Anda di halaman 1dari 19

BAB XI MEMBANGUN START UP DAN ETIKA BISNIS

TECHNOPRENEURSHIP DI ERA DIGITAL


A. PENGERTIAN START-UP DIGITAL
Start-up digital adalah suatu jenis perusahaan yang didirikan dan mulai beroperasi dalam
kurun waktu kurang dari satu tahun. Saat ini, start-up sering dikaitkan dengan bisnis yang
berbasis digital. Menurut buku terlaris New York Times karya Ries (2011), start-up
adalah usaha baru yang sedang mencari identitasnya melalui riset pasar dan
memanfaatkan teknologi digital untuk bersaing. Sheung (2014) mengatakan bahwa
inisiatif sangat penting dalam memulai bisnis teknologi digital untuk memperoleh
keunggulan bersaing. Untuk membangun start-up yang sukses, pemahaman akan model
bisnis dan kemampuan untuk terus belajar dan berkembang sangatlah penting (Dessyana
& Riyanti, 2017). Secara ringkas, start-up digital adalah perusahaan baru yang
menggunakan teknologi digital untuk memahami kebutuhan pasar dan mengembangkan
model bisnis yang sesuai untuk bersaing.
B. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN START-UP DIGITAL
Jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, dari
175,6 juta pada tahun 2020 menjadi 202,6 juta jiwa pada tahun 2021, yaitu peningkatan
sebesar 15,5%. Hal ini berarti sekitar 73,7% dari total penduduk Indonesia yang
berjumlah 274,9 juta jiwa, telah menggunakan internet (Riyanto, 2021). Peningkatan
penggunaan internet ini mempengaruhi pertumbuhan start-up digital di Indonesia, seperti
go-jek, tokopedia, bukalapak, tanihub, dan tiket.com, yang telah berhasil membangun
bisnis mereka. Keberhasilan start-up digital ini memberikan dampak positif bagi
masyarakat Indonesia, di mana terjadi penyerapan tenaga kerja dan mempermudah
konsumen dalam melakukan berbagai aktivitas. Sebagai contoh, go-jek tidak hanya
mempermudah transportasi, tetapi juga menyediakan berbagai layanan berbasis digital
untuk beragam produk dan jasa. Seorang rekan kerja saya telah merasakan manfaat dari
layanan-layanan tersebut. Misalnya, ketika rekan kerja tersebut sibuk dan tidak memiliki
waktu untuk memasak, kebutuhan makan siang anaknya dapat diatasi dengan memesan
go-food. Saat harus bekerja lembur, go-car menjadi solusi untuk menjemput anaknya dari
sekolah. Selama pandemi, kebutuhan belanja di pasar dapat teratasi dengan memesan dari
tanihub. Bahkan saat ingin memberikan kado ulang tahun kepada ibunya, rekan kerja
saya dapat memesannya melalui tokopedia yang sekaligus menyediakan layanan
pengiriman. Pemesanan hotel dan tiket juga dapat dilakukan dengan mudah melalui
tiket.com, sehingga hidup menjadi lebih mudah dan efisien.

Banyaknya pengguna internet yang menggunakan smartphone untuk mengakses situs


online mendorong pertumbuhan start-up di Indonesia, terutama yang berbasis teknologi
digital. Start-up yang berbasis digital memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan start-up offline, di antaranya:
(1) dapat menjangkau lebih banyak konsumen
(2) memerlukan modal yang lebih sedikit
(3) dapat berkomunikasi langsung dengan konsumen dan menerima feedback secara
langsung
(4) promosi lebih mudah dan murah, termasuk melalui media sosial
(5) waktu yang lebih efisien dalam melakukan bisnis karena dapat diakses kapan saja dan
di mana saja. Keuntungan-keuntungan tersebut membuat start-up berbasis digital semakin
diminati oleh para pelaku bisnis di Indonesia.

Bisnis digital memiliki beberapa kelemahan seperti yang telah diidentifikasi oleh
beberapa penelitian (Harjanto & Setiawan, 2018; Widjaja & Giovanni, 2018; Gomez,
Diaz, & Consuegra, 2017). Namun, kelemahan ini jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan keunggulan-keunggulan yang telah dibahas sebelumnya. Beberapa kelemahan
tersebut antara lain:

1. Tidak semua produk cocok untuk dijual secara online. Produk-produk yang
mudah pecah, barang elektronik yang sensitif, barang berharga seperti emas dan
perhiasan permata, dan makanan yang mudah basi akan mengalami kendala
dalam proses pengiriman. Start-up yang ingin membangun bisnis digital perlu
mempertimbangkan jenis barang yang akan dijual atau mencari solusi pengiriman
yang aman, misalnya dengan meminta konsumen untuk mengambil barang
sendiri.
2. Koneksi internet yang buruk dapat menjadi kendala. Bisnis digital membutuhkan
koneksi internet yang stabil dan cepat agar dapat merespon konsumen dengan
cepat dan memantau bisnis secara efektif. Kendala pada jaringan internet,
kerusakan perangkat, gangguan cuaca, dan lokasi yang terpencil dapat
menyebabkan bisnis terganggu.

C. MEMBANGUN START-UP DIGITAL


faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memulai bisnis start-up, seperti motivasi,
keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup, latar belakang pendidikan, dan pengaruh
lingkungan sekitarnya, terutama keluarga. Saat ini, start-up berbasis teknologi digital
sedang menjadi tren tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Namun,
meskipun jumlah start-up digital yang muncul cukup banyak, tingkat keberhasilannya
masih rendah. Oleh karena itu, start-up digital perlu memperhatikan faktor-faktor seperti
orientasi wirusaha, inovasi, dan partisipasi dari konsumen untuk mencapai kesuksesan.
Selain itu, tidak hanya generasi Z dan milenial yang akrab dengan dunia digital yang
dapat memulai start-up digital, tetapi juga generasi X dan baby boomers yang telah
memiliki bisnis offline dapat bergabung dengan bisnis digital. Bisnis digital lebih mudah
dipelajari karena kita sudah terbiasa menggunakan internet dan smartphone dalam
kehidupan sehari-hari, dan platform marketplace telah menyediakan petunjuk langkah
demi langkah bagi start-up yang ingin bergabung. Gambar 2 menunjukkan langkah
mudah dan cepat dalam membangun bisnis digital.
Cara memulai start-up bisnis berbasis digital dijelaskan sebagai berikut. Pertama-tama,
persiapkan laptop/smartphone dan akses internet untuk memulai bisnis. Kedua, desain
logo perusahaan menggunakan aplikasi gratis seperti photoshop. Logo harus dirancang
dengan baik agar dapat dikenali oleh masyarakat dengan mudah. Ketiga, bergabunglah
dengan platform marketplace yang sudah mapan dan memiliki banyak konsumen untuk
memasarkan produk Anda dengan biaya yang terjangkau dan aman. Keempat,
promosikan produk Anda di media sosial yang populer seperti Facebook, Instagram,
Twitter, dan TikTok. Terakhir, gunakan mesin pencari atau iklan berbayar di media sosial
untuk meningkatkan brand awareness dan memperluas jangkauan promosi. Dengan
mengikuti langkah-langkah ini, start-up bisnis berbasis digital dapat dimulai dengan
mudah dan efektif.

D. TECHNOPRENEURSHIP YANG BERETIKA


Perkembangan teknologi digital telah membuka peluang bagi start-up dan pengguna
internet untuk menjelajahi dunia online. Namun, jika peluang tersebut tidak dikelola
dengan baik dan diarahkan untuk pengembangan bisnis, start-up dapat berakhir dengan
kegiatan yang melanggar etika dan hukum. Demikian pula, pengguna internet dapat
menggunakan media sosial untuk konflik pribadi dan pencemaran nama baik kelompok
tertentu, yang dapat mengakibatkan tindakan hukum. Sejak tahun 2008, pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan peraturan terkait “Informasi dan Transaksi Elektronik”,
yang diperbarui pada tahun 2016 dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik No. 19/2016.

Sebagai technopreneurs, dimana bisnis dikendalikan berbasis teknologi digital,


pertimbangan etis dalam bisnis diperlukan untuk memastikan bisnis dapat bertahan dalam
jangka panjang bahkan diwariskan ke generasi berikutnya. Bisnis yang beretika akan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan memungkinkan start-up untuk melakukan
bisnis dengan ketenangan pikiran. Pelanggaran umum praktik bisnis etis, menurut Clerx,
Smailhodzic, & Broekhuizen (2020), meliputi teknologi baru, data konsumen, kontak
dengan konsumen, persaingan, dan perubahan fungsi karyawan. Pelanggaran etika ini
sering dilakukan oleh perusahaan yang bergerak dalam bisnis berbasis teknologi, seperti
merumahkan karyawan tanpa memberikan kesempatan untuk mempelajari teknologi baru
melalui program pelatihan. Keamanan data konsumen juga sering diabaikan bahkan
dijual oleh karyawan yang mengelola data tersebut.

Membangun bisnis yang etis harus dimulai pada tahap persiapan ketika start-up sedang
merencanakan bisnis mereka. Penelitian Yadley (2018), Martin, Shilton, & Smith (2019),
dan Emina (2020) merekomendasikan beberapa etika dalam transformasi digital:

1. Gunakan platform yang mengutamakan privasi, keamanan, dan integritas.


Kepercayaan konsumen adalah kunci sukses dalam mengelola bisnis yang
beretika, sehingga data pribadi konsumen harus dilindungi. Kebocoran data,
seperti menjual data konsumen, dapat menimbulkan masalah hukum dan
hilangnya kepercayaan konsumen. Persaingan yang ketat dalam bisnis digital
memudahkan konsumen untuk beralih ke platform lain yang lebih terpercaya.
2. Membangun budaya etis. Selain konsumen, karyawan juga harus dilindungi dari
pelanggaran etika dan hukum akibat pekerjaannya. Membangun start-up
melibatkan membangun budaya organisasi yang etis. Budaya organisasi yang etis
mengadopsi seperangkat norma, nilai, dan perilaku dalam berpikir dan bertindak.
Budaya etis yang dibangun sejak awal akan mudah terlihat dalam sebuah bisnis
melalui perilaku karyawan dalam bekerja, interaksi dengan konsumen, dan
kerjasama tim untuk mencapai tujuan perusahaan. Pemilik start-up dapat
memimpin dengan contoh bagi karyawan mereka.
3. Berikan informasi yang jelas dan dapat dipercaya. Informasi yang diberikan
kepada konsumen melalui platform online harus jelas dan tidak bias. Misalnya,
untuk produk makanan, informasi mengenai kandungan dan nutrisinya harus
sesuai dengan kondisi makanan, serta tanggal kadaluarsanya.

BAB XII PERAN TECHNOPRENEURSHIP DALAM MENGHADAPI


REVOLUSI INDUSTRI 4.0

A. PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas sejarah perkembangan revolusi industri dan dampaknya pada
para pelaku industri dalam menjalankan bisnis di era revolusi industri 4.0, yang
mempengaruhi perubahan perilaku sosial masyarakat global. Hal ini penting untuk
mempersiapkan strategi dan usaha para technopreneurship dalam mencapai kesuksesan di
era ini. Dalam bab ini juga akan diberikan contoh-contoh bagaimana para pelaku
technopreneurship melakukan transformasi untuk menyesuaikan bisnis mereka dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan konsumen, sehingga bisnis mereka tetap relevan
dan dapat bertahan serta berkembang.

B. ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


Revolusi Industri 4.0 adalah topik yang sering dibicarakan dalam beberapa tahun
terakhir. Hal ini menjadi perhatian dalam pelatihan, seminar, dan pertemuan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, akademisi, dan ahli teknologi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampaknya terhadap masa depan bangsa
dan kehidupan manusia secara keseluruhan. Era ini dianggap sebagai revolusi karena
pengaruhnya yang signifikan terhadap ekosistem dunia dan meningkatkan kualitas hidup.
Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh sekelompok ahli dari Jerman pada
tahun 2011 di acara Hannover Trade Fair dan Angel Markell memperkenalkannya di
World Economic Forum pada tahun 2015. Era ini melibatkan integrasi teknologi mulai
dari komputer, mesin produksi, smartphone, dan perangkat elektronik lainnya melalui
internet. Beberapa negara telah mengembangkan konsep Society 5.0 sebagai dampak dari
era Revolusi Industri 4.0. Meskipun Society 5.0 tidak dibahas dalam bab ini, namun
disebutkan untuk memberikan gambaran bagi pembaca yang tertarik.

C. SEJARAH SINGKAT REVOLUSI INDUSTRI


Revolusi industri 4.0 adalah sebuah fenomena yang muncul dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan peradaban manusia yang selalu berubah dan berkembang seiring waktu.
Dalam sejarah, dunia telah mengalami empat kali perubahan industri, yang dimulai dari
revolusi industri pertama pada akhir abad ke-18 dengan penemuan alat tenun mekanis
pada tahun 1784. Peralatan tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan oleh mesin.
Revolusi industri kedua terjadi pada awal abad ke-20 antara tahun 1870-1914, ditandai
dengan penemuan tenaga listrik yang memungkinkan produksi masal di industri.
Revolusi industri ketiga dimulai pada awal tahun 1970, di mana teknologi informasi
digunakan untuk mengotomatisasi produksi. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh
manusia, dan hal ini mengurangi biaya produksi. Revolusi industri 4.0 perlu dipahami
sebagai fenomena perubahan industri keempat yang terjadi saat ini.

D. TOKOH TECHNOPRENEUR DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


Ada banyak tokoh technopreneur yang sukses di dalam dan luar negeri. Salah satu yang
terkenal adalah Mark Zuckerberg, pendiri platform media sosial Facebook. Dari
kesuksesan Facebook, Zuckerberg kemudian berhasil mengakuisisi platform pesan online
WhatsApp dan media sosial Instagram, yang sekarang menjadi salah satu platform media
sosial terbesar dan paling banyak digunakan di dunia. Menurut data dari situs Oberlo
pada Januari 2021, platform media sosial Facebook milik Zuckerberg memiliki jumlah
pengguna aktif terbesar di dunia, yaitu sebanyak 2,8 miliar pengguna. Facebook berhasil
menjadi raksasa media sosial di dunia dengan menghilangkan hambatan komunikasi
seperti jarak, waktu, dan interaksi sosial melalui fitur yang dipersonalisasi. Meskipun ada
beberapa aplikasi media sosial sebelumnya seperti Friendster dan Yahoo Koprol, tetapi
kini platform tersebut bahkan telah ada yang ditutup.

William Tanu Wijaya dan Leontinus Alpha Edison adalah teknopreneur sukses di
Indonesia yang mendirikan Tokopedia, platform marketplace e-commerce pada Februari
2009. Hingga kuartal keempat 2018, Tokopedia telah menjadi salah satu marketplace
terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, dengan 168 juta pengunjung dan investasi $1
miliar dari SoftBank, menjadikannya salah satu unicorn e-commerce Indonesia. Konsep
e-commerce B2B dan B2C Tokopedia yang berfokus pada menghubungkan penjual dan
pembeli serta memungkinkan pemasok kecil untuk bergabung dalam platform tersebut
telah membuatnya populer di kalangan masyarakat. Konsep ini berbeda dengan
supermarket konvensional yang banyak menuntut pemasok, termasuk biaya promosi,
sewa tempat, dan jangka waktu pembayaran yang lama. Diperlukan waktu enam bulan
hingga satu tahun dan biaya yang signifikan untuk produk pemasok baru muncul di rak
supermarket konvensional.

Kisah teknopreneur sukses dan inspiratif lainnya adalah Airbnb, platform berbasis
komunitas yang didirikan pada 2008 oleh dua desainer, Brian Chesky dan Joe Gebbia.
Airbnb adalah platform online yang menyediakan layanan persewaan rumah dan
apartemen di seluruh dunia, tempat penduduk lokal menyewakan properti mereka. Airbnb
memiliki jutaan tuan rumah dan pelancong yang membuat akun gratis untuk
mendaftarkan akomodasi unik mereka di seluruh dunia. Mereka menawarkan profil dan
iklan pribadi terverifikasi dan menyediakan sistem perpesanan yang cerdas sehingga
tamu dan tuan rumah dapat berkomunikasi dengan percaya diri dan mengelola platform
tepercaya untuk menarik dan mengirimkan pembayaran. Airbnb sekarang menjadi startup
bernilai lebih dari $30 miliar, dengan jutaan akomodasi unik, termasuk kastil, vila, dan
bahkan rumah pohon.

Kesuksesan para teknopreneur muda ini tak lepas dari dampak revolusi industri keempat.
Sayangnya, banyak perusahaan konvensional yang dulunya kuat dan sukses gulung tikar
karena kurangnya prinsip transformasi digital yang relevan di era revolusi industri
keempat. Pengenalan aplikasi ride-sharing di Yogyakarta, misalnya, menyebabkan
banyak bisnis taksi konvensional bangkrut atau menjual asetnya, kalah bersaing dengan
layanan taksi online.

E. INDUSTRI 4.0 PENOPANG DIMASA PANDEMI COVID 19


Indonesia adalah negara besar, negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam dan
keanekaragaman budaya, dengan populasi sebanyak 270 juta orang. Menurut data
Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2021, Indonesia akan mengalami bonus
demografi pada tahun 2030 di mana populasi produktif dapat mencapai 64% dari total
populasi, memberikan peluang besar bagi negara untuk menjadi maju, berkembang, dan
sukses. Revolusi Industri keempat memberikan peluang baru bagi bisnis dari segala
ukuran di Indonesia, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Untuk
menjadi negara yang sukses, bisnis perlu meninjau model bisnis yang sudah ada,
berinvestasi dalam teknologi, dan mengembangkan strategi jangka panjang dan target-
target. Saat ini, dunia sedang menghadapi pandemi COVID-19, yang telah menyebabkan
lockdown, mempengaruhi kesehatan publik, ekonomi, dan kehidupan sosial. Namun,
Revolusi Industri keempat telah menyelamatkan nyawa orang dan memungkinkan
UMKM untuk terus beroperasi, kegiatan pendidikan berjalan, dan layanan publik
berfungsi. Pemerintah perlu menciptakan regulasi yang jelas dan komprehensif untuk
mempromosikan transformasi digital dan melibatkan semua entitas untuk bekerja sama
dalam merangkul Revolusi Industri keempat. William Tanu Wijaya dan Leontinus Alpha
Edison dengan Tokopedia serta Brian Chesky dan Joe Gebbia dengan Airbnb adalah
contoh technopreneur yang telah mengubah konsep bisnis yang ada menjadi platform
digital, menyoroti pentingnya menangkap peluang dan kemampuan dalam memecahkan
masalah. Peran technopreneur di era Revolusi Industri keempat adalah menciptakan
solusi dan model bisnis baru, menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi,
akses ke informasi, dan keterbukaan.

F. PERAN TECHNOPRENURSHIP DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 PADA


ASPEK EKONOMI

Sebagai seorang technopreneur di era revolusi industri 4.0, diperlukan kemampuan untuk
menghasilkan gagasan dan ide bisnis yang inovatif dan orisinal, yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi. Oleh karena itu, technopreneur tidak
seharusnya memilih untuk menjalankan bisnis yang sama dengan pesaingnya, seperti
yang telah dilakukan oleh Tokopedia. Sebaliknya, mereka harus memperhatikan
lingkungan sekitar dan memanfaatkan masalah yang ada sebagai peluang untuk
menghasilkan konsep bisnis yang baru dan orisinal.

Untuk meraih sukses di era revolusi industri 4.0, technopreneur harus memiliki prinsip
berbagi dan berkolaborasi dengan orang lain, sehingga mereka dapat membangun mimpi
bersama-sama dan menciptakan dampak yang positif pada aspek ekonomi. Belajar dari
kisah sukses Mark Zuckerberg, William Tanu Wijaya, dan Brian Chesky, technopreneur
harus melibatkan banyak orang dalam membangun platform bisnis mereka. Bonus
demografi Indonesia di masa depan memberikan harapan optimis bagi pertumbuhan
ekonomi bangsa. Untuk mengantisipasi hal ini, perlu disiapkan generasi muda yang
produktif dan terampil dalam technopreneurship, yang mampu berfikir kritis, kreatif,
inovatif, serta memiliki kepedulian sosial terhadap masalah di masyarakat. Semua
stakeholder harus terlibat dalam mempersiapkan talenta technopreneurship yang handal
untuk memajukan bangsa dan membawa dampak positif bagi seluruh entitas yang
terlibat.
G. PERAN TECHNOPRENURSHIP ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 PADA ASPEK
SOSIAL KEMASYARAKATAN
Di era revolusi industri 4.0, penting bagi seorang technopreneur untuk memiliki peran
yang signifikan dalam aspek sosial kemasyarakatan. Selain mencari keuntungan,
technopreneur juga harus memperhatikan kehidupan sosial masyarakat dengan cara
menjaga dan memperbaiki tatanan kehidupan bersama dalam sebuah bangsa dan negara.
Dalam hal ini, bisnis yang dijalankan harus memberikan nilai dan manfaat positif bagi
masyarakat seperti menciptakan lapangan kerja, menghargai hak kekayaan intelektual,
berpartisipasi dalam pembangunan bangsa, serta dapat membentuk dan membangun
peradaban baru dalam masyarakat.

H. PERAN TECHNOPRENURSHIP ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 PADA ASPEK


LINGKUNGAN
Dalam era revolusi industri 4.0, seorang technopreneur tidak hanya memiliki tanggung
jawab untuk membangun ekonomi dan peradaban baru dalam masyarakat, tetapi juga
harus mampu memanfaatkan sumber daya alam secara produktif dan meningkatkan
efisiensi penggunaan sumber daya lokal. Selain itu, seorang technopreneur juga harus
mempertimbangkan upaya menjaga dan melestarikan sumber daya yang ada untuk
memastikan kelangsungan hidup masyarakat dan masa depan bangsa di masa yang akan
datang.

BAB XIII PERAN TECHNOPRENURSHIP DALAM MENGHADAPI


REVOLUSI INDUSTRI 5.0

A. PRAKATA
Technopreneurship adalah proses pemanfaatan produk teknologi atau inovatif hi-tech
untuk memasarkan produk kepada konsumen atau keduanya. Ini melibatkan hubungan
yang kuat dan sinergis antara teknologi, inovasi, dan kewirausahaan. Ekonomi Indonesia
diperkirakan akan menempati peringkat ke-7 terbesar di dunia pada tahun 2030,
menjadikannya pasar potensial bagi technopreneurship. Technopreneurship memerlukan
kesabaran yang tinggi dan keterampilan terkait bisnis lainnya. Tugas utama dari
technopreneurship adalah memastikan bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan
pelanggan target dan dapat dijual dengan untung. Society 5.0, revolusi sosial terbaru,
melibatkan penggunaan teknologi modern, seperti AI, robot, dan Internet of Things,
untuk membuat kehidupan manusia lebih nyaman. Technopreneurship diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi Society 5.0 dengan menciptakan nilai baru
melalui kemajuan teknologi dan meminimalkan masalah ekonomi dan sosial di masa
depan.
B. TECHNOPRENEUR
Materi tersebut membahas tentang teknopreneurship, yang merupakan gabungan antara
teknologi dan kewirausahaan. Dalam teknopreneurship, teknologi digunakan untuk
menciptakan produk inovatif yang dapat menjadi substitusi atau komplementer dalam
kemajuan peradaban manusia. Ada tiga komponen utama yang membentuk spirit dan
karakter teknopreneur, yaitu intrapersonal, interpersonal, dan extrapersonal. Intrapersonal
dan interpersonal adalah faktor soft skill, sedangkan extrapersonal berkaitan dengan
kemampuan untuk memberdayakan soft skill tersebut agar dapat diimplementasikan
secara lebih luas. Technopreneurship berkembang dari ide-ide kreatif di beberapa pusat
penelitian, yang kemudian dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai jual di
pasar. Technopreneurship merupakan proses sinergi antara penguasaan teknologi dan
pemahaman konsep kewirausahaan. Selain itu, teknopreneurship dapat membantu
perusahaan berbasis teknologi tumbuh, terutama yang kecil dan menengah, sehingga
dapat bersaing di pasar global dan mencapai keberlanjutan.
C. TECHNOPRENEURSHIP
Technopreneurship adalah gabungan dari teknologi dan kewirausahaan yang
menghasilkan produk atau layanan baru melalui proses komersialisasi. Pengembangan
teknologi yang semakin baik telah memperkuat pertumbuhan kewirausahaan, khususnya
technopreneurship. Technopreneurs harus memiliki keterampilan teknis dan bisnis yang
memadai serta terus menerus melakukan proses perbaikan dan mencoba untuk
mendefinisikan kembali ekonomi digital yang dinamis dari suatu negara. Tugas utama
technopreneurship adalah memastikan teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target
pelanggan dan dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan. Entrepreneurship biasa
hanya berfokus pada mendapatkan keuntungan.
D. LANDASAN TECHNOPRENEURSHIP
menjadi seorang technopreneur sukses. Pertama, technopreneur harus berangkat dari
kebutuhan masyarakat untuk menciptakan peluang bisnis. Kedua, technopreneur harus
memperkaya diri dengan ide dan inspirasi untuk menciptakan ide bisnis yang brilian dan
inovatif. Ketiga, technopreneur harus merencanakan bisnis dengan matang dan
melaksanakannya dengan cepat, dengan kemampuan untuk menganalisis pasar,
mendesain produk, membuat strategi pemasaran, menentukan harga dan target pasar,
serta menyusun struktur organisasi. Keempat, technopreneur harus menambahkan nilai
(value) pada produk yang dihasilkan agar lebih disukai dan laris dibandingkan produk
serupa. Hal ini bisa dilakukan dengan inovasi dan kreativitas, bukan hanya dengan
menaikkan harga.
E. PERANAN TECHNOPRENEURSHIP BAGI MASYARAKAT
Technopreneurship memiliki manfaat dalam pengembangan industri besar dan canggih
serta memberikan manfaat kepada masyarakat dengan kemampuan ekonomi lemah dan
meningkatkan kualitas hidup mereka, sehingga dapat mendukung pembangunan
berkelanjutan. Manfaatnya meliputi meningkatkan efisiensi dan produktivitas,
meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja baru, membentuk budaya baru
yang lebih produktif, memberikan solusi pada masalah-masalah sosial, dan meningkatkan
efisiensi penggunaan sumber daya alam dan energi.

Namun, di Indonesia dukungan terhadap invensi dan inovasi domestik masih terbatas,
dan terdapat kesenjangan antara penawaran dan permintaan solusi teknologi bernilai
tambah. Dana penelitian dan pengembangan nasional masih terbatas, dan kemampuan
technopreneurship domestik masih rendah. Pentingnya suatu negara memiliki Sumber
Daya Manusia yang unggul dari segi kualitas sejalan dengan pemikiran Edward Deming
dalam bukunya Out of the Crisis. Deming mencontohkan Jepang dan Singapura sebagai
negara yang mengandalkan keunggulan SDM. Untuk maju, negara perlu memiliki SDM
yang unggul, cukup sumber daya alam yang dikelola dengan baik, serta memproduksi
barang yang sesuai dengan tuntutan pasar dan konsumen dengan pengelolaan yang baik.

F. REVOLUSI SOSIAL 5.0


Society 5.0 adalah konsep yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang didorong
oleh penggunaan teknologi yang efisien, dengan fokus pada pemrosesan data di dunia
maya untuk membuat keputusan yang meningkatkan efisiensi, keamanan, kenyamanan,
kesehatan, dan distribusi kesejahteraan yang seimbang. Istilah "technopreneur"
digunakan untuk menggambarkan peluang kewirausahaan yang diciptakan oleh kemajuan
teknologi. Society 5.0 adalah penyempurnaan dari konsep sebelumnya (Society 1.0,
Society 2.0, Society 3.0, dan Society 4.0) dan didasarkan pada internet sebagai bagian
penting dari kehidupan manusia, yang telah menyebabkan pertumbuhannya yang pesat.
Industry 4.0 dan Society 5.0 adalah gerakan yang berbeda tetapi memiliki inti yang sama,
yaitu teknologi. Industry 4.0 adalah tren otomatisasi dan pertukaran data dalam
manufaktur, termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things, komputasi awan, dan
komputasi kognitif. Society 5.0 adalah nilai baru yang diciptakan melalui inovasi yang
menghilangkan disparitas regional, usia, gender, dan bahasa serta memungkinkan
penyediaan produk dan layanan yang dirancang secara halus untuk berbagai kebutuhan
individu dan kebutuhan laten. Dua revolusi ini melengkapi satu sama lain untuk
menciptakan pola kehidupan masyarakat, di mana setiap masalah dan tantangan dapat
diatasi melalui kombinasi inovasi dari berbagai elemen yang diterapkan di Industry 4.0
dan kemudian digabungkan dengan Society 5.0.

G. Peran Technopreneur dalam menghadapi Revolusi Sosial 5.0


Perkembangan teknologi telah membawa perubahan pada gaya hidup manusia dan pasar
tenaga kerja, dengan lahirnya berbagai profesi baru seperti blogger, web developer, dan
Big Data analyst. Dalam era Society 5.0, inovasi teknologi diarahkan untuk memperbaiki
produk dan jasa menjadi lebih berkualitas serta mengembangkan produk baru yang belum
tersentuh sebelumnya. Dalam Society 5.0, kendaraan otonom dan drone akan membawa
barang dan jasa ke daerah yang tidak berpenghuni, dan orang akan dapat berkonsultasi
dengan dokter mereka melalui tablet khusus. Dunia akan didukung oleh energi yang
fleksibel dan terdesentralisasi. Global Enterpreneurship Index menentukan 14 pilar untuk
menjadi seorang entrepreneur yang tangguh, termasuk memiliki keahlian start up,
menerima risiko, dan kemampuan networking. Pemerintah Indonesia berencana untuk
menjadikan Indonesia sebagai "The Digital Energy of Asia" dan mengharapkan
technopreneur untuk mengambil ide-ide kreatif dengan bantuan media sebagai katalisator
di era revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0.
BAB XIV BUSINESS PLAN

A. PENDAHULUAN
Business Plan merupakan suatu perincian dari strategi yang dapat diimplementasikan
menjadi langkah-langkah kerja. Hal ini sangat penting dalam Pengendalian Manajemen
perusahaan karena dapat membantu memastikan keselarasan strategi dan anggaran
perusahaan. Dalam Business Plan, terdapat hubungan sebab akibat dan indikator-
indikator yang harus dicapai, sehingga bukan hanya sekedar angka tetapi juga
mencerminkan langkah-langkah dan peta yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan dan
target perusahaan.
B. PENGERTIAN BISNIS PLAN
Business Plan adalah dokumen yang merinci seluruh aspek terkait usaha/bisnis,
mencakup informasi status saat ini, kebutuhan mendatang, dan hasil yang diharapkan dari
usaha/bisnis tersebut. Selain itu, rencana bisnis juga mencakup target jangka pendek,
menengah, dan panjang, cara untuk mencapai tujuan tersebut, solusi terhadap kendala
yang muncul, dan lainnya. Rencana bisnis adalah studi terperinci terhadap aktivitas
organisasi dan pernyataan tertulis yang menguraikan misi, tujuan bisnis, rincian
operasional dan keuangannya, kepemilikan dan struktur manajemennya dan bagaimana
harapannya untuk mencapai tujuannya. Business Plan juga merupakan dokumen
penjualan yang menyampaikan keyakinan dan janji bisnis kepada calon investor dan
pihak terkait. Dalam mengajukan proposal kerja sama bisnis, rencana bisnis menjadi
salah satu elemen penting untuk menarik investor. Tanpa rencana bisnis yang baik dan
valid, mustahil investor akan mau mempertaruhkan uangnya kepada perusahaan.
C. MENGAPA BISNIS PLAN?
sebagian besar bisnis yang berjalan tidak memiliki rencana usaha yang valid dan
terfokus, sehingga berjalan secara acak atau berdasarkan asumsi semata. Namun, rencana
bisnis sangat penting dalam bisnis karena dapat membantu kita fokus dan terarah dalam
menjalankan usaha, memprediksi jangka pendek dan jangka panjang bisnis, mencari
sumber dana untuk pengembangan, serta memberikan pedoman awal dalam memulai
bisnis. Selain itu, rencana bisnis dapat membantu menyeimbangkan emosi dan rasio
dalam menjalankan bisnis, serta menaikkan derajat usaha dengan menetapkan milestone
atau tonggak pencapaian yang dapat dinilai untuk mengetahui apakah bisnis kita naik
kelas atau tidak.
D. ASUMSI DALAM BISNIS PLAN
Sebagai seorang pebisnis pemula, business plan sangat penting untuk dipertimbangkan
sebelum memulai usaha. Namun, selain business plan, perlu juga memperhatikan model
bisnis yang valid yang dapat beradaptasi dengan perubahan dan melahirkan inovasi serta
dapat mengubah tren kehidupan masa depan. Dalam menyusun rencana bisnis, Anda
harus tetap optimis dan menetapkan target yang realistis dan terukur. Karakteristik dari
rencana bisnis yang baik antara lain singkat, terorganisir rapi dengan penampilan
menarik, panjang halaman kurang lebih 10-20 halaman, menjanjikan, menghindari
melebih-lebihkan proyeksi, mengemukakan risiko-risiko bisnis yang signifikan, memiliki
tim terpercaya dan efektif, fokus, mengidentifikasi target pasar, realistis, dan spesifik.
E. SWOT ANALISIS DALAM BISNIS PLAN
Analisis SWOT adalah sebuah teknik perencanaan strategi yang bertujuan untuk
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman suatu perusahaan dalam suatu
proyek atau bisnis. Ada empat unsur utama dalam analisis SWOT, yaitu Strength
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threats (ancaman).

Dalam melakukan analisis SWOT, perusahaan perlu menganalisis kekuatan dan


kelebihan perusahaan yang bisa memberikan pengaruh positif serta mengetahui
kelemahan apa saja yang dimiliki oleh perusahaan agar bisa menjadi bahan perbaikan.
Selain itu, perusahaan juga perlu melihat peluang apa saja yang ada dan perkembangan
tren apa yang sejalan dengan perusahaan, serta mencari tahu ancaman apa saja yang
mungkin dihadapi perusahaan yang dapat menghambat perkembangan perusahaan.

Terdapat dua faktor penting yang bisa memengaruhi keempat komponen analisis SWOT,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari dalam perusahaan, terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan, terdiri dari peluang dan ancaman.
Perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor ini agar bisa mengambil keputusan yang
tepat dalam mengembangkan bisnisnya.
F. KOMPONEN BISNIS PLAN
Rencana usaha terdiri dari beberapa komponen seperti ringkasan eksekutif, latar belakang
bisnis, analisis produksi bisnis, analisis sumber daya manusia dan talenta, analisis
pemasaran dan distribusi, analisis keuangan dan pengembalian modal, serta rencana
ekspansi dan pengembangan bisnis. Ringkasan eksekutif memberikan informasi singkat
tentang konsep bisnis, visi dan misi perusahaan, produk/jasa, persaingan, target dan
ukuran pasar, strategi pemasaran, tim manajemen, dan keuangan. Latar belakang bisnis
mencakup identitas bisnis, alasan mendirikan bisnis, nama, lokasi, badan hukum, visi dan
misi perusahaan, gambaran produk/jasa, struktur organisasi, perkembangan saat ini,
daftar tenaga ahli atau konsultan, serta status hukum dan kepemilikan. Analisis produksi
bisnis menjelaskan sistem produksi dan operasi bisnis mulai dari hulu sampai hilir,
termasuk proses usaha dari menerima pesanan, produksi barang, hingga distribusi.
Analisis sumber daya manusia dan talenta menjelaskan tim kerja, jumlah kebutuhan,
talenta, dukungan tenaga ahli atau bidang kepakaran dan konsultan yang akan
mendukung. Analisis pemasaran dan distribusi mencakup gambaran pasar, ceruk pasar
yang dibidik, karakteristik pasar, perkembangan tren dan pertumbuhan industri, serta
strategi pemasaran dan distribusi produk atau jasa. Analisis keuangan dan pengembalian
modal mencakup proyeksi pemasukan dan pengeluaran, sumber modal dan penggunaan
analisis, asumsi yang digunakan, break-even point (BEP), proyeksi neraca, perhitungan
kapan modal dapat kembali (payback period), internal rate of return (IRR), net present
value usaha (NPV), pengembalian investasi kepada investor, dan segala hal lain yang
berkaitan dengan aliran uang dalam rencana bisnis. Rencana ekspansi dan pengembangan
bisnis berisi mimpi dan tujuan jangka panjang terhadap bisnis, sasaran-sasaran dan
jadwal pencapaian (milestones), evaluasi risiko, dan exit plan.
G. FORMAT BISNIS PLAN
1. Overview of The Business
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.3. Ruang Lingkup Bisnis
1.4. Deskripsi Sektor Industri
1.5. Analisis Potensi Pasar, Konsumen dan (Analisis SWOT)
1.6. Program Marketing Fix
1.6.1. Produk
1.6.2. Harga
1.6.3. Promosi
1.6.4. Tempat
2. Operation Plan
2.1. Teknologi dan Proses Produksi
2.1.1. Teknologi
2.1.2. Proses Produksi
3. Financial Performance
3.1. Permodalan
3.2. Break Even Point (BEP)
3.3. Milestone/target pencapaian
3.4. Sales Forecast
3.5. Projected Profit and Loss
3.6. Proyeksi dan Cash Flow
4. Kesimpulan
H. MENYAJIKAN BISNIS PLAN
Rencana bisnis yang telah disusun perlu dipresentasikan kepada para investor dan
kreditor atau pihak lain yang berkepentingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
ketika mempresentasikan rencana bisnis antara lain:

1. Rencana bisnis harus lengkap dan valid secara substansi namun tidak perlu terlalu
tebal. Uraian lebih rinci dapat dibuat dalam bentuk lampiran.
2. Buatlah penampilan rencana bisnis semenarik mungkin agar investor dan kreditor
dapat mendapatkan kesan pertama yang baik terhadap perusahaan.
3. Cover depan rencana usaha perlu mencantumkan nama perusahaan, alamat,
nomor telpon, bulan dan tahun rencana usaha dikeluarkan. Upayakan cover dibuat
semenarik mungkin.
4. Cantumkan ringkasan eksekutif (executive summary) yang berisi ringkasan
rencana usaha, produk dan jasa yang dihasilkan, manfaat produk bagi pelanggan,
ramalan keuangan, tujuan perusahaan dalam jangka panjang, jumlah dana yang
dibutuhkan, serta manfaat yang akan diterima oleh investor. Ringkasan eksekutif
sebaiknya tidak lebih dari 2-3 halaman.
I. PENUTUP
Salah satu langkah penting yang perlu dilakukan oleh seorang pebisnis sebelum memulai
bisnisnya yaitu membuat perencanaan bisnis atau business plan. Business plan
merupakan pedoman yang wajib dimiliki ketika hendak memulai bisnis, bisnis dapat
berjalan lancar dan berjangka Panjang ketika direncanakan secara matang dan valid.
Rencana bisnis membantu dalam mencari investor, mengatur keuangan, dan membantu
dalam pengambilan keputusan. Rencana bisnis setidaknya berisikan Executive summary,
Deskripsi perusahaan, Produk atau layanan, Analisis pasar, perencanaan sumberdaya
manusia dan talenta Strategi marketing, dan Rencana keuangan.

Anda mungkin juga menyukai