DISUSUN OLEH :
I. PENGERTIAN
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung
satu sama lain dan dapat menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam
kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktifitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Rohmani dkk, 2020).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang datang (diprakarsai) dari internal dan eksternal disertai
dengan respon menurun atau dilebih-lebihkan atau kerusakan respon pada rangsangan ini
(Hendarsyah, 2016).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) ini perlu dilakukan agar para anggota kelompok
(klien) mampu mengurangi halusinasi pendengaran yang dialami yaitu dengan cara
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif. Dalam TAK ini akan dilakukan kegiatan seperti melatih
kerajinan tangan dan melatih pendengaran aktivitas fisik.
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi persepsi
dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaptif.
B. Tujuan Khusus
1. Mengalihkan pemikirannya
2. Melatih kesabaran
3. Meningkatkan konsentrasi Klien
4. Membangun hubungan saling kerjasama
5. Melatih kemampuan kognitif dan psikomotorik klien
III. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa semakin meningkat dari tahun ketahun. Gangguan jiwa merupakan
salah satu dari empat masalah kesehatan utama, baik di Negara maju maupun Negara
berkembang.
Menurut WHO, masalah gangguan jiwa diseluruh dunia sudah menjadi masalah yang
sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami
masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Perkiraan oleh Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO)
menunjukkan bahwa 154 juta.
Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1990 tentang Disability Adjusted Life
Year (DALY) bahwa masalah kesehatan jiwa menempati urutan ketiga dari tujuh masalah
kesehatan terbesar di dunia (WHO, 1999). Kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera yang
ditandai dengan perasaan bahagia, keseimbangan, merasa puas, pencapaian diri dan optimis.
Kesehatan jiwa saat ini menjadi prioritas masalah kesehatan global bagi setiap negara,
dimana kondisi saat ini adanya krisis global, perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta situasi politik yang tidak menentu
menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan, perilaku kekerasan atau
tindakan kriminalitas meningkat. Salah satu bentuk dari masalah kesehatan jiwa adalah
Halusinasi (Rohana,2019).
Gangguan dari halusinasi tersebut menunjukkan gejala, seperti klien berbicara
sendiri, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar-mandir, sering tersenyum dan
tertawa sendiri, dan sering mendengar suara-suara (Maramis, 2005). Salah satu faktor
penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia khususnya halusinasi adalah
kurangnya peran keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita
penyakit halusinasi, Menurut penelitian Nurdiana (2007).
Berdasarkan data rekam medik yang didapat pada tanggal 9 januari 2019
diRumahSakitJiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2018 pasien yang masuk
berjumlah 4374 orang untuk rawat inap dan mengalamihalusiasipendengaran sebanyak 3198
orang (Kristina,2020).
B. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
(Rohana,2019)
V. KRITERIA KLIEN
1. Karakteristik:
Klien dengan ganguan halusinasi pendengaran yang sudah mulai mampu
mengintreprestasikan realitas terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Klien dengan ganguan presepsi sensori halusinasi pendengaran yang sudah
mulai mampu mengontrol halusinasinya.
Klien dengan kondisi fisik baik/sehat.
2. Proses seleksi:
Homogen
VI. PENGORGANISASIAN
a) Waktu
Hari/Tanggal : Jumat , 30 Juli 2021
Tempat : Ruang TAK RSJ Prof Dr. Ildrem
Waktu : 10.00 WIB
Lama Kegiatan : 30 menit
Faseorientasi : 5 menit
Fasekerja : 20 menit
Faseterminasi : 5 menit
c) Tim Terapis
Leader : Henny
Co-Leader : Eva
Observer : 1. Yuliria
2. Annastasya
Fasilitator : 1. Bennaria
2. Novi
3. Sondang
Keamanan : 1. Jelita
2. Nince
Dokumentasi : 1. Indah
e) Setting
Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
Lingkungan nyaman dan tenang
Jumlah anggota 6 orang
(a) Setting melatih kerajinan tangan
Keterangan:
Fasilitator Keamanan
Observer Klien
2. Media :
a. Bed name
b. Sipdol
c. Alat tulis
d. Karton
e. Laptop
f. Speaker
g. Lem
h. Gunting
2. Fase Kerja
a. Sesi-sesi terapi aktivitas kelompok
1) Sesi 1 : mengenal halusinasi.
Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan pasien pada
saat terjadi.
Perawat meminta pasien untuk menceritakan tentang
halusinasinya, mulai dari pasien yang ada di sebelah
kanan perawat secara berurutan berlawanan jarum jam
sampai semua pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di
whiteboard.
Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan
pasien dari suara yang biasa didengar.
2) Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara pertama mengontrol halusinasi dengan teknik
menghardik.
Perawat meminta pasien untuk menyebutkan cara yang
selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasinya,
menyebutkan efektivitas cara, mulai dari pasien yang ada
di sebelah kanan perawat secara berurutan berlawanan
jarum jam sampai semua pasien mendapat giliran.
Hasilnya ditulis di whiteboard.
Perawat menjelaskan dan memperagakan cara mengontrol
halusinasi dengan teknik menghardik yaitu kedua tangan
menutup telinga dan berkata “Diamlah suara-suara palsu,
aku tidak mau dengar lagi”.
Perawat meminta pasien untuk memperagakan teknik
menghardik, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat sampai semua pasien mendapat giliran.
Beri pujian setiap kali pasien selesai memperagakan
3. Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Memberikan pujian terhadap keberhasilan/pencapaian kelompok
c. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya (jika dibutuhkan)
d. Evaluasi
1. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari
c. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
4. Dokumentasi
Kemampuan klien dalam terapi
Kondisi klien selama terapi
Keberhasilan klien dalam terapi/antusiasme dan partisipasinya