TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian
mengatasi tuntunan dan tekanan lingkungan. Selanjutnya, j.stein dan howard e.book
menjelaskan pendapat peter Salovey dan john mayer, pencipta istilah kecerdasan
dan mengontrol emosi agar mampu merespon secara positif setiap kondisi yang
sebagai berikut:
a. Kesadaran Diri
kecerdasan emosi juga harus sadar akan efek tindakan, suasana hati, dan emosi
b. Regulasi Diri
Selain menyadari emosi sendiri serta dampak yang di miliki terhadap orang
lain, kecerdasan emosional mengharuskan untuk dapat mengatur dan mengatur emosi.
Pribadi yang terampil dalam pengaturan diri cenderung fleksibel serta beradaptasi
dengan baik terhadap perubahan. Pribadi juga pandai mengelola konflik dan
meredakan situasi tegang atau sulit. Goleman juga menyarankan bahwa yang
memiliki keterampilan mengatur diri sendiri tinggi memiliki kesadaran tinggi. Pribadi
tindakannya sendiri.
c. Keterampilan Sosial
Mampu berinteraksi sangat baik dengan orang lain adalah aspek penting dalam
d. Empati
Empati atau kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, sangat besar
dapat, ketika anda merasakan bahwa seseorang merasa sedih, harus bisa
e. Motivasi
pengakuan, dan pujian. Pribadi yang kompeten di bidang ini cenderung berorientasi
pada tindakan. Mereka menetapkan tujuan, memiliki kebutuhan tinggi akan prestasi,
dan selalu mencari cara untuk melakukan yang lebih baik. Pribadi juga cenderung
secara akurat memahami emosi pada diri sendiri serta orang lain, kecerdasan
emosional ini banyak sekali mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam
bertindak jauh berbeda dengan IQ yang harus di lakukan semacam tes khusus untuk
mengetahui nilainya, maka EQ tidak serumit itu. Sebab kecerdasan emosional dapat
kamu lihat dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Menurut Klaudius Alfon, (2020).
Tingkat kecerdasan emosi di kenal memiliki kaitan yang erat dengan empati.
Dapat di katakana bahwa seseorang dengan tingkat EQ yang tinggi memiliki empati
yang baik sehingga mampu memahami perasaan orang lain dengan mudah.
Sebaliknya, orang dengan tingkat emosi rendah sulit untuk memahami perasaan orang
lain. Mereka tidak mengerti apa yang orang lain rasakan. Ini membuat mereka sulit
respon tidak menyenangkan seperti stress atau cemas muncul. Timbulnya stress dalam
diri anak dapat menjadi sebuah tanda jika ia memiliki tingkat emosi kecerdasan emosi
untuk mengatur mood. Menyebabkan hal atau masalah kecil yang terjadi dapat
membuat moodnya turun dan ia menjadi stress. Anak juga akan cenderung
3. Menyimpan Dendam
perasaan kesal dan dendam terhadap orang lain. Tindakan ini sebenarnya merupakan
salah satu respon pikiran atas stress yang tercipta karena seseorang tidak dapat
mereka dapat menyebabkan masalah. Satu hal yang tidak akan di lakukan orang
dengan kecerdasan emosional rendah adalah meminta pertanggung jawaban diri atas
tindakan mereka. Ketika ada yang tidak beres, reaksi pertama mereka adalah
bahwa mereka tidak punya pilihan untuk apa yang mereka lakukan dan orang lain
indikator EQ rendah. Emosi yang kuat, baik mereka sendiri maupun oranglain, sulit di
pahami bagi mereka yang memilki kecerdasan emosional rendah. Orang-orang ini
akan sering menjauh dari situasi ini untuk menghindari harus berurusan dengan
umum.
emosi mereka. Mereka mungkin menyerang secara reaktif tanpa memahami apa yang
sebenarnya mereka rasakan atau mengapa mereka begitu marah. Seseorang yang
kekurangan EQ mungkin juga memiliki ledakan emosi yang tak terduga yang tampak
berlebihan dan tidak terkendali. Hal-hal terkecil memicu mereka menjadi omelan
kepada mereka. Biasanya, mereka harus membuktikan bahwa apa pun yang di alami,
mengetahui sifat dasar yang ada pada diri, apakah kita termasuk orang yang mudah
terselut emosi atau tidak, sehingga dengan mengenali emosi diri memudahkan kita
dalam bersikap. Kedua, mengelola emosi yaitu mampu mengkodisikan diri sehingga
dapat mengungkapkan isi hati dengan baik. Ketiga, motivasi diri sendiri dimana
mampu menuntun diri untuk selalu semangat dalam setiap keadaan tidak mudah
terpuruk terhadap sesuatu yang tidak di inginkan di setiap keadaan tidak mudah
terpuruk oleh sesuatu yang tidak di inginkan sehingga bisa mengambil inisiatif yang
efektif dalam bertindak. Empat, mengerti apa yang di alami oleh orang lain, sehingga
memiliki kemampuan ini masing-masing orang saling memiliki keterkaitan satu sama
lain, sikap saling peduli satu sama lain sehingga bisa menimbulkan sikap sosial yang
a. Faktor Internal
Merupakan faktor yang timbul dari dalam diri seseorang yang di pengaruhi
oleh keadaan otak emosi individu. Beberapa contoh faktor internal di dalam diri
seseorang:
1. Hereditas
bisa menjadi lebih berkembang dan bisa juga menjadi hilang sama sekali. Hal itu
merupakan totalitas karakteristik individu yang di wariskan orangtua kepada anak atau
segala potensi baik fisik maupun psikis, yang dimiliki seseorang sejak masa konsepsi
(pembuahan ovum sperma) sebagai pewarisan orangtua melalui gen, faktor hereditas
2. Agama
emosional seseorang. Agama memberi pondasi yang kuat pada diri seseorang agar
Yaitu faktor yang datang dari luar individu serta mempengaruhi seseorang
untuk mengubah sikap yang datang dari luar individu dan mempengaruhi individu
untuk mengubah sikap. Pengaruh luar dapat bersifat individu dan kelompok.
Misalnya:
1. Lingkungan keluarga
pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang serta Pendidikan tentang
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan
anggota masyarakat yang sehat. Dalam rumah tangga keluarga merupakan lingkungan
Pendidikan yang pertama dan utama bagi seseorang anak, sehingga anak akan mampu
mencapai tingkat kematangan, disini adalah bias yang di katakan sebagai seorang
2. Lingkungan Sekolah
akan menghasilkan peserta didik yang baik, ada dua keuntungan jika sekolah berhasil
Kedua, emosi yang terkendali akan menghasilkan perilaku yang baik oleh karena itu
orangtua dan guru sebagai pendidik harus menjadi seorang pendidik yang mempunyai
3. Lingkungan Masyarakat
emosional, dimana masyarakat yang maju serta komplek tuntutan hidupnya cenderung
mendorong untuk hidup dalm situasi kompetitif, penuh saingan, dan individualis di
sosial dan non sosial lingkungan sosial meliputi keadaan keluarga, guru, dan siswa.
Sedangkan lingkungan non sosial, meliputi keadaan sekolah, alam sekitar, dan lain-
lain. Baik lingkungan sosial maupun non sosial, keduanya berpengaruh terhadap
kecerdasan emosional siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh pada prestasi belajar
siswa.
Keluarga merupakan Pendidikan pertama dan utama bagi anak, sedangkan sekolah
dan masyarakat merupakan faktor lanutan dari apa yang telah di peroleh anak dari
yang mempunyai pengaruh lebih besar di bandingkan sekolah dan masyarakat, karena
di dalam keluarga kepribadian anak dapat terbentuk sesuai dengan pola Pendidikan
Itelligence Scale (SEIS) di buat Schutte (2009) dan telah di terjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh peneliti sebelumnya yaitu Gultom pada tahun 2016 Kuesioner
yang di gunakan terdiri dari 40 pertanyaan dalam bentuk skala Likert, dengan lima
alternatif pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS) dengan nilai 5, setuju (S) dengan
nilai 4, netral/ragu (N/R) dengan nilai 3, tidak setuju (TS) dengan nilai 2, dan sangat
tidak setuju (STS) dengan nilai 1. Total skor untuk kecerdasan emosional adalah 33-
165, artinya skor minimal adalah 33 dan skor maksimal adalah 165. Pernyataan
kuesioner ini adalah terdiri dari 40 item positif (favorable) dan 3 item negatif
Pada pernyataan di berikan skor 1 untuk jawaban yang sangat tidak sesuai, 2 jawaban
untuk tidak sesuai, 3 untuk jawaban sesuai untuk jawaban netral/ragu-ragu 4 dan 5
untuk jawaban sangat sesuai makin tinggi nilai skor menunjukan kecerdasan
emosional yang tinggi, juga sebaliknya semakin rendah nilai skor menunjukan
B. Konsep Anak
1. Tumbuh Kembang Anak Secara Umum
Bertumbuh adalah perubahan fisik yang dengan mudah dapat di ukur.
Berkembang adalah perubahan fisik yang dengan mudah dapat di ukur. Berkembang
adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks,
pertumbuhan ialah terjadinya perubahan yang bersifat kuantitatif, yang dapat di ukur.
Titik beratnya pada fisik. Pertumbuhan anak dapat di pantau dengan pengukuran
tinggi badan, lingkar kepala, berat badan, dan pengukuran stardart yang telah di
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang sangat kompleks. (Syafa’atun Nahriyah,
2018).
macam karakteristik yang unik, banyak teori yang sesuai dengan aspek karakteristik
anak. Diantaranya ada teori psikososial, kognitif, moral, perkembangan motorik fisik.
1. Perkembangan Psikososial
2. Perkembangan Kognitif
3. Perkembangan Moral
Menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya anak akan belajar serta
lahir sampai dewasa serta perkembangan motorik sesuatu yang tidak bisa terpisahkan
dengan perkembangan fisik, dapat dikatakan bahwa hal ini saling bergantung satu
melakukan pola asuh yang kurang tepat sehingga memberikan dampak yang kurang
panutan bagi anak-anaknya. Orangtua yang sering memarahi, acuh tak acuh, sikap
kehidupan anak, unjuk kuasa, dan mengucilkan anak. Sikap tersebutlah yang bisa
mengembangkan diri, merasa terancam serta tidak enak perasaan. Dalam kondisi ini
anak menjadi frustasi, dan untuk menetralisirnya anak akan meluapkan emosinya
Anak
Menurut persfektif rentang hidup, arah perubahan sangatlah beragam karena
perkembangan itu di pengaruhi oleh banyak kekuatan: historis, sosial, dan budaya.
Namun ketiga hal tersebut saling bekerja sama dalam membuka setiap arah
kehidupan. Pertama, pengaruh kelompok usia. Pengaruh usia ini muncul saat masa
kanak-kanak atau remaja, ketiak terjadinya perubahan biologis, serta budaya yang
mereka. Kedua, pengaruh kelompok sejarah. Kelompok ini menjelaskan bahwa orang
yang lahir bersamaan yang di sebut dengan istilah kohor (cohort) cenderung memiliki
maksudnya adalah peristiwa yang hanay menimpa satu atau beberapa orang saja dan
tidak mengikuti jadwal yang terprediksi. Hal tersebut menjadikan sifat yang multi
arah perkembangan. Adapaun kedua kelompok tersebut yakni kelompok usia dan
kelompok sejarah termasuk tumbuh kembang anak. Kategori normatif karena bersifat
khas atau rata-rata, karena keduanya saling memberikan pengaruh orang lain dengan
a. Keluarga
Setiap keluarga adalah suatu system, yakni suatu kesatuan yang di bentuk oleh
pernah hanya berlangsung satu arah. Secara langsung maupun tidak langsung, sikap
emosi anak. Pola asuh yang baik dalam keluarga dapat membuat seorang anak
mempunyai kemampuan intelektual dan fisik yang bagus. Termasuk perkemabngan
emosi dan sosialnya. Pola asuh yang baik itu di tunjukan dengan orangtua yang sangat
b. Sekolah
pengajaran, bimbingan, Pendidikan, dan latihan dalam rangka membantu aak mampu
kepribadian anak setelah keluarga, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun
berprilaku. Adapun faktor yang berperan bagi perkembngan kepribadian anak adalah:
b) Membrikan pengaruh pada anak secara dini, terutama dalam hal membangin
konsep diri.
c) Anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah dari pada tempat lain di luar
rumah.
e) Memberikan ruang pada anak untuk menilai kemampuan dirinya dan secara
realistik
c. Masyarakat
tumbuh kembang anak. Ketika lingkungannya baik maka akan berdampak negatif
terhadap tumbuh kembang anak. Lingkungan ini terdiri atas lingkungan fisik dan
sosial terdapat interaksi satu dengan yang lainnya. Sehingga interaksi tersebut
yang bersikap tidak bisa mengontol emosinya kepada teman sebayanya. Mulai dari
mencubit, mendorong, serta ada yang mencuri uang temannya. Hal ini harus menjadi
perhatian penting bagi orangtua dan guru supaya sikap ini tidak mendominasi sikap
anak. Pola asuh orangtua memiliki hubungan erat dengan kecerdasan emosional anak,
karena orangtua memiliki peran penting dalam pengendalian sikap anak, dengan
menerapkan pola asuh yang baik serta tepat bagi anaknya. Sikap oragtua melindungi,
lakukan, mendukung, apapun perbuatan anak yang bersifat positif, dan mengarahkan
perbuatan negatif secara bijaksana, serta mengenalkan bagaimana cara hidup dalam
berkelompok sosial. Penumbuhan nilai-nilai taqwa kepada allah SWT, jujur, disiplin,
patuh kepada orangtua, santun kepada sesama. Kala tersebut anak akan merasa aman,
mampu mengembangkan potensi dalam dirinya, memiliki rasa percaya diri, dan
percaya lingkungan.
1. Pengertian
Secara etiologi, pola asuh berarti bentuk, tata cara. Sedangkan asuh berarti
merawat, menjaga, dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system
dalam merawat, menjaga, dan mendidik. Pola asuh orangtua adalah interaksi orangtua
terhadap anaknya dalam hal mendidik dan memberikan contoh yang baik agar anak
Pola asuh orangtua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi
antara orangtua dan anak yang dapat memberi pengaruh terhadap perkemabngan
Pola asuh adalah suatu cara terbaik yang bisa di tempuh orangtua unutuk
mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-
anaknya. Dalam kaitannya berarti orangtua mempunyai tanggung jawab yang di sebut
tanggung jawab primer. Dengan maksud tanggung jawab yang harus di laksanakan,
kalau tidak maka anak-anaknya akan mengalami kebodohan serta lemah dalam
Atas pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pola asuh orangtua adalah
suatu keseluruhan interaksi orangtua dan anak, dimana orangtua yang dapat
dan nilai-nilai dianggap paling tepat bagi orangtua agar anak bisa mandiri, tumbuh
dan berkembang, secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat
macam pola asuh orangtua secara umum, menurut yusmansyah (2019) terdapat empat
jenis pola asuh serta dampaknya bagi karakter anak yang mesti di kenali orangtua
sebagai berikut:
1. Pola asuh otoriter
anaknya terus patuh dan tidak membantah orangtua. Ayah atau ibu menjadi sosok
yang dominan serta memiliki kontrol penuh terhadap anak-anaknya. Jika anak-
berikan kepada mereka. Jika anak membantah dan tidak terima atas hukuman itu,
dalih orangtua adalah demi kebaikan anak sendiri. Studi menunjukan bahwa sebagian
anak-anak atau remaja yang tumbuh dari orangtua yang otoriter, biasanya jadi kurang
bisa mengembangkan keterampilan sosial serta komunikasi kritisnya. Padahal, dua hal
ini sangat penting untuk menumbuhkan sifat dan karakter kepemimpinan (leadership)
bagi si anak. Selain itu, anak-anak yang di besarkan oleh orangtua otoriter, di masa
akan datang cenderung menjadi otoriter. Ia menjadi tidak suka di bantah, tidak suka di
kritik, serta perintahnya harus di turuti, baik dalam hubungannya dengan orang lain
maupun nantinya jika ia menikah, berkeluarga, serta menjadi orangtua bagi anak-
anaknya nanti.
mendapatkan kasih sayang orangtua. Ayah dan ibunya kurang menghabiskan waktu
berkualitas dengan anak-anaknya, baik karena lalai ataupun dengan kesibukan kerja
menonton televisi dan bermain game sapanjang harinya. Akibatnya, anak-anak dari
semaunya padahal, ada beberpa aturan sosial yang harus di ikuti, dan mereka terbiasa
patuh pada aturan di rumah. Selain itu, keterampilan mereka untuk menjadi tertib
tidak berkembang baik. Anak-anak dari pola asuh pengabaian juga berpotensi
Pola asuh permisif ini di tandai dengan sikap orangtua yang penuh perhatian
banyak di atur, kebalikan dari pola asuh otoriter di atas. Pola asuh ini bisa di bilang
pola asuh yang memanjakan anak. Selain itu, orangtua lebih mirip sebagai teman dari
menjadikan anak mengembangkan tingkat kreativitas yang lebih tinggi pada anak-
anak umumnya. Namun, efek negatifnya, ia memiliki kontrol diri yang kurang, sedikit
batasan, dan kurang memiliki perasaan berhak atas kepemilikannya. Baik secara
pribadi atau secara sosial. Biasanya dengan pola asuh permisif ini dapat
mendahulukan kepatuhan dari pola asuh otoritatif, yang di pandang ideal oleh para
ahli perkembangan anak. Pola asuh otoritatif ini di tandai dengan sikap orangtua yang
mendorong anak agar menjadi mandiri, namun di saat bersamaan juga menerapkan
biasanya menerapkan aturan disiplin, namun juga di terapkan secara suportif. Jika
anak membantah, orangtua tidak langsung menghukum, namun mendahulukan dialog
terlebih dahulu. Jika di implementasikan dengan baik, tingkat kemandirian anak akan
mereka juga biasanya memiliki keterampilan sosial dan kontrol diri yang sesuai
3. Jenis-Jenis Pengasuhan
anak agar kecerdasannya berkembang sempurna. Ayah dan ibu memiliki peran yang
sama dalam pengasuhan anak-anaknya. Namun ada sedikit perbedaan dalam sentuhan
dari apa yang di tampilkan oleh ayah dan ibu. Peran ibu, antara lain : menumbuhkan
perasaan sayang, cinta, melalui kasih sayang dan kelembutan seorang ibu,
perempuan berprilaku sesuai jenis kelaminnya dan baik. Peran ayah antara lain:
menumbuhkan rasa percaya diri dan berkompeten kepada anak, menumbuhkan untuk
Orangtua tunggal dapat terjadi akibat perceraian atau perpisahan, kematian pasangan,
wanita tidak menikah yang membesarkan anaknya sendiri, atau adopsi oleh pria atau
wanita yang tidak menikah. Pola asuh oleh orangtua tunggal memiliki beberapa
masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan anak-anak. Hidup dalam rumah tangga
dengan orangtua tunggal dapat menimbulkan stress baik bagi seseorang dewasa
maupun anak-anak. Orangtua tunggal dapat merasa kewalahan karena tidak ada
individu lain untuk berbagi tanggung jawab sehari-hari dalam mengatur asuhan anak-
dukungan penting untuk optimalitas fungsi pola asuh dengan orangtua tunggal.
Orangtua tunggal harus memberikan dukungan yang lebih besar untuk anak-anak
mereka.
banyak untuk mengasuh sang cucu di bandingkan kakek. Penelitian secara konsisten
telah menemukan bahwa nenek memliki kontrak yang lebih banyak dengan cucunya
di bandingkan kakek. Peran kakek-nenek dapat memiliki fungsi yang berbeda dalam
keluarga, kelompok etnis, serta budaya, dan situasi yang berbeda. Keberagaman
pengasuhan cucu pada usia lanjut juga timbul pada penyelidikan sebelumnya tentang
Perawat asuh adalah ketika anak di asuh dalam situasi lain yang terpisah dari
orangtua atau wali legalnya. Sebagian besar anak-anak yang di tempatkan dalam
dalam perawat asuh lebih cenderung memperlihatkan banyak masalah medis, emosi,
mendukung anak.
1. Pendidikan Orangtua
Tingkat Pendidikan orangtua dalam hal merawat atau mengasuh anak sangat
berpengaruh saat melakukan pengasuhan pada anak. Untuk mempersiapkan diri ada
beberapa cara antara lain: ikut serta pada setiap tahap Pendidikan anak, mengusahakan
ada waktu luang untuk menilai perkembangan fungsi keluarga serta kepercayaan
anak.
2. Lingkungan
anak, sehingga hal tersebut ikut andil dalam mewarnai pola pengasuhan yang di
3. Budaya
Seringkali orangtua mengikuti cara yang di lakukan oleh masyarakat dalam hal
kematangan.
Shintia Gestanadela (2020) mengutip dati hotman lippit berikut berbagai faktor
b. Bagaimana keadaan keluarga yang meliputi jumlah serta jenis kelamin dalam
keluarga
dengan lingkungan
e. Bagaimana orangtua melihat sudut pandang dari tujuan, arti, dan pelaksanaan
b. Bagaimana pandangan anak tentang harapan, sikap, dan pengaruh figur orang tua
terhadap dirinya
Meskipun disini di dapatkan tidak adanya kesamaan hubungan orang tua dan
anak yang di sebabkan berbagai macam faktor dari internal maupun eksternal, yaitu:
latar belakang orangtua, latar belakang anak, lingkungan, sosial, dan budaya. Tanpa
disadari anak belajar dari apa yang di contohkan oleh orang tuanya saat mengasuh
anaknya, dengan demikian hal ini orangtua memiliki peranan dan pengaruh besar
Likert. Dengan skala ini responden di minta untuk memilih salah satu jawaban dengan
tanda silang (X) dari lima kemungkinan jawaban yang tersedia. Prosedur perskalaan
Memberikan nilai lebih pada jawaban yang di berikan oleh responden yang
responden tersebut.
responden yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Untuk aitem favourable skor tertinggi di mulai dari jawaban:
2. Setuju (S) = 3
3. Setuju (S) = 2
D. Kerangka Teori
* Pola Asuh
Faktor-faktor yang Pendidikan Orangtua
mempengaruhi pola orangtua
asuh orang tua Lingkungan
Budaya
Otoriter
Pengabaian
Permisif
otoritatif
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional
Internal
external * Kecerdasan emosional anak
Komponen kecerdasan
emosional anak
Kesadaran diri
Regulasi diri
Keterampilan sosial
Empati
motivasi