Anda di halaman 1dari 24

NILAI EIGEN DAN FUNGSI EIGEN

DARI OPERATOR MOMENTUM


SUDUT
A. Sifat Dasar Momentum Sudut
  
L rxp (8.1)

L


L

r

Gambar 8.1 Definisi klasik momentum angular



Arah L mengikuti aturan putaran skrup kanan

B. Komponen-Komponen Momentum Orbital dalam Kerangka Koordinat


Cartesian

r iˆx ˆjy kˆz (8.2)

p iˆ p x ˆj p y kˆ p z (8.3)

Dengan cara yang sama komponen-komponen momentum angular dapat


dituliskan

L iˆ Lx ˆj Ly kˆ Lz (8.4)

iˆ ˆj kˆ
  
l r xp x y z (8.5)
px py pz

L ( ypz zp y )iˆ ( zp x xp z ) ˆj ( xp y yp x )kˆ (8.6)

Dengan demikian berdasarkan pers (8.4) dan pers. (8.5) dapat kita identifikasi
bahwa komponen-komponen momentum sudut adalah sebagai berikut :
Lx = y pz – z py (8.7)

115
Ly = z px – x pz (8.8)
Lz = x py – y px (8.9)

y p py

Px

Gambar 8.2 Momen dari momentum terhadap pusat sumbu koordinat


Lz = x p y – y p x

Anda telah pelajari dalam modul pengantar fisika kuantum bahwa setiap
besaran yang bisa diamati dan diukur (observable) dapat dikaitkan dengan
operatornya. Coba anda ingat lagi konsep postulat kuantisasi.

Tabel 8.1 Besaran dinamis dan operatornya


Besaran Dinamis Operator
Posisi X, Y, Z X̂ , Ŷ , Ẑ
Momentum linear
Px 
P̂x =
i x

Py 
P̂y =
i y

Pz P̂z = 
i z
Momentum sudut Lx , L y , L̂X , L̂Y , L̂Z
Lz

Dengan demikian maka momentum angular dapat diungkapkan sebagai berikut:


116
Lˆ X yˆpˆ z zˆpˆ y i y z (8.10)
z y

Lˆ y zˆpˆ x xˆpˆ z i z x (8.11)


x z

Lˆ z xˆpˆ y yˆpˆ x i x y (8.12)


y x

Operator momentum linearnya P̂ bila kita perluas ke dalam ruang tiga dimensi
dapat dituliskan seperti :

Pˆ ( Pˆx , Pˆy , Pˆz ) i , ,


x y z

P̂ i (8.13)
Dengan adalah operator nabla atau operator Laplace. Persamaan
(8.10), (8.11), (8.13) berdasarkan persamaan (8.13) dapat dituliskan sebagai:
 
L̂ i r (8.14)
C. Relasi Komutasi

Aˆ , Bˆ = Aˆ Bˆ - Bˆ Aˆ (8.15)
Anda juga sudah mempelajari komutator antara operator posisi dan momentum
ialah
Xˆ i , Pˆj = + i  ij (8.16)

Sekarang kita gunakan apa yang sudah kita pelajari untuk menghitung komutator
antara operator momentum angular. Komutator antara operator L̂X dan L̂Y ialah:

Lˆx ,̂ Lˆ y = L̂X L̂Y - L̂Y L̂X

= YˆPˆzˆ ZˆPˆy ZˆPˆx XˆPˆz - ZˆPˆx XˆPˆz YˆPˆz ZˆPˆy

= YˆPˆz ZˆPˆx - YˆPˆz Xˆ Pˆz - ZˆPˆy ZˆPˆx + ZˆPˆy XˆPˆz - ZˆPˆxYˆPˆz + ZPˆx ZˆPˆy + XˆPˆzYˆPˆz - XˆPˆz ZˆPˆy

= YˆPˆz ZˆPˆx ZˆPˆxYˆPˆz + ZˆPˆx ZˆPˆy ZˆPˆy ZˆPˆx + XˆPˆzYˆPˆz YˆPˆz XˆPˆz +

ZˆPˆy XˆPˆz XˆPz ZˆPˆy

117
= YˆPˆz , ZˆPˆx + ZˆPˆx , ZˆPˆy + XˆPˆz , YˆP
 + ZˆPˆ , XˆPˆ
z y z

= Yˆ Pˆz , Zˆ Pˆx + Zˆ , Zˆ Pˆx , Pˆy + XˆYˆ Pˆz , Pˆz + XˆPˆy Zˆ , Pˆz

= - i  YˆPˆx + 0 + 0 + i XˆPˆY

= i YˆPˆX XˆPˆy

= i XˆPˆy YˆPˆx

= iL̂2
:
Lˆ y , Lˆ z i Lˆ x (8.17)

Lˆ z , Lˆ x i Lˆ y (8.18)

Lˆ x , Lˆ y i Lˆ z (8.19)

Latihan :
1. Buktikanlah ketiga relasi tersebut.
Relasi komutator tersebut dapat digabungkan ke dalam satu persamaan vektor
tuggal sebagai berikut :
  
L x L i L (8.20)
Relasi komutator di atas merupakan relasi yang mendasar di antara
komponen-komponen dari setiap vektor momentum angular. Persamaan
tersebut menyatakan bahwa rotasi-rotasi yang berturutan dari kerangka
koordinat tertentu dalam dua arah yang berbeda bukan merupakan operasi
yang komut.
Besar dari vektor momentum angular adalah akar dari momentum angular
total yaitu :

L L2 L. L (8.21)

Operator momentum angular total adalah operator vektor



L iˆLˆ ˆjLˆ kˆLˆ x y z (8.22)

dari persamaan (8.22) dapat kita tentukan bahwa :


Lˆ2 Lˆ . Lˆ Lˆ2x Lˆ2y Lˆ2z (8.23)
118
Operator L̂2 berkomutasi atau komut dengan setiap komponen dari operator
vektor momentum angular. Hal itu berarti operator-operator tersebut
mempunyai fungsi eigen-fungsi eigen yang simultan. Untuk itu mari kita
buktikan pernyataan tersebut yaitu dengan menghitung komutator Lˆ2z dan L̂2
sebagai berikut :

Lˆ2z , Lˆ2 Lˆ2z , Lˆ2x Lˆ2y Lˆ2z


Lˆ2z , Lˆ2x Lˆ2z , Lˆ2y Lˆ2z , Lˆ2z
Lˆ2z , Lˆ2x Lˆ2z , Lˆ2y 0
Lˆ z , Lˆ x . Lˆ x Lˆ z , Lˆ y . Lˆ y
Lˆ x Lˆ z , Lˆ x Lˆ z , Lˆ x Lˆ x Lˆ y Lˆ z , Lˆ y Lˆ z , Lˆ y Lˆ y
i Lˆ x Lˆ y i Lˆ y Lˆ x i Lˆ y Lˆ x i Lˆ x Lˆ y
0

Dengan cara yang sama dapat kita buktikan bahwa

Lˆ x , Lˆ2 Lˆ y , Lˆ2 0 atau


Lˆ , Lˆ2 0

Sifat lainnya dari operator momentum angular adalah bahwa operator L̂2 dan

L̂ juga komponen-komponennya bersifat hermitian.


Contoh : Tunjukkanlah bahwa operator L̂ x bersifat hermitian.
Jawab : Bila L̂ x bersifat hermitian harus dipenuhi bahwa :
Lˆ x Lˆ x

119
Lˆ x yp z zp y yp z zp y
pˆ z yˆ pˆ y zˆ

i z yˆ 
i y zˆ

i z yˆ 
i y zˆ

i z yˆ 
i y zˆ

i z yˆ 
i y zˆ
pˆ z yˆ pˆ y zˆ
yˆ pˆ z zˆpˆ y
Lˆ x

Jadi diperoleh Lˆ x Lˆ x yang berarti operator L̂ x adalah Hermitian.


2. Tunjukkan bahwa operator-operator momentum angular berikut bersifat
Hermitian.
a. L̂2 b. L̂ c. L̂x d. L̂ y

D. Operator-Operator Shift
Operator Shift didefinisikan sebagai berikut :
Lˆ Lˆ x iLˆ y (8.24)

Lˆ Lˆ x iLˆ y (8.25)

Operator L̂ dinamakan operator penaik (rasing operator) dan operator

L̂ dinamakan operator penurun (lowering operator). Apa yang akan dinaikkan


atau diturunkan oleh kedua operator tersebut? Nanti kita akan pelajari bahwa sifat
kedua operator ini serupa dengan operator kreasi dan operator anihilasi. Kedua
operator L̂ dan L̂ tak bersifat Hermitian tapi satu sama lain merupakan
adjointnya.
Contoh : Buktikan bahwa operator L̂ dan L̂ tidak Hermitian.
Bukti :

120
Lˆ Lˆ x iLˆ y

Lˆ x iLˆ y
Lˆ x i Ly
Lˆ x iL y

Lˆ Lˆ tapi Lˆ Lˆ (8.26)

Jadi operator L̂ tak Hermitian

Lˆ Lˆ x iLˆ y

Lˆ x iLˆ y
Lˆ x i Ly
Lˆ x iL y

Lˆ Lˆ tapi Lˆ Lˆ (8.27)

Jadi operator L̂ tak Hermitian

Dengan demikian operator L̂ dan L̂ tak bersifat Hermitian tapi satu sama
lain merupakan adjointnya.
Sekarang mari kita hitung komutator antara operator shift dengan operator
momentum sudut orbital dan juga dengan komponen-komponennya yaitu :
Lˆ z , Lˆ , Lˆ z , Lˆ , Lˆ2 , Lˆ , Lˆ x , Lˆ dan yang lainnya.

Lˆ z , Lˆ Lˆ z , Lˆ x iLˆ y
Lˆ z , Lˆ x i Lˆ z , Lˆ y (menggunakan sifat komutator)
iLˆ y Lˆ x
 ( Lˆ x Lˆ y )

L̂ (8.28)

jadi komutator antara L̂ z dan L̂ menghasilkan L̂

121
Lˆ z , Lˆ Lˆ z , Lˆ x iLˆ y
Lˆ z , Lˆ x i Lˆ z , Lˆ y (menggunakan sifat komutator)
iLˆ y Lˆ x (8.29)
 ( Lˆ x Lˆ y )
Lˆ

jadi komutator antara L̂ z dan L̂ menghasilkan L̂ .

Lˆ2 , Lˆ Lˆ x , Lˆ y Lˆ z , Lˆ x iLˆ y
2 2 2

Lˆ x , Lˆ x i Lˆ z , Lˆ y Lˆ y , Lˆ x i Lˆ y , Lˆ y Lˆ z , Lˆ x i Lˆ z , Lˆ y
2 2 2 2 2 2

0 iLˆ x Lˆ x , Lˆ y i Lˆ x , Lˆ y Lˆ x Lˆ y Lˆ y , Lˆ x Lˆ y , Lˆ x Lˆ y 0
Lˆ z Lˆ z , Lˆ x Lˆ z , Lˆ x Lˆ z iLˆ z Lˆ z , Lˆ y i Lˆ z , Lˆ y Lˆ z
Lˆ x Lˆ z Lˆ z Lˆ x iLˆ y Lˆ z iLˆ z Lˆ y Lˆ z Lˆ y iLˆ y Lˆ z Lˆ z Lˆ x Lˆ x Lˆ z

Lˆ2 , Lˆ 0 (8.30)

jadi komutator antara L̂2 dan L̂ menghasilkan nol atau operator L̂2 dan

L̂ komut

Lˆ x , Lˆ Lˆ x , Lˆ x iLˆ y
. Lˆ x , Lˆ x i Lˆ x , Lˆ y (menggunakan sifat komutator)
0 i (iLˆ z )

L̂ z (8.31)

jadi komutator antara L̂x dan L̂ menghasilkan L̂ z

Latihan :
3. Coba anda buktikan relasi komutator berikut :
a. Lˆ2 , Lˆ 0

b. Lˆ2 , Lˆ z 0

c. Lˆ z , Lˆ 2Lˆ z
4. Hitunglah komutator dari
a. Lˆx , Lˆ

122
b. Lˆ y , Lˆ

c. Lˆ y , Lˆ

Selanjutnya marilah kita pelajari lebih jauh bagaimanakah relasi antara


operator L̂2 , Operator shift dan komponen-komponen vektor operator momentum
angular orbital. Untuk itu kita kalikan L̂ dan L̂ sebagai berikut :

Lˆ Lˆ ( Lˆ x iLˆ y ) ( Lˆ x iLˆ y )
Lˆ Lˆ Lˆ x Lˆ y i[ L x , L x ]
2 2

Lˆ Lˆ Lˆ x Lˆ y Lˆ z
2 2

Lˆ Lˆ Lˆ z Lˆ x Lˆ y
2 2

Lˆ Lˆ Lˆ z Lˆ z Lˆ x Lˆ y Lˆ z Lˆ2
2 2 2 2
(8.32)

maka operator L̂2 dinyatakan dengan operator lainnya adalah


Lˆ2 Lˆ Lˆ Lˆz Lˆz
2
(8.33)

bila operator perkaliannya dibalik maka akan diperoleh ungkapan yang berbeda-
beda sebagai berikut :
Lˆ Lˆ ( Lˆ x iLˆ y ) ( Lˆ x iLˆ y )
Lˆ Lˆ Lˆ x Lˆ y Lˆ z
2 2
(8.34)
Lˆ Lˆ Lˆ z Lˆ z Lˆ x Lˆ y Lˆ z Lˆ2
2 2 2 2

atau
Lˆ2 Lˆ Lˆ Lˆz Lˆz
2
(8.35)

jadi dengan demikian hubungan antara L̂2 dan operator lainnya dapat
diungkapkan sebagi berikut :
Lˆ2 Lˆ Lˆ Lˆz  Lˆz
2
(8.36)

operator L̂2 bisa juga diungkapkan dengan bentuk lain yaitu kita jumlahkan

Lˆ Lˆ dengan Lˆ Lˆ

123
Lˆ Lˆ Lˆ x Lˆ y Lˆ z
2 2

Lˆ Lˆ Lˆ x Lˆ y Lˆ z
2 2

Lˆ Lˆ Lˆ Lˆ 2( Lˆx Lˆ y )
2 2

1 ˆ ˆ
Lˆ Lˆ ) Lˆ z Lˆ x Lˆ y Lˆ z Lˆ2
2 2 2 2
(L L
2
sehingga diperoleh:
1 ˆ ˆ
Lˆ2 Lˆ Lˆ ) Lˆz
2
(L L (8.37)
2

E. Nilai Eigen dari Operator Momentum Angular


Setelah anda memahami sifat-sifat dasar momentum sudut orbital, maka
pada bagian ini kita akan mempelajari bagaimana menentukan nilai eigen dari
momenmtum angular. Nilai eigen relevan terhadap dua jenis momentum angular
yaitu orbital dan spin. Pada bagian ini kita akan menggunakan momentum angular
umum yang diberi notasi J selain L yang menyatakan momentum angular orbital
dan s untuk spin. Operator Ĵ dapat menyatakan L̂ dan ŝ atau juga menyatakan
gabungan keduanya Lˆ sˆ . Momentum angular umum dinyatakan dalam
komponennya adalah sebagi berikut :
J i Jx j Jy k Jz (8.38)

relasi komutasi antar komponen-komponennya adalah :


[ Jˆ x , Jˆ y ] iJˆ z (8.39)

[ Jˆ y , Jˆ z ] iJˆ x (8.40)

[ Jˆ z , Jˆ x ] iJˆ y (8.41)

momentum angular umum total dinotasikan dengan Ĵ 2 . Operator Ĵ 2 ini komut


dengan setiap komponen dari Ĵ yaitu :

[ Jˆ x , Jˆ 2 ] [ Jˆ y , Jˆ 2 ] [ Jˆ z , Jˆ 2 ] 0 (8.42)

Demikian pula pernyataan untuk operator shift dengan menggunakan momentum


angular umum diubah menjadi operator ladder (Operator tangga) yaitu
Jˆ Jˆx iJˆ y (8.43)
124
Jˆ Jˆ x iJˆ y (8.44)

Relasi komutasinya :
[ Jˆ z , Jˆ ] Jˆ (8.45)

[ Jˆ 2 , Jˆ z ] 0 (8.46)
sedangkan hubungan antar operator momentum sudut orbital umum dengan
operator lainnya diungkapkan sebagai berikut :
Jˆ 2 Jˆ Jˆ Jˆz  Jˆz
2
(8.47)

dan
1 ˆ ˆ
Jˆ 2 Jˆ Jˆ ) Jˆ z
2
(J J (8.48)
2
Dengan menggunakan relasi antara operator Jˆ 2 , Jˆ z , Jˆ dan Ĵ kita akan

menentukan nilai eigen dari operator Ĵ z dan Ĵ 2 . Persamaan nilai eigen untuk

operator Ĵ z ditulis :

Jˆz m m m (8.49)

Dengan m adalah fungsi eigen dari operator Ĵ z dengan nilai m . Kita akan
mempelajari batasan-batasan harga m pada persamaan nilai eigen tersebut.
Dalam modul Fisika Modern dan modul Pengantar Fisika Kuantum
disebutkan bahwa m berupa kelipatan ganjil dari setengan atau integer.
1 3 5
m 0 , , 1 , , 2 , , 3 , ......,
2 2 2
untuk itu mari kita tinjau relasi komutasi berikut :
[ Jˆ z , Jˆ ] Jˆ

kalikan kedua ruas dengan m maka

[ Jˆ z , Jˆ ] m Jˆ m

( Jˆ z Jˆ Jˆ Jˆ z ) m Jˆ m

Jˆ z Jˆ m Jˆ m Jˆ Jˆ z m

Jˆ z Jˆ m Jˆ m Jˆ m ) m

125
Jˆ z Jˆ m (m 1) Jˆ m (8.50)

Persamaan (8.50) menyatakan bahwa Ĵ m adalah juga operator dari Ĵ z dengan

nilai eigen (m 1) dan diungkapkan oleh Jˆ m m 1 . Selanjutnya kita kalikan

kedua ruas persamaan (8.50) dengan Ĵ dari kanan

[ Jˆ z , Jˆ ]Jˆ Jˆ Jˆ

kemudian kalikan dengan m

[ Jˆ z , Jˆ ]Jˆ m Jˆ Jˆ m
( Jˆ z Jˆ Jˆ Jˆ Jˆ z Jˆ ) m Jˆ Jˆ m (8.51)
Jˆ z Jˆ Jˆ m Jˆ Jˆ m Jˆ Jˆ z Jˆ m

Substitusikan persamaan (8.50) ke dalam pers.(8.51) :


Jˆz Jˆ Jˆ m Jˆ Jˆ m Jˆ (m 1) Jˆ m (8.52)

Jˆz Jˆ Jˆ m (m 2) Jˆ Jˆ m (8.53)

Persamaan (8.53) tersebut menyatakan bahwa Jˆz Jˆ Jˆ m adalah juga fungsi eigen

dari operator Ĵ dengan nilai eigen (m 2) dan diungkapkan oleh:

Jˆ ( Jˆ m ) Jˆ m 1 m 2 (8.54)

Dengan menggunakan cara yang sama seperti diuraikan diatas dapat


dibuktikan bahwa :
Jˆ z Jˆ Jˆ Jˆ m  (m 3) Jˆ z Jˆ Jˆ Jˆ m

atau (8.55)
Jˆ J  (m 3) Jˆ
3 3
z m m

berikutnya kita tinjau relasi komutasi berikut:


[ Jˆ z , Jˆ ] Jˆ

kalikan kedua ruas masing-masing dengan m dari kanan

[ Jˆ z Jˆ ] m Jˆ m

( Jˆ z Jˆ Jˆ Jˆ z ) m Jˆ m

Jˆ z Jˆ m Jˆ Jˆ z m Jˆ Jˆ z m

Jˆ m Jˆ m m

126
(m 1) Jˆ m (8.56)

Pers. (8.56) menyatakan bahwa Ĵ m adalah juga fungsi eigen dari operator Ĵ z

dengan nilai eigen (m 1) dan diungkapkan oleh Jˆ m m 1 . Sekarang kita

kalikan kedua ruas pers.(8.56) dengan Ĵ dan m dari sebelah kanan

[ Jˆ z Jˆ ] Jˆ m Jˆ Jˆ m

( Jˆ Jˆ z Jˆ Jˆ Jˆ z Jˆ ) m Jˆ Jˆ m (8.57)
Jˆ z Jˆ Jˆ m Jˆ Jˆ Jˆz m  Jˆ Jˆ m

Substitusikan pers.(8.56) ke dalam persamaan di atas


Jˆ z Jˆ Jˆ m Jˆ (m 1) Jˆ m Jˆ Jˆ m
(8.58)
Jˆ Jˆ
z Jˆ m (m 2) Jˆ Jˆ m

Persamaan (8.58) menyatakan bahwa Jˆ Jˆ m adalah juga fungsi eigen dari

operator Ĵ z dengan nilai eigen (m 2) dan diungkapkan sebagai berikut:

Jˆ ( Jˆ m ) Jˆ m 1 m 2 (8.59)

Dengan menggunakan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa :


Jˆz Jˆ Jˆ Jˆ Jˆz Jˆ (m 3) Jˆ
3 3
m m m (8.60)

demikian seterusnya hingga secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :


Jˆz Jˆ
n
m (m n) m (8.61)
dan
n
Ĵ m m n (8.62)
Berdasarkan apa yang sudah kita pelajari di atas, sekarang kita sudah
memperoleh generasi fungsi eigen dari operator Ĵ z yang berasal dari fungsi eigen
tunggal m yaitu :

(... m 2 , m 1 , m , m 1 , m 2 , m 3 , ...)

Anda sudah mempelajari generasi fungsi eigen dan nilai eigen dari operator Ĵ z .
Sekarang kita akan bahas kasus yang sama untuk operator momentum sudut
orbital total umum Ĵ 2 . Sebelumnya sudah kita tunjukkan bahwa Ĵ z berkomutasi

127
dengan Ĵ 2 .atau [ Jˆ z Jˆ 2 ] 0 , dengan demikian operator-operator tersebut

mempunyai fungsi eigen umum. Misalkan m adalah sembarang fungsi eigen

dari Ĵ 2 dengan nilai eigen  2 k 2 . Maka persamaan nilai eigennya dapat


diungkapkan sebagai berikut:
Jˆ 2 m 2k 2 m (8.63)

Tinjau kembali pers. (8.30) dan nyatakan dengan momentum angular orbital
umum:
[ Jˆ 2 , Jˆ ] 0 ,

Kalikan kedua ruas persamaan itu dengan m

[ Jˆ 2 Jˆ ] m 0
Jˆ 2 Jˆ m Jˆ Jˆ 2 m 0 (8.64)
Jˆ 2 Jˆ m Jˆ Jˆ 2 m

substitusikan persamaan (8.63) pada pers.(8.64) maka diperoleh


Jˆ 2 Jˆ m Jˆ 2k 2 m 2k 2 Jˆ m (8.65)

persamaan (8.65) tersebut menyatakan bahwa Ĵ m adalah juga fungsi eigen

dari operator Ĵ 2 dengan nilai eigen yang sama  2 k 2 . Diungkapkan oleh :

Jˆ m m 1 (8.66)

Selanjutnya kita kalikan persamaaan (8.64) dengan Ĵ dan m dari kanan

[ Jˆ 2 Jˆ ]Jˆ m 0
Jˆ 2 Jˆ Jˆ m Jˆ Jˆ 2 Jˆ m 0
Jˆ 2 Jˆ Jˆ m Jˆ Jˆ 2 Jˆ m

substitusi pers. (8.65) ke dalam persamaan di atas maka


Jˆ 2 Jˆ Jˆ m Jˆ  2 k 2 Jˆ m
(8.67)
Jˆ 2 Jˆ Jˆ m  2 k 2 Jˆ Jˆ m

Persamaan (8.67) menyatakan bahwa Jˆ Jˆ m adalah juga fungsi eigen dari

operator Ĵ 2 dengan nilai eigen yang sama  2 k 2 . Berdasarkan apa yang sudah

128
kita pelajari dapat disimpulkan bahwa seluruh fungsi eigen dari operator Ĵ 2

berkaitan dengan nilai eigen yang sama yaitu  2 k 2 . Pertanyaan kita adalah ada
berapa banyak fungsi eigen tersebut?. Untuk menjawab permasalahan tersebut
mari kita hitung harga rata-rata dari Ĵ 2 .

Jˆ 2 Jˆ 2 Jˆ x Jˆ y Jˆ z
2 2 2
m m m m

Jˆ x Jˆ y Jˆ z
2 2 2
m  2k 2 m m m m m m m

Jˆ x Jˆ y
2 2
 2k 2 m m m m m m m 2 2 m m

Jˆ x Jˆ y
2 2 2 2 2 2
k m m m m m

Jˆx Jˆ y
2 2
karena besar m m dan m m selalu positif atau nol

Jˆx
2
m m 0

Jˆ y
2
m m 0

maka  2 k 2 m2 2 atau


k m (8.68)

jadi untuk suatu harga k > o maka harga yang mungkin untuk m dalam urutan
persamaan (8.) berada di antara +k dan –k. jika mmax adalah harga maksimum dari
m, dapat diasumsikan untuk suatu besaran momentum angular ħk maka
Jˆ max 0 (8.69)
dengan cara yang sama
Jˆ m in 0 (8.70)
Sekarang kita tinjau persamaan:
Jˆ 2 Jˆ Jˆ Jˆz Jˆz
2

kalikan kedua ruas masing-masing dengan mm a x

Jˆ 2 Jˆ Jˆ Jˆz Jˆz
2
mmax mmax mmax mmax

Berdasarkan pers. (8.49) dan pers. (8.63) maka persamaan di atas menjadi:
2k 2 m ax 0 mm2 ax 2 m ax mm ax 2 m ax

2k 2  2 mm ax (mm ax 1) (8.71)

129
Cara yang sama kita lakukan dengan menggunakan persamaan :
Jˆ 2 Jˆ Jˆ Jˆz Jˆz
2

kalikan kedua ruas masing-masing dengan min

Jˆ 2 Jˆ Jˆ Jˆ z Jˆ z
2
min min min min
2 2 2 2 2
k 0 m min  mmin (8.72)
 2k 2  2 mmin (mmin 1)

dengan demikian peluang harga m untuk suatu harga J 2  2k 2 membentuk


urutan yang simetris berpusat di m=0 sesuai gambar 8.3.
Dari pers. (8.71) dan pers. (8.72), diperoleh :
mm ax (mm ax 1) mm in (mm in 1) (8.73)

persamaan tersebut dipenuhi jika mm ax mm in misalkan mm ax j harga-harga j

dapat berupa suatu integer (0, 1, 2, 3, 4, 5 …) atau setengah kali bilangan ganjil
1 3 5 7
( , , , , ... ). Dengan demikian jika j adalah suatu integer maka m juga integer
2 2 2 2
1 1
dan jika j adalah kali bilangan ganjil maka m juga kali bilangan ganjil.
2 2
Contoh :
Bila j = 1 maka harga m adalah -1, 0, 1.
Bila j = 2 maka harga m adalah -2, -1, 0, 1, 2.
1 1
Bila j = 2 maka harga m adalah 2 , 12 .
3 3
Bila j = 2 maka harga m adalah 2 , 1
2 , 12 , 32 .

130
+k
mmax
mmax-1

Harga yang
m=0 berturutan dari m

mmax+1
mmin

2
Gambar 8.3 Peluang harga m untuk harga J  2k 2

Dalam kasus j = mmax = mmin dan kita substitusikan ke dalam pers. (8.71)
maka kita akan memperoleh nilai eigen-nilai eigen dari operator Ĵ 2 yaitu
J2  2 k 2  2 j ( j 1) (8.73)

F. Fungsi Eigen dari Operator Momentum Angular Orbital Lˆ2 dan Lˆ z


1. Harmonik Bola (Spherical Harmonics)

Pada bagian sebelumnya anda sudah mempelajari bagaimana menentukan


nilai eigen dari suatu operator momentum angular orbital. Pada bagian ini anda
akan mempelajari tentang bagaimana menentukan fungsi eigen dari operator
momentum angular orbital. Pada bagian ini anda akan mempelajari tentang
bagaimana menentukan fungsi eigen dari operator momentum angular. Terdapat
dua cara atau dua teknik untuk menentukan fungsi eigen m dari operator –

operator momentum angular Lˆ2 dan Lˆ z


Pertama dengan cara langsung memecahkan persamaan-persamaan nilai eigen
berikut:
L2 m  2  1 m
(8.74)
Lˆ z m m m

131
Kedua mencari solusi persamaan :
Lˆ  0 (8.75)

dengan  adalah fungsi eigen-fungsi eigen dari operator L̂2 dan L̂Z yang

berkaitan dengan bilangan kuantum orbital 

m  , ,
  1 ,...,  ,  (8.76)

yang diperoleh dengan mengaplikasikan L̂ pada  yaitu :

Lˆ  ,
  1
(8.77)
Lˆ Lˆ  Lˆ  , 1  , 2

Dalam teknik lainnya untuk memperoleh fungsi eigen m sangat cocok

sekali dan sangat praktis untuk bekerja dalam sistim koordinat spheres (r, , ).
Sistim koordinat tersebut berkaitan dengan sistim koordinat Cartesian (x,y,z)
melalui persamaan transformasi
X = r sin cos (8.78)
Y = r sin sin (8.79)
Z = r cos (8.80)
Berdasarkan transformasi tersebut maka komponen-komponen Cartesian adalah
sebagai berikut :

Lˆ X y z
i z y
(8.81)
 r
Lˆ X y z
i z z r y y y r

132
z

r = (r, , )

Gambar 8.4 Transformasi koordinat Cartesian pada koordinat bola


Berdasarkan pers. (8.81) dan dengan bantuan gambar diatas diperoleh relasi-relasi
berikut :
r2 x2 y2 z2
z r y
cos
r y r
y r z
tan
x z r
cos cos y
2
cos2
x r x x
sin cos2
z r y x
sin cos
y r 0
z
r x
x r
Dengan menggunakan relasi tersebut maka komponen dalam arah sumbu x
dari momentum sudut orbital ditransformasikan pada sistim koordinat bola adalah

133
 sin z sin cos cos2 y
Lˆ X r sin sin 0 r cos
i r r r r x r r

Lˆ X i sin cos cos (8.82)

Komponen L̂ dalam arah sumbu y ialah :



LˆY z x
i x z
 r r
LˆY z x
i x x x r z z z r
 cos cos y x sin z
LˆY r cos cos2 r sin cos 0
i r r x2 r r r r r

LˆY i cos cot sin (8.83)

Komponen L̂ searah sumbu-z ialah:



Lˆ Z x y
i y x
 r r
Lˆ Z x y
i y y y r x x y r
sin cos cos2 y
r sin cos
r x r r

Lˆ Z cos cos y
cos2
i r x2
r sin cos
x
r r

Lˆ Z i (8.84)

Operator momentum sudut orbital total dinyatakan dalam koordinat bola adalah
sebagai berikut :
2
1 1
Lˆ2 2
sin (8.85)
sin sin 2 2

134
Kita sekarang akan menentukan fungsi eigen m dengan menggunakan

teknik pertama. Solusi dari persamaan nilai eigen diatas dinamakan harmonik bola
(spherical harmonics) dan secara umum dinotasikan oleh Ym . Sebelum kita bahas

lebih jauh ada dua hal yang perlu kita perhatikan yaitu :
Petama operator-operator momentum angular bilamana dinyatakan dalam
koordinat bola tidak bergantung pada r. Fungsi-fungsinya hanya bergantung pada
variable , . Hal tersebut berarti bahwa fungsi eigen-fungsi eigen dari operator

L̂2 dan L̂Z dapat dipilih tak bergantung pada r yaitu:

Ym Ym , (8.85)


Kedua fungsi eigen yang akan kita tentukan adalah fungsi eigen yang
ternomalisasi yaitu :
2
Ym dr 1 (8.86)
seluruh
ruang

Persamaan nilai eigen untuk operator L̂Z diungkapkan oleh

Ym imYm (8.87)

Persamaan tersebut hanya menentukan kebergantungan pada Ym misalkan:

Ym , m
 m (8.88)

subtitusikan persamaan (8.88) ke persamaan (8.87) maka


m m m
 im  m (8.89)

m
kemudian bagi kedua ruas dengan  m maka

135
1 m
im
m

m
im m

m
im (8.90)
m

1 im
m e
2
m 0,1,2,3....
Selanjutnya kita substitusikan pers (8.90) dan pers (8.85) kedalam pers (8.74):
2
1 1 1 im 1 im
2 sin e m
  2  1 e m
l
sin sin 2 2
2 2
m
1 d d  m2 m
sin  1  0
sin d d sin 2
misalkan
cos
d sin d
1
d d
sin
sin 2 1 cos2 1 2

substitusikan harga d dan sin 2 ke dalam pers (8.91) maka kita peroleh
ungkapan dalam variable yaitu:

d 2 d m2
1  1 2
0 (8.92)
d d 1

dengan harga antara 1 1bila pada pers.(8.92) kita ambil harga m=0 dan
harga  maka persamaan tersebut menjadi

d 2 d 
1  0 (8.93)
d d

Persamaan (8.93) dikenal dengan nama persamaan Legendre. P tersebut adalah


L̂2
persamaan nilai eigen dari operator nilai eigen . Solusi pers (8.93) dapat

diperoleh dengan membentuk deret pangkat dari . Solusi deret tersebut terbatasi

136
dalam interval 1 1 hal itu berakibat nilai eigen harus berbentuk
  1 dimana  dan berupa integer. Hal itu berarti kembali ke bentuk nilai eigen

dari operator L̂Z semula yaitu :

Lˆ2  2  1

Solusi deret untuk  terdiri dari sejumlah bilangan berhingga hal itu berarti

bahwa  adalah suatu polinomial berorde  . Polinomial ini dinamakan Legendre

polimonial yang dinyatakan dalam bentuk formula Rodrigues yaitu :


1 d 2 
P 1 (8.94)
2  ! d 
Solusi persamaan (8.92) dan pers (8.93) diperoleh dengan member associated
Legendre Polynomials yang didefinisikan oleh operator operator diferensial pada
P berikut :
1
m m 2
m
2
d m P
P 1 1 (8.95)
d m
dengan m  berupa integer positip
Diferensialkan persamaan Legendre pers.(8.93) sebanyak mk dan gantikan
dengan   1 dan  dengan P maka

d 2 dPm m2
1  1 2
Pm 0 (8.96)
d d 1

Bila pers.(8.96) kita bandingkan dengan pers (8.92) maka d diindikasikan bahwa
m
P adalah solusi dari persamaan yang sama. Persamaan itu juga tidak berubah
m
bila diganti dengan –m, jadi dapat kita simpulkan bahwa P adalah juga
solusi dari persamaan tersebut.
m
Dengan demikian secara ringkas kita telah temukan bahwa solusi  pada

pers(8.92) diberikan oleh associated Legendre Polynomial Pm . Sedangkan


m
relasi yang tepat antara  dan Pm diperoleh dari syarat normalisasi

137
2 2 1
m
2 eim m
Y
 dr d  (8.97)
4 0 2 1

m 2
karena d  1
1

maka diperoleh:
1

m 2   m ! 2 m
 P (8.98)
2 m !

Substitusi pers.(8.90) dan (8.98) ke dalam (8.88) maka funsi eigen Ym menjadi:
1
1 im 2   m ! 2
Ym e Pm (8.99)
2 2 m !

138

Anda mungkin juga menyukai