Anda di halaman 1dari 6

Dosen pengampuh: Dr. Lisyanto, M.Si.

Nama: Setiawan
Nim: 5192422005
Matkul: Teknologi Otomotif Pertanian
TR 02:
1. Solar energy direct and indirect
Solar energi adalah sebuah sistem yang dapat digunakan untuk mengubah energi cahaya
matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip yang disebut efek photovoltaic.
Energi listrik yang dihasilkan akan disimpan ke dalam sebuah baterai, kemudian digunakan
untuk mengoperasikan perangkat elektronik sesuai kebutuhan listriknya. Solar energi hadir
sebagai salah satu terobosan energi yang tidak bergantung kepada sumber daya tersebut.
Solar energi memanfaatkan sinar matahari sebagai daya utama dalam menghasilkan energi
untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan listrik sampai dengan kebutuhan
akomodasi seperti kendaraan. Konsep solar energi untuk kebutuhan kelistrikan sangat
sederhana.

1. Cara kerja solar energy


Secara sederhana, cara kerja panel solar adalah dengan menyerap cahaya matahari dan
menapung energi yang dihasilkan ke dalam sebuah baterai. Dengan demikian, sistem bisa
berjalan meskipun di sore hari, malam hari, atau ketika kondisi hujan. Selain itu, terdapat
kabel yang terintegrasi dengan instalasi listrik di dalam rumah. Ketika ada konsumsi
listrik dari barang elektronik, misalnya ketika menyalakan televisi, secara otomatis tenaga
listriknya diambil dari baterai.
2. Manfaat solar energy
 Menghemat tagihan listrik
 Ramah lingkungan
 Dam mudah diterapkan
3. Perkembangan solar energy direct
1. Generasi Pertama
Teknologi pertama yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti adalah
teknologiyang menggunakan bahan silikon kristal tunggal. Teknologi ini dalam
mampumenghasilkan sel surya dengan efisiensi yang sangat tinggi. Masalah terbesar
yang dihadapi dalam pengembangan silikon kristal tunggal ini adalah bahwa
untukdapat diproduksi secara komersial sel surya ini harganya sangat mahal
sehinggamembuat solar sel panel yang dihasilkan menjadi tidak efisien sebagai
sumber
Energy
Teknologi yang kedua adalah dengan menggunakan wafer silikon poli kristal.
Saat ini, hampir sebagian besar panel solar sel yang beredar di pasar komersial
berasal
dari screen printing jenis silikon poli kristal ini. Wafer silikon poli kristal dibuat
dengan teknologi casting berupa balok silikon dan dipotong-potong dengan metode
wire-sawing menjadi kepingan (wafer), denagn ketebalan sekitar 250–350
micrometer. Dengan teknologi ini bisa diperoleh sel surya lebih murah meskipun
tingkat efisiensinya lebih rendah jika dibandingkan dengan silikon kristal tunggal.
2. Generasi kedua
Generasi kedua adalah sel surya yang dibuat dengan teknologi lapisan tipis (thin
film). Teknologi pembuatan sel surya dengan lapisan tipis ini dimaksudkan untuk
mengurangi biaya pembuatan solar sel mengingat teknologi ini hanya menggunakan
kurang dari 1% dari bahan baku silicon jika dibandingkan dengan bahan baku untuk
tipe silikon wafer. Metode yang paling sering dipakai dalam pembuatan silikon jenis
lapisan tipis ini adalah dengan Plasma-enhanced chemical vapor deposition (PECVD)
dari gas silane dan hidrogen. Lapisan yang dibuat dengan metode ini menghasilkan
silikon yang tidak memiliki arah orientasi kristal atau yang dikenal sebagai
amorphous silikon (non kristal).
3. Generasi Ketiga
Penelitian agar harga solar sel menjadi lebih murah selanjutnya memunculkan
teknologi generasi ketiga yaitu teknologi pembuatan sel surya dari bahan polimer atau
disebut juga dengan sel surya organik dan sel surya foto elektrokimia. Sel Surya
organic dibuat dari bahan semikonduktor organic seperti polyphenylene vinylene dan
fullerene.Pada solar sel generasi ketiga ini photon yang datang tidak harus
menghasilkan pasangan muatan seperti halnya pada teknologi sebelumnya melainkan
membangkitkan exciton. Exciton inilah yang kemudian berdifusi pada dua permukaan
bahan konduktor (yang biasanya di rekatkan dengan organik semikonduktor berada di
antara dua keping konduktor) untuk menghasilkan pasangan muatan dan akhirnya
menghasilkan efek arus foto (photocurrent). Sedangkan sel surya photokimia
merupakan jenis sel surya exciton yang terdiri dari sebuah lapisan partikel nano
(biasanya titanium dioksida) yang di endapkan dalam sebuah perendam (dye).
Teknologi ini pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Graetzel pada tahun 1991
sehingga jenis solar sel ini sering juga disebut dengan Graetzel sel atau dye-sensitized
solar cells (DSSC).

2. Energi angin
energi angin adalah penggunaan angin untuk menyediakan tenaga mekanik melalui turbin
angin untuk memutar generator listrik untuk tenaga listrik . Tenaga angin adalah populer
berkelanjutan , energi terbarukan sumber yang memiliki jauh lebih kecil dampak terhadap
lingkungan dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil .

3. Energy Tides
Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pasang surut air laut dan
menjadikannya energi dalam bentuk lain, terutama listrik. Energi pasang surut merupakan
salah satu jenis energi terbarukan yang relatif lebih mudah diprediksi jumlahnya
dibandingkan energi angin dan energi surya.
Perkembangan energy pasang surut Indonesia cukup pesat Indonesia Megara dengan
perairan yang cukup luas sehingga energy pasang surut dapat dimanfaatkan secara
optimal .Tidal barrages atau bendungan pasang surut adalah teknologi dengan prinsip
yang berkerja seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dimana harus terdapat
bendungan (barrage). Tidal barrages terdiri dari tiga bagian utama, pertama adalah
bendungan (barrage) yang berfungsi untuk menahan atau menjebak air, kedua adalah
pintu air yang berfungsi untuk mengarahkan air masuk ke bagian ketiga, dan ketiga yaitu
turbin dan generator. Tidal barrages bekerja saat air laut mulai pasang lalu mengisi
bendungan dan saat air laut surut membuka pintu air. Dengan perbedaan kedua arah, air
yang bergerak akan menghasilkan gaya untuk memutar bilah turbin untuk menghasilkan
energi listrik.

4. Energy water (air)


Energi air adalah energi yang telah dimanfaatkan secara luas di Indonesia yang dalam
skala besar telah digunakan sebagai pembangkit listrik. Beberapa perusahaan di bidang
pertanian bahkan juga memiliki pembangkit listrik sendiri yang bersumber dari energi
air.
5. Gheothermal Energy
Energi panas bumi (atau energi geothermal) adalah sumber energi yang relatif ramah
lingkungan karena berasal dari panas dalam bumi. Air yang dipompa ke dalam bumi oleh
manusia atau sebab-sebab alami (hujan) dikumpulkan ke permukaan bumi dalam bentuk
uap, yang bisa digunakan untuk menggerakkan turbin-turbin untuk memproduksi listrik.
Biaya eksplorasi dan juga biaya modal pembangkit listrik geotermal lebih tinggi
dibandinkan pembangkit-pembangkit listrik lain yang menggunakan bahan bakar fosil.
Namun, setelah mulai beroperasi, biaaya produksinya rendah dibandingkan dengan
pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil.

Perkembangan gheothermal energy:


Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam
bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi
sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh
permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika
musim dingin, atau air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk
menghasilkan energi listrik. Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan,
namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik. Pembangkit listrik
tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana temperatur
tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan. Pengembangan dan
penyempurnaan dalam teknologi pengeboran dan ekstraksi telah memperluas jangkauan
pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dari lempeng tektonik terdekat.

Anda mungkin juga menyukai