Anda di halaman 1dari 46

BIOANORGANIK TEMBAGA

(METALOENZIM DAN METALOPROTEIN Cu)


Tembaga (Cu)

Metaloenzim dan metaloprotein tembaga:


1. Tranfer electron (azurin, plastosianin)
2. Reaksi oksigenasi (amina oksidase, superoksida
dismutase)
3. Transpor oksigen (hemosianin).

Metalloprotein dan metalloenzim yang mengandung Cu


dapat mengandung ion Cu(I) d10, Cu(II) d9, dan Cu(III) d8
Klasifikasi enzim Cu

Enzim Cu tipe I (protein Cu biru)


 memiliki intensitas absorbansi sekitar 3000 M-1cm-1 pada 600-620
nm.
 memiliki pusat tetrahedral terdistorsi terutama ketika enzim
mengandung ion Cu(II).
 berperan dalam transfer elektron seperti azurin dan plastosianin.
 Secara biologis, ion Cu tipe I lebih memilih kombinasi dengan ligan
nitrogen (histidin) dan sulfur (sistein).
Klasifikasi Enzim Cu

Enzim Cu tipe II
 Enzim Cu tipe II umumnya memiliki potensial reduksi
lebih positif dan sinyal absorpsi elektronik lebih lemah.
 Struktur geometri enzim tipe II biasanya trigonal,
planar segi empat, koordinasi lima, atau tetragonal
terdistorsi oktahedral.
Klasifikasi enzim Cu

Enzim Cu Tipe III


 Enzim tipe III mengandung Cu(II) binuklir.
 Dalam koordinasi dengan dioksigen, dua ion Cu(II) tipe
III masing-masing menyediakan satu elektron untuk
mereduksi O2 menjadi ligan perokso dan menghindari
pembentukan ion superoksida yang tidak diinginkan
Klasifikasi Enzim Cu
Klasifikasi enzim Cu
Geometri logam pusat Cu dan panjang ikatan Cu-ligan sangat
bervariasi dan dipengaruhi banyak factor:
 bilangan oksidasi logam
 pH
 spesies biologi dimana enzim diekstrak.
Contoh, Cu(II) azurin memiliki geometri trigonal bipiramidal
terdistorsi sedangkan Cu(I) memiliki geometri trigonal planar
terdistorsi.

Dalam plastosianin, kedua jenis bilangan oksidasi Cu memiliki


geometri tetrahedral terdistorsi dengan interaksi panjang ikatan Cu
metionin yang panjang.
Protein yang mengikat Cu Tipe I
Pusat transfer elektron enzim berbasis Cu
diklasifikasikan menjadi dua jenis, berdasarkan geometri
dan spektoskopinya:
 CuB mononuklir (Cu monometalik)
 CuA dinuklir (Cu bimetalik)
Fungsi: mentransfer elektron dengan cepat dan efisien
melalui ikatan Cu-tiolat yang kuat.
Ikatan Cu-S kombinasi dengan bilangan oksidasi Cu(II) yang
paramagnetik memberikan informasi spektroskopi tentang struktur
elektronik dan geometri.

 menghasilkan warna larutan biru dan ungu yang timbul dari


ikatan Cu-S yang menghasilkan intensitas sekitar 2000-6000 M-
1cm-1) yang merupakan pita transfer muatan ligan ke logam

(LMCT).

 Warna ini yang memberikan penamaan Cu biru untuk pusat tipe


1 monomuklir dan Cu ungu untuk CuA binuklir
Protein Cu tipe 1, kelas protein cupredoxins (copper redox proteins).
Memiliki fungsi yang fleksibel, yaitu:

 keberadaannya dalam beberapa protein yang yang mentransfer


elektron dari dan ke berbagai pasangan redoks.
 Koordinasi minimum mengandung tiga ligan kuat, yaitu dua
imidazol N-His dan satu tiolat S-Cys yang menghasilkan
penataulangan ligan trigonal pada ion Cu.
 Dalam mayoritas situs Cu tipe 1, tioeter O- Met atau rantai utama
karbonil merupakan ligan lemah pada posisi aksial, yang
memberikan geometri tetrahedral terdistorsi (hanya Met) atau
trigonal bipiramidal terdistorsi (Met dan karbonil).
 Koordinasi tiolat yang kuat pada pusat Cu tipe 1 menghasilkan
intensitas pita LMCT (Ligand-Metal Change Transfer) yang kuat
(2000-6000 M-1cm-1) pada 600-640 nm karena tumpang tindih
antara orbital Cys-S 3p dan Cu 3d(x2-y2) serta pita khas LMCT yang
lebih lemah pada 400 nm yang disebabkan oleh tumpang tindih
dua orbital yang sama ini.

 Terjadi distorsi aksial lebih kuat, dapat mengarah kepada geometri


yang lebih tetrahedral, rasio intensitas pada pita 400 atau 600 nm
meningkat karena ada tumpang tindih yang lebih kuat dan
menghasilkan warna hijau (kasus khusus Cu tipe 1 yang disebut Cu
hijau).
AZURIN

 metalloenzim Cu tipe I
 Terdiri dari 128 residu asam amino
 Terlibat dalam transfer elektron dalam jalur fotosintesis dan sistem
pernafasan organisme biologis.
 Pasangan redoks fisiologisnya adalah sitokrom C551 dan nitrit
reduktase.

Untuk memfasilitasi transfer elektron dan siklus antara Cu(II) dan Cu(I)
diperlukan lingkungan koordinasi Cu yang lebih disukai oleh kedua
bilangan oksidasi Cu. Oleh karena itu, salah satu Cu diharapkan
memiliki geometri intermediet antara Cu (I) trigonal dan Cu(II) trigonal
bipiramidal
AZURIN
• tiga ligan terikat kuat yaitu S tiolat dari cys112 dan N
imidazol dari his46 dan his117 membentuk geometri
trigonal terdistorsi dengan jarak ikatan 2.00-2.15 Å .
• Ligan terdiri dari ligan lemah tiolat sistein yang
disukai oleh Cu(I) dan ligan imidazol histidin yang
lebih kuat dan lebih disukai oleh Cu(II).
• Tioeter dari met121 dan oksigen karbonil peptida dari
gly45 membentuk ikatan aksial yang lebih panjang
sekitar 3.1 Å.

Pada enzim Cu (I) masing-masing jarak ikatan


meningkat 0.05-0.10 Å,

Perubahan minimal pada sudut ikatan juga ditemukan


dalam bentuk tereduksi dan teroksidasi, sehingga
kedua struktur memiliki kriteria untuk transfer
elektron yang cepat dan dibutuhkan energi yang rendah
PLASTOSIANIN
 metalloenzim Cu tipe 1
 Berfungsi pembawa elektron penting dalam fotosistem I
dan II pada tumbuhan tingkat tinggi dan alga.
 Pembawa elektron dari kompleks sitokrom yang terikat
pada membran ke donor utama P700 dari fotosistem I.
Struktur tersier plastosianin mirip dengan azurin tetapi
molekulnya lebih kecil (97-105 residu asam amino).
 Plastosianin memiliki potensian reduksi sedikit lebih besar
daripada azurin.
 plastosianin tidak memiliki ikatan disulfida seperti azurin.
Lingkungan koordinasi Cu merupakan tetrahedral
terdistorsi dengan ligan his37 dan his 87, dan dengan
atom S dari cys84 dan met92.
Plastosianin
• plastosianin memiliki dua situs ikatan
potensial untuk pasangan redoks fisiologis.
Ini yang disebut dengan situs utara (bagian
hidrofobik 6 Å dari pusat Cu) dan situs timur
(bagian asam sekitar 15 Å dari situs Cu).

• Situs hidrofobik membentuk suatu kantung


dimana ion Cu berada.

• Bagian asam mengandung permukaan


konsentrasi residu bermuatan negatif yang
dipercaya memiliki peran penting dalam
pengikatan protein transfer elektron lain,
kofaktor, atau substrat yang memiliki
karakter bermuatan positif.
Proses Tranfer Elektron pada Plastosianin
Protein yang Mengikat Cu Tipe II
 Kebanyakan Cu tipe 2 merupakan koordinasi tiga atau empat dan
satu atau lebih ligan Cu yaitu rantai samping imidazol histidine,
mungkin juga dengan ligan metionin, glutamat, glutamin, atau
tirosin.
 Spektrum EPR (Electron paramagnetic resonance ) Cu tipe 2
ditandai dengan sinyal yang lebih lemah dengan nilai A yang lebih
besar dan dapat dibedakan dari spektrum tipe 1.
 Cu tipe 2 dapat kosong atau terisi oleh ligan oksogen. Ketika
substratnya adalah molekul oksigen, situs Cu tipe 2 dapat
berfungsi sebagai enzim oksidase yang mereduksi oksigen menjadi
air atau peroksida
Ketika substratnya adalah molekul oksigen, situs Cu tipe 2 dapat
berfungsi sebagai:
 enzim oksidase yang mereduksi oksigen menjadi air atau
peroksida.
 enzim monooksigenase ketika atom oksigen dimasukkan kedalam
substrat dan yang lainnya tereduksi menjadi air.
 enzim dioksigenase ketika kedua atom oksigen dimasukkan
kedalam substrat.
 Enzim superoksida dismutase (SOD)
 Enzim nitrit reduktase mereduksi nitrit menjadi nitrat oksida
Amina oksidase (CuAO)

 mengkatalisis deaminasi oksidatif dari amina dan reduksi oksigen


menjadi hidrogen peroksida
RCH2NH2 + H2O + O2 RCHO + NH3 + H2O2
 Enzim ini ditemukan dalam berbagai organisme mulai dari mikroba
(termasuk bakteri dan jamur) hingga tumbuhan dan mamalia.
 Pada bakteri, CuAO memiliki peran dalam menyediakan sumber
karbon dan nitrogen ketika terdapat amina primer.
 Pada tumbuhan, telah ditemukan bukti bahwa CuAO memiliki
peran dalam respon pertahanan dan berbagai proses
pengembangan termasuk lignifikasi dan deposisi suberin dalam
pembentukan sumbat.
Cu Tipe II
Ligan asam amino
digambarkan dengan
garis dan bola
dimana atom C, N,
O, S masing-masing
digambarkan dengan
warna oranye, biru,
merah, dan kuning.
Atom Cu (coklat) dan
atom pelarut (cyan)
digambarkan sebagai
bola. Bola abu-abu
dalam SOD adalah
atom Zn.
Cu tipe 2 mononuklir dalam empat kelompok enzim.
 Gambar a menunjukkan hidroperokso yang terikat pada CuAO.
Bagian kofaktor trihidroksi fenilalanin kuinon (TPQ).
 Gambar b menunjukkan ujung superokso yang terikat pada
peptidiglisin yang merupakan suatu monooksigenase hidroksilasi.
 Gambar c menunjukkan tidak ada ikatan pada nitrit reduktase.
 Gambar d menunjukkan jembatan pada SOD.
 Gambar e menunjukkan pemutusan jembatan SOD
Mekanisme biogenesis dalam CuAO
 CuAO merupakan suatu enzim yang unik karena mengandung
kofaktor TPQ (topaquinon) yang berasal dari residu tirosin.
 Pada mekanisme biogenesis TPQ, Cu memiliki peran dalam
koordinasi tirosin pra-TPQ dan intermedietnya melalui atom
oksigen aromatik.
 Atom Cu juga memiliki peran dalam mengaktivasi molekul
oksigen menjadi intermediet jembatan perokso dengan cincin
tirosin pada posisi 3.
 Pembelahan spontan pada jembatan perokso menghasilkan adisi
oksigen pada cincin serta pembentukan spesi hidroksil yang
terikat pada Cu, yang menyerang pada posisi 6 (posisi 2 pada
spesi baru) pada cincin.
 Pada tahap akhir, reduksi total TPQ yang terikat pada Cu.
Superoksida Dismutase

Superoksida (O2-): hasil reduksi satu elektron dari molekul oksigen


dan biasanya merupakan hasil samping dari proses respirasi dan
fotosintesis.
Superoksida
 radikal yang kuat
 protonasi membentuk radikal hidroperoksil (HO2•) mengakibatkan
peroksidasi lipid, dan O2-
 bereaksi dengan NO pada laju difusi terkontrol membentuk
peroksi nitrit (ONOO-)
 Salah satu dari oksidan fisiologis yang kuat.
Superoksida Dismutase

Untuk menetralkan efek merusak dari superoksida, maka organisme


membutuhkan superoksida dismutase (SOD)
Fungsi SOD:
 sebagai penangkap O2-
 mengkatalisis dismutase O2- menjadi H2O2 dan O2 melalui reaksi :
2 O2- + 2H+  O2 + H2O2

Reaksi ini terjadi secara spontan dengan laju kira-kira 104 kali lebih
lambat daripada laju reaksi yang dikatalisis enzim SOD
Superoksida Dismutase
Enzim SOD dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
 CuZnSOD,
 Fe/MnSOD
 NiSOD.
Enzim CuZnSOD merupakan dimer dengan berat molekul sekitar 32
kDa, dan masing-masing monomer mengandung ion Cu dan Zn.
Semua organisme eukariot dan beberapa prokariot seperti bakteri
memiliki SOD dalam bentuk CuZnSOD.
Organisme prokariot SOD umumnya ditemukan dalam bentuk
MnSOD atau FeSOD.
Superoksida Dismutase
Superoksida Dismutase
 Cu tipe 2 dari CuZnSOD teroksidasi terkoordinasi
dengan 4 residu histidin (his44, his46, his61, dan
his118) dengan geometri segi empat datar terdistorsi.
 Sebuah molekul air terikat pada posisi aksial 2.5 Å dari
Cu.
 Atom Zn terletak sekitar 6.6 Å dari Cu dan
terkoordinasi dengan his61, his69, dan his78, serta
asp81.
 Koordinasi jembatan dengan his61 yang mengikat atom
Cu dan Zn oleh atom N imidazol. Lingkungan
koordinasi atom Zn pada kondisi jenuh, sehingga atom
Zn secara tidak langsung memiliki peran sebagai
penstabil struktur dalam katalisis, dengan geometri
tetrahedral.
Superoksida Dismutase
Reaksi dismutase dapat digambarkan sebagai 2 setengah reaksi
yang terkait dengan mekanisme ping-pong.
 Pertama, satu molekul O2 mereduksi situs aktif Cu menghasilkan
Cu(I)ZnSOD:
O2- + Cu(II)ZnSOD  O2 +Cu(I)ZnSOD

 Kedua, molekul O2- yang lain memperoleh satu elektron dari situs
Cu dan dua proton membentuk hidrogen peroksida:

O2- + Cu(I)ZnSOD + 2H+  H2O2 + Cu(II)ZnSOD


Mekanisme aktivitas SOD
Mekanisme aktivitas SOD
 Superoksida secara elektrostatik menuju situs aktif Cu
 berikatan dengan arg143, menggantikan molekul air.
 Superoksida langsung terikat ke Cu(II) dan mengantarkan elektronnya ke ion
Cu melalui transfer elektron inner-sphere.
 Jembatan Cu-his63 putus, dioksigen keluar dari saluran situs aktif Cu dan
digantikan oleh ikatan hidrogen molekul air.
 Pada bagian kedua siklus reaksi, superoksida lain memasuki saluran situs
aktif Cu menggantikan molekul air, dan membentuk ikatan hidrogen ke arg143
dan molekul air lain.
 Karena elektron diterima dari Cu (I) melalui transfer elektron outer-sphere,
superoksida mengambil elektron secara simultan dari ikatan hidrogen dengan
molekul air dan dari ikatan imidazol-proton yang disebut jembatan his63.
Kemudian ion Cu(II) terdeprotonasi membentuk jembatan his61. Hidrogen
peroksida berdifusi keluar saluran situs aktif Cu dan digantikan oleh molekul
air
Protein Yang Mengikat Cu Tipe III

Hemosianin
Monooksigenase
Hemosianin
 Protein multimeric besar (bobot molekul. 4 × 109 hingga 9 × 106
Da).
Metaloprotein ini berfungsi sebagai:
 Pembawa ekstraseluler oksigen di arthropoda dan moluska,
 Mengikat O2 sebagai ion peroksida di sisi tembaga dinuklir
bersamaandengan oksidasi tembaga (I) menjadi tembaga (II).
Hemosianin pada moluska berbentuk silinder yang memiliki sampai
20 subunit dan berat molekul tinggi (9 × 106 Da).
Hemosianin
Dalam hemosianin arthropoda, enam subunit
mengandung satu pusat tembaga dinuklir per subunit
agregat untuk membentuk heksamer.

Dalam struktur kuaterner akhir, 8 heksamer mengandung


total pusat 48 tembaga dinuklir (berat molekul hingga 3.5
× 106 Da). Setiap subunit dengan berat molekul sekitar 7.5
× 104 Da mengikat1oksigen.

KehadiranCu (II) di oksihemosianin menyebabkan spesies


menggunakan metalloenzim ini sebagai pembawa oksigen
mereka memiliki darah biru
Struktur kuartener hemosianin
Struktur kuartener hemosianin
 Pusat tembaga hemosianin, dengan tidak adanya O2, digambarkan sebagai
1. deoxy- tidak berwarna (Cu+ Cu+);
2. semi-met- (Cu2+ Cu+);
3. met-berwarna biru tanpa oksigen (Cu2+ Cu2+).
Deoksi-Cu (I) subunit hemosianin dari mengikat oksigen secara kooperatif melalui
efek alosterik homotropik. Dalam deoksi-Hc 2 ion Cu(I), jarak variable antar inti
tergantung pada spesies yang diteliti, setiap trigonal dikoordinasikan oleh tiga
histidina.

Rongga kosong di antara dua ion tembaga untuk mengakomodasi molekul


oksigen. Oksihemosianin memiliki karakteristik transisi optik intens pada 340 nm
dan memiliki transisi lemah pada 580nm
[Cu2-µ-η2:η2 O2] ikatam perokso dalam hemosianin
Siklus katalitik hemosianin dan tirosinase
Monooksigenase
 Tirosinase adalah protein yang terlibat dalam pembentukan
pigmen melanin, ditemukan dalam bakteri, jamur, tanaman, dan
mamalia.
 Setiap ion tembaga diikat oleh 3 imidazola histidin, mengikat
molekul oksigen memberikan (μ-η2:η2-peroxo) dicopper (II)
kompleks (A) sebagai spesies aktif oksigen.
 Tirosinase mengkatalisis ortohidroksilasi dari fenol ke katekol
yang sesuai, yang disebut aktivitasfenolase, serta dehidrogenasi
katekol untuk o-kuinon, yang disebut aktivitas katekolase
Mekanisme katalitik yang diusulkan tirosinase
Reaksi enzimatik melibatkan banyak langkah katalitik
mendasar seperti:
• mengikat dioksigen untuk deoksi-tyrosinase [bentuk
dicopper(I)] untuk menghasilkan perokso spesies A
(oksitirosinase),
• asosiasi substrat dengan oksi-tirosinase (jalur b dan e),
• oksigen mentransfer atom dari A ke substrat untuk
memberikan produk katekolat (jalur c),
• dehidrogenasi katekol ke o-kuinon (jalur d, f, dan g)
oksigenasi dari fenol oleh spesies perokso (jalur
c) adalah yang paling menarik dari sudut
pandang sintetis kimia organik dan katalitik
oksidasi kimia. Namun, mekanisme dari proses
atom transfer oksigen belum sepenuhnya
diklarifikasi karena reaksi samping rumit
seperti transformasi nonenzimatik dari produk
o-kuinon ke pigmenmelanin. Selain itu, reaksi
samping adaptasi dari reaksi enzimatik
(oksigenasi fenol ke katekol) untuk kimia
organik sintetik.
Protein Yang Mengikat Lebih dari Satu Tipe Cu
Nitrat Reduktase
 Nitrat reduktase mengandung tembaga nitrat (CuNIR)
dan ditemukan di sejumlah bakteri denitrifikasi, berisi
masing-masing:
 Cu tipe I (2 ligan His, Cys, dan Met)
 Cu tipe II (3 ligan His dan pelarut).
Cu tipe I menerima satu elektron dari donor elektron dan
mentransfer ke pusat reaksi, Cu tipe II. Jarak antara dua
atom Cu terikat oleh segmen Cys-His. Transfer elektron
intramolekular dari Cu tipe I ke Cu tipe II terjadi melalui
segmen ini. Koordinasi residu Asp dan His pada Cu tipe II
memainkan peran penting baik dalam transfer elektron
maupun proses katalitik
Struktur nitrit reduktase (Cu tipe 1 berwarna biru tua, Cu
tipe II berwarna biru muda)
Denitrifikasi adalah proses respirasi anaerobik yang dikatalisasi oleh
metalloenzim, Ada Beberapa Langkah:
 Langkah pertama (nitrat (N+5)  nitrit (N+3), reduksi 2 elektron)
dilakukan oleh membran terikat NIR mengandung molibdenum dengan
besi heme dan non-heme, yang memiliki pusat Mo(VI)O dengan dua
ditiolena mengandung ligan kofaktor.
 Langkah kedua (nitrit (N+3) nitrogen monoksida(N+2), reduksi 1
elektron) dikatalisis oleh enzim nitrit reduktase (NIR)
 Langkah ketiga (nitrogen monoksida (N+2)dinitrogen oksida (2N+1),
reduksi 2 elektron), nitrat oksida reduktase mengandung hemes b dan c
 Langkah keempat (dinitrogen oksida (2N+1) dinitrogen (2N0), reduksi 2
elektron) dilakukan oleh enzim dinitrogen oksida reduktase. Enzim yang
teroksidasi akan muncul perubahan ungu atau merah muda cerah
menjadi warna biru yang khas pada protein tembaga setelah
pengurangan dengan ditionat
Mekanisme katalitik nitrit reduktase

Anda mungkin juga menyukai