Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Applied Net 3

Pengukuran Jaringan VOIP

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Universitas
Widyatama
Program
Studi Informatika 11-12 06710201 Ari Purno wahyu Wibowo

Abstract Kompetensi

Artikel ini juga sebagai bahan Pemahaman dasar pada keamanan


ilustrasi beberapa insiden keamanan jaringan komputer sangat perlu
yang terjadi dan mencoba untuk merawat jaringan komputer
menjelaskan bagaimana cara tanpa harus terjadi insiden
melindungi dengan mengambil keamanan didalam jaringan itu
keuntungan dari celah keamanan itu
sendiri
MODUL 11-12 PENGERTIAN DASAR TOPOLOGI JARINGAN

Pengukuran dan analisis Delay atau latency


Latency merupakan waktu yang diperlukan oleh paket dari terminal pengirim
hingga sampai ke terminal penerima. Delay merupakan parameter penting
untuk menentukan kualitas jaringan VoIP. Berdasarkan standar dari ITU-T
G.104 untuk kualitas VoIP yang baik, delay harus < 150 ms agar tidak terjadi
overlap pada komunikasi.

Call setup dilakukan dari client 1 ke client 2. kemudian paket yang lewat akan
ditangkap pada client. Digunakan Ethereal 0.10.13 untuk menangkap paket
yang masuk ke client.

Tabel 4. 1 Delay jaringan sistem VoIP

Kemudian paket yang masuk akan dihitung latencynya untuk mengetahui


berapakah latency yang muncul dan di bandingkan dengan standar yang
ditetapkan oleh ITU-T. Adapun hasil dari pengukuran delay adalah sesuai
dengan gambar di atas. Dari data diatas dapat di buat grafik seperti di atas.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa delay berbanding terbalik dengan
bitrate. Semakin besar bitrate maka delay akan semakin kecil. Grafik
menunjukkan bahwa untuk bit rate yang makin kecil, peningkatan delay yang
paling besar dimiliki oleh codec G.711. hal ini disebabkan karena G.711
memiliki payload yang paling besar yaitu 214 bytes. Perlu diperhatikan bahwa
semakin besar payload, maka delay paketisasi, routing, ,transmisi dan

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
switching akan semakin besar [6] . Delay terkecil untuk semua codec terjadi
ketika bitratenya 128 kbps. Terutama bagi codec G.711 performansi terbaik
menurut delaynya terjadi pada bitrate ini. Sedangkan codec dengan delay
rata – rata terkecil adalah G.729. baik dari bit rate 32 kbps sampai bitrate 256
besarnya delay pada codec ini hampir sama sekitar 19 ms.

4.2.2 Pengukuran Delay Total


Dalam teknologi VoIP, parameter delay disebabkan oleh beberapa komponen
delay yang secara garis besar yaitu delay coder (processing), delay
packetization,dan delay network.

• Coder (Processing) Delay


Coder (Processing) = (Waktu kompresi ) + (Waktu dekompresi) + algorithmic
delay.
- Untuk G.711 :
Waktu kompresi = 0 x frame size + look ahead
= 0 x 0,125 ms + 0 ms
= 0,375 ms

Waktu dekompresi = 10 % x waktu kompresi[4]


= 0,1 x 0,375 = 0,0375 ms
Algorithmic delay (G.711) = 0 ms
Jadi, Coder (Processing) Delay = 0.4125 ms

- Untuk GSM:
Waktu kompresi = 20 ms
Waktu dekompresi = 10 % x waktu kompresi
= 2 ms

Algorithmic delay (GSM) = 7,5 ms


Jadi, Coder (Processing) Delay = 29,5 ms
- Untuk G.729 :
Waktu kompresi = 10 ms

Waktu dekompresi = 10 % x waktu kompresi


= 1 ms

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
Algorithmic delay (G.729) = 5 ms
Jadi, Coder (Processing) Delay = 16 ms
• Packetization Delay

Mengacu pada hasil pengukuran network analyzer diketahui panjang paket


VoIP, besar data informasi paket VoIP dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut :
Voice payload size = Panjang paket IP – (Ethernet header + IP
header + UDP header + RTP header) - Untuk G711 :
Payload = 214 byte – (14+ 20+8 + 12) byte
= 160 byte

Untuk teknik kompresi G.711 dengan besar payload 160 byte maka delay
paketisasi adalah 1 ms.

- Untuk GSM :
Payload = 87 byte – (14+20 + 8 + 12) byte
= 33 byte

Untuk teknik kompresi GSM dengan besar payload 24 byte maka delay
paketisasi adalah 20 ms.
- Untuk G729 :
Payload = 74 byte – (14+12 + 8 + 20) byte
= 20 byte

Untuk teknik kompresi G.729 dengan besar payload 20 byte maka delay
paketisasi adalah 25 ms. Berdasarkan data yang didapat dari hasil
pengukuran tersebut maka one way delay dapat dihitung dengan
menjumlahkan coder processing delay, packetization delay, dan network
delay

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
Tabel 4. 2 Delay paketisasi,processing,jaringan dan delay total pada VoIP

4.2.3. Pengukuran dan Analisis Jitter


Jitter merupakan variasi delay yang terjadi karena waktu kedatangan paket yang berbeda –
beda. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa jitter adalah perbedaan waktu kedatangan
antara 1 paket dengan paket setelahnya. Parameter jitter perlu untuk dianalisis untuk
mengetahui delay kedatangan antar satu paket dengan paket lainnya. Semakin besar jitter
maka semakin perbedaan waktu antara suara asli dengan suara yang terdengar akan
semakin besar. Hal itu dapat menyebabkan besarnya collision antara paket bahkan dapat
menyebabkan echo cancelation.

4.2.3.1 Skenario Pengukuran Jitter


Pengukuran jitter dilakukan bersamaan dengan pengukuran delay dan packet
loss. Paket VoIP yang lewat ditangkap dan dianalisa. Adapun hasil
pengukuran tampak pada tabel di bawah

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
Tabel 4. 3 Jitter pada sistem VoIP

4.2.3.2. Analisis Pengujian jitter


ITU-T merekomendasikan jitter yang baik adalah < 30 ms. Sedangkan pada
hasil pengujian terhadap 3 codec, untuk codec G.711 tersebut terpenuhi pada
bitrate 128 kbps dan 256 kbps. Sedangkan untuk bitrate dibawah itu tidak
memenuhi. Untuk codec GSM dipenuhi pada bit rate 96 kbps keatas.
Sedangkan G.729 dipenuhi padabit rate 64 kbps. Jitter sangat mempengaruhi
kualitas suara. Semakin besar jitter maka suara yang dihasilkan akan
semakin tidak jelas (terputus - putus). Nilai jitter berpengaruh ketika packet
RTP yang datang akan di proses menjadi suara. Ketika nilai jitter lebih kecil
dari waktu pemrosesan paket data, maka sebelum paket selesai di proses
paket selanjutnya telah datang untuk menunggu diproses. Sehingga suara
yang dihasikan pun bagus. Ketika nilai jitter lebih besar dari delay processing
maka suara akan terdengar terputus – putus. Hal ini dapat diantisipasi
dengan menggunakan jitter buffer. Dengan demikian paket yang datang akan
dibuffer terlebih dahulu sebelum di proses. Tetapi ketika jitter dari paket jauh
lebih besar dari buffer jitter, maka kualitas suara akan menjadi buruk. Hal ini
terjadi ketika menggunakan codec G711 dengan bitrate 32 kbps, 64 kbps dan
96 kbps

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
4.2.4. Pengujian dan Analisis Packet Loss

4.2.4.1. Skenario pengujian packet loss

Packet loss menentukan besarnya paket yang hilang di dalam perjalanannya


dari source address ke destination address. Semakin besar packet loss
menyebabkan suara yang dikirim tidak akan bisa didengarkan (hilang).

Tabel 4. 4 Packet loss pada sistem VoIP

Packet loss diketahui dengan menggunakan ethereal yang menangkap paket


VoIP yang lewat di jaringan. Ketika client 1 dan client 2 berkomunikasi, paket
yang lewat akan ditangkap dan di analisis packet lossnya. Adapun hasil
pengujian untuk packet loss sesuai dengan tabel di atas Adapun grafik yang
ditampilkan seperti pada gambar diatas.
4.2.5 Analisis Packet Loss
Menurut standar dari ITU-T packet loss yang masih dapat diterima berada
pada 10% sampai 30%. Selain codec G.711 semuanya masih memenuhi
standar packet loss. Sedangkan untuk G.711 standar tersebut dipenuhi pada
bitrate 96 kbps. VoIP menggunakan protokol UDP untuk mengirimkan data.
Berbeda dengan TCP yang bersifat connection oriented. Protokol UDP tidak
mengirim ulang data yang hilang atau tidak sesuai. Hal ini menyebabkan
kemungkinan data yang hilang tidak dapat diganti (recovery). Apalagi bila
data dengan ukuran yang besar dikirimkan dengan bitrate yang rendah. Hal
ini terjadi pada codec G.711. dengan bitrate rendah menyebabkan
kemungkinan collision antar data menjadi lebih tinggi. Hal itu akan

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
menyebabkan packet loss meningkat. Dengan packet loss yang tinggi, maka
suara yang terkirim tidak akan diterima dengan baik di sisi penerima.

4.3 Pengujian Time Processing


Pengujian Running Time Preprocessing Pada pengujian ini dilakukan perhitungan running
time preprocessing dari berbagai porsi jumlah sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Tabel 1 tertuang hasil pengujian running time preprocessing

Gambar 4. 1 Block Diagram Penggunaan Rapid Miner

4.5 Implementasi Dengan Rapid Miner


Implementasi dengan RapidMiner Berikut adalah pengolahan data dengan menggunakan
naïve bayes pada RapidMiner

Gambar 4. 2 Block Diagram Validasi Data Training Dan Testing Dengan Metode Naive Bayes

Pemodelan adalah tahapan (langkah) dalam membuat model dari suatu sistem
nyata(realitas). Rapidminer adalah sebuah lingkungan machine learning data mining, text

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
mining dan predictive analytics. Jumlah dataset mencapai 80 record maka penulis
menggunakan tools Rapidmine untuk membantu proses perhitungan. Validation untuk
membantu mengahasilkan tingkat keakurasian berdasarkan dataset TA yang telah di
lakukan proses klasifikasi.

Tabel 4. 5 Dataset Pembacaan Data Dengan Rapid Miner

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
Gambar 4. 3 Hasil Perhitungan Waktu Dengan Naive Bayes

Pada percobaan dengan algoritma naïve bayes dengan menggunakan tools


Rapidminerdiperoleh waktu komputasi adalah 0 second. 0 second disini artinya komputasi
menggunakan naïve bayes berjalan cukup cepat. Hal ini sesuai dengan kelebihan naïve
bayesdibandingkan beberapa algoritma lain seperti neural network yang membutuhkan
waktu cukup lama untuk melakukan komputasi data

4.6 Trafik Bandwith

Gambar 4. 4 Perhitungan Kualitas Bandwith

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
Badwidth merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam sebuah hosting,
ketika anda memutuskan untuk mengenalkan sebuah website ataupun blok untuk orang
banyak, rencana awal selain memilih space yang tepat anda juga perlu menentukan
besarnya bandwith yang nantinya akan berdampak pada traffic yang datang.

Gambar 4. 5 perhitungan trafic dengan software wireshark

Untuk itulah anda perlu mengetahui bagaimana cara menghitung badwidth hosting dengan
benar yang disesuaikan untuk kebutuhan. Faktor utama yang perlu anda ketahui dalam
menghitung bandwidth yang tersedia yaitu perlu sekali mengetahui kecepatan koneksi
daripada batas total transfer.
Ukuran kecepatan koneksi pada FTP ke situs anda biasanya dalam megabit per detik,
seperti 6.0 Mbps. Dimana anda perlu menanyakan kepada host mengenai detail kecepatan
koneksinya. Hal yang lainnya yang perlu anda ketahui adalam masalah pada dua faktor
kecepatan download dan upload sebuah file. Tahap selanjutnya setelah anda mengetahui
kecepatan situs melalui host, anda perlu mengkonversi angka kedalam bentuk yang lebih
ringan. Biasanya browser menampilkan kecepatan download ataupun upload dalam KBps
(Kilobyte per detik), berikut beberapa konversi:

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
1 byte (B) = 8 bit (b)
1 kilobit (Kb) = 1000 bit (b)
1 megabyte (MB) = 1024 Kilobyte (KB)

Dengan menggunakan contoh 6.0 Mbps, Anda harus mengubah angka itu menjadi
bit di tempat pertama, sehingga

6.0 Mb * n / a Kb / Mb * n / b / Kb = n / a bit.

Mengkonversi nomor ini dalam byte, sehingga:


bit n / a / 8 b / B = n / byte

Mengkonversi byte ke kilobyte:


n / a / / B / K B = 732 KB
dari rumus tersebut menunjukkan bahwa kecepatan koneksi anda sekitar 732 KB/s atau
732 KBps. Hal terpenting yang perlu anda sadari bahwa semakin tinggi lalu lintas website
yang terjadi, maka akan semain membutuhkan jumlah bandwidth yang sangat besar, dan
biasanya penggunaan ataupun sisa bandwith yang masih tersedia akan ditampilkan pada
setiap control panel website. Dengan melihat hal tersebut, tentunya dan juga dapat
memperhitungkan apakah bandwidth yang sekarang ini digunakan telah sesuai dengan
lalulintas website.

4.7 trafik perhitungan Jitter

Gambar 4. 6 Trafic Perhitungan Trafic Jaringan Dengan Nilai Delay Propagasi

Propagation delay Proses perjalanan informasi selama di dalam media transmisi, misalnya
SDH, coax atau lembaga, menyebabkan delay yang disebut dengan delay propagasi.

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
Average Delay merupakan variasi delay antar paket yang terdapat pada jaringan
besarnya nilai jitter dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
• Tumbukan atau congesti.
• Pengiriman paket dengan ukuran besar pada jaringan dengan kapasitas rendah
• Variasi besar paket yang dikirimkan Semakin besar nilai jitter maka akan semakin
menurunkan performansi dari jaringan, karena itu nilai jitter harus seminimum
mungkin. Menurut Tiphon, katergori jaringan di bagi menjadi 4 bagian menurut
jitternya, yaitu Table kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi Tiphon)
Kategori Jitter Sangat bagus 0 ms Bagus 75 ms Jelek 125 ms Sangat jelek 225 ms
Rumus yang digunakan untuk menghitung jitter adalah : Average delay = Total waktu
/paket yang sampai.

4.8 Delay jaringan

Gambar 4. 7 Trafik Perhitungan Paket Loss Jaringan

Packet delay loss jaringan adalah jumlah paket hilang. Umumnya perangkat jaringan
memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama
buffer akan penuh dan data baru tidak akan diterima. Packet loss (kehilangan paket data
pada proses transmisi) dan desequencing merupakan masalah yang berhubungan dengan
kebutuhan bandwidth, namun lebih dipengaruhi oleh stabilitas rute yang dilewati data pada
jaringan, metode antrian yang efisien, pengaturan pada router Packet loss paket data yang
hilang atau tidak terkirim ke tujuan selama terjadinya koneksi. Semakin kecil nilai dari packet
loss, maka performa yang ditunjukkan akan semakin baik. Berikut adalah rumus untuk
menghitungpacket loss: Packet Loss = ∑ Paket dikirim - ∑ Paket diterima .

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
4.9 Delay paketansi

Gambar 4. 8 Paket Loss Delay Jaringan Saat Terjadinya Overlord Data

Packetensi Loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket mencapai tujuannya.


Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara
lain :

 Tabrakan atau congesti dalam jaringan Error pada media fisik Terjadi
overflow pada buffer Nilai paket loss dalam jaringan internet semakin kecil
semaikin baik. Table menunjukkan kategori performansi jaringan
berdasarkan paket loss versi Tiphon. Table kategori jaringan berdasarkan
persentase paket loss ( versi Tiphon) Kategori Packet Loss Sangat bagus
0% Bagus 3% Jelek 15% Sangat jelek 25% Rumus yang digunakan untuk
menghitung packet loss adalah : Packet Loss = ( paket yang di drop/paket
yang dikirim) * 100% (2.2). .

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
4.10 Delay total

Gambar 4. 9 Perhitungan Delay Total Pada Jaringan

4.11 grade

Gambar 4. 10 Grade Total Delay Dari Trafik Voip

Delay pada grade total adalah waktu yang diperlukan sebuah bit data untuk melewati sebua
jaringan dari sebuah node ke node yang lainnya. Terdapat tiga buah delay, yaitu
 Delay transmisi
 Delay propagasi
 Delay pemrosesan

Performa dinilai baik jika nilai delay yang dihasilkan semakin kecil. Untuk menghitung
sebuah delay dapat dirumuskan sebagai berikut:
Delay = Waktu Tiba – Waktu kiri

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

1. Bosworth Seymor, Kebay M. E: Computer Security Handbook 4ed, John Wiley &
Sons 2002
2. Check Point Software Technologies: Principles of Network Security, Check Point
Software
3. Technologies 2003
4. Kaye Doug, Loosely Coupled: Missing Pieces of Web Services, RDS Press 2003
5. Skillsoft Press: Cryptography Protocols and Algorithms, Skillsoft press 2003
6. Menga Justin, Timm Carl: CCSP: Secure Intrusion Detection and SAFE
Implementation Study
7. Guide, Sybex 2004
8. Howard Michael: Designing Secure Web-Bases Applications for Microsoft Windows
2000,
9. Microsoft Press 2000
10. ITU-T: Compendium of Approved ITU-T Security Definitions, edition 2003 February,
ITU 2003
11. Peuhkuri Markus: Lecture Material: Securing the Network and Information, 2004
12. Nguyen Hung Q., Johnson Bob, Hackett Michael: Testing Applications on the Web:
Test
13. Planning for Mobile and Internet-Based System 2nd Edition, John Wiley & Sons 2003
14. Russell Ryan et al., Stealing the Network: How to Own the Box, Syngress Publishing
2003
15. Koconis David, Murray Jim, Purvis Jos, Wassom Darrin: Securing Linux: A Survival
Guide for Linux Security, SANS Institute 2003
16. "TCP/IP Illustrated, volume 1: protokol," Richard Stevens, Addison Wesley, 1994
"internetworking dengan TCP/IP, volume 1: prinsip, protokol, dan arsitektur," Douglas
E. Comer, Prentice Hall, 1995.\
17. konfigurasi-port-security-pada-switch-cisco-ccna-rs/.
18. https://id.wikipedia.org/wiki/Voice_over_IP

‘20 Aplied Net 3 Modul 11-12 Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Ari Purno Wahyu Wibowo http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai