Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

“HARGA DIRI RENDAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Di Rumah Sakit Madani

Disusun Oleh : I Wayan Adi Sucipta


NIM : 201901053.

PROGAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LEMBARAN PERSETUJUAN
“HARGA DIRI RENDAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Di Rumah Sakit Madani

Pembimbing Lahan Pemimbing Akademik

( ) Mahasiswa ( )

( )

PROGAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2022
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah
dari orang lain. Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspersikan.
Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
2. Rentang Respon

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas
Gambar 1 : Rentang respon harga diri rendah kronis

Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana


aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart dan laraia,
2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi
pervasive dan muncul bersama penyakit lain.

Menurut Nanda 2005 tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai


perilkau telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang
meliputi mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama
dan terus menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak
mata kurang/tidak ada.Selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk
mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan
hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negtaif mengenai dirinya.

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dialkukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
missalnya pemakian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus.Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
sosial, keagamaan dan politik.Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau konteks popularitas.Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.

Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang


diharapakn individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering diguanakan adalah fantasi,
eregresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihakn marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain. Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah
kronis juga dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis,
psikologis, sosial dan cultural.

Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secra yang dapat
mempenagaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak
pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonim yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan haga diri rendah kronis semakin besar karena klien
lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendahh kronis adalah :

a. System limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus
b. Hypothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi. Karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan
tersebut.
c. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi emngatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi snesori
yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan
yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu mendominasi
pikiran dari klien
d. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah :
a. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak
b. CT Scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
c. Single photon emission computed tomography (SPECT), melihat wilayah
otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan
perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
d. Magnetic resonance imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio computer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak. Beberapa posedur
menggunakan kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.

Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan


lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti :
a. Acetycholine (ach), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami
penurunan
b. Neropinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, puast perhatian dan orientasi,
mengatur “fight-flight” dan proses pembelajaran dan memori, mengalami
penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan depresi.
c. Serotonim, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasia oleh pikiran-pikiran negative dan
tidak berdaya
d. Glutamate, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang
energy, selalu terlihat mengantuk. Selain itu berdasarkan diagnose medis
klien yaitu skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya penurunan
glutamate.

Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang adapat


diguanakan adalah :
a. PositronEmisssion (PET), mengukur emisi/pancaran dari bahan kimia
radioktif yang diberi label dan telah di suntik kedalam aliran darah untuk
mengasilkan gambarandua atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan
kimia tersebut di dalam tubuh dan otak.pet dapat memperlihatkan
gambaran aliran darah,oxygen, metabolism glukosa dan kosentrasi obat
dalam jaringan otak. Yang merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat
dipelajari lebih lanjut tetang fisiologi dan neuro – kimiawi otak.
b. Transcranial magnetic stimulations (TMS) dikombinasikan dengan MRI,
para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak. TMS
dapat menggambarkan proses motorik dan visual dan dapat
menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak dengan perilaku
manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.

Berdasarkan faktor psikologi, harga diri rendah konis sangat


berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran
dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis meliputi penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak
realitas,orang tua yang tidak percaya pada anak,tekanan teman sebaya peran
yang tidak susai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
Faktor sosial : secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan,tempat tinggal di
daerah kumuh dan rawan kultur social yang berubah missal ukuran
keberhasilan individu.
Faktor kultural : tuntutan pada sesuai kebudayaan sering meningkatkan
kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah
jika umur sudah mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup
individualisme.
Akumulasi faktor predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga diri
rendah kronis setelah adanya faktor presipitasi.faktor presiptasi dapat
disebabkan dari dalam diri sendiri ataupun dari luar,antara lain ketengangan
peran,koflik peran yang tidak jelas,peran berlebihan,perkembngan transisi,
situasi transisi peran dan trransisi peran sehat – sakit.
3. Faktor Predisposisi
Faktor prediposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
4. Faktor Presipitasi
Faktor presipistasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep
diri : harga diri rendah kronis in dapat terjadi secara situasional maupun
kronik.
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguna jiwa dengan harga
diri rendah yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi selera amakan berkurang tidak berani menatap
lawan bicara
i. Lebih banyak menunduk
j. Bicara lambat dengan nada suara lemah
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan untuk menghadapi ansietas dan
ketidakpastian kebingungan identitas. Terbagi menjadi dua yaitu pertahanan
jangka pendek dan pertahanan jangka panjang.
a. Jangka pendek
Empat kategori pertahanan jangka pendek adalah :
1) Memberikan pelarian sementara dari krisis identitas berupa kegiatan
yang dilakukan untuk lari sementara krisis : pemakaian obat-obatan,
kerja keras menonton tv terus-menerus.
2) Memberikan identitas pengganti sementara berupa kegiatan
mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagamaan
politik)
3) Sementara memperkuat atau meningkatkan rasa membaur diri berupa
kegiatan yang memberi dukungan sementara
4) Mewakili upaya jangka pendek untuk membuat identitas diri berarti
dan pembauran identitas untuk menegaskan bahwa makna hidup itu
sendiri tidak berarti berupa kegiatan mencoba menghilangkan
identitas sementara.
b. Jangka panjang
1) Salah satu upaya pertahanan jangka pendek mungkin dikembangkan
menjadi pertahanan jangka panjang yang menghasilkan prilaku
maladaptif
2) Mengenali penyitaan atau penutupan identitas
3) Hal ini terjadi ketika orang mengadopsi “siap pakai” jenis identitas
yang digunakan oleh orang lain tanpa benar-benar menjadi aspirasi
atau inspirasi mereka sendiri
4) Identitas negatif : asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat. Dalam hal ini orang mencoba untuk mendefinisikan diri
dengan antisosial. Pilih identitas negatif adalah upaya untuk
mempertahankan beberapa penguasaan situasi dimana identitas
positif tanpaknya tidak mungkin.
7. Sumber Koping
Adapun beberapa sumber koping antara lain :
a. Olahraga dan kegiatan diluar ruangan
b. Hobi dan kerajinan
c. Seni ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pendidikan atau platihan
f. Vokasi atau posisi
g. Bakat khusus
h. Intelijensi
i. Imajinasi dan Kreatifitas
j. Hubungan personal
8. Penatalaksanaan Umum
Menurut Eko (2016), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.Terapi yang
dimaksud meliputi :
a. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine
HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya :
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
Ariprprazole.
b. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik diri dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama.
c. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/
detik.
d. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia dan
kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan ketrampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi
diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
e. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut
Kaplan & Saddock, 2015 mengatakan, tindakan keperawatan yang
dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif,
terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah bisa secara individu,
terapi keluarga, kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis
keperawatan lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah yang
efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan
orang lain, sosial, dan lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi
kognitif pada pasien dengan harga diri rendah
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data Yang Perlu Dikaji
Masalah
Data Yang Perlu Dikaji
Keperawatan
Harga diri rendah Subjektif :
kronis a.Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c.Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau bekerja
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan
perawatan diri (mandi, berhias, makan atau toileting)
Objektif :
a.Mengkriktik diri sendiri
b. Persaan tidak mampu pandangan hidup pesimis
c.Tidak menerima pujian
d. Penurunan produktivitas
e.Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri
g. Berpakaian tidak rapi
h. Berkurang selera makan
i. Tidak berani menatap lawan bicara
j. Lebih banyak menunduk
k. Bicara lambat dengan nada suara lemah

2. Diagnosa
a. Harga diri rendah kronis
3. Intervensi Dan Rasional
Diagnosa : Harga Diri Rendah

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu : Setelah ….x SP 1
a. Mengidentifikasi pertemuan, pasien a. Identifikasi
kemampuan dan mempu : kemampuan positif
aspek positif yang a. Mengidentifikasi yang dimiliki
dimiliki kemampuan aspek 1) Diskusikan bahwa
b. Menilai kemampuan postitf yang dimilik pasien masih
yang dapat b. Memiliki memiliki sejumlah
digunakan kemampuan yang kemampuan dan
c. Menetapkan/memilih dapat digunakan aspek positif
kegiatan yang sesuai c. Memilih kegiatan seperti kegiatan di
dengan kemampuan sesuai kemampuan rumah adanya
d. Melatih kegiatan d. Melakukan kegiatan keluarga dan
yang sudah dipilih, yang sudah dipilih lingkungan
sesuai kemampuan e. Merencanakan terdekat pasien
e. Merencanakan kegiatan yang sudah 2) Beri pujian yang
kegiatan yang sudah dilatih realitas dan
dilatihnya. hindarkan setiap
kali bertemu
dengan pasien
penilaian yang
negative
b. Nilai kemampuan
yang dapat dilakukan
saat ini
1) Diskusikan dengan
pasien kemampuan
yang masih
digunakan saat ini
2) Bantu pasien
menyebutkannya
dan memberi
penguatan terhadap
kemampuan diri
yang diungkapkan
pasien
3) Perlihatkan respon
yang kondusif dan
menjaadi pendegar
yang aktif.
c. Pilih kemampuan
yang akan dilatih
d. Diskusikan dengan
pasien beberapa
aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang
akan pasien lakukan
sehari-hari
e. Bantu pasien
menetapkan aktivitas
mana yang dapat
pasien lakukan secara
mandiri
1) Aktivitas yang
memerlukan
bantuan minimal
dari keluarga
2) Aktivitas apa saja
yang perlu bantuan
penuh dari keluarga
atau lingkungan
terdeekat pasien
3) Beri contoh cara
pelaksanaan
aktifitas yang dapat
dilakukan pasien
4) Susun bersama
pasien aktivitas
atau kegiatan
sehari-hari pasien
f.Nilai kemampuan
pertama yang telah
dipilih
1) Diskusikan dengan
pasien untuk
menetapkan urutan
kegiatan (yang
sudah dipilih
pasien) yang akan
dilatihkan
2) Bersama pasien
dan keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan
yang akan
dilakukan pasien
3) Beri dukungan
atau pujian yang
nyata sesuai
kemajuan yang
diperlihatkan
pasien
g. Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
1) Beri kesempatan
pada pasien untuk
mencoba kegiatan
2) Beri pujian atas
aktifitas/kegiatan
yang dapat
dilakukan pasien
setiap hari
3) Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
dan perubahan
sikap
4) Susun daftar
aktifitas yang
sudah dilatihkan
bersama pasien
dan keluarga
5) Berikan
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
setelah
pelaksanaan
kegiatan. Yakinkan
bahwa keluarga
mendukung setiap
aktifitas yang
dilakukan pasi
Sp 2
a. Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1)
b. Pilih kemampuan
kedua yang dapat
dilakukan
c. Latih kemampuan
yang dipilh
d. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 3
a. Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1dan 2)
b. Memilih kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
c. Masukkan dalam
jadwal egiatan pasien
Keluarga mampu Setelah.…..x SP 1
merawat pasien dengan pertemuan, keluarga a. Identifikasi masalah
HDR di rumah dan mampu : yang dirasakan dalam
menjadi system d. Mengidentifikasi merawat pasien
pendukung yang efektif kemampuan yang b. Jelaskan proses
bagi pasien dimiliki pasien terjadinya HDR
e. Menyediakan c. Jelaskan tentang cara
fasilitas untuk merawat pasien
pasien melakukan d. Main peran dalam
kegiatan merawat pasien HDR
f. Mendorong pasien e. Susun RTL
melakukan kegiatan Keluarga/jadwal
g. Memuji pasien saat keluarga untuk
pasien dapat merawat pasien
melakukan kegiatan SP 2
h. Membantu melatih a. Evaluasi kemampuan
pasien SP1
i. Membantu b. Latih keluarga
menyusun jadwal langsung ke pasien
kegiatan pasien c. Menyusun RTL
j. Membantu keluarga/jadwal
perkembangan keluarga untuk
pasien merawat pasien
SP 3
a. Evaluai kemampuan
keluarga
b. Evaluasi kemampuan
pasien
c. RTL kleuarga
1) Follow up
2) Rujukan

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2012. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Direja Surya Herman Ade. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika

Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2013. Teori dan tindakan keperawatan jiwa.
Jakarta: Yankes RI Keperawatan Jiwa

Fitria, Nita. 2013. Aplikasi Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan da


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika

Keliat, B.A. 2013. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta

Marimas, F, W. 2014. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


University Press.

Tim Direktorat Keswa. 2013. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1.


Bandung: RSJP

Anda mungkin juga menyukai