Anda di halaman 1dari 11

GASTROENTRITIS

(GE)
1. Konsep Dasar Medik
A. Pengertian

Gastroenteritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. Sowden, 1996
(dikutip dalam Haryono, 2012). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100– 200 ml/jam), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat (Mansjoer, 2012). Diare adalah kondisi dimana terjadi
frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari) serta perubahan dalam isi
(lebih dari 200 gram/hari) dan konsistensi feses cair (Smeltzer & Bare, 2012). Diare
adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan, dipengaruhi
oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari perubahan jumlah, konsistensi,
frekwensi, dan warna dari tinja. Whaley & Wong, 1997 (dikutip dalam Riyadi dan
Suharsono, 2010). Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. Suhariyono, 2003 (dikutip dalam
Haryono, 2012). Berbagai pengertian gastroenteritis akut (GEA) atau diare
menurut para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa gastroenteritis (GE) adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan frekuensi lebih banyak (lebih dari 3 kali/hari) dari biasanya yang disebabkan
oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen.

B.Etiologi

Faktor penyebab menurut (Haryono, 2012)

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan


penyebab utama diare. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

a) Infeksi bakteri : vibria, E.Coli, samonella, shigella, compypylobacter,


yersiria, aeromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus : Enterovirus, (virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)


Adenovirus, Rofavirus, Astrovirus, Trichuris, Oxyuris, strongy loides,
Protozoa, (Entomoeba histolyfica, giardia, lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), Tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, pemberian
makanan perselang, gangguan metabolik dan endokrin (Diabetes, Addison,
Tirotoksikosis) serta proses infeksi virus/bakteri (disentri, shigellosis, keracunan
makanan).

2. Faktor Mal absorbsi

a. Mal absorbsi karbohidrat disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa dan


sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

b. Mal absorbsi lemak.

c. Mal absorbsi protein.

3. Faktor makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas.

5. Malnutrisi

6. Gangguan imunologi

C. Patofisiologi

Menurut (Haryono, 2012), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya


gastroenteritis ialah :

1) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
sehingga timbul gastroenteritis.
2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus
dan selanjutnya timbul gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga
usus
3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan atau air sehingga timbul
gastroenteritis. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul pula gastroenteritis.
4) Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan akan
menyebabkan klien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor
kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti
asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan
dalam (pernapasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka
denyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit). Tekanan darah menurun sampai tak
terukur, klien gelisah, muka pucat, ujung – ujung ekstrimitas dingin, kadang
sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal
menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera
diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut.

D. Manifestasi klinik

Tanda dan gejala gastroenteritis akut (GEA) menurut (Riyadi& Suharsono, 2010).

a) Nausea dan muntah

b) Nyeri perut sampai kejang perut

c) Demam

d) Diare

Menurut (Nugroho, 2011), dan jika sampai terjadi dehidrasi, maka tanda dan gejala yang
muncul sesuai dengan derajat dehidrasi adalah :

1) Dehidrasi ringan

a) Turgor kulit kurang elastis, pucat.

b) Membran mukosa kering.

c) Nadi normal atau meningkat.

d) Diare < 4 kali/hari

2) Dehidrasi sedang

a) Turgor kulit jelek.

b) Membran mukosa / turun.

c) Tachycardia.

d) Ekstremitas dingin.

e) Mata cekung.

f) Diare 4-10 kali/hari

g) Hipertermia

3) Dehidrasi berat
a) Sianosis

b) Anuria

c) Kelopak mata cekung

d) Takikardi

e) Tekanan darah turun

f) Turgor kulit sangat jelek

g) Hipertermia

h) Gangguan asam basa

i) Kesadaran menurun

E. Komplikasi

Menurut Haryono, 2012 komplikasi gastroenteritis atau diare adalah :

1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).

2) Renjatan hipovolemik.

3) Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,


perubahan elektrokardiogram).

4) Hipoglikemia.

5)Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktosa.

6) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

7) Malnutrisi energen protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

F. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Riyadi& Suharsono, 2010 pemeriksaan yang dilakukan pada pasien


GEA adalah sebagai berikut :

1) Pemeriksaan darah tepi lengkap

2) Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis,
plasma dan urine.

3) Pemeriksaan urine lengkap.


4) Pemeriksaan feses lengkap dan biarkan feses dari colok dubur.

5) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.

G. Penatalaksanaan

Dasar penanganan gastroenteritis akut (GEA) atau diare menurut Haryono, 2012

1) Dietik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.

2) Obat – obatan

a) Obat anti diare: anti motilitas dan sekresi usus (loperamid), oktreotid
(sondostatin) sudah dicoba dengan hasil memuaskan pada diare sklerotik.

b) Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik yaitu
Norit 1-2 tablet diulang sesuai kebutuhan.

c) Antiemetik (metoclopramid).

d) Antispasmodik, antikolinergik (antagonis stimulus, kolinergik pada reseptor


muskarinik), contoh: papaperin.

e) Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1, asam


folat.

3) Rehidrasi

Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit


secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti
dengan cara memberikan oralit, cairan infus yaitu ringer laktat, dekstrose 5%.
Dekstrosa dalam salin, dan lain-lain.Pada klien dengan dehidrasi ringan dan
sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa.

II. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian keperawatan
Menurut Herdman (2012), pengkajian adalah langkah pertama yang paling
penting dalam proses keperawatan. Selama langkah pengkajian dan diagnosis dari
proses keperawatan, perawat mengumpulkan data dari klien (atau keluarga,
kelompok, komunitas), proses mengumpulkan data mengolahnya
Menurut Muttaqin & Kumala (2010), pengkajian klien gastroenteritis terdiri atas
pengkajian anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pengkajian diagnostik. Keluhan utama
yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi
cair. Pengkajian riwayat dihubungkan dengan epidemologi dan penyebab dari
gastroenteritis. Faktor epidemologi merupakan pengkajian penting dalam menentukan
penyebab, rencana intervensi, dan faktor resiko yang mungkin terjadi. Riwayat
keracunan makanan akan memberikan manifestasi peradangan akut gastrointestinal
yang dapat berbahaya sehingga harus dilakukan dalam kondisi gawat darurat untuk
rehidrasi cairan. Pada pengkajian psikososial klien biasanya mengalami kecemasan
dan klien memerlukan pemenuhan informasi tentang pendidikan kesehatan.menjadi
informasi, dan kemudian mengatur informasi yang bermakna dalam kategori
pengetahuan, yang dikenal sebagai diagnosis keperawatan.

Pengkajian menurut Haryono, 2012.


1) Identitas klien
2) Riwayat kesehatan sekarang
Awal serangan jika klien anak: cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare. Keluhan utama: feses semakin cair, muntah,
bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi encer.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pernah menderita diare sebelumnya, karena alergi makanan atau
lainnya.
4) Kebutuhan dasar
a) Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
b) Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan klien.
c) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d) Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya
e) Aktivitas: terganggu karena tubuh yang lemah dan nyeri akibat distensi
abdomen.
5) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan psikologis: keadaan umum tampak lemah, kesadarn
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
b) Pemeriksaan sistematik:
a. Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut
dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b. Auskultasi: terdengar bising usus.
c. Perkusi: adanya distensi abdomen.
d. Palpasi: turgor kulit kurang elastis.
c) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan
duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI) adalah sebagai berikut :

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


output yang berlebihan dengan intake yang kurang

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat, mual dan muntah

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB

C. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan (SIKI) dan


Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah sebagai berikut:

N DIAGNOSIS Standar Luaran Standar Intervensi


O KEPERAWATAN (SDKI) Keperawatan Keperawatan (SIKI)
Indonesia
(SLKI)

1 Gangguan keseimbangan Setelah diberikan asuhan Observasi :


cairan dan elektrolit keperawatan selama 1. Monitor status hidrasi
berhubungan dengan output 2x24 jam diharapkan (mis: frekuensi nadi,
yang berlebihan dengan intake cairan dan elektrolit akral, pengisian
yang kurang meningkat den gan kapiler, tekanan darah)
DS : kriteria hasil : 2. Monitor berat badan
DO : - Ketidakseimbangan - Kelembaban harian
cairan (dehidrasi) - Diare - mukosa membran 3. Monitor hasil
Muntah meningkat pemeriksaan
- Asupan makanan laboratorium (mis:
meningkat hematokrit, natrium,
- Dehidrasi kalium dan chlorida)
menurun 4. Monitor kadar
- Tekanan darah elektrolit serum
dan nadi 4. Monitor kehilangan
membaik cairan, jika perlu
- Hasil elektrolit
(natrium,kalium Terapeutik :
dan clorida) 1. Catat intake dan
meningkat output dan hitung
balance cairan 24 jam
2. Berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
2. Berikan cairan
intravena, jika perlu
3. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Kolaborasi : 1.
Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
2 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah diberikan asuhan Observasi :
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 1. Identifikasi status
berhubungan dengan intake 2x24 jam diharapkan nutrisi
yang tidak adekuat, mual dan asupan nutrisi untuk 2. Identifikasi alergi dan
muntah memenuhi kebutuhan intoleransi makanan
DS : - Pasien mengatakan tidak metabolisme membaik 3. Idntifikasi makanan
nafsu makan dengan kriteria hasil : yang disukai
DO : - BB menurun 10 % - Porsi makan 4. Identifikasi perlunya
dibawah rentang minimal yang dihabiskan penggunaan selang
- Membran mukosa pucat meningkat nasogastrik
Sariawan - Pengetahuan 5. Identifikasi kebutuhan
tentang pilihan kalori dan jenis nutrisi
makanan yang 6. Monitor asupan
sehat meningkat makanan
sesuai kondisi 7. Monitor berat badan
pasien 8. Monitor hasil
- Nafsu makan laboratorium
membaik
- Mual dan muntah Terapeutik :
menurun 1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan
2. Sajikan makanan
secara menarik dengan
suhu yang sesuai
3. Berikan makanan
tinggi kalori tinggi
protein bila perlu
4. Berikan suplemen
makanan

Edukasi :
1. Ajarkan diet yang
diprogramka

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menetukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan
3 Hipertermi berhubungan Setelah diberikan asuhan Observasi :
dengan proses infeksi keperwatan selama 2 x 1. Identifikasi penyebab
DS : 24 jam diharapkan suhu hipertermia Monitor
DO : tubuh pasien berada suhu tubuh Monitor
- Suhu tubuh diatas dalam rentang normal intake dan output
normal dengan kriteria hasil : 2. Monitor komplikasi
- Kulit merah - Kulit merah akibat hipertermia
- Takikardi menurun (kejang, penurunan
- Kulit terasa hangat - Takikardi kesadaran, kadar
menurun elektrolit abnormal
- Suhu tubuh Terapeutik :
membaik pada 1. Anjurkan
rentang normal menggunakan
- Tekanann darah pelembab
membaik 2. Sediakan lingkungan
yang dingin
3. Beri oksigen, jika
perlu
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen bila
hyperhidrosis
Edukasi :
1. Anjurkan pasien tirah
baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4 Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan asuhan Observasi :
berhubungan dengan sering keperwatan selama 2x24 1. Identifikasi penyebab
BAB jam diharapkan keutuhan gangguan integritas
DS : kulit membaik dengan kulit (mis: perubahan
DO : kriteria hasil : sirkulasi, penurunan
- Kerusakan jaringan - Elastisitas dan kelembaban
atau lapisan kulit perfusi jaringan Terapeutik :
- Nyeri membaik 1. Ubah posisi tiap
- Perdarahan - Nyeri, 2. jam jika tirah baring
- Kemerahan perdarahan dan 3. Bersihkan perineal
- Hematoma kemerahan dengan air hangat,
menurun terutama selama
- Suhu kulit dan periode diare
tekstur membaik 4. Hindari produk
berbahan dasar
alcohol pada kulit
kering
Edukasi :
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis: lotion,
serum)
2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
4. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
DAFTAR PUSTAKA

Haryono. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Herdman & Shigemi. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2015- 2017.
Jakarta: EGC.

Muttaqin dan Kumala. 2010. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta:
NuhaMedika.

Smeltzer, C& Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih
bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Jakarta: EGC.

PPNI (2017). Standar Diagnosa keperawatan : Defisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta.
DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPI

Anda mungkin juga menyukai