Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PERMA 2 TAHUN 2021

PERUBAHAN PENGATURAN PENGAJUAN KEBERATAN DAN PENITIPAN


GANTI KERUGIAN KE PENGADILAN NEGERI DALAM PENGADAAN
TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

I GUSTI AGUNG SUMANATHA, S.H., M.H.


KETUA KAMAR PERDATA
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
POIN-POIN PERUBAHAN PENGAJUAN KEBERATAN DAN PENITIPAN GANTI
KERUGIAN DALAM PERMA 2/2021 YANG MENGUBAH PERMA 3/2016 (7 POIN)

1 Kewajiban Pemohon Menyetor Uang Ganti Kerugian ke PN Saat Pendaftaran Permohonan.

2 Penegasan hari adalah hari kalender bukan hari kerja.

3 Tenggang Waktu Penyelesaian Permohonan Penitipan Paling Lama 14 hari.

4 Pemenuhan Kelengkapan Dokumen Tempat Tinggal/Kedudukan Termohon.

5 Pemberitahuan Kepada Bank Jika Objek Pengadaan Tanah Diletakkan Sita/Menjadi Jaminan.

6 Penegasan Pengaturan Panggilan/Pemberitahuan Delegasi.

Penegasan Dasar Penghitungan Tenggang Waktu Pengajuan Keberatan atas Bentuk


7
dan/atau Besarnya Ganti Kerugian.
Kewajiban Pemohon Menyetor Uang Ganti Kerugian ke Pengadilan
1
Saat Pendaftaran Permohonan Bukan Setelah Penetapan

NORMA AWAL (UU) PERATURAN PELAKSANAAN IMPLEMENTASI OLEH MAHKAMAH AGUNG

Diatur Lebih Lanjut dalam Peraturan


Presiden Nomor 71 Tahun 2012
Pengaturan atas 2 (dua) hal:
1. Keberatan atas Bentuk
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Mahkamah Agung kemudian menerbitkan
dan/atau Besarnya Ganti Tanah bagi Pembangunan untuk Peraturan Mahkamah Agung (Perma)
Kerugian dan Kepentingan Umum yang telah diubah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara
beberapa kali, terakhir dengan
2. Permohonan Penitipan Ganti Pengajuan dan Penitipan Ganti Kerugian
Kerugian ke Pengadilan: Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun
Semula diatur di dalam Pasal 37, 2015 tentang Perubahan Keempat Atas
ke Pengadilan Dalam Pengadaan Tanah
38 dan 42 UU 2/2012 Pengadaan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk
2012 tentang Penyelenggaraan Umum
Kepentingan Umum.
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum.
Alasan Permohonan Penitipan Ganti Kerugian ke Pengadilan/Konsinyasi

6 (enam) Alasan Konsinyasi:


1) Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil musyawarah penetapan ganti kerugian tetapi
tidak mengajukan keberatan ke pengadilan, atau mengajukan keberatan ke pengadilan dan terhadap putusan pengadilan/Mahkamah Agung
yang telah berkekuatan hukum tetap, tidak bersedia menerima Ganti Kerugian;
2) Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak diketahui dan/atau tidak diketahui keberadaannya;
3) Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian sedang menjadi objek perkara di pengadilan;
4) Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian masih dipersengketakan kepemilikannya;
5) Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau
6) Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian menjadi jaminan di Bank.

Proses Permohonan Hingga Dijatuhkannya Penetapan Pengadilan yang Mengabulkan dan Menyatakan
Sah Penyimpanan dan Penitipan Uang Ganti Kerugian TIDAK MENGUBAH Besaran Nilai Ganti Kerugian.

Terhadap Proses Permohonan Penitipan Ganti Kerugian ke Pengadilan, UU dan Peraturan Presiden serta Perma
3/2016 Tidak Mengatur Jangka Waktu Penyelesaian Pemeriksaannya di Pengadilan Mulai dari Penerimaan
Permohonan Secara Lengkap Hingga Penerbitan Penetapan oleh Pengadilan.
Oleh Karena hingga lewat 3 (tiga) bulan sejak
Pada 2 November 2020 diberlakukan UU diundangkan UU Cipta Kerja, Pemerintah belum
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang Oleh karena dalam aturan Menerbitkan Peraturan Pelaksanaan UU Cipta Kerja
pada Pasal 123 mengubah ketentuan sebelumnya yaitu UU 2/2012, (Walaupun di kemudian hari lahir PP 19/2021 yang
Pasal 42 UU 2/2012 dengan mengatur: Peraturan Presiden, dan Perma
 Pasal 42 ayat (1)
disebutkan diundangkan 2 Februari 2021, tapi publik
3/2016 Tidak Mengatur Jangka Waktu
“Dalam hal Pihak yang Berhak baru mengetahui PP tersebut jauh hari kemudian),
Penyelesaian Pemeriksaannya di
menolak bentuk dan/atau besarnya
Pengadilan, maka Mahkamah Agung
maka sambil melakukan penyusunan Perubahan
Ganti Kerugian berdasarkan hasil Perma 3/2016, pada tanggal 2 Februari 2021, MA
musyawarah sebagaimana dimaksud memaknai Pengaturan Pasal 123 UU
11/2021 Cipta Kerja pada Pasal 42 menerbitkan Surat Edaran Mahkamah Agung
dalam Pasal 37, atau putusan
pengadilan negeri /Mahkamah ayat (3) terkait Jangka Waktu 14 (SEMA) Nomor 2 Tahun 2021 yang pada pokoknya
Agung sebagaimana dimaksud (empat belas) hari adalah Batasan memberikan pedoman kepada Para Hakim supaya
dalam Pasal 38, Ganti Kerugian waktu sejak Permohonan Penitipan Permohonan Penitipan Ganti Kerugian yang diatur
dititipkan di pengadilan negeri dalam Perma 3/2016 agar diselesaikan dalam waktu
Ganti Kerugian Dinyatakan Lengkap
setempat.
 Pasal 42 ayat (3): dan Didaftar Hingga Penerbitan 14 hari sesuai ketentuan UU Cipta Kerja terhitung
“Pengadilan negeri paling lama dalam Penetapan oleh Pengadilan yang sejak permohonan dinyatakan lengkap dan
jangka waktu 14 (empat belas) hari Mengabulkan dan Mengesahkan diregistrasi (didaftar) oleh Kepaniteraan hingga
wajib menerima penitipan Ganti Penyimpanan dan Penitipan Ganti pengucapan Penetapan Pengadilan.
Kerugian.” Kerugian.
Beberapa waktu kemudian, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Walaupun di dalam PP disebutkan bahwa PP
diundangkan pada tanggal 2 Februari 2021, akan tetapi senyatanya PP tersebut baru bisa diketahui/diakses publik
beberapa waktu yang agak lama kemudian. PP tersebut selain mencabut berbagai Peraturan Presiden yang sebelumnya
mengatur Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yaitu Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 sekaligus sebagai
peraturan pelaksanaan UU Cipta Kerja.

PP 19/2021 materi muatannya berbeda bahkan bertentangan dengan Undang-Undang Cipta Kerja, KUHPerdata dan
Undang-Undang Lain.

Pasal 89 ayat (2), ayat (5) dan ayat (6) PP 19/2021 mengatur:
 Ayat (2) Penitipan Ganti Kerugian diserahkan kepada Pengadilan Negeri pada wilayah lokasi pembangunan untuk
Kepentingan Umum setelah dilakukan penetapan persetujuan penitipan oleh Pengadilan Negeri.
 Ayat (5) Pelaksanaan penitipan Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat dalam berita acara
penitipan Ganti Kerugian.
 Ayat (6) Pengadilan Negeri paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) Hari wajib menerima penitipan
Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
Sesuai KUHPerdata dan Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan
Dalam Empat Lingkungan Peradilan (Buku II) Mahkamah Agung, Uang Ganti Kerugian wajib
terlebih dahulu diserahkan ke Pengadilan Sebelum Pengadilan Menjatuhkan Penetapan yang
dalam Perma 2 Tahun 2021 tentang Perubahan Perma 3/2016 ditegaskan bahwa Penyetoran
ke rekening Pengadilan Wajib dilakukan pada saat melakukan Pendaftaran Permohonan
Penitipan Ganti Kerugian.
Pada Tanggal 26 Juli 2021, Mahkamah Agung Memberlakukan Perma 2 Tahun 2021 sebagai Perubahan
Perma 3 Tahun 2016 yang sebagian besar substansi perubahan menyangkut tata cara proses
permohonan penitipan ganti kerugian hingga dikeluarkannya penetapan pengadilan.

Perma 2/2021 Tegas Mengatur bahwa Pemohon Wajib Menyetor Uang Ganti Kerugian ke Pengadilan Saat
Pendaftaran Permohonan. Selain memenuhi persyaratan lain dan membayar panjar biaya perkara, Pemohon
wajib menunjukkan bukti penyetoran uang Ganti Kerugian ke rekening Pengadilan melalui Bank agar
permohonannya dapat didaftar (Pasal 25 ayat (1), ayat (3) huruf l dan ayat (4) Perma 2/2021).
Pengaturan ini dilandasi oleh 2 (dua) alasan yaitu Yuridis dan Sosiologis:
a. Yuridis Berdasarkan KUHPerdata.
b. Sosiologis berdasarkan Implementasi dalam Tataran Praktik:
- Dalam Proses Penitipan Ganti Kerugian, Pengadilan Tidak Mengubah Besaran Jumlah Uang
Penetapan Ganti Kerugian.
- Banyak Pemohon/Instansi yang Memerlukan Tanah yang Tidak Segera Menyetor Uang Ganti
Kerugian Setelah dijatuhkan Penetapan.
a. Alasan Yuridis Konsinyasi/Penetapan Ganti Kerugian dalam KUHPerdata Wajib Dilakukan Sebelum Penetapan

Norma Konsinyasi dalam Konsinyasi/Penitipan Ganti Kerugian Menurut KUHPerdata


WAJIB DILAKUKAN Sebelum Penetapan Pengadilan yaitu
KUHPerdata Pada Saat Pendaftaran Permohonan

 Dengan demikian dalam proses penitipan uang Buku Pedoman Pelaksanaan


Prinsip dan norma penitipan Ganti Kerugian ke ganti kerugian ke Pengadilan yang diawali dari Tugas dan Administrasi
tahapan pendaftaran permohonan oleh
Pengadilan dalam Pengadaan Tanah untuk Pengadilan Dalam Empat
Kepentingan Umum mengikuti prinsip dan Pemohon/Instansi yang Memerlukan Tanah,
norma penawaran pembayaran tunai diikuti penawaran kepada berpiutang (Pihak yang Lingkungan Peradilan (Buku II)
oleh penyimpanan atau penitipan (konsinyasi) Berhak) dan penyimpanan/penitipan ke Mahkamah Agung
yang diatur di dalam Pasal 1404 s.d. 1412 pengadilan dan diakhiri dengan suatu Penetapan
KUHPerdata. Pengadilan yang menurut Pasal 1408 KUHPerdata
Penetapan Pengadilan mempunyai kekuatan
Pasal 1408 KUHPerdata menyatakan bahwa hukum mutlak (tetap) yaitu tidak ada upaya
apabila si berutang sendiri sudah memperoleh hukum apapun atas Penetapan tersebut, Pasal
suatu putusan/penetapan Hakim yang telah
1408 KUHPerdata tersebut menegaskan bahwa
memperoleh kekuatan mutlak dan dengan
putusan itu penawaran yang dilakukannya telah
dalam hal sudah terdapat Penetapan Pengadilan,
dinyatakan sah, ia tak dapat lagi mengambil ia tak dapat lagi mengambil kembali apa yang
kembali apa yang dititipkan, untuk kerugian dititipkan.
teman-temannya berutang dan para  Kalimat yang demikian menunjukkan bahwa uang
penanggung utang, meskipun dengan izin si ganti kerugian telah dititipkan atau diserahkan ke
berpiutang. Pengadilan oleh Pemohon sebelum Pengadilan
menerbitkan Penetapan.
b. Alasan Sosiologis Praktis
i) BESARAN UANG GANTI
KERUGIAN TETAP (TIDAK BERUBAH) ii) PENYETORAN UANG GANTI KERUGIAN
SETELAH PENETAPAN MENIMBULKAN MASALAH

 Dalam Proses Penitipan


Ganti Kerugian,
Penetapan Pengadilan yang mengabulkan,
Pengadilan Tidak mengesahkan, atau menyatakan berharga
Mengubah Besaran Praktik penyetoran uang ganti
Penitipan Ganti Kerugian adalah produk hukum
Jumlah Uang Penetapan kerugian setelah Penetapan
selama ini menimbulkan masalah
pengadilan. Tidak dilaksanakannya Penetapan
Ganti Kerugian.
 Karena itu penyetoran bagi Pengadilan dan tersebut oleh Pemohon atau Instansi yang
uang ganti kerugian dari Masyarakat/Termohon/Pihak memerlukan Tanah yang tidak segera
awal Pendaftaran tidak yang Berhak. menyetorkan uang ganti kerugian ke rekening
akan menimbulkan
Banyak Pemohon/Instansi yang Pengadilan sementara masyarakat/Pihak yang
implikasi hukum bagi
Pemohon maupun Memerlukan Tanah yang Tidak Berhak akan segera mengambil, berpotensi
Termohon terkait Segera Menyetor Uang Ganti mengurangi kewibawaan pengadilan dan
jumlah/besaran ganti Kerugian Setelah dijatuhkan
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
Kerugian. Penetapan.
lembaga peradilan.
Beberapa Contoh Penetapan Pengadilan terkait Penitipan Ganti Kerugian yang Tidak Segera dilaksanakan oleh
Pemohon/Instansi yang Memerlukan tanah (Lebih Kurang sebulan sampai dengan 62 hari kemudian setelah ditegur
Pengadilan baru dititipkan):

1. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 01/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
2. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 02/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
3. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 03/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
4. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 04/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
5. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 05/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
6. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 06/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Maret 2021.
7. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 07/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
8. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 08/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
9. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 09/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Maret 2021.
10. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 10/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 25 Maret 2021.
11. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 11/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
12. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 12/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
13. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 13/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Februari 2021.
14. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor 14/Pdt.P/Kons/2020/PN.Jkt.Utr. Tanggal 17 Maret 2021.
15. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 42/Pdt.P/KONS/2020/PN.Jkt.Tim tanggal 22 Januari 2021.
16. Penetapan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor 5/Pdt.P./KON/2020/PN.BLS, dan
17. Penetapan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor 6/Pdt.P./KON/2020/PN.BLS.
2 PENEGASAN HARI ADALAH HARI KALENDER BUKAN HARI KERJA

HARI ADALAH HARI KALENDER

Dalam Perma 2/2021 Pasal 1 angka 13 diubah, hari


Semula dalam Pasal 1 dinyatakan sebagai hari kalender bukan hari kerja,
angka 13 Perma 3/2016 berdasarkan Kebijakan Mahkamah Agung dalam rangka
dinyatakan bahwa menyesuaikan dengan Undang-Undang yang mengatur
Keseluruhan istilah Hari upaya hukum banding, kasasi, dan PK yang menyebutkan
sebagai Hari Kerja hari adalah hari kalender dan upaya mempercepat proses
penyelesaian perkara.
3
Tenggang Waktu Penyelesaian Permohonan Penitipan Paling Lama 14
Hari
Pasal 123 UU Cipta Kerja
mengubah Pasal 42 UU 2/2012 Akan tetapi PP 19/2021 pada Pasal 89 Rumusan Pasal 89 ayat (6) PP
dengan mengatur pada Pasal 42 ayat (6) justru menyatakan Pengadilan 19/2021 yang mewajibkan
ayat (3) Pengadilan Negeri paling Negeri paling lama dalam jangka waktu Pengadilan paling lama untuk
lama dalam jangka waktu 14 hari 14 (empat belas) Hari wajib menerima menerima penitipan ganti kerugian
wajib menerima penitipan Ganti juga tidak tepat. Seharusnya pasal
penitipan Ganti Kerugian, sehingga PP
Kerugian. tersebut merumuskan bahwa subjek
MA menerjemahkan perubahan
19/2021 mengartikan jangka waktu 14 hukum yang dibebani kewajiban
melalui SEMA 2 Tahun 2021 hari adalah sejak dijatuhkan Penetapan bukan Pengadilan, tetapi
bahwa jangka waktu 14 hari atau setelah Penetapan hingga Pemohon/Instansi yang Memerlukan
adalah sejak permohonan diterimanya uang oleh pengadilan. Tanah.
dinyatakan lengkap dan Pemaknaan PP bertentangan dengan Bagaimana mungkin Pengadilan akan
diregistrasi (didaftar) oleh bunyi UU Cipta Kerja. dapat melaksanakan kewajiban
Kepaniteraan hingga pengucapan menerima penitipan ganti kerugian,
Penetapan Pengadilan. kalau Pemohon tidak diwajibkan
menyerahkan ganti kerugian?

Jadi Sesuai UU Cipta Kerja dan SEMA 2 Tahun 2021, maka Perma 2/2021 menegaskan bahwa jangka waktu 14 hari
adalah jangka waktu sejak permohonan dinyatakan lengkap dan diregistrasi (didaftar) oleh Kepaniteraan hingga
pengucapan Penetapan Pengadilan (Bukan jangka waktu setelah Pengadilan Mengeluarkan Penetapan).
4 Pemenuhan Kelengkapan Dokumen Tempat Tinggal/Kedudukan Termohon

Selama ini Pengadilan


Kesulitan untuk melakukan Hal tersebut belum diatur dalam Perma 3/2016,
panggilan/pemberitahuan karena itu Perma 2/2021 dalam Pasal 25 ayat (3)
maupun kepastian huruf d mewajibkan Pemohon/Instansi yang
Termohon/Pihak yang Memerlukan Tanah untuk melampirkan fotokopi
Berhak karena dokumen yang menunjukkan tempat tinggal,
ketidakjelasan alamat domisili, atau tempat kedudukan Termohon pada
tempat tinggal, domisili saat mengajukan pendaftaran permohonan.
atau kedudukan Termohon.
Pemberitahuan Kepada Bank Jika Objek Pengadaan Tanah Diletakkan
5
Sita/Menjadi Jaminan

Terdapat 6 alasan Perma 2/2021 pada Pasal 27 ayat


Karena itu pejabat yang meletakkan sita atau
pengajuan konsinyasi ke (4) mewajibkan Juru Sita
pengadilan, di pihak/bank sebagai pemegang hak jaminan
Pengadilan untuk memberitahukan
antaranya adalah objek berkepentingan atas penitipan ganti kerugian
Permohonan Penitipan Ganti
pengadaan tanah yang terhadap objek tersebut.
Kerugian kepada Pejabat yang
akan diberikan ganti
kerugian diletakkan sita
meletakkan sita atau pemegang
oleh pejabat yang hak jaminan/hak
berwenang atau tanggungan/bank.
menjadi jaminan di
bank.
6 Penegasan Pengaturan Panggilan/Pemberitahuan Delegasi

Karena Penyelesaian permohonan hingga


penetapan paling lambat 14 hari, maka Perma 2/2021 pada
Dalam hal salah satu pihak Pasal 29A ayat (3)
pemanggilan/pemberitahuan delegasi harus
bertempat tinggal atau menegaskan bahwa
berkedudukan di yurisdiksi
dilakukan dalam tenggang waktu tersebut dan
untuk memenuhi keharusan cepat, panggilan hasil cetak (print out)
pengadilan yang berbeda
delegasi sering dilakukan melalui surat surat elektronik,
dengan pengadilan yg
menangani permohonan, elektronik, faksimile, dll. faksimilie maupun
proses Banyak pengadilan yang menganggap dokumen elektronik
pemanggilan/pemberitahu panggilan/pemberitahuan melalui surat lainnya merupakan
an dilakukan melalui elektronik atau faksimile dan hasil cetaknya Relaas panggilan yang
prosedur delegasi. tidak sah. sah dan dapat dijadikan
dasar Ketua PN
melakukan proses
pemeriksaan atau
melakukan tindakan.
Penegasan Dasar Penghitungan Tenggang Waktu Pengajuan Keberatan
7
atas Bentuk dan/atau Besarnya Ganti Kerugian

Selain lebih banyak mengatur Perma 2/2021 Pasal 5


mengenai Konsinyasi, Perma menegaskan bahwa
2/2021 mengatur satu yang dimaksud dengan
ketentuan tentang Pengajuan Perma lama yaitu Perma 3/2016 pada Pasal 5 hasil musyawarah
Keberatan atas bentuk hanya menyatakan bahwa keberatan diajukan
dan/atau besaran ganti adalah tanggal
14 hari setelah hasil Musyawarah Penetapan dilaksanakannya hasil
kerugian, terkait patokan
sejak kapan penghitungan 14 Ganti Kerugian. musyawarah penetapan
hari tenggang waktu ganti kerugian.
pengajuan keberatan dari
Musyawarah Penetapan
Ganti Kerugian.
TERIMA KASIH

2021

Anda mungkin juga menyukai