Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN


DI RUANG CEMPAKA DAN MELUR RUMAH SAKIT JIWA
Prof. Dr. M. ILDREM PEMPROV
SUMATERA UTARA
MEDAN

DISUSUN OLEH :

1. Henny Carolia Tampubolon (052021107)


2. Indah Gaung S. Sibagariang (052021109)
3. Novi Agrestin Sinaga (052021028)
4. Annastasya Paulina Ginting (052021078)
5. Nince Junita Waruwu (052021028)
6. Eva Damayanthi Gulo (052021096)
7. Bennaria Panjaitan (052021081)
8. Jelita Mawati Gultom (052021113)
9. Yuliria Mendrofa (052021146)
10. Sondang Elisabeth Sijabat (052021138)

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
T.A 2021/2022
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASIPENDENGARAN
DI RUANG CEMPAKA DAN MELUR RUMAH SAKIT JIWA
Prof. Dr. M. ILDREM PEMPROVSU
MEDAN
Jumat, 30 Juli 2021

Topik                     : Stimulasi Persepsi: Halusinasi Pendengaran


Kegiatan                : Terapi aktivitas Kelompok
Sasaran                  : 6 orang peserta
Tempat                  : Ruang TAK Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem

I. PENGERTIAN
Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung
satu sama lain dan dapat menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu dalam
kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktifitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Rohmani dkk, 2020).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang datang (diprakarsai) dari internal dan eksternal disertai
dengan respon menurun atau dilebih-lebihkan atau kerusakan respon pada rangsangan ini
(Hendarsyah, 2016).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) ini perlu dilakukan agar para anggota kelompok
(klien) mampu mengurangi halusinasi pendengaran yang dialami yaitu dengan cara
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif. Dalam TAK ini akan dilakukan kegiatan seperti melatih
kerajinan tangan dan melatih pendengaran aktivitas fisik.

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi persepsi
dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaptif.
B. Tujuan Khusus
1. Mengalihkan pemikirannya
2. Melatih kesabaran
3. Meningkatkan konsentrasi Klien
4. Membangun hubungan saling kerjasama
5. Melatih kemampuan kognitif dan psikomotorik klien
III. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa semakin meningkat dari tahun ketahun. Gangguan jiwa merupakan
salah satu dari empat masalah kesehatan utama, baik di Negara maju maupun Negara
berkembang.
Menurut WHO, masalah gangguan jiwa diseluruh dunia sudah menjadi masalah yang
sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami
masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Perkiraan oleh Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO)
menunjukkan bahwa 154 juta.
Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1990 tentang Disability Adjusted Life
Year (DALY) bahwa masalah kesehatan jiwa menempati urutan ketiga dari tujuh masalah
kesehatan terbesar di dunia (WHO, 1999). Kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera yang
ditandai dengan perasaan bahagia, keseimbangan, merasa puas, pencapaian diri dan optimis.
Kesehatan jiwa saat ini menjadi prioritas masalah kesehatan global bagi setiap negara,
dimana kondisi saat ini adanya krisis global, perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta situasi politik yang tidak menentu
menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan, perilaku kekerasan atau
tindakan kriminalitas meningkat. Salah satu bentuk dari masalah kesehatan jiwa adalah
Halusinasi (Rohana,2019).
Gangguan dari halusinasi tersebut menunjukkan gejala, seperti klien berbicara
sendiri, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar-mandir, sering tersenyum dan
tertawa sendiri, dan sering mendengar suara-suara (Maramis, 2005). Salah satu faktor
penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia khususnya halusinasi adalah
kurangnya peran keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita
penyakit halusinasi, Menurut penelitian Nurdiana (2007).
Berdasarkan data rekam medik yang didapat pada tanggal 9 januari 2019
diRumahSakitJiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2018 pasien yang masuk
berjumlah 4374 orang untuk rawat inap dan mengalamihalusiasipendengaran sebanyak 3198
orang (Kristina,2020).

IV. LANDASAN TEORITIS


A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan presepsi pancaindra tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua system pengindraan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh atau baik. Individu yang mengalami halusinasi itu
berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah
kebutuhan perlindungan diri secara psikologi terhadap kejadian traumatik sehubung
dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang
dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaanya sendiri
(Rohana,2019).
Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas.
Salah satu manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak
dapat menjalankan pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari. (Yusuf,dkk.2015)

B. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :

Jenis Halusinasi Pengertian Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Klien  Bicara atau  Mendengar
dengar/suara/akustiku mendengar tertawa sendiri suara atau
s suara/bunyi  marah marah kegaduhan
yang tidak ada tanpa sebab  mendengar
hubungannya  mengarahkan suara yang
dengan telinga kearah mengajak
stimulus yang tertentu bercakap-cakap
nyata di  menutup telinga  mendengar
lingkungannya. suara yang
menyuruh
melakukan
sesuatu yang
berbahaya

Halusinasi Klien melihat  menunjuk-nunjuk  Melihat


penglihatan/ visual gambaran yang kearah tertentu bayangan, sinar
jelas/samar  Ketakutan pada bentuk
terhadap sesuatu yang geometris,
adanya stimuus tidak jelas bentuk kartoon,
yang nyata dari melihat hantu
lingkungan dan atau monster
orang lain tidak
melihatnya.
Halusinasi Klien mencium  Menghidu seperti  Membaui bau-
penghidung/ bau yang sedang membaui bauan seperti
penciuman muncul dari bau-bauan bau darah, urine,
sumber tertentu tertentu fases kadang-
tanpa stimulus  Menutup hidung kadang bau itu
nyata. menyenagkan
Halusinasi pengecap Klien  Sering meludah  merasakan
merasakan  Muntah sensasi rasa
sesuatu yang seperti rasa
tidak nyata, darah, urine atau
biasanya feses
merasakan rasa
yang tidak
enak.
Halusinasi raba/ Klien  mengaruk-ngaruk  mengatakan ada
sentuhan/ taktil merasakan permukaan kulit serangga di
sesuatu pada permukaan kulit
kulitnya tanpa  merasakan
ada stimulus seperti tersengat
yang nyata. listrik

Halusinasi kinestetik Klien merasa  memverbalisasi  merasakan


badannya dan/atau obsesi fungsi tubuh
bergerak dalam terhadap proses seperti darah
suatu ruangan/ tubuh mengalir
anggota  menolak untuk melalui vena
badannya menyelesaikan dan arteri,
bergerak. tugas yang makanan yang
memerlukan dicerna, atau
bagian tubuh pembentukan
pasien yang urine.
diyakini pasien
tidak berfungsi

(Rohana,2019)

V. KRITERIA KLIEN
1. Karakteristik:
 Klien dengan ganguan halusinasi pendengaran yang sudah mulai mampu
mengintreprestasikan realitas terhadap diri sendiri maupun orang lain.
 Klien dengan ganguan presepsi sensori halusinasi pendengaran yang sudah
mulai mampu mengontrol halusinasinya.
 Klien dengan kondisi fisik baik/sehat.
2. Proses seleksi:
Homogen

VI. PENGORGANISASIAN
a) Waktu
Hari/Tanggal               : Jumat , 30 Juli 2021
Tempat                 : Ruang TAK RSJ Prof Dr. Ildrem
Waktu : 10.00 WIB
Lama Kegiatan : 30 menit
Faseorientasi : 5 menit
Fasekerja   : 20 menit
Faseterminasi      : 5 menit

b) Klien peserta TAK


Jumlah peserta : 6 orang
1. Ny.
2. Ny.
3. Ny.
4. Ny.
5. Ny.
6. Ny.

c) Tim Terapis
Leader               : Henny
Co-Leader       : Eva
Observer     : 1. Yuliria
2. Annastasya

Fasilitator : 1. Bennaria
2. Novi
3. Sondang

Keamanan : 1. Jelita
2. Nince

Dokumentasi : 1. Indah

d) Uraian Tugas Pelaksana


1. Leader/ pemimpin kelompok   
Tugasnya :
 Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal)
 Mengarahkan kelompok
 Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
memberikan umpan balik
 Sebagai role model
 Memotivasi anggota
2. Co-leader/pemantau pemimpin
Tugasnya :
 Membantu leader dan memimpin permainan
3. Fasilitator
Tugasnya :
 Membantu leader untuk memfasilitasi anggota untuk berperan aktif
4. Observer
Tugasnya:
 Mengoservasi setiap respon klien
 Mencatat semua proses
 Memberikan umpan balik pada kelompok

e) Setting
 Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
 Lingkungan nyaman dan tenang
 Jumlah anggota 6 orang
(a) Setting melatih kerajinan tangan

Keterangan:

Leader/ coleader Dokument

Fasilitator Keamanan

Observer Klien

f) METODE DAN MEDIA


1. Metode :
a. Melatih Kerajinan Tangan
Klien menggambar sesuai tema yang diberikan oleh perawat, kemudian
setelah menggambar klien akan menjelaskan maksud dari gambar tersebut.

2. Media :
a. Bed name
b. Sipdol
c. Alat tulis
d. Karton
e. Laptop
f. Speaker
g. Lem
h. Gunting

VII. PROSES PELAKSANAAN TAK


a. Persiapan
1. Memilih klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan perubahan persepsi sensori
halusinasi
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan peralatan dan tempat pertemuan
b. Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik : salam dari terapis pada klien
b. Perkenalan nama dan pangilan terapis (pake bed nama)
c. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
d. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.
e. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
 Lama kegiatan 30 menit
 Tidak boleh makan dan minum
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

2. Fase Kerja
a. Sesi-sesi terapi aktivitas kelompok
1) Sesi 1 : mengenal halusinasi.
 Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan pasien pada
saat terjadi.
 Perawat meminta pasien untuk menceritakan tentang
halusinasinya, mulai dari pasien yang ada di sebelah
kanan perawat secara berurutan berlawanan jarum jam
sampai semua pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di
whiteboard.
 Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
 Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan
pasien dari suara yang biasa didengar.
2) Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan teknik menghardik.
 Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara pertama mengontrol halusinasi dengan teknik
menghardik.
 Perawat meminta pasien untuk menyebutkan cara yang
selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasinya,
menyebutkan efektivitas cara, mulai dari pasien yang ada
di sebelah kanan perawat secara berurutan berlawanan
jarum jam sampai semua pasien mendapat giliran.
Hasilnya ditulis di whiteboard.
 Perawat menjelaskan dan memperagakan cara mengontrol
halusinasi dengan teknik menghardik yaitu kedua tangan
menutup telinga dan berkata “Diamlah suara-suara palsu,
aku tidak mau dengar lagi”.
 Perawat meminta pasien untuk memperagakan teknik
menghardik, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat sampai semua pasien mendapat giliran.
 Beri pujian setiap kali pasien selesai memperagakan

3) Sesi 3 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.


 Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara terakhir mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat. Jelaskan bahwa pentingnya patuh minum obat yaitu
mencegah kambuh karena obat memberi perasaan tenang,
dan memperlambat kambuh.
 Perawat menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat,
yaitu penyebab kambuh.
 Perawat meminta pasien menyampaikan obat yang
diminum dan waktu meminumnya. Buat daftar di
whiteboard.
 Perawat menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar
obat, benar waktu, benar pasien, benar cara, benar dosis.
 Minta pasien untuk menyebutkan lima benar cara minum
obat, secara bergiliran.
 Berikan pujian pada paisen yang benar.
 Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat
(catat di whiteboard).
 Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah
salah satu cara mencegah halusinasi atau kambuh.
 Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat,
yaitu kejadian halusinasi atau kambuh.
 Minta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh
minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
 Memberi pujian tiap kali pasien benar.

4) Sesi 4 : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap


 Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara ketiga mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
Jelaskan bahwa pentingnya bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mencegah halusinasi.
 Perawat meminta tiap pasien menyebutkan orang yang
biasa dan bisa diajak bercakap-cakap.
 Perawat meminta pasien menyebutkan pokok pembicaraan
yang biasa dan bisa dilakukan.
 (4) Perawat memperagakan cara bercakap-cakap jika
halusinasi muncul “Suster, ada suara di telinga, saya mau
ngobrol saja dengan suster” atau “Suster saya mau ngobrol
tentang kegiatan harian saya”.
 (5) Perawat meminta pasien untuk memperagakan
percakapan dengan orang disebelahnya.
 (6) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.
 (7) Ulangi

5) Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan.


 Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara kedua mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal
kegiatan. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan
yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi.
 Perawat meminta pasien menyampaikan kegiatan yang
biasa dilakukan sehari-hari, dan tulis di whiteboard.
 Perawat membagikan formulir jadwal kegiatan harian.
Perawat menulis formulir yang sama di whiteboard.
 Perawat membimbing satu persatu pasien untuk membuat
jadwal kegiatan harian, dari bangun pagi sampai tidur
malam. Pasien menggunakan formulir, perawat
menggunakan whiteboard.
 Perawat melatih pasien memperagakan kegiatan yang
telah disusun.
 Perawat meminta pasien untuk membacakan jadwal yang
telah disusun. Berikan pujian dan tepuk tangan bersama
untuk pasien yang sudah selesai membuat jadwal dan
membacakan jadwal yang telah dibuat.
 Perawat meminta komitmen masing-masing pasien untuk
melaksanakan jadwal kegiatan yang telah disusun dan
memberi tanda M kalau dilaksanakan, tetapi diingatkan
terlebih dahulu oleh perawat, dan T kalau tidak
dilaksanakan.

6) Sesi 6 : Beermain games (menggambar) untuk menghindari


timbulnya suara-suara yang didengarkan oleh klien

b. Terapis menjelaskan langkah/sesi permainan/terapi yang akan dilakukan,


yaitu mengenal suara-suara yang didengar
c. Terapis mendemontrasikan langkah/sesi permainan/terapi yang akan
dilakukan
d. Hasilnya digambar di karton kemudian setelah menggambar klien akan
menjelaskan maksud dari gambar tersebut.
e. Fasilitator mendampingi kelompok klien
f. Observer memperhatikan jalannya terapi
g. Terapis memberikan pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
h. Terapis tetap mengingatkan kembali strategi pertemuan untuk halusinasi
i. Terapis Simpulkan isi dari gambar dan sharing yang disampaikan klien

3. Fase Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Memberikan pujian terhadap keberhasilan/pencapaian kelompok
c. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya (jika dibutuhkan)
d. Evaluasi
1. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari
c. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

2. Rencana tindak lanjut


Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu:
a. Strategi Pelaksanaan 1 : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
b. Strategi Pelaksanaan 2 : Mengontrol halusinasi dengan cara minum obat
teratus.
c. Strategi Pelaksanaan 3 : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
d. Strategi Pelaksanaan 4 : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas.
3. Kontrak yang akan datang

4. Dokumentasi
Kemampuan klien dalam terapi
Kondisi klien selama terapi
Keberhasilan klien dalam terapi/antusiasme dan partisipasinya

Anda mungkin juga menyukai