Anda di halaman 1dari 4

Hubungan BYOD dengan IT Infrastructure dan Emerging Technologies yaitu perkembangan

zaman yang membuat beberapa perusahaan mengharuskan pegawai membawa device/gadget


masing-masing tanpa memberikan fasilitas gadget di perusahaan tersebut. Dengan BYOD,
pekerjaan yang dilakukan dengan device, memudahkan pengerjaan tugas kapanpun dimana
pun. Menurut Chief Digital Services Officer XL Axiata Dian Siswarini, seperti yang dilansir
melalui detik.com, ada beberapa manfaat yang didapat dari tren ini seperti menciptakan
peluang tenaga kerja yang lebih mobile dan tidak dibatasi oleh ruangan dan meja di kantor.
tren BYOD akan menjadi pemicu untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang tentunya
akan mengguntungkan perusahaan.

Pada Juli 2012, Global IT Risks melakukan survei terhadap 3.300 senior IT Professional
terkait tren BYOD di perusahaan-perusahaan dalam berbagai skala dan bidang. Pada hasil
survei tersebut, perusahaan-perusahaan besar seperti Kaspersky Lab tidak melihat bahwa tren
BYOD perlu diterapkan di perusahaan mereka. Alasannya adalah isu keamanan yang
mungkin terjadi dan membahayakan perusahaan jika tren ini diterapkan di perusahaannya.

Menurut survei dari Kapersky Lab, pemilik perusahaan pada skala kecil hingga menengah
percaya bahwa tren BYOD tidak akan menimbulkan ancaman keamanan informasi bagi
perusahaan. mereka cenderung tidak melakukan upaya peningkatan keamanan informasi
untuk melindungi data-data miliknya, karyawan cenderung berfikir bahwa keamanan
informasi merupakan tanggungjawab sepenuhnya perusahaan.

Pertimbangan dalam penerapan BYOD:

- BYOD meningkatkan efisiensi kerja dan biaya pelatihan menjadi berkurang.

- Pekerja cenderung merawat perangkat milik mereka sendiri dibanding perangkat yang
telah disediakan oleh kantor.
- Pelayanan dapat diberikan hingga ke daerah-daerah terpencil dan BYOD juga
memudahkan konferensi virtual yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja dengan
perangkat bergerak.

- Organisasi seperti Khan Academy dan Harvard/MIT menyediakan pendidikan dalam


jaringan berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah, juga karena penerapan BYOD.

- Komunikasi dan berbagi informasi dapat dilakukan secara instan dengan ketersediaan
dari mana saja, baik itu dengan atau tanpa Wi-Fi, atau dengan ketersediaan sumber daya
LAN.

Ancaman:

- Ancaman Pihak Ketiga


Tren BYOD meningkatkan pemanfaatan aplikasi seperti Dropbox, Google Drive, dan Apple
iCloud sebagai media penyimpanan data. Penggunaan email seperti Gmail pun biasanya
mengalami peningkatan sebagai media penyebaran data antar karyawan. Namun yang tidak
semua karyawan sadari adalah penggunaan aplikasi-aplikasi tersebut meningkatkan
kemungkinan kebocoran aset informasi perusahaan. Selain kebocoran data, hilangnya hak
kekayaan intelektual, pelanggaran kepatuhan untuk menjaga kerahasiaan dan retensi, serta
ancaman eksternal lainnya terhadap perusahaan.

- Penggunaan Sosial Media


Seperti yang pernah disinggung sebelumnya, tren BYOD meningkatkan happiness dari
karyawan. Hal ini dipengaruhi oleh keleluasaan karyawan untuk mengakses sosial media di
kantor dengan menggunakan gadget pribadi. Hal yang tidak banyak disadari oleh karyawan
adalah organisasi hacker modern, dalam mendapatkan data dari suatu perusahaan, tidak lagi
menggunakan baiting melalui email tapi menargetkan sosial media dan mobile apps.
Tren BYOD: Masa Pandemi dan Masa Depan

BYOD merupakan kebijakan perusahaan yang memungkinkan para karyawan untuk


membawa dan menggunakan perangkat pribadi di tempat kerja, seperti smartphone, laptop,
atau tablet untuk mengakses data dan sistem perusahaan.

Sebagai tren baru, adaptasi BYOD diterima baik oleh para eksekutif dan karyawan. Menurut
data Spiceworks, 35 persen perangkat di tempat kerja saat ini sudah dimiliki oleh karyawan,
dan 75 persen bisnis mengizinkan, atau setidaknya berencana melakukan BYOD di tempat
kerja.

Suatu studi yang memprediksi bahwa market BYOD akan mencapai lebih dari 350 miliar
dolar pada 2022 (naik dari 94 miliar dolar pada 2014). Pertumbuhan signifikan market
BYOD global diharapkan terjadi antara tahun 2020 dan 2026. Pertumbuhan ini didorong oleh
meningkatnya permintaan ponsel cerdas atau laptop cerdas dan keinginan karyawan untuk
melakukan tugas terkait pekerjaan, seperti mengirim email bahkan saat mereka berada di luar
kantor.

Sementara pada 2020, dunia mengalami pandemi COVID-19, peristiwa ini memicu budaya
work from home. Dalam beberapa kasus, perusahaan mengharuskan karyawan untuk
mengakses sistem atau aplikasi terkait pekerjaan melalui gadget pribadi, terlepas dari ada
atau tidaknya kebijakan BYOD perusahaan.

Artinya, beberapa karyawan ada yang menggunakan perangkat pribadinya untuk mengakses
jaringan dan aplikasi perusahaan meskipun aktivitas tersebut dilarang. Dengan kata lain,
perusahaan yang memilih untuk mengabaikan kebijakan, juga mengabaikan risiko keamanan
dari kemungkinan penggunaan perangkat pribadi.

Pilihan perusahaan hanya dua, yaitu menerapkan BYOD dengan memberlakukan aturan dan
langkah-langkah keamanan untuk menjadikan praktik tersebut lebih aman atau melarang
BYOD sepenuhnya dan menemukan cara untuk menegakkannya.
Tren BYOD: Masa Pandemi dan Masa Depan

BYOD merupakan kebijakan perusahaan yang memungkinkan para karyawan untuk


membawa dan menggunakan perangkat pribadi di tempat kerja, seperti smartphone, laptop,
atau tablet untuk mengakses data dan sistem perusahaan.

Menurut data Spiceworks, 35 persen perangkat di tempat kerja saat ini sudah dimiliki oleh
karyawan, dan 75 persen bisnis mengizinkan, atau setidaknya berencana melakukan BYOD
di tempat kerja.

Suatu studi yang memprediksi bahwa market BYOD akan mencapai lebih dari 350 miliar
dolar pada 2022 (naik dari 94 miliar dolar pada 2014). Pertumbuhan signifikan market
BYOD global diharapkan terjadi antara tahun 2020 dan 2026.

Sementara pada 2020, dunia mengalami pandemi COVID-19, peristiwa ini memicu budaya
work from home. Dalam beberapa kasus, perusahaan mengharuskan karyawan untuk
mengakses sistem atau aplikasi terkait pekerjaan melalui gadget pribadi, terlepas dari ada
atau tidaknya kebijakan BYOD perusahaan.

Artinya, beberapa karyawan ada yang menggunakan perangkat pribadinya untuk mengakses
jaringan dan aplikasi perusahaan meskipun aktivitas tersebut dilarang. Dengan kata lain,
perusahaan yang memilih untuk mengabaikan kebijakan, juga mengabaikan risiko keamanan
dari kemungkinan penggunaan perangkat pribadi.

Anda mungkin juga menyukai