Anda di halaman 1dari 124

CONFIDENTIAL

PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN


PELAYANAN KESEHATAN JIWA
DI PUSKESMAS

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta


PUI-PT PPH Pusat Unggulan Kebijakan Kesehatan dan Inovasi Sosial, Unika
Atma Jaya
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL 4
DAFTAR GAMBAR 5
DAFTAR SINGKATAN 6
BAB I. PENDAHULUAN 7
1.1 Latar Belakang 7
1.2 Pelayanan Keswa 9
1.3 Tujuan 16
1.4 Ruang Lingkup 16
1.5 Sasaran 17
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN 18
2.1 Sosialisasi 18
2.1.a. Sosialisasi Internal (Lintas Program) 18
2.1.b. Sosialisasi Eksternal TP-KJM dan Lintas Sektor 22
BAB III. MEKANISME PERENCANAAN LAYANAN KESWA DI PUSKESMAS 25
3.1 Penetapan Indikator Capaian 25
3.2 Mengumpulkan dan Mengelola Data Keswa 29
3.3 Identifikasi Masalah Keswa 34
3.4 Penentuan Prioritas Masalah Keswa 35
3.5 Mencari Penyebab dan Cara Pemecahan Masalah 37
3.6 Penyusunan RUK dan RPK Layanan Keswa 40
BAB IV. PELAKSANAAN DAN PENGGERAKAN LAYANAN KESWA DI PUSKESMAS 57
4.1 Upaya Kesehatan Masyarakat 57
4.1.1 Upaya Promotif Kesehatan Jiwa 57
4.1.2 Upaya Preventif Kesehatan Jiwa 63
4.1.3 Upaya Rehabilitatif Kesehatan Jiwa 69
4.2 Upaya Kesehatan Perorangan Kesehatan Jiwa 70
4.2.1 Layanan Kesehatan Jiwa dalam Gedung Puskesmas 70
4.2.2 Skrining Kesehatan Jiwa dalam Gedung Puskesmas 73
4.2.3 Penanganan Kedaruratan ODGJ 74
4.3 Penggerakan melalui Lokakarya Mini 77
BAB V. MONITORING DAN EVALUASI LAYANAN KESWA DI PUSKESMAS 82
5.1 Pencatatan dan Pelaporan Data Keswa 82
5.1.1 Jenis Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Keswa komprehensif 82
5.1.2 Alur Pelaporan Upaya Keswa Komprehensif 90
5.2 Monitoring dan Evaluasi Layanan Keswa di Puskesmas 91

2
5.2.1 Monitoring Layanan Keswa di Puskesmas 91
5.2.2 Evaluasi Layanan Keswa di Puskesmas 93
5.3 Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 94
5.4 Peran Dinas Kesehatan Provinsi 94
BAB VI. PENUTUP 96
DAFTAR PUSTAKA 97
LAMPIRAN 98
Lampiran 1. Adaptasi Layanan Keswa Selama Pandemi COVID-19 98
Lampiran 2. Contoh Rancangan SK Camat tentang TP-KJM 105
Lampiran 3. SRQ-20 110
Lampiran 4. SRQ-29 112
Lampiran 5. SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) 114
Lampiran 6. Formulir Skrining Depresi (MINI) 119
Lampiran 7. Formulir GDS (Geriatric Depression Scale) 121
Lampiran 8. Formulir EPDS (Edinburgh Postnatal Depression Scale) 123

3
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pihak Terkait dalam Tugas Terintegrasi UKM Keswa ........................................... 12
Tabel 2. Pihak Terkait dalam Tugas Terintegrasi UKP Keswa ........................................... 15
Tabel 3. Bentuk Kegiatan Integrasi Lintas Program ........................................................... 19
Tabel 4. Target Capaian Non-SPM Berdasarkan Renstra Kemenkes RI Tahun 2020-2024 27
Tabel 5. Prevalensi Depresi pada Penduduk Usia ≥ 15 tahun berdasarkan Kab/Kota di
Provinsi DKI Jakarta ......................................................................................................... 28
Tabel 6. Prevalensi GME pada Penduduk Usia ≥ 15 tahun berdasarkan Kab/Kota di Provinsi
DKI Jakarta ...................................................................................................................... 28
Tabel 7. Langkah-langkah Pengumpulan Data Kunjungan Rumah..................................... 29
Tabel 8. Identifikasi Masalah Keswa ................................................................................. 34
Tabel 9. Contoh Penentuan Prioritas Masalah Keswa Tingkat Kelurahan X ....................... 36
Tabel 10. Contoh Penentuan Prioritas Masalah Keswa Tingkat Puskesmas/Kecamatan .... 36
Tabel 11. Contoh Rumusan Masalah ................................................................................ 37
Tabel 12. Contoh Tabel Cara Pemecahan Masalah Keswa ............................................... 39
Tabel 13. Sarana dan Prasarana ...................................................................................... 42
Tabel 14. Obat-obatan Keswa Berdasarkan Fornas 2019 .................................................. 43
Tabel 15. Langkah-langkah Penyusunan dan Pengesahan RUK ....................................... 44
Tabel 16. Matriks RUK...................................................................................................... 45
Tabel 17. Contoh matriks RUK Layanan Keswa di Puskesmas X ...................................... 47
Tabel 18. Formulir RPK Tahunan Layanan Keswa ............................................................ 51
Tabel 19. Contoh matriks RPK UKM dan UKP Layanan Keswa di Puskesmas X ............... 53
Tabel 20. Penyuluhan Kesehatan Jiwa Luar Gedung Puskesmas...................................... 57
Tabel 21. Penyuluhan Kesehatan Jiwa Dalam Gedung Puskesmas................................... 60
Tabel 22. Pembentukan dan Pembinaan Kader Keswa ..................................................... 61
Tabel 23. Deteksi Dini: Penemuan Kasus ODGJ ............................................................... 64
Tabel 24. Pemantauan Pengobatan ODGJ ....................................................................... 66
Tabel 25. Skrining Masalah Keswa Luar Gedung Puskesmas ........................................... 67
Tabel 26. Upaya Rehabilitatif Keswa................................................................................. 69
Tabel 27. Skrining Keswa dalam Gedung Puskesmas ....................................................... 73
Tabel 28. Penanganan Kedaruratan ODGJ ....................................................................... 74
Tabel 29. Prosedur Lokakarya Mini Internal ...................................................................... 78
Tabel 30. Prosedur Lokakarya Mini Eksternal.................................................................... 80
Tabel 31. Jenis Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Keswa Komprehensif ....................... 82
Tabel 32. Monitoring Layanan Keswa di Puskesmas ......................................................... 92
Tabel 33. Formulir Penilaian Capaian Indikator SPM dan Non-SPM .................................. 94

4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Manajemen Layanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas ......................................... 8
Gambar 2. Alur Pembagian Tugas Terintegrasi UKM Keswa ............................................. 12
Gambar 3. Alur Pembagian Tugas Terintegrasi UKP Keswa (Kuratif) ................................ 15
Gambar 4. Contoh Diagram Ishikawa (Diagram Tulang Ikan) ............................................ 38
Gambar 5. Contoh Diagram Pohon Masalah ..................................................................... 38
Gambar 6. Alur Pelayanan Keswa dalam Gedung Puskesmas .......................................... 71
Gambar 7. Mekanisme Pelaporan Data Keswa ................................................................. 90
Gambar 8. Monitoring dan Evaluasi Layanan Keswa di Puskesmas .................................. 91

5
DAFTAR SINGKATAN
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
Bimtek : Bimbingan teknis
EPDS : Edinburgh Postnatal Depression Scale
Fornas : Formularium Nasional
GDS : Geriatric Depression Scale
GME : Gangguan Mental Emosional
IKS : Indeks Keluarga Sehat
Juknis : Petunjuk teknis
Kapus : Kepala puskesmas
Keswa : Kesehatan jiwa
KPLDH : Ketuk Pintu Layani dengan Hati
Lintor : Lintas sektoral
Lokmin : Lokakarya mini
MMD : Musyawarah Mufakat Desa
Musrenbang : Musyawarah Rencana Pembangunan
ODMK : Orang dengan Masalah Kesehatan Jiwa
ODGJ : Orang dengan Gangguan Jiwa
PIS-PK : Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga
PJ : Penanggung Jawab
RPK : Rencana Pelaksanaan Kegiatan
RUK : Rencana Usulan Kegiatan
TP-KJM : Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat
PKP : Penilaian kinerja puskesmas
SDQ : Strengths and Difficulties Questionnaire
SIMPUS : Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
SRQ : Self-Reporting Questionnaire
SPM : Standar pelayanan minimal
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP : Upaya Kesehatan Perseorangan

6
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang diberikan tanggung
jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat termasuk layanan
kesehatan jiwa (keswa) sebagaimana diatur dalam Permenkes RI No.43/2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Dalam kebijakan tersebut, pelayanan kesehatan jiwa menjadi bagian
dari Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagai Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) Esensial yang wajib terselenggara di Puskesmas Kawasan Perkotaan, Puskesmas
Kawasan Pedesaan, dan Puskesmas Terpencil/Sangat Terpencil. Penyediaan layanan
kesehatan jiwa di layanan primer dengan melibatkan lintas sektor adalah rekomendasi World
Health Organization (2008) agar layanan ini mampu mengurangi besarnya treatment gap
dalam layanan keswa. Idealnya, melalui ketersediaan layanan keswa di Puskesmas,
masyarakat dalam berbagai tingkatan usia akan mudah mengakses layanan kesehatan jiwa,
baik pada saat deteksi dini, pengobatan, maupun ketika rujuk balik dari perawatan di rumah
sakit (RS), sehingga pengobatan dapat dilakukan secara berkesinambungan. Layanan
kesehatan jiwa di layanan primer juga akan memudahkan masyarakat mendapatkan layanan
kesehatan jiwa secara cepat, terjangkau, dan terintegrasi dengan layanan kesehatan umum.

Hasil evaluasi implementasi layanan keswa di Puskesmas yang dilakukan di empat kota di
Indonesia (Jakarta Pusat, Denpasar, Palu, dan Yogyakarta) menunjukkan adanya variasi pola
performa layanan keswa di puskesmas. Terdapat puskesmas yang mampu
menyelenggarakan layanan keswa komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif, hingga
rehabilitatif, namun terdapat pula puskesmas yang hanya bisa memberikan layanan promotif
atau preventif saja. Variasi dalam pemberian layanan keswa dipengaruhi oleh berbagai
persoalan dalam hal kecukupan tenaga keswa terlatih, keterbatasan obat-obatan
psikotropika, tingginya angka rujukan, serta proses pencatatan dan pelaporan yang belum
optimal. Penyelenggaraan layanan keswa pun masih terpusat pada upaya preventif dan
kuratif dalam rangka penemuan kasus baru dan penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) di masyarakat, sedangkan kegiatan promotif, preventif, dan rehabilitatif bagi Orang
Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) belum diprioritaskan (Sukmaningrum dkk., 2020).

Belum tersedianya juknis/SOP sebagai acuan standar dalam penyelenggaraan layanan


keswa yang komprehensif, mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif baik
untuk ODGJ dan ODMK di Puskesmas menjadi salah satu penyebab munculnya variasi
layanan tersebut. Hal ini menyebabkan Puskesmas menyelenggarakan layanan kesehatan
jiwa tanpa adanya instruksi tertulis sebagai acuan standar, dan hanya dilakukan berdasarkan
petunjuk dari pemegang program, ataupun menggunakan SOP pelayanan yang disusun
secara mandiri. Padahal perumusan kebijakan operasional di tingkat puskesmas melalui
Juknis/SOP yang terstandar dapat memperkuat kinerja penyelenggaraan layanan keswa
secara komprehensif berdasarkan amanah UU Keswa No. 18/2014.

7
Sebagai tindak lanjut dari evaluasi implementasi layanan keswa di Puskesmas, PPH Atma
Jaya bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan studi
implementasi penyusunan petunjuk teknis layanan kesehatan jiwa di Puskesmas yang bisa
digunakan dalam situasi umum maupun dalam situasi pandemi COVID-19. Setelah
melakukan penilaian dalam rangka memahami konteks dan penyelenggaraan layanan keswa
yang ada di lima Puskesmas yang tersebar di lima kota di Provinsi DKI Jakarta, maka petunjuk
teknis difokuskan pada pengelolaan (manajemen) layanan keswa untuk menjawab kebutuhan
Puskesmas seperti yang disajikan pada Gambar 1, dengan merujuk pada Permenkes RI
No.44/2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas dan Petunjuk Teknis Penguatan
Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga.

Gambar 1. Manajemen Layanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Kondisi pandemi COVID-19 juga menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan
petunjuk teknis manajemen layanan keswa di Puskesmas. Adaptasi layanan keswa untuk
kegiatan UKM dan UKP dalam situasi pandemi COVID-19 diperlukan untuk mengurangi
peningkatan risiko penularan COVID-19 dan untuk merespons peningkatan masalah keswa
yang dihadapi oleh masyarakat sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Oleh karena itu,
penyusunan juknis ini juga tidak akan terlepas dari Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas
pada Masa Pandemi COVID-19 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2020.

Berbagai kebijakan strategis dan operasional yang menjadi acuan dalam penyusunan Juknis
terdiri dari:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang

8
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020-2024.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 tentang
Penanggulangan Pemasungan Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 220/Menkes/SK/III/2002
tentang Pedoman Umum Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TP-KJM).
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 406/Menkes/SK/VI/2009
tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.01.07/MENKES/813/2019 tentang Formularium Nasional.
12. Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga,
Kementerian Kesehatan RI, 2016.
13. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI, 2006.
14. Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19, Direktorat
Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020.
15. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 278 Tahun 2016 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan.
16. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 386 Tahun 2016 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat.
17. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 159 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan.

1.2 Pelayanan Keswa


Upaya keswa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggar akan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Pelaksanaan upaya
keswa perlu dilakukan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan se panjang
siklus kehidupan manusia. Hal ini mengingat adanya fakta bahwa masalah keswa memiliki
lingkup yang sangat luas dan kompleks, serta saling berhubungan satu dengan lainnya.

Maka dari itu penyelenggaraan upaya keswa perlu dilaksanakan berdasarkan par adigma
keswa komunitas, yang berarti seluruh potensi yang ada di berbagai lapisan mulai dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga berbagai kalangan masyarakat perlu dilibatkan
secara aktif. Dengan demikian diharapkan dapat terwujud upaya keswa yang terintegrasi,
komprehensif, dan berkesinambungan. Upaya keswa dalam Juknis ini sendiri bertujuan
untuk:

9
a. Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain
yang dapat mengganggu kesehatan jiwa;
b. Menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi kecerdasan;
c. Memberikan perlindungan dan menjamin pelayanan keswa bagi ODMK, khususnya
penderita depresi dan penderita gangguan mental emosional (GME), serta ODGJ
berdasarkan hak asasi manusia;
d. Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi
penderita depresi, penderita GME, dan ODGJ;
e. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam upaya keswa;
f. Meningkatkan mutu upaya keswa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; dan
g. Memberikan kesempatan kepada penderita depresi, penderita GME, dan ODGJ untuk
dapat memperoleh haknya sebagai Warga Negara Indonesia.

1.2.a. Tenaga Keswa di Puskesmas


Tenaga keswa puskesmas merupakan inisiator dalam upaya keswa di jenjang kecamatan dan
kelurahan. Puskesmas Kecamatan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan. Sedangkan Puskesmas
Kelurahan merupakan Satuan Pelayanan dari Puskesmas Kecamatan dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan di wilayah kelurahan. Sehingga sebelum dapat mengkoordinasikan
upaya keswa yang terintegrasi dengan lintas program dan lintas sektor, penting untuk
mengetahui terlebih dahulu mengenai peranan atau tugas dari tenaga keswa puskesmas
kecamatan maupun kelurahan.

a. Tenaga Keswa Puskesmas Kecamatan


Setidaknya program keswa terdiri dari 1 orang dokter dan/atau perawat) terlatih keswa,
minimal sudah mengikuti 30 jam pelatihan. Keberadaan tenaga keswa berperan untuk
memberikan layanan dalam bentuk kegiatan: 1) pemeriksaan keswa: pemeriksaan status
mental dan wawancara, serta 2) edukasi kepatuhan minum obat.

Beberapa topik pelatihan dasar seputar keswa yang perlu diikuti oleh tenaga keswa terlatih
adalah: psychological first aid (PFA), deteksi dini keswa, penanganan kegawatdaruratan,
community mental health nursing (CMHN), konseling, kegawatdaruratan, psikiatri,
motivational interviewing, penggunaan alat tes psikologis seperti: SRQ dan SDQ.

Beberapa topik pelatihan khusus yang berkaitan dengan keswa yang dapat mendukung
kompetensi tenaga keswa: ibu hamil (postpartum depression), anak sekolah (bullying), remaja
(napza), lansia, HIV, dan penyakit menular lainnya (co: COVID-19, dsb.)

Sebagai tambahan, puskesmas dapat mempertimbangkan agar menyediakan tenaga keswa


profesional yakni psikolog. Tujuannya agar program keswa dapat semakin optimal dalam
memberikan upaya layanan dari promotif hingga rehabilitatif bagi penderita depresi, GME,
dan ODGJ. Pengadaan psikolog dapat dilakukan melalui inisiasi kerjasama antara puskesmas
dengan institusi pendidikan atau profesi terkait.

10
b. Tenaga Keswa Puskesmas Kelurahan
Puskesmas kelurahan merupakan satuan pelayanan dari Puskesmas Kecamatan dalam
pelaksanaan kesehatan di wilayah kelurahan. Maka itu, keberadaan program keswa
Puskesmas Kelurahan juga memiliki kaitan erat dengan program keswa Puskesmas
Kecamatan. Kaitan tersebut terletak pada beberapa tugas Puskesmas Kelurahan, antara lain:
1) Mengajukan usulan rencana anggaran Puskesmas Kelurahan sebagai bagian dari rencana
strategis dan rencana kerja anggaran Puskesmas Kecamatan; 2) Melaksanakan upaya keswa
promotif, preventif, dan kuratif yang ditugaskan oleh Puskesmas Kecamatan; dan 3)
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Puskesmas
Kecamatan.

1.2.b. Pengaturan Tugas Terintegrasi


Pengaturan tugas terintegrasi bertujuan untuk menguatkan koordinasi dalam lingkup internal
dan lingkup eksternal yang diperlukan dalam Program Keswa, baik pada UKM maupun UKP.
Pengaturan tugas dapat dilakukan secara informal dan formal. Pengaturan tugas informal
berarti bahwa pengaturan tugas dilakukan dengan jejaring koordinasi dan kerjasama antara
internal Puskesmas dengan pihak-pihak eksternal yang diharapkan mendukungnya.

a) Pengaturan Tugas Terintegrasi UKM Keswa (Promotif - Preventif - Rehabilitatif)


Upaya kesehatan masyarakat (UKM) dalam Program Keswa merupakan setiap kegiatan yang
bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan keswa, serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah keswa dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. UKM juga
merupakan fungsi pertama dan yang utama bagi puskesmas. UKM Program Keswa
mencakup pada tiga upaya, yakni promotif dan preventif (yang diutamakan), serta rehabilitatif.

Kepala Puskesmas Kecamatan mengkoordinasikan pembagian tugas terintegrasi untuk


kegiatan UKM yang dilaksanakan pada lingkup internal puskesmas. Pada lingkup internal,
Kepala Puskesmas mengutus Kasatpel UKM sebagai penanggung jawab pelaksanaan UKM
esensial, keperawatan kesehatan, dan pengembangan upaya kesehatan masyarakat, serta
serta mengkoordinasikan kerjasama dengan lintas sektor. Selanjutnya Kasatpel UKM
memberikan penugasan kepada Penanggung Jawab Keswa serta para tenaga kesehatan
Program Keswa Puskesmas Kecamatan untuk: a) merencanakan-melakukan-melaporkan
upaya keswa mulai dari promotif, preventif, dan rehabilitatif (disesuaikan dengan ketersediaan
sumber daya) di puskesmas kecamatan; b) mendelegasikan tugas ke tenaga keswa
kelurahan untuk merujuk pasien keswa kelurahan; c) melakukan kerjasama dengan lintas
program dan lintas sektor; dan d) melakukan monitoring dan evaluasi atas kinerja nakes
keswa kelurahan. Berikutnya peran terintegrasi terletak pada tenaga keswa Puskesmas
Kelurahan yang berperan dalam pelaksanaan upaya promotif dan preventif bagi pasien
depresi, GME, dan ODGJ; pelaksanaan rujukan pasien ke Puskesmas Kecamatan ataupun
RS rujukan.

Pada lingkup lintas sektor, tenaga keswa menjalin kerjasama dengan lintas sektor. Dalam hal
sosialisasi/penyuluhan keswa ke masyarakat, tenaga keswa menjalin kerjasama dengan
pemangku kepentingan seperti Camat, Lurah, Ketua RT/RW, Satpol PP dan Babinkamtibmas,
Kasatpel Pendidikan, panti sosial, tokoh agama, perguruan tinggi, dan organisasi profesi .
Sedangkan untuk meningkatkan sumber daya maupun menambah mitra dalam hal
pelaksanaan upaya rehabilitatif (seperti kegiatan spiritual, dan terapi aktivitas kelompok),

11
tenaga keswa dapat menginisiasi dan memelihara kerjasama dengan tokoh agama,
komunitas/LSM, institusi pendidikan, dan organisasi profesi yang bergerak pada ranah keswa.

Gambar 2. Alur Pembagian Tugas Terintegrasi UKM Keswa (promotif-preventif-rehabilitatif)

Deskripsi lebih rinci terkait peran/kegiatan masing-masing pihak yang terlibat dalam UKM
keswa (lihat Tabel 1):
Tabel 1. Pihak Terkait dalam Tugas Terintegrasi UKM Keswa

No. Pihak Terkait Peran/Kegiatan

Puskesmas Kecamatan

1 Kepala Puskesmas Penanggung jawab atas seluruh penyelenggaraan kegiatan


di Puskesmas, pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya,
pengelolaan keuangan, dan pengelolaan bangunan,
prasarana, dan peralatan.

2 Kasatpel UKM Penanggung jawab atas pelaksanaan UKM esensial,


keperawatan kesehatan, dan
pengembangan upaya kesehatan masyarakat; serta
mengkoordinasikan kerjasama dengan lintas sektor.

3 Tenaga Keswa Merencanakan-melakukan-melaporkan upaya keswa


promotif, preventif, dan rehabilitatif (disesuaikan dengan
ketersediaan sumber daya) di puskesmas kecamatan;
mendelegasikan tugas ke tenaga keswa kelurahan untuk
merujuk pasien keswa kelurahan; melakukan kerjasama
dengan lintas sektor; melakukan monitoring dan evaluasi
atas kinerja nakes keswa kelurahan.

12
No. Pihak Terkait Peran/Kegiatan

4 Lintas Program Melakukan deteksi dini gangguan mental emosional dan


depresi dalam pelaksanaan program masing-masing;
berkolaborasi dalam upaya promotif keswa saat turun ke luar
puskesmas.

Puskesmas Kelurahan

5 Tenaga Keswa Melakukan upaya preventif (deteksi dini) depresi dan GME di
tingkat kelurahan; merujuk pasien depresi dan GME ke
puskesmas kecamatan ataupun RS rujukan; bekerjasama
dengan kader dan lintas sektor di tingkat kelurahan; dan
melakukan pencatatan dan pelaporan kepada puskesmas
kecamatan.

6 Kader Keswa Melakukan upaya promotif (penyuluhan) keswa ke


masyarakat suatu kelurahan/desa; kunjungan rumah untuk
pemantauan pengobatan dan perkembangan pasien ODGJ.
Keduanya dapat dilakukan bersamaan dengan penyuluhan
maupun pemantauan terkait program kesehatan lainnya (co.:
pemeriksaan jentik nyamuk).

Lintas Sektor

7 Camat dan Lurah Menggerakan berbagai elemen masyarakat sesuai tingkatan


wilayah agar berperan serta dalam upaya promotif dan
preventif keswa; melaporkan temuan ODGJ yang gaduh
gelisah/ dipasung di tingkat wilayah masing-masing, serta
menyiapkan/mencari data diri ODGJ yang tidak diketahui
identitas dirinya.

8 Ketua RT/RW Menggerakan berbagai elemen masyarakat di tingkat RT/RW


agar berperan serta dalam upaya promotif dan preventif
keswa; menjadi panutan bagi warga sekitar dalam
mengurangi stigmatisasi terhadap pasien depresi, GME, dan
ODGJ yang tinggal di RT/RW setempat.

9 Satpol PP, Mitra tenaga keswa puskesmas dalam menemukan ODGJ


Bhabinkamtibmas/ yang menggelandang di kecamatan/kelurahan setempat.
Babinsa

10 Kasatpel Mitra tenaga keswa puskesmas dalam koordinasi


Pendidikan penyuluhan dan skrining keswa di sekolah-sekolah yang
berada dalam kecamatan/kelurahan setempat.

11 Panti sosial Menyediakan fasilitas tempat tinggal untuk ODGJ terlantar;


memberikan dukungan rehabilitatif (psikososial dan
peningkatan keterampilan) bagi ODGJ.

12 TOGA, Mitra tenaga keswa Puskesmas dalam melakukan upaya


LSM/Komunitas, promotif dan preventif di kalangan anggota pengikut ataupun
perguruan tinggi, kalangan yang lebih luas; memfasilitasi upaya rehabilitatif
dan organisasi (co.: kegiatan spiritual dan terapi aktivitas kelompok). Khusus

13
No. Pihak Terkait Peran/Kegiatan

profesi LSM/Komunitas dan Organisasi profesi dapat juga menjadi


mitra peningkatan kompetensi nakes keswa dalam upaya
rehabilitatif, serta penyedia tenaga psikolog
(sementara/tetap).

b) Pengaturan Tugas Terintegrasi UKP Keswa (Kuratif)

Upaya kesehatan perorangan (UKP) dalam Program Keswa merupakan suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan masalah/gangguan keswa, pengurangan penderitaan akibat
masalah/gangguan keswa dan memulihkan kesehatan perorangan. UKP Program Keswa
mencakup pada upaya kuratif.

Kepala Puskesmas Kecamatan mengkoordinasikan pembagian tugas terintegrasi untuk


kegiatan UKP yang dilaksanakan pada lingkup internal puskesmas. Pada lingkup internal,
Kepala Puskesmas mengutus Kasatpel UKP sebagai penanggung jawab pelaksanaan upaya
kesehatan perseorangan, kefarmasian, dan laboratorium; serta mengkoordinasikan
kerjasama dengan RS rujukan. Selanjutnya Kasatpel UKP memberikan penugasan kep ada
Penanggung Jawab Keswa serta para tenaga kesehatan Program Keswa untuk: a)
Merencanakan-melakukan-melaporkan upaya kuratif di puskesmas kecamatan; b)
Mendelegasikan tugas ke tenaga keswa kelurahan untuk merujuk pasien keswa kelurahan;
dan c) Melakukan monitoring dan evaluasi atas kinerja nakes keswa kelurahan. Upaya keswa
yang dimaksud ialah yang terjadi dalam lingkup internal maupun eksternal puskesmas. Pada
lingkup internal puskesmas kecamatan, tenaga keswa menginisiasi dan memelihara
kerjasama dengan tenaga kesehatan lintas program, mendelegasikan pelaksanaan upaya
keswa ke tenaga keswa Puskesmas Kelurahan.

Pada lingkup eksternal, tenaga berkoordinasi dengan RS rujukan untuk menerima rujukan
pasien depresi, GME, dan ODGJ yang tidak dapat tuntas ditangani di Puskesmas Kecamatan
maupun Puskesmas Kelurahan.

14
Gambar 3. Alur Pembagian Tugas Terintegrasi UKP Keswa (Kuratif)

Deskripsi lebih rinci terkait peran/kegiatan masing-masing pihak yang terlibat dalam UKP
keswa (lihat tabel 2):

Tabel 2. Pihak Terkait dalam Tugas Terintegrasi UKP Keswa

No. Pihak Terkait Peran/Kegiatan

Puskesmas Kecamatan

1 Kepala Puskesmas Penanggung jawab atas seluruh penyelenggaraan kegiatan


di Puskesmas, pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya,
pengelolaan keuangan, dan pengelolaan bangunan,
prasarana, dan peralatan.

2 Kasatpel UKP Penanggung jawab atas pelaksanaan upaya kesehatan


perseorangan, kefarmasian, dan laboratorium; serta
mengkoordinasikan kerjasama dengan RS rujukan.

3 Tenaga Keswa Melakukan upaya kuratif di tingkat kecamatan,


mendelegasikan tugas ke nakes keswa kelurahan untuk
merujuk pasien keswa kelurahan; melakukan monitoring dan
evaluasi kinerja nakes keswa kelurahan.

4 Tenaga Kesehatan Membantu tenaga keswa saat penanganan pertama


Unit Gawat Darurat kegawatdaruratan/kekambuhan pasien ODGJ yang datang
(UGD) ke puskesmas.

Puskesmas Kelurahan

6 Tenaga Keswa Merujuk pasien Puskesmas Kelurahan yang membutuhkan


upaya kuratif ke Puskesmas Kecamatan.

Eksternal (Lintas Sektoral)

15
No. Pihak Terkait Peran/Kegiatan

7 RS Rujukan Menerima rujukan pasien depresi, GME, dan ODGJ yang


tidak dapat tuntas ditangani di Puskesmas Kecamatan.

1.3 Tujuan
Tujuan umum:
Petunjuk teknis ini secara umum bertujuan untuk memberikan panduan standar dalam
pengelolaan/manajemen layanan kesehatan jiwa di Puskesmas baik dalam situasi umum
(normal) maupun dalam menghadapi situasi khusus (pandemi COVID-19).

Tujuan khusus:
a. Memberikan acuan terkait sumber daya yang perlu tersedia di Puskesmas dan
pengaturan tugas terintegrasi untuk menjamin terselenggaranya layanan keswa
kepada masyarakat;
b. Memberikan acuan mekanisme perencanaan layanan kesehatan jiwa di Puskesmas;
c. Memberikan acuan dalam penggerakan dan pelaksanaan layanan keswa sebagai
bagian dari UKM dan UKP, baik di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas;
d. Memberikan acuan untuk kegiatan pengawasan, pengendalian dan penilaian
(monitoring dan evaluasi) layanan kesehatan jiwa di Puskesmas;
e. Memberikan acuan adaptasi layanan keswa dalam menghadapi pandemi COVID-19.

1.4 Ruang Lingkup


Petunjuk teknis manajemen layanan kesehatan jiwa di puskesmas ini mencakup empat
tahapan, yaitu: Persiapan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Penggerakan, dan Monitoring dan
Evaluasi. Perencanaan merupakan tahap untuk menyusun rencana usulan kegiatan (RUK)
dan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) berdasarkan data terkait isu kesehatan jiwa terkini
yang terjadi di wilayah kerja puskesmas. Tahapan ini memastikan bahwa segala kegiatan
yang akan dilaksanakan nantinya akan sesuai dengan kebutuhan kesehatan jiwa di
masyarakat. Pelaksanaan-Penggerakan merupakan tahap melaksanakan berbagai kegiatan
yang sudah tercantum dalam RPK dan mendorong pencapaiannya melalui lokakarya mini
(lokmin) secara berkala. Lokmin diharapkan dapat meningkatkan kerjasama lintas program
dan lintas sektor, serta memastikan bahwa kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien
melalui pengawasan dan pengendalian kegiatan. Tahap terakhir, Monitoring dan Evaluasi
merupakan pemantauan perkembangan pencapaian (yang sebelumnya telah dilakukan
melalui lokmin), melaksanakan evaluasi kegiatan, serta melakukan penilaian pada
pertengahan dan akhir tahun.

16
1.5 Sasaran
Terdapat tiga sasaran yang ditargetkan menjadi pengguna Juknis, diantaranya:

a. Puskesmas kecamatan: fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


Program Keswa pada upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya.
b. Puskesmas kelurahan: satuan pelayanan dari Puskesmas Kecamatan dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di wilayah kelurahan.
c. Dinas Kesehatan Kota Administratif/Kabupaten Administratif : mengkoordinasikan dan
memastikan pelayanan Program Keswa dapat berlangsung di wilayah kerjanya, baik
layanan yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan maupun di masyarakat.

17
BAB II. PERSIAPAN PELAKSANAAN
Adanya paradigma keswa komunitas tentu menunjukkan bahwa keberhasilan program keswa
tidak dapat hanya berpaku pada kinerja tenaga keswa semata. Diperlukan sinergi antara
tenaga keswa puskesmas dengan tenaga keswa lintas program dan juga pihak eksternal
puskesmas untuk mewujudkan upaya keswa yang terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan. Maka dibutuhkan kegiatan sosialisasi sebagai bagian dari persiapan
pelaksanaan program keswa.

2.1 Sosialisasi
Sosialisasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan inf ormasi seputar upaya keswa
puskesmas kepada lintas program puskesmas dan lintas sektor, yang kemudian bertujuan
agar diperolehnya dukungan dari lintas program dan lintas sektor dalam upaya keswa.
Puskesmas perlu melakukan sosialisasi tentang Program Keswa secara terencana dan tepat
sasaran. Sosialisasi penguatan upaya keswa puskesmas dilaksanakan pada dua sisi, yaitu
sosialisasi internal (bagi lintas program) dan sosialisasi eksternal (bagi TP-KJM Kecamatan
dan lintas sektor).

2.1.a. Sosialisasi Internal (Lintas Program)

Penanganan upaya keswa di puskesmas kecamatan maupun kelurahan tidak dapat berdiri
sendiri, sehingga diperlukan integrasi upaya keswa dengan lintas program. Secara khusus
integrasi penting untuk dilakukan karena atas dasar kesadaran bahwa ke sehatan fisik dan
jiwa tidak bisa dipisahkan, dan sebagai wujud intervensi untuk mengurangi stigma dan
diskriminasi masalah kejiwaan. Sosialisasi internal khususnya untuk koordinasi
pengintegrasian dalam hal: penyelenggaraan deteksi dini (atau skrining) ke swa dan
penanganan kegawatdaruratan ODGJ untuk semua kegiatan baik dalam gedung maupun luar
gedung; peluang pengadaan kegiatan bersama antara program keswa dengan program
lainnya; dan penentuan target capaian dan anggaran awal tahun.

Sosialisasi dilakukan melalui forum lokmin bulan ke-1, sedangkan sosialisasi selanjutnya
dapat menggunakan rapat koordinasi keswa. Penanggung Jawab Program Keswa
puskesmas kelurahan/kecamatan menjadi narasumber, serta dihadiri pula oleh Kasatpel
UKP, Kasatpel UKM, dan tenaga kesehatan lintas program puskesmas. Sosialisasi internal
dapat dilakukan secara formal dan informal melalui komunikasi pribadi.

Seluruh tenaga kesehatan, maupun non-kesehatan puskesmas di luar program keswa perlu
untuk terlibat dalam penyelenggaraan Program Keswa. Peran lintas program khususnya
diperlukan pada kegiatan upaya penyuluhan (promotif), deteksi dini (preventif), dan
penanganan kegawatdaruratan (kuratif).

18
Tabel 3. Bentuk Kegiatan Integrasi Lintas Program

No. Program Kegiatan

UKM

a) Promosi Kesehatan Promosi keswa kepada masyarakat dalam bentuk


(Promkes) kegiatan penyuluhan yang dilakukan diluar gedung
puskesmas dan di dalam gedung puskesmas
merupakan bentuk kerjasama antara program
promkes dan program keswa.

PJ Program Promkes membantu dalam penyediaan


materi edukasi keswa (mis. flyer, brosur, poster, atau
lembar balik) dan mengakomodir kegiatan penyuluhan
di masyarakat (mis. di kantor kelurahan) dan
penyuluhan dalam gedung puskesmas melalui
pengeras suara/pembagian materi edukasi.

b) Program Indonesia Pada saat melakukan kegiatan kunjungan rumah, tim


Sehat dengan PIS-PK/KPLDH menanyakan apakah ada anggota
Pendekatan Keluarga keluarga yang mengalami gangguan jiwa berat
(PIS-PK), atau Ketuk (skizofrenia) atau melakukan observasi untuk
Pintu Layani dengan mengetahui apakah ada anggota keluarga dalam RT
Hati (KPLDH) yang mengalami gangguan jiwa berat.

Apabila terdapat ODGJ berat dalam rumah, akan


dilanjutkan pula dengan pertanyaan apakah anggota
keluarga tersebut teratur minum obat atau tidak.
Selain itu, ditanyakan juga apakah ada anggota
keluarga yang dipasung dalam rumah tersebut.

c) Posyandu Lansia Kader posyandu dapat memberikan pertanyaan


deteksi dini masalah keswa kepada lansia yang
memanfaatkan posyandu lansia (misalnya dengan
menggunakan formulir GDS), dan merujuk lansia yang
mengalami masalah keswa untuk mengakses layanan
keswa di Puskesmas.

d) Posbindu Penyakit Deteksi dini masalah keswa pada masyarakat berusia


Tidak Menular (PTM) ≥ 15 tahun bisa dimasukkan ke dalam kegiatan
deteksi dini faktor risiko PTM dalam program
Posbindu. Kader Posbindu dapat menanyakan
beberapa pertanyaan skrining keswa menggunakan
beberapa pertanyaan dalam formulir SRQ pada
mereka yang memiliki risiko PTM berdasarkan hasil
skrining (merokok, konsumsi minuman beralkohol,
pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik,
obesitas, hipertensi, hiperglikemia,
hiperkolesterolemia).

Kegiatan ini dapat dilakukan pada tahap ke-5 kegiatan


Posbindu yaitu identifikasi faktor risiko PTM, edukasi
dan tindak lanjut dini

19
No. Program Kegiatan

e) Usaha Kesehatan Promosi keswa dan deteksi dini masalah keswa pada
Sekolah (UKS) anak dan remaja dapat dilakukan bersama dengan
program UKS dengan menyasar SD, SMP, atau SMA
yang berada di wilayah kerja Puskesmas. PJ program
UKS membantu mengakomodir kegiatan tersebut
dengan menghubungi pihak sekolah yang sudah
menjalin kerjasama dengan Puskesmas.

Formulir SDQ digunakan untuk deteksi dini masalah


keswa pada anak sekolah yang memiliki
permasalahan, seperti: masalah akademis, dan konflik
berkepanjangan dengan teman atau guru.

f) Kesehatan Keluarga Dokter/perawat dapat menyertakan materi pada modul


terkait pemeliharaan kondisi keswa ibu pada masa
kehamilan dan pasca melahirkan, serta permasalahan
keswa yang rentan dialami.

g) Kesehatan Kerja dan Dokter/perawat menyertakan materi terkait kesehatan


Olahraga psikososial saat melakukan promosi kesehatan di
tempat-tempat kerja; melakukan skrining dengan
SRQ-20 kepada pasien yang sudah terdeteksi
memiliki resiko tinggi terpapar bahaya atau pajanan.

UKP

a) Pemeriksaan Umum Pada saat melakukan konsultasi dengan pasien,


dokter yang bertugas dalam layanan pemeriksaan
umum dapat menanyakan beberapa hal atau gejala
yang mengarah pada masalah gangguan mental
emosional (SRQ-20.

Misalnya: selama satu bulan ini, apakah anda sering


menderita sakit kepala, tidak nafsu makan, sulit tidur,
mudah takut, merasa tegang/cemas/kuatir, tangan
gemetar, pencernaan terganggu, sulit untuk berpikir
jernih, merasa tidak bahagia, menangis lebih sering,
merasa sulit menikmati kegiatan sehari-hari, sulit
mengambil keputusan, pekerjaan sehari-hari
terganggu, tidak mampu melakukan hal-hal yang
bermanfaat dalam hidup, kehilangan minat pada
berbagai hal, merasa tidak bahagia, merasa tidak
berharga, mempunyai pikiran mengakhiri hidup,
merasa lelah sepanjang waktu, mengalami rasa tidak
enak di perut, atau mudah lelah.

b) Layanan Gawat Darurat Dokter dan perawat memberikan penanganan segera


24 Jam (menyuntikan obat injeksi) pada ODGJ gaduh
gelisah/mengamuk yang berhasil dibawa ke
puskesmas atau segera merujuk ODGJ tersebut
apabila tidak bisa tuntas ditangani di Puskesmas

20
No. Program Kegiatan

c) Kesehatan Ibu dan Bidan yang memberikan layanan KIA pada ibu hamil
Anak (KIA) yang berkunjung di Puskesmas dapat melakukan
deteksi dini keswa pada pasien ibu yang memiliki
keluhan fisik/non fisik yang berkepanjangan (co.: sulit
tidur, perubahan emosi secara cepat atau mood
swing) saat masa kehamilan maupun pasca
melahirkan.

d) Kesehatan reproduksi Perawat/bidan yang bertugas di poli Kespro


Calon Pengantin (Catin) melakukan deteksi dini masalah keswa kepada calon
pengantin yang berkunjung ke Puskesmas
menggunakan SRQ-20.

Hasil skrining yang menunjukkan bahwa catin tidak


mengalami gangguan mental emosional merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat layak
kawin dari Puskesmas. Catin yang mengalami
gangguan mental emosional berdasarkan hasil
skrining selanjutnya dirujuk ke poli jiwa

e) Penyuluhan Pelayanan Dokter/perawat yang memberikan konseling kepada


Kesehatan Peduli remaja yang berkunjung di puskesmas dapat
Remaja (PKPR) melakukan deteksi dini masalah keswa dengan
menggunakan formulir SDQ.

f) Kesehatan Lansia Dokter/perawat dapat memberikan pertanyaan deteksi


dini masalah keswa kepada lansia yang berkunjung
(misalnya dengan menggunakan formulir GDS), dan
merujuk lansia yang mengalami masalah keswa untuk
mengakses layanan keswa di Puskesmas.

g) Layanan VCT/HIV AIDS Konselor yang bertugas di layanan VCT dapat


melakukan deteksi dini GME atau gejala depresi pada
ODHA saat konseling. ODHA dapat diminta mengisi
kuesioner SRQ-20 jika memungkinkan untuk skrining
GME atau konselor dapat menanyakan beberapa
pertanyaan berikut saat konseling berlangsung untuk
mengetahui gejala depresi: Selama dua minggu
terakhir, (1) apakah anda merasa merasa sedih terus
menerus, depresif atau murung hampir sepanjang
hari, hampir setiap hari? (2) apakah anda hampir
sepanjang waktu kurang berminat terhadap banyak
hal atau kurang bisa menikmati hal-hal yang biasanya
anda nikmati? (3) apakah anda merasa lelah atau
tidak bertenaga, hampir sepanjang waktu? ODHA
yang menjawab minimal 2 jawaban “ya” dirujuk ke poli
jiwa.

h) Gizi Petugas gizi melakukan skrining masalah keswa bagi


pasien yang mengalami masalah status gizi misalnya
berat badan lebih/obesitas atau berat badan kurang
dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang

21
No. Program Kegiatan

terdapat dalam SRQ-20 atau memberikan


kesempatan kepada pasien untuk mengisi formulir
SRQ-20.

i) Farmasi Petugas farmasi (apoteker) membantu PJ Keswa


Puskesmas Kecamatan dalam penyusunan rencana
kebutuhan obat (RKO) dan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pasien keswa yang berobat di
Puskesmas.

2.1.b. Sosialisasi Eksternal TP-KJM dan Lintas Sektor


Sosialisasi eksternal bertujuan untuk memperoleh dukungan terutama dalam upaya promotif
dan preventif, hingga koordinasi penanganan kegawatdaruratan ODGJ; serta
mempromosikan keswa untuk meningkatkan demand generation dari masyarakat. Maka
diperlukan pendekatan multidisipliner dengan pelaksanaan yang melibatkan pihak eksternal,
yakni melalui Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-
KJM) dan lintas sektor.

a) Pembentukan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM) Tingkat


Kecamatan
TP-KJM sendiri dibentuk atas dasar tujuan untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor
terkait, termasuk peran serta masyarakat, dan kemitraan swasta, LSM, kelompok
profesi dan organisasi masyarakat secara terpadu dan berkesinambungan dalam
rangka meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
menghadapi masalah keswa, sehingga dapat terbentuk perilaku sehat sebagai individu,
keluarga, dan masyarakat yang produktif secara sosial dan ekonomi. TP-KJM yang
telah terbentuk berdasarkan Pedoman Umum TP-KJM menuturkan setidaknya terdiri
dari tiga tingkatan, yakni Pusat (Tim Pembina), Provinsi (Tim Pengarah), dan
Kabupaten/Kota (Tim Pelaksana). Dengan belum adanya TP-KJM tingkat kecamatan,
maka menjadi strategis apabila Puskesmas bergerak sebagai penggerak pembentukan
Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Tingkat Kecamatan. TP-KJM Tingkat Kecamatan
merupakan tim yang melaksanakan program-program kesehatan jiwa masyarakat di
kecamatan, yang anggotanya terdiri dari perangkat daerah dan lintas sektor terkait,
yakni: Camat dan Sekretaris Camat, Puskesmas, Lurah, Kasatpel Pendidikan, Kasatpel
Sosial, Kepala KUA, Satpol PP, Bhabinkamtibmas/Babinsa, panti sosial,
LSM/komunitas, perguruan tinggi, dan organisasi profesi. TP-KJM tingkat Kecamatan
dipimpin oleh Camat, dengan adanya peran aktif dari seluruh anggota terkait.
Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan wilayah kecamatan berperan
menjadi penggerak TP-KJM tingkat kecamatan, yakni dengan mengkoordinasikan
sosialisasi tentang program keswa puskesmas, mulai dari perencanaan, penggerakan,
pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi kepada para anggota TP-KJM. Kasatpel
UKM berperan sebagai penanggung jawab dari puskesmas dalam koordinasi secara
formal maupun informal melalui komunikasi pribadi, dan Kepala Puskesmas sebagai
pihak yang mengundang para anggota TP-KJM.
Pembentukan TP-KJM ini perlu didahului dengan penerbitan dokumen berupa surat
tugas atau surat perintah dari suatu instansi/organisasi afiliasi atas pihak yang

22
dilibatkan, maupun dokumen resmi berupa perjanjian atau surat keputusan (SK) yang
dikeluarkan oleh Camat yang mengatur kerjasama lintas sektor (mis. TP-KJM) dalam
melaksanakan upaya keswa kepada masyarakat (contoh dokumen lihat pada
Lampiran 2). Adanya dokumen ini dapat menunjang keberlangsungan pengaturan
tugas secara lebih jelas dan terstruktur.

b) Sosialisasi untuk TP-KJM Tingkat Kecamatan

Pasca terbentuknya TP-KJM, maka diperlukan pertemuan sosialisasi rutin program


keswa kepada segenap anggota TP-KJM mengingat perannya sebagai pihak
pengambil keputusan pertama yang berasal dari luar Puskesmas. Sosialisasi ini dapat
dilakukan pada pertemuan rutin yang dilakukan oleh TP-KJM tingkat Kecamatan atau
bersamaan dengan lokmin triwulanan yang diadakan oleh pihak Kecamatan yang
diwakilkan oleh Kepala Puskesmas pada saat mensosilasisaikan program puskesmas
secara umum. Kepala Puskesmas Kecamatan atau PJ program keswa Puskesmas
Kecamatan meminta waktu khusus dalam pertemuan TP-KJM atau lokmin triwulan
kecamatan guna mensosialisasikan Program Keswa kepada anggota TP-KJM tingkat
kecamatan. Sosialisasi ini tidak berbentuk ceramah, tetapi lebih berupa dialog dan
advokasi. Kepala Puskesmas menyiapkan bahan dialog dan advokasi dengan baik
(termasuk data dan alat peraga yang diperlukan), disesuaikan dengan waktu yang
telah disepakati oleh segenap anggota TP-KJM. Sosialisasi ini tidak harus selesai
dalam sekali tatap-muka, sehingga Kepala Puskesmas dapat merancang sosialisasi
berkelanjutan kepada TP-KJM. Sosialisasi ini dapat dilakukan ketika lokmin
triwulanan. Sebelum lokmin dilaksanakan, PJ Keswa akan memberikan laporan
bulanan ke Kasatpel UKM dan Kasatpel UKP.

Kepala Puskesmas mengajukan permintaan untuk diadakannya sosialisasi kepada


para pejabat di kantor kecamatan, setelah dilakukan sosialisasi dan pemahaman
rencana program keswa kepada Camat. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Camat dan
sekaligus menjadi pembicara. Kepala Puskesmas sebagai pendamping untuk
menambah informasi yang disampaikan oleh Camat.

Selain itu turut diundang pula para pejabat lintas sektor di tingkat kecamatan. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan komitmen kerjasama lintas sektor
dalam pelaksanaan Program Keswa oleh Puskesmas. Sebagaimana pada sosialisasi
ke pejabat-pejabat kantor kecamatan, dalam sosialisasi diupayakan agar Camat yang
mengundang dan berperan sebagai penyaji dan aktif mengawal sosialisasi sampai
selesai. Hal ini penting dilakukan guna menciptakan pemahaman bahwa keswa tidak
bisa hanya dititikberatkan pada sektor kesehatan (Puskesmas), melainkan untuk
kepentingan bersama.

c) Sosialisasi untuk Lintas Sektor


Sosialisasi khusus untuk anggota lintas sektoral (lintor) terdiri dari tokoh masyarakat
(Camat, Lurah, dan Ketua RT/RW) dan tokoh agama dilakukan pada saat musyawarah
mufakat desa (MMD) yang diadakan setiap menjelang akhir tahun sebelum tahun
berikutnya berjalan, dan musrenbang yang diadakan setiap awal tahun. Camat ikut
berperan aktif dan penuh. Tujuan sosialisasi ini untuk memperkuat komitmen d ari
TOMA dan TOGA untuk membantu pelaksanaan layanan kesehatan di puskesmas,

23
termasuk di dalamnya layanan keswa pada lingkup terdekat masyarakat, serta
menumbuhkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan untuk mengakses layanan
keswa khususnya di puskesmas.

24
BAB III. MEKANISME PERENCANAAN LAYANAN
KESWA DI PUSKESMAS

3.1 Penetapan Indikator Capaian


Penetapan indikator capaian dalam pelayanan keswa di Puskesmas merujuk pada
Permenkes RI No. 4/2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dan Permenkes RI No.21/2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024.

a. Indikator capaian SPM

100 % ODGJ berat mendapatkan pelayanan standar

SPM bidang kesehatan mengatur bahwa setiap orang dengan gangguan jiwa berat
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Indikator ini juga menjadi salah satu
capaian yang ditargetkan oleh Kemenkes RI sebagaimana tertuang dalam Renstra Keme nkes
tahun 2020-2024. Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada seluruh ODGJ berat (100%) sebagai upaya pencegahan
sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan pada
ODGJ berat (psikotik akut dan skizofrenia) sesuai standar meliputi pemeriksaan kesehatan
jiwa dan edukasi. Capaian pemerintah daerah Kabupaten/Kota diturunkan kepada masing -
masing kecamatan yang menjadi wilayah kerja puskesmas.

Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar bagi
ODGJ Berat dinilai dari jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan keswa sesuai standar dilakukan
secara komprehensif mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Apabila
ODGJ berat sudah mendapatkan salah satu layanan dari keempat upaya tersebut, maka
terhitung bahwa ODGJ tersebut sudah memperoleh layanan standar. Perhitungan kinerja
Puskesmas untuk SPM keswa menggunakan data proyeksi jumlah ODGJ berat yang ada di
wilayah kerja Puskesmas. Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:

25
Jumlah ODGJ berat di
wilayah kerja Puskesmas
yang mendapatkan
pelayanan keswa sesuai
standar dalam kurun
waktu satu tahun
Persentase ODGJ berat (numerator)
yang mendapatkan = x 100%
layanan keswa sesuai
standar Jumlah ODGJ berat
berdasarkan proyeksi*
di wilayah kerja
Puskesmas dalam
kurun waktu satu
tahun (denominator)

Keterangan:
*Proyeksi ODGJ berat di wilayah kerja Puskesmas diperoleh dari estimasi proporsi ODGJ
berat di wilayah kerja Puskesmas yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kab/Kota setiap awal
tahun, kemudian dikali dengan jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja puske smas
Kecamatan.

b. Indikator capaian Non-SPM

• Persentase penderita depresi pada penduduk ≥ 15


tahun mendapatkan layanan sebesar 50% yang akan
dicapai secara bertahap
• Persentase penderita GME pada penduduk ≥ 15 tahun
mendapatkan layanan sebesar 50% yang akan dicapai
secara bertahap

Selain menyasar pada ODGJ berat, indikator capaian upaya pencegahan dan pengendalian
masalah kesehatan jiwa yang tertuang dalam Renstra Kemenkes RI tahun 2020 -2024 juga
menyasar pada penderita depresi dan gangguan mental emosional. Masing-masing sebesar
50% penderita depresi dan gangguan mental emosional yang berusia ≥ 15 tahun
mendapatkan pelayanan di tahun 2024.

Indikator non-SPM akan dicapai oleh Puskesmas secara bertahap dalam kurun waktu lima
tahun dengan mengacu pada Renstra Kemenkes RI tahun 2021-2024 (lihat tabel 4). Namun,
penentuan capaian target Non-SPM juga disesuaikan dengan target dari masing-masing
puskesmas setiap tahunnya berdasarkan hasil evaluasi dan kemampuan puskesmas, dengan
harapan akan mencapai 50% di tahun 2024 sebagaimana yang tertuang dalam Renstra
Kemenkes RI. Artinya, indikator capaian Non-SPM keswa setiap tahun di puskesmas dapat

26
dibuat sama persis dengan indikator capaian yang tertuang dalam Renstra Kemenkes RI
tahun 2020-2024 (lihat tabel 4) atau dapat ditentukan sendiri oleh Puskesmas berdasarkan
hasil evaluasi dan kemampuan puskesmas untuk dicapai setiap tahunnya.

Tabel 4. Target Capaian Non-SPM Berdasarkan Renstra Kemenkes RI Tahun 2020-2024

Indikator capaian Non-SPM 2020 2021 2022 2023 2024

Persentase penderita depresi pada 10% 20% 30% 40% 50%


penduduk ≥ 15 tahun mendapatkan
pelayanan

Persentase penderita gangguan 10% 20% 30% 40% 50%


mental emosional (GME) pada
penduduk ≥ 15 tahun mendapatkan
pelayanan

Capaian kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa dinilai dari jumlah
penderita depresi atau gangguan mental emosional ≥ 15 tahun yang mendapatkan pelayanan
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Perhitungan kinerja Puskesmas untuk
indikator capaian non-SPM keswa adalah sebagai berikut.

● Depresi

Formula perhitungan untuk capaian non-SPM terkait depresi adalah sebagai berikut:

Jumlah penderita depresi ≥ 15 tahun di


wilayah kerja Puskesmas yang
mendapatkan pelayanan keswa dalam
kurun waktu satu tahun (numerator)
Persentase penderita
depresi ≥ 15 tahun yang
= x 100%
mendapatkan layanan
Jumlah penderita depresi ≥ 15
keswa
tahun berdasarkan proyeksi* di
wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun
(denominator)
Keterangan:
*Proyeksi penderita depresi ≥ 15 tahun di wilayah kerja Puskesmas diperoleh dari estimasi
proporsi penderita depresi ≥ 15 tahun di wilayah kerja Puskesmas yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kab/Kota setiap awal tahun (apabila tersedia) atau menggunakan angka
prevalensi penderita depresi ≥ 15 tahun dari masing-masing Kab/Kota berdasarkan data
Riskesdas 2018 (Tabel 4), kemudian dikali dengan jumlah penduduk ≥ 15 tahun yang ber ada
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan.

27
Tabel 5. Prevalensi Depresi pada Penduduk Usia ≥ 15 tahun berdasarkan Kab/Kota di
Provinsi DKI Jakarta

Kota Prevalensi 95% CI

Jakarta Selatan 4,51 3,42-5,92

Jakarta Timur 3,27 2,47-4,32

Jakarta Pusat 6,35 4,97-8,07

Jakarta Barat 9,03 7,12-11,4

Jakarta Utara 7,14 5,68-8,95

Kepulauan Seribu 13,99 11,31-17,18


Sumber: Laporan Provinsi DKI Jakarta, Riskesdas 2018

● Gangguan mental emosional (GME)

Formula perhitungan untuk capaian non-SPM untuk GME adalah sebagai berikut:

Jumlah penderita GME ≥ 15 tahun di


wilayah kerja Puskesmas yang
mendapatkan pelayanan keswa dalam
Persentase penderita GME kurun waktu satu tahun (numerator)
≥ 15 tahun yang
mendapatkan layanan = x 100%
keswa Jumlah penderita GME ≥ 15
tahun berdasarkan proyeksi* di
wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun
(denominator)
Keterangan:
*Proyeksi penderita GME ≥ 15 tahun di wilayah kerja Puskesmas diperoleh dari estimasi
proporsi penderita depresi di wilayah kerja Puskesmas yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kab/Kota setiap awal tahun (apabila tersedia) atau menggunakan angka prevalensi GME ≥
15 tahun dari masing-masing Kab/Kota berdasarkan data Riskesdas 2018 (Tabel 5),
kemudian dikali dengan jumlah penduduk ≥ 15 tahun yang berada di wilayah kerja
puskesmas Kecamatan.

Tabel 6. Prevalensi GME pada Penduduk Usia ≥ 15 tahun berdasarkan Kab/Kota di Provinsi
DKI Jakarta

Kota Prevalensi 95% CI

Jakarta Selatan 7,22 5,84-8,90

Jakarta Timur 7,34 6,09-8,81

28
Kota Prevalensi 95% CI

Jakarta Pusat 10,80 8,91-13,05

Jakarta Barat 13,32 10,64-16,54

Jakarta Utara 12,95 10,55-15,79

Kepulauan Seribu 27,04 22,78-31,77


Sumber: Laporan Provinsi DKI Jakarta, Riskesdas 2018

Selain indikator capaian SPM dan Non-SPM yang ditetapkan berdasarkan kebijakan
pemerintah, Puskesmas dapat pula menentukan indikator lainnya sebagai capaian program
puskesmas yang disesuaikan dengan permasalahan kesehatan jiwa yang ada di wilayah kerja
Puskesmas. Target capaian yang telah ditentukan puskesmas selama satu tahun dapat dibagi
kedalam target bulanan dan dievaluasi minimal setiap tiga bulan (triwulan).

3.2 Mengumpulkan dan Mengelola Data Keswa

Beberapa data yang dibutuhkan sebagai acuan dalam perencanaan program keswa di
Puskesmas antara lain: data kunjungan rumah (prokesga), data capaian program keswa
tahun sebelumnya, dan data kunjungan pasien serta data skrining.

a. Pengumpulan dan pengolahan data kunjungan rumah

Kegiatan kunjungan rumah dilakukan dalam rangka penemuan kasus dan pemantauan
minum obat. Pengumpulan data kegiatan kunjungan rumah terintegrasi dengan pengumpulan
data yang dilakukan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-
PK) di mana upaya keswa menjadi salah satu dari 12 indikator program. PIS-PK dikenal
dengan program Ketuk Pintu Layani dengan Hati (KPLDH) di Provinsi DKI Jakarta. Indikator
keswa dalam program PIS-PK/KPLDH yaitu penderita gangguan jiwa mendapatkan
pengobatan dan tidak ditelantarkan, artinya jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa berat, maka penderita tersebut tidak ditelantarkan dan/atau
dipasung serta diupayakan kesembuhannya. Data keswa yang dikumpulkan melalui kegiatan
kunjungan rumah dapat digunakan juga sebagai denominator dalam perhitungan capaian
kinerja layanan keswa Puskesmas untuk indikator SPM.

Tabel berikut ini menyajikan langkah-langkah pengumpulan data keswa melalui kegiatan
kunjungan rumah yang terintegrasi dengan kegiatan PIS-PK/KPLDH.

Tabel 7. Langkah-langkah Pengumpulan Data Kunjungan Rumah

Langkah-langkah Uraian Kegiatan


Pendataan

1. Persiapan pendataan Melakukan inventarisasi data jumlah keluarga di wilayah


kerja Puskesmas berkoordinasi dengan Kelurahan,

29
Langkah-langkah Uraian Kegiatan
Pendataan

Kecamatan, dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan


Sipil

2. Menyiapkan instrumen Instrumen yang perlu dipersiapkan antara lain: formulir


pendataan prokesga (Lampiran 3) dan paket informasi kesehatan
keluarga dalam bentuk flyer. Formulir prokesga dalam
bentuk cetak maupun elektronik. Data yang direkam dalam
instrumen prokesga antara lain:
1) Data keluarga: umur, jenis kelamin, status
perkawinan, kehamilan, tingkat pendidikan, dan jenis
pekerjaan.
2) Data kesehatan keluarga terkait penyakit hipertensi,
tuberkulosis, dan gangguan jiwa.
3) Perilaku individu anggota keluarga terkait merokok,
mengikuti program KB, memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita, memberikan ASI eksklusif,
buang air besar (BAB), dan penggunaan air bersih.
4) Data lingkungan rumah (sarana air bersih dan
jamban sehat).
Terdapat tiga pertanyaan terkait keswa yang termuat dalam
formulir prokesga:
1) Apakah ada anggota keluarga (AK) yang pernah
didiagnosa menderita gangguan jiwa berat
(Skizofrenia)
2) Bila pernah didiagnosis skizofrenia oleh tenaga
kesehatan, apakah selama ini AK tersebut minum
obat gangguan jiwa berat secara teratur?
3) Apakah ada AK yang dipasung?

3. Melakukan pembagian Puskesmas Kecamatan harus berkoordinasi dengan


wilayah pendataan Puskesmas Kelurahan untuk membagi wilayah kerjanya
menjadi beberapa wilayah binaan berdasarkan jumlah
kelurahan.

4. Menetapkan pembina ● Puskesmas Kecamatan berkoordinasi dengan


keluarga Puskesmas Kelurahan untuk menunjuk satu orang
tenaga kesehatan sebagai penanggung jawab wilayah
yang disebut Pembina Keluarga.
● Pembina Keluarga bertanggung jawab mengumpulkan
data kesehatan keluarga, melakukan analisis
Prokesga di wilayah binaannya, melakukan koordinasi
lintas program untuk intervensi permasalahan keluarga
di wilayah binaannya, serta melakukan pemantauan
kesehatan keluarga. Pembina Keluarga harus
memahami secara makro/garis besar dan menyeluruh
tentang kesehatan.
● Pelatihan (pembekalan) Pembina Keluarga perlu
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

5. Menetapkan tim ● Puskesmas Kecamatan dapat bekerjasama dengan


pengumpul data institusi/LSM yang sudah berpengalaman dalam atau

30
Langkah-langkah Uraian Kegiatan
Pendataan

dianggap mampu dalam melakukan pengumpulan


data, atau
● Puskesmas Kecamatan dapat membentuk tim sendiri
dalam rangka pengumpulan data dengan melibatkan
nakes dari Puskesmas Kelurahan (Tim PIS-
PK/KPLDH)

6. Persiapan sebelum ● Pembina Keluarga dan/atau petugas pendataan yang


pelaksanaan ditetapkan oleh Puskesmas berkoordinasi dengan
pengumpulan data ketua RT dan RW, kepala desa berkaitan dengan
jadwal pelaksanaan, pembagian keluarga yang akan
dikunjungi, dan jumlah instrumen Prokesga, sebelum
memulai pendataan.
● Guna memperlancar proses, pendataan sebaiknya
didampingi oleh pihak RT/RW atau kader
Posyandu/kader keswa

7. Pelaksanaan ● Petugas pengumpul data terlebih dahulu harus


pengumpulan data memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan wawancara
dan pengamatan sebelum melakukan pendataan
karena pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan pengamatan lingkungan rumah.
● Upayakan agar seluruh rumah tangga dan anggota
keluarga di dalamnya dapat didata
● Petugas dapat berkoordinasi dengan kader
Posyandu/RT/RW/kader keswa setempat bila ada
kesulitan dalam pengumpulan data.

8. Penginputan dan ● Data yang dikumpulkan dengan formulir cetak


penyimpan data kemudian diinput ke dalam aplikasi program; data
indikator keswa dapat diinput secara terpisah ke dalam
format excel.
● Data keluarga yang telah dikumpulkan dengan
menggunakan aplikasi program entry selanjutnya
disimpan dalam pangkalan data keluarga yang
merupakan subsistem dari sistem pelaporan
Puskesmas.

9. Pengolahan data ● Formulir-formulir untuk setiap anggota keluarga dari


satu keluarga yang telah diisi, kemudian dimasukkan
ke dalam formulir rekapitulasi (jika digunakan formulir
dalam bentuk aplikasi, maka rekapitulasi ini akan
terjadi secara otomatis; jika formulir dalam bentuk
cetak, maka petugas dapat memasukan data ke dalam
formulir rekapitulasi menggunakan format excel).
● Data keluarga diolah untuk menghitung Indeks
Keluarga Sehat (IKS) masing-masing keluarga, IKS
tingkat RT/RW/Kelurahan dan cakupan tiap indikator
dalam lingkup RT/RW/Kelurahan/, serta IKS tingkat
kecamatan dan cakupan tiap indikator dalam lingkup
kecamatan (perhitungan IKS dapat dilihat dalam

31
Langkah-langkah Uraian Kegiatan
Pendataan

Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas


dengan Pendekatan Keluarga)

10. Penyajian Data ● Tim puskesmas yang melakukan pendataan akan


mempresentasikan temuannya dalam pertemuan mini
lokakarya puskesmas dan PJ keswa Puskesmas akan
melakukan tindak lanjut hasil kegiatan kunjungan
rumah berdasarkan Rekapitulasi Data Profil
Kesehatan Keluarga yang berhasil dikumpulkan.
● Penemuan kasus ODGJ berat yang membutuhkan
ODGJ berat akan disampaikan terlebih dahulu kepada
PJ Keswa Puskesmas Kelurahan untuk segera
ditindaklanjuti sebelum pertemuan mini lokakarya
dilakukan.

11. Penetapan ● PJ Keswa Puskesmas dapat mengumpulkan formulir


denominator perhitungan rekapitulasi data keluarga dari semua kelurahan yang
capaian kinerja layanan ada di wilayah kerja Puskesmas dan menghitung tiga
keswa dan rencana tindak indikator yang akan dijadikan sebagai denominator
lanjut dalam perhitungan capaian kinerja layanan keswa
yaitu:
1) Jumlah anggota keluarga yang pernah didiagnosa
menderita gangguan jiwa berat (skizofrenia) oleh
tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
2) Jumlah anggota keluarga yang terdiagnosa
menderita gangguan jiwa berat (skizofrenia) yang
mengkonsumsi obat secara teratur
3) Jumlah anggota keluarga yang dipasung (menderita
gangguan jiwa namun tidak/belum terdiagnosis oleh
tenaga kesehatan)
● Tindak lanjut PJ keswa dilakukan melalui kunjungan
rumah dalam rangka edukasi dan pemantauan minum
obat yang didokumentasikan melalui Formulir
Kunjungan Rumah

b. Pengumpulan dan pengolahan data capaian program tahun sebelumnya


Data capaian program tahun sebelumnya dapat diperoleh dari data capaian target SPM
dan target Non-SPM serta data capaian program berdasarkan rencana usulan kegiatan
(RUK) keswa baik untuk upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan (UKP). Capaian target SPM yaitu setiap orang dengan gangguan jiwa berat
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dan target capaian non-SPM dengan
penderita depresi dan GME ≥ 15 tahun mendapatkan pelayanan diperoleh dari cakupan
kegiatan program UKM dan UKP keswa yang diselenggarakan di dalam gedung
puskesmas dan di luar gedung puskesmas. PJ keswa Puskesmas melakukan perhitungan
kinerja target SPM dengan mengumpulkan data ODGJ yang mendapatkan layanan keswa
setiap bulan selama 12 bulan, kemudian dibandingkan dengan target capaian yang telah
ditentukan di awal tahun. Perhitungan kinerja target non-SPM juga dilakukan oleh PJ
keswa dengan menghitung jumlah penderita depresi dan GME ≥ 15 tahun yang

32
mendapatkan layanan di puskesmas, kemudian dibandingkan dengan target capaian yang
juga ditentukan di awal tahun. Selain itu, data capaian program RUK dapat diperoleh dari
laporan pelaksanaan kegiatan keswa yang terselenggara selama 12 bulan, kemudian
dibandingkan dengan jenis dan frekuensi kegiatan yang tertuang dalam RUK.

c. Pengumpulan dan pengolahan data kunjungan pasien dan data skrining


Sebagian besar data keswa diperoleh dari data kunjungan pasien yang memanfaatkan
layanan keswa di dalam gedung Puskesmas baik melalui pemeriksaan umum, poli jiwa,
dan poli konseling (apabila tersedia di Puskesmas). Data pasien yang memperoleh layanan
keswa akan ditarik (diekstrak) melalui data kunjungan pasien yang tersimpan dalam sistem
informasi puskesmas. Setiap bulan PJ Keswa akan menyusun laporan bulanan program
keswa dalam sebuah formulir pelaporan berdasarkan jenis penyakit, kategori usia, status
pasien (lama/baru), serta tata laksana yang diberikan (tuntas/dirujuk). Komponen data
yang dikumpulkan dan dilaporkan akan sajikan secara rinci pada bagian pencatatan dan
pelaporan.

Berdasarkan rekapitulasi data kunjungan pasien dalam satu tahun, PJ keswa dapat
memperoleh data jumlah pasien yang mengakses layanan keswa setiap bulan selama 12
bulan berdasarkan kategori usia, tatalaksana kasus, dan status pasien (lama/baru) untuk
beberapa jenis gangguan keswa berikut ini:

❖ Gangguan mental organik


❖ Gangguan penggunaan napza
❖ Skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lainnya
❖ Gangguan psikotik akut
❖ Gangguan bipolar
❖ Gangguan depresi
❖ Gangguan neurotik
❖ Retardasi mental
❖ Gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja
❖ Epilepsi
❖ Tindakan bunuh diri

Data skrining masalah keswa yang dilakukan melalui pelayanan dalam gedung puskesmas
diperoleh dari lintas program yang terlibat dalam kegiatan skrining seperti skrining masalah
keswa melalui pemeriksaan umum, program catin, program KIA-KB, program PKPR,
program penyakit menular (HIV/TB/IMS), dan program lainnya. Data skrining masalah
keswa luar gedung puskesmas diperoleh dari lintas program seperti program kesehatan
lansia dan UKS yang melakukan skrining keswa dalam kegiatan posyandu lansia dan
skrining keswa pada anak sekolah. Data skrining dikumpulkan oleh PJ Keswa Puskesmas
Kecamatan setiap bulannya selama 12 bulan.

33
3.3 Identifikasi Masalah Keswa
Data yang sudah diperoleh selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi masalah keswa yang
dialami di tingkat keluarga, kelurahan, dan kecamatan. Masalah keswa untuk ODGJ berat di
tingkat keluarga dan kelurahan dapat teridentifikasi berdasarkan data prokes ga yang
diperoleh dari kunjungan rumah. Sedangkan, masalah keswa untuk depresi dan GME di
tingkat keluarga dan kelurahan dapat teridentifikasi berdasarkan data kunjungan dan data
skrining masalah keswa di Puskesmas. Salah satu cara untuk mengidentifikasi masalah
keswa di tingkat kecamatan adalah membandingkan target dengan capaian kegiatan indikator
keswa.

Tabel 8. Identifikasi Masalah Keswa

Tingkatan Identifikasi masalah keswa

Keluarga Beberapa contoh masalah keswa:


1. Terdapat ODGJ berat (penderita skizofrenia/psikotik) dalam satu
RT
2. Terdapat penderita depresi atau penderita GME yang berusia ≥
15 tahun dalam satu RT
3. Anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa dipasung
4. Anggota keluarga yang sudah terdiagnosa menderita skizofrenia
(ODGJ berat) tidak mengkonsumsi obat secara teratur

Kelurahan Masalah keswa untuk ODGJ berat di tingkat kelurahan dapat


teridentifikasi berdasarkan hasil olahan data keluarga dalam satu
kelurahan. Contoh masalah keswa yang teridentifikasi:
1. Tingginya jumlah ODGJ berat (penderita skizofrenia) di
Kelurahan A
2. Tingginya persentase ODGJ berat (penderita skizofrenia) yang
tidak mengkonsumsi obat secara teratur di Kelurahan B.

Kecamatan Identifikasi masalah keswa dilakukan berdasarkan hasil pengolahan


data keluarga (kunjungan rumah), pengolahan data capaian
program tahun sebelumnya, serta data kunjungan pasien dan data
skrining masalah keswa. Contoh masalah keswa yang
teridentifikasi:
1. Tingginya persentase RT yang memiliki ODGJ berat (penderita
skizofrenia) di wilayah kerja Puskesmas
2. Tingginya persentase ODGJ berat (penderita skizofrenia) yang
tidak mengkonsumsi obat secara teratur di wilayah kerja
Puskesmas
3. Tingginya persentase penderita depresi ≥ 15 tahun di wilayah
kerja Puskesmas
4. Tingginya persentase penderita GME ≥ 15 tahun di wilayah
kerja Puskesmas
5. Target capaian SPM Keswa tidak mencapai 100% atau
persentase ODGJ berat yang mendapatkan layanan standar
<100%
6. Rendahnya persentase kunjungan pasien ODGJ berat di
Puskesmas
7. Rendahnya persentase kunjungan penderita depresi ≥ 15 tahun
di Puskesmas

34
Tingkatan Identifikasi masalah keswa

8. Rendahnya persentase kunjungan penderita GME ≥ 15 tahun di


Puskesmas
9. Sedikitnya jumlah orang yang mendapatkan skrining masalah
keswa di dalam gedung Puskesmas
10. Sedikitnya jumlah orang yang mendapatkan skrining masalah
keswa di luar gedung Puskesmas

Identifikasi masalah keswa juga dilakukan berdasarkan analisis masalah dari sudut pandang
masyarakat melalui survei mawas diri (SDM), musyawarah masyarakat desa (MMD), dan
musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) desa dan kecamatan yang
terintegrasi dalam manajemen perencanaan program puskesmas. Kegiatan ini bertujuan
untuk memperoleh konteks dan gambaran penyebab masalah keswa yang terjadi di
masyarakat dan untuk membangun kesepakatan bersama masyarakat dan Lurah untuk
mengatasi masalah kesehatan termasuk masalah keswa di masyarakat.

3.4 Penentuan Prioritas Masalah Keswa


Penentuan prioritas masalah keswa dilakukan oleh PJ Keswa Kecamatan dan semua PJ
Keswa Kelurahan. Puskesmas dapat menentukan prioritas masalah kesehatan, baik yang
dihadapi oleh masing-masing keluarga, kelurahan, maupun kecamatan dengan
memperhatikan masalah-masalah kesehatan yang telah diidentifikasi. Penentuan prioritas
masalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Tingkat urgensinya (U), yakni apakah masalah tersebut penting untuk segera diatasi.
2. Keseriusannya (S), yakni apakah masalah tersebut cukup parah.
3. Potensi perkembangannya (G), yakni apakah masalah tersebut akan segera menjadi besar
dan/atau menjalar.
4. Kemudahan mengatasinya (F), yakni apakah masalah tersebut mudah diatasi mengacu
kepada kemampuan keluarga/RT/RW/Kelurahan/Kecamatan/ Puskesmas.

Masing-masing faktor diberi nilai 1–5 berdasarkan skala likert (5=sangat besar, 4=besar,
3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil), dan nilai total tiap masalah kesehatan diperoleh dari
rumus:

T= U+S+G+F

Nilai total (T) digunakan untuk mengurutkan masalah kesehatan berdasar prioritasnya,
sehingga diperoleh:

1. Masalah kesehatan jiwa prioritas untuk masing-masing kelurahan


2. Masalah kesehatan jiwa prioritas untuk kecamatan

Nilai total tertinggi akan menjadi fokus utama dalam pemberian intervensi. Contoh penentuan
masalah kesehatan jiwa di tingkat kelurahan, dan kecamatan disajikan pada tabel-tabel
berikut ini:

35
Tabel 9. Contoh Penentuan Prioritas Masalah Keswa Tingkat Kelurahan X

No Indikator keswa Cakup Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Priorita


an U S G F Total s

1 RT yang memiliki ODGJ 5 RT 5 5 1 3 14 1


berat (penderita skizofrenia)

2 Persentase ODGJ berat 50% 5 3 1 2 11 3


(penderita skizofrenia) yang
tidak mengkonsumsi obat
secara teratur

3 ODGJ berat di pasung 2 RT 5 4 1 3 13 2

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa masalah keswa utama di kelurahan X adalah


banyaknya rumah tangga yang memiliki ODGJ berat (penderita skizofrenia).

Tabel 10. Contoh Penentuan Prioritas Masalah Keswa Tingkat Puskesmas/Kecamatan

No Indikator keswa Cakup Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Priorit


an U S G F Total as

1 RT yang memiliki ODGJ 6 per 5 4 2 1 12 3


berat (penderita skizofrenia) 1000
di wilayah kerja Puskesmas RT

2 Persentase ODGJ berat 70% 5 2 2 1 10 4


(penderita skizofrenia) yang
tidak mengkonsumsi obat
secara teratur di wilayah
kerja Puskesmas

3 Persentase penderita depresi 5% 5 4 2 2 13 2


≥ 15 tahun di wilayah kerja
Puskesmas

4 Persentase penderita GME ≥ 15% 5 5 2 2 13 1


15 tahun di wilayah kerja
Puskesmas

5 ODGJ Berat yang 70% 5 4 2 2 14 2


memperoleh layanan standar
Puskesmas selama satu
tahun

6 Penderita depresi ≥ 15 tahun 5% 5 4 2 2 13 2


yang mendapatkan
pelayanan selama satu tahun

7 Penderita GME ≥ 15 tahun 5% 5 4 2 2 13 2


yang mendapatkan
pelayanan selama satu tahun

36
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa masalah keswa utama di Puskesmas X adalah
Persentase penderita GME ≥ 15 tahun di wilayah kerja Puskesmas yang mencapai 15%.

Penentuan prioritas masalah keswa dilanjutkan dengan penyusunan rumusan masalah.


Rumusan setiap masalah keswa mencakup pernyataan tentang apa masalahnya, siapa yang
terkena masalah, besarnya masalah, dimana terjadinya, dan bilamana terjadinya. Rumusan
masalah dibuat untuk tingkat keluarga, tingkat kelurahan, dan tingkat kecamatan. Beberapa
contoh rumusan masalah disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Contoh Rumusan Masalah

Contoh Rumusan Masalah

Keluarga (1) Ibu di Keluarga A yang terdiagnosa skizofrenia sudah dua tahun
tidak mengkonsumsi obat secara teratur
(2) Bapak di keluarga A pernah terdiagnosa menderita depresi oleh
psikiater

Kelurahan (1) Terdapat 6 Rumah Tangga (RT) di Kelurahan X yang anggota


keluarganya terdiagnosa menderita Skizofrenia oleh tenaga
kesehatan, yaitu keluarga A, keluarga B, keluarga C, keluarga
D, keluarga E, dan keluarga F.
(2) Terdapat 2 anggota RT di Kelurahan X yang dipasung oleh
keluarga A dan Keluarga B

Kecamatan (1) Hanya 20% penderita ODGJ berat yang mendapatkan layanan
standar oleh Puskesmas
(2) Hanya 5% penderita GME ≥ 15 tahun yang mendapatkan
layanan keswa oleh Puskesmas
(3) Terdapat 70% ODGJ berat (penderita skizofrenia) di
Kecamatan X yang tidak mengkonsumsi obat secara teratur,
yang terbanyak berada di Kelurahan A, Kelurahan B, dan
Kelurahan C

3.5 Mencari Penyebab dan Cara Pemecahan Masalah


PJ Keswa Puskesmas Kecamatan bersama dengan PJ Keswa Puskesmas Kelurahan perlu
untuk mencari tahu penyebab setiap masalah keswa prioritas dengan memperhatikan hasil
identifikasi masalah dan potensi/sumber daya yang dimiliki Puskesmas. Diagram Ishikawa
(diagram tulang ikan) atau pohon masalah dapat digunakan sebagai alat dalam mencari
penyebab masalah keswa prioritas.

37
Gambar 4. Contoh Diagram Ishikawa (Diagram Tulang Ikan)

Langkah-langkah mencari tahu penyebab masalah keswa menggunakan Diagram Ishikawa


(Tulang Ikan) adalah:
1) Tuliskan masalah keswa prioritas pada bagian kepala ikan.
2) Tetapkan kategori utama dalam komponen penyebab (contoh: orang, tata kelola,
sarana prasarana, dana, logistik, dan faktor kontekstual.
3) Tim keswa melakukan curah pendapat (brainstorming) untuk poin-poin penyebab
masalah berdasarkan masing-masing kategori.
4) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, buatlah sub-penyebab dan letakkan
pada cabang yang lebih kecil.
5) Setelah semua poin sub-penyebab dicatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi masalah atau sub-penyebab yang tidak sesuai dengan
kategori masalah.

Gambar 5. Contoh Diagram Pohon Masalah

Langkah-langkah mencari penyebab masalah dengan pohon masalah:


1) Tuliskan masalah keswa prioritas pada kotak di puncak pohon masalah.
2) Buatlah garis panah vertikal menuju kotak tersebut.
3) Tetapkan kategori utama dari penyebab pada kotak di bawahnya dengan arah panah
menuju ke kotak masalah.
4) Lakukan curah pendapat (brainstorming) antara tim keswa untuk masing-masing
kategori utama dari penyebab masalah keswa.

38
5) Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, cobalah membuat daftar sub-
penyebab masalah keswa dan letakkan pada kotak di bawahnya.
6) Setelah semua sub-penyebab tercatat, lakukan klarifikasi data untuk menghilangkan
duplikasi atau poin sub-penyebab yang tidak sesuai dengan kategori masalah.

Dengan menggunakan Diagram Ishikawa atau Pohon Masalah, maka Puskesmas dapat
menetapkan penyebab masalah keswa prioritas di tingkat kelurahan dan di tingkat kecamatan.
Penyebab-penyebab masalah kesehatan jiwa dapat diketahui dari berbagai aspek yaitu:
1) Tata kelola: dukungan kebijakan, dukungan Kepala Puskesmas, sistem pencatatan
dan pelaporan, monitoring dan evaluasi
2) Orang (SDM keswa), baik dari segi kuantitas (ketersediaan dan kecukupan) maupun
kualitas (kompetensi dan keterampilan)
3) Logistik: ketersediaan dan kecukupan obat-obatan keswa esensial
4) Pembiayaan/dana: sumber dan alokasi dana
5) Sarana dan prasarana: ketersediaan dan kecukupan
6) Kontekstual: faktor lingkungan dan faktor lain diluar sistem kesehatan (mis. kondisi
pademi COVID-19, kepercayaan dan budaya lokal)

Setelah mengetahui penyebab-penyebab dari masalah keswa prioritas, maka Puskesmas


perlu untuk menetapkan cara pemecahan masalah dengan mempertimbangkan kemampuan
(sumber daya dan potensi) yang dimiliki oleh masing-masing Puskesmas. Untuk menetapkan
cara pemecahan masalah, maka perlu dilakukan curah pendapat (brainstorming) antara tim
keswa (tim keswa Puskesmas Kecamatan dan seluruh PJ keswa Puskesmas Kelurahan).
Kegiatan tersebut bertujuan untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah keswa dan
memilih dan menetapkan pemecahan masalah kesehatan yang paling sesuai. Untuk
mempermudah penetapan cara pemecahan masalah, maka dapat digunakan tabel cara
pemecahan masalah berikut ini.

Tabel 12. Contoh Tabel Cara Pemecahan Masalah Keswa

No Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan Tindak


Masalah Masalah Pemecahan Masalah Terpilih Lanjut
Masalah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

dst.

Keterangan:
1. Matriks diatas dibuat untuk membantu tim keswa Puskesmas Kecamatan dalam
mencari penyebab dan cara pemecahan masalah.
2. Kolom (2): Prioritas masalah diisi dengan masalah keswa prioritas yang sudah
teridentifikasi atau yang terdapat pada bagian kepala ikan dalam diagram tulang ikan
dan pada puncak dari diagram pohon masalah.

39
3. Kolom (3): Penyebab masalah diisi dengan berbagai faktor yang secara spesifik
menjadi penyebab langsung dari prioritas masalah yang teridentifikasi. Penyebab
masalah dapat dilihat dari aspek tata kelola, orang (SDM), logistik (obat-obatan),
pembiayaan, dan faktor kontekstual.
4. Kolom (4): Alternatif pemecahan masalah diisi dengan berbagai cara yang dapat
dilakukan sebagai upaya untuk pemecahan masalah.
5. Kolom (5): Pemecahan masalah terpilih diisi dengan cara pemecahan masalah yang
diprioritaskan oleh tim keswa dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki
Puskesmas.
6. Kolom (6): Tindak lanjut diisi dengan siapa yang memiliki peran utama dalam
melakukan tindak lanjut terhadap permasalahan keswa tersebut. Misalnya: PJ Keswa
Kelurahan, PJ Keswa Kecamatan, atau lintas sektor (mis. P3S/Dinas Sosial untuk
permasalahan ODGJ yang terlantar)

Berikut ini adalah contoh cara pemecahan masalah berdasarkan curah pendapat atau tabel
cara pemecahan masalah:
1. Cara memecahkan masalah keswa di tingkat keluarga adalah melalui kunjungan rumah
dalam rangka penemuan kasus, pemantauan minum obat, dan edukasi masalah keswa
kepada anggota keluarga. Hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam kunjungan rumah
dirujuk ke Puskesmas Kelurahan atau Puskesmas Kecamatan.
2. Cara memecahkan masalah keswa kelurahan dapat dilakukan melalui kegiatan
pengorganisasian masyarakat untuk memfasilitasi kegiatan promotif keswa yaitu
penyuluhan kepada masyarakat dan pembinaan kader keswa kelurahan. Selain itu, dapat
juga dilakukan pengembangan kelurahan siaga keswa.
3. Cara memecahkan masalah keswa kecamatan adalah melakukan peningkatan kapasitas
SDM keswa melalui pelatihan skrining masalah keswa dan penanganan kedaruratan
ODGJ gaduh gelisah atau melaksanakan upaya keswa rehabilitatif dalam rangka intervensi
psikososial bagi ODGJ berat yang sudah teratur menggunakan obat.

Pemecahan masalah dapat mencakup aspek-aspek sebagai berikut:


● Pengembangan sumber daya manusia, baik penambahan jumlah SDM keswa dan
peningkatan kapasitas SDM (pengetahuan dan keterampilan) melalui
pelatihan/workshop dan seminar terkait isu keswa
● Pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan.
● Pengembangan logistik
● Pengembangan pembiayaan
● Pengembangan sarana prasarana
● Pengembangan layanan keswa melalui kegiatan inovasi

3.6 Penyusunan RUK dan RPK Layanan Keswa


a. Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) Program Keswa
Langkah selanjutnya adalah menuangkan kegiatan-kegiatan dalam rangka pemecahan
masalah keswa (keluarga, kelurahan, dan kecamatan) ke dalam matriks RUK Manajemen
Puskesmas. Perlu juga ditetapkan target sasaran dan indikator kinerja dalam rangka kegiatan
pengawasan, pengendalian, dan penilaian. Beberapa indikator telah ditetapkan sebagai
indikator SPM dan non-SPM. Sasaran kegiatan dan indikator kinerja perlu dikoordinasikan

40
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan kebijakan yang
berlaku terkait keswa baik di daerah maupun di tingkat nasional (misalnya kebijakan SPM
Bidang Kesehatan dan Renstra Kemenkes tahun 2020-2024).

Sebelum menyusun RUK, tim keswa Puskesmas Kecamatan perlu mempertimbangkan


sumber daya yaitu pembiayaan, sarana prasarana dan obat-obatan yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan layanan keswa di Puskesmas.

1) Pembiayaan: sumber dan alokasi dana


Pendanaan untuk upaya keswa di Puskesmas dapat bersumber dari APBN, APBD, BLUD dan
sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat (mis. dana corporate social responsibility/CSR).
Satu jenis kegiatan keswa tidak boleh mendapatkan alokasi dana lebih dari satu sumber
anggaran (duplikasi dana). Berikut ini adalah penjelasan terkait sumber dan alokasi dana yang
dapat dimanfaatkan untuk upaya keswa di Puskesmas.
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota.
Dana ini digunakan untuk pembiayaan insentif/tunjangan tenaga kesehatan (gaji
nakes) dan pembiayaan utama kegiatan-kegiatan UKM Keswa dalam mencapai target
SPM. Kegiatan UKM keswa dapat meliputi upaya keswa promotif (penyuluhan luar
gedung, biaya transportasi kader), preventif (penemuan kasus ODGJ) melalui
kunjungan rumah, upaya kuratif (penanganan kedaruratan ODGJ), dan upaya
rehabilitatif (mis. terapi aktivitas kelompok)
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dana ini dapat diperoleh dari dana alokasi khusus non fisik (bantuan operasional
kesehatan/BOK). BOK Puskesmas dapat digunakan untuk mendukung kegiatan
operasional upaya keswa terutama untuk kegiatan yang bersifat promotif dan preventif
yang menjadi bagian dari UKM esensial atau pengembangan (mis. insentif
narasumber dalam kegiatan penyuluhan dan biaya transportasi kader keswa dalam
kegiatan kunjungan rumah).
c. BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) Puskesmas.
Dana dari BLUD dapat dialokasikan untuk UKP keswa: untuk penyediaan tenaga
kesehatan, peningkatan kapasitas nakes, logistik, dan obat-obatan. Dana ini juga
dapat digunakan dengan fleksibel untuk UKM keswa, yaitu kegiatan keswa seperti
penyuluhan luar gedung, kunjungan rumah, deteksi dini, dan upaya rehabilitatif keswa
(apabila tersedia di Puskesmas).
Puskesmas dapat menentukan sumber dana yang akan digunakan untuk penyelenggaraan
setiap upaya keswa berdasarkan status pengelolaan keuangan yang ada di masing-masing
Puskesmas (BLUD atau Non-BLUD).

41
2) Sarana dan Prasarana

Tabel 13. Sarana dan Prasarana

No. Sarana/Prasarana Jumlah Fungsi

Sarana

1 Pedoman Diagnosis Disesuaikan Acuan untuk pendiagnosaan atas gejala


Penggolongan Gangguan Jiwa dengan klinis atas GME, depresi, dan ODGJ
(PPDGJ III atau edisi terbaru) kebutuhan (psikotik akut dan skizofrenia)

2 Panduan Praktik Klinis bagi Disesuaikan Acuan bagi dokter untuk memberikan
Dokter di Fasilitas Pelayanan dengan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat
Kesehatan Primer kebutuhan primer.

3 Komputer/laptop/tablet dan Disesuaikan Alat penyimpan dan pengolah data


jaringan internet dengan untuk pencatatan dan pelaporan.
kebutuhan

4 Alat tulis (co.: buku dan pena) Disesuaikan Alat penyimpan dan pengolah data
dengan untuk pencatatan dan pelaporan.
kebutuhan

5 Formulir/e-formulir pencatatan Disesuaikan Media pencatatan dan pelaporan


dan pelaporan dengan kegiatan layanan keswa yang telah
kebutuhan terlaksana.

6 Formulir/e-formulir skrining (co.: Disesuaikan Media pendukung untuk asesmen


SRQ-20, SRQ-29, SDQ, GDS, dengan skrining kondisi keswa pasien.
EPDS) kebutuhan

7 Media KIE (co.: poster, brosur, Disesuaikan Alat penyampaian informasi penyuluhan
ponsel pintar, akun media dengan dalam upaya keswa promotif.
sosial) kebutuhan

8 Kit berisi 2 alat fiksasi Disesuaikan Alat penanganan sementara saat ODGJ
dengan dalam kondisi akut atau gaduh gelisah;
kebutuhan

9 Masker medis Disesuaikan Pencegahan penularan terhadap tenaga


dengan keswa atas potensi penyakit penyerta
kebutuhan menular yang diderita pasien.

10 Ambulans 1 buah Transportasi untuk menjemput dan


merujuk pasien keswa yang mengalami
gaduh gelisah atau kegawatdaruratan.

Prasarana

1 Ruang pemeriksaan dan/atau 1 ruangan Ruang untuk layanan pemeriksaan


konseling: singkat kondisi fisik pasien (misal: tensi
darah), dan/atau layanan
konseling/konsultasi .

42
3) Obat-obatan

Golongan obat-obatan berdasarkan Formularium Nasional (Fornas) yang perlu tersedia di


program keswa:

Tabel 14. Obat-obatan Keswa Berdasarkan Fornas 2019

No. Nama Generik Obat Sediaan Peresepan Maksimal

Antiansietas

1 Diazepam tab 2 mg 30 tab/bulan.

tab 5 mg 30 tab/bulan.

inj 5 mg/mL

2 Lorazepam tab 0,5 mg 30 tab/bulan.

tab 1 mg 30 tab/bulan.

tab 2 mg 30 tab/bulan.

Antidepresi

Amitriptilin tab 25 mg 60 tab/bulan.

Antiobsesi kompulsi

Fluoksetin tab/kaps 10 mg 30 tab/kaps per bulan.


1 tab/kaps 20 mg 30 tab/kaps per bulan.

Antipsikosis
1 Haloperidol tab 1,5 mg* 90 tab per bulan.
tab 2 mg* 90 tab per bulan.
tab 5 mg* 90 tab per bulan.
drops 2mg/mL 90 tab per bulan.
inj 5mg/mL (i.m.) 4 amp/hari, maks 3
a) untuk agitasi akut; hari.
b) untuk kasus
kedaruratan
psikiatrik (tidak
untuk pemakaian
jangka panjang)
2 Klorpromazin tab 25 mg
inj 5 mg/mL (i.m.)

3 Risperidone tab 2 mg
*Mengacu pada Fornas Tahun 2019, dapat disesuaikan dengan edisi yang terbaru

43
Tim keswa Puskesmas Kecamatan selanjutnya menyusun RUK program keswa berdasarkan
pertimbangan sumber daya yang dimiliki Puskesmas. Langkah-langkah penyusunan dan
pengesahan RUK program keswa di Puskesmas disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 15. Langkah-langkah Penyusunan dan Pengesahan RUK

Langkah-langkah Uraian Kegiatan

1. Mengisi komponen dalam Tim keswa Puskesmas Kecamatan melaksanakan curah


matriks RUK pendapat dan memilih upaya keswa berdasarkan cara
pemecahan masalah yang sudah ditetapkan sebelumnya
dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki
Puskesmas untuk dimasukkan dalam matriks RUK.
Komponen dalam matriks RUK dapat dilihat pada Tabel
15. Contoh pengisian matriks RUK disajikan pada Tabel
16

2. Konsultasi dengan PJ Keswa berkonsultasi dengan Kasatpel UKM dan UKP


Kasatpel UKM dan UKP untuk matriks RUK yang telah diisi dan akan melakukan
revisi RUK berdasarkan masukan dan koreksi dari
Kasatpel UKM dan UKP

3. Persetujuan Kepala RUK keswa yang telah direvisi selanjutnya diberikan


Puskesmas kepada tim perencana puskesmas. Tim tersebut bersama
dengan Kepala Puskesmas akan meninjau semua RUK
program Puskesmas. Hasil tinjauan dapat berupa:
- Revisi RUK berdasarkan catatan dari tim
perencana/Kepala Puskesmas
- RUK disetujui oleh tim perencana dan Kapus

4. Persetujuan Dinas RUK yang telah disetujui oleh Kapus akan disampaikan
Kesehatan Kab/Kota ke Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk pembahasan lebih
lanjut untuk menentukan paket anggaran yang dapat
dipenuhi untuk mendukung RUK. Terdapat dua
kemungkinan yang bisa terjadi:
1) Dinas kesehatan menyetujui semua usulan dalam
RUK program keswa
2) Dinas kesehatan memberikan beberapa catatan
untuk dipertimbangkan lagi oleh Puskesmas,
misalnya memasukkan kegiatan-kegiatan yang
mendukung Renstra Dinkes dan capaian target
SPM atau pertimbangan anggaran sehingga
beberapa kegiatan yang tidak prioritas harus
dikeluarkan dari RUK

44
Tabel 16. Matriks RUK

No Upaya Kegiata Tujuan Sasaran Target Penan Kebutuha Mitra Waktu Kebutuh Indikat Biaya
Kesehatan n sasara ggung n sumber kerja Pelaksa an or
n Jawab daya naan anggara kinerja
n

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1. UKM

2. UKP

Keterangan:
1. Matriks diatas dibuat dan dilengkapi oleh penanggungjawab program keswa
Puskesmas Kecamatan berdasarkan hasil curah pendapat dengan tim keswa
puskesmas Kecamatan dan PJ Keswa Puskesmas Kelurahan. Matriks tersebut adalah
kegiatan keswa yang dilakukan oleh Puskesmas. Target indikator kegiatan dapat
ditambah berdasarkan hasil analisa dan mengacu pada rencana lima tahunan
Puskesmas.
2. Matriks dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan daerah dengan
tidak mengurangi variabel kolom yang ada.
3. Kolom (2): Upaya Kesehatan diisi dengan UKM dan UKP yang dilaksanakan di
Puskesmas. Layanan keswa dapat menjadi bagian dari UKM esensial dalam program
pencegahan dan pengendalian penyakit untuk penyakit tidak menular (PTM) atau
merupakan UKM pengembangan. Kegiatan penyuluhan keswa juga bisa menjadi
bagian dari UKM esensial promosi kesehatan.
4. Kolom (3): Kegiatan diisi dengan penjabaran kegiatan dari masing-masing upaya
keswa yang termasuk dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP). Kegiatan dapat disusun berdasarkan upaya keswa
komprehensif yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menjadi prioritas
Puskesmas.
5. Kolom (4): Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.
6. Kolom (5): Sasaran diisi dengan kelompok sasaran/populasi atau area yang akan
dicakup dalam kegiatan.
7. Kolom (6): Target Sasaran diisi dengan jumlah dari sasaran/area yang akan diberikan
pelayanan keswa oleh Puskesmas, dihitung berdasarkan kondisi geografis, target
indikator kinerja, sumber daya, dan pencapaian tahun sebelumnya.
8. Kolom (7): Penanggungjawab diisi dengan penanggungjawab untuk kegiatan keswa
di Puskesmas
9. Kolom (8): Kebutuhan sumber daya diisi dengan sumber daya yang dibutuhkan
untuk dapat melaksanakan kegiatan, diluar pembiayaan (SDM, sarana prasarana,
obat-obatan, dan logistik lainnya) yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
keswa.
10. Kolom (9): Mitra kerja diisi dengan nakes lintas program dan unit lintas sektor yang
yang terlibat dan mendukung dalam pelaksanaan kegiatan keswa.

45
11. Kolom (10): Waktu Pelaksanaan diisi dengan waktu (bulan) pelaksanaan kegiatan
dalam periode satu tahun.
12. Kolom (11): Kebutuhan anggaran diisi dengan perkiraan anggaran yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan yang telah dirumuskan.
13. Kolom (12): Indikator Kinerja diisi dengan indikator kinerja yang didukung oleh
pelaksanaan kegiatan tersebut (misalnya, indikator kinerja SPM keswa).
14. Kolom (13): Sumber Pembiayaan dapat berasal dari pemerintah yaitu APBD dan
APBN (BOK/DAK), BLUD/JKN atau sumber pendanaan lain yang sah.

46
Tabel 17. Contoh matriks RUK Layanan Keswa di Puskesmas X

No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggun Kebutuhan Mitra Waktu Kebutuhan Indikator Sumber
Kesehatan gjawab sumber Kerja Pelaksan anggaran Kinerja Pembiayaan
daya aan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1 UKM Esensial Pembentukan Membantu Kader 10 orang PJ Keswa - SDM:PJ PJ Februari Belanja Persentase APBD
(Upaya kader kesehatan puskesmas kesehata (satu orang Puskesmas Keswa program makan siang penderita
Pencegahan dan jiwa dalam n per Kecamatan PKC & promkes (@Rp.50.00 ODGJ berat
Pengendalian melakukan Kelurahan) Puskesma Puskesm 0)= Rp. Rp. mendapat
Penyakit-PTM) penemuan s as, PJ 500.000 pelayanan
atau UKM kasus dan Kelurahan Keswa standar
Pengembangan - monitoring - Sarpras:Ko Keluraha
Pelayanan penderita ODGJ mputer dan n,
kesehatan jiwa berat proyektor Lurah/Ket
ua
RT/RW

UKM Esensial Penyuluhan Meningkatkan Masyarak 300 orang PJ Keswa - SDM:Tim PJ Februari- Belanja Persentase APBD/BLUD
Promosi kesehatan jiwa pengetahuan at umum (30 orang Puskesmas promkes/Ti program November snack (@Rp. penderita
Kesehatan atau masyarakat di 10 Kecamatan m keswa promkes 20.000) = GME dan
UKM Esensial tentang Kelurahan) - Sarpras: Puskesm Rp. depresi ≥
(Upaya kesehatan jiwa Laptop, as, Kader 6.000.000 15 tahun
Pencegahan dan proyektor, keswa, mendapat
Pengendalian lembar Lurah, pelayanan
Penyakit-PTM) balik/flyer ketua
atau UKM RT/RW
Pengembangan -
Pelayanan
kesehatan jiwa

UKM Esensial Penyuluhan dan Menurunkan Remaja/a 250 orang PJ Keswa - SDM:Tim PJ Septembe Belanja Persentase APBD/BLUD
Promosi skrining keswa masalah nak (50 orang Puskesmas promkes/Ti program r-Oktober snack (@Rp. penderita
Kesehatan atau pada remaja gangguan sekolah di 5 Kecamatan m keswa promkes 20.000) = GME ≥ 15
UKM Esensial mental sekolah) - Sarpras: Puskesm Rp. tahun
(Upaya emosional pada Laptop, as, 5.000.000 mendapat
Pencegahan dan remaja proyektor, Kepala pelayanan
Pengendalian dan/atau sekolah
Penyakit-PTM) flyer, dan guru
atau UKM formulir

47
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggun Kebutuhan Mitra Waktu Kebutuhan Indikator Sumber
Kesehatan gjawab sumber Kerja Pelaksan anggaran Kinerja Pembiayaan
daya aan

Pengembangan - skrining
Pelayanan SDQ
kesehatan jiwa

UKM Esensial Penyuluhan Meningkatkan Keluarga/ 50 orang (1 PJ Keswa - SDM:Tim PJ November Belanja Persentase APBD/BLUD
Promosi keswa kepada pengetahuan caregiver kali) Puskesmas promkes/Ti program snack (@Rp. penderita
Kesehatan atau keluarga/ keluarga/caregi ODGJ Kecamatan m keswa promkes 20.000) = ODGJ berat
UKM Esensial caregiver ODGJ ver dalam berat - Sarpras: Puskesm Rp. mendapat
(Upaya berat penanganan yang Laptop, as, Kader 1.000.000 pelayanan
Pencegahan dan ODGJ di rumah berobat di proyektor, keswa/Lu standar
Pengendalian dan edukasi Puskesm dan/atau rah
Penyakit-PTM) dalam as flyer
atau UKM mendukung
Pengembangan - kepatuhan
Pelayanan minum obat
kesehatan jiwa

UKM Esensial Kunjungan rumah Penemuan Masyarak Seluruh RT PJ Keswa - SDM:Tim PJ Keswa Februari- Dibebankan Persentase APBD/BLUD
(Upaya kasus ODGJ at umum di wilayah Puskesmas PIS- Keluraha November pada penderita
Pencegahan dan berat, dan kerja Kecamatan PK/KPLDH n, Kader program ODGJ berat
Pengendalian skrining Puskesma - Formulir keswa, PIS-PK mendapat
Penyakit-PTM) penderita s Prokesga, Lurah, pelayanan
atau UKM depresi & GME Kecamatan flyer Ketua standar;
Pengembangan - ≥ 15 tahun RT/RW Persentase
Pelayanan penderita
kesehatan jiwa depresi dan
GME ≥ 15
tahun
mendapat
pelayanan
standar

UKM Esensial Kelas peningkatan Membantu Pasien 100 orang PJ Keswa - SDM:Dokt Kader Maret-Juni Belanja Persentase APBD/BLUD
(Upaya kemandirian dan penyembuhan yang (4 kali @ Puskesmas er/perawat keswa makan siang penderita
Pencegahan dan keterampilan pasien keswa berobat di 25 orang) Kecamatan jiwa/Psikiat (@Rp. ODGJ berat
Pengendalian kesehatan jiwa poli jiwa er 50.000) = mendapat
Penyakit-PTM) Puskesm (Narasumb Rp. pelayanan
atau UKM as er) 5.000.000 standar

48
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggun Kebutuhan Mitra Waktu Kebutuhan Indikator Sumber
Kesehatan gjawab sumber Kerja Pelaksan anggaran Kinerja Pembiayaan
daya aan

Pengembangan - - Sarpras:La
Pelayanan ptop dan
kesehatan jiwa Proyektor

UKM Esensial Penguatan Penggerakan Pemangk 50 orang PJ Keswa - SDM: Camat, Mei Belanja Persentase APBD/BLUD
(Upaya kerjasama lintas penanganan u Puskesmas Kapus Satpol makan siang penderita
Pencegahan dan sektor/pemangku kedaruratan kepenting Kecamatan (Narasumb PP, (@Rp. ODGJ berat
Pengendalian kepentingan ODGJ berat an lintas er) Dinsos, 50.000) = mendapat
Penyakit-PTM) (gaduh sektor - Sarpras:La RS, dll Rp. pelayanan
atau UKM gelisah/menga kecamata ptop dan 2.500.000 standar
Pengembangan - muk, dipasung n Proyektor
Pelayanan dan terlantar)
kesehatan jiwa

UKM Esensial Rapat koordinasi Monitoring dan Tim 15 orang (4 PJ Keswa Sarpras: PJ Keswa Februari- Belanja Persentase APBD/BLUD
(Upaya tim keswa evaluasi keswa kali) Puskesmas Laptop dan Puskesm Desember makan siang penderita
Pencegahan dan pelaksanaan Puskesm Kecamatan proyektor as (@Rp.50.00 ODGJ berat
Pengendalian program keswa as Keluraha 0)=Rp.3.000. mendapat
Penyakit-PTM) triwulan n 000 pelayanan
atau UKM standar;
Pengembangan - Persentase
Pelayanan penderita
kesehatan jiwa depresi dan
GME ≥ 15
tahun
mendapat
pelayanan

2 UKP- Pelayanan Pemeriksaan dan Memberikan Semua Semua Kepala - SDM: Petugas Januari- Belanja obat Persentase APBN
Kesehatan Jiwa pengobatan layanan pasien pasien Satuan dokter, Farmasi; Desember (sesuai penderita (BOK/DAK)/BL
pasien keswa pemeriksaan, yang yang Pelayanan perawat, Petugas dengan ODGJ berat UD
dalam gedung pengobatan dan berkunjun berkunjung UKP dan/atau BPJS daftar mendapat
Puskesmas rujukan kepada g di untuk psikolog kebutuhan pelayanan
pasien Puskesm memperole - Obat- obat) standar;
as h layanan obatan Persentase
keswa di - Sarpras: penderita
Puskesma Ruang depresi dan
s pemeriksa GME ≥ 15

49
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggun Kebutuhan Mitra Waktu Kebutuhan Indikator Sumber
Kesehatan gjawab sumber Kerja Pelaksan anggaran Kinerja Pembiayaan
daya aan

an, Ruang tahun


konseling, mendapat
PPK pelayanan
Dokter di
Fasilitas
layanan
Primer/ICD
X/PPDGJ
IIII

Penanganan Memberikan ODGJ ODGJ PJ Keswa - SDM: Stakehold Januari- Belanja obat Persentase APBN
kedaruratan penanganan berat berat Puskesmas Dokter dan er lintas Desember (injeksi) penderita (BOK/DAK)/BL
ODGJ dan pengobatan gaduh Kecamatan perawat sektor ODGJ berat UD
segera kepada gelisah/me - Sarpras: mendapat
ODGJ berat ngamuk Alat fiksasi, pelayanan
yang gaduh atau ambulans standar
gelisah/menga dipasung - Obat-
muk atau obatan
dipasung (injeksi)

Skrining keswa Melakukan Semua Pasien PJ Keswa - SDM: Nakes Januari- Belanja Persentase APBN
dalam gedung deteksi dini pasien layanan Puskesmas Dokter, lintas Desember kertas (ATK) penderita (BOK/DAK)/BL
Puskesmas masalah keswa yang pemeriksa Kecamatan perawat, program depresi dan UD
(depresi/GME) berkunjun an umum, dan/atau di GME ≥ 15
pada pasien g di catin, Psikolog Puskesm tahun
yang Puskesm KIA/KB, - Formulir as (mis. mendapat
berkunjung di as PTM, PM, skrining Catin, pelayanan
Puskesmas PKPR, dll (SRQ, KIA/KB,
SDQ, atau PKPR,
GDS) pemeriks
aan
umum)

Cat: Tabel diatas hanya digunakan sebagai contoh. Puskesmas menyusun RUK sesuai dengan cara pemecahan masalah, indikator kinerja, dan su mber daya masing-masing

50
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Program Keswa

Rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) disusun setelah RUK keswa disetujui oleh Kepala Puskesmas dan
Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam lokakarya mini bulanan pertama bersamaan dengan penyusunan RPK untuk
program lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPK:
1) Penyusunan RPK dilakukan melalui pendekatan keterpaduan lintas program dan lintas sektor karena
adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Puskesmas.
2) Sebelum melakukan penyusunan RPK, PJ Keswa Puskesmas Kecamatan perlu mempelajari alokasi
kegiatan dan biaya yang sudah disetujui dalam RUK, menyusun rincian dan lokasi pelaksanaan
kegiatan.
3) RPK tahunan disusun dalam bentuk matriks yang kemudian dirinci kedalam RPK bulanan.
4) RPK dimungkinkan untuk diubah atau disesuaikan dengan kebutuhan saat itu apabila hasil analisis
monitoring bulanan dijumpai kondisi tertentu (bencana alam, konflik, KLB, perubahan kebijakan
mendesak, dll) yang harus dituangkan kedalam RPK.
5) Perubahan RPK dilakukan dengan pendampingan Dinas Kesehatan Kab/Kota dengan tidak mengubah
pagu anggaran yang ada.

Formulir RPK tahunan puskesmas disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 18. Formulir RPK Tahunan Layanan Keswa

No Upaya Kegi Tujua Sas Target Penan Volume Jad Rincian Lokasi Biaya
Keseh atan n aran sasara ggung Kegiatan wal Pelaksa Pelaksa
atan n Jawab naan naan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

UKM Keswa

1.

dst.

UKP Keswa

1.

dst.

Keterangan:
1. Matriks diatas dibuat dan dilengkapi oleh penanggungjawab program keswa Puskesmas Kecamatan
2. Matriks dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dengan tidak mengurangi variabel kolom yang
ada
3. Kolom (2): Upaya Kesehatan diisi dengan UKM dan UKP yang dilaksanakan di Puskesmas. Layanan
keswa dapat menjadi bagian dari UKM esensial dalam program pencegahan dan pengendalian
penyakit untuk penyakit tidak menular (PTM) atau merupakan UKM pengembangan. Kegiatan
penyuluhan keswa juga bisa menjadi bagian dari UKM esensial promosi kesehatan.

51
4. Kolom (3): Kegiatan diisi dengan penjabaran kegiatan dari masing-masing upaya keswa yang
termasuk dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
5. Kolom (4): Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan
6. Kolom (5): Sasaran diisi dengan kelompok sasaran/populasi atau area yang akan diberikan layanan
keswa oleh Puskesmas
7. Kolom (6): Target Sasaran diisi dengan jumlah dari sasaran/area yang akan diberikan pelayanan
keswa oleh Puskesmas, dihitung berdasarkan target indikator kinerja, sumber daya, dan pencap aian
tahun sebelumnya.
8. Kolom (7): Penanggungjawab diisi dengan penanggungjawab untuk masing-masing kegiatan keswa
9. Kolom (8): Volume Kegiatan diisi dengan jumlah pelaksanaan kegiatan keswa dalam kurun waktu satu
tahun
10. Kolom (9): Jadwal diisi dengan waktu pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu satu tahun
11. Kolom (10): Rincian Pelaksanaan diisi dengan rincian kegiatan tanggal dan bulan pelaksanaannya
dalam 1 tahun yang disesuaikan dengan jadwal kegiatan.
12. Kolom (11): Lokasi pelaksanaan diisi dengan tempat/lokasi pelaksanaan kegiatan keswa
13. Kolom (12): Biaya diisi anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang telah dirumuskan

52
Tabel 19. Contoh matriks RPK UKM dan UKP Layanan Keswa di Puskesmas X

No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggun Volume Jadwal Rincian Lokasi Biaya
Kesehatan sasaran g Jawab Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan

Harga satuan Harga total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 UKM Layanan Pembentukan Membantu Kader 10 orang PJ Keswa 1 kali Februari Pertemuan Puskesmas Belanja Rp. 500.000
Keswa kader puskesmas kesehatan (satu orang Puskesmas pada Minggu Kecamatan/K makan
kesehatan jiwa dalam per Kecamatan ke-2 Februari antor siang=Rp.
melakukan Kelurahan) 2021 Kecamatan 50.000
penemuan
kasus dan *misalnya
monitoring terdapat 10
penderita kelurahan
ODGJ berat dalam
wilayah kerja
puskesmas

Penyuluhan Meningkatkan Masyaraka 300 orang PJ Keswa 10 kali Februari Minggu ke-1 Kantor Belanja snack Rp.
kesehatan jiwa pengetahuan t umum (30 orang di Puskesmas - Bulan Februari Kelurahan di = Rp. 20.000 6.000.000
masyarakat 10 Kecamatan Novemb s.d November 10 Kelurahan
tentang Kelurahan) er 2021
kesehatan
jiwa

Penyuluhan Menurunkan Remaja/an 250 orang PJ Keswa 5 kali Septem 3 kali di bulan SD, SMP, Belanja snack Rp.
dan skrining masalah ak sekolah (50 orang di 5 Puskesmas ber- September atau SMA di = Rp. 20.000 5.000.000
keswa pada gangguan sekolah) Kecamatan Oktober (minggu ke-1,2, wilayah kerja
remaja mental dan 3) dan 2 Puskesmas
emosional kali di bulan
dan Oktober
penemuan (minggu ke-1
kasus GME dan ke-2)
pada
remaja/anak
sekolah

53
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggun Volume Jadwal Rincian Lokasi Biaya
Kesehatan sasaran g Jawab Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan

Harga satuan Harga total

Penyuluhan Meningkatkan Keluarga/c 50 orang PJ Keswa 1 kali Novemb Minggu ke-2 Puskesmas Belanja snack Rp.
keswa kepada pengetahuan aregiver Puskesmas er Bulan Kecamatan = Rp. 20.000 1.000.000
keluarga/ keluarga/care ODGJ Kecamatan November
caregiver giver dalam berat yang 2021
ODGJ berat penanganan berobat di
ODGJ di Puskesma
rumah dan s
edukasi dalam
mendukung
kepatuhan
minum obat

Kunjungan Penemuan Masyaraka Semua RT di PJ Keswa 1 kali Februari Sesuai dengan Setiap rumah Dibebankan pada program
rumah kasus ODGJ t umum wilayah kerja Puskesmas - program PIS- yang ada di PIS-PK/KPLDH
dan skrining Puskesmas Kecamatan Novemb PK/KPLDH setiap
penderita kecamatan er kelurahan di
depresi & wilayah kerja
GME ≥ 15 puskesmas
tahun

Kelas Membantu Pasien 100 orang (@ PJ Keswa 4 kali Maret- Minggu ke-3 Puskesmas Belanja Rp.
peningkatan penyembuhan yang 25 orang) Puskesmas Juni Bulan Maret, Kecamatan makan 5.000.000
kemandirian pasien keswa berobat di Kecamatan April, Mei dan siang=Rp.
dan poli jiwa Juni 50.000
keterampilan Puskesma
kesehatan jiwa s

Penguatan Penggerakan Pemangku 50 orang PJ Keswa 1 kali Mei Minggu ke-4 Puskesmas Belanja Rp.
kerjasama penanganan kepentinga Puskesmas Bulan Mei 2021 Kecamatan/K makan 2.500.000
lintas kedaruratan n lintas Kecamatan antor siang=Rp.
sektor/pemang ODGJ berat sektor Kecamatan 50.000
ku kepentingan (gaduh kecamatan
gelisah/meng
amuk,
dipasung dan
terlantar)

54
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggun Volume Jadwal Rincian Lokasi Biaya
Kesehatan sasaran g Jawab Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan

Harga satuan Harga total

Rapat Monitoring Tim keswa 15 orang PJ Keswa 4 kali Maret, Minggu ke-4 Puskesmas Belanja Rp.
koordinasi tim dan evaluasi Puskesma Puskesmas Juni, Bulan Maret, Kecamatan makan 3.000.000
keswa pelaksanaan s Kecamatan Septem Juni, siang=Rp.
program ber, September, 50.000
keswa Desemb dan Desember
triwulan er

2 UKP Layanan Pemeriksaan Memberikan Semua Semua Kepala Setiap Januari- Januari- Puskesmas Belanja Obat: dibebankan
keswa dan layanan pasien pasien yang Satuan hari Desemb Desember Kecamatan pada UKP Farmasi
pengobatan pemeriksaan, yang berkunjung Pelayanan er 2021
pasien keswa pengobatan berkunjung untuk UKP
dalam gedung dan rujukan di memperoleh
Puskesmas kepada Puskesma layanan
pasien s keswa di
Puskesmas
atau yang
dirujuk dari
bagian
pemeriksaan
umum,
KIA/KB, dll

Penanganan Memberikan ODGJ ODGJ berat PJ Keswa Disesuaik Januari- Januari- Rumah Belanja Obat: dibebankan
kedaruratan penanganan berat gaduh Puskesmas an Desemb Desember warga, jalan, pada UKP Farmasi
ODGJ dan gelisah/meng Kecamatan er 2021 dll
pengobatan amuk atau
segera dipasung
kepada
ODGJ berat
yang gaduh
gelisah/meng
amuk atau
dipasung

Skrining keswa Melakukan Semua Pasien PJ Keswa Setiap Januari- Januari- Puskesmas Belanja kertas/fotokopi
dalam gedung deteksi dini pasien layanan Puskesmas hari Desemb Desmeber Kecamatan formulir (dibebankan pada

55
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggun Volume Jadwal Rincian Lokasi Biaya
Kesehatan sasaran g Jawab Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan

Harga satuan Harga total

Puskesmas masalah yang pemeriksaan Kecamatan er 2021 bagian TU Puskesmas


keswa berkunjung umum, catin,
(depresi/GME di KIA/KB, PTM,
) pada pasien Puskesma PM, PKPR,
yang s dll
berkunjung di
Puskesmas

Cat: Tabel diatas hanya digunakan sebagai contoh. Puskesmas menyusun RPK sesuai dengan RUK masing-masing Puskesmas

56
BAB IV. PELAKSANAAN DAN PENGGERAKAN LAYANAN KESWA DI
PUSKESMAS

4.1 Upaya Kesehatan Masyarakat

Upaya Kesehatan Masyarakat merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggul angi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Progr am Jiwa sendiri merupakan bagian dari Upaya
Kesehatan Masyarakat Pengembangan, di mana upaya yang sifatnya inovatif, serta disesuaikan dengan potensi masalah kesehatan, wilayah
kerja dan sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Upaya kesehatan masyarakat sendiri terdiri dari upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.

4.1.1 Upaya Promotif Kesehatan Jiwa

4.1.1.1 Penyuluhan Kesehatan Jiwa Luar Gedung

Tabel 20. Penyuluhan Kesehatan Jiwa Luar Gedung Puskesmas

Kegiatan Deskripsi Sasaran Program Tim Lintas Sektor Logistik Prosedur Pelaksanaan
Kesehatan

Masyarakat Satuan Pelaksana Kader Jiwa, Media 1. Tim pelaksana


Penyuluhan Kegiatan dilakukan untuk umum Program Jiwa Petugas penyuluhan menetapkan
Kesehatan menyampaikan informasi Promkes RT/RW/Kelurahan (brosur, leaflet, tujuan/sasaran dari
Jiwa atau pengetahuan Tim KPLDH setempat materi kegiatan penyuluhan
mengenai kesehatan jiwa presentasi) yang akan dilakukan.
agar dapat meningkatkan Laptop dan 2. Tim pelaksana
pengetahuan, Lansia Satuan Pelaksana Kader Jiwa, inf ocus menyiapkan materi yang
pemahaman, serta sikap Program Jiwa Petugas Alat tulis dibutuhkan untuk
dan perilaku terkait Daf tar hadir pelaksanaan
Promkes RT/RW/Kelurahan
kesehatan jiwa. Materi Program setempat penyuluhan

57
Kegiatan Deskripsi Sasaran Program Tim Lintas Sektor Logistik Prosedur Pelaksanaan
Kesehatan

penyuluhan dapat kesehatan lansia 3. Tim pelaksana


disesuaikan dengan isu Tim KPLDH menjalankan
pada masing-masing penyuluhan dengan
kelompok sasaran. tahapan
Remaja Satuan Pelaksana Kader Jiwa, a. Pembukaan/Salam
Program Jiwa Petugas b. Pemberian materi
Promkes RT/RW/Kelurahan penyuluhan
Program setempat c. Diskusi terkait
kesehatan peduli pertanyaan peserta
remaja d. Penutup/
Program UKS menyimpulkan
Tim KPLDH kembali materi
penyuluhan
Ibu hamil dan Satuan Pelaksana Kader Jiwa, 4. Tim pelaksana mencatat
pasca Program Jiwa Petugas dan melaporkan hasil
melahirkan Promkes RT/RW/Kelurahan kegiatan penyuluhan
Program KIA dan setempat
KB
Tim KPLDH

Upaya Kegiatan dilakukan untuk Masyarakat Satuan Pelaksana Kader Jiwa, Media
Penyuluhan mengajak masyarakat umum Program Jiwa penyuluhan
Pencegahan agar dapat Petugas (brosur, leaflet)
Dampak memperlakukan ODGJ Promkes RT/RW/Kecamatan
Buruk bagi dengan baik dan secara setempat, Pengeras suara
ODGJ bermartabat. Kegiatan
diharapkan dapat Tim KPLDH
menyampaikan informasi
mengenai ODGJ
sehingga dapat
meningkatkan
pengetahuan dan
pemahaman mengenai

58
Kegiatan Deskripsi Sasaran Program Tim Lintas Sektor Logistik Prosedur Pelaksanaan
Kesehatan

isu kesehatan jiwa, serta


cara bersikap dan
berperilaku yang tepat
kepada ODGJ (tidak
memberikan stigma,
tidak memperlakukan
secara diskriminatif,
menghindari segala
bentuk upaya provokatif).

catatan: dalam
pelaksanaannya,
kegiatan ini dapat
disertakan sebagai
materi pada kegiatan
promotif luar gedung

59
4.1.1.2 Penyuluhan Kesehatan Jiwa Dalam Gedung

Tabel 21. Penyuluhan Kesehatan Jiwa Dalam Gedung Puskesmas

Kegiatan Deskripsi Sasaran Program Logistik Prosedur Pelaksanaan


Kesehatan

Pengunjung Satuan Media penyuluhan 1. Tim Pelaksana menetapkan


Penyuluhan Kegiatan dilakukan untuk puskesmas Pelaksana (brosur, leaflet) tujuan/sasaran dari kegiatan
Kesehatan Jiwa menyampaikan informasi Program Jiwa Pengeras suara penyuluhan yang akan dilakukan.
atau pengetahuan Promkes 2. Tim pelaksana menyiapkan materi yang
mengenai kesehatan jiwa dibutuhkan untuk pelaksanaan
agar dapat meningkatkan penyuluhan
pengetahuan, 3. Tim pelaksana dapat melakukan
pemahaman, serta sikap penyuluhan melalui:
dan perilaku terkait a. Pembagian leaflet/brosur kepada
kesehatan jiwa. Kegiatan pengunjung puskesmas
penyuluhan kesehatan b. Pengumuman melalui pengeras
jiwa dapat dilakukan suara kepada pengunjung
bergantian dengan puskesmas.
program lainnya, serta 4. Tim pelaksana mencatat dan
mengangkat materi melaporkan hasil kegiatan penyuluhan
penyuluhan sesuai dengan
kebutuhan pengunjung
puskesmas

60
4.1.1.3 Pembinaan Kader Keswa

Kader kesehatan jiwa merupakan setiap individu yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menggerakkan masyarakat berpart isipasi dalam
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan jiwa. Sebelum menjalankan peran sebagai kader, anggota masyarakat terpilih p erlu terlebih dahulu
menjalani orientasi/ pelatihan. Orientasi dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan kader dalam pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat terkait isu kesehatan jiwa. Puskesmas merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam pening katan kapasitas kader.

Kader memiliki tugas menggerakan masyarakat untuk berperan serta dalam upaya kesehatan, melakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat, melaporkan permasalahan atau kasus kesehatan kepada tenaga setempat. Secara khusus, kader kesehatan jiwa dapat membantu
tenaga kesehatan untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien untuk membawa anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa ke layanan kesehatan, mendukung pasien untuk berobat dan rutin berobat, melibatkan pasien pada kegiatan sosial apabila
kondisi pasien sudah membaik, serta melaporkan kepada petugas kesehatan atau dinas sosial atau kepada petugas P3S ( Pelayanan,
Pengawasan, dan Pengendalian Sosial) apabila menemukan pasien dengan gangguan jiwa psikotik yang terlantar/ menggelandang.

Tabel 22. Pembentukan dan Pembinaan Kader Keswa

Kegiatan Deskripsi Program Logistik Prosedur Pelaksanaan


Kesehatan

Individu yang dipilih Satuan Pelaksana 1. Satuan pelaksana program jiwa menginformasikan
Pembentukan Kader menjadi kader kesehatan Program Jiwa kepada kelurahan bahwa akan dibuka rekrutmen
Kesehatan Jiwa jiwa merupakan mereka kader kesehatan jiwa.
yang memiliki kepedulian 2. Kelurahan menginformasikan kepada RW untuk
terhadap isu kesehatan merekomendasikan nama individu yang bersedia/
jiwa dan menguasai sesuai menjadi kader kesehatan jiwa.
situasi/ kondisi lingkungan 3. Satuan pelaksana program jiwa mereview dan
setempat. Kader mendiskusikan nama-nama individu yang
kesehatan jiwa dapat direkomendasikan sebagai calon kader kesehatan
ditunjuk dari kader jiwa bersama dengan tim.
kesehatan yang telah ada 4. Satuan pelaksana program jiwa menghubungi calon
di puskesmas atau kader kesehatan jiwa untuk menanyakan kesediaan
merekrut anggota mereka untuk menjadi kader.
masyarakat lainnya 5. Satuan pelaksana program jiwa memberitahukan
dan menjelaskan orientasi/ pembinaan yang perlu

61
Kegiatan Deskripsi Program Logistik Prosedur Pelaksanaan
Kesehatan

diikuti calon kader kesehatan jiwa

Satuan Pelaksana Salinan materi 1. Tim Pelaksana menetapkan tujuan/sasaran dari


Pembinaan Kader Kegiatan dilakukan untuk Program Jiwa orientasi/pelatihan kegiatan orientasi/ pembinaan yang akan dilakukan
Kesehatan jiwa. memberikan Laptop dan infocus 2. Tim pelaksana menyiapkan materi yang dibutuhkan
orientasi/pembinaan Alat tulis untuk pelaksanaan kegiatan orientasi/pembinaan
kepada kader seputar isu Daf tar hadir 3. Tim pelaksana menyelenggarakan
kesehatan jiwa yang perlu orientasi/pembinaan sesuai dengan materi yang
mendapat perhatian. telah disusun
Dalam pelaksanaanya, 4. Tim pelaksana melakukan penilaian/evaluasi
pelatihan dapat diberikan terhadap performa calon kader selama pelatihan
oleh tim pelaksana 5. Setelah pelatihan selesai, tim pelaksana
kesehatan jiwa, serta mengukuhkan calon kader sebagai kader
narasumber profesional. kesehatan jiwa
Lama pelatihan dapat
disesuaikan dengan
materi yang diberikan,
serta kesediaan sumber
daya puskesmas.

Materi pelatihan dapat


meliputi:

1. Pengetahuan
kesehatan jiwa
dasar
2. Deteksi dini
kesehatan jiwa di
masyarakat
3. Pengenalan alur
pelayanan
kesehatan jiwa di
puskesmas

62
Kegiatan Deskripsi Program Logistik Prosedur Pelaksanaan
Kesehatan

4. Prosedur
penanganan
kedaruratan
ODGJ
5. Pemantauan
pengobatan
ODGJ
6. Praktek lapangan
untuk
mengaplikasikan
materi yang telah
dipelajari

4.1.2 Upaya Preventif Kesehatan Jiwa

4.1.2.1 Deteksi Dini: Penemuan kasus ODGJ

Pelaksanaan kunjungan bertujuan agar Puskesmas tidak hanya melakukan pelayanan UKP secara terintegrasi, tetapi juga pelayanan UKM yang
dapat melakukan pemberdayaan kepada anggota keluarga sehingga dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan jiwa yang dihadapi. Terdapat
beberapa isu kesehatan jiwa mungkin saja tidak dapat ditangani oleh keluarga, oleh karena itu dibutuhkan peran dari puskesmas untuk
memberikan arahan serta mendukung keluarga untuk mengatasinya. Masalah kesehatan jiwa yang perlu mendapatkan kunjungan rumah adalah
terkait penemuan kasus ODGJ baru yang tidak dirawat oleh keluarga atau dipasung, sehingga perlu segera mendapatkan tindakan.

63
Tabel 23. Deteksi Dini: Penemuan Kasus ODGJ

Kegiatan Deskripsi Program Kesehatan Tim Lintas Sektor Logistik Prosedur

Penemuan kasus Kegiatan dilakukan Satuan Pelaksana Kader Jiwa Surat Tugas/ Surat 1. Tim pelaksana melakukan
ODGJ untuk mengetahui Program Kesehatan Petugas Perintah Perjalanan kunjungan rumah bersama kader
kondisi dan Jiwa RT/RW/Kelurahan Dinas jiwa, dan petugas
melakukan Penanggung Jawab setempat Formulir Rujukan
RT/RW/Kelurahan ke rumah
tindakan kepada Jiwa Kelurahan Internal
pasien yang belum Tim KPLDH Formulir pencatatan pasien ODGJ yang tidak
mendapatkan Kegiatan kunjungan mendapatkan perawatan atau
perawatan mengalami pemasungan.
kejiwaan. 2. Tim pelaksana menyampaikan
maksud dan tujuan dari kunjungan
yang dilakukan tim.
3. Tim pelaksana melakukan
pengamatan dan anamnesa
mengenai keluhan, riwayat
penyakit, dan riwayat pengobatan
pasien, serta menentukan
diagnosa awal
4. Tim pelaksana menyampaikan
hasil dari pengamatan dan
anamnesa kepada keluarga
pasien, serta tindak lanjut
pengobatan/ terapi yang
dibutuhkan pasien.
5. Tim pelaksana mendiskusikan
mengenai tindak lanjut
pengobatan/ terapi bersama
dengan keluarga.
6. Tim pelaksana meminta kesediaan
keluarga untuk menandatangani
f ormulir persetujuan untuk merujuk

64
Kegiatan Deskripsi Program Kesehatan Tim Lintas Sektor Logistik Prosedur

atau tindakan lain yang


memerlukan persetujuan dari
pasien/ wali dari pasien yang
bersangkutan. Petugas dapat
menjelaskan isi dari formulir
terlebih dahulu.
7. Tim pelaksana menginformasikan
kepada RT/RW/Kelurahan
setempat mengenai hasil
kunjungan untuk mendapatkan
bukti kunjungan.
8. Tim pelaksana
mendokumentasikan hasil
kunjungan ke dalam status pasien
dan f ormulir kunjungan rumah.

4.1.2.2 Pemantauan Pengobatan ODGJ

Pelaksanaan kunjungan bertujuan agar Puskesmas agar puskesmas dapat melakukan pelayanan UKP secara terintegrasi, serta dapat
melakukan pemberdayaan kepada anggota keluarga sehingga dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan jiwa yang dihadapi pasien.
Terdapat beberapa isu kesehatan jiwa mungkin saja tidak dapat ditangani oleh keluarga, oleh karena itu dibutuhkan peran dari puskes mas untuk
memberikan arahan serta mendukung keluarga untuk mengatasinya. Masalah kesehatan jiwa yang perlu mendapatkan kunjungan ru mah adalah
terkait pemantauan kepatuhan minum obat dan terapi ODGJ, serta pendampingan keluarga untuk merawat ODGJ.

65
Tabel 24. Pemantauan Pengobatan ODGJ

Kegiatan Deskripsi Program Tim Lintas Logistik Prosedur


Kesehatan Sektor

Pemantauan Kegiatan dilakukan Satuan Pelaksana Kader Jiwa Surat Tugas/ Surat 1. Tim pelaksana melakukan
ODGJ untuk mengetahui Program Petugas Perintah Perjalanan kunjungan rumah bersama kader
kondisi pasien di Kesehatan Jiwa RT/RW/Kelurahan Dinas jiwa, dan petugas
rumah, memberikan Penanggung setempat Rekam Medis Pasien RT/RW/Kelurahan setempat ke
inf ormasi dan Jawab Jiwa Formulir Rujukan rumah pasien ODGJ yang tidak
edukasi mengenai Kelurahan Internal ada kabar/datang berobat ke
penyakit pasien KPLDH Formulir pencatatan puskesmas selama kurang lebih
agar keluarga kegiatan kunjungan tiga bulan.
mendukung penuh 2. Tim pelaksana menyampaikan
program maksud dan tujuan dari kunjungan
pengobatan yang yang dilakukan tim.
dijalani pasien. 3. Tim pelaksana melakukan
pengamatan dan anamnesa
mengenai keluhan, riwayat
penyakit, dan riwayat pengobatan
pasien, serta menanyakan alasan
tidak berkunjung ke puskesmas
4. Tim pelaksana menyampaikan
hasil dari pengamatan dan
anamnesa dan mendiskusikan
mengenai tindak lanjut
pengobatan/ terapi bersama
kepada keluarga pasien.
5. Tim pelaksana memberikan
edukasi mengenai pentingnya
minum obat secara teratur dan
kontrol ke dokter/ puskesmas,
serta kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi bila pasien putus
obat
6. Tim pelaksana menginformasikan
kepada RT/RW/Kelurahan

66
Kegiatan Deskripsi Program Tim Lintas Logistik Prosedur
Kesehatan Sektor

setempat setempat mengenai hasil


kunjungan untuk mendapatkan
bukti kunjungan.
7. Tim pelaksana
mendokumentasikan hasil
kunjungan ke dalam status pasien
dan f ormulir kunjungan rumah.

4.1.2.3 Skrining Masalah Kesehatan Jiwa Luar Gedung Puskesmas

Skrining kesehatan jiwa merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko penyakit yang berhubungan dengan kesehatan
jiwa pada masyarakat individu dengan atau tanpa gejala. Skrining dilakukan dengan meminta pasien mengisi formulir yang sesuai dengan
kebutuhan/potensi masalah mereka. Melalui hasil skrining, petugas dapat merencanakan upaya tindak lanjut untuk pengobatan pasien. Kegiatan
skrining luar gedung dapat membantu puskesmas untuk menjaring masyarakat yang mungkin saja tidak menyadari bahwa dirinya meng alami
persoalan kesehatan jiwa, sehingga tidak memperoleh penanganan yang tepat. Dalam pelaksanaannya, kegiatan skrining dapat dilakukan
bersamaan dengan program kesehatan lainnya yang turut berhubungan dengan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran.

Tabel 25. Skrining Masalah Keswa Luar Gedung Puskesmas

Kegiatan Deskripsi Program Kesehatan Tim Lintas Sektor Logistik Prosedur

Kegiatan dilakukan Satuan Pelaksana Satuan Pelaksana SDQ (Strengths and 1. Tim pelaksana menjelaskan
Skrining untuk mengetahui Program Kesehatan Kesehatan Jiwa, Difficulties Questionnaire) tujuan dari pengisian formulir
Keswa kondisi kesehatan Jiwa KPLDH, Kasatpel SRQ (Self Reporting kepada pasien.
Remaja/Se jiwa dan isu terkini Program Kesehatan Pendidikan Questionnaire) 2. Tim pelaksana menjelaskan cara
kolah kejiwaan pada Peduli Remaja pengisian formulir dan
remaja. Kegiatan Program UKS menanyakan kepada pasien
dapat dilakukan apabila memiliki pertanyaan atau
sesuai dengan hal yang tidak dipahami terkait

67
Kegiatan Deskripsi Program Kesehatan Tim Lintas Sektor Logistik Prosedur

sasaran usia/tingkat prosedur pengisian formulir.


pendidikan yang 3. Tim pelaksana mempersilahkan
menjadi target pasien mengisi formulir
puskesmas 4. Tim pelaksana melakukan
penilaian f ormulir yang telah diisi
Kegiatan dilakukan Program Kesehatan Geriatric Depression Scale pasien
Skrining untuk mengetahui Lansia (GDS) 5. Bila ditemukan masalah pada
Keswa kondisi kesehatan Instrumen Abbreviated hasil pengisian formulir, petugas
Lansia jiwa dan isu terkini Mental Test (AMT) dapat merujuk pasien ke poli
kejiwaan pada *pasien lansia yang konsultasi
pasien lansia membutuhkan tindak 6. Tim pelaksana menjelaskan
lanjut penanganan kepada pasien tujuan dari rujukan
terkait isu kesehatan yang akan dilakukan
jiwa dapat diteruskan
kepada Satuan
Pelaksana Program
Kesehatan Jiwa

Kegiatan dilakukan Program KIA dan KB EPDS (Edinburgh Postnatal


Skrining untuk mengetahui Depression Scale)
Keswa Ibu kondisi kesehatan *pasien ibu hamil SRQ (Self-Reporting
Hamil jiwa dan isu terkini yang membutuhkan Questionnaire)
kejiwaan pada ibu tindak lanjut
hamil dan pasca- penanganan terkait
melahirkan isu kesehatan jiwa
dapat diteruskan
kepada Satuan
Pelaksana Program
Kesehatan Jiwa

68
4.1.3 Upaya Rehabilitatif Kesehatan Jiwa
Tabel 26. Upaya Rehabilitatif Keswa

Kegiatan Deskripsi Program Tim Lintas Logistik Prosedur


Kesehatan Sektor

Kegiatan Kegiatan rehabilitatif berupa Satuan Kader Jiwa Salinan materi 1. Tim pelaksana menetapkan
Rehabilitatif peningkatan kemandirian dan Pelaksana pembinaan tujuan/sasaran dari kegiatan rehabilitatif
ODGJ dalam keterampilan berupa terapi Program Laptop dan yang akan dilakukan
Puskesmas aktivitas kelompok untuk Kesehatan inf ocus 2. Tim pelaksana menyiapkan undangan
kesehatan jiwa bagi ODGJ Jiwa Alat tulis dan menyerahkan undangan kepada
yang telah mendapatkan Daf tar hadir pasien/pendamping/ anggota keluarga
pengobatan. 3. Tim pelaksana melaksanakan kegiatan
Kegiatan yang dapat dilakukan rehabilitatif kepada
berupa: pasien/pendamping/keluarga
a. Sharing Perawatan 4. Tim pelaksana menyediakan
ODGJ dengan kesempatan untuk diskusi seputar
keluarga/ pendamping materi bagi
b. Senam sehat jiwa pasien/pendamping/keluarga
c. Pelatihan kemandirian 5. Tim pelaksana mencatat dan
d. Pelatihan kreativitas melaporkan hasil kegiatan rehabilitatif
pasien ODGJ yang dilakukan
catatan: Kegiatan rehabilitatif
tidak wajib dilakukan di
Puskesmas/dilakukan sesuai
dengan sumber daya dan
kemampuan puskesmas
bersangkutan

69
4.2 Upaya Kesehatan Perorangan Kesehatan Jiwa

4.2.1 Layanan Kesehatan Jiwa dalam Gedung Puskesmas


Upaya Kesehatan Perseorangan merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk peningkatan pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan individu. Upaya kesehatan perorangan yang dapat
dilaksanakan oleh puskesmas adalah rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu
hari (one day care), home care, serta rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan upaya kesehatan, puskesmas juga dapat
memberikan rujukan.

70
Gambar
Gambar6. SEQ
Alur Pelayanan Keswa dalam
Gambar \* ARABIC 6. AlurGedung Puskesmas
Pelayanan Keswa
dalam Gedung Puskesmas

Alur pelayanan pasien merupakan proses urutan pelayanan pasien di Puskesmas


kecamatan sesuai kebutuhan pasien berdasarkan dengan ketentuan yang berlaku dari
pasien datang sampai pasien pulang. Alur layanan dimulai dengan petugas membantu
pasien untuk melakukan pendaftaran sesuai prosedur alur pendaftaran. Setelah
menyelesaikan prosedur pendaftaran, maka pasien dapat menunggu di ruang tunggu unit
layanan yang dituju. Petugas unit layanan kemudian memanggil pasien sesuai nomor urut
unit layanan. Setelah itu, petugas unit layanan melakukan identifikasi pasien dengan
menanyakan nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, alamat (minimal nama dan tanggal
lahir) dan mencocokan dengan status rekam medis. Kemudian petugas unit layanan
melakukan pengukuran tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, frekuensi nafas) pasien, dan
mencatat hasil pemeriksaan di rekam medis. Petugas unit layanan kemudian mengantarkan
pasien dan menyerahkan rekam medis kepada dokter.

Dokter kemudian melakukan identifikasi ulang kesesuaian data pasien dengan rekam medis.
Untuk pasien baru, dapat dimulai dengan skrining awal kesehatan jiwa. Untuk pasien berusia
di bawah 18 tahun, dapat menggunakan formulir SDQ ( Strengths and Difficulties
Questionnaire); untuk pasien berusia 18 tahun ke atas, dapat menggunakan formulir SRQ
(Self Reporting Questionnaire).

Setelah itu, dokter melakukan anamnesa kepada pasien, baik pasien lama maupun baru,
serta pasien dewasa maupun anak. Apabila pasien berusia 18 tahun keatas (pasien dewasa),
maka dokter akan menanyakan keluhan utama pasien dan mencatat pada rekam medis
elektronik (e-puskesmas). Keluhan dapat digolongkan ke dalam penggolongan jenis

71
gangguan kesehatan jiwa (dapat merujuk pada BAB III. Mekanisme Perencanaan
Layanan Keswa di Puskesmas), lalu dokter memberikan kode yang sesuai. Setelah itu,
dokter dapat melakukan tindakan/terapi sesuai kebutuhan. Apabila pasien berusia 18 tahun
ke bawah (anak/remaja), maka dokter menanyakan keluhan utama kepada
anak/pendamping, lalu mencatat keluhan pada rekam medis elektronik. Keluhan dapat
digolongkan ke dalam penggolongan jenis gangguan kesehatan jiwa ( dapat merujuk pada
BAB III. Mekanisme Perencanaan Layanan Keswa di Puskesmas) , lalu dokter
memberikan kode yang sesuai. Dokter juga dapat menanyakan keluhan mental-emosional
dan status perkembangan anak..

Dokter kemudian memeriksa kembali hasil anamnesis dengan melihat keadaan pasien secara
menyeluruh dan menanyakan kembali hal-hal yang meragukan, atau menanyakan hal-hal
lainnya. Setelah pemeriksaan fisik dan mental, dokter menegakan diagnosis baik fisik maupun
mental serta cantumkan kode diagnosisnya di rekam medis pasien. Setelah itu, dokter dapat
melakukan tindakan/terapi sesuai kebutuhan. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa,
terdapat kemungkinan bahwa tindakan/terapi/kebutuhan pengobatan pasien perlu didukung
oleh pemeriksaan penunjang, misalnya hasil pemeriksaan laboratorium, atau tidak dapat
tuntas terlaksana di puskesmas, sehingga pasien perlu mendapat rujukan kepada unit
pelayanan kesehatan lainnya. Oleh karena itu, terdapat dua mekanisme rujukan, rujukan
internal dan rujukan eksternal.

Rujukan internal merupakan proses rujukan antar pelayanan kesehatan yang masih dalam
satu tingkatan, misalnya rujukan ke laboratorium atau ke poli pelayanan lainnya s esuai
kebutuhan pasien. Sedangkan rujukan eksternal merupakan rujukan antar unit layanan yang
berbeda tingkatan, misalnya rujukan ke rumah sakit umum daerah atau rumah sakit jiwa.
Rujukan dapat dilakukan untuk mendukung pelaksanaan upaya penyembuhan maupun
pemulihan pasien, misalnya untuk kebutuhan diagnostik, pengobatan, atau tindakan medis
lainnya. Apabila pasien tidak memerlukan rujukan, maka tindakan/terapi/keutuhan
pengobatan dalam terlaksana di puskesmas yang bersangkutan. Bagi pasien yang
memerlukan terapi obat, maka dokter dapat memberikan resep obat dan mempersilahkan
pasien menuju farmasi untuk pengambilan obat. Dokter juga dapat menginformasikan kepada
pasien durasi/periode kontrol yang harus dilakukan. Setelah pasien menyerahkan obat
kepada petugas farmasi, kemudian petugas farmasi menerima dan menyiapkan obat, lalu
memberikan obat pada pasien dan menjelaskan prosedur konsumsi obat.

72
4.2.2 Skrining Kesehatan Jiwa dalam Gedung Puskesmas

Skrining kesehatan jiwa merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko penyakit yang berhubungan dengan kesehatan
jiwa pada masyarakat individu dengan atau tanpa gejala. Skrining dilakukan dengan meminta pasien mengisi formulir yang sesuai dengan
kebutuhan/potensi masalah mereka. Melalui hasil skrining, petugas dapat merencanakan upaya tindak lanjut untuk pengobatan pasien. Skrining
kesehatan jiwa dalam gedung puskesmas dilaksanakan oleh program jiwa bersama program lainnya yang berkaitan. Apabila ditemukan isu
kesehatan jiwa yang perlu mendapatkan penanganan, maka pasien dapat dirujuk ke poli kesehatan jiwa.

Tabel 27. Skrining Keswa dalam Gedung Puskesmas

Kegiatan Deskripsi Program Kesehatan Logistik Prosedur

Kegiatan dilakukan untuk Layanan pemeriksaan SRQ (Self-Reporting 1.Tim pelaksana menjelaskan tujuan dari pengisian
Skrining mengetahui kondisi umum Questionnaire) f ormulir kepada pasien.
Keswa Umum kesehatan jiwa dan isu Layanan VCT/HIV AIDS 2.Tim pelaksana menjelaskan cara pengisian
terkini kejiwaan pada Layanan Gizi
f ormulir dan mengonfirmasi kepada pasien
masyarakat Posbindu PTM
umum/pengunjung Satuan Pelaksana apabila memiliki pertanyaan.
puskesmas. Program Kesehatan 3.Tim pelaksana mempersilahkan pasien mengisi
Jiwa, f ormulir
4.Tim pelaksana melakukan penilaian formulir yang
Kegiatan dilakukan untuk Program KIA dan KB EPDS (Edinburgh telah diisi pasien
Skrining mengetahui kondisi Satuan Pelaksana Postnatal Depression 5.Bila ditemukan masalah pada hasil pengisian
Keswa Ibu kesehatan jiwa dan isu Program Kesehatan Scale)
f ormulir, petugas dapat merujuk pasien ke poli
Hamil terkini kejiwaan pada ibu Jiwa SRQ (Self-Reporting
hamil dan pasca- Questionnaire) konsultasi
melahirkan 6.Tim pelaksana menjelaskan kepada pasien
tujuan dari rujukan yang akan dilakukan
Kegiatan dilakukan untuk Program Kesehatan SRQ (Self-Reporting
Skrining mengetahui kondisi Reproduksi untuk Catin Questionnaire)
Keswa Catin kesehatan jiwa pada Satuan Pelaksana
calon pengantin (catin) Program Kesehatan
Jiwa

73
4.2.3 Penanganan Kedaruratan ODGJ
Pelayanan Kedaruratan Psikiatri adalah pelayanan yang diberikan pada pasien yang datang dalam keadaan yang dapat membahayakan
dirinya dan orang lain. Pelayanan dapat berupa pelayanan kesehatan darurat umum, tindakan medik psikiatrik dan tindakan lainnya termasuk
yang non kesehatan seperti pengamanan dan lain-lain.

Tabel 28. Penanganan Kedaruratan ODGJ

Kegiatan Deskripsi Program Tim Lintas Logistik Prosedur


Kesehatan Sektor

Kegawatdaruratan Satuan Pelaksana Kader Jiwa 1. Alat f iksasi untuk 1. Warga atau keluarga melapor ke
Penanganan adalah kondisi yang Program Petugas tangan dan kaki RT/RW/Kelurahan atau kader
Kegawatdarurat ditandai oleh Kesehatan Jiwa RT/RW/Kelurahan 2. Jaket f iksasi apabila ada pasien diduga
an ODGJ adanya gangguan (dokter dan setempat 3. Alat injeksi – spuit gangguan jiwa di wilayahnya
pada pikiran, perawat) Dinas Sosial injeksi 3 cc 2. Kader atau petugas
perasaan dan Puskesmas (P3S) 4. Alat – alat Kesehatan RT/RW/Kelurahan melapor ke
perilaku seseorang Kelurahan Satpol PP 5. APD level 1 petugas medis puskesmas atau
yang memerlukan 6. Obat oral : satuan pelaksana program
perhatian dan Haloperidol tablet 5 kesehatan jiwa
intervensi terapeutik mg, Risperidon tablet 3. Petugas puskesmas atau tim
segera. . 2 mg, pelaksana menanyakan kondisi
Chlorpromazine pasien terlebih dahulu.
tablet 100 mg, a. Pasien gaduh gelisah
Diazepam tablet 2 - Tim pelaksana melakukan
mg atau 5 mg koordinasi dengan Lurah/Dinas
7. Obat Injeksi : Sosial (P3S)/ Satpol PP
Haloperidol injeksi 5 - Sebelum turun ke lapangan tim
mg, Diazepam injeksi pelaksana puskesmas
10 mg menggunakan APD level 1
- Tim pelaksana beserta Lurah/
Dinas Sosial (P3S)/ Satpol PP
dan RT/RW setempat
mendatangi lokasi terjadinya
kedaruratan. Tim pelaksana

74
Kegiatan Deskripsi Program Tim Lintas Logistik Prosedur
Kesehatan Sektor

membawa obat-obatan
emergency jiwa
- Tim pelaksana melakukan
penilaian kondisi kejiwaan dan
f isik pasien
- Tim pelaksana memberikan
pengobatan awal
- Tim pelaksana berkoordinasi
dengan RS rujukan untuk
merujuk pasien.
- Proses pengantaran pasien ke
RS rujukan dapat dilakukan
dengan
a) Pengantaran
menggunakan ambulans
puskesmas/ Dinas Sosial
dengan didampingi
puskesmas/ keluarga
b) Penjemputan
menggunakan ambulans
oleh RS yang menjadi
f asilitas rujukan
b. Pasien tidak gaduh gelisah
- Sebelum turun ke lapangan tim
pelaksana menggunakan APD
level 1
- Tim pelaksana beserta Lurah/
Dinas Sosial/ Satpol PP dan
RT/RW setempat mengunjungi
lokasi kedaruratan. Tim
pelaksana membawa obat-
obatan emergency jiwa
- Tim pelaksana melakukan
penilaian kondisi kejiwaan dan
f isik pasien ke pasien.

75
Kegiatan Deskripsi Program Tim Lintas Logistik Prosedur
Kesehatan Sektor

- Tim pelaksana memberikan


pengobatan awal.
- Tim pelaksana menjelaskan
kepada keluarga mengenai
kondisi pasien.
4. Tim pelaksana menginformasikan
kepada keluarga agar dapat
dilakukan pengobatan lanjutan di
puskesmas, apabila pasien sudah
dalam keadaan tenang dan stabil.
5. Tim pelaksana melakukan evaluasi
dan pemantauan terhadap pasien.

76
4.3 Penggerakan melalui Lokakarya Mini

Lokakarya mini dapat dilakukan untuk penggerakan serta pelaksanaan kegiatan -kegiatan
yang tercantum pada RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan), serta menggalang kerjasama
lintas program lintas program, serta lintas sektor. Dalam pelaksanaannya, lokakarya mini juga
dapat membantu puskesmas untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan dalam
penyelenggaraan program, serta mengupayakan pemecahan masalah untuk mengatasi
hambatan. Lokakarya mini terdiri dari dari dua jenis, yaitu lokakarya mini internal puskesmas,
dan lokakarya mini eksternal. Lokakarya mini internal puskesmas diadakan sebulan sekali,
sedangkan lokakarya mini eksternal yang mengundang pihak lintas sektor terkait dapat
diadakan setiap tiga bulan.

Lokakarya mini internal puskesmas diadakan untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan selama bulan berjalan secara lebih rinci, khususnya dalam hal target
perorangan, serta target tim/unit kerja, dan target Puskesmas, serta dukungan (lintas program
dan sektor) yang diperlukan. Lokakarya mini juga dapat memperkuat kerjasama dan
koordinasi antar-petugas Puskesmas (lintas program), serta petugas puskesmas kelurahan.
Lokakarya mini diharapkan dapat meningkatkan motivasi petugas dalam pelaksanaan
kegiatan. Selain itu, lokakarya mini juga dapat membantu menilai penyelenggaraan RPK yang
telah disusun, serta memecahkan masalah dan menyusun upaya pemecahan masalah dalam
bentuk rencana kerja.

Lokakarya mini eksternal diadakan untuk merencanakan secara konkret dukungan dari lintas
sektor yang akan dilakukan selama bulan berjalan, melalui diskusi lebih lanjut terkait RPK
antar sektor dan tujuan kegiatan. Lokmin juga dapat mendorong kerjasama, komitmen, serta
meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan sesuai RPK. Lokakarya
mini juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi lintas sektor dalam melaksanakan
kegiatan. Selain itu, dalam lokakarya mini dapat pula mendiskusikan hambatan dalam
penyelenggaraan kegiatan, serta menyusun rencana kerja sama sebagai bentuk pemecahan
masalah.

77
4.3.1 Lokakarya Mini Internal

Tabel 29. Prosedur Lokakarya Mini Internal

Kegiatan Deskripsi Jenis Lokakarya Peserta Pelaksanaan


Mini

Terselenggaranya Lokakarya mini Kepala Lokakarya mini bulanan pertama dapat diselenggarakan
Lokakarya Mini lokakarya mini bulanan pertama Puskesmas sebagai berikut:
Internal internal sebagai Satuan pelaksana 1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok
upaya pemantauan Lokakarya mini program jiwa mengenai peran, tanggung jawab staf, dan
hasil kerja bulanan pertama Program terkait kewenangan puskesmas
puskesmas dengan diselenggarakan lainnya 2. Pemberian informasi mengenai kebijakan atau
membandingkan sebagai upaya program baru terkait puskesmas
rencana kerja pengorganisasian 3. Inventarisasi kegiatan puskesmas
dengan hasil untuk 4. Analisa beban kerja setiap petugas puskesmas
kegiatan, serta penyelenggaraan 5. Pembagian tanggung jawab kepada petugas
target kegiatan. Rencana Kegiatan 6. Penyusunan rencana kegiatan puskesmas
Puskesmas (RPK). berdasarkan RPK, serta kesepakatan pelaksanaan
Kegiatan secara Pengorganisasian rencana kegiatan
khusus bertujuan dilaksanakan berupa 7. Penyusunan matriks untuk mempermudah
untuk: penentuan tanggung memetakan pembagian tugas
a. Mengetahui jawab dan pelaksana
hasil setiap kegiatan, serta
kegiatan pembagian beban
puskesmas kerja berdasarkan
pada bulan wilayah kerja dan
sebelumnya kemampuan.
b. Menyampai
kan hasil Lokakarya mini Kepala Lokakarya mini bulanan rutin dapat diselenggarakan sebagai
rapat bulanan rutin Puskesmas berikut:
dengan Satuan pelaksana 1. Pemaparan laporan hasil kegiatan pada bulan
Kabupaten Lokakarya mini program jiwa sebelumnya, misalnya:
Kota/Kecam bulanan rutin Program terkait a. perkembangan capaian layanan (SPM dan
atan merupakan tindak lainnya non-SPM)
c. Mengetahui lanjut dari lokakarya b. perkembangan pengobatan pasien
hambatan/ mini bulanan

78
Kegiatan Deskripsi Jenis Lokakarya Peserta Pelaksanaan
Mini

masalah pertama. Kegiatan c. koordinasi antar program dalam pelaksanaan


pada berf okus untuk kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
pelaksanaa menekankan rehabilitatif
n kegiatan pentingnya
d. hambatan layanan dalam pelaksanaan
bulan kesesuaian antara
sebelumnya hal yang telah kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
d. Merumuska direncanakan, rehabilitatif
n dengan pelaksanaan, 2. Analisa hambatan dan masalah dalam pelaksanaan
pemecahan serta hasilnya, agar kegiatan, serta keterkaitannya dengan standar
masalah kegiatan yang pelayanan puskesmas
e. Mendiskusik dilaksanakan 3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah
an rencana bermanf aat. 4. Menyepakati strategi pemecahan masalah, serta
kerja bulan pelaksanaannya
mendatang 5. Penginformasian rencana kerja bulan mendatang,
serta pembagian tugas dalam pelaksanaannya

79
4.3.2 Lokakarya Mini Eksternal

Tabel 30. Prosedur Lokakarya Mini Eksternal

Kegiatan Deskripsi Jenis Lokakarya Peserta Pelaksanaan


Mini

Terselenggaranya Lokakarya mini Satuan pelaksana Lokakarya mini triwulan pertama dapat diselenggarakan
Lokakarya Mini lokakarya mini triwulan pertama program jiwa sebagai berikut:
Eksternal eksternal sebagai Program terkait 1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok,
Triwulanan upaya untuk lainnya serta pemberian informasi mengenai lintas program
menggalang Lokakarya mini Puskesmas dan program kesehatan
kerjasama lintas triwulan pertama Kecamatan 2. Pemberian informasi mengenai kebijakan atau
sektoral. diselenggarakan Staf kecamatan program baru terkait puskesmas
Keberhasilan sebagai upaya Kader kesehatan 3. Inventarisasi peran masing-masing lintas sektoral
penyelenggaraan pengorganisasian jiwa 4. Analisa masalah peran masing-masing lintas
kegiatan untuk Tim lintas sektor sektoral, serta pembagian peran dan tugas.
membutuhkan penyelenggaraan kecamatan 5. Kesepakatan tertulis lintas sektoral dalam
koordinasi dan rencana kegiatan mendukung program kesehatan
dukungan dari lintassektoral terkait
sektoral, serta kesehatan.
penyusunan Pengorganisasian
rencana kerja dilaksanakan berupa
triwulanan. penetapan
penanggung
Kegiatan secara berdasarkan
khusus bertujuan kewenangan lintas
untuk: sektor terkait, serta
a. Membahas pembagian beban
dan kerja berdasarkan
memecahka wilayah kerja dan
n masalah/ kemampuan.
hambatan
yang
dialami oleh
tim lintas

80
Kegiatan Deskripsi Jenis Lokakarya Peserta Pelaksanaan
Mini

sektoral. Lokakarya mini Satuan pelaksana Lokakarya mini triwulan rutin dapat diselenggarakan sebagai
b. Merumuska triwulan rutin program jiwa berikut:
n rencana Program terkait 1. Pemaparan laporan hasil kegiatan pada bulan
kerja tim Lokakarya mini lainnya sebelumnya, serta dukungan sektor terkait, misalnya:
lintas sektortriwulan rutin Puskesmas a. pelaksanaan upaya promotif, preventif,
untuk merupakan tindak Kecamatan kuratif , dan rehabilitatif oleh lintas sektor
triwulan lanjut dari lokakarya Staf kecamatan b. koordinasi upaya promotif, preventif, kuratif,
mendatang. mini triwulan Kader kesehatan dan rehabilitatif oleh lintas sektor
pertama. Kegiatan jiwa c. upaya pelaksanaan penanganan kedaruratan
berf okus untuk Tim lintas sektor ODGJ yang dibantu oleh lintas sektor
Catatan: Apabila memperkuat kecamatan: d. capaian dan pelaksanaan kegiatan
puskesmas memiliki penggalangan kesehatan jiwa oleh kader
TP-KJM, maka kerjasama lintas e. hambatan layanan dalam pelaksanaan
dapat pula sektoral yang telah kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
dilaksanakan dilakukan rehabilitatif oleh lintas sektor.
pertemuan TP-KJM sebelumnya, dengan 2. Analisa hambatan dan masalah dalam pelaksanaan
rutin untuk melakukan kegiatan dari masing-masing sektor
membahas isu pertemuan triwulan 3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah
keswa secara secara tetap. 4. Menyepakati strategi pemecahan masalah, serta
khusus pelaksanaannya
5. Penginformasian rencana kerja triwulan mendatang,
serta pembagian tugas dalam pelaksanaannya

81
BAB V. MONITORING DAN EVALUASI LAYANAN
KESWA DI PUSKESMAS

5.1 Pencatatan dan Pelaporan Data Keswa


Pengoptimalan fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama perlu didukung dengan
sistem pencatatan dan pelaporan yang berkualitas. Dalam menjamin kualitas sistem
pencatatan dan pelaporan dibutuhkan pengorganisasian pencatatan dan pelaporan yang jelas
dan terintegrasi, mulai dari pengumpulan data hasil pelaksanaan kegiatan sampai pada
pengolahan dan pemanfaatannya. Pelaksanaan kegiatan keswa dari promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif didokumentasikan dengan instrumen pencatatan yang dibutuhkan.
Adapun formulir pencatatan paling sedikit memuat identitas puskesmas, identitas sasaran,
kegiatan dan hasil kegiatan terhadap sasaran, dan identitas pelaksana kegiatan. Masing-
masing pencatatan akan direkapitulasi oleh tim keswa puskesmas kecamatan dan koordinator
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP) sebelum dilaporkan ke SIMPUS dan
Sudinkes Kab/Kota. Pelaporan dilakukan secara rutin setiap bulan selambat-lambatnya
tanggal 5 di bulan berikutnya, sedangkan umpan balik diberikan oleh Dinkes Kab/Kota
selambatnya tanggal 20 pada bulan diterimanya laporan.

5.1.1 Jenis Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Keswa komprehensif


Tabel 31. Jenis Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Keswa Komprehensif

Upaya Jenis Jenis Instrumen Pelaporan


keswa Kegiatan Pencatatan Pencatatan
(terlampir)

Promotif Penyuluhan Laporan Formulir laporan Laporan dilakukan secara


kesehatan jiwa kegiatan kegiatan promosi berkala setiap bulan oleh
kesehatan jiwa tim keswa puskesmas
(1) kecamatan dan kelurahan
serta program promosi
kesehatan.
Laporan yang terkumpul
tiap bulannya kemudian
diserahkan kepada
Kasatpel UKM dan
direkapitulasi serta
diregister ole koordinator
SP2TP ke dalam laporan
bulanan promosi
kesehatan puskesmas
pada bagian promosi kewa
dan NAPZA melalui
SIMPUS.

Preventif Kunjungan Laporan Formulir laporan Laporan dilakukan secara


rumah pemantauan pemantauan berkala setiap bulan oleh
pengobatan pengobatan tim keswa puskesmas
kasus ODGJ ODGJ (2) kecamatan dan kelurahan.
Tiap bulannya, tim keswa

82
Upaya Jenis Jenis Instrumen Pelaporan
keswa Kegiatan Pencatatan Pencatatan
(terlampir)

puskesmas kecamatan
akan melakukan
rekapitulasi dan
mengirimkan laporan
pemantauan pengobatan
kasus ODGJ via email ke
Dinkes Kab/Kota setelah
mendapat persetujuan dari
Kepala Puskesmas

Deteksi Dini Laporan jumlah Formulir laporan Laporan dilakukan setiap


skrining jumlah skrining bulan oleh tim keswa
puskesmas kecamatan
dan kelurahan.
Tiap bulannya, tim
puskesmas kecamatan
akan melakukan
rekapitulasi dan
mengirimkan laporan
laporan jumlah skrining
keswa via email ke Dinkes
Kab/Kota dengan
persetujuan dari Kepala
Puskesmas

Kuratif Pengobatan Data kunjungan Formulir Laporan dilakukan setiap


dan perawatan kunjungan bulan oleh tim keswa
pasien keswa bulanan (4) puskesmas kecamatan.
Laporan yang terkumpul
tiap bulannya kemudian
direkapitulasi dan
diregister oleh koordinator
SP2TP ke dalam laporan
bulanan kesakitan umum
pada bagian psikiatri
melalui SIMPUS.

Penanganan Data Formulir Laporan dilakukan setiap


kedaruratan pemasungan pemasungan bulan oleh tim keswa
ODGJ ODGJ berat ODGJ berat (5) puskesmas kecamatan
dan kelurahan.
Tiap bulannya, tim
puskesmas kecamatan
akan melakukan
rekapitulasi dan
mengirimkan laporan
pemasungan ODGJ berat
via email ke Dinkes
Kab/Kota dengan
persetujuan dari Kepala
Puskesmas

83
Upaya Jenis Jenis Instrumen Pelaporan
keswa Kegiatan Pencatatan Pencatatan
(terlampir)

Rehabilitatif Kegiatan Laporan Formulir laporan Laporan kegiatan


Terapi kegiatan kegiatan dikirimkan ke Kasatpel
Aktivitas rehabilitatif keswa UKM dan diteruskan ke
Kelompok, (6) koordinator SP2TP untuk
Kegiatan direkapitulasi dan
Terapi diregister ke dalam
Okupasi laporan kegiatan bulanan
puskesmas

(1) FORMULIR LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN JIWA

No Item Pencatatan

1. Waktu Pelaksanaan Penyuluhan

2. Lokasi Pelaksanaan Penyuluhan

3. Sasaran Kegiatan Penyuluhan

4. Pelaksana Kegiatan Penyuluhan

5. Tema Penyuluhan

6. Jumlah peserta yang menghadiri Penyuluhan

7. Gambaran Kegiatan Penyuluhan

8. Hasil Kegiatan Penyuluhan

84
(2) FORMULIR LAPORAN PEMANTAUAN KASUS ODGJ

Puskesmas :
Tahun :
Bulan :
Kota :

No. Nomor Puskes Nama Tanggal Jenis Kelura Alamat Pendid Diagnos Tahun Jenis Layan Efek Hasil Ketera
uru Kasus mas Lahir Kelamin han ikan is Jiwa awal Kasus an Sampi Peman ngan
t pengob Keseh ng tauan
atan atan Pengo
batan

85
(3) FORMULIR LAPORAN JUMLAH SKRINING KESWA

Puskesmas :
Tahun :
Bulan :
Kota :

No Program Pelaksan Jumlah Jumlah pasien Jumlah Jumlah Jumlah


a Skrining pasien yang yang terindikasi pasien yang pasien yang pasien yang
diskrining masalah GME terindikasi terindikasi dirujuk untuk
masalah masalah mendapatkan
depresi kejiwaan perawatan di
selain GME poli jiwa
dan depresi

1. KIA/KB

2. Catin

3. Layanan
VCT HIV
AIDS

4. PKPR
(Penyulu
han
Pelayana
n
Kesehata
n Peduli
Remaja)

5. Pemeriks

86
aan
umum

6. Posyand
u Lansia

7. Posbindu
PTM

8. Gizi

(4) FORMULIR LAPORAN KUNJUNGAN BULANAN

Puskesmas :
Tahun :
Bulan :
Kota :

Kode Jumlah Kasus Penggolongan Umur Pasien Jumlah


IC-D
X <15-19 <20-44 <45-54 <55-59 <60-69 >70 Total Kunjungan
No. Jenis Penyakit
THN THN THN THN THN THN Rujuk Rawat Pulang L P Kasus Jiwa

L P L P L P L P L P L P

1. Gangguan Mental F00


Organik

2. Gangguan F10
Penggunaan NAPZA

87
3. Skizofrenia dan F20
Gangguan Psikotik
Lainnya

4. Gangguan Psikotik F23


Akut

5. Gangguan Bipolar F31

6. Gangguan Depresif F32

7. Gangguan Neurotik F40

8. Retardasi mental F70

9. Gangguan kesehatan F80-


Jiwa Anak dan 90
Remaja

10. Epilepsi G40

11. Tindakan Bunuh Diri

JUMLAH

88
(5) FORMULIR LAPORAN KASUS PASUNG

Puskesmas :
Tahun :
Bulan :
Kota :

Nomor Registr Nama NIK/ Jenis Tang Ala Diagn Diag Mas Tahu Riway Lay Car Frek Tahu Inisia Alasa Dilep Petug Laya Pema Kondi
Kasus asi BPJS Kela gal mat osis nosi alah n at ana a uens n tor n askan as nan sung si
Kasus min Lahir Jiwa s / awal Pengo n Pe i awal Pasu Pema yang Peng an sekar
Kep peny sakit batan Kes ma pem ng sung mele obata kemb ang
eraw akit eha sun asun an paska n ali
atan fisik tan gan gan n tangg
al

(6) FORMULIR LAPORAN KEGIATAN REHABILITATIF


No Item Pencatatan

1. Waktu Pelaksanaan

2. Lokasi Pelaksanaan

3. Sasaran Kegiatan

4. Pelaksana Kegiatan Rehabilitasi

5. Jenis Kegiatan Rehabilitasi

6. Jumlah peserta yang menghadiri Penyuluhan

7. Gambaran Kegiatan Rehabilitasi

8. Hasil Kegiatan Rehabilitasi

89
5.1.2 Alur Pelaporan Upaya Keswa Komprehensif

1. Menilai kinerja program kesehatan jiwa melalui dokumen


Dinkes penilaian kinerja puskesmas (PKP) yang berisikan hasil
Provinsi pelayanan kesehatan (capaian pelayanan) dan hasil
manajemen
2. Memberikan umpan balik terhadap laporan bulanan yang
dikirimkan puskesmas dengan memuat keterangan
mengenai jenis laporan, kelengkapan isi laporan, ketepatan
waktu penyampaian laporan, hasil validasi isi laporan dan
Sudinkes
rekomendasi
(Dinkes
Kab/Kota)
1. Menilai kinerja program kesehatan jiwa melalui dokumen
penilaian kinerja puskesmas (PKP) yang berisikan hasil
pelayanan kesehatan (capaian pelayanan) dan hasil
manajemen
2. Memberikan catatan/ rekomendasi untuk meningkatkan mutu
Kepala
dan capaian layanan keswa
Puskemas

Mengintegrasikan laporan kegiatan keswa komprehensif dari


program keswa ke dalam SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen
Koordina-
Puskesmas), diantaranya laporan bulanan promosi kesehatan
tor SP2TP puskesmas, laporan bulanan pelayanan puskesmas, laporan
bulanan kesakitan umum dan laporan bulanan kesakitan
berdasarkan gejala penyebab penyakit

Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas


Kasatpel satuan UKM dan UKP
UKM/ UKP

1. Melakukan rekapitulasi terhadap laporan kegiatan promotif


dan preventif dari program kesehatan jiwa puskesmas
kelurahan
2. Melakukan dokumentasi kegiatan promotif, preventif, kuratif
Tim keswa
puskesmas
dan rehabilitative dalam bentuk laporan kegiatan promosi
kecamatan kesehatan jiwa, laporan skrining kesehatan jiwa, laporan
kunjungan kesakitan kasus baru dan lama, laporan
pemantauan pengobatan kasus ODGJ berat, laporan
penemuan kasus pasung, laporan capaian SPM 100% ODGJ
tertangani, laporan capaian Non-SPM (50% penderita depresi
dan GME mendapat perawatan)

Tim keswa
puskesmas Melakukan dokumentasi kegiatan promotif -preventif dalam bentuk
kelurahan laporan kegiatan promosi jiwa, laporan kunjungan rumah, laporan
penemuan kasus pasung dan laporan skrining kesehatan jiwa

Gambar 7. Mekanisme Pelaporan Data Keswa

90
5.2 Monitoring dan Evaluasi Layanan Keswa di Puskesmas
Manajemen perencanaan layanan kesehatan jiwa yang telah disusun dalam Rencana
Pelaksanaan Kegiatan, perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian agar target indikator
capaian dari upaya keswa komprehensif dapat dicapai secara optimal. Hal-hal yang menjadi
faktor penghambat pencapaian target output yang ditemukan pada proses pengawasan dan
pengendalian, dapat segera diatasi melalui penyesuaian perencanaan selanjutnya.
Pengawasan Puskesmas dibedakan menjadi dua yaitu pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh Puskesmas sendiri, baik oleh
Kepala Puskesmas, tim audit internal maupun setiap penanggung jawab dan
pengelola/pelaksana program. Adapun pengawasan eksternal dilakukan oleh instansi dari
luar Puskesmas antara lain dinas kesehatan kabupaten/kota, institusi lain selain Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau masyarakat.

Gambar 8. Monitoring dan Evaluasi Layanan Keswa di Puskesmas

5.2.1 Monitoring Layanan Keswa di Puskesmas


Pengertian umum monitoring atau pemantauan sebagaimana tercantum dalam PP 39/2006
adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan,
mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk
dapat diambil tindakan sedini mungkin. Monitoring kinerja layanan keswa dilakukan secara
rutin tiap bulan melalui lokakarya mini dengan agenda peninjauan kegiatan, target sasaran
dan indikator capaian yang terangkum dalam laporan bulanan. Selain lokakarya mini bulanan,
program keswa dapat melakukan pemantauan kegiatan promotif dan preventif bersama
dengan tim keswa puskesmas kelurahan melalui rapat koordinasi kesehatan jiwa yang
dilakukan secara rutin tiga bulan sekali. Umumnya rapat koordinasi keswa dilaksanakan
sebelum pelaksanaan lokakarya mini triwulan.

91
Tabel 32. Monitoring Layanan Keswa di Puskesmas

Kegiatan Tujuan Frekuensi Peserta


Monitoring Pelaksanaan

Rakor Keswa Meninjau proses kegiatan keswa yang Tiga bulan Tim keswa
sudah berjalan serta hasil kegiatan dalam sekali puskesmas
mengidentifikasi hambatan dan kecamatan dan tim
penyimpangan dari upaya promotif dan keswa puskesmas
preventif yang sudah direncanakan. Hal- kelurahan
hal yang perlu mendapat perhatian adalah:
a. perkembangan pengobatan pasien
ODGJ (apakah pengobatan
dilakukan secara teratur? apakah
ada pasien yang drop out? adakah
tindak lanjut untuk pasien yang
drop out?)
b. perilaku keluarga pasien dalam
mendukung keberhasilan
pengobatan bagi pasien ODGJ
c. kesadaran masyarakat dalam
mengenali masalah kejiwaan yang
ada di sekitar maupun yang
dialaminya
d. laporan bulanan yang sudah diisi
oleh tim puskesmas kelurahan

Mini Meninjau proses kegiatan keswa yang Setiap bulan Kepala Puskesmas,
Lokakarya sudah berjalan serta hasil kegiatan dalam tim audit internal
Bulanan mengidentifikasi hambatan dan maupun setiap
penyimpangan dari yang sudah penanggung jawab
direncanakan. Hal-hal yang perlu mendapat dan pengelola/
perhatian adalah: pelaksana program,
a. perkembangan pengobatan pasien tim keswa
ODGJ (apakah pengobatan puskesmas
dilakukan secara teratur? apakah kelurahan
ada pasien yang drop out? adakah
tindak lanjut untuk pasien yang
drop out?)
b. perilaku keluarga pasien dalam
mendukung keberhasilan
pengobatan bagi pasien ODGJ
c. kesadaran masyarakat dalam
mengenali masalah kejiwaan yang
ada di sekitar maupun yang
dialaminya
d. perkembangan capaian SPM 100%
ODGJ berat tertangani
e. pelaksanaan skrining keswa yang
dilakukan lintas program
f. perkembangan capaian non-SPM
50% penderita depresi dan
gangguan mental emosional
mendapat perawatan
g. inovasi yang dibutuhkan untuk
mencapai target dari indikator
capaian SPM dan Non-SPM

Mini 1. Meninjau proses kerjasama lintas Tiga bulan Kepala Puskesmas,

92
Kegiatan Tujuan Frekuensi Peserta
Monitoring Pelaksanaan

Lokakarya sektor yang sudah berjalan untuk sekali tim audit internal,
Triwulan mengidentifikasi ada/tidaknya tiap penanggung
hambatan dan penyimpangan dari apa jawab dan
yang telah disepakati pengelola/
2. Memperbarui dan/atau memperkuat pelaksana program,
komitmen kerjasama lintas sektor lintas sektor terkait
guna menjamin terlaksananya
dukungan lintas sektor untuk setiap
indikator capaian SPM maupun non-
SPM terkait keswa

5.2.2 Evaluasi Layanan Keswa di Puskesmas


Pengertian umum evaluasi sebagaimana tercantum dalam PP 39/2006 adalah rangkaian
kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome)
terhadap rencana dan standar. Evaluasi kinerja puskesmas dinilai dalam dua tahapan,
penilaian pertama dilakukan pada pertengahan tahun guna meninjau perkembangan kinerja
puskesmas dan penilaian kedua pada akhir tahun untuk melihat kesesuaian rencana kegiatan
dengan hasil kerja selama setahun yang meliputi tercapainya target sasaran dan capaian
indicator kesehatan. Hasil evaluasi bermanfaat untuk mengenali hambatan dari pelaksanaan
program keswa serta melakukan perbaikan pelaksanaan melalui perencanaan di tahun
mendatang . Tinjauan tengah tahun dilaksanakan dalam lokakarya mini bulan ke -6 sekaligus
mencakup kerjasama lintas sektor. Tujuan tinjauan tengah tahun ( midterm evaluation)
diantaranya adalah:
1. Menilai seberapa banyak capaian SPM kesehatan terkait ODGJ berat 100%
tertangani dan capaian non-SPM terkait gangguan mental emosional dan depresi
50% mendapatkan perawatan. Pada tinjauan tengah tahun ini akan dinilai
seberapa dekat upaya kesehatan jiwa untuk mencapai target yang telah ditetapkan
dalam RPK.
2. Mengidentifikasi peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan yang ada (baik tim
internal puskesmas maupun lintas sektor) dalam rangka mencapai target yang
telah ditetapkan dalam RPK
3. Menetapkan langkah-langkah untuk menangkap peluang, menghadapi ancaman,
mengatasi kelemahan dan memaksimalkan pemanfaatan kekuatan.

Penilaian kedua dilakukan pada akhir tahun dengan memanfaatkan lokakarya mini bulan ke-
12. Tujuan penilaian akhir tahun diantaranya adalah:
1. Menilai capaian SPM kesehatan terkait ODGJ berat 100% tertangani dan capaian
non-SPM terkait gangguan mental emosional dan depresi 50% mendapatkan
perawatan yang ditetapkan dalam RPK
2. Mengidentifikasi hambatan dari tercapainya target sasaran dan indikator capaian
SPM maupun Non-SPM dan menetapkan target yang hendak dicapai di tahun
berikutnya serta langkah-langkah untuk mengatasi hambatan dari pencapaian
target tersebut

93
Tabel 33. Formulir Penilaian Capaian Indikator SPM dan Non-SPM

No. Indikator Capaian Target Capaian Cakupan (%)

1. ODGJ berat
mendapatkan
layanan standar

2. Gangguan depresi
mendapatkan
layanan

3. Gangguan mental
emosional
mendapatkan
layanan

5.3 Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Dinas Kesehatan Kab/Kota dapat mendorong kinerja puskesmas melalui hasil penilaian
kinerja puskesmas. Laporan-laporan dari Puskesmas dapat menjadi masukan untuk
identifikasi masalah kesehatan jiwa yang perlu mendapatkan prioritas d i wilayah kerjanya.
Secara rinci, peran dinas kesehatan kabupaten/kota diuraikan sebagai berikut:
1. Memberikan umpan balik dari laporan-laporan kegiatan keswa selambatnya tanggal
20 pada bulan diterimanya laporan. Umpan balik yang diberikan mencakup jenis
laporan, kelengkapan isi laporan, ketepatan waktu penyampaian laporan, hasil validasi
isi laporan dan rekomendasi.
2. Melakukan program pengkajian kebutuhan pendidikan dan pengembangan pelatihan/
diklat bagi tenaga kesehatan (perawat jiwa)
3. Menyelenggarakan kegiatan pembinaan teknis yang meliputi pelatihan bagi tenaga
kesehatan di program keswa sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan di
puskesmas yang bersangkutan. Penyelenggaraan bimtek dilakukan dua sampai
empat kali dalam setahun
4. Memperkuat sistem rujukan jiwa
5. Melakukan kerja sama dengan Prodi Keperawatan dalam bentuk MOU untuk
perawatan lanjutan berupa Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bagi pasien jiwa yang
pulang/ pasca perawatan
6. Menginisiasi terbentuknya TP-KJM (Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat) di
tingkat Kabupaten/Kota

5.4 Peran Dinas Kesehatan Provinsi


Peran dari Dinas Kesehatan Provinsi secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap PJ Keswa Dinkes Kab/Kota berdasarkan
laporan capaian indikator keswa di tingkat Kabupaten/Kota
2. Melakukan pengelolaan kearsipan dan pelaporan kepada Kementerian Kesehatan
terkait data dan informasi kesehatan jiwa terkait capaian indikator ODGJ, gangguan
mental emosional dan depresi yang tertangani dari laporan Dinkes Kabupaten/Kota
3. Memberikan dukungan teknis berupa penguatan kepemimpinan dan manajemen di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota puskesmas

94
4. Memfasilitasi pembinaan teknis berupa pelatihan kepada tenaga kesehatan program
jiwa melalui pusat pelatihan kesehatan daerah
5. Melakukan sosialisasi Renstra untuk program keswa tahun mendatang
6. Menginisiasi Peraturan Gubernur yang mengatur tentang TP-KJM (Tim
Pembina/Pengarah/Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat) di Tingkat Provinsi

95
BAB VI. PENUTUP

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) memiliki peran yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat secara adil dan
merata, mencakup semua kelompok umur, dan tanpa membedakan status sosial dan ekonomi
masyarakat. Setiap puskesmas tentunya memiliki sumber daya yang berbeda-beda dalam
menunjang terlaksananya pelayanan keswa yang komprehensif mulai dari upaya keswa
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dukungan Kepala Puskesmas sangat dibutuhkan
dalam tata kelola layanan keswa sehingga Puskesmas mampu mengoptimalkan semua
sumber daya yang dimiliki dalam menjamin terselenggaranya kegiatan keswa yang sudah
rencanakan. Keterlibatan tenaga kesehatan lintas program dan stakeholder lintas sektor
menjadi kunci dalam pelaksanaan layanan keswa yang optimal kepada masyarakat. Petunjuk
teknis yang berfokus pada manajemen pelayanan kesehatan jiwa diharapkan dapat menjadi
acuan standar Puskesmas dalam pemberian layanan keswa yang komprehensif, terintergrasi,
dan berkesinambungan.

96
DAFTAR PUSTAKA

Balitbangkes, 2019. Laporan Provinsi DKI Jakarta Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019
Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
220/Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman Umum Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM). Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
406/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Rep ublik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Layanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas dan Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen
Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Pendekatan
Keluarga. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.01.07/MENKES/813/2019 tentang Formularium Nasional. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020 -2024. Jakarta:
Kemenkes RI
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2016. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 278 Tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan. Jakarta: Pemprov DKI Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2016. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 386 Tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Pusat
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Pemprov DKI
Republik Indonesia. 2014. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta: Kemenkumham RI
Sukmaningrum, E., Negara, M.D., Langi, G.G., Devika., M. Nidia., Praptoraharjo, I. 2020.
Evaluasi Implementasi Kebijakan Layanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas. Belum
dipublikasikan. Jakarta: Pusat Penelitian HIV AIDS Unika Atma Jaya
World Health Organization. 2008. Integrating mental health into primary care : a global
perspective

97
LAMPIRAN

Lampiran 1. Adaptasi Layanan Keswa Selama Pandemi COVID-19

A. Protokol kesehatan

Penyelenggaraan layanan kesehatan jiwa di Puskesmas selama pandemi COVID-19


dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis pelayanan puskesmas pada masa pandemi COVID-
19. Terdapat protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan dan masyarakat yang
berkunjung ke puskesmas. Berikut ini adalah beberapa langkah kewaspadaan standar PPI di
Puskesmas yang perlu diperhatikan oleh petugas puskesmas dan pasien/pengunjung dalam
pemberian layanan keswa dalam gedung Puskesmas:

● Menjaga kebersihan tangan


1) Puskesmas harus menyediakan sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air
mengalir dan sabun cair yang memadai.
2) Setiap pasien/pengunjung harus melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) saat
datang dan pulang dari Puskesmas.
3) Petugas puskesmas harus menerapkan 6 langkah benar cuci tangan dan 5 Momen
kapan harus dilakukan cuci tangan (sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan
aseptik, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan
setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien).

● Penggunaan alat pelindung diri (APD)


1) Petugas Puskesmas wajib menggunakan APD. Penggunaan APD memerlu kan 4
unsur yang harus dipatuhi yaitu, menetapkan indikasi penggunaan APD, cara
memakai dengan benar, cara melepas dengan benar, cara mengumpulkan (disposal)
setelah dipakai. Penggunaan jenis APD berdasarkan tempat layanan kesehatan,
profesi dan aktivitas petugas dapat dilihat dalam lampiran Juknis Pelayanan
Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19
2) Pasien/pengunjung wajib menggunakan masker sesuai dengan ketentuan yang
berlaku (masker bedah, masker KN95 atau masker N95).

● Menjaga jarak (physical distancing)


1) Puskesmas harus membuat pemisahan antara ruang tunggu untuk pasien dengan
gejala ISPA dan non-ISPA.
2) Pasien/pengunjung wajib menjaga jarak dengan pasien/pengunjung lainnya pada saat
berada di dalam gedung puskesmas.

● Etika batuk dan bersin


Petugas kesehatan, pasien/pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus
menerapkan etika batuk. Edukasi terkait hal ini disampaikan melalui media atau secara
langsung oleh petugas.

98
● Menjaga kesehatan lingkungan
1) Petugas kesehatan harus melakukan pembersihan area sekitar pasien menggunakan
klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%.
Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari,
termasuk setiap kali pasien pulang/keluar dari fasyankes (terminal dekontaminasi).
Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh tangan,
misalnya: tombol telepon, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll.
2) Petugas puskesmas harus menjaga agar sistem ventilasi dapat menjamin terjadinya
pertukaran udara di dalam gedung dan luar gedung yang memadai, sehingga
konsentrasi droplet nuklei menurun. Sistem ventilasi campuran mengkombinasikan
antara ventilasi alamiah dan penggunaan peralatan mekanis. Misalnya, kipas angin
yang berdiri atau diletakkan di meja dapat mengalirkan udara ke arah tertentu, hal ini
dapat berguna bila dipasang pada posisi yang tepat, yaitu dari petugas kesehatan ke
arah pasien.

B. Upaya keswa selama pandemi COVID-19

1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

Penyesuaian kegiatan UKM keswa selama pandemi COVID-19 dapat dilihat pada tabel 1.
Secara umum, tata kelola layanan keswa selama pandemi disesuaikan dengan tata kelola
layanan keswa dalam kondisi normal terutama dalam hal sumber pembiayaan dan SDM yang
terlibat dalam pemberian layanan. Namun, terdapat modifikasi dalam hal pemberian layanan
di mana terdapat beberapa kegiatan keswa yang dilakukan secara virtual ( online) karena tidak
bisa mengumpulkan banyak orang dalam kondisi pandemi.

Tabel 1. Adaptasi Kegiatan UKM Keswa di Puskesmas Selama Pandemi COVID-19

UKM Keswa Kegiatan Adaptasi Layanan Prosedur

Upaya Penyuluhan ● Upaya promotif 1. Tim pelaksana kesehatan jiwa


Promotif keswa luar keswa dilakukan menetapkan tujuan/sasaran dari
gedung melalui media kegiatan penyuluhan yang akan
Puskesmas sosial (mis. dilakukan. Penyuluhan dapat
Instagram, dilakukan melalui
Facebook, dan a. Konten media sosial:
Youtube): - Tim pelaksana kesehatan jiwa
- Menyebarkan menyiapkan materi yang
konten-konten dibutuhkan untuk disebarkan
untuk di media sosial.
meningkatkan - Apabila materi sudah
kesadaran dipersiapkan, dapat diteruskan
masyarakat oleh program promkes untuk
akan pentingnya disesuaikan dan disebar
menjaga dalam platform media sosial
kesehatan jiwa. yang digunakan
- Membuat live b. Live streaming bersama tenaga
streaming ahli/narasumber
kegiatan - Tim pelaksana kesehatan jiwa
promosi menyiapkan materi yang

99
UKM Keswa Kegiatan Adaptasi Layanan Prosedur

kesehatan jiwa dibutuhkan untuk


dengan melaksanakan live streaming
melibatkan - Apabila membutuhkan
narasumber narasumber dari pihak luar,
profesional (mis. maka tim pelaksana dapat
psikolog/psikiate mendiskusikan bersama
r) promkes untuk menentukan
narasumber
- Tim pelaksana melakukan
pertemuan awal dengan
narasumber untuk
mendiskusikan rencana
kegiatan
- Tim pelaksana bersama
dengan promkes
melaksanakan kegiatan
sesuai waktu yang telah
ditentukan
2. Tim pelaksana mencatat dan
melaporkan hasil kegiatan
promotif

Pembinaan Kegiatan ini dapat 1. Narasumber dapat berasal dari


kader keswa dilakukan melalui:a) tenaga keswa puskesmas
pertemuan virtual; b) dan/atau bekerjasama dengan
tatap muka, jika perguruan tinggi atau organisasi
jumlah kader <20 profesi untuk pengadaan materi
orang (atau maupun narasumber
disesuaikan dengan 2. Materi dapat diperoleh dari modul
sumber daya yang disusun melalui kerjasama
puskesmas dalam dengan perguruan tinggi atau
melaksanakan organisasi profesi
protokol 3. Dilakukan sebanyak 1 kali dalam
kesehatan;dan 1 tahun
4. Sumber pendanaan dapat
diperoleh dari DAK (atau
disesuaikan dengan situasi
puskesmas)
5. (Jika dilakukan secara tatap
muka) Dilaksanakan dengan
protokol kesehatan, yakni
setidaknya semua pihak yang
terlibat dalam pembinaan harus
menggunakan masker medis dan
menjaga jarak.

Upaya Skrining Formulir skrining Tim keswa puskesmas kecamatan


preventif masalah dapat disebarkan memasukkan instrumen skrining
keswa di luar secara online SRQ, SDQ maupun GDS ke dalam
gedung menggunakan google form (atau sejenisnya).
Puskesmas: aplikasi Google Setelah itu, tim keswa akan
skrining Form (atau mendistribusikan link gform kepada

100
UKM Keswa Kegiatan Adaptasi Layanan Prosedur

remaja di sejenisnya) melalui pihak sekolah dan akan diteruskan


sekolah dan kerjasama dengan kepada siswa/i di sekolah.
skrining pihak sekolah dan Sedangkan distribusi link gform
keswa pada kader skrining keswa GDS akan
lansia dalam keswa/posyandu didistribusikan kepada kader keswa
kegiatan lansia di masing- dan akan diteruskan kepada anggota
posyandu masing kelurahan) keluarga lansia melalui whatsapp
lansia atau email.

Kunjungan Kegiatan ini dapat 1. PJ keswa Puskesmas kelurahan


rumah untuk dilakukan dengan akan menghubungi kader keswa
deteksi dini melibatkan kader untuk melakukan kegiatan
kasus ODGJ keswa di masing- kunjungan rumah
berat dan masing kelurahan 2. Kader keswa akan melakukan
pemantauan dalam kondisi kegiatan kunjungan rumah dalam
pengobatan pandemi rangka penemuan kasus dan
pemantau pengobatan dengan
menerapkan prinsip-prinsip PPI,
penggunaan APD (masker)
sesuai dengan pedoman, serta
menjaga jarak (physical
distancing)
3. Masing-masing kader akan
memperoleh uang transportasi
dan masker dari PJ keswa
Puskesmas Kelurahan
4. Kader akan memberikan laporan
kepada PJ keswa Puskesmas
Kelurahan secara rutin
5. Laporan kegiatan kunjungan
rumah akan diteruskan oleh PJ
keswa Puskesmas Kelurahan
kepada PJ keswa Puskesmas
Kecamatan
6. Sumber pendanaan berasal dari
dana yang dialokasikan untuk
kegiatan kunjungan rumah dalam
kondisi normal (DAK atau APBD)

Pemantauan Kegiatan dapat 1. Tim keswa Puskesmas


pengobatan dilakukan via telepon Kecamatan membuat data yang
ODGJ atau secara virtual berisi daftar nama, tempat tinggal,
dan nomor kontak (whatsapp)
penderita ODGJ berat
berdasarkan data kunjungan di
Puskesmas
2. PJ keswa Puskesmas Kecamatan
membagi tugas dengan PJ keswa
kelurahan untuk menghubungi
ODGJ berat yang ada dalam
daftar tersebut. Jika alamat ODGJ
ada di kelurahan X, maka akan

101
UKM Keswa Kegiatan Adaptasi Layanan Prosedur

dihubungi oleh PJ keswa yang


ada di Puskesmas kelurahan X.
3. PJ keswa akan menghubungi
ODGJ sekali dalam sebulan
melalui nomor kontak (atau
whatsapp). PJ keswa
menanyakan beberapa
pertanyaan terkait keadaan,
keluhan yang dirasakan, apakah
masih mengkonsumsi obat secara
rutin atau tidak, dan kendala yang
dialami jika diketahui tidak
mengkonsumsi obat secara rutin.
4. PJ keswa akan memberikan
edukasi pentingnya minum obat
untuk mencegah kekambuhan.
Apabila terjadi kekosongan obat,
maka PJ keswa akan
menyarankan keluarga/caregiver
untuk mengambil obat di
Puskesmas.
5. Jumlah ODGJ berat yang berhasil
dihubungi dilaporkan kepada PJ
keswa Puskesmas Kecamatan

Upaya Terapi Kegiatan dapat Tim keswa puskesmas kecamatan


rehabilitatif aktivitas dilakukan dengan dan tim keswa puskesmas kelurahan
kelompok pengadaan buku melakukan penyusunan buku sehat
sehat jiwa: panduan jiwa yang berisikan +/- 4 kegiatan
kegiatan atau keterampilan yang bisa dilakukan
keterampilan yang pasien dan keluarga pasien di rumah
bisa dilakukan oleh selama satu bulan. Selain berisikan
pasien dan/atau instruksi terkait langkah-langkah
keluarga, disertai melakukan keterampilan, buku sehat
catatan refleksi jiwa juga menyediakan kolom untuk
kegiatan yang diisi menuliskan hasil kegiatan dan
oleh pasien/keluarga catatan perkembangan kemandirian
pasien, dan pasien.
dikirimkan kepada
tenaga keswa dalam Buku sehat jiwa akan dibagikan saat
bentuk softcopy agar tim keswa melakukan kunjungan
dapat dipantau). rumah dalam rangka pemantauan
pengobatan ODGJ dengan
menggunakan APD dan protokol
kesehatan. Kemudian, buku sehat
jiwa yang sudah diisi akan diambil
kembali oleh tim keswa puskesmas
saat kunjungan rumah berikutnya.

102
2) Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

Kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan sedikit perubahan pada alur layanan keswa,
prosedur penanganan kedaruratan ODGJ dan kegiatan skrining keswa dalam gedung
puskesmas.

a. Alur layanan keswa

Alur layanan keswa terlaksana sesuai dengan alur layanan umum puskesmas dalam kondisi
pandemi. Apabila pasien keswa datang dalam kondisi gawat darurat (gaduh
gelisah/mengamuk), maka petugas kesehatan kemudian dapat melakukan tindakan kepada
pasien sesuai prosedur penanganan dan segera merujuk pasien ke fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan (FKRTL) yaitu RS/RSJ rujukan. Apabila tidak terdapat sumber daya
(mis. obat-obatan) yang cukup dalam melakukan penanganan, maka puskesmas akan
melakukan rujukan pasien ke RS/RSJ rujukan. Pasien yang dapat ditangani di puskesmas
selanjutnya diarahkan ke unit farmasi untuk mengambil obat atau unit laboratorium (jika ada
pemeriksaan lanjutan) dan kemudian bisa pulang ke rumah. Penanganan kedaruratan ODGJ
dilakukan bersama dengan lintas sektor. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip PPI, penggunaan APD sesuai dengan pedoman, serta physical distancing.

Apabila pasien keswa tidak termasuk dalam kondisi gawat darurat atau merupakan pasien
rawat jalan, maka akan dilakukan skrining terlebih dahulu untuk menentukan apakah pasien
tersebut memiliki gejala ISPA (demam, batuk, sakit menelan, dll) dan riwayat perjalanan dari
daerah yang terjangkit COVID-19. Apabila hasil skrining menunjukkan tidak ada gejala ISPA
dan riwayat perjalanan, pasien kemudian diminta menunggu di ruang tunggu non-ISPA dan
diarahkan untuk melakukan pendaftaran. Selanjutnya, petugas akan memanggil pasien
sesuai dengan nomor urut untuk memasuki ruang pemeriksaan dan berkonsultasi dengan
dokter atau memasuki ruang konseling (apabila di Puskesmas tersedia layanan konseling
dengan psikolog klinis). Berdasarkan hasil konsultasi dengan dokter, pasien selanjutnya
diarahkan untuk mengambil obat di unit farmasi, diarahkan ke unit laboratorium, atau dirujuk
ke RS/RSJ rujukan.

103
Pasien
Datang

Non gawat darurat Gawat darurat

Kasus ISPA Kasus Non-ISPA

Pendaftaran

Ruang
Pemeriksaan Unit Pelayanan
Kasus ISPA Kesehatan Jiwa

Laboratorium Farmasi Dirujuk ke


FKRTL/RS
Rujukan/RSJ

Pasien pulang

Gambar 1. Alur Layanan Keswa dalam Gedung Puskesmas Selama Pandemi

Puskesmas yang menyediakan layanan konseling (memiliki psikolog klinis) juga dapat
memberikan layanan konseling keswa secara virtual. Puskesmas dapat membuka
pendaftaran online atau melalui telepon bagi masyarakat yang membutuhkan layanan
konseling. Informasi adanya layanan konseling virtual dapat dibagikan melalui situs resmi
puskesmas dan media sosial (mis. Facebook dan Instagram). Pendaftaran dapat dilakukan
pada jam kerja Puskesmas melalui nomor kontak yang disebarkan atau dengan menghubungi
puskesmas via telepon. Selanjutnya, puskesmas akan mengirimkan jadwal konseling virtual
bagi masyarakat yang mendaftarkan diri. Konseling virtual dilakukan selama 45 -60 menit
untuk masing-masing orang.

b. Skrining keswa dalam gedung Puskesmas


Skrining masalah keswa dalam gedung puskesmas dapat dialihkan dari bentuk formulir cetak
menjadi formulir elektronik sebagai upaya PPI. Tenaga kesehatan dapat membagikan tautan
yang berisi formulir skrining elektronik (SRQ, SDG, dan GDS) kepada pasien yang berkunjung
di Puskesmas.

104
Lampiran 2. Contoh Rancangan SK Camat tentang TP-KJM

RANCANGAN SURAT KEPUTUSAN


CAMAT KECAMATAN ……………………….

Nomor: … … / … …

TENTANG
TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT
(TP-KJM) KECAMATAN ………………….

CAMAT KECAMATAN ………………..


Menimbang : a. bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan masalah
kesehatan jiwa merupakan masalah yang sangat penting untuk
segera ditindaklanjuti mengingat data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan tingginya prevalensi kasus
ODGJ berat, depresi, dan gangguan mental emosional di
Indonesia.

b. berdasarkan data Riskesdas, diperkirakan sebanyak … dari … RT


mengalami gangguan jiwa berat, sebanyak … penderita depresi
dan sebanyak … mengalami gangguan mental emosional dari ...
jumlah penduduk yang berumur ≥ 15 tahun di Kecamatan … Kota
Jakarta ...

c. dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat,


maka perlu adanya penguatan kerjasama lintas sektor dengan
membentuk Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat yang
disingkat TP-KJM di tingkat Kecamatan

d. bahwa sehubungan dengan huruf a, b, dan c, maka perlu


ditetapkan Keputusan Camat Kecamatan … tentang Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM) Kecamatan …
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang


Kesehatan Jiwa;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


220/Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman Umum Tim Pembina,
Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-
KJM);

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


406/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan
Jiwa Komunitas;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun


2017 tentang Penanggulangan Pemasungan Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa;

105
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

7. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 278


Tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kesehatan;
8. dst.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN CAMAT TENTANG TIM PELAKSANA KESEHATAN


JIWA MASYARAKAT KECAMATAN …

Kesatu : Membentuk Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat


Kecamatan … , dengan Susunan dan Personalia Tim sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari keputusan ini

Kedua : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat sebagaimana


dimaksud dalam diktum kesatu secara umum bertugas:
a. Merumuskan kebijakan upaya keswa di tingkat kecamatan
b. Menentukan mekanisme koordinasi upaya keswa di tingkat
kecamatan
c. Melaksanakan kerjasama lintas sektor untuk memperkuat
kegiatan promosi keswa, deteksi dini masalah keswa,
penanganan kedaruratan ODGJ berat dan kegiatan rehabilitatif
keswa di wilayah Kecamatan ...
d. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan TP-KJM kepada Camat

Ketiga : Semua pengeluaran keuangan yang berhubungan dengan


pelaksanaan Keputusan ini dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kecamatan … , serta sumber
pendanaan lainnya yang sah dan tidak mengikat

Keempat : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di …
Pada Tanggal …

Camat …

Ttd

(Nama)
Lampiran Keputusan Camat …
Nomor :
Tanggal :

SUSUNAN TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT


KECAMATAN …

106
No Jabatan dalam Tim Jabatan Kedinasan

1. Ketua Camat …

2. Wakil Ketua Kepala Puskesmas Kecamatan …

3. Sekretaris Kasatpel UKM Puskesmas Kecamatan …

4. Anggota 1) Lurah
2) Kasatpel Pendidikan
3) Kasatpel Sosial
4) Kepala KUA
5) Kepala Satpol PP
6) Perwakilan Bhabinkamtibmas/Babinsa
7) Perwakilan panti sosial (jika ada)
8) LSM/ Komunitas (jika ada)
9) Perguruan Tinggi/Universitas (jika ada)
10) Organisasi profesi (jika ada)

URAIAN TUGAS DAN WEWENANG TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA


MASYARAKAT
(TP-KJM) KECAMATAN ……

1. Camat
a) Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan TP-
KJM Kecamatan.
b) Melakukan evaluasi kinerja tim TP-KJM kecamatan dalam rakor lintas
sektoral di tingkat kecamatan.
c) Memimpin pelaksanaan rapat koordinasi TP-KJM Kecamatan.
d) Mengkoordinasikan ke tingkat kelurahan terkait penanganan kasus
kedaruratan ODGJ (gaduh gelisah/dipasung/terlantar/menggelandang).
e) Melaporkan temuan kasus keswa ke puskesmas untuk segera ditindaklanjuti
tenaga kesehatan.

2. Puskesmas
a) Melakukan kunjungan rumah dalam rangka penemuan kasus ODGJ berat.
b) Melakukan penanganan kedaruratan ODGJ gaduh gelisah/mengamuk atau
dipasung.
c) Berkoordinasi dengan pihak RS untuk merujuk pasien ODGJ.
d) Menyiapkan surat rujukan untuk dibawa ke RS.
e) Menyiapkan kendaraan (ambulans) untuk merujuk ODGJ ke RS.
f) Melakukan deteksi dini masalah keswa di luar gedung puskesmas.

3. Lurah
a) Memberi penugasan kepada ketua RT/RW untuk melaporkan temuan kasus
kedaruratan ODGJ, dan mendampingi tenaga keswa puskesmas saat
kunjungan rumah.

107
b) Menghimbau masyarakat agar dapat berperan serta dalam menjaring pasien
ODGJ yang belum terdeteksi dan membantu pemulihan pasien yang telah
menjalani perawatan sebelumnya di puskesmas.
c) Menyusun rencana program tentang penyandang masalah dari para
penyelenggara pelayanan kesejahteraan sosial yang ada di setiap
kelurahan/desa, sehingga kemudian dapat digunakan sebagai sumber data
kecamatan.
d) Membantu penemuan kasus keswa di masyarakat, seperti di antaranya:
melaporkan temuan ODGJ yang gaduh gelisah/ dipasung di kelurahan/desa,
serta menyiapkan/mencari data diri ODGJ yang ditemukan namun tidak
diketahui identitas dirinya.
e) Membantu pelaksanaan rujukan pasien ke rumah sakit.
f) Meningkatkan peran kader keswa di masyarakat.
g) Mengkoordinasikan ke tingkat kelurahan/desa terkait penanganan kasus
keswa.
h) Melaporkan temuan kasus keswa ke puskesmas untuk segera ditindaklanjuti
tenaga kesehatan.

4. Kasatpel Pendidikan
a) Membantu tim keswa Puskesmas Kecamatan dalam melaksanakan
promosi/penyuluhan keswa kepada sekolah.
b) Membantu tim keswa Puskesmas Kecamatan dalam melaksanakan deteksi
dini/skrining masalah keswa kepada sekolah.

5. Kasatpel Sosial
a) Melakukan rujukan pasien ODGJ yang tidak memiliki keluarga/kerabat dan
sudah selesai perawatan di panti sosial.
b) Membuat dan memberikan surat rekomendasi bagi pasien ODGJ puskesmas
yang perlu dirujuk ke RS jiwa ataupun panti sosial.

6. Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)


a) Mitra puskesmas dalam melakukan upaya promotif dan preventif di kalangan
para tokoh agama di kecamatan.
b) Memfasilitasi upaya rehabilitatif berupa kegiatan spiritual.

7. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)


a) Merencanakan pelaksanaan kegiatan sosialisasi pembinaan patroli, operasi,
dan penertiban pelanggaran ketertiban umum.
b) Kooperatif membantu puskesmas saat ada penjemputan ODGJ yang
menggelandang ataupun gaduh gelisah di tempat umum.

8. B hayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat


(Bhabinkamtibmas) / Bintara Pembina Desa (Babinsa)
a) Kooperatif membantu puskesmas saat ada penjemputan ODGJ yang
menggelandang ataupun gaduh gelisah di tempat umum.
b) Membantu menyiapkan sarana transportasi untuk merujuk ODGJ ke RS
rujukan atau panti sosial.

9. Panti Sosial
a) Menyediakan fasilitas tempat tinggal untuk ODGJ terlantar.
b) Memberikan dukungan rehabilitatif (psikososial dan peningkatan
keterampilan) bagi ODGJ

108
10. Komunitas / Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, dan
Organisasi Profesi
a) Mitra puskesmas dalam melakukan upaya promotif dan preventif di kalangan
anggota pengikut ataupun kalangan yang lebih luas; memfasilitasi upaya
rehabilitatif (co.: terapi aktivitas kelompok).
b) Mitra puskesmas dalam peningkatan kompetensi nakes keswa dalam upaya
rehabilitatif, serta penyedia tenaga psikolog (sementara/tetap).

109
Lampiran 3. SRQ-20

Formulir Skirining Gangguan Mental Emosional


Self Reporting Questionnaire (20)

Formulir ini bertujuan untuk melakukan skrining kesehatan mental emosional pada
masyarakat/pasien yang berumur ≥ 15 tahun dan “TIDAK DIWAKILI”

Hari/Tanggal :
Tempat Skrining :
Nama :
Umur :

Kami akan mengajukan 20 pertanyaan. Kalau kurang dimengerti, kami akan membacakan sekali
lagi. Namun kami tidak akan menjelaskan/mendiskusikan. Jika ada pertanyaan, akan dibicarakan
setelah selesai menjawab ke 20 pertanyaan

No Pertanyaan Jawaban

1 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] sering menderita 1. Ya 2. Tidak


sakit kepala?

2 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] tidak nafsu makan? 1. Ya 2. Tidak

3 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] sulit tidur? 1. Ya 2. Tidak

4 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mudah takut? 1. Ya 2. Tidak

5 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa tegang, 1. Ya 2. Tidak


cemas atau kuatir?

6 Dalam 1 bulan terakhir, apakah tangan [NAMA] gemetar? 1. Ya 2. Tidak

7 Dalam 1 bulan terakhir, apakah pencernaan [NAMA] 1. Ya 2. Tidak


terganggu/ buruk?

8 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] sulit untuk berpikir 1. Ya 2. Tidak


jernih?

9 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa tidak 1. Ya 2. Tidak


bahagia?

10 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] menangis lebih 1. Ya 2. Tidak


sering?

11 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa sulit untuk 1. Ya 2. Tidak


menikmati kegiatan sehari-hari?

12 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] sulit untuk 1. Ya 2. Tidak


mengambil keputusan?

13 Dalam 1 bulan terakhir, apakah pekerjaan [NAMA] sehari-hari 1. Ya 2. Tidak


terganggu?

14 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] tidak mampu 1. Ya 2. Tidak


melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup?

110
15 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] kehilangan minat 1. Ya 2. Tidak
pada berbagai hal?

16 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa tidak 1. Ya 2. Tidak


berharga?

17 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mempunyai pikiran 1. Ya 2. Tidak


untuk mengakhiri hidup?

18 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa lelah 1. Ya 2. Tidak


sepanjang waktu?

19 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mengalami rasa 1. Ya 2. Tidak


tidak enak di perut?

20 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mudah lelah? 1. Ya 2. Tidak

Gangguan mental emosional ditegakkan jika seseorang mengalami 6 keluhan atau enam
jawaban “Ya” pada pertanyaan 1 sampai 20.

Hasil Skirining : Mengalami GME/Tidak mengalami GME


Tindak lanjut : Dirujuk ke layanan keswa/ tidak dirujuk ke layanan keswa

111
Lampiran 4. SRQ-29

Formulir Skirining Gangguan Mental Emosional


Self Reporting Questionnaire (29)

Formulir ini bertujuan untuk melakukan skrining kesehatan mental emosional pada
masyarakat/pasien yang berumur ≥ 15 tahun dan “TIDAK DIWAKILI”

Hari/Tanggal :
Nama :
Umur :

Kami akan mengajukan 20 pertanyaan. Kalau kurang dimengerti, kami akan membacakan sekali
lagi. Namun kami tidak akan menjelaskan/mendiskusikan. Jika ada pertanyaan, akan dibicarakan
setelah selesai menjawab ke 20 pertanyaan

No Pertanyaan Jawaban

1 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] sering menderita sakit 1. Ya 2.


kepala? Tidak

2 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] tidak nafsu makan? 1. Ya 2. Tidak

3 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] sulit tidur? 1. Ya 2. Tidak

4 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mudah takut? 1. Ya 2. Tidak

5 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa tegang, cemas 1. Ya 2. Tidak


atau kuatir?

6 Dalam 1 bulan terakhir, apakah tangan [NAMA] gemetar? 1. Ya 2. Tidak

7 Dalam 1 bulan terakhir, apakah pencernaan [NAMA] terganggu/ 1. Ya 2. Tidak


buruk?

8 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] sulit untuk berpikir jernih? 1. Ya 2. Tidak

9 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa tidak bahagia? 1. Ya 2. Tidak

10 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] menangis lebih sering? 1. Ya 2. Tidak

11 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa sulit untuk 1. Ya 2. Tidak


menikmati kegiatan sehari-hari?

12 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] sulit untuk mengambil 1. Ya 2. Tidak


keputusan?

13 Dalam 1 bulan terakhir, apakah pekerjaan [NAMA] sehari-hari 1. Ya 2. Tidak


terganggu?

14 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] tidak mampu melakukan 1. Ya 2. Tidak


hal-hal yang bermanfaat dalam hidup?

15 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] kehilangan minat pada 1. Ya 2. Tidak


berbagai hal?

16 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa tidak berharga? 1. Ya 2. Tidak

112
17 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mempunyai pikiran untuk 1. Ya 2. Tidak
mengakhiri hidup?

18 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa lelah sepanjang 1. Ya 2. Tidak


waktu?

19 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mengalami rasa tidak 1. Ya 2. Tidak


enak di perut?

20 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mudah lelah? 1. Ya 2. Tidak

21 Dalam 1 bulan terakhir , apakah [NAMA] minum alkohol lebih 1. Ya 2. Tidak


banyak dari biasanya atau apakah [NAMA] menggunakan
narkoba?

22 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] yakin bahwa seseorang 1. Ya 2. Tidak


mencoba mencelakai Anda dengan cara tertentu?

23 Dalam 1 bulan terakhir, apakah ada yang mengganggu atau hal 1. Ya 2. Tidak
yang tidak biasa dalam pikiran [NAMA]?

24 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah mendengar suara 1. Ya 2. Tidak


tanpa tahu sumbernya atau yang orang lain tidak dapat
mendengar?

25 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] mengalami mimpi yang 1. Ya 2. Tidak


mengganggu tentang suatu bencana/musibah atau adakah saat-
saat [NAMA] seolah mengalami kembali kejadian bencana itu?

26 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] menghindari kegiatan, 1. Ya 2. Tidak


tempat, orang atau pikiran yang mengingatkan Anda akan bencana
tersebut?

27 Dalam 1 bulan terakhir, apakah minat Anda terhadap teman dan 1. Ya 2. Tidak
kegiatan yang biasa [NAMA] lakukan berkurang?

28 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] merasa sangat 1. Ya 2. Tidak


terganggu jika berada dalam situasi yang mengingatkan Anda akan
bencana atau jika [NAMA] berpikir tentang bencana itu?

29 Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] kesulitan memahami 1. Ya 2. Tidak


atau mengekspresikan perasaan [NAMA]?

Gangguan mental emosional ditegakkan jika seseorang mengalami 6 keluhan (enam


jawaban “Ya”) pada pertanyaan 1-20 atau mengalami salah satu keluhan (satu jawaban
“Ya”) dari pertanyaan 21- 29

Hasil Skirining : Mengalami GME/Tidak mengalami GME


Tindak lanjut : Dirujuk ke layanan keswa/ tidak dirujuk ke layanan keswa

113
Lampiran 5. SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire)

Formulir ini digunakan untuk menilai gangguang tingkah laku pada anak dan remaja (3-16
tahun)

KUESIONER KEKUATAN DAN KESULITAN PADA ANAK


Untuk setiap pernyataan, beri tanda (V) pada kotak Tidak Benar, Agak Benar atau Benar.
Akan sangat membantu kami apabila kamu mau menjawab semua pernyataan sebaik
mungkin meskipun kamu tidak yakin benar. Berikan jawabanmu menurut bagaimana segala
sesuatu telah terjadi pada dirimu selama enam bulan terakhir.

Nama : ...................................................................................... Laki-laki/Perempuan


Tanggal lahir : ......................................................................................
Kelas : ......................................................................................

No Pernyataan Tidak Benar Agak Benar Benar

1 Saya berusaha bersikap baik


kepada orang lain. Saya peduli
dengan perasaan mereka

2 Saya gelisah, saya tidak dapat


diam untuk waktu lama

3 Saya sering sakit kepala, sakit


perut atau macam-macam sakit
lainnya

4 Kalau saya memiliki mainan


atau makanan, saya biasanya
berbagi dengan orang lain

5 Saya menjadi sangat marah dan


sering tidak dapat
mengendalikan kemarahan saya

6 Saya lebih suka sendirian


daripada bersama dengan
orang-orang yang seumur saya

7 Saya biasanya melakukan apa


yang diperintahkan oleh orang
lain

8 Saya banyak merasa cemas


atau khawatir terhadap apa pun

9 Saya selalu siap menolong jika


ada orang yang terluka, kecewa,
atau merasa sakit

114
No Pernyataan Tidak Benar Agak Benar Benar

10 Bila sedang gelisah atau cemas,


badan saya sering bergerak-
gerak tanpa saya sadari

11 Saya mempunyai satu orang


teman baik atau lebih

12 Saya sering bertengkar dengan


orang lain. Saya dapat
memaksa orang lain melakukan
apa yang saya inginkan

13 Saya sering merasa tidak


bahagia, sedih atau menangis

14 Orang lain seumur saya pada


umumnya menyukai saya

15 Perhatian saya mudah


teralihkan, saya sulit
memusatkan perhatian pada
apa pun

16 Saya merasa gugup dalam


situasi baru, saya mudah
kehilangan rasa percaya diri

17 Saya bersikap baik terhadap


anak-anak yang lebih muda dari
saya

18 Saya sering dituduh berbohong


atau berbuat curang

19 Saya sering diganggu atau


dipermainkan oleh anak-anak
atau remaja lainnya

20 Saya sering menawarkan diri


untuk membantu orang lain
(orang tua, guru, anak-anak)

21 Sebelum melakukan sesuatu


saya berpikir dahulu tentang
akibatnya

22 Saya mengambil barang yang


bukan milik saya dari rumah,
sekolah atau dari mana saja

23 Saya lebih mudah berteman


dengan orang dewasa daripada
dengan orang-orang yang
seumur saya

115
No Pernyataan Tidak Benar Agak Benar Benar

24 Banyak yang saya takuti, saya


mudah menjadi takut

25 Saya menyelesaikan pekerjaan


yang sedang saya lakukan.
Saya mempunyai perhatian
yang baik terhadap apa pun.

Cat: perhitungan skor melihat panduan skoring


● Skor skala emosional :
● Skor skala perilaku mengganggu :
● Skor skala hiperaktif -inatensi :
● Skor skala masalah relasi dengan kelompok teman sebaya :
● Skor skala ketidakpedulian :
● Skor total keseluruhan tingkah laku :

Hasil Skiring : Normal/Perbatasan/Abnormal


Tindak lanjut : Rujuk ke layanan keswa/tidak dirujuk ke layanan keswa

Tanggal hari ini …………………………………………

Panduan Skoring

1. Skoring
SDQ adalah kuesioner singkat mengenai tingkah laku anak usia 3 – 16 tahun. Kuesioner
ini terdiri dari 25 pernyataan yang terbagi ke dalam 5 sub-skala. Masing-masing sub-skala
menggambarkan lima atribut psikologis, yaitu:

No Atribut (pernyataan) Skor

Emosional (Emotional Symptoms) Tidak Agak Benar


benar benar

3 Saya sering sakit kepala, sakit perut atau 0 1 2


macam-macam sakit lainnya

8 Saya banyak merasa cemas atau khawatir 0 1 2


terhadap apa pun

13 Saya sering merasa tidak bahagia, sedih atau 0 1 2


menangis

16 Saya merasa gugup dalam situasi baru, saya 0 1 2


mudah kehilangan rasa percaya diri

24 Banyak yang saya takuti, saya mudah menjadi 0 1 2


takut

Perilaku Mengganggu (Conduct Problem) Tidak Agak Benar


benar benar

116
No Atribut (pernyataan) Skor

5 Saya menjadi sangat marah dan sering tidak 0 1 2


dapat mengendalikan kemarahan saya

7 Saya biasanya melakukan apa yang 2 1 0


diperintahkan oleh orang lain

12 Saya sering bertengkar dengan orang lain. 0 1 2


Saya dapat memaksa orang lain melakukan
apa yang saya inginkan

18 Saya sering dituduh berbohong atau berbuat 0 1 2


curang

22 Saya mengambil barang yang bukan milik saya 0 1 2


dari rumah, sekolah atau dari mana saja

Hiperaktif-Inatensi (Hyperactivity-Inattention) Tidak Agak Benar


benar benar

2 Saya gelisah, saya tidak dapat diam untuk 0 1 2


waktu lama

10 Bila sedang gelisah atau cemas, badan saya 0 1 2


sering bergerak-gerak tanpa saya sadari

15 Perhatian saya mudah teralihkan, saya sulit 0 1 2


memusatkan perhatian pada apa pun

21 Sebelum melakukan sesuatu saya berpikir 2 1 0


dahulu
tentang akibatnya

25 Saya menyelesaikan pekerjaan yang sedang 2 1 0


saya lakukan. Saya mempunyai perhatian yang
baik terhadap apa pun.

Masalah relasi dengan kelompok teman sebaya (Peer Tidak Agak Benar
problems) benar benar

6 Saya lebih suka sendirian daripada bersama 0 1 2


dengan orang-orang yang seumur saya

11 Saya mempunyai satu orang teman baik atau 2 1 0


lebih

14 Orang lain seumur saya pada umumnya 2 1 0


menyukai saya

19 Saya sering diganggu atau dipermainkan oleh 0 1 2


anak-anak atau remaja lainnya

23 Saya lebih mudah berteman dengan orang 0 1 2


dewasa daripada dengan orang-orang
yangseumur saya

117
No Atribut (pernyataan) Skor

Ketidakpedulian Tidak Agak Benar


benar benar

1 Saya berusaha bersikap baik kepada orang 0 1 2


lain. Saya peduli dengan perasaan mereka

4 Kalau saya memiliki mainan atau makanan, 0 1 2


saya biasanya berbagi dengan orang lain

9 Saya selalu siap menolong jika ada orang yang 0 1 2


terluka, kecewa, atau merasa sakit

17 Saya bersikap baik terhadap anak-anak yang 0 1 2


lebih muda dari saya

20 Saya sering menawarkan diri untuk membantu 0 1 2


orang lain (orang tua, guru, anak-anak)

2. Interpretasi Skor

Normal Perbatasan Abnormal

Skor total Kesulitan Tingkah laku 0-15 16-19 20-40

Skor sub-skala emosional 0-5 6 7-10


(emotional symptoms)

Skor sub-skala perilaku mengganggu 0-3 4 5-10


(conduct problems)

Skor sub-skala hiperaktif-inatensi 0-5 6 7-10


(hyperactivity-inattention)

Skor sub-skala masalah relasi dengan 0-3 4-5 6-10


kelompok teman sebaya (peer problems)

Skor sub-skala ketidakpedulian (prososial) 6-10 5 0-4

Ket: Jika Skor Total Kesulitan Tingkah Laku temasuk ke dalam kategori abnormal, maka
skor ini dapat digunakan sebagai dasar mengenali anak yang berpotensi mengalami
gangguan mental.

118
Lampiran 6. Formulir Skrining Depresi (MINI)

Formulir Skrining Depresi


(Mini International Neuropsychiatric Interview)

Formulir ini bertujuan untuk melakukan skrining depresi pada masyarakat/pasien yang
berumur ≥ 15 tahun dan “TIDAK DIWAKILI”

Hari/Tanggal :
Tempat skrining :
Nama :
Umur :

No Pertanyaan Jawaban

1 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] secara terus 1. Ya 2.


menerus merasa sedih, depresif atau murung, hampir Tidak
sepanjang hari, hampir setiap hari?

2 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] hampir sepanjang 1. Ya 2. Tidak


waktu kurang berminat terhadap banyak hal atau kurang bisa
menikmati hal-hal yang biasanya [NAMA] nikmati?

3 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] merasa lelah atau 1. Ya 2. Tidak


tidak bertenaga, hampir sepanjang waktu?

4 Selama 2 minggu terakhir, Apakah nafsu makan [NAMA] 1. Ya 2. Tidak


berubah secara mencolok atau apakah berat badan [NAMA]
meningkat atau menurun tanpa upaya yang disengaja?

5 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] mengalami 1. Ya 2. Tidak


gangguan tidur hampir setiap malam (kesulitan untuk mulai
tidur, terbangun tengah malam, terbangun lebih dini, tidur
berlebihan)?

6 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] berbicara atau 1. Ya 2. Tidak


bergerak lebih lambat daripada biasanya, gelisah, tidak tenang
atau mengalami kesulitan untuk tetap diam?

7 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] kehilangan 1. Ya 2. Tidak


kepercayaan diri, atau apakah [Nama] merasa tidak berharga
atau bahkan lebih rendah daripada orang lain?

8 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] merasa bersalah 1. Ya 2. Tidak


atau mempersalahkan diri sendiri?

9 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] mengalami 1. Ya 2. Tidak


kesulitan berpikir atau berkonsentrasi, atau apakah mempunyai
kesulitan untuk mengambil keputusan?

10 Selama 2 minggu terakhir, Apakah [NAMA] berniat untuk 1. Ya 2. Tidak


menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa
[NAMA] mati?

119
Catatan: Disebut kondisi depresi jika ada minimal 2 jawaban “ya” pada pertanyaan 1 -3, dan
minimal 2 jawaban “ya” pada pertanyaan 4-10.

Hasil skrining : Depresi / Tidak Depresi

Tindak lanjut : Dirujuk ke layanan keswa/Tidak dirujuk ke layanan keswa

120
Lampiran 7. Formulir GDS (Geriatric Depression Scale)

Formulir Singkat
Geriatric Depression Scale-15

Formulir ini digunakan untuk skrining kondisi depresi pada orang lanjut usia (≥ 60 tahun)

Hari/Tanggal :
Tempat Skrining :
Nama :
Umur :

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? √

2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan √


minat/kesenangan anda?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? √

4 Apakah anda sering merasa bosan? √

5 Apakah dikebanyakan waktu anda mempunyai semangat yang baik √


setiap saat?

6 Apakah anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi √
pada anda?

7 Apakah anda merasa bahagia untuk di sebagian besar waktu anda? √

8 Apakah anda merasa sering merasa tidak berdaya? √

9 Apakah anda lebih memilih untuk tinggal dirumah daripada pergi √


keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?

10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya √


ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?

11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda sekarang √


menyenangkan?

12 Apakah anda merasa tidak berharga sesuai dengan diri anda saat √
ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? √

14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? √

15 Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik keadaannya daripada √
anda?

Ket: Setiap jawaban yang SESUAI mempunyai skor “1” (SATU):

121
Skor 5-9 : Kemungkinan Depresi
Skor 10 atau lebih : Depresi

Hasil skrining : Tidak Depresi/Kemungkinan Depresi/ Depresi

Tindak lanjut : Dirujuk ke layanan keswa/Tidak dirujuk ke layanan keswa

122
Lampiran 8. Formulir EPDS (Edinburgh Postnatal Depression Scale)
Formulir EPDS
(Edinburgh Postnatal Depression Scale)
Formulir ini bertujuan untuk skrining kondisi depresi pada Ibu pada masa nifas (bukan untuk
diagnosis).
Hari/Tanggal :
Tempat Skirining :
Nama :
Umur :
Sejak hamil hingga memiliki anak, kami ingin mengetahui apa yang dirasakan oleh Ibu.
Silahkan memilih jawaban yang tersedia berdasarkan apa yang Ibu rasakan dalam tujuh hari
terakhir ini.

Selalu/ Kadang- Tidak Skor


No Pernyataan Jarang
Sering kadang pernah

1. Saya dapat tertawa dan melihat hal yang


lucu dari setiap kejadian

2 Saya dapat memandang kehidupan


dimasa depan dengan penuh harapan

3 Saya menyalahkan diri saya karena


sesuatu kesalahan dimasa lalu

4 Saya cemas dan khawatir tanpa alasan


yang jelas

5 Saya merasa takut dan panik tanpa


alasan yang jelas

6 Berbagai hal mempengaruhi saya

7 Saya merasa tidak bahagia sehingga


membuat saya sulit untuk tidur

8 Saya merasa sedih

9 Saya merasa sangat tidak bahagia


sehingga membuat saya menangis

10 Saya pernah berpikir untuk melukai diri


saya

Total Skor

123
Perhitungan skor
Favourable Unfavourable

Nomor Nomor
Tipe jawaban Skor Tipe jawaban Skor
pertanyaan pertanyaan

3,5,6,7,8, 9, Selalu/sering 3 1,2, dan 4 Selalu/sering 0


dan 10
Kadang- 2 Kadang- 1
kadang kadang

Jarang 1 Jarang 2

Tidak pernah 0 Tidak pernah 3


Keterangan:
● Total skor > 13 : kondisi depresi
● Total skor < 13 : tidak depresi

Hasil skrining : Kemungkinan menderita depresi/ Tidak Depresi


Tindak lanjut : Dirujuk ke layanan keswa/Tidak dirujuk ke layanan keswa

124

Anda mungkin juga menyukai