Anda di halaman 1dari 2

PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MENJADI PRODUK RDF (REFUSED DERIVED

FUEL) SEBAGAI BAHAN BAKU CO-FIRING PLTU BATUBARA

Latar Belakang
Penumpukan sampah di Indonesia kini masih menjadi masalah yang belum terselesaikan,
penimbunan sampah di berbagai TPA dan TPS di kota – kota besar di Indonesia banyak
menimbulkan berbagai macam permasalahan, antara lain pencemaran udara, pencemaran air,
hingga pembawa bibit penyakit. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan bahwa saat ini pengelolaan sampah masih belum
sesuai dengan metode dan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga dapat
berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan.
Salah satu sektor yang berkontribusi terhadap timbulan sampah di Indonesia adalah
sektor industri. Berdasarkan Data Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, pada tahun 2020, sector industry dan perkantoran menyumbang 3,22 % sampah atau
sekitar 2,1 juta ton, dengan komposisi sampah plastik sebesar 17% atau sekitar 380 ribu ton.
Nilai timbulan sampah ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat masih tingginya
pertumbuhan industry di Indonesia. Dengan kondisi demikian, jika tidak dilakukan pengelolaan
yang baik untuk mereduksi atau mengolah sampah, maka pencemaran sampah khususnya
pencemaran plastic di Indonesia akan terus meningkat
PLN sebagai salah satu industry yang bergerak di bidang pembangkitan, transmisi, dan
distribusi listrik, dalam menjalankan usahanya terus-menerus berupaya meningkatkan
pengelolaan lingkungan dengan menargetkan penerapan produksi zero waste pada tahun 2023.
Hal ini didukung dengan terbitnya RUPTL 2021-2023 yang digunakan sebagai landasan untuk
mencapai bauran energi EBT sebesar 23% mulai tahun 2025 dan mendukung porsi EBT lebih
dari 50% di tahun 2060, dimana PLN mendukung strategi tersebut dengan penggunaan co-firing
menggunakan biomasa pellet (sampah, kayu, dll) pada PLTU batubara. Penerapan co-firing
dengan menggunakan pellet yang berasal dari sampah ini berpotensi menjadi solusi untuk
permasalahan sampah di Indonesia, khususnya sampah plastic. Dimana dapat dilakukan
pengolahan sampah plastic menjadi RDF (Refused Derived Fuel). Produksi RDF bertujuan untuk
mengubah fraksi limbah yang mudah terbakar dari limbah plastik menjadi bahan bakar yang
dapat digunakan sebagai bahan baku co-firing.
Penerapan pengolahan sampah dari plastik untuk RDF ini telah berhasil diterapkan oleh
Industri Semen di Cilacap & DKI Jakarta. Berdasarkan hal tersebut, PLN memiliki potensi yang
besar untuk menerapkan program pengolahan sampah plastik untuk RDF, mengingat unit-unit
pembangkit PLN dalam kegiatan produksinya menghasilkan sampah plastic dalam jumlah yang
cukup besar. Salah satu nya adalah PT PJB UP Muara Karang, yang pada tahun 2016 – 2021
mencatatkan timbulan sampah plastik rata rata per tahun sebesar 280 ton. Dengan nilai kalor
kering sebesar 4574 kcal/kg (Studi Sampah PT PJB UP Muara Karang Tahun 2016), nilai ini
memenuhi persyaratan produk dan kualitas RDF dari parameter nilai kalor. Hal ini dapat menjadi
peluang pemanfaatan sampah plastik menjadi energy, yaitu dengan dilakukan pengolahan
menjadi RDF (Refused Derived Fuel) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan baku co-
firing.

Tujuan dan Manfaat


1. Mendukung target capaian bauran energi EBT sebesar 23% mulai tahun 2025 dan
mendukung porsi EBT lebih dari 50% di tahun 2060 sesuai RUPTL 2021-2023
2. Menjadi solusi permasalahan sampah plastic di PT PJB UP Muara Karang dan
berkontribusi terhadap target Rencana Aksi Nasional Pengurangan Sampah

Anda mungkin juga menyukai