Anda di halaman 1dari 17

TUGAS RESUME MATERI KELOMPOK

Disusun Oleh :

SANDY CALUDIO LABULU

201901072

R3B

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN EIDYA NUSANTARA PALU

2021
RESUME I LEUKIMIA
A. Definisi
Leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-
sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Leukimia
juga mempunyai beberapa jenis leukimia, seperti, Leukemia Mielogenus Akut, Leukemia
Mielogenus Kronis, Luekemia Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronis. Etiologi dari
leukimia sendiri sampai saat ini masih belum diketahui. Tetapi kebanyakan telah
ditemukan beberapa faktorpenyebabnya. Antara lain, radiasi, faktor leukemogenik, virus,
dan herediter.
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-
sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal. Leukemia juga bias
didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik. Berdasarkan dari
beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Leukimia juga mempunyai
beberapa jenis leukimia seperti Leukemia Mielogenus Akut, Leukemia Mielogenus
Kronis, Luekemia Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronis

B. Etiologi

1. Radiasi

2. Faktor leukemogenik Maksudnya disini itu karena faktor zat kimia tertentu. Biasanya
Racun lingkungan seperti benzena, Insektisida, obat-obatan terapi kaya kemoterapi
juga akan memungkinkan terjadinya Leukemia.
3. Virus
HTLV ituT-cell Leukemia Viruses yang merupakan penyebab utama dari ketidak
normalan perkembangan sel darah putih.
4. Herediter
Herediter disini maksudnya keturunan. Biasanya orang yang memiliki Sindrom Down
lebih rentan terkena Leukemia dibanding yang tidak. Kemungkinan terkenanya sekitar
20 kali lebih rentan dibanding yang normal. 
C. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak
pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia,.
Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur, yang termasuk translokasi
ini, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang
berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

D. Manifestasi keinis
1. Anemia
2. Perdarahan
3. Terserang Infeksi
4. Nyeri Tulang dan Persendian
5. Nyeri perut
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa
E. Komplikasi
Komplikasi  dibagi  menjadi  dua  macam  yaitu  akibat dari  penyakitnya  Sendiri
dan akibat  dari  pengobatan. Komplikasi dari  penyakit : Perdarahan akibat  dari
trombositopenia yang  sering berakibat  fatal apabila  terjadi  perdarahan otak. Infiltrasi
sel  leukemia  ke otak pun dapat  menyebabkan  gejala-gejala peninggian tekanan
intrakranial
F. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Kebanyakan pasien leukemia akan diberikan kemoterapi. Tujuannya adalah untuk
memusnahkan sel leukemia.

2. Terapi Irradiasi kranial


Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang
besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya selsel leukemia

ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data Demografi
Identitas pasien meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bangsa/suku,
pekerjaan, status perkawinan, ruangan , Nomor tempat tidur, tanggal masuk, tanggal
pengkajian dan diagnosa.
Riwayat Kesehatan Pasien
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Kesehatan Keluarga
A anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang sama dengan klien.
Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui jalan menularnya
penyakit.
Pola fungsi kesehatan
Makanan/cairan
Pemeriksaan Fisik
B1 (breathing)
B2 (bleeding)
B3 (brain)
B4 (bladder)
B5 (bowel)
Data Psikologi
Termasuk Konsep diri, status emosi, gaya komunikasi, pola koping, pola interaksi.
Data Sosial
Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup
Data Spiritual
Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS
Data Penunjang
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri b/d sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia
Intoleransi aktivitas b/d kelemahanumum, peningkatanlajumetabolik
Resiko terjadi perdarahan b/d trombositopenia
3. INTERVENSI
Kasus I
Tindakan: Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan
skala 0-10)
Rasional: Menentukan intervensi lebih lanjut dan tingkat nyeri
Kasus II
Tindakan: Perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
Rasional:Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
Kasus III
Tindakan: Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ ml, resiko terjadi perdarahan
Rasional:Normal untuk trombosit 150.000-300.000/ml

4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien

RESUME II PENYAMPAIAN BERITA BURUK

A. Definisi
Berita buruk secara medis didefinisikan sebagai informasi yang menciptakan
pandangan buruk bagi kesehatan seseorang. Berita buruk tersebut dapat
menimbulkan perasaan tanpa harapan pada pasien, ancaman terhadap kesehatan mental
dan fisik pasien, atau resiko mengganggu atau mengacaukan gaya hidup atau keseharian
pasien (Wright dkk, 2013). Tujuan penyampaian berita buruk adalah Merupakan
pekerjaan yang akan sering dilakukan namun membuat stress, Pasien Menginginkan
Kebenaran, Prinsip Hukum dan Etik, Hasil pemeriksaan klinis, Penyampaian pada pasien
mengenai kecacatan/penyakit kronis, Penyampaian pada pasien mengenai penyakit
kanker/tumor ganas

B. Tujuan Penyampaian Berita Buruk


1. Pekerjaan yang akan sering dilakukan namun membuat stress
2. Pasien Menginginkan Kebenaran
3. Prinsip Hukum dan Etik
4. Hasil pemeriksaan klinis
5. Penyampaian pada pasien mengenai kecacatan/penyakit kronis
6. Penyampaian pada pasien mengenai penyakit kanker/tumor ganas

C. Kesulitan Menyampaikan Berita Buruk


1. Khawatir bahwa berita itu akan menyebabkan efek buruk
2. Merasa bertanggung jawab dan takut jika disalahkan
3. Tidak tahu bagaimana cara terbaik untuk melakukannya
4. Tidak memiliki pengalaman pribadi
5. Khawatir bahwa akan sulit untuk menangani reaksi pasien atau keluarga
6. Keengganan untuk mengubah hubungan dokter-pasien yang ada
7. Tidak tahu kemampuan dan keterbatasan pasien
8. Tantangan tiap individu
9. Ketidak pastian tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya dan tidak
memiliki jawaban atas beberapa pertanyaan
10. Kurangnya kejelasan peran seorang pelayan kesehatan

D. Jenis-Jenis Berita Buruk


1. Kegagalan operasi
2. Vonis kanker.
3. Penyakit kronik seperti gagal ginjal kronik
4. Terminal Ilness
5. Tidak bisa mempunyai anak.
6. Kematian, dan lain-lain
E. Teknik Menyampaikan Berita Buruk
1. Melakukan persiapan
2. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya
3. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya
4. Menyampaikan berita
5. Memberikan respon terhadap perasaan pasien
6. Merencanakan tindak lanjut
7. Mengkomunikasikan Prognosis

F. Hal–Hal Yang Dianggap Penting Oleh Pasien Dalam Penyampaian Berita Buruk
1. Isi
Apa yang dibicarakan, dan seberapa banyak informasi atau keterangan yang diberikan
oleh perawat
2. Support
Kemampuan perawat dalam mempraktikkan komunikasi terapeutik serta mampu
memberikan dukungan tidak hanya pada pasien namun juga keluarganya
3. Fasilitas
Kapan dan dimana informasi akan diberikan
4. Cara Penyampaian
Perawat harus memberi informasi dengan singkat, jelas dan juga jujur sehingga dapat
dimengerti serta informasi yang ingin perawat sampaikan dapat diterima dengan baik
oleh pasien.
G. Penyampaian Berita Buruk Yang Kurang Tepat
1. Menunda penyampaian berita buruk sampai saat yang dianggap tepat
2. Membiarkan pasien menyimpulkan sendiri
3. Membungkus berita buruk
4. Banyak memberi alasan

H. Jenis-Jenis Reaksi Pasien Terhadap Frustasi


1. Menerima kenyataan itu dengan sabar
2. Bereaksi agresif
3. Penolakan terhadap kenyataan
4. Regresi
5. Stereotipi
I. Penyampaian Berita Buruk Dengan Metode Spikes
1. SETTING UP the interview
2. Assesing the Patient’s PERCEPTION
3. Obtaining the patient’s INVITATION
4. Giving KNOWLEDGE and information to the patient
5. Adressing the patient’s EMOTIONS with emphatic responses

RESUME III PENYAKIT TERMINAL / MENJELANG AJAL


PADA ANAK DENGAN KASUS HIV/AIDS PADA ANAK

A. Definisi
Penyakit terminal adalah Suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi penderita untuk sembuh. Kondisi tersebut adalah suatu proses yang
progresif menuju kematian berjalan melalui suatu proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu.
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh
secara bertahap yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena
berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus. HIV secara khusus menginfeksi
limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset
limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan
responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan
perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4.

B. Etiologi
HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan memasuki
limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik
lain dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap (Betz dan Sowden,
2002). Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV (Human
Immunodeficiency Virus) ke dalam tubuh manusia (Pustekkom, 2005).

C. Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi
imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,
berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV
pediatrik.
Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak
berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering
memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang
untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan
kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati
yang terjadi pada infeksi HIV anak.

D. Manifistasi kelinis
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang
diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control
sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan
splenomegali, limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm
terdapat pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare.
Diantara semua anak yang terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan
memunculkan gejala ini, kebergunaannya sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the
European Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.

E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini
meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan latex
agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila
dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan
cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR.
Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada
bayi lahir dengan ibu HIV.

F. Penatalaksanaan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
1. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
2. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
3. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid,
yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke
DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
4. Mengatasi dampak psikososial
5. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
6. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan
perlindungan universal (universal precaution)

G. Pengobatan
Penatalaksanaan AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan
perkembangan penyakit dan pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan dengan
menmggunakan tiga parameter : status kekebalan, status infeksi dan status klinik dalam
kategori imun : 1) tanpa tanda supresi, 2) tanda supresi sedang dan 3) tanda supresi berat.
Seorang anak dikatakan dengan tanda dan gejala ringan tetapi tanpa bukti adanya supresi
imun dikategorikan sebagai A2.
Status imun didasarkan pada jumlah CD$ atau persentase CD4 yang tergantung usia
anak (Betz dan Sowden, 2002).Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan
ditujuan terhadap mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti Kandidiasis dan
pneumonia interstisiel. Azidomitidin ( Zidovudin), videks dan Zalcitacin (DDC) adalah
obat-obatan untuk infeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah, Videks dan DDC kurang
bermanfaat untuk oenyakit sistem saraf pusat. Trimetoprin sulfametojsazol (Septra,
Bactrim) dan Pentamadin digunakan untuk pengobatan dan profilaksi pneumonia cariini
setiap bulan sekali berguna untuk mencegah infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk
hipogamaglobulinemia. Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV,
sebagai pengganti vaksin poliovirus (OPV), anak-anak diberi vaksin vorus polio yang
tidak aktif (IPV) (Betz dan Sowden, 2002).
 
Asuhan keperawatan

A PENGKAJIAN
Tanda klinis

1. Saat mendekati kematian

a. Hilangnya tonus otot

b. Relaksasi otot wajah

c. Sulit untuk bicara

2. Dekat kematian

a. Dilatasi pupil

b. Tidak bisa bergerak

c. Refleks hilang

3. Kematian

a. Terhentinya nafas, nadi dan tekanan darah

b. Hilang respon terhadap stimulus eksternal

c. Pergerakan otot tidak ada

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnsa I

Ansietas/ketakutan (individu, keluarga) yang berhubungan dengan situasi yang tidak di


kenal, sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada
gaya hidup

2. Diagnsa II

Resiko terhadap distres spritual yang berhubungan dengan perpisahan dari siystem
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau tidak mampuan dalam menghadapi ancaman
kematian

3. Diagnsa III
Prubahan proses kuarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan akan hasil
(kematian) dan lingkumganya penuh stres (tempat perawatan)

C. PERENCANAAN

Yang bertujuan :

1. Untuk membantu klien meninggal dengan tenang

2. Untuk mengurangi kesepian, depresi dan takut

3. Untuk menjaga rasa aman, harga diri, dan martabat

D. IMPLEMENTASI

1. Bantu klien meninggal bermartabat dengan suport dan mengembalikan kontrol diri
karena dying dapat membuat klien lepas kontrol.

2. Bantu klien mengatasi kesepian, depresi dan takut

3. Mempertahankan rasa aman, percaya diri, martabat, dan harga diri

4. Mempertahankan harapan yang dimiliki

E. EVALUASI

1. Bebas rasa takut

2. Secara verbal mengemukakan rasa marah, sedih, dan menderita

3. Berperan dalam program therapi

4. Mempertahankan hubungan dengan oranglain : support person

RESUME IV Penyakit Degeneratif (Askep Osteoporosis)

A. Definisi Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan pada seiring
bertambahnya usia maupun gaya hidup yang tidak sehat. Adapun salah satu contoh
penyakit degeneratif adalah osteoporosis. Osteoporosis berasal dari kata osteo dan
porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi,
osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas
berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang.

B. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat
khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.
Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang yang ditandai dengan berkurangnya
massa tulang dan adanya kerusakan dari arsitektur tulang sehingga terjadi peningkatan
kerapuhan tulang yang dapat menyebabkan mudah terjadi fraktur. Pada pasca menopause,
terjadi penurunan estrogen yang dapat menyebabkan meningkatnya resorpsi tulang, dan
diduga berhubungan dengan peningkatan sitokin.

C. Etiologi

Osteoporosis disebabkan oleh glukokortikoid yang mengganggu absorbs kalsium diusus


dan peningkatan ekstraksi kalsium lewat ginjal sehingga akan menyebabkan hipokalsemia,
hiperparatiroidisme sekunder dan peningkatan kerja osteoklas

D. Patofisiologi

Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang yang ditandai dengan berkurangnya


massa tulang dan adanya kerusakan dari arsitektur tulang sehingga terjadi peningkatan
kerapuhan tulang yang dapat menyebabkan mudah terjadi fraktur. Massa tulang yang
berkurang akan membuat tulang semakin tipis dan rapuh sehingga mudah patah pada
trauma yang ringan.

E. Manifestasi klinis

penurunan tinggi badan, lordosis, Nyeri pada tulang, atau fraktur, biasanya pada vertebra,
pinggul atau lengan bagian bawah.

F. Klasifikasi

a. Osteoporosis primer
b. Osteoporosis sekunder

c. Osteoporosis idiopatik

G. Pencegahan

Rutin berolahraga, Perbanyak Asupan Kalsium, Konsumsi Vitamin D, Penuhi Kebutuhan


Protein, Jaga Berat Badan Sehat, Hindari Merokok

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas Klien

Seperti nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, bahasa, pendidikan,
pekerjaan, status, dan tempat tinggal.

b. Keluhan Utama

Pasien mengeluh ngilu di bagian esktremitas.

c. Riwayat kesehatan

1) Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :


2) Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan pinggang
3) Berat badan menurun
4) Jenis kelamin
5) Pola latihan dan aktivitas
d. Pengkajian psikososial

Gambaran klinis penderita dengan osteoporosis adalah wanita yang telah mengalami
menopause dengan keluhan rasa nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi
adanya multiple fraktur karena trauma.

e. Pola aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, mengisis waktu luang.
2. Pemeriksaan fisik

Sistem pernafasaan, Sistem kardiovaskuler, Sistem persyarafan, Sistem perkemihan,


Sistem pencernaan, Sistem muskoloskeletal

B. Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan fungsi ekstremitas dan
penurunan kekuatan otot

C. Intervensi

1. Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.


2. Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam nyeri akut dapat diatasi

Intervensi Rasional

1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. pengkajian yang dilakukan secara


komprehensif termasuk lokasi, komprehensif dapat
karakteristik, durasi, frekuensi, mengidentifikasikan secara
kualitas, dan faktor presipitasi mendetail dan menyeluruh
mengenai keluhan pasien.
2. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu 2. Gangguan lingkungan dan
ruangan, kebisingan rangsangan dapat meningkatkan
tekanan vaskuler serebral
3. Ajarkan tekhnik nonfarmakologi
(distraksi, guide imagery) 3. Meningkatkan relaksasi dan dapat
mengurangi nyeri
4. Berikan analgetik sesuai indikasi
4. Analgetik dapat mengurangi nyeri
Diagnosa 2: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan fungsi ekstremitas
dan penurunan kekuatan otot.

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, hambatan mobilitas fisik dapat diatasi

Intervensi Rasional

1. Periksa vital sign 1. Mengetahui perubahan TTV pasien


sebelum/sesudah latihan dan sebelum dan sesudah latihan, sebagai
lihat respon pasien saat latihan. evaluasi respon pasien setelah dilakukan
latihan.
2. Konsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana ambulasi 2. Kolaborasi dengan terapist akan lebih
sesuai dengan kebutuhan baik
pasien.
3. Membantu pasien sehingga memudahkan
3. Bantu pasien untuk pasien saat berjalan dan mencegah
menggunakan alat bantu saat terjadinya cedera
berjalan dan cegah terjadinya
4. Mengetahui kemampuan pasien dalam
cedera
mobilisasi
4. Kaji kemampuan pasien dalam
5. Melatih pasien dalam memenuhi
mobilisasi
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
5. Latih pasien dalam pemenuhan dengan kemampuannya
kebutuhan ADLs secara
6. Agar pasien tahu bagaimana teknik
mandiri sesuai kemampuan
merubah posisi
6. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
batuan jika diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai