Anda di halaman 1dari 57

PERKEMBANGAN SEL-SEL DARAH DAN

FUNGSI HEMATOLOGI

Oleh :

Mahasiswa Prodi DIV

Jurusan Kebidanan

Semester I Tingkat I

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2016
A. Metabolisme Darah Dan Perkembangan Sel Darah
1. Sel Darah Merah

Sel darah merah atau eritrosit adalah bagian dari salah satu sel darah yang berbentuk
seperti cakram (discus) kecil yang memiliki permukaan cekung atau seperti lempeng bikonkaf.
Lihat gambar sel darah merah dibawah (berbentuk seperti sel gepeng kan).Sel darah merah
memiliki jumlah yang cukup banyak yaitu sekitar 5.000.000 per mm kubik darah artinya apabila
anda mengalami pendarahan, setiap 1 cc darah anda terdapat 1000 x 5.000.000 sel darah merah
atau dengan kata lain terdapat 5 milyar sel darah merah.

Dengan kata lain, untuk manusia seberat 50 kg, kira kira memiliki 5 liter darah sehingga
jumlah sel darah merah dengan ukuran normal adalah 25 triliun sel darah merah. Menakjubkan
bukan jumlah sel darah merah yang ada di dalam tubuh anda. Sel darah merah memiliki ukuran
yang cukup kecil, diameternya hanya sekitar 7,2 mikrometer atau kalau anda hitung, 1/1000 mm.
Tidak mungkin anda lihat dengan mata telanjang.Harus pakai mikroskop dengan perbesaran 10 x
100 untuk terlihat jelas.

Sel darah merah tidak mempunyai nukleus atau inti sel. Sel darah merah, akan tetapi
mengandung protein spesial yang unik yang disebut hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu
protein spesial yang mengandung pigmen berwarna kuning. Hal inilah yang membuat darah
berwarna merah, atau dengan kata lain, tanpa adanya hemoglobin dalam sel darah merah, maka
tidak akan berwarna merah. Coba ingat kalau anda dipukul dan lebam, biasanya berwarna hijau
atau biru bukan di dahi anda. Hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah memiliki
kandungan zat besi yang sangat penting. Iron atau zat besi ini (Fe) walaupun penting, hanya
dalam jumlah yang sangat kecil dalam sel darah merah dalam seluruh darah di tubuh anda.

Kalau dihitung hitung, jumlah zat besi dalam seluruh sel darah merah anda atau 25 trilliun
sel darah merah, hanya mampu membuat paku sepanjang 50,8 mm. Dengan adanya zat besi
dalam hemoglobin sel darah merah, membuatnya mampu mengikat oksigen dengan kuat.
Oksigen yang terikat dengan hemoglobin saat sel darah merah melewati paru paru, akan
membentuk oksihemoglobin dan warnanya menjadi cerah. Inilah yang menyebabkan warna sel
darah merah yang mengandung oksigen (teroksigenasi) menjadi merah cerah.
Saat sel darah merah melewati jaringan, maka oksigen akan terlepas dari darah dan
hemoglobin akan menjadi keruh atau hemoglobin tereduksi, sehingga sel darah merah menjadi
merah keunguan.Umumnya, hemoglobin dalam sel darah merah diukur dalam satuan gram per
100 ml. Untuk normalnya, hemoglobin manusia sekitar 14-16 g per 100 ml.

Gambar Sel darah merah mengalir di pembuluh darah


a. Ciri Ciri Sel Darah Merah :
1. Sel darah merah berwarna merah cerah saat masih baru (hemoglobin belum
melepaskan oksigennya
2. Sel darah merah memiliki ukuran sekitar 7,2 mikrometer. Untuk pembesaran 10 x
100= 1000 kali, anda akan melihat sekitar 120 sel darah merah.
3. Sel darah merah memiliki bentuk cekung atau cakram. Dari pengamatan mikroskop
biasa akan terlihat seperti keping koin bersusun.
4. Sel darah merah memiliki jumlah sekitar 5 miliar dalam 1 cc darah atau 5 trilliun
dalam 1 liter darah atau dalam 5 juta dalam 1 mm kubik darah.
5. Sel darah merah mengandung hemoglobin sebagai penyusunnya
6. Sel darah merah tidak memiliki inti sel sehingga tidak mampu melakukan
pembelahan sel
7. Sel darah merah mengandung zat besi dan membutuhkan zat besi dalam
pembentuknya.
8. Sel darah memiliki umur rata rata sekitar 120 hari.

b. Pembentukan Sel darah Merah


Pembentukan sel darah merah tidak dimulai seperti sel lainnya yang melakukan
pembelahan sel darah merah menjadi 2 sel darah merah dan seterusnya. Pembentukan sel
darah merah juga dikenal dengan namaeritropoeisis (eritropoisis).Pembentukan sel darah
merah pada manusia berlangsung di dalam sumsum tulang. Untuk pertama kali, manusia
membentuk sel darah merah saat masih berupa kumpulan sel tepatnya di kantung kuning
telurnya (yolk sac). 

Kemudian setelah beberapa bulan, pembentukan sel darah merah dilakukan di


dalam hati (liver), limfa dan sumsum tulang. Kemudian setelah manusia menginjak
dewasa, pembentukan atau produksi sel darah merah dilakukan sepenuhnya oleh sumsum
tulang membranosa, walaupun dalam keadaan kritis, sel darah merah akan dibentuk di
hati dan limfa.

Dari perspektif sel, pembentukan sel darah merah dilakukan oleh sel yang disebut
sel batang pluripoten. Sel batang pluripoten adalah sel yang memiliki kemampuan spesia
untuk membentuk berbagai macam sel. Tepatnya, mampu membentuk 5 sel utama yang
berbeda.

Sel batang pluripoten = Hemasitoblas = Stem Sell = Sel Punca

Sel darah merah merupakan salah satu sel yang dibentuk oleh sel batang
pluripotent. Pembentukan sel darah merah dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama
yaitu pembentukan stem sel mieloid yang terbentuk dari hemasitoblas.

Kemudian dari stem sel mieloid terbentuk eritroblas. Untuk lebih jelasnya
silahkan lihat gambar pembentukan sel darah merah dibawah ini.
Gambar/Skema/Bagan Proses pembentukan sel darah merah (Eritrosit) / Eritropoisis
 

Gambar Proses Pembentukan Sel darah Merah (Eritrosit) / Eritropoisis

Pada tahap Normoblas, sel tersebut mulai melepaskan inti sel nya. Tepatnya pada
sel bernama Ortokromatik eritroblas atau sering disebut normoblas tua. Setelah itu, sel
darah merah akan membentuk retikulosit yang masih memiliki bahan inti tapi dan lalu
kemudian terbentuklah sel darah merah (eritrosit) yang telah kehilangan intinya dan
berbentuk gepeng.

Pada tahap dimulainya proeritroblas, dibutuhkan 5-7 hari hingga terbentuk sel
darah merah (eritrosit). Mulai dari tahap ini hingga tahap retikulosit, dibutuhkan zat besi
untuk membentuk hemoglobin.

Produksi sel darah merah atau pembentukan sel darah merah dirangsang oleh
kondisi kekurangan oksigen yang kemudian tubuh memproduksi hormon eritropoitin yang
kemudian akan merangsang tubuh tepatnya sumsum tulang atau hati untuk membentuk sel
darah merah. Umur sel darah merah sekitar 120 hari sebelum rusak ataupun mati.
Kecepatan pembentukan sel darah merah sekitar 2 juta sel darah merah untuk orang
dewasa.

c. Proses Penghancuran Sel Darah Merah

Proses penghancuran sel darah merah (eritrosit) dikenal dengan istilah senescens.
Dijelaskan sebelumnya bahwa sepertiga sel darah merah tersusun atas hemoglobin.
Hemoglobin sendiri terdiri atas gugus globin dan heme. Saat sel darah merah rusak, akan
dibawah ke hati untuk dilakukan perombakan hemoglobin. Tepatnya, heme dirombak
menjadi ion Fe3+ dan biliverdin.Kemudian biliverdin direduksi menjadi bilirubin, yang
selanjutnya akan dibawah ke ginjal melalui plasma darah dan bergabung dengan albumin.
Sedangkan zat besi akan dibawa oleh protein karier, tranferin, yang disirkulasikan melalui
plasma darah.

d. Fungsi Sel Darah Merah :


1. Mengangkut Oksigen dari Paru paru dan sumber lainnya ke seluruh jaringan di
seluruh tubuh manusia.
2. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan dan sel akibat proses metabolisme dan gas
lainnya yang mampu terikat pada hemoglobin menuju tempat pembuangannya atau
penampungannya seperti paru paru dan lainnya.
e. Fungsi Sekunder Sel Darah Merah
1. Fungsi sel darah merah yang pertama: memperlebar pembuluh darah sehingga aliran
darah menjadi normal sehingga membantu manusia saat stress. Saat sel darah merah
menjadi stress akibat kekurangan oksigen, sel darah merah akan mengeluarkan ATP
sehingga akan mengakibatkan pembuluh darah mengalami pelebaran pembukaan
(dilatasi).
2. Fungsi sel darah merah yang kedua : Membantu jaringan tubuh agar tidak rusak. Saat
hemoglobin pada daerah tertentu mengalami kekurangan oksigen, akan mengeluarkan
S-Nitrosotiol yang akan mengakibatkan pelebaran pembuluh darah, sehingga sel darah
merah akan mengalir lebih cepat ke jaringan tersebut.
3. Fungsi sel darah merah yang ketiga: Membantu dalam sistem imun tubuh. Ketika sel
darah merah pecah dikarenakan serangan bakteri atau lainnya, hemoglobin akan
melepaskan substansi radikal bebas yang akan merusak membran dan dinding sel
bakteri tersebut dan akhirnya membunuhnya.

2. Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih disebut juga Leukosit merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang
bergerak aktif. Sel darah Putih (leukosit) sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit,
monosit, serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma).
setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju ke bagian tubuh yang
membutuhkannya.
          Fungsi utama dari sel darah putih (leukosit) secara khusus dikirim menuju daerah yang
mengalami infeksi dan mengalami peradangan, dengan demikian sel darah putih dapat
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap agen-agen infeksius.
          Sel darah putih (Leukosit) jumlahnya lebih sedikit dalam darah daripada eritrosit. Sel ini
dapat bermigrasi dengan bebas dari pembuluh darah ke jaringan dan kembali lagi ke pembuluh
darah dengan gerakan amuboid. Jumlah rata-rata sel darah putih (leukosit) dalam sirkulasi
berfluktuasi antara 5.000-10.000/mm3 darah. Eksudat dan fraksi protein dari kerusakan sel dan
infeksi jaringan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan produksi sel darah putih (leukosit).

Jenis-Jenis Sel Darah Putih (Leukosit)


  1. Polimorfonuclear Leukosit
 Netrofil
 Eosinofil
 Basofil
  2. Mononuclear Leukosit
 Monosit
 Limfosit    
Polimorfonuclear leukosit memiliki struktur granular, karena alasan itu sel-sel tersebut
disebut juga sebagai granulosit atau dalam terminologi klinis disebut "poli" karena memiliki inti
yang multipel(banyak). Granulosit dan monosit melindungi tubuh dari organisme penyerang
terutama dengan cara memakannya (fagositosis). Fungsi limfosit berhubungan dengan sistem
imun tubuh.

Masa Hidup Sel Darah Putih


Masa hidup granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya adalah 4
sampai 8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4 sampai 5 hari berikutnya berada dalam jaringan yang
membutuhkan. Pada keadaaan infeksi yang berat, masa hidup keseluruhan sering kali berkurang
sampai hanya beberapa jam, karena granulosit bekerja lebih cepatpada daerah yang terinfeksi dan
lebih cepat pula mati akibat pertarungan dengan agen infeksi.
Monosit juga memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam dalam darah, sebelum
mengembara melalui membran kapiler menuju ke jaringan. Begitu masuk ke dalam jaringan, sel-
sel ini membengkak sampai ukurannya besar sekali dan menjadi makrofag jaringan, dalam
bentuk ini sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan kecuali bila sel-sel itu dimusnahkan saat
melakukan fungsi fagositik.
Limfosit memasuki sistem sirkulasi secara kontinu bersama dengan aliran limfe dari
nodus limfe dan jaringan limfoid lainnya. Setelah beberapa jam, limfosit keluar dari darah dan
kembali ke jaringan dengan cara diapedesis, dan selanjutnya memasuki limfe dan kembali ke
darah lagi. Demikian seterusnya sehingga terjadi sirkulasi limfosit yang terus menerus di seluruh
tubuh. Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu atau berbulan-bulan bergantung pada
kebutuhan tubuh akan sel tersebut.

3. Proses Pembentukan Trombosit di Dalam Tubuh

 Ilustrasi proses pembentukan trombosit


Kira-kira, seperti apa ya, proses pembentukan trombosit? Jika kita terluka, seringkali kita
menjumpai luka kita mengering dan darah berhenti. Mengapa bisa begitu? Jawabannya karena
dalam tubuh kita ada yang dinamakan trombosit. Trombosit (keping darah, lempeng darah)
adalah sel yang tidak memiliki nukleus di DNA-nya (anuclear nulliploid). Bentuknya tidak
beraturan, ukurannya sendiri berdiameter 2-3 µm atau 3-4 mm.
a. Mengenal Trombosit
Trombosit merupakan fragmentasi megakariosit (megakaryocyte) pendahulunya
dalam sumsum tulang belakang. Jumlah trombosit untuk sekitar milimeter kubik darah ada
150.000 hingga 350.000 trombosit. Bentuk trombosit tidak beraturan dan tidak berinti sel,
berukuran kecil, dan kalau tersentuh benda kasar mudah pecah.
Trombosit dihasilkan di sumsum tulang dan memiliki usia sekitar 10 hari. Jika
trombosit pecah, akan mengeluarkan zat enzim. Enzim tadi punya peran ketika proses
pembekuan darah. Trombosit adalah komponen di dalam tubuh kita yang mengalir
bersama sel darah merah dan sel darah putih.
Trombosit dihasilkan dalam tulang dengan fragmentasi sitoplasma megakariosit
prekusor megakariosit. Megakarioblast muncul dengan proses deferensiasi dari sel asal
hemopoitik. Megakariosit dengan proses replikasi endomitotik inti secara sinkron, yang
volume sitoplasma dapat diperbesar saat jumlah inti bertambah dua kali lipat.
Sekitar 4.000 trombosit diproduksi oleh setiap megakariosit. Durasi waktu
deferensiasi sel asal atau stem sel hingga dihasilkan trombosit kira-kira10 hari pada
manusia. Produksi trombosit berada di bawah kontrol zat humoral yang dikenal sebagai
trombopoitin. Trombosit normal memiliki lama hidup 7 sampai 10 hari dan jumlahnya 250
x 109/l (rentang 150-400 x 109/l). Sepertiga trombosit hasil dari sumsum tulang bisa
terkurung di limpa yang normal. Namun pada kasus splenomegaliberat, jumlah tersebut
dapat meningkat sampai 90%.
Ada beberapa bagian dalam trombosit secara ultrastruktur, yakni zona perifer, zona
sol-gel, dan zona organel. Di zona perifer, ada membran plasma yang berhubungan ke
bagian dalam trombosit. Gunanya membentuk sebuah sistem kanalikular terbuka yang
menyediakan permukaan reaktif yang luas, tempat protein koagulasi plasma diabsorbsi
secara selektif. Glikoprotein termasuk dalam zona ini.
Glikoprotein sendiri merupakan permukaan yang vital untuk agregasi trombosit
dan reaksi adhesi. Dalam kolagen, adhesi didukung oleh glikoprotein Ia, glikoprotein Ib,
dan glikoprotein IIb/IIa. IIb/Iia mempunyai tempat mengikat yang merupakan reseptor
pula bagi fibrinogen dan vital pada agregasi trombosit.
Di dalam zona sol-gel, ada bagian yang bernama mikrotubulus, mikrofilamen,
sistem tubulus padat yang isinya nukleotida adenin dan kalsium, serta trombostenin atau
protein kontraktil. Zona organel terdiri dari mitokondria, granula padat, retikulum
endoplasma, granula a, dan lisosom. Di dalam granula padat terdapat nukleotida adenin,
serotonin, 5-hidroksitriptamin, katekolamin, dan faktor trombosit. Sementara di granula,
ada fibronogen, platelet-derived growth factor, enzim lisoson, antigonis heparin,
tromboglobulin, dan vWF.

b. Fungsi Trombosit
Fungsi utama trombosit ialah membekukan darah agar ketika terjadi pendarahan
tidak banyak darah yang keluar percuma. Saat seseorang mengalami penyakit demam
berdarah, darah dapat keluar dan mengalir lewat pori-pori kulit, sebab untuk membekukan
darah trombositnya tidak cukup. Menurut penelitian di Universitas Munich, Jerman,
trombosit pun bermanfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh kita.
Prosesnya, ketika terluka, trombosit kita akan berkumpul di luka tersebut, kemudian
membeku. Lalu, luka tersebut menutup. Trombosit itu kemudian menuntun bakteri ke
limpa. Setelah itu, bakteri tadi dikepung oleh sel-sel dendritik yang fungsinya sebagai
daya tahan tubuh. Bakteri kemudian terbunuh. Secara umum, fungsi utama trombosit
adalah untuk membentuk sumbatan mekanis selama respons haemostatik berfungsi
normal terhadap luka vaskuler. Reaksi trombosit pada adhesi, pembebasan, agregasi, dan
fusi, sebaik aktivitas prokoagulan.  Ada beberapa makanan yang bisa membantu kita
menaikkan trombosit, di antaranya jus buah bit, jus jambu biji merah, jus kulit manggis,
dan buah-buahan lainnya. Makanan bervitamin K sangat cocok membentuk trombosit di
dalam tubuh kita.
Harus ada trombosit normal dalam jumlah memadai di dalam sirkulasi, supaya
bisa terjadi hemostasis primer yang normal pula dan supaya tugas trombosit terpenuhi
dalam membentuk sumbat trombosit inisial. Peran trombosit yang berlangsung teratur
bisa menghasilkan fungsi hemostasis normal yang vital untuk pembentukan
sumbat hemostatik primer. Hal ini melibatkan adhesi trombosit, agregasi trombosit, dan
akhirnya reaksi pembebasan trombosit disertai rekrutmen trombosit lain.

c. Proses Pembentukan Trombosit


Bagaimana pembentukan trombosit itu sebenarnya? Terdapat enzim yang
dinamakan trombokinase di dalam sel-sel darah pembeku. Trombopoietin merupakan
sistem yang mengatur produksi trombosit. Hati dan ginjal adalah penghasilnya. Trombosit
memiliki reseptor untuk trombopoietin (C-MPL) dan bisa mengeluarkannya dari sirkulasi.
Sebab, kadar trombopoietin tinggi di trombositopenia akibat aplasia sumsum tulang.
Jumlah dan kecepatan maturasi megakariosit dipacu oleh trombopoietin. Enam hari
setelah dimulainya terapi, jumlah trombosit mulai meningkat dan tetap tinggi 7 sampai 10
hari. Trombosit dalam sirkulasi juga bisa ditingkatkan oleh interleukin. Misalkan, kita
luka di bagian kulit, darah pasti keluar. Sel-sel pembeku kemudian ikut keluar juga karena
tersentuh permukaan-permukaan kasar, kecuali dinding pembuluh darah. Dari sini, sel-sel
pembeku pecah. Lalu dari dalamnya keluar suatu zat yang disebut protombin. Pengaruh
garam-garam kalsium dan tromboplastin menyebabkan protombin berubah menjadi
trombin. Trombin merupakan enzim yang bisa mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Fibronogen merupakan protein yang bisa larut di dalam plasma darah. Fibrinogen ini
bekerja jika tubuh mengalami luka. Fibrin sendiri berupa benang-benang yang halus dan
menutup luka serta menjaring sel-sel darah yang lain, bentuk jaringan yang letaknya tidak
teratur, dan akan menahan sel darah, lalu terjadi pembekuan. Luka akan otomatis tertutup.
Protrombin dihasilkan di dalam hati. Untuk memproduksinya, dibutuhkan vitamin K.
Vitamin K merupakan vitamin yang dihasilkan oleh bakteri usus besar (Esherichia coli).
Seseorang yang mengidap penyakit hemofilia tidak bisa dicegah dengan pembekuan
darah. Jika seseorang penderita hemofilia mengalami terluka, walaupun lukanya kecil,
orang ini akan mengalami pendarahan hebat. Orang hemofilia ini akan meninggal dunia
karena kekurangan darah.
Selain hemofilia, ada penyakit yang disebut ITP (Immune Thrombocytopenic
Purpura). Penyakit ini adalah sebuah bentuk kelainan pada darah manusia yang
disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh, yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Pada
penyakit ini, sel pembekuan darah atau istilah medisnya disebut dengan trombosit
mengalami penurunan jumlah. Inilah yang mengakibatkan terjadinya pendarahan.
 Kandungan trombosit yang normal pada darah berjumlah sekitar 150-450
ribu/kilometer darah. Tetapi, mereka yang menderita ITP ini memiliki jumlah
trombosit yang jauh di bawah jumlah normal, yakni hanya 20-25 ribu/kilometer darah.
Penyakit ITP memiliki beberapa ciri yang bisa terlihat, seperti gusi kerap berdarah,
mimisan, dan kebiru-biruan pada kulit. Banyak orang keliru dan menganggap
penyakit ini demam berdarah karena trombosit yang terus turun.  
Ada tiga faktor yang dibutuhkan dalam menghasilkan pembekuan darah, yaitu:
1. Garam kalsium yang dalam keadaan normal ada di dalam darah trombin yang
terbentuk dari protombin jika ada trombokinase
2. Sel yang terluka membebaskan trombokinase
3. Fibrin yang terbentuk dari fibrinogen di samping trombin.

B. Proses Pembekuan Darah


1. Pengertian Homeostasis
Homeostasis berasal dari kata haima yang berarti darah dan stasis yang
berarti berhenti, merupakan proses yang amat kompleks, berlangsung terus
menerus dalam mencegah kehilangan darah secara spontan, serta
menghentikan pendarahan akibat adanya kerusakan sistem pembuluh
darah. Proses ini mencakup pembekuan darah koagulasi- dan melibatkan pembuluh
darah, agregasitrombosit platelet- serta protein plasma baik yang menyebabkan
pembekuan maupun yangmelarutkan bekuan
Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau
robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang
melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah
(koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma
baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera
sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan
thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka.
Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan
diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada
tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada
pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen,
trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun
trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga
terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
Tipe trombos :
1. Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang
mengandung eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang
abnormal, khususnya didaerah dengan aliran yang cepat[arteri].
2. Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah
dengan perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular,
atau bentuk trombos ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh
darah yang abnormal bersama dengan sumbat trombosit yang mengawali
pembentukannya.
3.  Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan
ekstrinsik. Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan
artificial yang dipertahankan.

2. Faktor – faktor pembekuan darah

Faktor I

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma
dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan
masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
 Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan
diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin
kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber
yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin
penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di
Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan
darah
Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di
intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,
mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia,
dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V,
tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh
kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.
Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau
diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
Faktor VIII
 Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang     relatif
labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser
dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi,
sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic
globulin dan faktor antihemophilic  A.
Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi,
diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan
faktor antihemophilic B.
Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka
untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks
dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat
membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat
menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor.
Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat
dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX.
Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak
dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi
dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan
trombosis.
Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin
monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea,
fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor
ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

3. Unsur – unsur dalam pembekuan darah


    Adapun unsur unsur yang berperan dalam pembekuan darah yaitu :
a. Trombosit (keping-keping darah),yg sangat menentukan. Sel ini merupakan
unsur terpenting di balik pembekuan darah. Dia berjalan2 diseluruh tubuh kita
dalam aliran darah. Didalam trombosit ada Protein yang disebut faktor Von
Willebrand yg bertugas memastikan, agar dalam perondaannya yang terus-
menerus itu, trombosit ini tidak membiarkan tempat luka terlewati. Bila kulit
tersayat, Trombosit/ keping darah akan berhenti.(jalannya terputus,lewat mana
coba)Keping-keping yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan
suatu zat yang mengumpulkan keping-keping lain yang tak terhingga
banyaknya di tempat yang sama. Sel-sel tersebut akhirnya menopang luka
terbuka itu.Jadi, keping-keping tersebut mati setelah menjalankan tugasnya
menemukan luka. Pengorbanan diri ini hanyalah satu bagian dari sistem
pembekuan dalam darah.
b. Trombin adalah protein lain yang membantu proses pembekuan darah. Zat ini
hanya dihasilkan di tempat yang terluka. Jumlahnya tidak boleh melebihi atau
pun kurang dari yang diperlukan, dan juga harus dimulai dan berakhir tepat
pada waktu yang diperlukan. Lebih dari dua puluh jenis zat kimia tubuh yang
disebut enzim berperan dalam pembentukan trombin.
c. Enzim-enzim tersebut dapat merangsang perbanyakan trombin maupun
menghentikannya. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang begitu ketat
sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar ada luka sesungguhnya
pada jaringan. Segera setelah enzim-enzim pembekuan darah tersebut
mencapai jumlah yang memadai di dalam tubuh, Dalam waktu singkat
sekumpulan serat membentuk jaring, was called fibrinogen yang terbuat dari
protein-protein tadi.
d. Meanwhile-Sementara itu, keping-keping darah yang sedang meronda, terus-
menerus terperangkap dan menumpuk di tempat yang sama. Apa yang disebut
Gumpalan darah beku adalah Penyumbat luka yang terbentuk akibat
penumpukan ini. Ketika luka telah sembuh sama sekali, gumpalan tersebut
akan hilang.
4. Proses pembekuan darah ( koagulasi )
Bila terjadi luka, trombosit akan pecah mengeluarkan trombokinase 
atau tromboplastin. Trombokinase akan mengubah protrombinmenjadi  trombin. Trombin
mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berbentuk  benang-benang yang menjerat sel
darah merah dan membentuk gumpalan  sehingga darah membeku.
 Pembentukan Aktivator Protrombin:

Mekanisme ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh darah dan
jaringan yang berdekatan pada darah, pada setiap kejadian tersebut, mekanisme ini akan
menyebabkan pembentukan aktivator protrombin.
Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dan dihasilkan di hati
dengan bantuan vitamin K (perubahan protrombin yang belum aktifmenjadi trombin yang
aktif dipercepat oleh ion kalsium (Ca)). Fibrinogen  adalah protein yang larut dalam
plasma darah.
Aktivator protrombin ini dibentuk melalui 2 cara, yaitu jalur ekstrinsik yang
dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan jalur intrinsik yang berawal
di dalam darah itu sendiri.
a) Langkah-langkah jalur ekstrinsik
yaitu pelepasan faktor jaringan atau tromboplastin jaringan, selanjutnya
mengaktifasi faktor X, yaitu  ( Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi,
menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan)  yang dibentuk oleh
kompleks lipoprotein dari faktor jaringan dan bergabung dengan faktor VII,
yaitu  (Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan panas
dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik),  kemudian dengan hadirnya ion Ca2+
akan membentuk faktor X yang teraktivasi. Selanjutnya faktor X yang teraktivasi tersebut
akan segera berikatan dengan fosfolipid jaringan, juga dengan faktor V untuk membenuk
senyawa yang disebut aktivator protrombin.
b) Langkah-langkah jalur intrinsik
yaitu pengaktifan faktor XII yaitu factor Hageman faktor: faktor koagulasi yang
stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan
memulai jalur intrinsik dari koagulasi dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah
yang terkena trauma, kemudian faktor XII yang teraktivasi ini akan mengaktifkan
faktor XI, yaitu factor  Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil
yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi, kemudian faktor XI yang teraktivasi
ini akan mengaktifkan faktor IX, faktor IX yang teraktivasi bekerja sama dengan
faktor VIII terakivasi dan dengan fosfolipid trombosit dan faktor 3 dari trombosit
yang rusak, akan mengkatifkan faktor X. Disini jelas bahwa bila faktor VIII atau
trombosit kurang maka langkah ini akan terhambat. Faktor VIII adalah faktor yang
tidak dimiliki oleh penderita hemofilia. Trombosit tidak dimiliki oleh penderita
trombositopenia. Faktor X yang teraktivasi akan bergabung dengan faktor V dan
trombosit untuk membentuk suatu kompleks yang disebut aktivator protrombin.
 Perubahan Trombin Menjadi Trombin:
Setelah aktivator protrombin terbentuk akibat pecahnya pembuluh darah maka
dengan adanya ion Ca2+ dalam jumlah yang mencukupi, akan menyebabkan perubahan
protrombin menjadi trombin. Trombosit juga berperan dalam pengubahan protrombin
menjadi trombin, karena banyak protrombin mula-mula melekat pada reseptor protrombin
pada trombosit yang telah berikatan pada jaringan yang rusak. Pengikatan ini akan
mempercepat pembentukan trombin dan protrombin yag terjadi dalam jaringan dimana
pembekuan diperlukan.
Protrombin adalah protein plasma yang tidak stabil dan dengan mudah pecah
menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah satu diantaranya trombin. Vitamin K
juga sangat berperan dalam pembekuan darah karena kurangnya vitamin K akan
menurunkan kadar protrombin sampai sedemikian rendahnya hingga timbul pendarahan.
 Perubahan Fibrinogen Menjadi Fibrin:
Trombin adalah enzim protein dengan kemampuan proteolitik yang bekerja
terhadap fibrinogen dengan cara melepaskan empat peptida yang berberat molekul rendah
dari setiap molekul fibrinogen sehingga membentuk molekul fibrin monomer yang
memiliki kemampuan untuk berpolimerisasi dengan molekul fibrin monomer yang lain.
Dengan cara demikian, dalam beberapa detik banyak molekul fibrin monomer
berpolimerisasi menjadi benang-benang fibrin yang panjang, sehingga terbentuk
retikulum bekuan.
Namun benang-benang fibrin ini ikatannya tidak kuat dan mudah diceraiberaikan,
maka dalam beberapa menit berikutnya akan terjadi proses yang akan memperkuat
jalinan/ikatan tersebut. Proses ini melibatkan zat yang disebut faktor stabilisasi fibrin.
Trombin yang tadi berperan dalam membentuk fibrin, juga mengaktifkan faktor stabilisasi
fibrin yang kemudian akan membentuk ikatan kovalen antara molekul fibrin monomer,
sehingga saling keterkaitan antara benang-benang fibrin yang berdekatan sehingga
menambah kekuatan jaringan fibrin secara tiga dimensi.
Bekuan darah yang terdiri dari jaringan benang fibrin yang berjalan dari segala
arah dan menjerat sel-sel darah, trombosit, dan plasma. Benang-benang fibrin juga
melekat pada pembuluh darah yang rusak; oleh karena itu bekuan darah menempel pada
lubang di pembuluh darah dan dengan demikian mencegah kebocoran darah.
5. Gangguan pembekuan darah
Hemofilia
Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari
ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.Darah pada seorang penderita
hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan
darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang
normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.
Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah
kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul
dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan
pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para
penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian
organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.

Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :


1. Hemofilia yang dikenal juga dengan nama hemofilia klasik, karena jenis
hemofila ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan darah.
Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor
VIII)  yaitu Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang     relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi,
bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor
dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab
hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor
antihemophilic  A.
protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
2. Hemofila B atau Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya
pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor
IX)  yaitu Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari
pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia
B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
Gangguan itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu
kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada.

C. Fungsi Komposisi Dari Sel Darah

Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :

a. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh


b. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
c. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
d. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
e. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
f. Menjaga suhu temperatur tubuh
g. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
h. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
i. Mencegah pendarahan
j. Alat pertahanan tubuh
k. Mengatur keseimbangan cairan antara darah dan cairan jaringan

Fungsi Sel – Sel Darah :

1. Sel darah merah ( Eritrosit ) berfungsi mengikat oksigen dari paru–paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh
untuk dikeluarkan melalui paru–paru.
2. Sel darah putih ( Leukosit ) berfungsi sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem
retikuloendotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai
pengangkut yaitu mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa
terus ke pembuluh darah.
3. Keping – keping darah ( Trombosit ) fungsinya memegang peranan penting dalam
pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah
tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus- menerus. Trombosit
lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut
trombositopenia.
4. Plasma darah fungsinya mengangkut sari-sari dari makanan untuk didistribusikan ke
sel-sel serta bertugas untuk membawa sisa pembakaran dari sel-sel menuju tempat
pembuangan, selain itu plasma darah juga menghasilkan sebuah zat kekebalan tubuh
yang dapat melindungi diri dari penyakit yang biasa disebut dengan zat antibody.

D. Kaitan Proses Udim Dengan Darah

Dalam bahasa Inggris pembengkakan adalah Edema yang berasal dari bahasa yunani


yaitu dropsy atau semacam penyakit yang merupakan akumulasi abnormal cairan di bawah
kulit atau dalam satu atau lebih rongga tubuh. Oedema (bengkak) adalah pembengkakan
karena penumpukan cairan pada exstremitas maupun pada organ dalam tubuh.
Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam
sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan).
Oedema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general). Oedema yang bersifat lokal
seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (ascites), rongga dada (hydrothorax) (Wheda,
2010).
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah,
jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip
gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
Oedema bisa bersifat lokal dan bisa menyebar. Oedema lokal bisa terjadi pada
kebanyakan organ dan jaringan-jaringan, bergantung pada penyebab lokalnya edema yang
menyebar mempengaruhi seluruh bagian tubuh tapi yang paling parah mungkin tubuh bagian
bawah karena adanya gravitasi yang menarik air ke bawah sehingga terakumulasi di bagian
bawah tubuh misalnya oedema pada exstremitas bawah, terjadi hanya di dalam rongga perut
(hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis
atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru
(edema pulmonum).
Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema di
banyak tempat dinamakan edema umum (general edema). Kenaikan tekanan hidrostatik
terjadi pada gagal jantung, penurunan tekanan osmotic terjadi sindrom nefrotik dan gagal
hati. Hal ini biasanya mengajarkan bahwa fakta-fakta ini menjelaskan terjadinya oedema
dalam kondisi ini. Penyebab oedema yang umum seluruh tubuh dapat menyebabkan oedema
dalam berbagai organ dan peripherally. Sebagai contoh, gagal jantung yang parah dapat
menyebabkan oedema paru, efusi pleura, asites dan oedema perifer, yang terakhir dari efek
yang dapat juga berasal dari penyebab kurang serius.

Mekanisme Edema :
1. Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh
kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang
interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan
rongga badan (terjadi edema).
2. Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan),
maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke
dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat
mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor
ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal
yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan
tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).
3. Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh
air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit
atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas ini
bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan
tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas
kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan
osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium
bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan
menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi
infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
4. Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya
ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula
sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah
secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa
lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala
albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan.
Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
5. Tekanan osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga
tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan
tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas
kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan
edema. Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue
tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang
renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat
tersebut mudah timbul edema.
6. Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada
yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni.
Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema. Retensi natrium
dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis
hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan
ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).
Mekanisme yang berhubungan secara umum diantaranya : penurunan tekanan osmotic koloid,
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler, obstrukso limfatik,
dan kelebihan natrium dan air tubuh.
1. Penurunan tekanan osmotic koloid. Bila protein plasma di dalam darah menipis, kekuatan
ke dalam menurun, yang memungkinkan gerakan ke dalam jaringan. Ini menimbulkan
akumulasi cairan dalam jaringan dengan penurunan volume plasma sentral. Ginjal
berespons terhadap penurunan volume sirkulasi melalui aktivasi system aldosteron-renin-
angiotensin, yang mengakibatkan reabsorbsi tambahan terhadap natrium dan air. Volume
intravaskuler meningkat sementara. Namun, karena defidit protein plasma belum
diperbaiki, penurunan tekanan osmotic koloid tetap rendah dalam proporsi terhadap
tekanan hidrostatik kapiler. Akibatnya cairan intravaskuler bergerak kedalam jaringan,
memperburuk edema dan status sirkulasi.

2. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler. Penyebab paling umum dari peningkatan


tekanan kapiler adalah gagal jantung kongestif dimana peningkatan tekanan vena sistemik
dikombinasi dengan peningkatan volume darah. Manifestasi ini adalah karakteristik untuk
gagal ventrikel kanan, atau gagal jantung kanan. Bila tekanan ini melebihi 30mmHg
terjadi edema paru. Penyebab lain dari peningkatan tekanan hidrostatik adalah gagal
ginjal dengan peningkatan volume darah total, peningkatan kekuatan gravitasi akibat dari
berdiri lama, kerusakan sirkulasi vena, dan obstruksi hati. Obstruksi vena biasanya
menimbulkan edema local daripada edema umum karena hanya satu vena atau kelompok
vena yang terkena.

3. Peningkatan permeabilitas kapiler. Kerusakan langsunga pada pembuluh darah, seperti


pada trauma luka bakar, dapat meyebabkan peningkatan permeabilitas hubungan
endothelium. Edema local dapat terjadi pada  respons terhadap allergen, seperti sengatan
lebah. Pada individu tertentu, allergen ini dapat mencetuskan respons anafilaktik dengan
edema luas yang ditimbulkan oleh reaksi tipe histamine. Inflamasi menyebabkan
hyperemia dan vasodilatasi, yang menyebabkan akumulasi cairan, protein, dan sel pada
area yang sakit. Ini mengakibatkan pembengkakan edema (eksudasi) area yang terkait.

4. Obstruksi limfatik. Penyebab paling umum dari obstruksi limfatik adalah pengangkatan
limfonodus dan pembuluh darah melalui pembedahan untuk mencegah penyebaran
keganasan. Terapi radiasi, trauma, metastasis keganasan, dan inflamasi dapat juga
menimbulkan obstruksi luas pada pembuluh darah. Obstruksi limfatik menimbulkan
retensi kelebihan cairan dan protein plasma dalam cairan interstisial. Pada saat protein
mengumpul dalam ruang interstisial, lebih banyak air bergerak ke dalam area. Edema
biasanya lokal.

5. Kelebihan air tubuh dan natrium. Pada gagal jantung kongestif, curah jantung menurun
pada saat kekuatan kontraksi menurun. Untuk mengkompensasi, peningkatan jumlah
aldosteron menyebabkan reytensi natrium dan air. Volume plasma meningkat, begitu juga
tekanan kapiler intervaskular vena. Jantung yang gagal ini tidak mampu memompa
peningkatan aliran balik vena ini, dan cairan dipaksa masuk ke dalam interstisial.

E. Proses Penggumpalan Darah Didalam Dan Diluar Tubuh Yang Disebut Dengan Trombus

Trombus merupakan unsur benda yang tersusun dari unsur-unsur darah di dalam


pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup. Unsur-unsur tersebut adalah trombosit,
fibrin, eritrosit, dan leukosit. Adanya thrombus ini dapat menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah. Trombus terbentuk melaui proses yang dinamakan dengan thrombosis.
Trombosis terjadi ketika trombosit melekat pada permukaan endotel pembuluh atau
jantung. Semakin banyak darah yang mengalir, maka trombosit yang melekat pada daerah
tersebut akan semakin banyak. Trombosis dapat saling melekat sehingga nantinya
terbentuk massa yang menonjol ke dalam saluran pembuluh darah yang dikenal dengan
trombus.

Bahaya yang diakibatkan oleh trombus hampir sama dengan emboli. Keduanya
menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah, hanya saja yang membedakan adalah
proses terjadinya sumbatan.  Trombus lebih mengarah pada cedera sel endotel pembuluh
darah yang menyebabkan agregasi trombosit untuk pemulihan jaringan yang rusak, tapi
terkadang proses ini dapat menyumbat aliran darah sehingga ia dikatakan trombus.
Proses Pembentukan Thrombus

 Pembentukan dan Struktur Trombus

Secara normal darah mengalir tetap cair karena adanya keseimbangan tertentu


yang sangat kompleks, namun dalam keadaan tertentu keseimbangan ini dapat
terganggu sehingga terjadi trombosis. Pada keadaan ini trombosit melekat pada
permukaan endotel pembuluh atau jantung.

Darah yang mengalir  –> banyaknya trombosit melekat pd tempat tersebut –


> trombosit dapat saling melekat –> terbentuk suatu massa yang menonjol kedalam lumen.

Pada saat tertentu apabila aliran darah cepat (seperti dalam arteri-arteri), massa yang
terbentuk dari trombosit akan terlepas dari dinding pembuluh tetapi kemudian diganti dengan
trombosit yang lain.

Jika terjadi kerusakan pada trombosit ––> dilepaskan suatu zat tromboplastin, zat


inilah yang merangsang proses pembentukan bekuan darah. Tromboplastin akan
mengubah protrombin —> trombin yang bereaksi dengan fibrinogen ––> fibrin. Selain itu
trombin menyebabkan pecahnya trombosit —> pembentukan tromboplastin

Trombus mempunyai bentuk khas dan lapisan trombosit dan diliputi oleh Leukosit,
eritrosit dan fibrin. Dari luar permukaan trombus nampak sebagai batu karang dengan garis-
garis (Line of zahn). Trombus warnanya putih dan merah berbutir-butir. Bila dipotong maka
tampak garis-garis yang berlapis-lapis putih kelabu

Penyebab trombus :

Menurut virchow bahwa trombus terbentuk karena tiga faktor yaitu :

1. Perubahan pada permukaan endotel pembuluh darah.


Kerusakan endotel  —>  perubahan potensial listrik  —> trombosit mudah  
melekat pada endotel. Trombosis ini dapat terjadi pada keadaan:

 Atherosclerosis

 Radang pembuluh darah spt polyarteritis nodusa, thromboangitis obliterans,


throbolplebitis

 Trombosis pada endocard yang melapisi lapisan jantung yg mengalami infark


myocard dan pada endocarditis

 Ruda paksa (trauma)

2. Prubahan pada aliran darah

Trombosit mengalir pada zone perifer dan dibatasi dari dinding pembuluh oleh
zone plasma. Bila aliran darah melambat maka trombosit masuk kedalam zone plasma
shg kontak dengan endotel bertambah

Bila aliran darah melambat  —> trombosit akan menepi  —>  mudah


melekat  pada dinding pembuluh darah.

Perubahan aliran darah lebih sering pada vena daripada arteri. Trombus juga
sering terjadi pada keadaan varices yaitu vena-vena yang melebar. Varices sering
ditemukan pada tempat-tempat berikut ini:

 Vena-vena tungkai bawah yang superficial

 Pleksus pampiniformis

 Pleksus hemorrhoidalis

 Ujung distal esophagus

3. Perubahan pada konstitusi darah

Trombosit dalam jumlah yang lebih banyak lebih memudahkan   terbentuknya


trombus karena bersifat lebih mudah terjadi perlekatan  (adhesif) keadaan ini dapat
dijumpai pada:
 Masa nifas (2-3 kali lebih dari normal)

 Infark paru-paru

 Tumor ganas

 Thromboplebitis

 Thromboangitis obliterans

 Trombosis dapat juga ditemukan pada penyakit darah seperti


polycytemia, pada penyakit yang disertai ‘sludged blood’, sel-sel darah
bergumpal-gumpal sehingga aliran darah melambat.  sel-sel tumor
ganas membentuk tromboplastin.

Macam – Macam Trombus

1. Occlusive trombus adalah trombus yang menyebabkan lumen pembuluh


tersumbat.

2. Propagating trombus adalah masa yang dibentuk sepanjang pembuluh yang


terbendung dan merupakan perpanjangan trombus

3. Saddle/riding trombus adalah trombus dapat memanjang dan masuk kedalam


cabang pembuluh

4. Mural/parietal trombus adalah trombus dengan melekat pada dinding


pembuluh darah dan bagian yang melekat pada dinding pembuluh darah dan
bagian yang terlepas seolah-olah berenang dalam darah tanpa menyebabkan
oklusi pembuluh (pembuluh darah besar)

5. Pedinculated trombus adalah trombus mural dalam jantung yang bertangkai


panjang

6. Ball trombus (bisa dikatakan embolus) adalah pedinculated trombus yang


lepas dan hanyut terbawa aliran darah, krn besar dapat tersangkut dan tidak
dapat melewati ostium
Trombus menurut warnanya:

 Red trombus  : Eritrosit

 White trombus  : Sebagian besar ada di leukosit

 Mixed trombus : Jenis trombus yang terbanyak

Trombus menurut lama terjadinya yaitu:

 Fresh trombus

 Old trombus

Selain itu juga dibedakan:

 Septic trombus yaitu trombus yang mengandung sarang-sarang kuman

 Bald atau steril yaitu trombus tanpa kuman

Trombus dapat dibentuk dalam :

 Arteri

 Vena

 Jantung

 Dalam pembuluh limfe tidak terbentuk trombus karena pada pembuluh limfe tidak
terdapat trombosit jadi hanya dapat terjadi coagulum

Trombus paling sering ditemukan pada :

 Vena saphena magna dan

 Vens-vena profunda betis selain itu juga terdapat pada vena pelvis, mesenterium
dan vena pelvis

Trombus arteri sering terjadi pada :

 Tungkai bawah
 Coronaria

 Renalis

 Mesentrica

Akibat-akibat trombus :

 Bergantung pada besar dan jenis trombus

 Pembuluh yang terkena, dan

 Terdapat tidaknya kolateral yang cukup baik

Trombus yang terbentuk dalam vena menimbulkan:

 Stasis darah

 Bendungan pasif

 Edema dan kadang-kadang nekrosis

 Trombus yang terbentuk dalam arteri menimbulkan:

 Ischemi

 Nekrosis

 Infark atau gangren

F. Proses Produksi Getah Bening

Merupakan jalur tambahan yang di mana cairan dapat mengalir dari ruang interstisial
ke dalam darah. Limfatik dapat mengangkut protein dan zat-zat partikel besar yang tidak
dapat dipindahkan keluar jaringan dengan absorpsi langsung ke dalam kapiler darah.
Pengeluaran protein dari ruang interstisial merupakan fungsi penting, tanpa fungsi ini
manusia akan meninggal dalam waktu 24 jam. Pembentukan cairan limfe berasal dari cairan
interstisial yang mengalir ke dalam sistem limfatik. Cairan limfe yang pertama kali mengalir
dari setiap jaringan mempunyai komposisi yang hampir sama dengan cairan interstisial.
Sistem limfatik juga merupakan salah satu jalan utama untuk absorpsi zat makanan
dari saluran cerna terutama absorpsi lemak. Setelah memakan makanan berlemak, cairan
limfe dalam duktus torasikus akan mengandung 1-2% lemak.

Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen misalnya


bakteri, virus, fungi, protozoa, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan
permanen. Hal ini disebabkan karena tubuh manusia memiliki suatu sistem yang disebut
sistem imun yang berfungsi melindungi tubuh.
Fungsi sistem limfatik adalah sebagai berikut.
1. Transport cairan untuk kembali ke dalam darah.
2. Berperan penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit.
3. Organ limfoid tempat fagosit dan limfosit.

Karakteristik Sistem Limfatik


Limfe merupakan cairan jaringan berlebih (cairan intertisial dari darah) yang dibawa
pembuluh limfe kembali ke aliran darah. Sistem ini merupakan sistem satu jalur untuk menuju
jantung, tidak ada pompaan dari pembuluh limfe dan pembuluh darah.
1. Pergerakan limfe menuju jantung dipengaruhi oleh:
a) Perubahan tekanan rongga toraks (rongga dada),
b) Kontraksi ritmis dan otot polos pembuluh darah,
c) Pengaruh kontraksi otot rangka.
2. Dindingnya berlapis membentuk seperti katup mini.
a. Kapiler berhubungan dengan jaringan konektif oleh filamen.
b. Tekanan lebih tinggi dari sisi yang dekat dengan katup mini.

Fungsi pembuluh limfe adalah sebagai berikut.


1. Mengumpulkan cairan limfe dari kapiler limfe.
2. Membawa limfe ke nodus limfatikus dan menjauhkan limfe dari nodus limfatikus.
3. Mengembalikan cairan limfe ke sirkulasi vena dekat jantung.
4. Lengan kanan, kepala bagian kanan, dada kanan, masuk ke vena subklavia dekstra.
5. Bagian badan yang lain masuk ke vena subklavia sinistra.
Fisiologi Cairan Limfe
Komposisinya hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah dan mengandung
sejumlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke dalam aliran
darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut lakteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus
sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe. Kuman infeksi dapat ditangkap sehingga
menimbulkan peradangan pada kelenjar setempat. Peristiwa ini menunjukkan adanya infeksi
misalnya infeksi pada kaki akan timbul pembengkakan pada inguinal.

Nodus Limfe
1. Menyaring cairan limfe sebelum kembali ke darah.
2. Sel pertahanan tubuh dalam nodus limfe merusak substansi asing dan memberikan respons
imun terhadap antigen.
3. Nodus limfe membengkak apabila terjadi infeksi (trapping function)

Pembentukan Cairan Limfe


Konsntrasi protein dalam cairan interstisial rata-rata 2 gram / 100 ml. Konsentrasi protein
cairan limfe yang mengalir kebanyakan berasal dari jaringan perifer. Cairan limfe yang terbentuk
dalam hati mempunyai konsentrasi protein 6 gram / 100 ml dan limfe yang terbentuk dalam usus
konsentrasi protein adalah sebesar 3-5 gram / 100 ml.

Kecepatan Total Aliran Limfe


Kira-kira 100 ml limfe mengalir melalui duktus torasikus per jam dalam keadaan istirahat.
Cairan limfe mengalir ke dalam sirkulasi yang lain dengan kecepatan 20 ml/jam. Faktor yang
menentukan keseimbangan pertukaran cairan pada membran kapiler darah adalah membentuk
pergerakan cairan ke dalam mediastinum, meningkatkan cairan volume, cairan interstisial, dan
cairan limfe pada saat bersamaan.
Faktor yang menentukan kecepatan aliran limfe adalah sebagai berikut.
1. Tekanan cairan intersitial: normalnya 6,3 mmHg, meningkatnya aliran cairan
interstisial ke dalam kapiler limfe terjadi akibat meningkatnya kecepatan aliran limfe.
Faktor penentu tekanan aliran limfe adalah berikut ini.
a. Peningkatan tekanan kapiler limfe.
b. Penurunan tekanan osmotik koloid plasma dalam darah.
c. Peningkatan protein cairan interstisial dalam jaringan.
d. Peningkatan permeabilitas kapiler darah.
2. Pompa limfe: secara periodik katup-katup dalam saluran limfe dapat ditekan oleh
kontraksi dinding pembuluh limfe itu sendiri atau tekanan struktur sekitarnya. Pompa
limfe menjadi sangat aktif selama badan sering bergerak, peningkatannya sebesar 5-15
kali, sedangkan dalam keadaan istirahat gerakannya sangat lambat.
Faktor penentu kecepatan aliran limfe adalah sebagai berikut.
a. Kontraksi otot yang berlangsung setiap saat.
b. Gerakan-gerakan bagian tubuh yang dapat merangsang aliran limfe.
c. Pulsasi arteri. Tekanan arteri berfungsi mendorong cairan limfe.
d. Penekanan jaringan dari obyek di luar tubuh.

Kekuatan Penggerak Cairan Limfe


Kekuatan utama yang menentukan cairan limfe keluar masuk cairan interstisial ada 4 faktor,
yaitu:
1) Tekanan kapiler: cenderung mendorong cairan keluar melalui membran kapiler,
2) Tekanan cairan interstisial: mendorong cairan melalui membran kapiler. Tekanan (+)
mendorong ke dalam pembuluh darah, sedangkan tekanan (-) mendorong kembali ke
dalam limfe,
3) Tekanan osmotik kolid plasma: cenderung menimbulkan osmosis cairan ke dalam melalui
membran kapiler,
4) Tekanan osmotik koloid cairan: cenderung menimbulkan osmosis cairan keluar melalui
membran kapiler.

Fungsi kelenjar limfe adalah sebagai berikut.


1. Menyaring cairan limfe dari benda-benda asing.
2. Pembentukan limfosit.
3. Pembentukan antibodi.
4. Pembuangan dan penghancuran bakteri.
5. Membantu reabsorpsi lemak.

Distribusi Limfosit dalam Tubuh


Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan kelebihan
cairan secara langsung dari ruang interstisial, tetapi terdapat beberapa pengecualian antara lain
permukaan kulit, sistem saraf pusat, serta bagian dalam saraf perifer endomisium otot dan tulang.
Pada akhirnya cairan yang mengalir ke dalam tubuh limfatik atau otak akan mengalir ke dalam
serebrospinal kemudian langsung kembali ke dalam darah.
Pada dasarnya seluruh cairan limfe dari bagian bawah tubuh mengalir ke atas, ke duktus torasikus
dan bermuara ke dalam sistem vena yaitu pertemuan antara vena jugularis interna sinistra dan
vena subklavia. Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri, dan sebagian daerah toraks juga
memasuki duktus torasikus sebelum bermuara ke dalam vena. Cairan limfe dari sisi kanan leher
dan kepala, lengan kanan dan sebagian toraks memasuki duktus limfatikus yang kemudian
bermuara ke dalam sistem vena pada pertemuan antara vena subklavia dekstra dan vena jugularis
interna.

Mekanisme Pertahanan Tubuh


Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen misalnya bakteri,
virus, fungi, protozoa, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang
terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal
ini disebabkan karena tubuh manusia memiliki suatu sistem yang disebut sistem imun, yang
berfungsi melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen. Sistem ini sangat bergantung pada
kemampuannya untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada
permukaan unsur patogen dan memiliki kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk
menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang
terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh tubuh misalnya dalam
sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran napas, sistem saluran cerna, dan
organ lain.
Rangsangan terhadap sel terjadi apabila di dalam tubuh masuk suatu zat yang lain oleh sel
atau jaringan dianggap asing dari zat yang berasal dari tubuh sendiri. Pada beberapa keadaan
patologik, sistem imun ini tidak dapat membedakan zat asing dari tubuh sendiri sehingga sel-sel
dalam sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri yang disebut auto
antibodi.

Imunitas
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua organisme atau
toksin yang masuk ke jaringan dan organ. Kemampuan ini dinamakan imunitas (kekebalan).
Sistem imunitas khusus membentuk antibodi serta limfosit untuk menyerang dan menghancurkan
mikroorganisme spesifik atau toksin.
Ketika benda asing masuk ke dalam tubuh, sistem imun segera menghasilkan zat yang akan
bereaksi dan membuat substansi tersebut tidak berbahaya. Protein asing disebut antigen dan
substansi yang dihasilkan untuk berespons terhadap antigen disebut antibodi. Bila sistem imun
terpapas pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respons imun yang mungkin terjadi.

Respons Imun non-spesifik


Merupakan imunutas bawaan (innate immunity) yaitu respons terhadap zar asing yang
dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut. Respons ini
diturunkan secara alami dan tidak selektif dalam menahansetiap benda asing atau sel abnormal
pada pertama kali terpapar. Selain itu respons ini mempertahankan tubuh terhadap infeksi, iritasi,
bahan kimia, serta luka jaringan karena trauma mekanik atau terbakar.
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen misalnya
antigen bakteri yaitu dengan menghancurkan bakteri yang bersangkutan secara non-spesifik
dengan proses fagositosis.
Untuk mencapai hal ini, maka fagosit harus bergerak menuju sasaran yang
memungkinkan dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut faktor leukotaktik atau
kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang
sebelumnya telah berada di lokasi bakteri.
Reaksi inflamasi. Sel imun tersebar diseluruh tubuh, tetapi bila terjadi infeksi di satu
yempat maka perlu memusatkan sel-sel sistem imun. Produk yang dihasilkan sel-sel tersebut akan
masuk ke lokasi infeksi.
Membentuk lini pertahanan pertama terhadap sel asing, cedera atau peradangan.
Kerusakan jaringan sebagian besar diperantarai oleh fagosit yang berubah menjadi makrofag,
sekresinya menghancurkan sel asing dan sel yang rusak melalui proses fagositosus dan
pengeluaran zat kimia.
Pertahanan non-spesifik beraksi tanpa memandang apakan agen pencetus pernah atau belum
pernah dijumpai, misalnya:
1) Peradangan: suatu respons non spesifik terhadap cedera jaringan. Pada keadaan ini
spesialis fagosit neutrofil dan makrofog akan memberikan bantuan-bantuan dari sel-sel
imun jenis lain.
2) Interferon: sekelompok protein yang secara non-spesifik mempertahankan tubuh terhadap
infeksi virus.
3) Sel natural killer: sel jenis khusus mirip limfosit yang secara spontan dan relatif non-
spesifik yang menyebabkan ruptur dan menghancurkan sel pejamu yang terinfeksi virus
dan sel kanker.
4) Sistem komplemen: sekelompok protein plasma inaktif yang apabila diaktifkan secara
sekuensial akan menghancurkan sel asing dengan menyerang membran plasma. Secara
non-spesifik diaktifkan oleh adanya benda asing juga antibodi yang dihasilkan sebagai
respons imun spesifik terhadap mikroorganisme tertentu.

Sistem komplemen terlibat dalam mekanisme pertahanan non-spesifik dan spesifik untuk
memberikan suatu hal yang penting. Berbagai komponen dalam sistem imun melakukan interaksi
yang erat dan saling bergantung satu sama lain sehingga sistem ini sangat efektif.
Peradangan: mengacu pada serangkaian proses non-spesifik yang saling berhubungan dan
diaktifkan sebagai respons terhadap invasi benda asing dan kerusakan jaringan. Tujuan akhir dari
peradangan adalah menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang cedera agar keduanya
dapat mengisolasi, menghancurkan agen yang masuk, membersihkan, dan mempersiapkan
jaringan untuk proses penyembuhan.
Pertahanan oleh makrofag: ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui kerusakan kulit,
makrofag sudah berada di daerah tersebut untuk segera memfagosit mikroba asing yang masuk.
Makrofag menahan infeksi selama periode satu jam pertama sebelum mekanisme lain dapat
dilakukan.
Vasodilatasi lokal: segera setelah invasi mikroba, arteriol di daerah tersebut berdilatasi sehingga
terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera. Vasodilatasi lokak disebabkan oleh histamin
yang dikeluarkan ke jaringan yang rusak oleh sel mast yaitu sejenis sel yang terikat ke jaringan.
Peningkatan permeabilitas kapiler: histamin yang dikeluarkan bertujuan meningkatkan
permeabilitas kapiler. Melalui pembesaran pori-pori kapiler, protein plasma dalam keadaan
normal tidak dapat keluar dari pembuh darah tetapi dapat lolos ke jaringan yang meradang.
Edema lokal: protein plasma yang bocor tertimbun di cairan interstisial dan menimbulkan
tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik lokal ini disertai peningkatan tekanan darah kapiler
sehingga meningkatkan filtrasi dan menurunkan reabsorpsi cairan menembus kapiler
bersangkutan. Keadaan ini menimbulkan edema lokal. Timbulnya rasa nyeri disebabkan distensi
lokal dalam jaringan yang membengkak sehingga ujung-ujung reseptor neuron aferen yang
pesarafan daerah tersebut tertekan.

Respon Imun Spesifik


Merupakan respons yang didapan acquired (di luar organisme), terdapat antigen tertentu
di mana tubuh pernah terpapar sebelumnya. Sel-sel leukosit memegang peran penting dalam
respons imun terutama limfost yang merupakan inti dalam proses imun spesifik karena sel ini
dapat mengenal setiap jenis antigen baik intraseluler maupun ekstraseluler misalnya dalam cairan
tubuh atau dalam darah. Respons ini bersifat selektif yang ditunjukkan pada materi asing tertentu
dan tubuh pernah terpapar sebelumnya, respons imun ini dilakukan melalui limfosit.

Tabel 13.1 Respons imun non-spesifik dan spesifik terhadap infeksi bakteri
Mekanisme imun non-spesifik Mekanisme imun spesifik
Peradangan
1. Pengambilan bakteri invasif oleh 1. Pengolahan dan penyajian bakteri oleh
mikrofag. makrofag ke sel B spesifik untuk antigen
tersebut.
2. Proliferasi dan diferensiasi klon sel B
2. Respons vaskular yang diinduksi oleh menjadi sel plasma dan sel pengikat.
histamin untuk meningkatkan aliran darah Sekresi antibodi oleh sel plasma yang
ke tempat peradangan sehinggal lebih mengikat bakteri secara spesifik.
banyak sel efektor imun dan protein 3. Penguatan oleh interkulin yang
plasma yang datang. dikeluarkan oleh makrofag.
3. Pengepungan tempat peradangan oleh 4. Penguatan oleh sel T penolong yang telah
bekuan fibrin. diaktifkan oleh antigen bakteri yang sama
4. Emigrasi neutrofil dan monosit/ makrofag yang telah diolah dan disajikan oleh
ke tempat peradangan untuk mengambil mikrofag.
dan menghancurkan benda asing dan 5. Pengikat antibodi dengan bakteri dan
untuk membersihkan debris sel. penguatan mekanisme non-spesifik yang
5. Sekresi zat perantara kimiawi oleh sel menyebabkan destruksi bakteri yang
fagositik yang meningkatkan respons bersangkutan.
imun non-spesifik dan spesifik serta - Bakteri sebagai opsonin untuk
mencetuskan gejala lokal dan sistemik meningkatkan aktivitas fagosit.
yang terkait dengan infeksi. - Pengaktifan sistem komplemen.
- Stimulasi sel pembunuh, yang secara
langsung melisiskan bakteri.

Pengaktifan non-spesifik sistem 6. Persistensi sel pengikat yang mampu


komplemen berespons secara lebih cepat dan kuat jika
6. Pembentukan lubang tonjolan membran bakteri yang sama kembali masuk.
attack complex yang menimbulkan lubang
di dinding bakteri yang mengalami lisis.
Pengikat sebagai tahanan peradangan.

Respons imun spesifik dimulai dengan aktivitas makrofag (Antigen Presenting cell) yang
memproses antigen sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel sitem
imun spesifik. Dengan rangsangan antigen yang telah diproses sel-sel sitem imun neproliferasi
(beradaptasi dengan ginjal) dan berdiferensiasi (membedakan) sehingga menjadi sel yang
memiliki kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen. Respons imun spesifik
mencakup imunitas yang diperantarai oleh antibodi yang dilaksanakan oleh turunan limfosit B
dan imunitas yang diperantarai oleh sel yang dilaksanakan oleh limfosit T.
Respons imun spesifik adalah serangan selektif yang ditunjukkan untuk membatasi atau
menetralisir serangan tertentu yang oleh tubuh telah disiapkan untuk dihadapi, karena tubuh
sebelumnya sudah pernah terpajan ke sasaran tersebut.
Terdapat dua kelas respons imun spesifik, yaitu:
1. Imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau imunitas humoral yang melibatkan
pembentukan antibodi oleh limfosit B diartikan sebagai sel plasma,
2. Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas seluler, melibatkan
pembentukan limfosit T aktif yang secara langsung menyerang sel-sel yang tidak
diinginkan.
Komponen spesifik dari sistem imun spesifik melakukan persiapan secara selektif
menyerang bahan asing. Sistem ini tidak saja mampu mengenali molekul asing sebagai sesuatu
yang berbeda, tetapi juga mampu membedakan jutaan molekul asing yang berbeda-beda.
Yang termasuk imun spesifik adalah limfosut yang dilengkapi dengan molekul asing spesifik
yang dikenal sebagai antigen. Selama perkembangan, limfosit secara tidak sengaja dibentuk
untuk menyerang sel tubuh sendiri sehingga tidak dapat berfungsi.
Perbedaan utama di kedua jenis respons ilmu ini adalah dalam hal sensivitas dan
pembentukan memoru terhadap antigen tertentu. Beberapa hal pada respons imun spesifik tidak
terdapat pada imun non-spesifik, namun kedua jenis respons ini saling meningkatkan efektivitas
dan respons imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara satu komponen dengan
komponen lain yang terdapat dalam sistem imun. Interaksi ini berlangsung bersama-sama
sehingga menghasilkan suatu aktivitas biologik yang seirama dan serasi serta merupakan
mekanisme yang terjadi tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain. Dengan masuknya kinin,
histamin, serta zat lain, neutrofil dan monosit dapat masuk menangkap, dan memfagosit
kerusakan serta kematian bakteri dan sel dari area luka. Apabila proses ini berjalan dengan baik
luka akan sembuh.
Dua kelompok besar imun: imunitas yang disertai oleh antibodi dan imunitas yang
diperantarai oleh sel imunitas seluler, hasil keduanya akan meningkatkan limfosit ke antigen
spesifik yang bertanggung jawab untuk imunitas humoral.

Sistem Imun
Semua mekanisme digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai
perlindungan terhadapt bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Imunitas mengacu kepada kemampuan tubuh menahan atau mengeliminasi benda asing atau sel
abnormal yang potensial berbahaya. Aktivitas yang berkaitan dengan sistem pertahanan imun
yang berperan penting dalam mengenali dan menghancurkan atau menetralisir benda-benda di
dalam tubuh yang dianggap asing oleh tubuh normal.
1. Pertahanan terhadap patogen atau mikroorganisme penyebab penyakir misalnya virus dan
bakteri.
2. Pengeluaran sel yang rusak misalnya sel darah merah yang sudah tua, jaringan yang sudah
rusak oleh trauma penyakit, penyembuhan luka serta perbaikan jaringan.
3. Identifikasi dan destruksi sel abnormal atau muatan yang berasal dari tubuh sendiri.
Fungsi ini diberi nama survenes immune, misalnya mekanisme pertahanan internal
terhadap kanker.
4. Respons imun yang tidak sesuai dapat menimbulkan alergi yaitu tubuh bereaksi terhadap
zat kimia dari lingkungan yang tidak berbahaya. Penyakit autoimun yaitu saat sistem
pertahanan secara salah menghasilkan antobodi terhadap tubuh sendiri sehingga terjadi
kerusakan sel-sel jenis tertentu di dalam tubuh.

Sasaran Utama Sistem Pertahanan Imun


Musuh asing yang utama dilawan oleh sistem imun adalah bakteri dan virus.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, tidak berinti, dan dilengkapi oleh semua
perangkat esensial bagi kelangsungan hidup produksinya. Bakteri patigen yang menginvasi tubuh
menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan penyakit dengan mengeluarkan enzim atau
toksin. Secara fisik mencederai/menganggu fungsi sel dan organ yang terkena. Daya patigan
utnuk menimbulkan penyakit dikenal sebagai virulensi.
Virus terdiri atas asam nuklat (DNA dan RNA) yang terbungkus di dalam selubung
protein, tidak memiliki perangkat untuk menghasilkan alergi dan membentuk protein. Virus tidak
mampi menjalankan metabolisme atau reproduksi, kecuali jika mereka menginvasi sel pejamu
(sel individu yang terinfeksi) dan mengambil alih fasilitas biokomia sel tersebut untuk
kepentingan mereka sendiri. Virus tidak sengaja melemahkan sumber energi sel pejamu untuk
menyintesis protein-protein yang diperlukan oleh replikasi (pengembalian) virus pada sel pejamu
berbeda sesuatu dengan jenis virus, tetapi virus juga dapat menimbulkan kerusakan atau kematian
sel melalui empat cara.
1. Deplasi komponen-komponen sel yang esensial oleh virus.
2. Pembentukan zat toksik bagi sel pejamu di bawah perintah virus.
3. Transformasi sel-sel pejamu normal menjadi sel kanker.
4. Penyatuan virus ke dalam sel sehingga mekanis pertahanan tubuh akan menghancurkan
sel karena sel tersebut tidak lagi dianggap sebagai sel normal (dianggap asing).

Sel Leukosit Sebagai Sistem Pertahanan


Sel leukosit bertanggung jawab atas berbagai strategi pertahanan imun yang terdiri atas bagian-
nagian berikut.
1. Neutrofil: spesifik fagosit yang sangat mudah bergerak dan memakan serta
menghancurkan bahan-bahan yang tidak diperlukan.
2. Eosinofil: mengeluarkan zat-zat kimia yang menghancurkan cacing, parasit, dan berperan
dalam manifestasi alergi.
3. Basofil: mengeluarkan histamin dan heparin dan juga terlibat dalam menifestasi reaksi
alergi.
4. Limfosit
a. Limfosit B. Berubah menjadi sel plasma yang mengeluarkan antibodi yang secara
tidak langsung menyebankan destruksi (penghancuran) benda asing.
b. Limfosit T. Berperan dalam imunitas yang diperantarai oleh sel imunitas seluler
dengan melibatkan destruksi langsung sel-sel yang terinvasi virus dan sel-sel muatan
melalui cara-cara nonfagosit.
5. Monosit berubah menjadi makrofag, yaitu spesialis fagositik yang berukuran besar dan
terikat ke jaringan.

Sistem Imun Spesifik


1. Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya.
2. Benda asing yang pertama timbul dalam bahan segera disensitisasi sel-sel sitem imun dan
akan dikenal dengan cepat kemudian dihancurkannya.
3. Dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh,
tetapi pada umumnya bekerja sama antara antibodi, komplemen, fagosit, dan antara sel T
makrofag.

Pertahanan Tubuh
1. Kekebalan aktif alami: diperoleh ketika sakit, dimana antobodi tetap di dalam darah
untuk mencegah serangan penyakit yang sama. Tie imun ini juga dihasilkan oleh apa yang
disebut infeksi non-klinis, di mana tubuh terpapar pada sejumlah kecil mikroorganisme
dalam jumlah yang tidak cukup untuk memunculkan suatu gejala definitif (gejala pasti)
tetapi cukup untuk menstimulasi produk antibodi.
2. Kekebalan aktif buatan: diberikan kepada anak-anak dan orang yang bepergian untuk
mencegah terkena penyakit yang serius atau fatal. Suntikan mikroorganisme yang sudah
mati atau hidup diberikan dan tubuh berespons dengan menghasilkan antibodi. Dengan
cara inilah imun aktif dibuat. Toksin yang tidak berbahaya juga digunakan untuk
memberikan imun tipe ini. Toksin adalah racun kimia yang dihasilkan mikroorganisme,
jika diberikan dalam kondisi tidak berbahaya toksin juga dapat bekerja sebagai antigen.
Mikroorganisme yang dilemahkan disebut vaksin dan toksin yang dilemahkan disebut
toksoid. Banyak penyakit dapat dicegah dengan imun aktif buatan. Beberapa penyakit
yang umum ialah batuk, difteri, campak, cacar, poliomielitis, dan tuberkolosis.
3. Kekebalan pasif alami: diperoleh bayi sebelum lahir sebagai antibodi yang diturunkan
ibu kepada janin.
4. Kekebalan pasif buatan: bermanfaat untuk mencegah penyakit dan untuk pengobatan.
Antibodi dihasilkan orang lain/hewan lalu disuntikkan ke dalam tubuh seseorang yang
beresiko. Kekebalan pasif selalu hidup dalam jangka waktu singkat sebagai aintibodi yang
dihancurkan setelah waktu singkat.
reaksi antigen-antibodi secara normal terjadi di dalam aliran darah dan dibawa oleh sistem
mikrofag monosit. Ketika reaksi imun terjadi di jaringan, sel-sel di dalamnnya rusak atau
hancur akibat efek samping reaksi tersebut, hal ini dikenal sebagai alergi. Reaksi alergi
sering disebabkan oleh substansi seperti protein yang disebut algergen. Reaksi alergi pada
jaringan membuat lepasnya histamin yang menyebabkan kemerahan dan pembengkakan
pada kulit seperti pada urtikaria dan menghasilkan cairan hangat, selain itu juga dapat
menyebabkan konstriksi otot polos pada saluran pernapasan sehingga menimbulkan asma.
5. Autoimun: suatu keadaan di mana tubuh membuat antibodi melawan selnya sendiri.
Banyak penyakit yang berasal dari autoimun di antaranya rematroid atritis dan demam
rematik.

Mekanisme Peradangan
Ketika salah satu bagian dari tubuh terluka seperti telapak kaki, maka kuman penyakit
akan masuk ke dalam telapak kaki yang terluka, kemudian kuman penyakit akan mengeluarkan
kinin, histamin, dan zat lain sehingga darah yang keluar semakin banyak. Hal ini menyebabkan
pembuluh darah bereduksi masuk ke dalam jari tangan yang terluka. Luka tersebut akan merah,
panas, sakit, bengkak sehingga fungsi kaki akan terganggu. Pembuluh darah membawa lebih
banyak nutrisi serta O2 ke daerah yang luka karena metabolisme bertambah dan suhu sel menjadi
panas. Jika proses ini berjalan dengan baik, maka luka akan cepat sembuh.
Masuknya kini, histamin dan zat lain pembuluh kapiler bocor menyebabkan terjadinya
edema dan protein menggumpal di daerah luka. Hal ini menimbulkan nyeri serta bengkak yang
berkangsung sementara kemudian terjadi batasan untuk bergerak sebelum luka sembuh. Saat
protein menggumpal di daerah luka, protein akan bertukar dengan fibrin sehingga luka akan
sembuh.

Perbedaan Antara Imunitas Seluler dan Imunitas Humoral


Respons Imunitas Seluler
Kekebalan terjadi karena adanya limfosit sel (sel limfosit) yang aktif dibuat oleh sel
limfosit T. Mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak secara intraseluler salah satunya
mikrofag, sulit dijangkau oleh antibodi. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler diperlukan
respons imun seluler yang merupakan fungsi limfosit T. Sinyal ini menginduksi limfosit untuk
memproduksi berbagai jenis limfokin yang dapat membantu mikrofag untuk menghancurkan
mikoorganisme.

Pertahanan seluler dalam sistem imun non-spesifik


1. Fagosit sel utama yang berperan ada pertahanan non-spesifik adalah sel monokular
(monosit dan makrofag) serta sel polimorf nuklear seperti netrofil. Kedua golongan
tersebut berasal dari sel hemopoetik.
2. Fagosit dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah timbulnya penyakit.
3. Kerja fagosit terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut: kematoksis, menangkap,
membunuh, dan mencerna.

Natural Killer Cel (Sel NK)


1. Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik yang sering
ditemukan dalam sirkulasi.
2. Disebut juga sebagai non B – non T atau sel populasi ketiga.
3. Dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma.
4. Interferon (interaksi antar sel) yang mempunyai pengaruh dalam mempercepat
pematangan dan meningkatkan sitolitik sel NK.

Respons Imun Humoral


Kekebalan terjadi karena adanya pembentukan antibodi sel plasma Devirat Limfosit B.
Setiap sel B mempunyai reseptor pada permukaannya yang berkaitan dengan antigen tertentu.
Bila sek B terpapar oleh antigen, sel B akan terangsang untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma,
kemudian sel plasma akan membuat antibodi yang akan disekresi ke sirkulasi darah, antibodi
tersebut adalah gamma globulin (Ig).
Diferensiasi limfosit B menjadi suatu populasi (klon) sel plas,a yang memproduksi dan
melepas antibodi spesifik ke dalam darah. Pada respons humoral berlaku respons primer yang
membentuk klon sel B memori.
Setiap klon limfosit diprogramkan untuk memproduksi satu jenis antibodi spesifik
terhadap antigen tertentu hasil sel populasi (clonal selection). Antibodi ini berkaitan dengan
antigen membentuk kompleks antigen antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen sehingga
mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Supaya limfosit B berdiferensiasi (berproses) dan
membentuk antibodi diperlukan bantuan limfosit T penolong atas sinyal tertentu.

Proses Respons Imun Humoral


Respons berbentuk antibodi pada pemaparan antigen pertama kali berjalan lambat dan
membutuhkan beberapa hari. Pada infeksi berikutnya, jumlah antibodi akan meningkat tajam. Hal
ini terjadi karena telah mendapat memori yang disimpan untuk meningkatkan pembentukan
antibodi.

Limfosit sel T dan Perannya terhadap Respons Imun


Limfosit sel T merupakan limfosit yang terdapat dalam sirkulasi pada awal
perkembangan dalam korteks timus. Sel T disebut juga Pro T. Dalam proses maturasi selanjutnya
berlangsung dalam medula, sebagaian antigen menghilang, sebagian menetap, dan muncul
antigen lain.
Sel tidak mengeluarkan antibodi, tetapi hanya berkontrak langsung dengan sasaran.
Proses ini dikenal dengan imunitas yang diperantarai oleh sel T. Setia[ sel T memiliki protein-
protein reseptor yang diaktifkan oleh antigen asing. Apabila antigen tersebut berada di
permukaan, maka sel dapat mengikat sel asing.
Terdapat tiga subpopulasi sel T yang memiliki peran setelah diaktifkan.
1. Sel T sitoksik: menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing
misalnya: sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan.
2. Sel T penolong: yang meningkatkan sel B aktif menjadi sel plasma, memperkuat
aktivitas sel T toksik dan sel T penekan yang sesuai dan mengaktifkan makrofag.
3. Sel T penekan: yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T
sitotoksik dan penolong.

Sebagian besar sel T tergolong populasi penolong ataupun penekan yang tidak secara
langsung ikut serta dalam destruksi patogen imunologik (terkait dengan imun). Sel ini secara
kolektif memodulasi aktivitas sel B dan sel T sitotoksik dan aktivitas makrofag.
Sel T memiliki umur panjang karena harus secara terus-menerus menghasilkan antibodi
setelah diubah menjadi sel plasma akibat stimulasi antigen. Dengan demikian imunisasi pada
respons seluler serupa dengan respons humoral, tetapi berlangsung lama. Sel T secara simultan
dapat menekan atau mempermudah sekresi antibodi sel B, selain itu juga dapat meningkatkan
atau menghambat kemampuan sel-sel T sitotoksik dalam menghancurkan sel korban.
Sel T penolong meningkatkan banyak aspek respons imun, terutama melalui sekresi limfokin
(imunitas perantaraan sel) yaitu sebagian dari zat-zat perantara kimiawi yang dihasilkan oleh sel
T.
1. Mengeluarkan faktor pertumbuhan sel B untuk meningkatkan kemampuan sel aktif dalam
menghasilkan antibodi.
2. Mengeluarkan faktor pertumbuhan, meningkatkan aktivitas sel T sitotoksik (rangsangan
spesifik) terhadap antigen yang masuk.
3. Sebagian zat kimia yang dihasilkan oleh sel T berfungsi menarik lebih banyak neutrofil
dan calon makrofag ke tempat invasi.
4. Meningkatkan data fagosit makrofag dalam mempertahankan tubuh dari bakteri
tuberkolosis yang biasa dilakukan oleh makrofag yang non-aktif.

Limfosit B Imunitas yang Diperantarai Antibodi


Setiap sel B memiliki reseptor di permukaannya untuk mengikat salah satu jenis antigen.
Pengikatan dengan antigen akan menyebabkan sel berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
menghasilkan antibodi yang mampu berkaitan dengan jenis antigen yang merangsang
pembentukan antibodi tersebut. Selama berdiferensiasi menjadi sel plasma, limfosit B
membengkak karena retikulum endoplasma sangat berkembang.
Antibodi dikeluarkan ke dalam darah atau limfe bergantung pada lokasi sel plasma yang
aktif, tetapi semua antibodi pada akhirnya memperoleh akses ke darah. Setiap antogen
merangsang limfosit B yang berbeda untuk menghasilkan antibodi.
Limfosit B berespons hanya terhadap satu dari jutaan jenis antigen yang lain. Antigen lain tidak
dapat berkaitan dengan sel B yang sama dan menginduksinya untuk menghasilkan antibodi yang
berbeda. Limfosit B tertentu membentuk satu keluarga yang terdiri atas sel identik yang memiliki
komitmen untuk menghasilkan antibodi spesifik yang sama. Sel-sel B tetap dominan untuk tidak
mengeluarkan produk antibodi khusus mereka, kecuali apabila mereka berkontak dengan antigen
yang sesuai.
Antibodi pertama yang dihasilkan oleh sel B yang baru terbentuk adalah
immunoglobulin (Ig) M yang berfungsi sebagai reseptor untuk mengikat antigen spesifik.
Pengikatan antigen yang sesuai ke sel B menghasilkan sekresi antibodi dalam jumlah besar,
sebagian kecil limfosit B berubah menjadi sel pengikat yang tidak ikut serta dalam respons imun
yang sedang berlangsung.

Respon Imun Primer dan Sekunder Akibat Terpapar Antigen

1. Respon imun primer


Pertemuan awal antara antigen dan antibodi disebut reaksi primer, tidak memberikan efek
yang dapat dilihat dengan cara biasa. Dalam kondisi yang tepat, reaksi primer sering
diteruskan dengan manifestasi (perwujudan) yang dapat dilihat.
Interaksi antara antigen dan antibodi yang termasuk reaksi primer merupakan tahan
pertama dalam rangkaian proses biokimia yang dapat atau tidak dapat melanjutkan dalam
reaksi sekunder atau tertier. Reaksi primer selain tidak dapat terlihat, juga berlangsung
hanya sekejap bahkan dapat berlangsung pada suhu rendah.
Pada pemberian antigen pertama, sel imunokompeten akan mengadakan diferensiasi
terhadap antigen yang kemudian berproliferasi lebih lanjut. Sebagian menjadi sel yang
akan membentuk zat anti (immunoglobulin) dan sebagian lagi dipersiapkan untuk
menghadapi masuknya antigen berikutnya. Bila antigen dapat dieliminasi oleh tubuh,
maka reaksi imunologi tubuh selesai.
2. Respons imun sekunder
Reaksi sekunder dapat berlangsung seperti reaksi primer. Reaksi sekunder merupakan
reaksi langsung dapat mengubah diri dengan bentuk reaksi lain yang bermanifestasi
sebagai gejala klinik seperti anafilaktik syok dan serum sickness, manifestasi tersebut
dinamakan sebagai reaksi tertier.
Pada pemberian antigen kedua atau benda asing, antigen pertama masih ada. Sel yang
telah dipersiapkan pada respons imun primer akan berprofilerasi dengan cepat, senagian
menjadi sel yang membentuk zat anti dan sebagian lagi berprofilerasi terus menjadi sel
memori.
Sel memori ialah kelompok sel yang peka terhadap antigen yang sama. Sel ini dapat
bertahan sampai beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun. Respons imun sekunder
berlangsung lebih cepat, zat anti yang dibentuk lebih banyak, dan berumur lebih lama.
Dengan adanya sel memori ini akan memacu pembentukan zat anti yang banyak secara
cepat, tetapi hanya dibutuhkan antigen dalam jumlah sedikit. Bila antigen dapat
dieliminasi dalam stadium ini, maka reaksi imunologis tubuh selesai tanpa terjadi
kerusakan tubuh.
Adakalanya hal ini tidak berakhir seperti itu, antigen masih tetap ada sehingga terjadi apa
yang disebut respons imun tertier. Saat antigen atau kerusakan genetik tubuh merupakan
faktor penyebabnya. Keadaan ini sangat merugikan tubuh karena terjadi kerusakan
imunologis oleh timbulnya Imunologically Mediated Disease (IMD)yang dapat
berlangsung sementara atau menetap, bergantung pada daya eliminasi antigen.

ANTIGEN DAN ANTIBODI

Antigen
Antigen atau imunogen adalah setiap bahan yang dapat menikbulkan imun spesifik pada
manusia dan hewan. Komponen antigen yang disebut determinan antigen adalah bagian antigen
yang dapat meningkatkan antibodi.
Determinan antigen (epitop) adalah komponen kimia terkecil dari suatu antigen yang
dapat membangkitkan respons imun. Suatu antigen dapat memiliki dua atau lebih molekul
determinan antigen, satu molekul pun dalam keadaan yang sesuai dapat menstimulasi respons
yang jelas.
Hapten adalah senyawa kecil yang jika sendirian tidak dapat mengiduksi respons imun,
tetapi senyawa ini menjadi imunologik jika bersatu dengan carrier (pembawa penyakit) yang
berat molekulnya besar seperti protein serum. Determinan antigen dengan berat molekul yang
rendah akan menjadi imunogen bila diikat oleh molekul besar (carrier) sehingga dapat
meningkatkan antibodi. Carrier sering digabung dengan hapten dalam pemberian imunisasi.
Hapten dapat berupa obat antibiotik, zat tambahan makanan, atau kosmetik. Banyak
senyawa dengan berat molekul kecil yang jika berkonjugasi dengan carrier dalam tubuh dapat
membentuk imunoginisitas, misalnya pada beberapa orang penisilin tersebut bergabung dengan
protein serum dan mampu memicu respons imun.

Pembagian Antigen
1. Antigen menurut epitop
a. Unideterminan uniseluler: hanya satu jenis determinan pada satu molekul.
b. Unidetarminan multivalent: beberapa jenis determinan ditemukan pada satu
molekul.
c. Multiterminan univalent: terdiri dari banyak epitop yang bermacam-macam, tetapi
hanya satu dari setiap macamnya (sebagian besar protein).
d. Multideterminan multivalent: banyak macam determinan dan banyak dari setiap
macam pada satu molekul yang dimiliki dan kompleks.
2. Antigen menurut spesifik
a. Heteroantigen: dimiliki banyak spesies.
b. Xenoantigen: banyak dimiliki oleh spesies tertentu.
c. Alloantigen (Isoantigen): spesifik untuk individu dalam satu spesies.
d. Antigen organ spesifik: hanya dimiliki oleh organ tertentu.
e. Auto antigen: dimiliki oleh tubuh itu sendiri.
3. Antigen menurut ketergantungan terhadap sel T.
a. T Dependent: memerlukan pengenalan oleh sel T dan sel B agar dapat
menimbulkan respons antibodi antigen dalam golongan lain.
b. T Independent: tidak merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk
antibodi berupa molekul besar yang dipecah dalam badan secara perlahan-lahan.
4. Antigen menurut sifat kimia.
a. Hidrat arang (polisakarida): umumnya bersifat imunogenik dan dapat
menimbulkan respons terutama pembentukan antibodi. Contoh: respons imun
yang ditimbulkan oleh golongan darah A, B, dan O berasal dari polisakarida pada
permukaan sel darah.
b. Lipid: biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat carrier
protein dan dianggap sebagai hapten. Contoh: sponilipid.
c. Asam nukleat: tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat carrier.
DNA terlihat dalam bentuk heliks (bentuk rantai)
d. Protein: kebanyakan protein adalah imunogenik, umumnya multi determinan dan
univalen (valensi satu)

Antibodi
Antibodi atau imunoglobin (Ig): adalah suatu protein yang dapat larut yang dihasilkan
oleh sistem imun sebagai respons terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khusus dengan
antigen tersebut. Antibodi merupakan golongan protein yang dibentuk sel plasma atau proliferasi
sel B akibat kontak dengan antigen yang menimbulkannya secara spesifik. Semua molekul
mempunyai 4 polipeptida dasar yang terdiri dari 2 rantai berat dan 2 rantai ringan yang identik,
dihubungkan satu sama lainnya dengan ikatan sulfida (senyawa sulfur).

Struktur Antibodi dalam Cairan dan Sekresi Tubuh


Sebuah molekul antibodi terdiri atas empat rantai polipeptida yaitu dua rantai berat
identik dan dua rantai ringan identik. Istilah berat atau ringan mengacu pada berat molekul
relatifnya. Rantai dihubungkan dengan ikatan disulfida dan ikatan lain yang membentuk molekul
berbentuk Y ini untuk memungkinkan terjadinya perubahan bentuk saat bereaksi dengan jumlah
antigen maksimum. Rantai berat-ringan terletak di bagian ujung lengan Y. Bagian ini membentuk
dua sisi yang mengikat antigen, setiap antibodi memiliki minimal dua sisi pengikat yang disebut
bivalen.
Antibodi memperkuat respons peradangan untuk meningkatkan destruksi antigen yang
merangsang produksi antibodi. Antibodi dikeluarkan ke dalam darah atau limfe tergantung pada
lokasi sel plasma yang aktif. Akan tetapi, semua antibodi pada akhirnya memperoleh akses ke
darah di mana antibodi tersebut dikenal sebagai globulin gamma atau imunoglobulin. Menurut
perbedaan dalam aktivitas biologisnya, antibodi dikelompokkan menjadi 5 (lima) subkelas, yaitu
sebagai berikut:
1. Imunoglobulin M (IgM): antibodi pertama yang dibentuk oleh respons imun. Nama M
berasal dari makroglobulin yang merupakan imunologi terbesar. Sebagian besar sel B
mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen dan dibentuk paling
dahulu pada respons imun primer. IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B
sebagai tempat antigen melekat dan disekresikan pada awal respons sel plasma.
2. Imunoglobulin G (IgG): berperan pada imunitas seluler karena dapat merusak antigen
seluler melalui interaksi dalam sistem komplemen atau melalui efek sitolitik killer cell.
Jumlah IgG sangat banyak di dalam darah dan dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh
terpajan ulang ke antigen yang sama. Bersama antibodi, IgG, dan IgM bertanggung jawab
pada sebagian besar respons imun spesifik terhadap bakteri dan beberapa jenis virus.
3. Imunoglobulin E (IgE): disebut juga antibodi raegenik dan merupakan imun dengan
jumlah yang sedikit dalam serum, tetapi efeknya sangat efisien. IgE dibentuk setempat
oleh plasma dalam selaput lendir saluran napas dan saluran cerna. Jumlah IgE tinggi
ditemukan pada alergi dan infeksi cacing skistomisomiasis. Mediator antibodi untuk
respons alergi misalnya: hemoragik fever, asma, dan biduran.
4. Imunoglobulin A (IgA): ditemukan dalam jumlah sedikit serum. IgA dalam serum
maupun sekresi dapat menetralisir toksin dan virus, serta mencegah terjadinya kontak
antara toksin dan virus dengan sel alat sasaran. IgA dalam serum dapat mengaglutinasi
dan mengganggu motilitas kuman sehingga memudahkan fagositosis. IgA ditemukan
dalam sekresi sistem pencernaan, pernapasan, dan genital urinaria serta di dalam air susu
dan air mata.
5. Imunoglobulin D (IgD): ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam sirkulasi
karena IgD tidak dilepas oleh sel plasma dan sangat rentan terhadap degradasi oleh proses
proteolitik. IgD merupakan komponen permukaan utama dari sel B dari diferensiasi yang
lebih matang. IgD mempunyai aktivitas antibodi terhadap antigen berbagai makanan dan
auto antigen seperti komponen nukleus. IgD ditemukan bersama IgM pada permukaan sel
B sebagai reseptor antigen yang diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun bila sel
dihadapkan pada antigen.

Klasifikasi ini didasarkan pada cara-cara antibodi berfungsi, protein dari kelima subklas
tersebut terdiri atas empat rantai polipeptide yang saling berhubungan dan tersusun seperti huruf
Y. Setiap antibodi hanya dapat berintegrasi dengan satu jenis antigen yang secara spesifik cocok
dengannya seperti kunci dan anak kunci. Variasi yang luar biasa dalam fragmen-fragmen tempat
pengikatan antigen ini membentuk sejumlah besar antibodi yang mampu berkaitan secara spesifik
dengan jutaan jenis antigen.

Efek Antibodi dan Bagaimana Efek Ini Dihasilkan


Fungsi antibodi yang paling penting adalah meningkatkan respons imun spesifik yang
sudah dimulai oleh masuknya zat asing. Antibodi memberi tanda atau mengidentifikasi benda
asing sebagai suatu sasaran yang harus dihancurkan oleh sistem komponen fagosit atau sel-sel
pembunuh. Sementara itu, antibodi meningkatkan aktivitas dengan berbagai sistem pertahanan
sebagai berikut.
1. Pengaktifan sistem komplemen: apabila suatu antigen yang sesuai berikatan dengan
antibodinya, reseptor antibodi akan mengaktifkan komponen sistem komplemen dan
menyebabkan terbentuknya membrane attek plex untuk melaksanakan fungsi protektif.
2. Meningkatkan fagosit: terutama IgG berfungsi sebagai opsonin yang berkaitan dengan
antigen dan mampu mengikat reseptor di permukaan fagosit dan mempemudah fagositosis
korban yang mengandung antigen yang melekat ke antibodi.
3. Stimulasi sel penuh: pengikatan antibodi ke antogen menginduksi serangan sel pembawa
antigen. Sel sasaran sebelum dihancurkan dilapisi oleh antibodi agar dapat dihancurkan
memalui proses lisis.

Dengan cara-cara tersebut antibodi mampu secara langsung menghancurkan bakteri atau
bahan lain yang tidak diperlukan serta dapat menyebabkan destruksi antigen yang melekat
padanya secara spesifik untuk memperkuat mekanisme pertahanan letal non-spesifik yang lain.
Respons antigen-antibodi yang berlebihan dapat merusak sel-sel normal serta sel-sel asing.
Penyakit kompleks imun juga dapat terjadi akibat aktivitas peradangan yang berlebihan yang
disebabkan adanya kompleks imun yang terbentuk oleh antigen tubuh sendiri dan antibodi yang
terbentuk.
Fungsi antibodi adalah sebagai berikut.
1. Mempertahankan tubuh terhadap berbagai penyerangan mikroorganisme asing melalui
beberapa cara.
2. Membantu tubuh untuk membersihkan diri dari mikroorganisme penyerang dengan cara
memfasilitasi fagosit.
3. Meningkatkan pelepasan substansi vasoaktif, seperti histamin.

HORMON PADA RESPONS IMUN


Imunitas Aktif
Didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau toksin sehingga tubuh
memproduksi antibodinya sendiri. Pembentukan antibodi akibat pajanan ke suatu antigen
terhadap antigen tersebut agar dapat memperoleh antibodi adalah dengan cara pemindahan
langsung antibodi yang dibentuk oleh orang lain.
1. Imunitas aktif dapat sevara alamiah terjadi jika seorang terpapar satu penyakit dan sistem
imun memproduksi antibodi secara khusus. Imunitas ini dapat bersifat seumur hidup
(campak dan cacar) atau sementara (pneunomia dan gonorhoe)
2. Imunitas aktif dapat secara buatan (terinduksi), merupakan hasil vaksinasi. Vaksin dibuat
dari patogen yang mati, dilemahkan, atau toksin yang telah diubah. Vaksin ini dapat
merangsang repsons imun, tetapi tidak menyebabkan penyakit.
Antibodi tertentu semual dianggap terdapat secara alamiah di dalam tubuh, antibodi
yang berkaitan dengan golongan darah merupakan salah satu contoh antibodi alamiah. Membran
permukaan eritrosit manusia mengandung antigen yang diwariskan dari orangtua dan bervariasi
bergantung pada golongan darah. Antibodi ini dianggap sebagai antibodi alamiah.
Interaksi antibodi dengan atigen yang terikat ke eritrosit yang menyebabkan aglutinasi
(penggumpalan/hemolisis) sel darah merah yang bersangkutan akan pecah. Aglutinasi dan
hemolisis sel darah merah donor oleh antibodi di plasma resipien dapat menimbulkan reaksi
transfusi yang terkadang fatal. Gumpalan eritrosit donor dapat menyumbat pembuluh darah
halus. Selain itu, konsekuensi yang paling membahayakan dari ketidakcocokan tranfusi adalah
gagal ginjal akut akibat dikeluarkannya sejumlah besar hemoglobin dari eritrosit donor yang
rusak.
Faktor Rh (Rhesus factor): suatu antigen eritrosit yang pertama ditemukan dalam darah
monyet sehingga diberi nama rhesus. Dikatakan memiliki darah Rh positif jika terdapat faktor
Rh, sementara yang tidak memiliki faktor Rh dianggap Rh negatif. Antibodi Rh diproduksi hanya
oleh individu Rh negatif sewaktu mereka pertama kali terpajan ke antigen Rh asing yang terdapat
di dalam darah Rh positif.
Transfusi darah Rh positif berikutnya pada orang dengan Rh negatif yang telah
tersensitisasi tersebut menimbulkan reaksi transfusi. Individu Rh positif sebaliknya tidak pernah
menghasilkan antibodi terhadap faktor Rh yang mereka miliki sendiri. Dengan demikian,
individu Rh Positif dapat dengan aman menerima darah Rh positif maupun Rh negatif.
Faktor Rh terutama penting dalam dunia kedokteran pada kasus seorang ibu dengan Rh negatif
yang membentuk antobodi terhadap eritrosit janin Rh positif yang dikandungnya dan
menimbulkan penyakit yang disebut Eritroblastosis atau penyakit hemolitik pada bayi yang baru
lahir.

Imunitas Pasif
Terjadi jika antibodi dipindahkan dari satu individu ke individu lain.
1. Imunitas pasif alami: terjadi pada janin pada saat antobodi IgG ibu masuk menembus
plasenta. Antibodi IgG memberi perlindungan sementara (mingguan-bulanan) pada sitem
imun yang imatur (tidak matang).
2. Imunitas pasif buatan: imunitas yang diberikan melalui injeksi antibodi yang diproduksi
oleh orang atau heran yang kebal karena pernah terpapar suatu antigen. Misalnya antibodi
dari kuda yang sudah kebal terhadap racun ular tertentu dapat diinjeksikan pada individu
yang dipatuk ular sejenis.
Imunitas pasif merupakan imunitas pinjaman yang diperoleh segera setelah menerima
antobodi yang sudah dikenal. Pemindahan antibodi kelas IgG secara normal terjadi dari ibu ke
janin melewati plasenta selama perkembangan intrauterus. Selain itu, kolostrum (susu pertama)
yang dihasilkan oleh ibu telah mengandung antibodi IgA yang dapat menambah perlindungan
bayi yang disusui.
Antibodi yang dipindahkan secara pasif biasanya diuraikan dalam waktu kurang dari
satu bulan, tetapi sementara itu bayi baru lahir mendapatkan perlindungan imun penting yang
dimiliki ibu sampai bayi tersebut secara aktif mulai membentuk sendiri respons imunnya.
Kemampuan membentuk antibodi belum muncul sampai satu bulan setelah lahir.
Imunitas pasif secara klinis bertujuan untuk menghasilkan perlindungan segera dan
meningkatkan resistensi terhadap suatu agen infeksius yang sangat virulen (efek patologis) dan
berpotensial mematikan yang terpajan pada orang yang bersangkutan misalnya: virus rabies,
toksin tetanus pada individu yang belum di imunisasi dan bisa ular. Biasanya antibodi yang
diberikan di dapat dari sumber lain (bukan dari manusia) yang telah terpajan ke bentuk antigen
yang sudah dilemahkan.
Untuk memperoleh antibodi dalam jumlah besar, sering digunakan kuda atau sapi.
Penyuntikan yang mengandung antibodi ini (antiserum atau antitoksin) bermanfaat untuk
menghasilkan proteksi segera terhadap penyakit atau toksin tertentu. Penerima mungkin
membentuk repons imun terhadap antibodi yang diberikan tersebut, karena antibodi ini adalah
protein asing yang dapat berakibat reaksi alergi hebat yang dikenal sebagai serum sickness.

Tabel 13.1 Imunias aktif versus imunitas pasif.

Karakteristik Imun positif Imun Pasif


Pajanan ke antigen yang Ya, baik melalui pajanan Tidak.
diperlukan untuk membantu alamiah selama infeksi atau
imunitas. melalui pajanan buatan
selama vaksinasi.

Sumber antibodi dalam Antibodi dibentuk sendiri Antibodi pinjaman yaitu


darah. jika tubuh terpajan ke dihasilkan oleh sumber lain
antigen. dan dipindahkan ke individu,
baik secara alamiah melalui
plasenta atau susu ibu ke
anak ataupun suntikan
antibodi yang diambil dari
hewan yang divaksinasi.

Memerlukan penyuntikan. Penyuntikan antigen yang Penyuntikan antibodi


telah dilemahkan diperlukan pinjaman diperlukan untuk
untuk merangsang imunitas menimbulkan imunitas pasif
aktif buatan (artificial). buatan (artificial) segera
setelah tubuh mendapat
antibodi pinjaman tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk Diperlukan waktu beberapa
membentuk resistensi minggu (respons primer Segera setelah tubuh
terhadap pajanan antigen. terhadap antigen) sampai mendapatkan antibodi
beberapa hari (respons pinjaman tersebut.
sekunder terhadap antigen)
untuk membentuk antibodi.

Lama resistensi. Lama: mungkin seumur


hidup. Singkat: kurang dari sebulan.
Indikasi penambahan
artifisial imunitas jenis ini. Jauh sebelum perpajan Segera setelah rerpajan ke
kepatogen virulen agar virus yang sangat virulen
tersedia cukup waktu bagi atau toksin yang dapat
klon sel B yang sesuai untuk mematikan. Jika diperlukan,
berespons, diperlukan boster lakukan proteksi segera
untuk mempertahankan (daripada menunggu imunitas
imunitas aktif. yang muncul lebih lambat).

Gangguan Autoimun, Imunodefisiensi, Dan Alergi


Abnormalitas fungsi sistem imun menyebabkan timbulnya penyakit imun melalui dua
cara (penyakit defisiensi dan serangan imun yang tidak sesuai).
Penyakit defisiensi: terjadi apabila sistem imun gagal berespons secara adekuat terhadap
invasi (serangan) benda asing. Keadaan ini dapat bersifat kongenital (sejak lahir) atau non-
herediter. Penderita memiliki pertahanan yang sangat terbatas terhadap organisme patogen.
Penderita dapat meninggal ketika bayi kecuali hidup dalam lingkungan yang bebas kuman.
Penyakit defisiensi imun yang paling baru dan paling sering dijumpai adalah AIDS yang
disebabkan oleh HIV, suatu virus yang menyerang dan melumpuhkan sel T penolong.
Serangan imun yang tidak sesuai: serangan imun spesifik yang tidak sesuai dan menimbulkan
reaksi yang merugikan tubuh mencakup hal-hal berikut ini.
1. Respons autoimun: yaitu sistem imun yang menyerang jaringan tubuh sendiri.
2. Penyakit kompleks imun: respon antibodi yang berlebihan dan merusak jaringan
normal.
3. Alergi: akusisi (pemindahan) reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai atau
hipersensitivitas terhadap bahan lingkungan yang dalam keadaan normal tidak berbahaya
misalnya debu, serbuk sari, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem imun adalah sebagai berikut.


1. Usia.
Frekuensi dan intensitas infeksi meningkat pada usia lanjut serta terjadi penurutan
kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme yang menginvasi,
terganggunya fungsi limfosit T dan B, menurunnya fungsi sistem organ yang berkaitan
seperti lambung, sel kemih, jaringan paru, penipisan kulit, neuropati perifer, dan
penurunan sensibilitas sirkulasi.
2. Gender (jenis kelamin).
a. Estrogen memodulasi aktivitas limfosit T (sel supressor).
b. Androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interkulin 2 dan aktivitas sel
supresor.
c. Estrogen cendering mengalakkan imunitas, sedangkan androgen bersifat
imunosupresif.
3. Nutrisi.
a. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh insufisiensi protein kalori terjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA dan protein.
b. Vitamin akan membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel imun.
c. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan, selenium, dan
zink) akan menyukresi fungsi imun.
4. Faktor psikoneuro imunologi.
a. Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmiter dan hormon-hormon endokrin.
b. Proses imun dapat memengaruhi fungsi neural dan endokrin termasuk perilaku.
5. Kelainan organ lain.
a. Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain, infeksi, dan kanker dapat
mengubah fungsi sistem imun.
b. Hilangnya serum dalam jumlah besar akan menimbulkan deplesi (kehilangan) protein
tubuh yang esensial termasuk imunoglobulin stesor fisiologik dan psikologik. Stres
karena pembedahan atau cedera akan menstimulasi (mendorong) pelepasan kortisol
dari korteks adrenal sehingga menyebabkan supresi respons imun yang normal.

Anda mungkin juga menyukai