aktivator protrombin
Pt"1 '-- ,,, Proaccelerin; faKor labil; Ac- mengatalisis pengubahan protrombin menjadi trombin.
globulin (Ac-G) (3) Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubahl-
FaktorJll:,. Akselalatoi 1gnversi pio|1om- brinogen menjadi benangfibrin yang merangkai trombo-
:aa ,... aa.- ' bin,,se-rum ($PeA); prokOn. sit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
vertin; faktor stabil
::j::;.,
Marilah kita mula-mula membahas mekanisme ter-
Faktor V-11[
=,
'-:: Faktor antihemofilik (AHF);
globulin antihemofilik (AHG): bentuknya bekuan darah itu sendiri, mulai dari perubahan
t,, t.
protrombin menjadi trombin; kemudian kita kembali ke
, ,, ,'.
faktor A antihemofilik
:t : tt : :
F€ktor lX.- ,i, .Komponen tromboplastin::
-i;.'i- - pla$ma:{PTc);,{aktorChrist-, langkah proses awal pembekuan untuk membahas me-
t '. , ngenai pembentukan aktivator protrombin.
: ::.:- '...,:
mas; faktor B
Faktor X -, Faktor.,Stuart; fahor Stuart-
Prower Perubahan Protrombin
FqKo,rXl, ,, :
' , Anteseden tromboplastin Menjadi Trombin
..:,: r.., pla$ma (PTA); fakior.C,
:l:,: :::r .': ::
antihemofilik Pertama, aktivator protrombin terbentuk sebagai akibat
F:a xti Faktor Hageman rupturnya pembuluh darah atau sebagai akibat kerusakan
Falctoi:Xlll' ' Faktor stabilisaSi-fi6ri6'f !''
r'1.: :
pada zat-zat.khusus dalam darah. Kedua, aktivator pro-
Prekalikieiri Faktor Fletcher
trombin, dengan adanya ion Ca* dalarn jumlah yang
K-ihinogen dengan Faktor Fitzgerald; HMWK
mencukupi, akan menyebabkan perubahan protrombin
berat mof ekul ., kininogen (berat rnolekul
,,,,besari ,;...t ,,-,$gggl) ,:,.' menjadi trornbin (Garnbar 36-2). Ketiga, trombin menye-
r,,...
Trombosit babkan polimerisasi molekul-moleku I fi brinogen menjadi
benang-benang fibrin dalam waktu l0 sampai 15 detik
BAB 36 Hemostasis dan Pembekuan Darah 483

.plasma dengan kadar 100 sampai 700 mgidl. Fibrinogen


Protrombin
dibentuk dalam hati, dan penyakit hati dapat menurunkan
I
Aktivator kadar fibrinogen yang bersirkulasi, juga konsentrasi pro-
-_-*.
protrombrn ! Ca*
trombin, yang pernah diuraikan di atas.
I
Y Karena ukuran molekulnya yang besar, dalam ke=
Trombin adaan normal hanya sedikit fibrinogen yang bocor dari
pembuluh darah ke dalam cairan interstisial; dan karena
fibrinogen merupakan satu faktor yang pokok dalam
Fibrinogen kFibrinogen monomer proses pembekuan, cairan interstisial biasanya tidak dapat
membeku. Namun bila permeabilitas kapiler meningkat
secara patologis, fibrinogen akan bocor ke dalam cairan
Benang-benang fibrin
jaringan dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan
Trombin + Faktor , pembekuan cairan ini dengan carayang hampir sama se-
stabilisasi fibrin -*-t, perti plasma dan darah yang dapat membeku.
yang teraktivasi
Y
Benang fibrin yang saling berikatan Kerjo Trombin dolqm Menguboh Fibrinogen
Menjodi Fibrin. Trombin adalah enzim protein dengan
GAMBAR 36-2. Skema perubahan protrombin menjadi trombin kemampuan proteolitik yang lemah. Ia bekerja pada fl-
dan polimerisasi fibrinogen untuk membentuk benang fibrin.
brinogen dengan cara melepaskan empat peptida dengan
berat molekul rendah dari setiap molekul fibrinogen, se-
hingga membentuk satu molekul fibrin monomer yang
berikutnya. Jadi, faktor yang membatasi kecepatan pem- mempunyai kemampuan otomatis untuk berpolimerisasi
bekuan darah biasanya adalah pembentukkan aktivator dengan molekulfibrin monomer yang lain untuk memben-
protrombin dan bukan redksi-reaksi berikutnya, karena tuk benang fibrin. Dengan cara demikian, dalam beberapa
langkah akhir biasanya terjadi sangat cepat untuk mem- detik banyak molekul fibrin monomer berpolimerisasi
bentuk bekuan itu sendiri. menjadi benang-benangfibrin yang panjang, yang meru-
Trombosit juga berperan penting dalam mengubah pakan retikulum bekuan darah.
protrombin menjadi trombin, karena banyak protrombin Pada tingkat awal polimerisasi, molekul fibrin mono-
mula-mula melekat pada reseptor protrombin pada trom- mer saling berikatan melalui ikatan hidrogen nonkovalen
bosit yang telah berikatan dengan jaringan yang rusak. yang lemah, dan benang-benang yang baru terbentuk ini
tidak berikatan silang yang kuat antara satu dengan lain-
Protrombin don Trombin. Protrombin adalah suatu
nya; oleh karena itu, bekuan yang dihasilkan tidaklah
protein plasma, yaitu alfa2-globulin, yang mempunyai
kuat dan mudah dicerai-beraikan. Tetapi proses lain ter-
berat molekul 68.700. Protrombin terdapat dalam plasma
jadi dalam beberapa menit-berikutnya yang akan sangat
normal dengan konsentrasi kira-kira 15 mg/dl. Protrom-
memperkuat jalinan fibrin tersebut. Proses ini melibatkan
bin merupakan protein tidak stabil yang dengan mudah
suatu zat yang disebut faktor stabilisasi fibrin, yang ter-
dapat pecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil,
dapat dalam jumlah kecil dalam bentuk globulin plasma
satu di antala,fiya ialah trombin, yang mempunyai berat
yang nomal, tetapi juga dilepaskan dari trombosit yang
molekul 33.700, hampir tepat separuh dari berat molekul
terperangkap dalam bekuan. Sebelum faktor stabilisasi
prohombin.
fibrin ini dapat bekerja terhadap benang-benang fibrin,
Protrombin dibentuk terus menerus oleh hati, dan se-
ia sendiri harus diaktifkan terlebih dahulu. Trombin yang
cara terus menerus dipakai di seluruh tubuh untuk pem-
sama yang menyebabkan pembentukan fibrin juga meng-
bekuan darah. Bila hati gagal membentuk protrombin,
aktifkan faktor stabil isas i fi brin. Kemu dian zat y ang telah
kira-kira dalam satu hari kadar protrombin dalam plasma
aktif ini bekerja sebagai enzim untuk menimbulkan rkat-
akan terlalu rendah lntuk mendukung terjadinya pem-
an kovalen antara molekul fibrin monomer yang semakin
bekuan darah yang normal.
banyak, danjuga ikatan silang antara benang-benang fibrin
Vitamin K diperlukan oleh hati untuk pembentukan
yang berdekatan, sehingga sangat menambah kekuatan
protrombin dan juga untuk pembentukkan beberapa faktor
jaringan fibrin secara tiga dimensi.
pembekuan lainnya. Oleh karena itu, kurangnya vitamin
K atau adanya penyakit hati yang menghambat pemben- Bekuqn Doloh. Bekuan darah terdiri dari jaringan
tukan protrombin normal dapat menurunkan kadar pro- benang fibrin yang berjalan ke segala arah dan menjerat
trombin sampai sedemikian rendahnya sehingga timbul sel-sel darah, trombosit, dan plasma. Benang-benang fi-
kecbnderungan perdarahan.
brin juga melekat pada permukaan pembuluh darah yang
rusak; oleh karena itu, bekuan darah menempel pada lu-
Perubahan Fibrinogen Meniadi Fibrin- bang di pembuluh dan dengan demikian mencegah kebo-
Pembentukan Bekuan coran darah berikutnya.

Fibrinogen. Fibrinogen adalah protein dengan berat Retrqksi Bekuon-Serum. Dalam waktu beberapa me-
molekul yang besar (BM : 340.000) yang terdapat dalam nit setelah bekuan terbentuk, bekuan mulai menciut dan
484 UNIT Vl SelSe/ Darah, Imunitas, dan Pembekuan Darah

biasanya memeras keluar hampir seluruh cairan dari Awal Proses Pembekuan:
bekuan itu dalam waktu 20 sampai 60 menit. Cairan yang Pembentukan Aktivator Protrombin
terperas keluar disebut serum, sebab seluruh fibrinogen
dan sebagian besar faktor- faktor pembekuan lainnya Sampai di sini kita telah membahas mengenai proses pem-
telah dikeluarkan; dan dengan demikian, serum berbeda bekuan itu sendiri, sekarang saatnya untuk membicarakan
dengan plasma. Serum tidak dapat membeku karena se- lebih mendalam mengenai mekanisme kompleks yang
rum tidak mengandung faktor-faktor pembekuan. mengawali pembekuan pada tempat pertama. Mekanisme
Trombosit diperlukan untuk terj adinya retraksi bekuan. ini dimulai bila (l) terjadi trauma pada dinding pembuluh
Oleh sebab itu, kegagalan pada proses retraksi merupa- darah dan jaringan yang berdekatan, (2) trauma pada da-
kan tanda bahwa jumlah trombosit yang beredar dalam rah, (3) atau kontaknya darah dengan sel endotel yang ru-
darah kurang. Mikrograf elektron dari trombosit dalam sak atau dengan kolagen dan unsurjaringan lainnya di luar
bekuan darah mempeilihatkan bahwa trombosit-tombosit pembuluh darah. Pada setiap kejadian tersebut, mekanisme
tersebut sebenarnya melekat pada benang-benang fibrin ini akan menyebabkan pembentukan aktivator protrombin,
dengan cara mengikat benang-benang itu sehingga men- yang selanjutnya mengubah protombin menjadi trombin
jadi satu. Selain itu, trombosit yang terperangkap dalam dan menimbulkan seluruh langkah berikutnya.
bekuan terus melepaskan zat-zat prokoagulan, salah satu Aktivator protrombin biasanya dapat dibentuk melalui
yang paling penting ialah faktor stabilisasi fibrin, yang dua cara, walaupun, pada kenyataannya, kedua cara ini sa-
menyebabkan terjadinya ikatan silang yang semakin ba- ling berinteraksi secara konstan satu sama lain: (l) melalui
nyak antara benang-benang fibrin yang berdekatan. Selain jalur ekstrinslftyang dimulai dengan terjadinya trauma pada
itu, trombosit sendiri memberi dukungan langsung untuk dinding pembuluh dan jaringan sekitamya dan (2) melalui
terjadinya retraksi bekuan dengan cara mengaktifkan jalur intrinsifr yang berawal di dalam darah sendiri.
molekul aktin miosin, dan trombostenin trombosit, yang Pada kedua jalur itu, ekstrinsik maupun intrinsik, ber-
semuanya merupakan protein kontraktil dalam trombosit bagai protein plasma yang berbeda yang disebut faktor-
dan dapat menimbulkan kontraksi kuat pada tonjolan- faktor pembekuan darah memegang peran yang utama.
tonjolan runcing dari trombosit yang melekat pada fibrin. Sebagian besar faktor ini masih dalam bentuk enzim
Peristiwa ini juga akan menciutkan jaringan fibrin men- proteolitik yang inaktif. Bila berubah menjadi aktif, ker-
jadi massa yang lebih kecil. Kontraksi diaktifkan dan di- ja enzimatiknya akan menimbulkan proses pembekuan
percepat oleh trombin, dan juga oleh ion kalsium yang berupa reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat.
dilepaskan oleh gudang kalsium dalam mitokondria, reti- Sebagian besar faktor pembekuan ditandai dengan ang-
kulum endoplasma, dan aparatus Golgi pada trombosit. ka Romawi, seperti dicantumkan pada Tabel 36-1. Untuk
Dengan terjadinya retraksi bekuan, ujung-ujung pem- menyatakan bentuk faktor yang telah teraktivasi, huruf"a"
buluh darah yang robek akan ditarik saling mendekat, ditambahkan setelah angka Romawi, contohnya Faktor
sehingga memungkinkan berlanjut sampai ke tahap akhir VIIIa menunjukkan Faktor VIII dalam keadaan te'aktivasi.
hemostasis.

Jalur Ekstrinsik Sebagai


Awal Pembekuan
Siklus Berantai Pembentukan Bekuan Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan aktiva-
Segera setelah bekuan darah terbentuk, bekuan tersebut tor protrombin dimulai dengan dinding pembuluh darah
atau jaringan ekstravaskular yang rusak yang kontak de-
akan meluas ke darah sekelilingnya. Bekuan itu sendiri
yang mengawali daur berantai (umpan balik positif).un- ngan darah. Kejadian ini menimbulkan langkah-langkah
tuk memudahkan bekuan menjadi bertambah besar. Salah berikutnya, seperti yang terlihat pada Gambar 36-3.
satu sebab paling penting terjadinya proses ini ialah kerja l . P el ep as an fakt or j
ar ingan. J aringan yang luka me-
proteolitik dari trombin yang memungkinkannya untuk lepaskan beberapa faktor yang disebut faktor ja-
bekerja terhadap faktor-faktor pembekuan lain selain fi- ringan atau tromboplastin jaringar. Faktor ini ter-
brinogen. Sebagai contoh, trombin mempunyai efek pro- utama terdiri dari fo sfo I ip id dari membran j ari n gan
teolitik langsung terhadap protrombin sendiri, sehingga ditambah kompleks lipoprotein yang terutama ber-
terbentuk lebih banyak lagi trombin, dan ini bekerja fungsi sebagai enzim proteolitik.
terhadap beberapa faktor pembekuan yang berlanggung 2. Aktivasi Faktor X-peranan Faktor VII danfaktor
jawab terhadap pembentukan aktivator protrombin. (Efek jaringan. Kompleks lipoprotein dari faktor jaring-
ini akan diuraikan di paragraf berikut, yang meliputi per- an selanjirtnya bergabung dengan Faktor VII dan,
cepatan kerja Faktor-Faktor VIII, IX, X, Xl, dan XII serta bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, faktor ini
agregasi trombosit). Setelah jumlah kritis trombin terben- bekerja sebagai enzim terhadap Faktor X untuk
fuk, terjadi daur berantai yang menyebabkan lebih banyak membentuk Faktor X yang teraktivasi (Xa).
lagi terbentuknya bekuan dan trombin; dengan demikian, 3. Efek dari Faktor X yang teraktivasi (Xa) dalam
bekuan akan bertambah besar sampai kebocoran darah membentuk aktivator protrombin-peranan Fak-
berhenti. tor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan
BAB 36 Hemostasis dan Pembekuan Darah 485

(1) Cedera jaringan

&

(2)

X teraktivasi (Xa)

\
V

(3)
Aktivator
protrombin
Fosfolipid
trombosit
*
\
!
I
1
Protrombin
VY /
A
I
I
Ca** GAMBAR 36-3. Jalur ekstrinsik sebagai awal
pembekuan darah.

dengan fosfolipid jaringan yang merupakan bagian ma terhadap darah itu sendiri atau darah berkontak de-
dari faktorjaringan, atau dengan fosfolipid tambah- ngan kolagen pada dinding pembuluh darah yang rusak.
an yang dilepaskan dari trombosit, juga dengan Kemudian proses berlangsung melalui serangkaian reaksi
Faktor V, untuk membentuk suatu senyawayang kaskade, seperti pada Gambar 36-4.
disebut aktiiator protrombin. Dalam beberapa
detik, dengan adanya ion kalcium*, senyawa itu
l. (1) Pengaktifan Faktor XII dan (2) pelepasanfos-

memecah protrombin menjadi trombin, dan ber- folipid trombosit oleh darah yang terkena traumq.
Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah
langsunglah proses pembekuan seperti yang telah
dengan kolagen dinding pembuluh darah akan
dijelaskan di atas. Pada tahap permulaan, Faktor V
mengubah dua faktor pembekuan penting dalam
yang terdapat dalam kompleks aktivator protrom-
darah: Faktor XII dan trombosit. Bila Faktor XII
bin bersifat inaktif, tetapi sekali proses pembekuan
terganggu, misalnya karena berkontak dengar ko-
ini dimulai dan trombin mulai terbentuk, kerja pro-
lagen atau dengan permukaan yaqg basah seperti
teolitik dari trombin akan mengaktifkan Faktor V.
gelas, ia akan berubah menjadi bentuk molekul baru
Faktor ini kemudian akan menjadi akselerator tam-
yaitu sebagai enzim pro-teolitik yang disebut "Fak-
bahan yang kuat dalam pengaktifan protrombin.
tor XII yang teraktivasi". Pada saat yang bersamaan,
Jadi, dalam _konnpleks aktivator protrombin akhir,
trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit
Faktor X yang teraktivasilah yang merupakan pro-
akibat bersentuhan dengan kolagen atau dengan
tease sesungguhnya yang menyebabkan pemecah-
permuka4n basah (atau rusak karena cara lain), dan
an protrombin untuk membentuk trombin; Faktor
ini akan melepaskan berbagai fosfolipid hombosit
V yang teraktivasi sangat mempercepat kerja pro-
yang mengandung lipoprotein, yang disebut faktor
tease ini, sedangkan fosfolipid trombosit bekerja
. -? hombosit, yang juga memegang peranan dalam
sebagai alat pengangkut yang mempercepat proses
proses pembekuan selanjutnya.
tersebut. Perhatikan terutama umpqn balik positif
2. P engaktifan F akt or XI. Faktor
XII yang teraktivasi
dari trombin, yang bekerja melalui Faktor V, untuk
bekerja secara enzimatik terhadap Faktor XI dan
mempercepat proses seluruhnya.
juga mengaktifkannya. Ini merupakan langkah ke-
dua dalam jalur intrinsik. Reaksi ini juga memer-
Jalur Intrinsik Sebagai Awal Pembekuan lukan kininogen HMl4t (berat molekul tinggi), dan
Mekanisme kedua untuk awal pembentukan aktivator dipercepat oleh prekalikrein.
protrombin, dan dengan demikian juga merupakan awal 3. Pengaktifan Faktor IX oleh Faktor XI yang terak-
dari proses pembekuan, dimulqi dengan terjadinya trau- tivasi. Faktor XI yang teraktivasi bekerja secara
486 UNIT Vl Se/-Se/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

Kerusakan darah atau


berkontak dengan kolagen

Xll ***-*---N* Xll teraktivasi (Xl la)

<*qHVW kininogen, prekalikrein)


Il-

Xl ."..---.-*e, Xl teraktivasi (Xla)


I pca*
*{
lx ***-*4F lXteraKivasi (tXa)

Trombin .@* Ga*


I
\fu
t
V4b

Aktivator
protrombin
Fosfolioid r
trombosit
protrombin
1*"".*_-.F
{ Trombin
*I
i
Ca* GAMBAR 36-4. Jalur intrinsik
sebagai awal pembekuan da-
rah.

enzimatik terhadap Faktor IX dan mengaktifkan- beberapa detik mengawali pemecahan protrom-
nya. bin menjadi trombin, dan dengan demikian proses
4. Pengaktifan Faktor X-peranan Fqktor VIII. Fak- pembekuan selanjutnya dapat berlangsung seperti
tor IX yang teraktivasi, yang bekerja sama dengan yang telah diuraikan terdahulu.
Faktor VIII teraktivasi dan dengan fosfolipid trom-
bosit dan faktor 3 dari trombosit yang rusak, meng-
aktifl<an Fakpr X. Jelaslah bahwa bila Faktor VIII Peranan lon Kalsium dalam
atau trombosit kurang persediaannya, langkah ini Jalur lntrinsik dan Ekstrinsik
akan terhambat. Faktor VIII adalah faktor yang ti- Di luar dua langkah pertama dalam jalur intrinsik, ion kal-
dak dimiliki oleh pasien hemofiliaklasik, dan karena sium diperlukan untuk mempermudah atau mempercepat
alasan itu disebut faktor antihemofilia. Trombosit semua reaksi pembekuan-darah. Oleh karena itu, tanpa
adalah faktor pembekuan yang tidak didapati pada ion kalsium, pembekuan darah melalui tiap jalur pembe-
penyakit perdarahan yang disebut trombos itopenia. kuan tidak terjadi.
5. Kerja Faktor X teraktivasi dalam pembentukan ak- Kadar ion kalsium dalam tubuh jarang sekali turun
tivator protrombin-peranan Faktor V. Langkah sedemikian rendah sehingga nyata memengaruhi kine-
dalam jalur intrinsik ini pada prinsipnya sama de- tik pembekuan darah. Tetapi, bila darah dikeluarkan
ngan langkah terakhir dalam jalur ekstrinsik. Arti- dari tubuh manusia, pembekuan dapat dicegah dengan
nya, faktor X yang teraktivasi bergabung dengan menurunkan kadar ion kalsium sampai di bawah ambang
Faktor V dan trombosit atau fosfolipid jaringan pembekuan, dengan cara deionisasi kalsium yaitu menye-
untuk membentuk suatu kompleks yang disebut babkannya bereaksi dengan zat-zat lain seperti ion sitrat
aktiv ator protrombin. Aktivator protrombin dalam atau dengan mengendapkan kalsium dengan ion oksalat.
BAB 36 Hemostasis dan Pembekuan Darah 487

lnteraksi Antara Jalur Ekstrinsik sorbsi ke dalam benang-benang fibrin begitu fibrin ini ter-
dan lntrinsik-Ringkasan Awal bentuk. Dan ini tentunya membantu mencegah penyebar-
Pembekuan Darah an trombin ke dalam darah di daerah yang lain, sehingga
Telah jelas dari skema sistem intrinsik dan ekstrinsik dapat mencegah penyebaran bekuan yang berlebihan.
bahwa setelah pembuluh darah rusak, pembekuan terjadi Trombin yang tidak teradsorbsi ke benang-benang fi-
oleh kedua jalur tersebut secara bersamaan. Faktor jaring- brin akan segera berikatan dengan antitrombin III, yang
an mengawali jalur ekstrinsik, sedangkan berkontaknya selanjutnya menghalangi efek trombin terhadap fibrino-
Faktor XII dan trombosit dengan kolagen di dinding pem- gen, dan kemudian juga menginaktifkan trombin itu sen-
buluh mengawali.jalur intrinsik. diri dalam waktu 12 sampai 20 menit berikutnya.
Suatu perbedaanyang sangat penting antarajalur eks-
trinsik dan intrinsik ialah bahwa jalur ekstrinslft dapat Heporin. Heparin merupakan antikoagulan kuat lainnya,
eksplosif; sekali dimulai, kecepatan menyelesaikan akhir tetapi kadarnya dalam darah normalnya rendah, sehingga
prosesnya hanya dibatasi oleh jumlah faktor jaringan hanya dalam kondisi fisiologis khusus saja ia berfungsi
yang dilepaskan oleh jaringan yang cedera, dan oleh sebagai antikoagulan yang cukup berarti. Namun, dalam
jumlah Faktor X, Vll, dan V yang terdapat dalam darah. praktek kedokteran, heparin sangat luas dipakai sebagai
Pada cederajaringan yang hebat, pembekuan dapat terjadi agen farmakologis dalam konsentrasi yang lebih tinggi
dalam l5 detik. Jalur intrinsik prosesnya jauh lebih lam- untuk mencegah pembekuan intravaskular.
bat, biasanya memerlukan waktu 1 sampai 6 menit untuk Molekul heparin adalah polisakarida yang bermuatan
menghasilkan pembekuan. sangat negatif. Ia sendiri tidak atau sedikit sekali mempu-
nyai sifat-sifat antikoagulan, tetapi bila berikatan dengan
antitrombin III, keefektifan antitrombin III untuk menying-
Pencegahan Pembekuan Darah kirkan trombin akan meningkat seratus sampai seribu kali
dalam Sistem Pembuluh Darah Normal- lipat, dan dengan demikian bekerja sebagai antikoagulan.
Antikoagulan I ntravasku Iar Oleh karena itu, dengan adanya heparin yang berlebihan,
penyingkiran bentuk trombin bebas dari peredaran darah
Foktor-Foktor di Perm ukoon Endotel. Kemungkinan oleh antitrombin III terjadi hampir seketika.
faktor paling penting yang dapat mencegah pembekuan Kompleks heparin dan antitrombin III akan meng-
dalam sistem pembuluh darah normal ialah (1) licinnya hilangkan beberapa faktor pembekuan yang teraktivasi
permukaan sel endotel sehingga tidak terjadi aktivasi kon- lainnya selain trombin, sehingga lebih meningkatkan
tak dari sistem pembekuan intrinsik; (2) lapisan glikoka- efektivitasnya sebagai antikoagulan. Termasuk ke dalam
lilrs pada endotelium (glikokaliks adalah suatu mukopo- faktor-faktor tersebut ialah Faktor XII, XI, X, dan IX.
lisakarida yang diabsorbsi ke permukaan bagian dalam Heparin dibentuk oleh bermacam-macam sel dalam tu-
sel endotel), yang mempunyai sifat menolak faktor-faktor buh, tetapi sebagian besar dibentuk oleh sel izasr basofilik
pembekuan dan trombosit, dan dengan demikian mence- yang terletak di jaringan ikat perikapiler seluruh tubuh.
gah aktivasi pembekuan; dan (3) ikatan protein dengan Sel-sel ini terus menerus mengeluarkan heparin sedikit-
membran endotel, yaitu trombomodulin, yang mengikat sedikityang berdifusi ke dalam sistem sirkulasi. Sel baso-
trombin. Pengikatan trombomodulin dengan trombin ti-
dak hanya memperlambat proses pembekuan dengan cara
fil darah yang fungsinya hampir sama dengan sel mast,
juga melepaskan heparin dalam jumlah kecil ke dalam
mengangkat trombin, tetapi kompleks trombomodulin- plasma.
trombin juga mengaktifkan protein plasma, yaitu protein Sel mast terdapat banyak sekali di jaringan yang
C,yang bekerja sebagai antikoagulan dengan menginak- mengelilingi kapiler paru, dan dalam jumlah yang kecil
tiJkanFaktor V dan VIII yang teraktivasi. terdapat juga di dekat kapiler hati. Mudah dipahami me-
Bila dinding endotel rusak, permukaannya yang licin ngapa sejumlah besar heparin diperlukan di daerah terse-
dan lapisan trombomodulin-glikokaliksnya hilang, dan but, karena kapiler paru dan hati menerima banyak bekuan
itu akan mengaktifkariFaktor XII dan trombosit, sehingga embolus yang terbentuk dalam darah vena yang mengalir
dimulailah proses pembekuan jalur intrinsik. Bila Faktor lambat; pembentukan heparin yang cukup diperlukan un-
XII dan trombosit berkontak dengan kolagen subendotel, tuk mencegah terjadinya bekuan lebih banyak lagi.
pengaktifan akan menjadi lebih hebat lagi.

Kerjo Antitrombin Fibrin don Anlitrombin lll. Di Lisis Bekuan Darah-PlaSmin


antara antikoagulan-antikoagulan yang paling penting
dalam darah itu sendiri ialah antikoagulan yang meng- Protein plasma mengandung euglobulin yang disebut
hilangkan trombin dari darah. Dua di antaranya yang pa- minogen (atau profi br inol is in) yang bila teraktivasi,
p I as
ling kuat ialah (1) benang-benangfibrin yang terbentuk akan menjadi plasmin (ataufbrinollslr). Plasmin adalah
selama proses pembekuan dan (2) suatu alfa-globulin enzim proteolitik yang menyerupai tripsin, suafu enzim
yang disebut antitrombin III atau kofaktor antitrombin- pencemaan proteolitik paling penting dari sekresi pan-
heparin. kreas. Plasmin mencema benang-benang fibrin dan be-
Sewaktu bekuan sedang dibentuk, kira-kira 85 sampai berapa protein koagulan lain, seperli fibrinogen, Faktor V,
90 persen trombin yang terbentuk dari protrombin diad- Faktor VIII, protrombin, dan Faktor XII. Oleh karena itu,
488 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

kapan pun plasmin dibentuk, plasmin akan melisis bekuan terjadi pada orang normal. Namun, pada penyakit gastro-
dengan menghancurkan banyak faktor pembekuan, se- intestinal, defisiensi vitamin K sering terjadi pada orang
hingga kadang-kadang bahkan menyebabkan hipokoagu- yang mengalami gangguan absorpsi lemak pada traktus
labilitas darah. gastrointestinalnya. Alasannya adalah bahwa vitamin K
bersifat larut dalam lemak dan biasanya diabsorpsi ke
Aktivosi Plosminogen unluk Membentuk Plos- dalam darah bersamaan dengan lemak.
min: Kemudion Melisis Bekuqn. Bila suatu bekuan Salah satu penyebab paling sering dari defisiensi vita-
terbentuk, di dalamnya akan terdapat sejumlah besar plas- min K ialah kegagalan hati untuk menyekresi empedu ke
minogen bersama dengan protein-protein plasma yang dalam traktus gastrointestinal (yang terjadi sebagai aki-
lain. Plasminogen ini tidak akan menjadi plasmin atau bat obstruksi duktus empedu atau akibat penyakit hati).
menyebabkan lisis bekuan sebelum ia diaktifkan. Jaring- Kekurangan empedu akan mengganggu pencernaan dan
an yang terluka dan sel endotel pembuluh darah dengan absorpsi lemak dan, oleh sebab itu, menekan absorbsi vi-
sangat lambat melepaskan suatu aktivator kuat yang dise- tamin K. Jadi, penyakit hati sering mengakibatkan penu-
but aktivator plasminogen jaringan (t-PA) pada hari-hari runan produksi protrombin dan beberapa faktor pem-
berikutnya; seteiah bekuan berhasil menghentikan perda- bekuan lain karena terganggunya absorpsi vitamin K dan
rahan, akhimya plasminogen berubah menjadi plasmin karena sel-sel hati yang sakit. Dalam keadaan demikian,
yang kemudian menghilangkan bekuan darah yang tidak vitamin K disuntikkan kepada semua pasien yang men-
diperlukan. Pada kenyataannya, banyak pembuluh darah derita penyakit hati atau obstruksi saluran empedu se-
kecil yang sebelumnya dihambat akan terbuka lagi me- belum dilakukan suatu tindakan operasi. Biasanya, bila
lalui mekanisme ini. Dengan demikian, fungsi penting pasien yang mengalami kekurangan vitamin tersebut di-
khusus dari sistem plasmin adalah membuang bekuan ke- beri vitamin K dalam waktu 4 sampai 8 jam sebelum ope-
cil dari jutaan pembuluh perifer kecil yang pada akhirnya rasi dan paling sedikit separuh sel parekim hatinya ber-
dapat mengalami penyumbatan yang tidak ada cara lain fungsi normal, maka akan terbentuk cukup banyak faktor
untuk membersihkannya. pembekuan sehingga perdarahan yang berlebihan selama
operasi dapat dicegah.

Keadaan yang Menimbulkan


Perdarahan Hebat Hemofilia
pada Manusia Hemofilia ialah suatu penyakit perdarahan yang hampir
seluruhnya timbul pada pria. Pada 85o/o kasus, penyakit
Perdarahan hebat dapat terjadi akibat defisiensi salah satu
ini disebabkan oleh kelainan atau defsiensi Faktor VIII;
dari faktor-faktor pembekuan. Tiga jenis utama perdarah-
jenis hemofilia ini dise'but hemofilia A atau hemofilia kla-
an yang telah dipelajari secara mendalam akan dibahas di
sr*. Kira-kira 1 di antara 10.000 pria di Amerika Serikat
sini: (1) perdarahan akibat defisiensi vitamin K, (2) hemo-
menderita hemofilia klasik. Pada 15oh pasien hemofilia
filia, dan (3) trombositopenia (defi siensi trombosit).
lainnya, kecenderungan perdarahan disebabkan oleh de-
fisiensi Faktor IX. Kedua faktor tersebut diturunkan se-
Kekurangan Protrombin, Faktor Vll, cara genetik melalui kromosom wanita. Oleh karena itu,
Faktor lX, dan Faktor X Akibat wanita hampir tidak pemah menderita hemofilia karena
paling sedikit satu dari kedua kromosom X-nya mempu-
Defisiensi Vitamin K.
nyai gen-gen yang sempurna. Bila salah satu kromosom
Dengan beberapa pengecualian, hampir semua faktor X-nya mengalami defisiensi, ia akan menjadi carrier he-
pembekuan dibentuk di hati. Oleh karena itu, penyakit- mofilia, menurunkan penyakit pada separuh anak prianya
penyakit hati seperti hepatitis, sirosis, dan acute yellow dan menurunkan sifat carrier hemofilia kepada separuh
atropy kadang-kadaflf dapat menekan sistem pembekuan anak wanitanya.
sedemikian kuatnya sehingga pasien cenderung menga- Sifat perdarahan pada hemofilia dapat bermacam-
lami perdarahan hebat. macam tingkatannya, bergantung pada tingkat sifat de-
Penyebab lain yang menurunkan pembentukan faktor fisiensi genetik. Biasanya perdarahan tidak terjadi kecuali
pembekuan oleh hati ialah defisiensi vitamin K. Vitamin sesudah mendapat trauma, tetapi pada beberapa pasien,
K diperlukan untuk pembentukan lima faktor pembekuan beratnya trauma yang diperlukan untuk menimbulkan
yang penting di hati, yaitu protrombin, Faktor VII, Faktor perdarahan yang hebat dan lama bisa saja sangat ringan
IX, Faktor X, dan protein C. Dalam keadaan tanpa vita- dan luput dari perhatian. Contohnya, perdarahan setelah
min K, selanjutnya kekurangan faktor-faktor pembekuan pencabutan gigi seringkali dapat berlangsung berhari-
dalam darah tersebut dapatjuga menjurus ke arah perda- hari.
rahan yang serius. Faktor VIII terdiri dari dua komponen aktif, kompo-
Vitamin K disintesis terus dalam usus oleh bakteri, nen besar dengan berat molekul jutaan dan komponen
sehingga defisiensi vitamin K yang diakibatkan tidak ada- yang lebih kecil dengan berat molekul sekitar 230.000.
nya vitamin K dalam diet (kecuali pada bayi baru lahir Komponen yang lebih kecil ini sangat penting untuk jalur
sebelum ususnya mengandung flora bakteri usus) jarang pembekuan intrinsik, dan defisiensi komponen inilah
BAB 36 Hemostasis dan Pembekuan Darah 489

yang menyebabkan timbulnya hemofilia kiasik. Penya- dan bekuan yang mengalir bebas itu dikenal Sebagai em-
kit perdarahan lain yang mempunyai ciri-ciri yang agak bolus. Selain itu, embolus yang berasal dari arteri besar
berbeda, disebut penyakit von Willebrand, adalah akibat atau jantung bagian kiri dapat mengalir ke perifer dan
dari tidak adanya komponen yang besar. menyumbat arteri-arteri atau afteriol di otak, ginjal, atau
Bila seorang pasien hernofilia klasik mengalami per- di mana saja. Embolus yang berasal dari sistem vena
darahan yang hebat dan lama, dapat dikatakan terapi satu- atau jantung bagian kanan umumnya akan mengalir
satunya yang paling efektif ialah penyuntikan Faktor VIII memasuki paru dan menimbulkan emboli dalam arteri
yang telah dimumikan. Harga Faktor VIII sangat mahal, pulmonalis.
dan penyediaannya terbatas karena hanya dapat diambil
dari darah manusia dalam jumlah yang sangat terbatas. Penyebob Tromboembolus. Penyebab timbulnya
tromboembolus pada manusia biasanya ada dua hal: (l)
Permukaan endotel pembuluh yang kasar-dapat dise-
Trombositopenia
babkan oieh drteriosklerosis, infeksi, atau trauma-rupa-
Trombositopenia berarti kombosit dalam darah yang ber- nya dapat mengawali proses pembekuan. (2) Darah sering
sirkulasi -iumlahnya sedikit sekali. Pasien trombositope- membeku blla mengalir sangat lambat melalui pembuluh
nia cenderung mengalami perdarahan, seperti halnya pada darah tempat sejumlah kecil trombin dan prokoagulan
hemofilia, kecuali bahwa biasanya perdarahan berasal dari lain selalu dibentuk. '
venula-venula atau kapiler-kapiler kecil, bukan dari pem-
buluh yang lebih besar, seperli pada hemofilia. Sebagai Penggunoon l-PA olou Slrepiokinose Dqlom
akibatnya, timbul bintik-bintik perdarahan di seluruh ja- Mengoboli Bekuon lnlrovoskulor. Telah tersedia
ringan tubuh. Kulit pasien menampakkan bercak-bercak t-PA (aktivator plasminogen jaringan) yang dibuat dengan
kecil berwarna ungu, sehingga penyakit iIu disebut trom- cara rekayasa genetik. Bila diberikan secara langsung
bositopenia purpura. Seperti yang dibicarakan di atas, melalui kateter ke area yang terkena trombosis, secara
trombosit terutama diperlukan untuk menutup kebocoran- efektif akan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin,
kebocoran kecil di kapiler dan pembuluh kecil lainnya. yang kemudian dapat melarutkan bekuan intravaskular.
Biasanya perdarahan tidak akan terjadi sampai jumlah Sebagai contoh, jika diberikan pada jam pertama atau
trombosit dalam darah turun di bawah 50.000/p1. Nilai jam-jam selanjutnya setelah kombus menyumbat arteri
normalnya adalah 150.000 sampai 300.000. Kadar seren- koronaria, maka jantung seringkali dapat terhindar dari
dah 10.000/pl seringkali menimbulkan kematian. kerusakan yang serius.
Bahkan tanpa melakukan penghitungan trombosit da-
lam darah pun kadang-kadang kita dapat mencurigai ter-
jadinya trombositopenia bila darahnya gagal untuk bere-
Trombosis Vena Femoralis
traksi karena, seperti telah disebutkan terdahulu, retraksi
bekuan normalnya bergantung pada pelepasan berbagai
dan Emboli Paru Masif
faktor pembekuan dari sejumlah trombosit yang terpe-
Karena pembekuan hampir selalu terjadi pada darah yang
rangkap dalam jaringan fibrin bekuan.
alirannya dalam pembuluh mengalami hambatan selama
Sebagian besar pasien trombositopenia mempunyai
beberapa jam, imobilitas pasien di tempat tidur ditambah
penyakit yang dikenal sebagai trombositopenia idiopatik,
dengan penyangga lutut dengan bantal sering menimbul-
yang berarti "trombositopenia yang tidak diketahu i penye-
kan pembekuan intravaskular akibat bendungan darah
babnya." Pada kebanyakan pasien, telah ditemukan bahwa
pada satu atau lebih vena tungkai selama beberapa jam.
untuk alasan yang tidak diketahui, terdapat antibodi spesi-
Bekuan itu kemudian bertambah besar, terutama ke arah
fik yang bereaksi terhadap trombosit itu sgndiri lalu meng-
bagian darah vena yang bergerak lamban, kadang-kadang
hancurkannya. Penghentian perdarahan selama I sampai 4
sampai mengisi seluruh vena tungkai, dan terkadang bah-
hari seringkali dapat Qtnpai pada pasien trombositopenia
kan meluas ke atas sampai ke vena iliaka komunis dan
dengan cara memb6rikan transfusi clarah lengkap segar
vena cava inferior. Kira-kira I di antara 10 kejadian, bagi-
yang mengandung sejumlah besar troinbosit. Splenektomi
an terbesar dari bekuan akan terlepas dari perlekatannya
juga seringkali sangat menolong, kadang-kadang mem-
pada dinding pembuluh darah dan mengalir secara bebas
beri kesembuhan yang hampir sempurna, karena limpa
mengikuti darah venamelewati jantung bagian kanan, dan
normalnya menghilangkan sejumlah besar trombosit dari
menuju ke afteri pulmonalis untuk menimbulkan ham-
peredaran darah, terutama yang sudah rusak.
batan masif pada arteri pulmonalis, disebut emboli paru
yang masif. Bila bekuan itu cukup besar untuk menutup
Keadaan Tromboembolik kedua arteri pulmonalis pada waktu bersamaan, kemati-
an segera terjadi. Bila hanya satu arteri pulmonalis yang
pada Manusia teftutup, kematian dapat tidak terjadi. Tetapi bila bekuan
Trombus don Embolus. Bekuan abnormal yang ter- dalam pembuluh-pembuluh paru terus meluas, emboli itu
bentuk dalam pembuluh darah disebut trombus. Ketika akan menimbulkan kematian dalam beberapa jam sampai
terbentuk bekuan, darah yang mengalir terus menerus beberapa hari kemudian. Tetapi, sekali lagi, t-PA dapat
dapat melepaskan bekuan itu dari tempat perlekatannya, menjadi penyelamat jiwa.
490 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

Pembekuan lntravaskular Disem i nata punyai efek penekanan yang kuat terhadap hati dalam hal
pembentukan senyawa-senyawa di atas. Warfarin menim-
Kadang-kadang mekanisme pembekuan menjadi aktif di bulkan efek ini dengan cara berkompetisi dengan Vitamin
berbagai tempat dalam sirkulasi, maka terjadilah keadaan K dalam menduduki tempat reaktif pada proses enzimatik
yang disebut pembekuan intravaskular diseminata (drs- pembentukan protrombin dan tiga faktor pembekuan lain-
s e m in at e d i ntr qv as cul ar c o a gul at i o n). Keadaan ini serin g nya, sehingga menghambat kerja vitamin K.
timbul akibat banyaknya jaringan yang cedera atau mati Setelah pemberian warfarin dalam dosis efektif, ak-
dalam tubuh yang melepaskan faktor jaringan dalam jum- tivitas pembekuan darah turun kira-kira 50 persen dari
lah besar ke dalam darah. Seringkali, bekuan ini kecil- keadaan normal setelah 72 jarn, dan tinggal kira-kira 20
kecil tetapi banyak, dan bekuan-bekuan itu menyumbat persen setelah 24 jam. Dengari kata lain, proses pem-
sejumlah besar pembuluh darah perifer yang kecil. Ini bekuan tidak segera dihentikan, tetapi harus menunggu
terutama terjadi pada pasien dengan septikemia yang me- secara alami habisnya sisa-sisa protrombin dan faktor-
luas, bakteri atau toksin bakterinya-terutama endotok- faktor pembekuan yang terlibat lainnya yang telah ada
slr-mengaktifkan mekanisme pembekuan. Sumbatan dalam plasma. Pembekuan menjadi normgl kembali 1
pada pembuluh periler itu sangat mengurangi pengirim- sampai 3 hari setelah penghentian terapi kumarin.
an oksigen dan nutrien-nutrien lain ke jaringan-suatu
keadaan yang menimbulkan atau mengeksaserbasi syok
sirkulasi. Inilah sebagian alasan mengapa syok septikemik Mencegah Pembekuan Darah
bersifat letal pada 85 persen pasien atau lebih. di Luar Tubuh
Efek yang menyulitkan pada pembekuan intravasku-
Darah yang dikeluarkan dari tubuh dan ditaruh dalam
lar diseminata ialah bahwa pasien terkadang mengala-
mi perdarahan. Penyebabnya ialah terlalu banyak faktor tabung gelas reaksi, normalnya akan membeku dalam
pembekuan yang telah terpakai, sehingga prokoagulan waktu 6 menit, tetapi bila ditaruh dalam tabung bersilikon
yang tersisa tidak dapat mempertahankan hemostasis seringkali tidak membeku sampai I jam atau lebih. Ala-
yang normal. san untuk keterlambatan ini adalah bahwa tabung yang
telah dilapisi dengan silikon dapat mencegah kontak akti-
vasi trombosit dan Faktor XIl, yang merupakan dua faktor
Antikoagulan untuk dasar yang mencetuskan mekanisme pembekuan intrin-
Penggunaan Klinis sik. Sebaliknya, tabung gelas yang tidak diberi apa-apa
akan menyebabkan pengaktifan trombosit dan faktor XII
Pada beberapa keadaan tromboembolik, diperlukan cara pembentu[<an bekuan.
untuk memperlambat proses pembekuan. Bermacam-ma- Heparin dapat dipakai sebagai pencegah pembekuan
cam antikoagulan telah dikembangkan untuk tujuan ini. darah, baik di luar maupun di dalam tubuh. Heparin khu-
Ternyata yang paling berhasil secara klinis ialah heparin susnya juga dipakai dalam prosedur operasi yang'meng-
dan kumarin. haruskan darah dialirkan melalui mesin jantung-paru atau
mesin ginjal buatan, dan kemudian kembali lagi ke tubuh
pasien.
Heparin Sebagai Bermacam-macam zat yang dapat menurunkan ka-
Antikoagulan lntravena dar ion kalsium dalam darah dapat juga digunakan untuk
mencegah pembekuan di luar tubuh. Sebagai contoh, se-
Heparin yang diperjualbelikan diekstraksi dari beberapa jumlah kecil senyawa oksalat mudah larut yang dicampur
jaringan hewan yang berbeda dan dibuat dalam bentuk dengan darah dapat menyebabkan pengendapan kalsium
hampir mumi. Penyuntikan dalam dosis relatif kecil, kira- oksalat dari plasma, dan dengan demikian menurunkan
kira 0,5 sampai I mg/kg berat badan, menyebabkan waktu kadar ion kalsium sehingga pembekuan darah tidak ter-
pembekuan darah,-uaeningkat dari nilai normal 6 menit jadi.
menjadi 30 menit atau lebih. Selain itu, perubahan waktu Zat lain yang mengubah kalsium agar tidak berben-
pembekuan ini terjadi secara seketika, sehingga dengan tuk ion akan mencegah pembekuan. Ion .sitrat yang ber-
segera pula dapat mencegah atau memperlambat berlan- muatan negatif, dicampur dengan darah biasanya dalam
jutnya keadaan tromboemboli. bentuk natrium, amonium, atau kalium sitrat, ten)Iama
Kerja heparin berlangsung kira-kira 1,5 sampai 4 jam. bermanfaat untuk mencegah pembekuan. Ion sitrat ber-
Heparin yang telah disuntikkan akan dihancurkan oleh ikatan dengan kalsium dalam darah untuk menghasilkan
enzim dalam darah yang disebut heparinase. senyawa kalsium yang tidak berbentuk ion, dan kekurang-
an ion kalsium akan menghambat pembekuan. Antikoa-
gulan sitrat mempunyai keunggulan yang sangat penting
Kumarin Sebagai Antikoagulan
dibandingkan antikoagulan oksalat, karena oksalat bersi-
Bila suatu kumarin, misalnya warfarin, diberikan kepada fat toksik terhadap tubuh, sedangkan sitrat dalam jumlah
pasien, maka protrombin dan Faktor-Faktor VII, IX, dan X sedang dapat disuntikkan secara intravena. Setelah disun-
dalam plasma yang semuanya dibentuk di hati, kadarnya tikkan, ion sitrat akan dihilangkan dari tubuh dalam be-
akan menurun. Ini menunjukkan bahwa warfarin mem- berapa menit oleh hati dan dipolimerisasi menjadi glukosa
BAB 36 Hemostasis dan Pembekuan Darah 491

atau dimetabolisme langsung untuk menghasilkan energi.


Akibatnya, darah sebanyak 500 mililiter yang telah dibuat
tidak membeku oleh sitrat, biasanya dapat ditranfusikan
kepada pasien dalam beberapa menit tanpa menimbulkan
akibat yang menakutkan. Tetapi bila hati rusak atau se-
jumlah besar darah atau plasma yang mengandung sitrat
E
E
diberikan terlalu cepat (dalam hitungan menit), ion sitrat 0
tidak dapat dihilangkan dengan cepat, dan sitrat tersebut c,
th
akan sangat menurunkan kadar ion kalsium darah, sehing- o
ga timbulah tetani dan kematian dengan kejang-kejang. o. 50,0
ti
.!
c,
Tes Pembekuan Darah q,
a
E 25,0
o
Y
Waktu Perdarahan 12,5
Bila ujung jari atau cuping telinga ditusuk dengan jarum 6,25
0
tajam, perdarahan biasanya berlangsung I sampai 6 me- 01020304050
nit. Lama perdarahan sangat bergantung pada dalamnya
Walitu protrombin
luka dan derajat hiperemia di jari atau cuping telinga pada (detik)
saat tes dilakukan. Waktu perdarahan akan memanjang
bila kekurangan salah satu faktor-faktor pembekuan, dan GAMBAR 36-5. Hubungan kadar protrombin dalam de-
akan sangat memanjang bila kekurangan trombosit. ngan'\aamu protrombin".

Waktu Pembekuan detik. Di setiap laboratorium, kurva yang menunjukkan


Beberapa cara telah dipakai untuk menentukan waktu hubungan antara kadar protrombin dengan waktu pro-
pembekuan darah. Cara yang paling banyak dipakai ialah trombin, seperti yang terlihat pada Gambar 36-5, dibuat
dengan menempatkan darah dalam tabung gelas reaksi sesuai dengan metode yang dipakai sehingga protrombin
yang bersih, kemudian menggoyangkan tabung itu setiap dalam darah dapat dihitung.
30 detik sampai terbentuk bekuan. Dengan cara ini, waktu Tes yang serupa dengan penentuan waktu protrombin
juga dipakai untuk menentukan jumlah faktor-faktor pem-
pembekuan normal adalah 6 sampai l0 menit. Prosedur
yang menggunakan tabung reaksi multipel juga dapat me- bekuan darah lainnya. Pada setiap tes ini, kelebihan ion
nentukan waktu pembekuan secara lebih akurat. kalsium dan semua faktor lain se lain yang dites ditambah-
Sayangnya, wakfu pembekuan sangat bervariasi, ber- kan ke dalam darah oksalat sekaligus. Kdmudian waktu
gantung pada metode pengukuran yang digunakan, jadi yang diperlukan untuk terjadinya pembekuan ditentukan
waktu pembekuan tidak digunakan lagi pada banyak dengan cara yang sama seperti waktu protrombin. Bila
klinik. Justru, dilakukan pengukuran faktor pembekuan faktor yang dites ternyata kurang, waktu pembekuan akan
itu sendiri dengan menggunakan prosedul kimiawi yang memanjang. Waktu itu sendiri yang kemudian dapat digu-
canggih. nakan untuk mengukur kadar faktor pembekuan.

Waktu Protrombin Kepustakaan

Waktu protrombin memberi petunjuk tentang kadar pro-


Brass LF: Thrombin and platelet activation. Chest 124(j
Suppl):185, 200j.
trombin dalam darah. Gambar 36-5 memperlihatkan hu-
Caprini JA, Glase CJ, Anderson CB, Hathaway K: Laboratory
bungan antara kadar proffombin dengan waktu protrom- markers in the diagnosis of venous thromboembolism. Cir-
bin. Metode untuk menentukan waktu protrombin adalah culation 109(12 Suppl I):14,2004.
sebagai berikut: Dorsam R\ Kunapuli SP Central role of the P2YI2 receptor in
Darah yang diambil dari pasien segera diberi oksalat plate;et activation. J Clin Invest 113:j40, 2004.
agar tidak ada protrombin yang berubah menjadi trombin. Fisher M, Brott TG: Emerging therapies for acute ischemic
Kemudian, sejumlah besar ion kalsium dan faktor jaring- stroke: new therapies on trial. Stroke 34:359, 2003.
an dicampur secara cepat ke dalam darah oksalat. Kal- Geddis AE, Kaushanslqt K: Inherited thrombocytopenias: to-
ward a molecular understanding ofdisorder ofplatelet pro-
sium yang berlebihan menghilangkan efek oksalat, dan
duction. Curr Opin Pediatr I 6:1 5, 2004.
faktor jaringan mengaktifkan reaksi protrombin menjadi
Kahn SR, Ginsberg JS: Relationship between deep venous
trombin melalui jalur pembekuan ekstrinsik. Waktu yang thrombosis and the postthrombotic syndrome. Arch Intern
diperlukan untuk terjadinya pembekuat disebut waktu Med 164.17, 2004.
protrombin. Pendeknya wqktu diterfiukan terutama oleh Koreth R, Weinert C, Weisdorf DJ, Key NS: Measurement of bleed-
kadar protrombin. Waktu protrombin normal kira-kira 12 ing severity: a critical review. Transfusion 44:605, 2004.
492 UNIT Vl SelSe/ Darah, lmunitas, dan Pembekuan Darah

Levi M: Current understanding of disseminated intravasctrlar Tsai HM: Advances in pathogenesis, diagnosis, and treatment
coagulation. BR J haematol I 24: 567, 2a04. of thrombotic thrombocytopenic purpura. J Am Soc Nephrol
Lindsberg PJ, Kaste M: Thrombolysis for acute stroke. Cun 14:1472,2003.
Opin Neurol 16:73, 2003. TsaiHM: Platelet activation and tfue formation of the platelet
Moake JL: Thrombotic microangiopathies. N Engl J med plug. defciency of ADAMTSI j clauses thrombotic thrombo-
347:589,2002. cytopenia purpura. Arterioscler Thromb Vasc Biol 23:388,
Robert HR, Monroe DM, Escobar MA: Curuent concepts of he- 2003.
mostasis: implication for therapy. Anesthesiology 100:722, VandenDriessche T Collen D, Chuah MK: Gene therapyfor the
2004. hemophilias. J Thromb Haemost 1: I 550, 2003.
Saenko EL, Ananyeva NM, Shima M, et al: The future of re- Vesely Sk, Perdue JJ, Rini Ma, et al: Management of adult pa-
combinant coagulation factors. J Thromb Haemost I:922, tients with persistent idiopathic thrombocytopenic purpura
2003. following splenectomy: a systematic review. Ann Intern Med
Solum NO: Procoagulant expression in platelets and defects 140:112,2001.
leading to clinical disorders. Arterioscler Thromb Vasc Biol White RH, Ginsberg JS: Low-molecular-weight heparins: are
19:2841,1999. theyallthesame? BrJHaematol 121:12,2003.
Toh CH, Dennis M: Disseminated intravascular coagulation:
old disease, new hope. BMJ 327:974, 2003.

Anda mungkin juga menyukai