Bahan
Baku
Pembelian
Tenaga
Kerja
Langsung
Pembebanan
Pembelian
Biaya
Overhead
Pembebanan
Pemakaian
Proses
Produks
i
Pembebanan
Barang
Jadi
Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya (cost
accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi. Bab ini akan
membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni penetapan beban pokok
produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan terhadap
proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.
Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur
Dibandingkan dengan perusahaan dagang, masalah khusus dalam akuntansi perusahaan
manufaktur adalah persediaan, biaya pabrikasi (manufacturing costs), biaya produksi dan
beban pokok produksi.
Persediaan (Inventory)
Berdasarkan perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari tiga
macam, yakni:
1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang ada pada tanggal
neraca. Bahan baku adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
Persediaan dalam proses terdiri dari biaya bahan baku dan biaya-biaya manufaktur
lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai. Untuk
menyelesaikannya masih diperlukan tambahan biaya.
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Persediaan barang jadi terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-barang yang telah
selesai diproduksi, tetapi belum dijual. Sebuah perusahaan manufaktur dengan
demikian harus menyediakan tiga perkiraan untuk persediaan.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost), yaitu biaya
nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode berjalan dalam rangka operasional
perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan
atau pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini
dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair.
Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban
masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam pos-pos yang
berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan
kelompok biaya overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk kegiatan
oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban pemasaran/penjualan jika
komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau boleh jadi pula beban depresiasi
komputer tersebut merupakan kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh
bagian kantor atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat mengklasifikasikan setiap
beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu
bagian/seseorang akan diukur.
Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut beban pokok produksi
barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan beban pokok produksi.
Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode
dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu periode
dilaporkan dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan
ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap pengikhtisaran
yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup
8. Pembuatan neraca saldo penutup
9. Pembuatan jurnal balik
Pembahasan perusahaan manufaktur di sini lebih pada menguraikan tahap-tahap tersebut
secara garis besar saja. Penekanan diberikan pada proses akuntansi untuk masing-masing
akun/rekening/perkiraan perusahaan manufaktur (ketiga istilah ini dipakai seluruhnya,
secara bergantian, sepanjang pembahasan dalam buku ini untuk menunjukkan bahwa
ketiganya merupakan istilah yang lazim dipakai sehari-hari dalam praktik pada DU/DI).
Namun demikian, tetap diharapkan bahwa pemaparan berikut ini telah mencakup semua
pemahaman minimal yang diperlukan untuk dapat menjalankan proses akuntansi pada
sebuah perusahaan manufaktur.
Bahan Baku (Raw Materials)
Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam buku pembelian
(untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas (untuk pembelian tunai). Pembayaran
hutang yang bersangkutan dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian
bahan baku dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain yang berhubungan,
misalnya potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Pengeluaran
bahan baku dari gudang untuk produksi tidak dicatat.
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku hanya digunakan
untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode. Jurnal penyesuaian dibuat
untuk nilai persediaan yang ada di awal dan akhir periode. Sementara itu, nilai
persediaan ditentukan dengan mengadakan penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk
persediaan (awal dan akhir) dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam buku pengeluaran kas. Dalam
buku perlu disediakan perkiraan tersendiri untuk biaya buruh langsung. Pada akhir periode
dibuatkan jurnal penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya dibayar. Pembebanan
biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban
pokok produksi.
Biaya Overhead Pabrik (Overhead)
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu, tenga keja tidak langsung,
gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan
bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan
peralatan pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening tersendiri
di buku besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku besar hanya disediakan satu
rekening saja yaitu biaya overhead pabrik sebagai rekening induk (sesungguhnya).
Rincian biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku tambahan.
Pembelian biaya overhead pabrik, misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku
pembelian. Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya
overhead pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening
yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus. Sementara itu, akuntansi
harus melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan
harus dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses.
Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah
yang dicantumkan sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok
produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam
proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode diperoleh dengan jalan
melakukan penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana
menghitung nilai persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah bahwa nila ini terdiri
dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya pabrikase yang telah terjadi sampai dengan
saat dilaporkan. Untuk mencatat nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang
diberi nama: Persediaan dalam Proses. Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian untuk
menghilangkan persediaan dalam proses awal dan membebankannya ke proses produksi.
Sementara itu, jurnal penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada
pada akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal penyesuaian tersebut
adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Di bawah ini (pada halaman berikut) diberikan ilustrasi tentang alur pembebanan biaya ke
dalam proses produksi hingga pengakuan beban pokok penjualan. Alur ini digambarkan
dalam bentuk hubungan di antara buku besar perkiraan-perkiraan yang terkait dengan proses
produksi dalam sebuah perusahaan manufaktur. Kita dapat melihat di situ, apa saja perkiraan
yang terkait dan harus dibuatkan jurnalnya selama proses produksi berlangsung, dan kapan
masing-masing perkiraan tersebut harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu saja, ilustrasi
tersebut menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika perusahaan menerapkan
metode perpetual untuk persediaannya.
AKUNTANSI
UNTUK PERUSAHAAN PENGOLAHAN / MANUFAKTUR#2
Perusahaan pengolahan / manufaktur: perusahaan yang mengolah bahan mentah (bahan
baku) menjadi barang jadi.
Klasifikasi persediaan pada perusahaan pengolahan :
Persediaan Bahan Baku
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Barang Jadi
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan perusahaan manufaktur hampir sama dengan laporan keuangan
perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada bagian Aktiva Lancar di Neraca dan Harga
Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba.
Neraca
Perbandingan Neraca Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur:
Perusahaan Dagang
Neraca sebagian
31 Desember 2010
Aktiva Lancar:
Kas
Rp 1.000
Piutang (bersih)
13.000
Persediaan Barang Dagangan
9.000
Sewa Dibayar di Muka
2.900
25.900
Perusahaan Manufaktur
Neraca sebagian
31 Desember 2010
Aktiva Lancar:
Kas
Piutang (bersih)
Persediaan:
Barang Jadi
Barang Dalam Proses
Bahan Baku
Sewa Dibayar di Muka
Rp 1.200
4.000
Rp 15.000
18.000
9.000
42.000
1.600
48.800
Laporan Rugi-Laba
Perbandingan bagian Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba antara Perusahaan
Dagang dan Perusahaan Manufaktur:
Perusahaan Dagang
Laporan Rugi-Laba sebagian
Periode Tahun 2010
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang Dagangan 1 Januari
Rp
99.250
Rp 109.250
9.000
Rp 100.250
10.000
Perusahaan Manufaktur
Laporan Rugi-Laba sebagian
Periode Tahun 2010
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang Jadi 1 Januari .
(+) Harga Pokok Produksi (lihat skedul)
Barang Tersedia Untuk Dijual .
(-) Persediaan Barang Jadi 31 Desember .
Harga Pokok Penjualan
Rp
12.000
688.000
Rp 700.000
15.000
Rp 685.000
Persediaan Barang
Dagangan (Awal)
Pembelian
Bersih
Persediaan Barang
Dagangan (Akhir)
Harga Pokok
Penjualan
Harga Pokok
Produksi
Persediaan Barang
Jadi (Akhir)
Harga Pokok
Penjualan
Perusahaan Manufaktur:
Persediaan Barang
Jadi (Awal)
Pada perusahaan manufaktur diperlukan banyak rekening untuk menentukan harga pokok
produksi, tetapi dalam Laporan Rugi-Laba hanya disajikan totalnya saja, sedangkan
rinciannya disajikan dalam Skedul Harga Pokok Produksi.
Contoh Skedul Harga Pokok Produksi (merupakan lampiran Laporan Rugi-Laba di atas):
Rp 10.000
696.000
706.000
18.000
688.000
SIKLUS AKUNTANSI
Siklus akuntansi perusahaan manufaktur sama dengan siklus akuntansi perusahaan
dagang.
Akuntansi perusahaan manufaktur dengan sistem fisik:
Rekening Persediaan Bahan Baku hanya digunakan untuk mencatat nilai bahan baku
yang masih tersisa, baik di awal maupun akhir periode.
Transaksi pembelian Bahan baku tidak dicatat ke rekening Persediaan Bahan Baku, tetapi
dicatat ke rekening Pembelian Bahan Baku, seperti terlihat pada jurnal berikut:
Mei
1
7
Rp 100.000
Rp 100.000
Rekening Persediaan Barang Dalam Proses hanya digunakan untuk mencatat nilai
barang yang masih dalam proses, baik di awal maupun akhir periode.
Rekening Persediaan Barang Jadi hanya digunakan untuk mencatat nilai barang jadi
pada awal dan akhir periode.
Jurnal penyesuaian untuk perusahaan manufaktur sama dengan jurnal penyesuaian untuk
perusahaan dagang.
Neraca Lajur untuk perusahaan manufaktur pada prinsipnya sama dengan neraca lajur
untuk perusahaan dagang, tetapi ditambahkan kolom untuk skedul harga pokok produksi.
Contoh Neraca Lajur Sebagian:
Perusahaan Manufaktur
Neraca Lajur sebagian
Nama Rekening
Persediaan Barang Jadi
Laporan Rugi-Laba
Debit
12.000
Kredit
15.000
0
Persed. Barang Dlm. Proses
10.00
0
5.00
0
Pembelian Bahan Baku
100.00
0
Biaya Tenaga Kerja Lgsg.
200.00
0
Biaya Tenaga Kerja Tak
50.00
Lgsg.
0
Biaya Listrik dan Air
140.00
0
Biaya Bahan Habis Pakai
30.00
0
Biaya
Penyst.
Gedung 120.00
Pabrik
0
Biaya Penyst. Mesin
60.00
0
Biaya Pemasaran
40.00
0
Penjualan
1.500.0
00
.
..
Harga Pokok Produksi
10.0
18.00
00
0
5.0
9.00
00
0
100.0
00
200.0
00
50.0
00
140.0
00
30.0
00
120.0
00
60.0
00
Neraca
Debit Kredit
15.00
0
18.00
0
9.00
0
40.000
1.500.00
0
715.0
00
715.0
00
27.00
0
688.00
0
715.00
0
JURNAL PENUTUP
Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang. Dalam
perusahaan manufaktur, rekening Harga Pokok Produksi digunakan untuk menutup semua
rekening yang akan dilaporkan di Skedul Harga Pokok Produksi. Saldo rekening ini
kemudian ditransfer ke rekening Ikhtisar Rugi-Laba.
Contoh:
Des.
3
1
Rp
715.000
Rp
10.000
5.000
3
1
3
1
3
1
3
1
100.000
200.000
50.000
140.000
30.000
120.000
60.000
Rp
18.000
9.000
Rp
Rp
27.000
15.000
1.500.000
Rp 1.515.000
Rp 700.000
Rp
Rp
12.000
688.000
Rp
40.000
40.000
Rp.
Rp. 60.000
Rp. 750.000+
Rp. 810.000
40.000
Kasus 2.
PT BSI memiliki Persediaan bahan baku awal tahun atau 1 Januari 2010 Rp.
1.000.000,Pembelian bahan baku selama tahun 2010 Rp. 10.000.000 sedangkan
persediaan akhir bahan baku per 31 desember 2010 Rp. 500.000
Pertanyaan:
a. Hitunglah pemakaian bahan baku selama tahun 2010
b. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan bahan baku.
Jawab:
a. Biaya pemakaian bahan baku
Persediaan bahan baku 1 Januari 2010
Pembelian selama 2010
Bahan baku siap untuk dipakai
Persediaan bahan baku per 31 desember 2010
Biaya Pemakaian bahan baku tahun 2010
Rp. 1.000.000
Rp. 10.000.000+
Rp. 11.000.000
Rp.
500.000Rp. 10.500.000
Rp. 10.000.000
Jurnal pemindahan pembelian bahan baku ke persediaan bahan baku pada akhir
periode (AJP)
Persediaan bahan baku
Rp. 10.000.000
Pembelian
Rp. 10.000.000
Jurnal pemakaian bahan baku (AJP)
Persediaan barang DP
Rp. 10.500.000
Persediaan bahan baku
Rp. 10.500.000
Kasus 3.
PT. BSI mengeluarkan biaya TKL selama 2010 sebesar Rp. 5.000.000
Buatlah jurnal pencatatan yang berhubungan dengan BTKL
Jawab:
Pada saat membayar BTKL
Biaya gaji/upah
Kas
Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
Jawab:
Pada Saat pembayaran
a. Porskot asuransi
Kas
b. BTKTL
Kas
Rp.40.000
Rp. 40.000
Rp.500.000
Rp. 500.000
Rp. 400.000
Rp. 400.000
Rp. 25.000
Rp. 25.000
Rp. 20.000
Rp. 20.000
Rp. 50.000
Rp. 50.000
Rp. 100.000
Rp. 100.000
Rp. 320.000
Rp. 80.000
Rp. 320.000
Rp. 400.000
Rp. 100.000
Rp. 100.000
Rp. 100.000
6. BOP
Biaya BP
BTKTL
Biaya asuransi mesin pabrik
BOP lain-lain
Biaya penyusutan mesin pabrik
Biaya sewa gedung pabrik
7. Persediaan barang dalam proses
BOP
Rp. 1.115.000
Rp. 100.000
Rp. 550.000
Rp. 20.000
Rp. 25.000
Rp. 100.000
Rp. 320.000
Rp. 1.115.000
Rp. 1.115.000
Kasus 5.
Dari data kasus diatas jika persediaan awal barang dalam proses Rp. 80.000 dan
persediaan akhir barang dalam proses Rp. 60.000 hitunglah Harga Pokok Produksinya
Jawab
Persediaan awal barang dalam proses
Biaya barang dalam proses
Persediaan akhir barang dalam proses
Harga Pokok Produksi
Rp.
80.000
Rp 16.615.000 +
Rp.16.695.000
Rp.
60.000 Rp.16.635.000
============
Kasus 6.
Pada data PT. BSI diatas jika ditambahkan jumlah persediaan awal barang jadi per 1
januari 2010 Rp. 200.000 dan persediaan akhir 31 Desember 2010 untuk barang jadi
Rp. 100.000.
Hitunglah Harga Pokok Penjualannya
Jawab:
Persediaan awal barang jadi 1 januari 2010
Harga Pokok Produksi
Persediaan akhir barang jadi 31 desember 2010
Harga Pokok Penjualan
Rp.16.555.000
Rp.
Rp.
20.000
Rp.16.635.000+
Rp.16.655.000
100.000 ===========
Jawab:
Ayat Jurnal Penyesuaian:
1. Biaya Asuransi mesin pabrik
Porskot/uangmuka asuransi
Rp. 24.000
Rp. 24.000
2. Biaya TKTL
Hutang BTKTL
3. Biaya sewa gedung pabrik
Biaya sewa gedung kantor
Biaya sewa gedng
4. Biaya penyusutan mesin pabrik
Ak.Penyusutan mesin pabrik
Rp. 40.000
Rp. 40.000
Rp. 320.000
Rp. 80.000
Rp. 400.000
Rp. 100.000
Rp. 100.000
Rp. 1.500.000
Rp.1.500.000
Rp. 10.000
Rp. 1.084.000
Rp. 440.000
Rp. 100.000
Rp. 100.000
Rp. 24.000
Rp. 320.000
Rp. 100.000
Rp. 1.570.000
Rp. 1.570.000
Rp. 1.000.000
Rp. 1.084.000
Rp. 3.674.000
Rp. 3.674.000
12. HPP
Persediaan Barang Jadi
PT.BSI
Rp. 1.000.000
Rp. 1.084.000
Rp. 3.774.000
Rp. 3.774.000
Kas
Persd Bahan Baku
Persd
Proses
Barang
Dalam
NERACA
SALDO
Debit Kredit
10000
0
12000
0
80000
200000
Porskot Asuransi.
Mesin Pabrik
48000
100000
0
BTKL
BTKTL
Biaya Bahan Penolong
Biaya Sewa Gedung
BOP lain2
Biaya adm kantor
Total
NSSD
Debit
Kredit
Debit
100000
1500000(6)
1570000
(8)
3674000(
11)
50000
1570000(8)
1000000(9)
1084000(10
)
3674000(11 3774000(
)
12)
24000(1)
100000
100000(4)
40000
100000
0
308000
400000
0
10000(5)
200000
Laba Ditahan
Penjualan
Pembelian Bahan Baku
AJP
150000
0
100000
0
400000
100000
400000
100000
200000
544800
0
Kredit
RUGI LABA
Debit
Kredit
60000
100000
24000
100000
0
200000
200000
50000
100000
0
308000
400000
0
400000
0
1500000(
6)
1000000(
9)
440000(7)
100000(7)
400000(3)
100000(7)
200000
200000
544800
0
24000(1)
HPP
3774000(12
)
320000(3)
80000(3)
100000(4)
10000(5)
1084000(7)
24000(7)
40000(2)
320000(7)
40000
80000
80000
10000
10000
377400
0
377400
0
100000(7)
1084000(
10)
14.260000
Nama Rekening
Kas
Persd Bahan Baku
Persd Barang Dalam Proses
Persediaan Barang Jadi
Porskot Asuransi.
Mesin Pabrik
Ak. Peny Mesin Pabrik
Perabot Kantor
Ak Peny. Perabot Kantor
Modal Saham
Laba Ditahan
Penjualan
Pembelian Bahan Baku
BTKL
BTKTL
Biaya Bahan Penolong
Biaya Sewa Gedung
BOP lain2
Biaya adm kantor
Total
Biaya Asuransi mesin pabrik
TKTL Terhutang
Biaya Sewa Gedung pabrik
Biaya sewa gedung kantor
Biaya Peny mesin Pabrik
Biaya Peny Perabot kantor
BOP
HPP
14260000
RUGI LABA
Debit
Kredit
559800
0
Debit
100000
50000
60000
100000
24000
1000000
559800
0
406400
0
NERACA
Kredit
200000
200000
50000
1000000
308000
40000000
200.000
40000
80.000
10.000
3.774.000
4.064.000
4.064.000
4.000.000 1.534.000
64.000
64.000
4.064.000 1.598.000
406400
0
1.598.000
1.598.000
PT. BSI
Laporan Harga Pokok Produksi
Periode 31 Desember 2010
-------------------------------------------------------------------------------------------------Persediaan Barang Dalam Proses Awal
Rp. 80.000
Pemakaian Bahan baku:
Persediaan bahan baku awal Rp . 120.000
400000
0
64000
406400
0
Rp. 1.500.000+
Rp. 1.620.000
Rp.
50.000Rp. 1,570.000
Rp. 1.000.000
Rp. 440.000
Rp. 100.000
Rp. 100.000
Rp. 24.000
Rp. 320.000
Rp. 100.000+
Rp 1.084.000+
Rp. 3.734.000
Rp.
60.000Rp. 3.674.000
PT.BSI
Laporan Perhitungan Rugi Laba
Periode 31 Desember 2010
----------------------------------------------------------------------------------------------Penjualan
Rp. 4.000.000
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang jadi awal
Rp. 200.000
Harga Pokok Produksi
Rp. 3.674.000+
Rp. 3.874.000
Persediaan Barang jadi akhir
Rp. 100.000Harga Pokok Penjualan
Rp. 3.774.000Laba Kotor
Rp. 226.000
Biaya Operasional:
Biaya Administrasi Kantor
Rp. 200.000
Biaya Sewa Gedung Kantor
Rp.
80.000
Biaya Penyusutan Perabot kantor
Rp.
10.000+
Rp. 290.000Rugi Operasional
Rp.
64.000
===========
PT.BSI
Neraca
Per 31 Desember 2010
-------------------------------------------------------------------------------------------------Aktva Lancar:
Kas
Rp. 100.000
Persediaan:
Persediaan Bahan Baku
Rp. 50.000
Persediaan BDP
Rp. 60.000
Persediaan Barang Jadi
Rp. 100.000+
Rp. 210.000
Porsekot asurasi
Rp. 24.000+
Jumlah Aktiva Lancar
Rp. 334.000
Aktiva Tetap:
Mesin Pabrik
Ak. Peny Mesin pabrik
Rp. 1.000.000
Rp. 200.000Rp. 800.000
Perabot Kantor
Ak. Peny Perabot kantor
Rp.
Rp.
200.000
50.000Rp. 150.000+
Rp950.000+
Rp1.284.000
==========
Rp. 40.000
Rp. 1.000.000
Rp. 244.000+
Rp. 1.244.000+
Rp. 1.284.000
============
PT.BSI
Laporan Laba Ditahan
Per 31 Desember 2010
-------------------------------------------------------------------------------------------------Laba Ditahan 1 Januari 2010
Rp.
308.000
Rugi Tahun Berjalan
Rp.
64.000Laba Ditahan 31 Desember 2010
Rp.
244.000
==============
PT.Nisa Mandiri perusahaan yang bergerak dibidang keramik pada tanggal 31 Desember
2010 memiliki data Neraca Saldo sebagai berikut:
PT.Nisa Mandiri
Neraca Saldo
31 Desember 2010
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kas
Rp.
50.000
Persediaan bahan baku
Rp.
60.000
Persediaan barang dalam proses
Rp.
40.000
Persediaan barag jadi
Rp. 100.000
Porskot asuransi
Rp.
24.000
Mesin pabrik
Rp. 500.000
Perabot kantor
Rp. 100.000
Pembelian bahan baku
Rp. 750.000
Biaya BTKL
Rp. 500.000
BTKTL
Rp. 200.000
Pemakaian Bahan penolong
Rp.
50.000
Biaya sewa gedung
Rp. 200.000
BOP lain2
Rp.
50.000
Biaya administrasi kantor
Rp. 100.000
Akumulasi penyusutan mesin pabrik
Rp.
50.000
Akumulasi penyusutan perabot kantor
Rp.
20.000
Modal saham
Rp.
500.000
Laba ditahan
Rp.
154.000
Penjualan
__
Rp. 2.000.000+
Jumlah
Rp. 2.724.000
Rp. 2.724.000
=========== ============
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber :
Buku Pengantar Akuntansi, Ikatan Akuntan Indonesia.
Buku
http://heriwahyudirachman.blogspot.com/2013/11/akuntansi-untuk-perusahaanmanufaktur.html