Anda di halaman 1dari 15

Akumulasi

Biaya Proses
Kelompok 1
Anggota Kelompok 1 :
1. Abigail Putri Utami ( A021201093)
2. Aulia Putri Zabrina (A021201160)
3. St. Shaerani Andin Islahuddin (A021201031)
4. Dibon Benz Setiawan (A021201180)
5. Zakwan Alghifary (A021201072)
Akumulasi
Biaya Proses
Tujuan penting dari setiap sistem biaya adalah untuk menentukan biaya barang atau
jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Sistem penetapan biaya sebaiknya ekonomis
untuk beroperasi dan seharusnya ditetapkan untuk setiap produk sejumlah biaya yang
cukup mencerminkan biaya sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat produk.
Karena setiap teknologi manufaktur, organisasi produksi, dan produk mix perusahaan
berbeda-beda, maka sistem penetapan biaya yang diharapkan berbeda juga. Sistem
penetapan biaya harus disesuaikan untuk bertemu dengan kebutuhan perusahaan.
Penetapan Biaya
Oleh Departemen
Process costing, ketika dipraktikkan lebih disukai daripada job order costing karena secara
umum membutuhkan lebih sedikit pencatatan dan jika lebih sedikit pencatatan artinya lebih
sedikit biaya operasi. Dalam job order costing, pekerjaan yang terpisah dicatat di catatan
pembantu (job cost sheet) harus disimpan untuk masing-masing batch produk yang dibuat
dan biaya dibebankan untuk setiap batch. Dalam process costing, karena semua unit produk
yang dibuat di dalam departemen bersifat homogen, biaya dibebankan hanya ke departemen
produksi.
Arus Produksi Fisik
Sequential product flow adalah arus produk di mana masing-masing produk diproses di
rangkaian langkah yang sama. Proses dimulai dari departemen pemotongan di mana bahan baku
mentah digabungkan dan tenaga kerja langsung setra BOP ditambahkan. Ketika pekerjaan
diselesaikan di departemen pemotongan, pekerjaan dipindahkan departemen perakitan di mana
tambahan tenaga kerja langsung dan BOP terjadi. Setiap departemen setelah yang pertama bisa
menambah material atau hanya tenaga kerja atau BOP atau menggabungkannya. Setelah dari
departemen perakitan, produk dipindahkan ke departemen pengemasan di mana material,
tenaga kerja langsung, dan BOP ditambahka lagi. Setelah diselesaikan di departemen
pengemasan, unit sudah selesai diproduksi dan kemudian dipidahkan ke persediaan barang jadi
akhir untuk disimpan sampai dibeli oleh pelanggan.
Gambar di bawah adalah contoh dari sequential product flow.

Dalam parallel product flow, beberapa porsi pekerjaan dilakukan secara


serentak/bersamaan dan kemudian dibawa bersam-sama di proses akhir atau proses
untuk penyelesaian dan dipindahkan ke barang jadi.
Pekerjaan yang diselesaikan di departemen
pemotongan dipindahkan ke departemen
pengasahan dan pengamplasan, di mana
tambahan tenaga kerja dan BOP digunakan.
Pekerjaan yang diselesaikan departemen
pelelehan dipindahkan ke departemen
pengecoran, dan tambahan tenaga kerja serta
BOP digunakan juga. Pekerjaan yang
diselesaikan di kedua departemen ini kemudian
dipindahkkan ke departemen perakitan yang
ada juga penggunaan material, tenaga kerja, dan
BOP tambahan. Dari departemen perakitan
kemudian dipindahkan ke departemen
pengecatan yang juga mengguakan tambahan
bahan baku, tenaga kerja dan BOP. Lalu akhirnya
produk tersebut dipindahkan ke gudang barang
jadi.
Pada selective parallel product flow, produk dipindah ke departemen yang berbeda di
dalam pabrik tergantung pada apa produk akhir yang akan diproduksi. Gambar di bawah
adalah contoh dari selective product flow.

Pada gambar di samping, adalah


alur dari pemrosesan daging
Akuntansi untuk Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan BOP

Dalam process costing, detail yang ada dikurangi karena material dibebankan ke departemen bukan ke
pekerjaan, dan hanya ada sedikit departemen yang menggunakan material. Form daftar permintaan bisa
berguna untuk mengontrol bahan baku. Jika daftar permintaan tidak dikenakan harga secara individual,
biaya material yang digunakan bisa ditentukan pada akhir periode produksi melalui pendekatan
persediaan perdiok yang menambah pembelian dengan jumlah awal persediaan dan menguranginya
dengan persediaan akhir. Adapun jurnal untuk mencatat material yang digunakan di beberapa
departemen (misalnya di departemen pemotongan dan perakitan) adalah sebagai berikut:

Work in Process – Cutting Department xxx

Work in Process – Assembly Department xxx

Materials Inventory xxx


Di dalam process costing, pekerjaan klerikal dari mengakumulasi biaya tenaga kerja
dikeluarkan karena biaya tenaga kerja dilacak melalui departemen. Daily time ticket atau
kartu jam digunakan di dalam sistem ini dibandingkan job time ticket. Untuk mencatat
tenaga kerja yang digunakan dalam berbagai departemen, jurnalnya adalah sebagai
berikut.

Work in Process – Cutting Department xxx

Work in Process – Assembly Department xxx

Payroll xxx

Jika departemennya lebih dari dua maka bisa ditambahkan lagi work in processnya.
Ketika BOP terjadi, mereka dicatat dalam akun BOP di buku besar umum dan
diposting ke catatan pembantu departemenal untuk overhead. Adapun jurnalnya
adalah:

Factory Overhead Control xxx

Account Payable xxx

Accumulated Depreciation – Machinery xxx

Prepaid Insurance xxx

Material (for indirect materials) xxx

Payroll (for indirect labor) xxx


Jika tarif yang sudah ditentukan digunakan untuk menerapkan BOP, tarifnya dikali dengan
jumlah aktual dari dasar aktivitas yang digunakan di setiap departemen produksi. Jurnal
untuk mencatat BOP yang diterapkan adalah:

Work in Process – Cutting Department xxx

Work in Process – Assembly Department xxx

Applied Factory Overhead xxx


Laporan Biaya Produksi
Laporan biaya produksi untuk sebuah departemen bisa memiliki banyak bentuk, tetapi harus
memperlihatkan total dan unit cost dari pekerjaan yang diterima dari satu departemen atau lebih; total
dan unit cost bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang ditambahkan oleh departemen; biaya
persediaan pekerjaan dalam proses awal dan akhir; dan biaya yang ditransfer ke departemen yang
terkait atau ke barang jadi akhir.

Bagian biaya dalam laporan bisanya dibagi dua, yaitu memperlihatkan total biaya departemen mana
yang akuntabel, dan yang lain memperlihatkan penempatan biaya ini dan total cost yang dilaporkan
dalam dua bagian ini harus sama. Laporan biaya produksi juga bisa memasukkan schedule kuantitas,
yang memperlihatkan jumlah unit produk yang di mana departemen itu bertanggung jawab dan
penempatan unit tersebut. Infomasi dalam quantity schedule digunakan untuk menentukan angka unit
produksi yang setara untuk setiap elemen biayanya, yang akan digunakan dalam menentukan unit cost
departemental.
Kenaikan Kuantitas Produksi Ketika
Material Ditambah
Pada beberapa proses produksim tambahan material menghasilan kenaikan total volume atau jumlah
unit produk. Contohnya pembuatan soft drink, sirupnya seringkali diproduksi di satu departemen dan air
berkarboasinya ditambahkan ke proses setelahnya. Tambahan air berkarbonasi menaikka total volume
dari produk cair untuk dihitung. Naiknya kuantitas cairan mengencerkan jumlah sirup di setiap galon,
yang hasilnya mengurangi biaya departemen sebelumnya di setiap galon produk yang diproduksi di
departemen kedua, dan kenaikan kuantitas dari produk cair menyerap jumlah total yang sama dari biaya
departemen sebelumnya.
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai