OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
1
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI..........................................................................................1
A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi TB.........................................................................................2
2. Etiologi................................................................................................3
3. Patofosiologi.......................................................................................3
4. Pathway...............................................................................................5
5. Manifestasi klinis................................................................................6
6. Komplikasi..........................................................................................6
7. Pemeriksaan penunjang......................................................................6
8. Penatalaksanaan..................................................................................7
9. Prognosis.............................................................................................7
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian...........................................................................................8
2. Diagnosa dan intervensi....................................................................13
3. Implementasi keperawatan................................................................20
4. Evaluasi keperawatan........................................................................20
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN TB PARU DI
RUANGAN RINRA 1 RSUD HAJI MAKASSAR
1. Data umum........................................................................................21
2. Riwayat kesehatan............................................................................21
3. Riwayat kesehatan masa lalu............................................................22
4. Riwayat kesehatan keluarga..............................................................22
5. Pemeriksaan fisik..............................................................................23
6. Pola kegiatan sehari-hari...................................................................25
7. Riwayat psiko-sosial-spiritual...........................................................26
8. Pemeriksaan diagnostik....................................................................27
9. Pengobatan........................................................................................29
10. Klasifikasi data..................................................................................34
11. Analisa data.......................................................................................34
12. Diagnosis keperawatan.....................................................................36
13. Rencana asuhan keperawatan...........................................................37
14. Implementasi keperawatan................................................................39
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................49
1
A. KONSEP MEDIS TB PARU
1. Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru.Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem
kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru
ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma
dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara,
waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
( Dhjojodibroto,2016)
Ada beberapa klasifikasi TB Paru menurut ( Dhjojodibroto,2016)
yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu
pada TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
Tb positif.
d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan
2
2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab dari TB paru.
kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang
jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru-paru. Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tertidur lama) selama beberapa
tahun ( Dhjojodibroto,2016)
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan.Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalamtubuh manusia
melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Seseorang terinfeksi tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut.( Chandra,2013)
3. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis.
Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak
dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang
dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri),
sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil
dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya
eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada
masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
3
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah
bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri dari makrofag dan bakteri
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi
kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri
menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkhus. Tuberkel yang
ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru
yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel dan seterusnya. Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil
terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan
respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi oleh tuberkel.( Mandal,dkk, 2016)
4
4. Pathway
Mycrobacterium Tuberculosis
Alveolus
Respon radang
Gangguan keseimbangan
Granulasi nutrisi kurang dari kebutuhan
Intoleransi aktivitas
5
5. Manifestasi Klinis
a. Gejala sistemik/umum
1) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Gejala khusus
1) Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang
disertai sesak.
2) Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada. ( Chandra,2013)
6. Komplikasi
TB Paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi.Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru
dibedakan menjadi dua, yaitu 17 :
a. Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura,
empiema,laryngitis, usus.
b. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering
terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
1) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau
syok hipovolemik
2) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru
4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya (Nastiti,2015)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah rutin: LED normal / meningkat, limfositosis
b. Tehnik Polymerase Chain Reaction : Deteksi DNA kuman secara
spesifik melalui amplikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme
dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
c. Pemeriksaan radiologi: Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB (Goesasi,2011)
6
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman. Prinsip
pengobatan TB Paru adalah obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi
dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin,
Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,
supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh.
b. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan
mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulomatosa tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
c. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil
tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi
adekuat, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada
analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan,
pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.(Goesasi,2011)
9. Prognosis
Tergantung pada tempat proses kerusakan serta daya tahan tubuh.
Dengan pemberian anti tuberklosis yang teratur, prognosa sangat baik.
Perlu diingat bahwa penderita-penderita yang mendapat pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi untuk penyakit lain mempunyai resistensi yang
rendah terhadap tuberklosis (limfosit T yang melindungi tubuh terhadap
tuberklosis dirusak oleh kortikosteroid). (Zulkoni, 2012)
7
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar
dapat megnidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan
a. Pengumpulan data
1). Identitas
a). Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai
hubungan meliputi : nama hubungan dengan penyakit tidak
terbatas pada semua umur tetapi anak-anak dan orang tua
lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering
laki-laki terkena dari pada perempuan karena faktor
kebiasaan seperti merokok, pendidikan hubungan dengan
penyakit pendidikan rendah biasanya kurang pengetahuan
tentang penyakit ini, pekerjaan hubungan dengan penyakit
orang-orang yang bekerja di udara terbuka lebih sering
terkena seperti kuli bangunan, sopir, status marital
berpengaruh pada proses penularan, agama, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis
dan alamat hubungan dengan penyakit TBC apakah klien
tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi kurang.
b). Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan
dengan klien.
2). Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa
sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri dad
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan
awitan gejala yang klien alami sehingga klien dibawa ke
rumah sakit sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan
sekarang menggunakan metoda PQRST sebagai
pengebangan dari keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal
yang memperberat atau memperingan, kualitas dan
kekerapannya, waktu timbulnya dan lamanya.
c) Riwayat kesehatan dahulu.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya, tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah
8
diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis dan lain-lain.
Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari
mencakup aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan
hygiene
d) Riwayat Kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau
penyakit paru seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan
struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan
sekitarnya.
3). Pola Aktivitas sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan sesudah
sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur,
aktivitas dan gaya hidup.
4). Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi
berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai
berikut :
a). Keadaan Umum
Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan
umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran
keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat
badan, perubahan suhu, bradikardi, labilitas emosional.
b). Sistem kardiovaskular
Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi,
peningkatan JVP, konjugtiva pucat, perubahan jumlah
hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan
S2 mungkin meredup.
c). Sistem Pernafasan
Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping
hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada
sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada,
adanya nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan
otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan
frekuensi nafas. Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan
dispneu, nyeri pleuritik luas, deviasi trachesa, sianosis.
Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena, perkusi
hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena,
vokal fremitu berkurang. Terdengar ronchi basah atau kering.
9
d). Sistem Gastrointestinal
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri
stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk
abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus.
Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpalasi
pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila
telah terjadi komplikasi.
e). Sistem Genitourinari
Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan
pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya
menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji adanya
retensio atau inkontinensia urine dengan cara palpalasi
abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih
dan keluhan klien.
f). Sistem Muskuloskeletel
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala
sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien
bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB ditemukan
keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan intolerance
aktivitas pada saat sesak yang hebat.
g). Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat
DM pada klien dan keluarga.
h). Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi
syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien TB paru
bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi
komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran,
penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda kernig
dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.
i). Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor, warna
dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu.
Pada klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada malam
hari, kulit tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit.
Bila klien mengalami tirah baring lama akibat pneumotorax,
maka perlu dikaji adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang
yang menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus.
10
a). Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan,
mood yang dirasakan saat ini, pengaruh atas pembicaraan
orang lain, kesetabilan emosi.
b). Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang
pria, apa yang disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain
menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan.
c). Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi,
penolakan untuk berespon, komunikasi non verbal,
kecocokan bahasa verbal dan nonverbal.
d). Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang
dirinya, hal yang menyebabkan klien merespon pembicaraan,
kecocokan ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang
lain, hubungan dengan lawan jenis.
e). Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi
masalah, adalah tindakan mamadaptif, kepada siapa klien
mengadukan masalah
f). Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman
dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup
6). Data Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang
penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan
Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan
Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang
kehidupan dan kematian.
7). Data Penunjang
Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit,
hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax foto, sputum
dan bila perlu pemeriksaan LCS.
Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :
a). Pemeriksaan darah
- Anemia terutama bila periode akut
- Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
- LED meningkat terutama fase akut
- AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.
11
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain :
- Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas
paru
- Bayangan yang berawan atau berbercak
- Adanya klasifikasi
- Kelainan yang bilateral
- Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa
minggu
- Bayangan milier
c). Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak
penderita TB
d). Uji Tuberkulin (Mantoux tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu
penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit
tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika
indusrasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada
gizi buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila
uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB paru.
8). Therapi
- Agen anti infeksi
Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin,
streptomycin
- Diet TKTP
- Cairan rehidrasi RL
12
Ada beberapa intervensi yang dapat diambil yaitu : (SIKI, 2018 ; SLKI,
2019) :
TUJUAN/
DIAGNOSA INTERVENSI
NO KRITERIA RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
HASIL
111 Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan
Efektif intervensi Nafas
keperawatan selama Observasi
Definisi 1 x 24 jam maka 1. Monitor Pola Nafas 1. Mengetahui status
Inspirasi dan/atau pola napas ( Frekuensi, dan kemungkinan
ekspirasi yang tidak membaik dengan Kedalaman Dan perubahan pada
memberikan ventilasi kriteria hasil : Usaha) pola nafas pasien
adekuat Dispnea
menurun
Gejala dan tanda Penggunaan 2. Monitor Bunyi Nafas 2. Adanya bunyi
mayor Tambahan nafas tambahan
otot bantu
Subjektif biasanya
napas menurun
Dispne berkaitan karena
Pemanjangan adanya hambatan
a fase ekspirasi
Objektif pada jalan nafas
Frekuensi 3. Monitor Sputum 3. Adanya sputum
Penggunaan otot napas membaik
bantu pernapasan yang berlebih
Kedalaman dapat menjadi
Fase ekspirasi napas membaik
memanjang hambatan dalam
saluran
Pola napas Terapeutik pernapasan
abnormal (mis 4. Posisikan Semi- 4. Mengurangi rasa
takipnea, bradipnea, Fowler Atau Fowler sesak pada pasien
hiperventilasi, 5. Berikan Minum Air 5. Melegahkan
ussmaul, cheyne- Hangat tenggorokan dan
stokes)
mengencerkan
Gejala dan tanda minor dahak yang ada
6. Lakukan Fisioterapi
Subjektif 6. Mengelurkan
Dada
Ortopnea secret pada
Objektif saluran nafas
7. Berikan Oksigen
Pernapasan pursed- 7. Membantu
lip Edukasi mengurangi sesak
8. Ajarkan Teknik pada pasien
Pernapasan cuping
Batuk Efektif 8. Mengeluarkan
hidung
secret secara
Diameter thoraks
maksimal
anterior-posterior
meningkat
Ventilasi semenit
menurun
Kapasitas vital
menurun’
13
Tekanan ekspirasi
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
Ekskursi dada
berubah
2 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur
intervensi Observasi
Definisi : keperawatan selama 1. Identifikasi pola 1. Mengetahui
Gangguan kualitas dan 1 x 24 jam maka aktifitas pola tidur peubahan pola
kuantitas waktu tidur pola tidur membaik aktiftas dan pola
akibat factor eksternal dengan kritria tidur
hasil : 2. Identifikasi factor 2. Mengetahui
Penyebab Keluhan sulit pengganggu tidur hambatan dan
Hambatan tidur menurun factor pengganggu
lingkungan Keluhan sering Terapeutik tidur
Kurangnya kontrol terjaga 3. Lakukan prosedur 3. Mengurangi/
tidur menurun untuk meningkatkan mendukung proses
Kurangnya privasi kenyamanan sebelum tidur
Keluhan tidak
Restrain fisik Edukasi
puas tidur
Ketiadaan teman 4. Jelaskan pentingnya 4. Memberikan
menurun
tidur tidur cukup selama informasi kepada
Keluhan pola
sakit pasien
Tidak familiar tidur berubah
5. Ajarkan relaksasi otot 5. Mendukung /
dengan peralatan menurun
autogenic atau cara merelasasi sebelum
tidur Keluhan nonfarmakologi tidur
istirahat tidak lainnya
Gejala dan tanda mayor : cukup menurun
Subjektif
Mengeluh sulit
tidur
Mengeluh sering
terjaga
Mengeluh tidak
puas tidur
Mengeluh pola
tidur berubah
Mengeluh istrahat
tidak cukup
Objektif :
Tidak tersedia
14
Objektif :
Tidak tersedia
3 Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan Manejemen Jalan
Tidak Efektif intervensi Napas
Defenisi : keperawatan selama Observas
Ketidakmampuan 1 x 24 jam maka i 1. Mengetahui status
membersihkan secret bersihan jalan 1. Monitor pola Nafas dan kemungkinan
atau obstruksi jalan napas meningkat ( frekuensi, perubahan pada
napas untuk
dengan kriteria kedalaman dan usaha) pola nafas pasien
mempertahankan jalan hasil : 2. Adanya bunyi
napas tetap paten Produk sputum 2. Monitor bunyi nafas nafas tambahan
menurun tambahas biasanya berkaitan
Penyebab : suara karena adanya
Spasme jalan napas mengi/ronchi hambatan pada
Hipersekresi jalan menurun jalan nafas
napas 3. Adanya sputum
gelisah klien 3. Monitor sputum
Disfungsi yang berlebih
menurun
neuromuskuler dapat menjadi
frekuensi dan
Benda asing dalam hambatan dalam
pola napas
jalan napas saluran pernapasan
membaik Terapeutik 4. Mengurangi rasa
Sekresi yang 4. Posisikan semi- sesak pada pasien
tertahan fowler atau fowler 5. Melegahkan
Proses infeksi 5. Berikan minum air tenggorokan dan
Efek agen hangat mengencerkan
farmakologis dahak yang ada
Gejala dan tanda 6. Lakukan fisioterapi 6. Mengeluarkan
dada secret pada saluran
mayor
nafas
Subjektif
7. Berikan oksigen 7. Membantu
Tidak ada
Edukasi mengurangi sesak
Objektif
8. Ajarkan teknik batuk pada pasien
Batuk tidak efektif 8. Mengeluarkan
Tidak mampu batuk efektik
secret secara
Sputum berlebih maksimal
Mengi,
wheezing,dan/atau
ronkhi kering
15
Bunyi napas
menurun
Frekuensi napas
berubah
Pola napas berubah
4 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
intervensi Observasi
Defenisi keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
Pengalaman sensorik 1 x 24 jam maka karakteristik, durasi, tingkat nyeri
atau emosional yang tingkat nyeri frekuensi, kualitas,
berkaitan dengan menurun dengan intensitas nyeri
kerusakan jaringan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala 2. Untuk mengertahui
actual atau fungsional, Keluhan nyeri nyeri skla nyeri yang
dengan onset menurun dirasakan
mendadak atau lambat 3. Identifikasi factor 3. Untuk mengetahui
Meringis
dan berintensitas yang memperberat apa saja yang
menurun
ringan hingga berat dan memperingan memperberat dan
Gelisah
yang berlangsung nyeri memperingan nyeri
menurun
kurang dari 3 bulan Terapeutik 4. Untuk
Kesulitan tidur meringankan dan
menurun 4. Berikan tekhnik
Penyebab nonfarmakologis mengurangi nyeri
Frekuensi sampai dengan
Agen pencedera menurun untuk mengurangi
fisiologis rasa nyeri tingkat yang dapat
Agen pencedera diterima
kimiawi 5. Untuk mengetahui
Agen pencedera fisik 5. Fasilitasi istirahat dan seberapa besar
tidur gangguan tidur
Gejala dan tanda mayor Edukasi 6. Untuk membantu
Subjektif 6. Jelaskan penyebab, mengetahui
Mengeluh nyeri periode, dan pemicu penyebab serta apa
Objektif nyeri saja pemicu nyeri
Tampak meringis 7. Untuk mengetahui
Bersikap protektif 7. Jelaskan strategi kualitas nyeri
meredakan nyeri
Gelisah
Kolaborasi 8. Untuk membantu
Frekuensi nadi mengurangi nyeri
8. Kolaborasi pemberian
meningkat
analgetik, jika perlu
Sulit tidur
16
Proses berpikir
terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri
sendiri
Diaphoresis
17
Nafsu makan medikasi sebelum lambung
menurun makan 8. Untuk membantu
Objektif pasien dapat
Bising usus 9. Kolaborasi dengan menghabiskan
hiperaktif ahli gizi untuk porsi makannanya
Otot pengunyah menentukan jumlah 9. Memberikan
lemah kalori dan jenis asupan nutrisi yang
Otot menelan nutrient yang sesuai dengan
melemah dibutuhkan kebutuhan pasien
Membran mukosa
pucat
Sariawan
Serum albumin
turun
Rambut rontok
berlebih
Diare
6 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manej
intervensi emen
Defenisi keperawatan 1. Membantu
Energ
Ketidakcukupan selama 1 x 24 jam i menemukan
energy untuk maka toleransi Observasi derajat kerusakan
melakukan aktivitas aktivitas meningkat a. Identifikasi gangguan dan kesulitan
sehari-hari dengan kriteria lingkungan fungsiterhadap keadaan
hasil : tubuh yang yang dialami
Penyebab Frekuensi nadi mengakibatkan 2. Untuk
Ketidakseimbanga meningkat kelelahan mengidentifikasi
n antara suplai dan Keluhan lelah kekuatan dan
kebutuhan oksigen menurun b. Monitor kelelahan kelemahan serta
Tirah baring Dyspnea saat fisik dan emosional dapat memberikan
Kelemahan aktivitas informasi
Imobilitas menurun mengenai
Gaya hidup yang Dyspnea pemulihan
monoton setelah 3. Untuk
aktivitas mengidentifikasi
Gejala dan tanda mayor menurun intervensi yang
c. Monitor pola dan jam tepat
Subjektif tidur
Mengeluh lelah 4. Untuk
Objektif mengidentifikasi
Frekuensi jantung d. Monitor lokasi dan kekuatan/kelemaha
meningkat >20% dari ketidaknyamanan n dan dapat
kondisi istirahat selama melaukan memberikan
aktivitas informasi
Gejala dan tanda minor pemulihan
Subjektif 5. Meningkatkan
Dispnea saat/setelah Terapeutik kenyamanan
18
beraktivitas 5. Sediakan lingkungan istirahat serta
Merasa tidak nyaman nyaman dan rendah dukungan
setelah beraktivitas stimulus fisiologis/psikologi
Merasa lemah s
Objektif 6. Mencegah
Tekanan darah kekuatan
6. Lakukan latihan sendi,kontraktur,ke
berubah >20% dari
rentang gerak pasif lelahan
kondisi istirahat
atau aktif otot,meningkatkan
Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
Sianosis
19
hemoglobin
Imununosupr
esi
Leukopenia
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
20
b. U m u r : 64 tahun
c. Alamat : Jl.S. Saddang baru Lr. 1
d. Suku/Bangsa : Makassar
e. Pekerjaan : IRT
f. Pendidikan : SMP
g. Agama : Islam
b. Identitas Penanggung
a. Nama : Ny. H
b. Umur : 33 tahun
c. Hubungan dengan pasien : Anak
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Batuk berdahak
b. Riwayat keluhan utama
Pasien masuk dirumah sakit pada tanggal 18-10-2021 di IGD. Pasien
masuk dengan keluhan batuk berdahak kurang lebih 4 bulan yang lalu,
pasien mengalami sesak, nyeri pada daerah dada, demam pada saat malam
hari, dan nafsu makan menurun. Pada jam 12.00 tanggal 18-10-2021
pasien di pindahkan ke ruangan rinra sayang 1 dengan keluhan batuk
berdahak. Pasien nampak terpasang infus pada ektremitas atas sinistra
dengan cairan yang diberikan ringer laktat 20 tts/menit.
c. Alasan masuk RS
Pasien masuk dengan keluhan batuk berdahak dialami sejak 4 bulan yang
lalu, pasien mengalami sesak, nyeri pada daerah dada, demam pada saat
malam hari, dan nafsu makan menurun.
d. Riwayat Penyakit
P : Nyeri ketika batuk
Q : Tertusuk-tusuk
R : Pada daerah dada
S : Skala 6
T : Tidak Menentu
4. Data Medik
a. Dikirim oleh IGD Dokter Praktek
b. Diagnosa Medik : TB Paru
3. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius sejak kecil
b. Riwayat perawatan
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya
c. Riwayat alergi
21
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
d. Riwayat imunisasi :-
e. Lain-lain :-
4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram 3 generasi
? 64 ? ? ? ?
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
............ : Tinggal serumah dengan pasien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
GI : Generasi pertama merupakan kakek dan nenek dari ayah pasien telah
lama meninggal dunia, penyebabnya tidak diketahui sedangkan kakek
dan nenek ibu pasien telah meninggal dunia dna penyebabnya tidak
diketahui.
GII : Ibu dan bapak pasien telah meninggal dunia dikarenakan faktor usia
GIII : Pasien berada di generasi ketiga, pasien anak ke 5 dari 9 bersaudara.
Dan saudara pasien tidak ada yang menderita seperti pasien.
5. PEMERIKSAAN FISIK
22
1. Keadaan umum : Pasien nampak lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
TD : 161/108 mmHg
Nadi : 96x/menit
Suhu : 36,9℃
RR : 26x/menit
BB : 60 kg
TB : 155 cm
4. Head To Toe
a. Kulit/integumen
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, bersih, tidak ada lesi, tidak ada
edema
Palpasi : kulit teraba hangat, turgor kulit <2 detik, dan tidak ada
nyeri tekan
b. Kepala dan rambut
Inspeksi : bentuk kepala bulat, muka tampak pucat, warna rambut
hitam, kulit kepala tampak bersih dan tidak ada ketombe
Palpasi : tidak teraba adanya massa, dan nyeri tekan
c. Kuku
Inspeksi : bentuk kuku cembung dan pendek, kuku tampak bersih
Palpasi : CRT <2 detik
d. Mata
Inspeksi : kelopak mata tampak simetris, konjungtiva nampak
anemis, sklera putih, kedua pupil isokor, refleks cahaya (+), bola
mata mengikuti 8 arah pergerakan jari pemeriksa, tidak tampak
adanya sekret, fungsi penglihatan baik, tidak menggunakan alat
bantu penglihatan (kacamata)
Palpasi : tidak teraba adanya massa dan nyeri tekan
e. Hidung
Inspeksi : hidung tampak bersih, simetris antara septum kiri dan
kanan,tidak tampak adanya mukus/sekret, tidak ada pernapasan
cuping hidung, fungsi penciuman baik.
Palpasi : tidak teraba adanya nyeri tekan
f. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen,
fungsi pendengaran baik
Palpasi : tidak teraba adanya massa dan nyeri tekan
g. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada caries
23
gigi, warna lidah merah muda, pasien nampak batuk
Pasien mengatakan batuk berdahak berwarna putih kehijauh-
hijauan
h. Leher
Inspeksi : tidak ada jaringan parut, tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi : tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, nadi karotis teraba, tidak ada nyeri tekan
i. Dada dan paru
Inspeksi : bentuk dada normal chest, tidak tampak adanya lesi,
frekuensi napas 26x/menit pasien nampak sesak dan memegang
dadanya
Palpasi : tidak teraba adanya massa, terdapat nyeri tekan, taktil
fremitus sama antara kiri dan kanan, apeks jantung teraba pada ICS
4-5
Perkusi : resonan diseluruh lapang paru dan pekak pada area
jantung
Auskultasi : terdengar bunyi napas tambahan ronchi dan pasien
mengatakan nyeri pada daerah dadanya
j. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar dan bersih, tidak tampak adanya lesi ,
tidak tampak adanya bekas operasi
Auskultasi : peristaltik usus 12x/menit
Perkusi : bunyi timpani pada area abdomen
Palpasi : tidak teraba adanya massa dan nyeri tekan
k. Genetalia dan anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
l. Ekstrimitas Atas dan bawah
Ekstremitas atas
Inspeksi : pasien tampak menggerakkan tangan kanan dan
kirinya kesegala arah
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas bawah
Inspeksi : pasien tampak dapat menggerakkan kaki kiri dan
kanannya kesegala arah dan kedua kaki nampak
udema.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Terdapat pitting edema
5 5
24
5 5
25
Kebiasaan :
1) Pasien mengatakan pola tidurnya baik
2) Pasien tidak mengalami kesulitan untuk tidur
Selama sakit :
1). Pasien mengatakan sulit tidur
2). Pasien sering terjaga malam hari
3). Pasien mengatakan terbangun saat batuk dan biasanya pada malam
hari
e. Hygiene
Kebiasaan
1). Mandi 2x sehari pakai sabun mandi
2). Gosok gigi 2x sehari
Selama sakit
Pasien di lap menggunakan tissue basah oleh keluarga di tempat tidur.
7. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
e. Pola koping
Pasien mengatasi masalahnya dengan berdiskusi dengan anaknya
f. Harapan klien terhadap penyakitnya
Pasien berharap agar cepat sembuh dan dapat kembali beraktivitas seperti
biasanya.
g. Factor stressor
Pasien merasa cemas dengan penyakit yang dialaminya.
h. Konsep diri
Pasien berusaha mematuhi anjuran perawat dan dokter terhadap
pengobatannya.
i. Pengetahuan klien tentang penyakitnya
Pasien tidak mengetahui penyakit yang sedang dialaminya.
j. Adaptasi
Pasien beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.
k. Hubungan dengan anggota keluarga
Pasien mengatakan mempunyai hubungan yang sangat baik dengan anggota
keluarganya.
l. Hubungan dengan masyarakat
Pasien mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat di
lingkungannya.
m. Perhatian dengan orang lain dan lawan bicara
Pasien merespon dengan baik orang yang berada di lingkungan sekitarnya.
n. Aktivitas sosial
Pasien sering berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat seperti bakti sosial.
o. Bahasa yang sering digunakan
26
Pasien berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
makassar.
p. Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan sekitar pasien nampak bersih dan nyaman.
q. Kegiatan keagamaan/pola ibadah
Pasien mengatakan tidak melaksanakan shalat 5 waktu.
r. Keyakinan tentang kesehatan
Pasien percaya bahwa segala penyakit datangnya dari Allah SWT
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil pemeriksaan Laboratorium. Tanggal 21-10-2021
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN INTERPRETASI
NORMAL
GULA DARAH
Glukosa sewaktu 141 <140 mg/dl Normal
Ureum 77 10-50 mg/dl Normal
Kreatinin 2.42 L : 0,7-1,3 P : mg/dl
0,6-1,1
ELEKTROLIT
Natrium 141 136 – 145 mmol/L Rendah
Kalium 4.0 3,5 – 5,2 mmol/L Normal
Chlorida 108 96-108 Mmol/L Normal
Albumin 2,7 3,5 – 5,0 gr/dl Rendah
Pemeriksaan laboratorium
Nama : Ny. H Tgl. Pemeriksaan : 21/10/2021
Umur : 64 tahun Ruang : Rinra sayang 1
No. RM : 282490
PEMERIKSAAN HASI SATUAN NILAI Interpretasi
L RUJUKAN
WBC 10.28 10ˆ3/uL 4.00-10.00 Normal
NEUTH# 9.03 10ˆ3/uL 2.00-7.50 Normal
LYMPH# 0.69 10ˆ3/uL 1.00-4.00 Normal
MONO# 0.52 10ˆ3/uL 0.20-1.00 Normal
EO# 0.03 10ˆ3/uL 0.00-0.50 Normal
BASO# 0.01 10ˆ3/uL 0.00-0.20 Normal
IG# 0.07 10ˆ3/Ul 0.00-7.00 Normal
NEUT% 87.8+ % 50.0-70.0 Tinggi
LYMPH% 6.7- % 25.5-40.0 Rendah
MONO% 5.1+ % 2.0-8.0 Tinggi
27
EO% 0.3- % 2.0-4.0 Rendah
BASO% 0.1 % 0.0-1.0 Normal
IG% 0.7 % 0.0-72.0 Normal
TS YTH :
28
f. Jantung : membesar CRT : 0,54
g. AORTA : kalfikasi dan dilatasi
h. Vertebra thorakal dan tulang-tulang lainnya : spondylosis thoracalis
i. Jaringan lunak : normal
Kesan :
Sugesti TB paru lesi luas lama aktif
Kardiomegali disertai dilatasi aorta
Atherosclerosis aorta
Spondylosis thoracalis
9. PENGOBATAN
1. Hari Selasa , 19 Oktober 2021
TERAPI DOSIS LOKASI INDIKASI
Obat yang digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi
bakteri yang terjadi pada
tubuh. Obat antibiotic
Ceftriaxone 1 gram IV golongan sefalosporin yang
bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuh
bakteri.
Digunakan untuk
Omefrazole 1 A/24 jam 1V menurunkan produksi asam
lambung
Obat golongan diuretik yang
bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan
Furosemide 1 A/12 jam IV cairan dalam tubuh melalui
urine. Atau biasa digunakan
untuk mengatasi edema atau
hipertensi.
Obat yang digunakan untuk
mengobati overdosis
paracetamol dan
ACETYLSISTEIN 200 mg ORAL melonggarkan lender kental
pada individu dengan
fibrosis kistik atau penyakit
paru obstruktif
Metformin 500 mg ORAL Obat untuk menurunkan
kadar gula darah pada
penderita diabetes tipe2
Amlodipin 10 mg ORAL Menurunkan tekanan darah
29
2. Hari Rabu, 20 Oktober 2021
TERAPI DOSIS LOKASI INDIKASI
Obat yang digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi
bakteri yang terjadi pada
tubuh. Obat antibiotic
Ceftriaxone 1 gram IV golongan sefalosporin yang
bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuh
bakteri.
Digunakan untuk
Omefrazole 1 A/24 jam 1V menurunkan produksi asam
lambung
Obat golongan diuretik
yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan
Furosemide 1 A/12 jam IV cairan dalam tubuh melalui
urine. Atau biasa
digunakan untuk mengatasi
edema atau hipertensi.
Obat yang digunakan untuk
mengobati overdosis
paracetamol dan
ACETYLSISTEIN 200 mg ORAL melonggarkan lender kental
pada individu dengan
fibrosis kistik atau penyakit
paru obstruktif
Metformin 500 mg ORAL Obat untuk menurunkan
kadar gula darah pada
penderita diabetes tipe2
Amlodipin 10 mg ORAL Menurunkan tekanan darah
Codein 10 mg ORAL Untuk mengobati nyeri dan
mengobati meredahkan
batuk
30
Obat yang digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi
bakteri yang terjadi pada
tubuh. Obat antibiotic
Ceftriaxone 1 gram IV golongan sefalosporin yang
bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuh
bakteri.
Digunakan untuk
Omefrazole 1 A/24 jam 1V menurunkan produksi asam
lambung
Obat golongan diuretik
yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan
Furosemide 1 A/12 jam IV cairan dalam tubuh melalui
urine. Atau biasa
digunakan untuk mengatasi
edema atau hipertensi.
Obat yang digunakan untuk
mengobati overdosis
paracetamol dan
ACETYLSISTEIN 200 mg ORAL melonggarkan lender kental
pada individu dengan
fibrosis kistik atau penyakit
paru obstruktif
Metformin 500 mg ORAL Obat untuk menurunkan
kadar gula darah pada
penderita diabetes tipe2
Amlodipin 10 mg ORAL Menurunkan tekanan darah
Codein 10 mg ORAL Untuk mengobati nyeri dan
mengobati meredahkan
batuk
4. Hari jum’at, 22 Oktober 2021
TERAPI DOSIS LOKASI INDIKASI
Obat yang digunakan untuk
mengatasi berbagai infeksi
bakteri yang terjadi pada
tubuh. Obat antibiotic
Ceftriaxone 1 gram IV golongan sefalosporin yang
bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuh
bakteri.
Omefrazole 1 A/24 jam 1V Digunakan untuk
31
menurunkan produksi asam
lambung
Obat golongan diuretik
yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan
Furosemide 1 A/12 jam IV cairan dalam tubuh melalui
urine. Atau biasa
digunakan untuk mengatasi
edema atau hipertensi.
Obat yang digunakan untuk
mengobati overdosis
paracetamol dan
ACETYLSISTEIN 200 mg ORAL melonggarkan lender kental
pada individu dengan
fibrosis kistik atau penyakit
paru obstruktif
Metformin 500 mg ORAL Obat untuk menurunkan
kadar gula darah pada
penderita diabetes tipe2
Amlodipin 10 mg ORAL Menurunkan tekanan darah
Vip. Albumin
32
menurunkan produksi asam
lambung
Obat golongan diuretik
yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan
Furosemide 1 A/12 jam IV cairan dalam tubuh melalui
urine. Atau biasa
digunakan untuk mengatasi
edema atau hipertensi.
Obat yang digunakan untuk
mengobati overdosis
paracetamol dan
ACETYLSISTEIN 200 mg ORAL melonggarkan lender kental
pada individu dengan
fibrosis kistik atau penyakit
paru obstruktif
Metformin 500 mg ORAL Obat untuk menurunkan
kadar gula darah pada
penderita diabetes tipe2
Amlodipin 10 mg ORAL Menurunkan tekanan darah
Vip. Albumin
KLASIFIKASI DATA
33
Pasien mengatakan makanan tidak Mukosa bibir nampak kering
dihabiskan Pasien nampak meringis
Pasien mengatakan sulit tidur P : Nyeri ketika batuk
Pasien mengatakan sering terjaga Q : Tertusuk-tusuk
pada malam hari saat batuk R : Pada daerah dada
S : Skala 6
T : Tidak Menentu
Pasien nampak sulit tidur
Nampak porsi makan tidak
dihabiskan (1/2)
Nampak ada sisa sisa makanan
TTV
TD : 161/108mmHg
P : 26 x/menit
N : 96 x/menit
S : 36,9oC
ANALISA DATA
34
TTV
TD : 161/108 mmHg Peradangan bronkus
P : 26 x/menit
N : 96 x/menit Penumpukan sekret
S : 36,9oC tidak efektif
Sekret sulit dikeluarkan
Bersihan jalan napas
tidak efektif
2 DS : Mikrobakterium Nyeri Akut
Pasien mengatakan tuberculosis
nyeri pada bagian dada
DO : Airbone/inhalasi droplet
Pasien nampak
meringis Saluran pernapasan
Pasien Nampak
memegang dadanya Saluran pernapasan atas
Pasien nampak lemah
P : Nyeri ketika Bakteri yang besar
batuk bertahan di bronkus
Q : Tertusuk-tusuk
R : Pada daerah Penyebaran ke organ
dada lain
S : Skala 6
T : Tidak Menentu Pleura
Pleuritis
Nyeri dada
Nyeri Akut
3 DS : Mikrobakterium Gangguan pola
Pasien mengatakan sulit tuberculosis tidur
tidur
Pasien mengatakan Airbone/inhalasi droplet
sering terjaga pada
malam hari saat batuk Saluran pernapasan
DO :
35
Konjungtiva nampak Saluran pernapasan atas
anemis
Pasien nampak sulit Bakteri yang besar
tidur bertahan di bronkus
Peradangan bronkus
Penumpukan sekret
efektif
Sekret keluar saat batuk
Batuk terus menerus
Gangguan pola tidur
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. (D.0001) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. (D.0055) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
36
hasil : berkaitan karena
Produk adanya hambatan pada
sputum jalan nafas
menurun 11. Monitor sputum 3. Adanya sputum yang
Frekuensi berlebih dapat menjadi
dan pola hambatan dalam
Terapeutik saluran pernapasan
napas
12. Posisikan semi-fowler 4. Mengurangi rasa sesak
membaik
atau fowler pada pasien
13. Berikan minum air 5. Melegahkan
hangat tenggorokan dan
mengencerkan dahak
Edukasi
yang ada
14. Ajarkan teknik batuk
6. Mengeluarkan secret
efektik
secara maksimal
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian 7. Untuk pemberian
bronkodilator,ekspektor bronkodilator via
an,mukolik, jika perlu. inhalasi akan lansung
menuju area broncus
yang mengalami
spasme, sehinnga
lebih cepat, dan agen
mukolitik
menurunkan
kekentalan dan
perlengketan secret
paru untuk
memudahkan
pembersih, agen
ekpektoran akan
memudahkan secret
lepas dari
perlengketan jalan
nafas.
2. (D.0077) Setelah (I.08238) Manajemen Nyeri
Nyeri akut dilakukan
berhubungan tindakan Observasi
dengan agen keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
pencedera selama 1 x 16 karakteristik, durasi, skala intensitas, durasi
jam di maka frekuensi, kualitas, dan nyeri
tingkat nyeri intensitas nyeri
menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri 2. Agar dapat menilai
kriteria hasil : tingkat nyeri
37
Keluhan nyeri
menurun 3. Identifikasi factor yang 3. Agar dapat sebagai
Meringis memperberat dan acuan untuk
menurun memperingan nyeri mengetahui kondisi
Kesulitan apa saja yang dapat
tidur menurun
memperberat atau
Frekuensi nadi
memperingankan
membaik
nyeri klien mis.pada
Terapeutik saat peningkatan
4. Berikan teknik non aktivitas
farmakologis untuk 4. Untuk meringankan
mengurangi rasa nyeri atau mengurangi nyeri
sampai pada tingkat
Edukasi
yng dapat diterima
5. Anjurkan menggunakan
pasien
analgetik secara tepat
5. Untuk meringankan
atau mengurangi nyeri
sampai pada tingkat
Kolaborasi
yang dapat diterima
6. penatalaksanaan
pasien
pemberian analgetik,
6. Untuk mengurangi
jika perlu.
rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien
3 (D.0055) Setelah (I.09265) Dukungan tidur
Gangguan dilakukan Observasi
pola tidur tindakan 1. Identifikasi pola 1. Mengkaji perlunya
berhubungan keperawatan aktivitas dan tidur dan mengidentifikasi
dengan kurang selama 1 x 16 intervensi yang tepat
kontrol tidur jam di maka 2. Identifikasi factor 2. Untuk meningkatkan
diharapkan pengganggu tidur kenyamanan istirahat
gangguan pola serta dukungan
tidur berkurangEdukasi fisiologis/psikologis
dengan kriteria 3. Jelaskan pentingnya 3. Untuk memberikan
hasil : tidur cukup pemahaman pada
Kesulitan sulit pasien mengenai
tidur menurun pentingnya
Kesulitan istirahat/tidur
sering tidur
terjaga
Keluhan pola
38
tidur berubah
menurun
IMPLEMENTASI (HARI 1)
HARI/
NO.DX IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1 Selasa 1. Monitor pola Nafas ( frekuensi, S : Pasien mengatakan sputum
19 Oktober kedalaman dan usaha) berlendir berwarna putih
2021 Hasil: P = 24 x/menit, dan kehijau-hijauan
nampak pernapasan dangkal O:
2. Monitor bunyi nafas tambahan P = 24 x/menit
Hasil: Terdengar bunyi napas Nampak pernapasan dangkal
ronchi pada apeks paru Terdengar bunyi napas
kiri/kanan ronchi pada apeks paru
3. Memonitor sputum kiri/kanan
Hasil: Pasien mengatakan sputum A : Bersihan jalan napas belum
berlendir berwarna putih teratasi ditandai dengan :
kehijau-hijauan Batuk efektif sedang
4. Memposisikan semi-fowler atau Produksi sputum cukup
fowler meningkat
Hasil: Pasien mengatakan lebih Frekuensi napas sedang
nyaman dengan posisi P : Lanjutkan Intervensi
semi fowler 1. Monitor pola nafas
5. Memberikan minum air hangat
(frekuensi, kedalaman dan
Hasil: Pasien mengatakan setelah usaha)
meminum air hangat 2. Monitor bunyi nafas
tenggorokannya terasa tambahan
lebih baik 3. Monitor sputum
6. Mengajarkan teknik batuk efektik
4. Memposisikan semi-fowler
Hasil: Pasien mengatakan atau fowler
memahami cara batuk 5. Memberikan minum air
efektif yang baik dan hangat
benar 6. Mengajarkan batuk efektif
7. Mengkolaborasi pemberian 7. Berkolaborasi pemberian
mukolitik (acetylsistein 200 mukolitik (acetylsistein)
mg/oral)
Hasil : Pasien mengatakan sputum
yang keluar cukup banyak
39
2 Selasa, 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri sedang
19 Oktober karakteristik, durasi, frekuensi, P : Nyeri ketika batuk
2021 kualitas, intensitas nyeri Q : Tertusuk-tusuk
Hasil: R : Pada daerah dada
P : Nyeri ketika batuk S : skala 6 (sedang)
Q : Tertusuk-tusuk T : Tidak Menentu
R : Pada daerah dada O : Pasien nampak meringis
S : Skala 6 (sedang) A : Nyeri akut belum teratasi
T : Tidak Menentu ditandai dengan :
2. Mengidentifikasi skala nyeri Pasien masih mengeluh
Hasil: Pasien nampak meringis, nyeri
Skala nyeri 6 (sedang) Pasien Nampak meringis
3. Mengidentifikasi factor yang P : Lanjutkan Intervensi
memperberat dan memperingan 1. Mengidentifikasi lokasi,
nyeri karakteristik, durasi,
Hasil : Pasien mengatakan nyeri frekuensi, kualitas,
ketika batuk, nyeri intensitas nyeri
berkurang ketika tidak 2. Mengidentifikasi skala nyeri
batuk 3. Mengidentifikasi faktor
4. Memberikan teknik non yang dapat memperberat
farmakologis (kompres air dan memperingan nyeri
hangat) untuk mengurangi rasa 4. Memberikan teknik non
nyeri farmakologis (kompres air
Hasil: Pasien mengatakan masih hangat ) untuk mengurangi
nyeri nyeri sedang
5. Berkolaborasi pemberian 5. Berkolaborasi pemberian
analgetik Codein 10 mg/oral analgetik Codein 10 mg/oral
Hasil: Pasien mengatakan masih
nyeri
3 1. Mengidentifikasi pola aktivitas S:
dan tidur Pasien mengatakan sulit
Hasil: tidur
Pasien mengatakan sulit Pasien sering terjaga malam
tidur hari saat batuk terutama
Pasien sering terjaga pada malam hari
malam hari saat batuk O:
Konjungtiva nampak
Konjungtiva nampak
anemis anemis
Pasien nampak sulit Pasien nampak sulit tidur
tidur A : Gangguan pola tidur belum
40
2. Mengidentifikasi faktor teratasi ditandai dengan :
pengganggu tidur Keluhan sulit tidur cukup
Hasil: Pasien mengatakan sering meningkat
terbangun karena batuk Keluhan sering terjaga
3. Menjelaskan pentingnya tidur cukup meningkat
yang cukup untuk menjaga P : Lanjutkan Intervensi
kesehatan tubuh dan 1. Mengidentifikasi pola
meningkatkan sistem kekebalan aktivitas dan tidur
tubuh. 2. Mengidentifikasi faktor
Hasil: Pasien mengatakan pengganggu tidur
memahami pejelasan dari
perawat tentang
pentingnya tidur yang
cukup
IMPLEMENTASI (HARI 2)
HARI/
NO.DX IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1 Rabu 1. Monitor pola Nafas ( frekuensi, S : Pasien mengatakan sputum
20 Oktober kedalaman dan usaha) berlendir berwarna putih
2021 Hasil: P = 24 x/menit, dan kehijau-hijauan
nampak pernapasan dangkal O:
2. Monitor bunyi nafas tambahan P = 24 x/menit
Hasil: Terdengar bunyi napas
Nampak pernapasan dangkal
ronchi pada apeks paru
Terdengar bunyi napas
kiri/kanan
ronchi pada apeks paru
3. Memonitor sputum
Hasil: Pasien mengatakan sputum kiri/kanan
berlendir berwarna putih A : Bersihan jalan napas belum
kehijau-hijauan teratasi ditandai dengan :
4. Memposisikan semi-fowler atau Batuk efektif sedang
fowler Produksi sputum cukup
Hasil: Pasien mengatakan lebih meningkat
nyaman dengan posisi Frekuensi napas sedang
semi fowler P : Lanjutkan Intervensi
5. Memberikan minum air hangat 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
Hasil: Pasien mengatakan setelah kedalaman dan usaha)
meminum air hangat 2. Monitor bunyi nafas tambahan
41
tenggorokannya terasa 3. Monitor sputum
lebih baik 4. Memposisikan semi-fowler atau
6. Mengajarkan teknik batuk efektik fowler
Hasil: Pasien mengatakan 5. Memberikan minum air hangat
6. Mengajarkan batuk efektif
memahami cara batuk
7. Berkolaborasi pemberian
efektif yang baik dan mukolitik (acetylsistein)
benar
7. Mengkolaborasi pemberian
mukolitik (acetylsistein 200
mg/oral)
Hasil : Pasien mengatakan
sputum yang keluar cukup
banyak.
2 Rabu,20 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri sedang
Oktober karakteristik, durasi, frekuensi, P : Nyeri ketika batuk
2021 kualitas, intensitas nyeri Q : Tertusuk-tusuk
Hasil: R : Pada daerah dada
P : Nyeri ketika batuk S : skala 5 (sedang)
Q : Tertusuk-tusuk T : Tidak Menentu
R : Pada daerah dada O : Pasien nampak meringis
S : Skala 6 (sedang) A : Nyeri akut sebagian teratasi
T : Tidak Menentu ditandai dengan :
2. Mengidentifikasi skala nyeri Keluhan nyeri berkurang
Hasil: Pasien nampak meringis, Meringis sedang
Skala nyeri 5 (sedang) P : Lanjutkan Intervensi
3. Mengidentifikasi factor yang 1. Mengidentifikasi lokasi,
memperberat dan memperingan karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri kualitas, intensitas nyeri
Hasil : Pasien mengatakan nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri
ketika batuk, nyeri 3. Mengidentifikasi faktor yang
berkurang ketika tidak dapat memperberat dan
batuk memperingan nyeri
4. Memberikan teknik non 4. Memberikan teknik non
farmakologis (kompres air farmakologis (kompres air
hangat) untuk mengurangi rasa hangat ) untuk mengurangi
nyeri nyeri sedang
Hasil: Pasien mengatakan nyeri 5. Berkolaborasi pemberian
sedikit berkurang analgetik Codein 10 mg/oral
5. Berkolaborasi pemberian
analgetik Codein 10 mg/oral
Hasil: Pasien mengatakan nyeri
42
sedikit berkurang
3 1. Mengidentifikasi pola aktivitas S:
dan tidur Pasien mengatakan sulit
Hasil: tidur
Pasien mengatakan sulit Pasien sering terjaga malam
tidur hari saat batuk terutama
Pasien sering terjaga pada malam hari
malam hari saat batuk O:
Konjungtiva nampak Konjungtiva nampak
anemis anemis
Pasien nampak sulit Pasien nampak sulit tidur
tidur A : Gangguan pola tidur belum
2. Mengidentifikasi faktor teratasi ditandai dengan :
pengganggu tidur Keluhan sulit tidur cukup
Hasil: Pasien mengatakan sering meningkat
terbangun karena batuk Keluhan sering terjaga
3. Menjelaskan pentingnya tidur cukup meningkat
cukup untuk menjaga kesehatan P : Lanjutkan Intervensi
tubuh dan meningkatkan sistem 1. Mengidentifikasi pola aktivitas
kekebalan tubuh. dan tidur
Hasil: Pasien mengatakan 2. Mengidentifikasi factor
memahami pejelasan dari pengganggu tidur
perawat tentang
pentingnya tidur yang
cukup
IMPLEMENTASI (HARI 3)
HARI/
NO.DX IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1 Kamis 1. Monitor pola Nafas ( frekuensi, S : Pasien mengatakan sputum
21 Oktober kedalaman dan usaha) berlendir berwarna putih kental
2021 Hasil: P = 22x/menit, dan O :
nampak pernapasan dangkal P = 22 x/menit
2. Monitor bunyi nafas tambahan Nampak pernapasan dangkal
Hasil: Terdengar bunyi napas Terdengar bunyi napas ronchi
ronchi pada apeks paru kiri/kanan
43
3. Memonitor sputum pada apeks paru kiri/kanan
Hasil: Pasien mengatakan sputum A : Bersihan jalan napas belum
berlendir berwarna putih kental teratasi ditandai dengan :
4. Memposisikan semi-fowler atau Batuk efektif cukup
fowler membaik
Hasil: Pasien mengatakan lebih Produksi sputum sedang
nyaman dengan posisi semi Frekuensi napas sedang
fowler P : Lanjutkan Intervensi
5. Memberikan minum air hangat 1. Monitor pola Nafas
Hasil: Pasien mengatakan setelah (frekuensi, kedalaman, dan
meminum air hangat usaha)
tenggorokannya terasa lebih baik 2. Monitor bunyi nafas
6. Berkolaborasi pemberian tambahan
mukolitik (acetylsistein 200 3. Memonitor sputum
mg/oral) 4. Memposisikan semi-fowler
Hasil : Pasien mengatakan mudah atau fowler
mengeluarkan sputum 5. Memberikan minum air
hangat
6. Berkolaborasi pemberian
mukolitik (acetylsistein 200
mg/oral)
44
nyeri 4. Memberikan teknik non
Hasil: Pasien mengatakan nyeri farmakologis (kompres air
sedang hangat)
5. Berkolaborasi pemberian 5. Berkolaborasi pemberian
analgetik Codein 10 mg/oral analgetik Codein 10 mg/oral
Hasil: Pasien mengatakan nyeri
ringan (skala 3)
3. 1. Mengidentifikasi pola aktivitas S :
dan tidur Pasien mengatakan sulit
Hasil: tidur sedang
Pasien mengatakan sulit tidur Pasien sering terjaga malam
sedang hari sedang
Pasien sering terjaga malam Pasien mengatakan
hari sedang terbangun saat batuk dan
Pasien mengatakan terbangun biasanya pada malam hari
saat batuk dan biasanya pada O :
malam hari Konjungtiva nampak
Konjungtiva nampak anemis anemis
Pasien nampak sulit tidur Pasien nampak sulit tidur
2. Mengidentifikasi factor A : Gangguan pola tidur belum
pengganggu tidur teratasi ditandai dengan :
Hasil: Pasien mengatakan sering Keluhan sulit tidur cukup
terbangun karena batuk sedang
Keluhan sering terjaga
sedang
P:
1. Mengidentifikasi pola
aktivitas dan tidur
2. Mengidentifikasi factor
pengganggu tidur
IMPLEMENTASI (HARI 4)
HARI/
NO.DX TANGGA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1 Jum’at 1. Monitor pola Nafas ( frekuensi, Batuk efektif cukup
22 Oktober kedalaman dan usaha) membaik
2021 Hasil: P = 20x/menit, dan nampak Produksi sputum cukup
pernapasan teratur membaik
45
2. Monitor bunyi nafas tambahan Frekuensi napas membaik
Hasil: Terdengar bunyi napas P : Intervensi dihentikan
ronchi pada apeks paru kiri/kanan
3. Memonitor sputum
Hasil: Pasien mengatakan sputum
berlendir berwarna putih encer
4. Memposisikan semi-fowler atau
fowler
Hasil: Pasien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi semi
fowler
5. Memberikan minum air hangat
Hasil: Pasien mengatakan setelah
meminum air hangat
tenggorokannya terasa lebih baik
6. Berkolaborasi pemberian
mukolitik (acetylsistein 200
mg/oral)
Hasil : Pasien mengatakan mudah
mengeluarkan sputum
2 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi, menurun
kualitas, intensitas nyeri P : Nyeri ketika batuk
Hasil: Q : Tertusuk-tusuk
P : Nyeri ketika batuk R : Pada daerah dada
Q : Tertusuk-tusuk S : skala 2 (Ringan)
R : Pada daerah dada T : Tidak Menentu
S : Skala nyeri 2 (ringan) O : Pasien nampak meringis
T : Tidak Menentu menurun
2. Mengidentifikasi skala nyeri A : Nyeri akut teratasi
Hasil: ditandai dengan:
Pasien nampak meringis Keluhan nyeri menurun
menurun Meringis menurun
Skala nyeri 2 (ringan) P : Intervensi dipertahankan
3. Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Hasil : Pasien mengatakan nyeri
ketika batuk, nyeri tidak ada
ketika tidak batuk
46
4. Memberikan teknik non
farmakologis (kompres air
hangat) untuk mengurangi rasa
nyeri
Hasil: Pasien mengatakan nyeri
menurun
5. Berkolaborasi pemberian
analgetik Codein 10 mg/oral
Hasil: Pasien mengatakan nyeri
ringan (skala 2)
3 1. Mengidentifikasi pola aktivitas S:
dan tidur Pasien mengatakan keluhan
Hasil: sulit tidur menurun
Pasien mengatakan keluhan Pasien sering terjaga malam
sulit tidur menurun hari menurun
Pasien sering terjaga malam O : Keadaan umum pasien nampak
hari menurun sedang
Keadaan umum pasien
nampak sedang A : Gangguan pola tidur teratasi
2. Mengidentifikasi factor ditandai dengan :
pengganggu tidur Keluhan sulit tidur menurun
Hasil: Pasien mengatakan tidak Keluhan sering terjaga
lagi terbangun menurun
P : Intervensi dihentikan
IMPLEMENTASI (HARI 5)
HARI/
NO.DX TANGGA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
2 Sabtu 1. Mengidentifikasi skala nyeri S : Pasien mengatakan sesekali
23 oktober Hasil: merasakan nyeri pada daerah dada
2021 Keadaan umum pasien jika sedang batuk
nampak cukup membaik O : keadaan umum pasien Nampak
Skala Nyeri ringan cukup membaik
2. Berkolaborasi pemberian A : Nyeri akut teratasi ditandai
47
analgetik Codein 10 mg/oral dengan:
Hasil: Pasien mengatakan Keluhan nyeri menurun
sesekali merasakan nyeri pada Meringis menurun
daerah dada jika sedang batuk. P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman, 2013, Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia, Jakarta ; Egc
Goesasi, 2011, Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb. Jakarta: Rineka cipta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
48
Zulkoni, 2012, Parasitologi, Yogyakarta: Nuha medika
49