Anda di halaman 1dari 19

MODAL SPIRITUAL

KEKUATAN TERSEMBUNYI
DI BALIK KEMAMPUAN MEMBANGUN

Potret Kekerabatan Warga Kampung Mondo


Kecamatan Borong, Manggarai Timur, NTT

Helena Anggraeni Tjondro Sugianto

i
ISBN ...................

Desain Cover: Helena Anggraeni Tjondro Sugianto

© Helena Anggraeni Tjondro Sugianto

All rights reserved. Save Exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, sotred
in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical,
photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written
permission of the author, application for which should be addressed to author.

ii
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

MODAL SPIRITUAL
KEKUATAN TERSEMBUNYI
DI BALIK KEMAMPUAN MEMBANGUN
Potret Kekerabatan Warga Kampung Mondo
Kecamatan Borong, Manggarai Timur, NTT

DISERTASI

Diajukan untuk memperoleh gelar Doktor


di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
disertasi ini telah dipertahankan dalam Ujian Terbuka
Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan
Universitas Kristen Satya Wacana
yang dipimpin oleh Rektor Magnificus Prof. Dr. John A. Titaley
Pada hari Sabtu, 18 Juni 2011 pk. 14.00 WIB
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

Oleh:
Helena Anggraeni Tjondro Sugianto
Lahir di Bandung, Jawa Barat, Indonesia

iii
Promotor:
Prof. Dr. Ir. Kutut Suwondo, MS

Ko Promotor:
Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D.
Dr. Soegeng Hardiyanto
Prof. Dr. Robert M.Z. Lawang

Penguji:
Dr. Pamerdi Giri Wilarso, M.Si
drs. David S. Widihandojo, Ph.D.
Titi Susilowati, S.Pd., MA., Ph.D.

iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji, hormat, dan syukur kepada Tuhan yang pengasih atas segala rahmat
dan cinta-Nya yang berlimpah selama penelitian hingga jadinya buku ini. Banyak hal
yang rasanya hampir buntu atau tidak memungkinkan, namun rahmat-Nya selalu cukup
dalam setiap situasi.
Terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya terutama saya sampaikan
kepada tim Promotor, Ko-Promotor, dan Penguji yang telah mendampingi saya selama
ini. Prof. Dr. Ir. Kutut Suwondo, MS yang dalam keadaan sangat sibuk maupun sangat
sakit tetap bertanggung jawab penuh sebagai Promotor telah menjadi sumber motivasi
yang memacu penyelesaian tulisan ini. Figur kebapakan yang dengan sabar bersedia
“diganggu” kapan saja dan senantiasa memberikan yang terbaik lewat pemikiran-
pemikirannya yang jernih telah membangkitkan rasa penghargaan dari lubuk hati yang
terdalam. Caranya yang bijaksana dalam membimbing tidak hanya menuntun saya
untuk mempelajari ilmu para ilmuwan namun perlahan-lahan mendidik saya untuk juga
dapat menjadi seorang ilmuwan. Demikian juga Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D.
yang mempunyai komitmen tinggi dalam membimbing telah memberikan kontribusinya
yang besar lewat pikiran-pikirannya yang tajam dan kepiawaiannya dalam olah tulis
serta pengolahan informasi. Tak dapat dipungkiri bahwa tulisan ini menjadi lebih tajam
karena sumbangan pemikiran Dr. Soegeng Hardiyanto yang tidak hanya berwawasan
luas namun juga berusaha keras membekali saya dengan berbagai teori yang dapat
membuat tulisan ini semakin berkualitas. Terimakasih juga kepada Prof. Dr. Robert
Lawang yang berusaha keras memberikan buah pemikirannya yang terbaik dan sempat
mendampingi saya ke lapangan. Bahkan, Dr. Pamerdi Giri Wilarso, M.Si yang berstatus
sebagai penguji bukan saja telah menyemangati saya namun juga memberikan
kontribusi pemikiran yang penting dan akhirnya menjadi salah satu temuan teori dari
tulisan ini. Terimakasih pula kepada drs. David S. Widihandojo, Ph.D. yang walaupun
statusnya sebagai penguji namun tak segan-segan turun tangan untuk membimbing
langsung. Kehadirannya sebagai seorang sahabat dalam penelitian telah membuat
tulisan ini sangat diwarnai oleh buah-buah pemikiran kritisnya dari awal hingga akhir.
Demikian juga dengan Titi Susilowati, S.Pd., MA., Ph.D yang walaupun
keterlibatannya baru dimulai sejak Ujian Tertutup, namun ketulusannya dalam
membantu telah dapat dirasakan jauh hari sebelum tulisan ini dibuat.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada Rektor Magnificus Prof. Dr. John A.
Titaley, segenap staf pengajar Program Doktor Studi Pembangunan, Prof. Liek
Wilardjo, Ph.D, Prof. Dr. Kris H. Timotius, Prof. Daniel D. Kameo, SE., MA., Ph.D.,
Prof. Christantius Dwiatmadja, SE., ME., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM.,
Marwata, SE., M.Si., Akt., Ph.D., Dr. Agus Ign. Kristijanto, MS., Ir. Rully Adi
Nugroho, M.Sc., Ph.D. dan sesama rekan mahasiswa S3 yang dengan caranya masing-
masing telah memberikan dukungan moril dan membekali saya untuk memulai
penelitian hingga merampungkan tulisan ini. Secara khusus saya ucapkan terimakasih
juga kepada Kezia Ayu, SE yang banyak membantu dari segi administrasi dengan tetap
sabar dan gembira. Juga saya ucapkan banyak terima kasih kepada Evaliena Suryati,
M.Sos, M.Hum sebagai kepala perpustakaan yang turut pula memberikan kontribusinya
dalam hal ini.
Terima kasih ini saya haturkan juga kepada segenap masyarakat Manggarai yang
telah membuka tangan dan hatinya untuk menerima saya di sana selama penelitian.

v
Secara khusus saya haturkan terima kasih kepada Bapak Uskup Ruteng, Mgr. Hubert
Leteng, Pr., Vikjen Keuskupan Ruteng, Rm. Laurentius Sopang, Pr., Vikep Manggarai
Timur, Rm. Beny Jaya, Pr., Vikep Manggarai Barat, Rm. Bene Bensy, Pr., dan para
romo lainnya yang telah banyak membantu dan tak dapat disebutkan satu persatu.
Terlebih saya merasa sangat berterima kasih kepada keluarga saya di Borong, para
suster Ursulin yang telah menerima saya sebagai bagian dari komunitas mereka dan
terus mendampingi dengan doa-doanya yang tulus, Sr. Gertrudis, OSU, Sr. Mathilda,
OSU, dan Sr. Selin, OSU. Juga komunitas Paroki Borong lainnya, Rm. Roling, Pr., Rm.
Leksi, Pr., Fr. Yanto, Pr., Fr. Marcel, SVD, Fr. Marcel, Pr, dan Fr. Salverinus, SVD.
Terima kasih ini juga saya sampaikan kepada Bupati Manggarai Timur, drs. Yosef Tote,
M.Si., dan segenap jajaran pemerintahannya hingga ke tingkat Desa. Selain itu,
terimakasih ini saya haturkan kepada Pelayan KTM Distrik Borong Ibu Sofia Setia dan
para saudara KTM Borong serta Bapak Stefanus Syukur sebagai Tu’a Golo Mondo
serta seluruh masyarakat Mondo. Pengalaman saya bersama warga Mondo memberikan
kesan yang tak terlupakan. Terima kasih ini juga saya haturkan kepada Ibu Ling-Ling
dari Toko Kelimutu Ruteng dan Ibu Melly dari Toko Ria yang dengan ikhlas
memberikan bantuannya yang berarti.
Terimakasih juga kepada keluarga besar para suster OSF, biarawan MSF di
Biara Betlehem, dan Bruderan FIC di Salatiga. Juga keluarga Sebastian dari Ungaran
serta keluarga Demi dan Lisa maupun keluarga Yohanes dan Susana di Salatiga. Saya
sampaikan pula terima kasih kepada Ibu Indriati, Ibu Pandu, Ibu Ang, dan Ibu Irene dari
Semarang yang seringkali menjadi segitiga emas plus saya dalam memberikan
pertolongan selama masa studi. Terimakasih pula kepada segenap saudara KTM di Jawa
Tengah atas doa dan berbagai bantuannya. Tak lupa saya sampaikan terimakasih banyak
kepada Siem Offset yang berusaha keras mencetak buku ini selesai pada waktunya.
Akhir kata, terima kasih yang sedalam-dalamnya saya haturkan kepada keluarga
saya sendiri, baik keluarga dalam biara maupun keluarga di rumah. Terima kasih
kepada Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm, Sr. Justini Kesuma, P.Karm., dan Sr.
Agata Maria, P.Karm yang telah memberikan saya kesempatan untuk melanjutkan
studi. Sungguh sebuah kesempatan yang berharga dan semoga dapat menjadi berkat
bagi kongregasi kelak. Terimakasih untuk segala doa, dukungan, dan perhatiannya yang
penuh. Juga saya ucapkan terimakasih untuk para suster Putri Karmel di Salatiga dan
Ruteng yang telah menemani dan membantu saya selama penelitian ini. Terimakasih
banyak kepada seluruh Suster Putri Karmel dan Frater CSE di semua komunitas yang
tiada lelahnya mendukung studi saya lewat doa-doa yang tak kunjung putus.
Terimakasih juga untuk adik-adikku para voluntir yang sempat berkarya di Borong
selama saya penelitian, Lina, Niki, Wing, Moudy, dan Emy. Terima kasih dan sembah
bakti saya haturkan juga kepada ayah saya Parwoto Tjondro Sugianto serta ibu saya
Elza Widjaja Atmadja yang selalu memberikan kekuatan dan dorongan, serta
memberikan berbagai inspirasi yang berguna untuk tulisan ini. Terima kasih juga
kepada adik tercinta Christina Mutiara Tjondro Sugianto dan kedua keponakan terkasih
Gabriella Angelica dan Michael Angelo. Seluruh anggota keluarga besar inilah yang
membuat saya ada dan menjadi seperti sekarang ini.
Masih banyak nama yang belum tertulis, hanya terima kasih yang dapat saya
sampaikan kepada segala pihak yang telah membantu dan mendukung saya selama ini.
Semoga buku ini dapat berguna dan menjadi sebuah kontribusi bagi dunia pengetahuan.
Helena Anggraeni Tjondro Sugianto

vi
DAFTAR ISI

PROLOG 1
Bab 1 TINJAUAN MODAL SPIRITUAL DALAM PEMBANGUNAN 5
PERAN NEGARA DALAM PEMBANGUNAN DI ARAS LOKAL 7
PEMBANGUNAN BERBASIS KOMUNITAS 10
PENGERTIAN MODAL SPIRITUAL 12
MODAL SPIRITUAL DALAM PEMBANGUNAN 24
MODAL SPIRITUAL DAN INSTITUSI AGAMA DALAM 26
PEMBANGUNAN
MODAL SPIRITUAL DALAM MASYARAKAT KOMUNAL 29
MODAL SPIRITUAL DI BALIK KEKERABATAN 32
PENGHAYATAN SPIRITUAL DI BALIK MODAL SOSIAL DAN 35
CIVIL SOCIETY
Bab 2 PENGALAMAN DENGAN KOMUNITAS MONDO 43
KEHADIRAN SEORANG PENELITI DI MONDO 43
PARADIGMA PENELITIAN 46
LOKASI PENELITIAN 47
PROSES PENGUMPULAN DAN ANALISIS INFORMASI 48
TAHAPAN PENELITIAN 50
BIAS DAN RELIABILITAS INFORMASI 51

Bab 3 GAMBARAN UMUM KAMPUNG MONDO 53


KOMUNITAS PEMBANGUN 61
PERKEBUNAN DI MONDO 65
Padi ladang dan jagung 65
Tanaman keras di Mondo 69
MENGGENDONG SAUDARA 72
Bab 4 SEJARAH PEMBENTUKAN KAMPUNG 75
BRAMBANG RIWU 77
POHON KELUARGA BRAMBANG RIWU 79
Mitos Kerbau dan Asal Usul Mondo 89
Sejarah Pembentukan 95
Panga Teber 96
Panga Wodo 98

vii
Panga Pau 99
Panga Poka 102
Panga Carep 102
Bab 5 PENGHAYATAN SPIRITUAL ORANG MONDO 103
MENCARI WAJAH ALLAH 106
HUBUNGAN ORANG MONDO DENGAN LELUHUR 114
Alasan kedekatan dengan leluhur 115
Konflik Spiritualitas Tradisional dan Kristiani 117
KEKOMUNALAN ANTARA YANG KASAT MATA DENGAN 122
YANG TIDAK KASAT MATA
PENGHAYATAN SPIRITUAL ORANG MONDO 124
Bab 6 PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK 129
KEKERABATAN KRISTIANI
UMAT MONDO DAN GEREJA 131
KOMUNITAS TRITUNGGAL MAHAKUDUS DI MONDO 134
Sekilas KTM 134
Ajaran KTM 139
PERANAN GEREJA DALAM PEMBANGUNAN DI MONDO 144
Penyediaan sarana air bersih lama 146
Penyediaan sarana air bersih baru 147
Penyediaan dana 147
Persiapan kerja 148
Bergotong royong membangun 151
Program Babi Bergulir 156
Bab 7 PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK 159
KEKERABATAN TRADISIONAL
KITA SEMUA ORANG SENDIRI 162
KEKERABATAN DALAM TATA RUANG BUDAYA 169
Béo atau Golo 171
Mbaru Gendang 172
Waé Téku 175
Compang 175
Boa 176
Natas 180
KEKERABATAN KARENA PERKAWINAN 181
Kekerabatan Woénelu 181
Kawin Tunggu 184
Sida, strategi bertahan hidup 186
Kinang dan Siri Bongkok 190
PEMBANGUNAN JALAN SWADAYA SEBAGAI BENTUK 192
RESISTENSI

viii
Bab 8 PENGHAYATAN SPIRITUAL DAN PEMBANGUNAN DI BALIK 197
ADAT ISTIADAT
KELAHIRAN 200
PERNIKAHAN 203
Pésé Satu Sélé Kopé atau Tegi Paca 205
Wéda Réwo Tuke Mbaru dan Paluk Kila 206
Pongo 206
Pasa Peno 212
Pembagian peran 213
Kekerabatan woénelu 214
Restu anak rona ulu 215
Makan malam 216
Anak wina 217
Pembicaraan adat 218
Tongka dan suasana pembicaraan adat 221
Pernikahan dalam Gereja 223
Podo 224
KEMATIAN 226
Upacara di Hadapan Jenazah 226
Saung Ta’a 229
Kélas 232
RUMAH ADAT DAN KEBUN 232
Mbaru gendang 233
Lingko 235
Penti 238
Barong lodok 238
Barong waé 239
Barong boa 240
Barong compang atau soa 240
Penti 240
Caci 241
Kehidupan Mbaru Gendang dan Lingko di Mondo 242
Perjalanan Pembagian Tanah 244
KEKERABATAN DAN SUARA BULAT 247
Bab 9 MODAL SPIRITUAL DI MONDO 249
MODAL SPIRITUAL KONTEKS MONDO 250
MODAL SPIRITUAL DI BALIK KEMAMPUAN MEMBANGUN 256
Keterkaitan Modal Spiritual dan Komunitas 256
Pembangun
Nilai-nilai yang Menjadi Kekuatan Modal Spiritual 260
WAJAH ORANG MONDO 265

ix
Perspektif Sejarah 265
Penelaahan Mitos 268
Penghayatan Spiritual 273
Simbol yang Bersifat Spiritual 279
Ciri Modal Sosial di Mondo 282
Kelembagaan Masyarakat Komunal 284
Kekerabatan Spiritual 287
Transformasi kekerabatan menjadi komunitas 289
pembangun
Demokrasi kekerabatan 294
EPILOG 301
Daftar Pustaka 305
Daftar Wawancara 319
Lampiran: Sekilas Profil Daerah dan Pembangunan di 322
Sekitar Mondo
1. Manggarai Timur, Kabupaten Muda 322
1.1 Profil Umum Kabupaten Manggarai Timur 322
1.2 Perekonomian Daerah 324
1.3 Kondisi infrastruktur 325
2. Borong, Kecamatan Heterogen 331
3. Omnes Vos, Fratres Estis 336
3.1 Paroki Borong, Pusat Kevikepan Manggarai 337
Timur
3.2 Peranan Gereja dalam Pembangunan 339

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Panorama Kampung Mondo yang dikelilingi perbukitan 56


Gambar 2 Rumah-rumah yang mengelilingi natas 59
Gambar 3 Rumah-rumah penduduk yang umumny a semi permanen 60
Gambar 4 Para ibu yang sedang istirahat setelah lelah kerja Dodo 66
Gambar 5 Pohon kapuk di Mondo 71
Gambar 6 Batu Naga di Mondo 92
Gambar 7 Periuk Persembahan di pucuk Niang Sita 109
Gambar 8 Stefanus Syukur, Tu’a Golo Mondo 120
Gambar 9 Compang (mezbah persembahan tradisional Manggarai) di 124
Jawang, kampung tetangga Mondo
Gambar 10 Misa Minggu Palma 2010 di Stasi Longko, tempat umat 126
Mondo merayakan Misa setiap minggunya
Gambar 11 Pengurus KTM Pusat, Eric Wijaya, disambut dengan kepok 128
dan kemudian berdoa serta memuji Tuhan bersama secara
kristiani
Gambar 12 Warga Mondo yang memenuhi Gereja Stasi Longko 134
Gambar 13 Para anggota KTM Mondo dalam doa bersama 142
Gambar 14 Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm, pendiri Putri Karmel, 144
CSE, dan KTM
Gambar 15 Warga Mondo berjalan beramai-ramai untuk menggali 152
saluran pipa
Gambar 16 Warga Mondo menggali saluran pipa air bersih 154
Gambar 17 Bak air bersih yang dibuat rakyat Mondo 156
Gambar 18 Babi-babi yang siap digulirkan 157
Gambar 19 Gendang dalam Niang Sita yang digantung pada tiang utama 164
Gambar 20 Mbaru gendang di Jawang, kampung tetangga Mondo 169
Gambar 21 Bagian atap Niang Sita dilihat dari dalam 174
Gambar 22 Masyarakat bergotong royong memelihara jalan 195
Gambar 23 Misa pelantikan Bupati Manggarai Timur yang didahului 198
dengan perarakan para penari adat
Gambar 24 Misa pelantikan Bupati Manggarai Timur yang dihadiri 199
ratusan imam
Gambar 25 Seorang ibu menyajikan sirih pinang kepada keluarga 207
pemuda yang melamar
Gambar 26 Tenda tempat pesta pernikahan yang disiapkan secara 214
gotong royong
Gambar 27 Pandeng cepa 220
Gambar 28 Calon mempelai perempuan duduk di antara kedua calon 220
mertuanya

xi
Gambar 29 Nampan untuk meletakkan uang yang diberikan oleh anak 223
wina
Gambar 30 Anak-anak bernyanyi di depan rumah Tu’a Golo 234
Gambar 31 Lodok lingko di Cancar 236
Gambar 32 Para penari caci dari berbagai kecamatan di Kabupaten 237
Manggarai Timur
Gambar 33 Para gadis Manggarai dengan bali-belo di kepala 239
Gambar 34 Giling dan cambuk, perlengkapan yang dipakai dalam 242
menari caci
Gambar 35 Cicing di depan rumah 246
Gambar 36 Anak-anak Mondo 302
Gambar 37 Beberapa informan penting 321

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fenomena di Mondo 64


Tabel 2 Daftar lingko di Mondo dan panga yang 245
mengerjakannya
Tabel 3 Penelitian yang menunjukkan keterkaitan antara nilai, 250
norma, dan pembangunan
Tabel 4 Contoh faktor yang menguatkan nilai komunal dan 262
ksatria
Tabel 5 Komposisi panga-panga di Mondo berdasarkan profesi 266
awal, motivasi kedatangan, dan hubungan genealogis
Tabel 6 Mitos yang berhubungan dengan mimpi 269
Tabel 7 Sifat ksatria dalam diri Tu’a Wa’u menurut mitos di 272
Mondo
Tabel 8 Contoh simbol yang bersifat spiritual 280
Tabel 9 Daftar Wawancara 319
Tabel 10 Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah 323
Tabel 11 Penduduk Manggarai Timur menurut jenjang 324
pendidikan tahun 2007
Tabel 12 Prosentase kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB 325
Manggarai Timur 2005-2007
Tabel 13 Kondisi jalan di Kabupaten Manggarai Timur tahun 326
2008
Tabel 14 Kondisi jalan tingkat kabupaten di Kabupaten 326
Manggarai Timur tahun 2009
Tabel 15 Kondisi irigasi pedesaan per kecamatan 328
Tabel 16 Sarana dan prasarana publik tahun 2008 329
Tabel 17 Sarana dan prasarana gedung kantor pemerintahan 330
Tabel 18 Daftar stasi yang ada di Borong tahun 2010 338

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka pikir tulisan 5


Bagan 2 Mondo dalam wilayah Kabupaten Manggarai Timur 58
Bagan 3 Skema rumah penduduk jika dilihat dari atas 59
Bagan 4 Pohon keluarga Brambang Riwu dari Wer sampai Lulus dan 86
Yoseph Majung
Bagan 5 Pohon keluarga Brambang Riwu mulai dari Lulus dan 87
keturunannya
Bagan 6 Pohon keluarga Brambang Riwu mulai dari Yoseph Majung 88
dan keturunannya
Bagan 7 Struktur organisasi KTM 136
Bagan 8 Kekerabatan Aseka’é 163
Bagan 9 Struktur lembaga adat masyarakat Manggarai 166
Bagan 10 Struktur sosial di Kampung Mondo 168
Bagan 11 Orbitasi masyarakat terhadap mbaru gendang 170
Bagan 12 Hubungan kekerabatan Woénelu 182
Bagan 13 Stratifikasi sosial di Mondo berdasarkan kekerabatan 184
Woénelu
Bagan 14 Struktur kawin tungku 185
Bagan 15 Modal spiritual konteks Mondo 253
Bagan 16 Jati diri batin orang Mondo 253
Bagan 17 Pola hubungan nilai-nilai Tu’a Golo dan masyarakat dalam 260
pembangunan
Bagan 18 Penghayatan spiritual orang Mondo yang berasal dari 261
integrasi dua spiritualitas
Bagan 19 Modal spiritual di Mondo yang mewarnai pembangunan 262
Bagan 20 Pusat kehidupan tradisional orang Manggarai 270
Bagan 21 Hubungan antara penghayatan spiritual, 274
kekerabatan/persaudaraan dan gaya kepemimpinan, serta
komunitas di Mondo
Bagan 22 Perjalanan penghayatan spiritual orang Mondo 279
Bagan 23 Penghayatan spiritual yang berintikan spiritualitas kristiani 282
berbungkus spiritualitas tradisional
Bagan 24 Jalinan sosial bonding Mondo yang menjalin bridging dan 283
linkaging
Bagan 25 Komunitas pembangun lahir dari empat kekerabatan yang 392
lain

xiv
DAFTAR PETA

Peta 1 Kabupaten Manggarai Timur dalam Provinsi NTT 55


Peta 2 Wilayah Mondo dalam Kabupaten Manggarai Timur 57
Peta 3 Golo Kantar dan Golo Lalong 80
Peta 4 Golo Nderu, Ragok, dan Mondo 85
Peta 5 Kecamatan Borong 332

xv
PROLOG

“Padang rumput hijau nan luas,” demikianlah kesan yang muncul di hati
penulis pada pandangan pertamanya dengan Kampung Mondo. Ilalangnya yang
hijau semampai saat itu menari-nari diterpa angin semilir. Tidak hanya menarik
karena menyegarkan mata yang melihatnya, namun lebih dari itu, menarik
karena seolah menjanjikan sebuah misteri di balik lebatnya rerumputan yang
tumbuh bersama secara komunal. Terasa bagai ada sesuatu yang menanti di
balik tirai-tirai ilalang, sesuatu yang menggerakkan naluri seorang peneliti
untuk segera menguaknya. Dan memang, di balik itu semua terbentanglah
sebuah kampung, dengan masyarakatnya yang komunal sebagaimana padang
rumput yang mengelilinginya. Masyarakat yang agaknya menyimpan misteri
yang lebih dalam lagi, menanti untuk disibak dan dipelajari. Maka, terjadilah
perjumpaan pertama antara penulis dengan orang Mondo.
“Suster, mari cuci kakinya,” ujar seorang ibu.
“Aduh Suster, sampai berlumpur begini, ini airnya,” ujar ibu yang lain.
“Suster, bagian sini masih kotor, mari saya siram,” kata ibu yang lain lagi.
Saat itu penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih dan terima kasih berkali-
kali karena kebingungan mendapati para perempuan Mondo beramai-ramai
mengelilinginya untuk membantu penulis mencuci kakinya yang penuh lumpur.
Tak sengaja dilihatnya, mata beberapa perempuan itu basah; ada yang berkaca-
kaca, ada yang sudah mengalir membasahi pipi; entah mengapa? Sementara
para prianya menanti dengan sabar, siap untuk menyalami dengan hangat.
Itulah perjumpaan pertama penulis dengan masyarakat kampung Mondo,
yang dibingkai oleh sebuah hari di pertengahan Februari 2009. Ada kehangatan
dan kekeluargaan di sebuah kampung yang terbilang udik itu. Sebetulnya, letak
kampung Mondo tidak terlalu jauh, hanya sekitar 4 km saja dari pinggiran kota
Borong, ibukota Kabupaten Manggarai Timur. Walaupun demikian, berhubung
belum ada jalan beraspal yang menyentuh kampung tersebut, letaknya menjadi
terasa jauh. Di musim hujan, satu-satunya cara untuk bisa sampai ke Mondo
hanyalah dengan berjalan kaki menembus lumpur yang tebal dan mendaki
tanjakan panjang yang melelahkan. Namun, segala keletihan itu segera sirna
ketika mengalami sambutan hangat warga Mondo. Salah satu hal yang

1
menyentuh ketika berjumpa dengan mereka adalah kehausan umat di Mondo
akan siraman spiritual.
“Suster, seumur-umur kampung ini belum pernah sekalipun didatangi seorang
biarawati,” ucap seorang ibu dengan mata berkaca-kaca.
Maka, dalam perjumpaan pertama itu yang diminta oleh mereka adalah doa
bersama. Demikian juga saat penulis datang kedua kalinya untuk melakukan
penelitian, mereka segera meminta penulis untuk datang lagi keesokan
malamnya agar dapat berdoa rosario bersama mereka. Dan memang, ketika
kemudian dilakukan doa bersama, suasana begitu hidup dan indah 1 walau dalam
segala kesederhanaan. Ternyata, kesan yang sama pun dikemukakan oleh Rm.
Arsenius Viccar, CSE dan Rm. Elisa Maria, CSE. Keduanya pernah
mendampingi umat di Mondo, masing-masing pada tahun 2005 dan 2007.
Selama bulan Februari 2009, penulis telah mengunjungi beberapa
kampung untuk melakukan observasi awal dan menentukan daerah penelitian,
termasuk mengunjungi kampung-kampung tetangga Mondo. Dari seluruh
kampung yang dikunjungi, Mondolah kampung yang paling terasa suasana
spiritualnya. Hal ini ditunjukkan dengan permintaan mereka yang mengajak
untuk berdoa bersama. Sebagian besar warga kampung, tua, muda, dan anak-
anak yang belum sekolah berkumpul semua untuk doa bersama menyambut
kehadiran penulis. Padahal, waktu menunjukkan sekitar pk. 10.00, saat setiap
orang seharusnya sibuk bekerja dan tidak bisa diganggu-gugat. Sementara di
kampung-kampung lain umumnya penulis hanya disambut oleh beberapa orang
saja dan pertemuan diisi dengan saling berkenalan dan bercakap-cakap biasa.
Bagaimana mungkin dengan mudahnya kepala kampung mengumpulkan
seluruh warga dalam waktu singkat? 2 Bukan itu saja, bahkan ibu-ibu sudah siap
membuat masakan untuk makan siang bersama dengan seluruh warga. Padahal,
air terbilang sulit di kampung itu. Mempersiapkan air untuk penulis mencuci
kaki juga merupakan sikap perhatian mereka hingga hal terkecil. Adakah
hubungannya antara penghayatan spiritual dengan partisipasi aktif warga?
Di lain pihak, dibandingkan kampung-kampung tetangganya, Mondo
merupakan kampung yang memprihatinkan dari segi sarana infrastruktur.
Jawang, Longko, dan Lodos, misalnya, merupakan nama-nama kampung
tetangga Mondo yang memiliki jalan beraspal dan air bersih. Bahkan, Jawang
dan sebagian kawasan Longko dilengkapi dengan listrik pula. Sementara,
1
Suasana yang hidup dan indah ini dalam pengertian kehadiran Tuhan sungguh dapat
dirasakan oleh semua yang hadir, menurut kesaksian mereka.
2
Kepala kampung baru diberitahu kedatangan penulis pada malam sebelumnya.

2
masyarakat Mondo hidup tanpa sarana air bersih, jalan beraspal, dan listrik.
Walaupun demikian, partisipasi aktif warga Mondo telah melahirkan beberapa
pembangunan dan menjadi sebuah komunitas yang memiliki kemampuan
membangun.
Fenomena yang ada di Mondo tersebutlah yang menjadi latar belakang
tulisan ini. Mondo sebagai sebuah kampung yang memiliki orbitasi rendah
terhadap pemerintahan pusat dan nyaris tak terjangkau oleh pembangunan
ternyata memiliki masyarakat yang berkemampuan membangun. Walaupun
masih berada dalam atmosfer prakapitalis, Mondo menjadi sebuah komunitas
yang siap menanggapi laju pembangunan yang cenderung kapitalis, justru
dengan kekomunalan mereka. Sepintas tampak ada sebuah kekuatan
tersembunyi di balik penghayatan spiritual mereka yang berhubungan erat
dengan pembangunan di sana. Sebuah kekuatan yang memberikan kemampuan
membangun bagi masyarakat Mondo. Oleh sebab itu, permasalahan yang
muncul dalam penelitian ini adalah adakah keterkaitan antara penghayatan
spiritual dengan pembangunan di Mondo? Pertanyaan inilah yang menjadi
fokus penelitian dan akhirnya mewarnai seluruh tulisan. Dengan perkataan lain,
tesis yang hendak disampaikan melalui tulisan ini adalah adanya modal
spiritual 3 di Mondo.
Berdasarkan permasalahan penelitian yang muncul, dirumuskanlah tiga
tujuan penelitian yang hendak dicapai pada akhir tulisan ini. Pertama, tulisan ini
bermaksud untuk menjelaskan modal spiritual konteks Mondo. Kedua,
menjelaskan keterkaitan modal spiritual dengan pembangunan di Mondo.
Ketiga, menggambarkan wajah orang Mondo dalam kaitannya sebagai sebuah
masyarakat komunal yang memiliki kemampuan membangun atau selanjutnya
dalam tulisan ini akan sering disingkat sebagai komunitas pembangun.
Dalam menjawab ketiga pertanyaan tersebut, buku ini akan dimulai
dengan sebuah pengantar mengenai tinjauan modal spiritual dalam
pembangunan untuk menghantar kepada sebuah wawasan yang luas tentang
modal spiritual dalam kaitannya dengan pembangunan. Pengantar selanjutnya
adalah metodologi penelitian yang dapat menolong pembaca untuk dapat
mengerti bagaimana penelitian ini dihasilkan dan bagaimana posisi penulis
dalam penelitian tersebut. Setelah itu, pembaca akan dihantar kepada situasi
Kampung Mondo pada umumnya yang menggambarkan sebuah komunitas
pembangun di dalam kampung yang mengalami ketertinggalan infrastruktur.
3
Pengertian modal spiritual memang masih beragam, secara panjang lebar dapat dilihat
dalam Bab I.

3
Usai seluruh pengantar yang cukup panjang tersebut, tulisan ini dimulai dengan
perjalanan sejarah pembentukan Kampung Mondo. Berhubung penelitian ini
hendak menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan penghayatan spiritual
masyarakat, maka paparan mengenai hal tersebut segera disajikan setelah
penulisan sejarah. Uraian mengenai penghayatan spiritual menghantar kepada
pengertian bahwa masyarakat Mondo hidup dalam kekerabatan yang erat dan
spiritualitas inti mereka adalah spiritualitas kristiani dalam budaya Manggarai.
Oleh karena itu, secara berturut-turut akan digambarkan keterkaitan antara
pembangunan dan penghayatan spiritual di balik kekerabatan masyarakat
Mondo dilihat dari perspektif penghayatan kristiani, tradisional Manggarai,
serta adat istiadat Manggarai. Semua paparan empiris tersebut akhirnya akan
dibahas secara panjang lebar sehingga ketiga pertanyaan yang muncul di awal
penelitian tersebut dapat terjawab. Adapun penyajian tulisan cenderung
informal di bagian-bagian tertentu untuk dapat meningkatkan penghayatan
pembaca (Mulyana 2010:xvii).

PENGANTAR:
- Tinjauan modal spiritual dalam pembangunan
- Pengalaman bersama Komunitas Mondo
- Gambaran Umum Kampung Mondo

Sejarah Pembentukan Kampung Mondo

Penghayatan Spiritual Orang Mondo

Penghayatan Spiritual dan


Penghayatan Spiritual dan Pembangunan Penghayatan Spiritual dan
Pembangunan di Balik Kekerabatan
di Balik Kekerabatan Tradisional Pembangunan di Balik Adat Istiadat
Kristiani

Modal Spiritual di Mondo

Bagan 1 Kerangka Pikir Tulisan

Anda mungkin juga menyukai