Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun oleh :
SITTI SANTI
A1C121026

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

A. KONSEPKEBUTUHANELIMINASI

1. Pengertian

Eleminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolis


metubuh. Eleminasi merupakan pengeluaran racun atau produk limbah dari
dalam tubuh.Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeo stasis mel
alui pembuangan sisa-sisa metabolisme.Secara garis besar, sisa metabolisme
tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu eliminasi fekal dan eliminasi urin
(Asmadi, 2008)
a. EliminasiUrin

Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang


individu mengalami atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi urin.Sis
tem yang berperan dalam eliminasi urin adalah sistem perkemihan.
Dimana sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Proses pembentukan urine diginjal terdiri dari 3 proses yaitu : filtrasi, rea
bsorpsi, dan sekresi.
Proses filtrasi berlansung di glomerulus. Proses ini terjadi
karenapermukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen. Proses
reabsorpsiterjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fosfat, dan beberapa ion karbonat. Proses sekresi ini sisa 
reabsorpsi keluar.
b. EliminasiFekal

Gangguan kebutuhan eleminasi fekal adalah penurunan pada frekue
nsi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak
lengkap feses dan/ atau pengeluaran feses yang keras, kering dan banyak.
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Organ
utama yang  berperan dalam eliminasi fekal adalah usus besar. Usus
besar memiliki beberapa fungsi  yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit,
proteksi (perlindungan) dengan mensekresikan mucus yang akan melindu
ngi dinding usus dari trauma oleh feses dan aktifitas.
bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai keanus dengan berkontraksi.
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan
intestin. Pusat refleksi ini terdapat pada medulla dan spinal cord. Refleks
defekasitimbulkarenaadanyafeses dalam rektum.
2. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

a. Eliminasi urin

1) Dietdan intake

2) Respon keinginan awal untuk berkemih

3) Gaya hidup

4) Stres psikologi

5) Tingkat aktifitas

6) Tingkat perkembangan

7) Kondisi patologis

b. Eliminasifekal

1) Tingkat perkembangan

2) Diet

3) Asupancairan

4) Tonos otot

5) Faktorpsikologis

6) Pengobatan

7) Penyakit

8) Gayahidup

9) Aktifittasfisik

10) Posisi selama defekasi

11) kehamilan
3. Manifestasiklinis

a. Eliminasi urin

1) Retensi urin

- Ketidaknyamanan daerah pubis


- Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih

- Meningkatnya keinginan untuk berkemih dan resah

- Ketidaksanggupanuntukberkemih

2) Inkotentinensiaurin

- Pasien tidak bisa menahan keinginan BAK, sebelum sampai


ditoilet
- Pasien sering ngompol

b. Eliminasifekal

1) Konstipasi

- Menurunnya frekuensi BAB

- Pengeluaran feses yang sulit,keras dan mengejan

- Nyeri rektum

2) Inpaction

- Tidak bisa BAB

- Anoreksia

- Kembung/kram

- Nyeri rektum

3) Diare

- BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk

- Isi intestinal melewati usus halusdan kolon sangatcepat

- Iritasi didalam kolon merupakan faktor tambahan yang


menyebabkan meningkatnya sekresi mukosa
- Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB
4) Inkontinensia fekal

- Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus

- BAB encerdan jumlahnya banyak


- Gangguan fungsi spingteranal, penyakit neuromuskuler, trauma
spinalcord, dan tumor spingter anal eksternal
5) Flatulens

- Menumpuknya gaspada lumeni testinal


- Dinding usus mereaang dan distended, merasa penuh, nyeri dan
kram
- Biasanya gas keluar melalui mulut(sendawa) atau anus(flatus)

6) Hemoroid

- Pembengkakan vena pada dinding rektum

- Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang

- Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi

- Nyeri sekitar rectum dan anus

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Eliminasi urin

Pemeriksaan sistem perkemihan dapat mempengaruhi berkemih.


Prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaaan saluran
kemih seperti IVY (Intra Venus Pyelogram), yang dapat membatasi
jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urin.Klien tidak
diperbolehkan untuk mengonsumsi cairan peroral sebelum tes dilakukan.
Pembatasan asupan cairan umumnya akan mengurangi pengeluaran urin.
Selain itu pemeriksaan diagnostic seperti tindakan sistoskop yang
melibatkan visualisasi lansung struktur kemih dapat menimbulkan edema
lokal pada uretra dan spasme pada sfingter kandung kemih. Klien sering
mengalami retensi urin setelah menjalani prosdur inidan dapat
mengeluarkan urine berwarna merah atau merah muda karena perdarahan
akibat trauma pada mukosa uretra atau mukosa kandung kemih.Adapun
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan urin (urinarisasi)

- Warna urine normal yaitu jernih

- Phnormal yaitu4,6-8,0

- Glukosa dalam keadaan normal negatif

- Ukuran protein normal sampai10 mg/ 100ml

- Keton dalam kondisi normal yaitu negatif


- Berat jenis yang normal 1,010-1,030

- Bakteri dalam keadaan normal negatif


2) Pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, natrium, pencitraan
radional, klorida, fosfat, dan magnesium mengikat
3) Pemeriksaan ultra sound ginjal

4) Arteriogramginjal

5) EKG

6) CTscan

7) Enduorologi

8) Urografi

9) Ekstretorius

10) Sisto uretro gram berkemih

b. Eliminasi fekal

Pemeriksaan diagnostic yang melibatkan yang melibatkan


visualisasi struktur saluran GI, sering memerlukan dikosongkannya isi
dibagian usus. Klien tidak diizinkan untuk makan atau minum setelah
tengah malam jika esoknya akan dilakukan pemeriksaan, seperti
pemeriksaan yang menggunakan barium enema, endoskopi saluran GI
bagian bawah, atau serangkaian pemeriksaan saluran GI bagian atas.Pada
kasus penggunaan barium enema atau endoskopi, klien biasanya
menerima katartikdanenema. Pengosongan usus dapat mengganggu
eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal. Adapun pemeriksaan
diagnostic yang dilakukan pada gangguan eleminasi fekal yaitu:
1) Anuskopi

2) Prosktosigmoidoskopi

3) Rotgen dan kontras

4) Pemeriksaan laboratorium feses

5) Pemeriksaan fisik

5. Penatalaksanaan

a. Eliminasi urine
1) Terapi nonfarmakologi

2) Terapi farmakologi

3) Terapi pembedahan
4) Modalitas lain

5) Kateter isasi uretra

6) Dilatasi uretra dengan boudy

7) Drainagesu prapubik

b. Eliminasi fekal

1) Pengobatan nonfarmakologis

2) Pengobatan farmakologis

3) Pemberian cairan

4) Pengobatan dietetic (cara pemberian makan)

5) Obat-obatan

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Gangguan Eliminasi Urin

a. Pengkajian

1) Riwayat keperawatan

- Pola berkemih

- Gejala dari perubahan berkemih

- Faktor yang mempengaruhi berkemih

2) Pemeriksaan fisik

- Abdomen

- Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,


pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus
3) Genetalia

- Wanita : inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus,


keadaaan atropi jaringan vagina
- Laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya
pembesaran skrotum
4) Intake dan output cairan

- Kaji intake dan output cairan dalam sehari(24jam)

- Kebiasaan minum dirumah

- Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT


- Kaji perubahan volume urin, untuk mengetahui ketidak
seimbangan cairan
- Output urine dari urinal, cateter bag, drain ageureterostomy,
sistostomi
- Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan

5) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan urine (urinalisis)
- Warna : (N : jernih)

- Penampilan (N : jernih)

- Bau (N : beraroma)

- Ph (N : 4,5– 8,0)

- Beratjenis (N : 1,005– 1,030)

- Glukosa (N : negatif)

- Keton (N : negatif)

- Kultur urine (N : negatif)

b. Diagnosa Keperawatan

1) Inkontinensia

2) Retensi urine
c. Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1.Inkontinensia Setelah dilakukan asuhan kepe Perawatan inkontinensia urine
urine rawatan diharapkan inkontinen Observasi
si urin membaik dengan kriteri  Identifikasi penyebab
a hasil: inkontinensia urine
1. Residu volume urin setelah  Monitor kebiasan BAK
berkemih menurun (5)
Terpeutik
2. Distensi kandung kemih me
nurun (5)  Bersihkan genitalia dan kulit sek

3. Enuresis menurun (5) itar secara rutin

4. Frekuensi berkemih membaik   Ambil sampel urin untuk


(5) pemeriksaan urine lengkap atau
5.Sensasi berkemih membaik kultur
(5)
Edukasi

 Anjurkan membatasi konsumsi


cairan 2-3 jam menjelang tidur
 Anjurkan minum minimal
1500cc/hari, jika tidak kontra
indikasi
 Anjurkan menghindari kopi,
minuman bersoda, the dan
coklat
 Anjurkan konsumsi buah dan
sayur untuk menghindari
konstipasi
Kolaborasi
 Rujuk keahli inkontinensia, jika
perlu
2.Retensiurine Setelah dilakukan asuhan Kateterisasi
keperawatan, diharapkan urine
eliminasi urine membaik Observasi
dengan kriteria hasil:  Periksakondisi pasien
1. Sensasi berkemih
Terapeutik
meningkat (5)
2. Desakan berkemih (urgensi)  Siapkan peralatan, bahan-bahan,
menurun (5) dan ruangan tindakan

3. Distensi kandung kemih  Siapkan pasien

menurun (5)  Bersihkan daerah perineal atau


4. Volume residu urine preposium dengan cairan NaCl
menurun (5) atau aquaes
5. Mengompo lmenurun (5)  Lakukan insersi kateter urin

 Sambung katete rurine dengan


urine bag
 Isi balon dengan NaCl0, 9%
Sesuai anjuran

 Fiksasi selang kateter

 Berikan lebel waktu pemsangan

Eduksai

 Jelaskan tujuan dan prosedur


pemasangan kateter
 Anjurkan menarik napas saat

Insersi selang kateter

2. GangguanEliminasiFekal

a. Pengkajian

1) Riwayat keperawatan

- Poladefekasi : frekuensi, pernah berubah

- Perilaku defeksi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola

- Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur

- Diet : makanan yang mempengaruhi defeksi, makanan yang


bisadimakan, makanan yang dihindri, dan pola makan yang
teratur atau tidak
- Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari

- Aktifitas : kegiatan sehari-hari

- Kegiatanyangspesfik

- Penggunaan medikasi: obat-obatan yang mempengaruhi defikasi

- Stress : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk


menghadapi atau bagaimana menerima
- Pembedahan/penyaki tmenetap

2) Pemeriksaan fisik

- Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa


padaperut, tenderness
- Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi,
fistula, hemorroid, adanya massa, tenderness
- Keadaan feses : Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsure
abnormal dalam feses, lendir
- Pemeriksaan diagnostik

 Anus kopi

 Prokto sigmoidoskopi

 Rotgen dengan kontras

b. Diagnosa keperawatan

1) Konstipasi

2) Diare

c. Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1.Konstipasi Setelah dilakukan asuhan Manajemene liminasi fekal
keperawatan, diharapkan Observasi
eliminasi fekal membaik  Identifikasi masalah usus dan
dengan kriteria hasil : penggunaan obat pencahar
1. Kontrol pengeluaran feses  Monitor buang air besar
meningkat (5)
 Monitor tanda dan gejala
2. Keluhan defekasi lama dan
konstipasi
sulit menurun (5)
Terapeutik
3. Mengejan saat defekasi
menurun (5)  Berikan air hangat setelah makan
4. Konsistensi feses membaik  Sediakan makanan tinggi serat
(5)
Eduksi
5. Frekuensi defekasi
membaik (5)  Anjurkan mengurangi asupan
6. Peristaltik usus membaik makanan yang meningkatkan
(5) pembentukan gas
 Anjurkan mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi serat
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan, jika tidak ada kontrindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat

supositoriaanal, jika perlu


2.Diare Setelah dilakukan asuhan Manajemen diare
keperawatans, diharapkan Observasi
eliminasi fekal membaik  Identifikasi penyebab diare
dengan kriteria hasil:
 Monitor warna, frekuensi, volume,
1. Kontrol pengeluaran feses
dan konstistensi tinja
meningkat (5)
 Monitor tanda dan gejalah
2. Keluhan defekasi lama dan
ipovolemia
sulit menurun (5)
Terapeutik
3. Mengejan saat defekasi
menurun (5)  Berikan asupan ciranoral
4. Konsistensi feses membaik
 Berikan cairan intravena
(5)
Edukasi
5. Frekuensi defekasi
membaik (5)  Anjurkan makanan porsi kecil dan
6. Peristaltik usus membaik sering secara bertahap
(5)  Anjurkan menghindari makanan
berbentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses
RETENSIURIN
3. EliminasiFekal

a. Diare

Faktormalabs Faktor Faktorp


orpsikarbohid makanan sikologi
Faktorinfeksi rat,protein,le
mak

Masuk Tekanan Toksin cemas


danberkemb osmotikm takdapatdiser
ang eningkat ap
dalamusus

Hipersekresiai Hiperperistaltik
r
Pergeseran menurunkesem
danelektrolit(
airdan patanusus
meningkat
elektrolitkeron menyerapmaka
isironggausus
ggausus nan
)

DIARE
b. Konstipasi

Diet rendah serat, asupan cairan Penggunaan obat-obatan tertentu


kurang,kondisi psikis, kondisi (seperti,gol.Opiat)danmengandungALda
metabolik, danpenyakit yangdiderita nCa

Absorbsicairandanelektrolit Memperpanjangwaktutransitdi kolon

Memperpanjang waktu transit di Memberi efekpadasegmenusus


kolonkarenaabsorbsiterusberlangsun
Fesesmengeras Kontraksitidakmendorong
g

Gangguandefekasi KONSTIPASI

Rangsangan
Membran mukorektal reflekspenyebabrekt
danmuskulatur tidak Tekanan
oanal intra
pekaterhadaprangsanganf abdomenmening
ekal Relaksasi
katsfingter
internadaneksterna

KONSTIPASI
Diperlukan
rangsanganyang lebih
kuat
untukmendorongfeses
Spasme setelah
makannyeri kolik pada
abdomenbawah

Kolonkehilangantonus Tidak responsif


terhadaprangsangann
ormal
DAFTARPUSTAKA

Carpenito M,Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).Definisi dan Tindakan Keperawatan


Edisi 1 CetakanII.Jakarta Selatan

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Definisi dan Kriteria Hasil


keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan


Proses Keperawatan.Edisi 4.Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai