Disusun Oleh :
201901072
R3B
2021
RESUME I LEUKIMIA
A. Definisi
Leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-
sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Leukimia
juga mempunyai beberapa jenis leukimia, seperti, Leukemia Mielogenus Akut, Leukemia
Mielogenus Kronis, Luekemia Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronis. Etiologi dari
leukimia sendiri sampai saat ini masih belum diketahui. Tetapi kebanyakan telah
ditemukan beberapa faktorpenyebabnya. Antara lain, radiasi, faktor leukemogenik, virus,
dan herediter.
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-
sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal. Leukemia juga bias
didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik. Berdasarkan dari
beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Leukimia juga mempunyai
beberapa jenis leukimia seperti Leukemia Mielogenus Akut, Leukemia Mielogenus
Kronis, Luekemia Limfositik Akut, Leukemia Limfositik Kronis
B. Etiologi
1. Radiasi
2. Faktor leukemogenik Maksudnya disini itu karena faktor zat kimia tertentu. Biasanya
Racun lingkungan seperti benzena, Insektisida, obat-obatan terapi kaya kemoterapi
juga akan memungkinkan terjadinya Leukemia.
3. Virus
HTLV ituT-cell Leukemia Viruses yang merupakan penyebab utama dari ketidak
normalan perkembangan sel darah putih.
4. Herediter
Herediter disini maksudnya keturunan. Biasanya orang yang memiliki Sindrom Down
lebih rentan terkena Leukemia dibanding yang tidak. Kemungkinan terkenanya sekitar
20 kali lebih rentan dibanding yang normal.
C. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak
pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia,.
Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur, yang termasuk translokasi
ini, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang
berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
D. Manifestasi keinis
1. Anemia
2. Perdarahan
3. Terserang Infeksi
4. Nyeri Tulang dan Persendian
5. Nyeri perut
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa
E. Komplikasi
Komplikasi dibagi menjadi dua macam yaitu akibat dari penyakitnya Sendiri
dan akibat dari pengobatan. Komplikasi dari penyakit : Perdarahan akibat dari
trombositopenia yang sering berakibat fatal apabila terjadi perdarahan otak. Infiltrasi
sel leukemia ke otak pun dapat menyebabkan gejala-gejala peninggian tekanan
intrakranial
F. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Kebanyakan pasien leukemia akan diberikan kemoterapi. Tujuannya adalah untuk
memusnahkan sel leukemia.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data Demografi
Identitas pasien meliputi: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bangsa/suku,
pekerjaan, status perkawinan, ruangan , Nomor tempat tidur, tanggal masuk, tanggal
pengkajian dan diagnosa.
Riwayat Kesehatan Pasien
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Kesehatan Keluarga
A anggota keluarga apakah ada yang mederita penyakit yang sama dengan klien.
Genogram
Mengetahui silsilah keluarga dalam bentuk diagram dan mengetahui jalan menularnya
penyakit.
Pola fungsi kesehatan
Makanan/cairan
Pemeriksaan Fisik
B1 (breathing)
B2 (bleeding)
B3 (brain)
B4 (bladder)
B5 (bowel)
Data Psikologi
Termasuk Konsep diri, status emosi, gaya komunikasi, pola koping, pola interaksi.
Data Sosial
Termasuk pendidikan dan pekerjaan, hubungan sosial dan gaya hidup
Data Spiritual
Bagaimana kebiasaan ibadahnya sebelum dan sesudah MRS
Data Penunjang
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri b/d sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia
Intoleransi aktivitas b/d kelemahanumum, peningkatanlajumetabolik
Resiko terjadi perdarahan b/d trombositopenia
3. INTERVENSI
Kasus I
Tindakan: Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan
skala 0-10)
Rasional: Menentukan intervensi lebih lanjut dan tingkat nyeri
Kasus II
Tindakan: Perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
Rasional:Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
Kasus III
Tindakan: Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ ml, resiko terjadi perdarahan
Rasional:Normal untuk trombosit 150.000-300.000/ml
4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien
A. Definisi
Berita buruk secara medis didefinisikan sebagai informasi yang menciptakan
pandangan buruk bagi kesehatan seseorang. Berita buruk tersebut dapat
menimbulkan perasaan tanpa harapan pada pasien, ancaman terhadap kesehatan mental
dan fisik pasien, atau resiko mengganggu atau mengacaukan gaya hidup atau keseharian
pasien (Wright dkk, 2013). Tujuan penyampaian berita buruk adalah Merupakan
pekerjaan yang akan sering dilakukan namun membuat stress, Pasien Menginginkan
Kebenaran, Prinsip Hukum dan Etik, Hasil pemeriksaan klinis, Penyampaian pada pasien
mengenai kecacatan/penyakit kronis, Penyampaian pada pasien mengenai penyakit
kanker/tumor ganas
F. Hal–Hal Yang Dianggap Penting Oleh Pasien Dalam Penyampaian Berita Buruk
1. Isi
Apa yang dibicarakan, dan seberapa banyak informasi atau keterangan yang diberikan
oleh perawat
2. Support
Kemampuan perawat dalam mempraktikkan komunikasi terapeutik serta mampu
memberikan dukungan tidak hanya pada pasien namun juga keluarganya
3. Fasilitas
Kapan dan dimana informasi akan diberikan
4. Cara Penyampaian
Perawat harus memberi informasi dengan singkat, jelas dan juga jujur sehingga dapat
dimengerti serta informasi yang ingin perawat sampaikan dapat diterima dengan baik
oleh pasien.
G. Penyampaian Berita Buruk Yang Kurang Tepat
1. Menunda penyampaian berita buruk sampai saat yang dianggap tepat
2. Membiarkan pasien menyimpulkan sendiri
3. Membungkus berita buruk
4. Banyak memberi alasan
A. Definisi
Penyakit terminal adalah Suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi penderita untuk sembuh. Kondisi tersebut adalah suatu proses yang
progresif menuju kematian berjalan melalui suatu proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu.
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh
secara bertahap yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena
berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus. HIV secara khusus menginfeksi
limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset
limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan
responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan
perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4.
B. Etiologi
HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan memasuki
limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik
lain dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap (Betz dan Sowden,
2002). Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV (Human
Immunodeficiency Virus) ke dalam tubuh manusia (Pustekkom, 2005).
C. Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi
imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,
berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV
pediatrik.
Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak
berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering
memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang
untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan
kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati
yang terjadi pada infeksi HIV anak.
D. Manifistasi kelinis
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang
diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control
sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan
splenomegali, limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm
terdapat pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare.
Diantara semua anak yang terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan
memunculkan gejala ini, kebergunaannya sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the
European Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
E. Pemeriksaan penunjang
Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini
meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan latex
agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila
dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan
cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR.
Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada
bayi lahir dengan ibu HIV.
F. Penatalaksanaan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
1. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
2. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
3. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid,
yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke
DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
4. Mengatasi dampak psikososial
5. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
6. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan
perlindungan universal (universal precaution)
G. Pengobatan
Penatalaksanaan AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan
perkembangan penyakit dan pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan dengan
menmggunakan tiga parameter : status kekebalan, status infeksi dan status klinik dalam
kategori imun : 1) tanpa tanda supresi, 2) tanda supresi sedang dan 3) tanda supresi berat.
Seorang anak dikatakan dengan tanda dan gejala ringan tetapi tanpa bukti adanya supresi
imun dikategorikan sebagai A2.
Status imun didasarkan pada jumlah CD$ atau persentase CD4 yang tergantung usia
anak (Betz dan Sowden, 2002).Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan
ditujuan terhadap mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti Kandidiasis dan
pneumonia interstisiel. Azidomitidin ( Zidovudin), videks dan Zalcitacin (DDC) adalah
obat-obatan untuk infeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah, Videks dan DDC kurang
bermanfaat untuk oenyakit sistem saraf pusat. Trimetoprin sulfametojsazol (Septra,
Bactrim) dan Pentamadin digunakan untuk pengobatan dan profilaksi pneumonia cariini
setiap bulan sekali berguna untuk mencegah infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk
hipogamaglobulinemia. Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV,
sebagai pengganti vaksin poliovirus (OPV), anak-anak diberi vaksin vorus polio yang
tidak aktif (IPV) (Betz dan Sowden, 2002).
Asuhan keperawatan
A PENGKAJIAN
Tanda klinis
2. Dekat kematian
a. Dilatasi pupil
c. Refleks hilang
3. Kematian
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnsa I
2. Diagnsa II
Resiko terhadap distres spritual yang berhubungan dengan perpisahan dari siystem
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau tidak mampuan dalam menghadapi ancaman
kematian
3. Diagnsa III
Prubahan proses kuarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan akan hasil
(kematian) dan lingkumganya penuh stres (tempat perawatan)
C. PERENCANAAN
Yang bertujuan :
D. IMPLEMENTASI
1. Bantu klien meninggal bermartabat dengan suport dan mengembalikan kontrol diri
karena dying dapat membuat klien lepas kontrol.
E. EVALUASI
A. Definisi Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan pada seiring
bertambahnya usia maupun gaya hidup yang tidak sehat. Adapun salah satu contoh
penyakit degeneratif adalah osteoporosis. Osteoporosis berasal dari kata osteo dan
porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi,
osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas
berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang.
B. Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat
khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.
Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang yang ditandai dengan berkurangnya
massa tulang dan adanya kerusakan dari arsitektur tulang sehingga terjadi peningkatan
kerapuhan tulang yang dapat menyebabkan mudah terjadi fraktur. Pada pasca menopause,
terjadi penurunan estrogen yang dapat menyebabkan meningkatnya resorpsi tulang, dan
diduga berhubungan dengan peningkatan sitokin.
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi klinis
penurunan tinggi badan, lordosis, Nyeri pada tulang, atau fraktur, biasanya pada vertebra,
pinggul atau lengan bagian bawah.
F. Klasifikasi
a. Osteoporosis primer
b. Osteoporosis sekunder
c. Osteoporosis idiopatik
G. Pencegahan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Seperti nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, bahasa, pendidikan,
pekerjaan, status, dan tempat tinggal.
b. Keluhan Utama
c. Riwayat kesehatan
Gambaran klinis penderita dengan osteoporosis adalah wanita yang telah mengalami
menopause dengan keluhan rasa nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi
adanya multiple fraktur karena trauma.
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, mengisis waktu luang.
2. Pemeriksaan fisik
B. Diagnosa
C. Intervensi
Intervensi Rasional
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, hambatan mobilitas fisik dapat diatasi
Intervensi Rasional