Pada Juli 2012, Global IT Risks melakukan survei terhadap 3.300 senior IT Professional
terkait tren BYOD di perusahaan-perusahaan dalam berbagai skala dan bidang. Pada hasil
survei tersebut, perusahaan-perusahaan besar seperti Kaspersky Lab tidak melihat bahwa tren
BYOD perlu diterapkan di perusahaan mereka. Alasannya adalah isu keamanan yang
mungkin terjadi dan membahayakan perusahaan jika tren ini diterapkan di perusahaannya.
Menurut survei dari Kapersky Lab, pemilik perusahaan pada skala kecil hingga menengah
percaya bahwa tren BYOD tidak akan menimbulkan ancaman keamanan informasi bagi
perusahaan. mereka cenderung tidak melakukan upaya peningkatan keamanan informasi
untuk melindungi data-data miliknya, karyawan cenderung berfikir bahwa keamanan
informasi merupakan tanggungjawab sepenuhnya perusahaan.
- Pekerja cenderung merawat perangkat milik mereka sendiri dibanding perangkat yang
telah disediakan oleh kantor.
- Pelayanan dapat diberikan hingga ke daerah-daerah terpencil dan BYOD juga
memudahkan konferensi virtual yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja dengan
perangkat bergerak.
- Komunikasi dan berbagi informasi dapat dilakukan secara instan dengan ketersediaan
dari mana saja, baik itu dengan atau tanpa Wi-Fi, atau dengan ketersediaan sumber daya
LAN.
Ancaman:
Sebagai tren baru, adaptasi BYOD diterima baik oleh para eksekutif dan karyawan. Menurut
data Spiceworks, 35 persen perangkat di tempat kerja saat ini sudah dimiliki oleh karyawan,
dan 75 persen bisnis mengizinkan, atau setidaknya berencana melakukan BYOD di tempat
kerja.
Suatu studi yang memprediksi bahwa market BYOD akan mencapai lebih dari 350 miliar
dolar pada 2022 (naik dari 94 miliar dolar pada 2014). Pertumbuhan signifikan market
BYOD global diharapkan terjadi antara tahun 2020 dan 2026. Pertumbuhan ini didorong oleh
meningkatnya permintaan ponsel cerdas atau laptop cerdas dan keinginan karyawan untuk
melakukan tugas terkait pekerjaan, seperti mengirim email bahkan saat mereka berada di luar
kantor.
Sementara pada 2020, dunia mengalami pandemi COVID-19, peristiwa ini memicu budaya
work from home. Dalam beberapa kasus, perusahaan mengharuskan karyawan untuk
mengakses sistem atau aplikasi terkait pekerjaan melalui gadget pribadi, terlepas dari ada
atau tidaknya kebijakan BYOD perusahaan.
Artinya, beberapa karyawan ada yang menggunakan perangkat pribadinya untuk mengakses
jaringan dan aplikasi perusahaan meskipun aktivitas tersebut dilarang. Dengan kata lain,
perusahaan yang memilih untuk mengabaikan kebijakan, juga mengabaikan risiko keamanan
dari kemungkinan penggunaan perangkat pribadi.
Pilihan perusahaan hanya dua, yaitu menerapkan BYOD dengan memberlakukan aturan dan
langkah-langkah keamanan untuk menjadikan praktik tersebut lebih aman atau melarang
BYOD sepenuhnya dan menemukan cara untuk menegakkannya.
Tren BYOD: Masa Pandemi dan Masa Depan
Menurut data Spiceworks, 35 persen perangkat di tempat kerja saat ini sudah dimiliki oleh
karyawan, dan 75 persen bisnis mengizinkan, atau setidaknya berencana melakukan BYOD
di tempat kerja.
Suatu studi yang memprediksi bahwa market BYOD akan mencapai lebih dari 350 miliar
dolar pada 2022 (naik dari 94 miliar dolar pada 2014). Pertumbuhan signifikan market
BYOD global diharapkan terjadi antara tahun 2020 dan 2026.
Sementara pada 2020, dunia mengalami pandemi COVID-19, peristiwa ini memicu budaya
work from home. Dalam beberapa kasus, perusahaan mengharuskan karyawan untuk
mengakses sistem atau aplikasi terkait pekerjaan melalui gadget pribadi, terlepas dari ada
atau tidaknya kebijakan BYOD perusahaan.
Artinya, beberapa karyawan ada yang menggunakan perangkat pribadinya untuk mengakses
jaringan dan aplikasi perusahaan meskipun aktivitas tersebut dilarang. Dengan kata lain,
perusahaan yang memilih untuk mengabaikan kebijakan, juga mengabaikan risiko keamanan
dari kemungkinan penggunaan perangkat pribadi.