Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012

ISSN: 2087-9946

INTERPRETASI METODE MAGNETIK UNTUK PENENTUAN


STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR GUNUNG
KELUD KABUPATEN KEDIRI

Bagus Jaya Santosa, Mashuri, Wahyu Tri Sutrisno,


Abdurrahman Wafi, Riski Salim, Radhiyullah Armi

Jurusan Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
bjs@physics.its.ac.id

Abstrak
Telah dilakukan pengukuran dengan metode magnetik untuk mengetahui struktur
bawah permukaan di sekitar gunung kelud. Pengambilan data dilakukan secara acak pada
area seluas 0,6 km x 1 km dengan jumlah titik yang diperoleh 244 titik ukur. Proses akusisi
dilakukan dengan menggunakan Magnetometer Proton ENVI SCINTREX. Pengolahan data
diawali dengan koreksi IGRF dan koreksi variasi harian untuk mendapatkan anomali medan
magnet total. Kemudian reduksi bidang datar, kontinuasi ke atas pada ketinggian 100 meter
hingga 400 meter di atas sferoida referensi dan hasilnya digunakan untuk pemisahan anomali
lokal dan regional. Hasil interpretasi kualitatif menunjukkan adanya anomali dipole
magnetik di sebelah timur yang membentang dari arah barat laut ke tenggara sebesar -2125
nT hingga 1863 nT. Metode Talwani 2-D digunakan untuk interpretasi kuantitatif. Model
geologi yang dihasilkan adalah patahan atau sesar. Nilai suseptibilitas magnetik di bawah
kubah kawah gunung kelud sampai ke gunung lirang (k=0,0124 emu/gram) didominasi
batuan basalt, dan di gunung sumbing (k=0,0234 emu/gram – 0,0239 emu/gram) yang
didominasi batuan andesit.

Kata kunci : anomali magnetik total, gunung kelud, struktur bawah permukaan dan
suseptibilitas batuan, grinding

Bagus Jaya Santosa, dkk. 7


Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012
ISSN: 2087-9946

1. Pendahuluan intensitas medan magnetik di permukaan


Setiap peristiwa keluarnya magma bumi. Variasi ini disebabkan oleh kontras
Gunung Kelud pada tahun 2007 yang sifat kemagnetan antar batuan di dalam
membentuk anak gunung adalah meru- kerak bumi, sehingga menimbulkan medan
pakan deformasi dari tubuh gunungapi. magnet bumi yang tidak homogen, bisa
Peristiwa deformasi ini dapat berupa inflasi disebut juga sebagai suatu anomali
ataupun deflasi. Deformasi yang berupa magnetik.
inflasi umumnya terjadi karena proses
gerakan magma ke permukaan yang 2. Teori
menekan permukaan tanah di atasnya. 2.1 Morfologi Daerah Penelitian
Dalam hal ini deformasi yang maksimal Gunung Kelud(70.56‘ S dan 112.019’ E
biasanya teramati tidak lama sebelum ) merupakan salah satu gunung api kuarter
yang berkembang di Jawa Timur. Gunung
letusan gunungapi berlangsung. Sedangkan
Kelud dikelilingi oleh beberapa gunung api
deformasi berupa deflasi umumnya terjadi yang lebih tua, seperti Gunung Kawi dan
selama atau sesudah masa letusan. Gunung Butak di sebelah timur, serta
Perubahan struktur di bawah permukaan Gunung Anjasmara di sebelah timur laut.
bumi terjadi akibat perubahan beban massa Gunung-gunung tersebut membentuk
tanah dan batuan baik di permukaan bumi morfologi kasar dengan bukit, dan jurang
maupun di dalam bumi, dalam peristiwa yang terjal di timur laut dan di lereng
Gunung Kelud. Menurut morfologi
keluarnya magma Gunung Kelud. Untuk
Gunung Kelud dapat dibagi menjadi 5 unit,
mengidentifikasi struktur bawah permu- yaitu puncak dan kawah Gunung Kelud,
kaan akibat peristiwa tersebut, dapat badan Kelud, cekungan parasitik Kelud,
digunakan beberapa metode geofisika. kaki dan dataran Kelud. Gunung Kelud
Metode geofisika yang sering digunakan mempunyai ketinggian lebih dari 1731
untuk menyelidiki struktur bawah meter dpl, dan mempunyai morfologi yang
permukaan antara lain: metode geolistrik, tidak teratur. Hal ini disebabkan adanya
erupsi yang bersifat eksplosif yang diikuti
metode gaya berat, metode seismik dan pembentukan kubah lava.
metode geomagnet atau magnetik. Stratigrafi dari satuan batuan Gunung
Penelitian ini menggunakan metode Kelud terdiri dari berbagai macam aliran
magnetik karena telah banyak digunakan lava, kubah lava, aliran piroklastik dan
dalam eksplorasi mineral dan batuan. timbunan piroklastik lembut. Batuan pra-
Metode magnetik dapat digunakan untuk kelud terdiri dari batuan vulkanik dari
pegunungan selatan, Gunung Anjasmara,
menentukan struktur geologi besar bawah
Gunung Butak dan Gunung Kawi.
permukaan seperti sesar, lipatan, intrusi Timbunan sekunder terdiri dari lahar
batuan beku atau kubah garam dan dingin dan kolovium.
reservoir geothermal. Menurut metode
magnetik dapat digunakan untuk 2.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian
mengetahui kedalaman dan struktur Struktur geologi Gunung Kelud terdiri
permukaan, pengukuran dapat diperoleh dari beberapa kawah (Lirang, Gajahmung-
kur, Tumpak, Sumbing, Dargo, Gupit,
dengan mudah untuk studi lokal dan
Badak dan Kelud) dan terdapat 32 patahan
regional. Metode magnetik bekerja normal.
didasarkan pada pengukuran variasi kecil

Bagus Jaya Santosa, dkk. 7


Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012
ISSN: 2087-9946

Kesepuluh kawah tersebut umurnya - Intensitas Horizontal (H), yaitu besar


berurutan dari yang tertua hingga termuda dari medan magnetik total pada bidang
dan merupakan pusat erupsi yang horizontal.
berpindah-pindah berlawanan arah jarum - Medan magnetik total (F), yaitu besar
jam. Masing-masing erupsi menghasilkan dari vektor medan magnetik total.
batuan piroklastik, pada umumnya Medan magnet utama bumi berubah
merusak sebagian kawah lama. Secara terhadap waktu. Untuk menyeragamkan
petrologis, batuan vulkanik Gunung Kelud nilai-nilai medan utama magnet bumi,
dapat diklasifikasikan sebagai calc-alkaline dibuat standar nilai yang disebut sebagai
dan berkembang dari K basal medium ke K International Geomagnetics Reference
andesit medium (SiO2 =49% hingga 61 Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5
%). Menurut terdapat beberapa tipe gempa tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut
vulkanik tercatat selama berlangsungnya diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata
pemantauan seismicitas Gunung Kelud. pada daerah luasan sekitar 1 juta km 2 yang
Tipe-tipe VK-1, VK-2, VK-3, dan VK-4 dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan
(VK= Volcanic Kelud) tercatat dengan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
interval waktu rambat gelombang S-P  Medan magnet utama (main field)
antara 1 sampai 4 sekon, dengan Medan magnet utama dapat didefinisikan
kandungan frekuensi sekitar 3 Hertz. Hal sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
ini berarti hiposenter berada pada posisi dalam jangka waktu yang cukup lama
yang cukup dekat dengan permukaan. mencakup daerah dengan luas lebih dari
106 km2.
 Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari
pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh
sinar ultraviolet dari matahari. Karena
sumber medan luar ini berhubungan
dengan arus listrik yang mengalir dalam
lapisan terionisasi di atmosfer, maka
perubahan medan ini terhadap waktu jauh
lebih cepat.
 Medan magnet anomali
Gambar 2.1 Peta Geologi Kediri Medan magnet anomali sering juga
disebut medan magnet lokal (crustal field).
2.3 Medan Magnet Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh yang mengandung mineral bermagnet
parameter fisis atau disebut juga elemen seperti magnetite, titanomag-netite dan
medan magnet bumi, yang dapat diukur lain-lain yang berada di kerak bumi.
yaitu meliputi arah dan intensitas Dalam survei dengan metode magnetik
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut yang menjadi target dari pengukuran
meliputi : adalah variasi medan magnetik yang
- Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara terukur di permukaan (anomali magnetik).
magnetik dengan komponen horizontal Secara garis besar anomali medan
yang dihitung dari utara menuju timur magnetik disebabkan oleh medan magnetik
- Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan remanen dan medan magnetik induksi.
magnetik total dengan bidang horizontal Medan magnet remanen mempunyai
yang dihitung dari bidang horizontal peranan yang besar terhadap magnetisasi
menuju bidang vertikal ke bawah. batuan yaitu pada besar dan arah medan

Bagus Jaya Santosa, dkk. 8


Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012
ISSN: 2087-9946

magnetiknya serta berkaitan dengan  PC atau laptop dengan software seperti


peristiwa kemagnetan sebelumnya Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
sehingga sangat rumit untuk diamati.
Anomali yang diperoleh dari survei Pengukuran data medan magnetik di
merupakan hasil gabungan medan lapangan dilakukan dengan menggunakan
magnetik remanen dan induksi, bila arah peralatan PPM, yang merupakan portable
medan magnet remanen sama dengan arah magnetometer. Data yang dicatat selama
medan magnet induksi maka anomalinya proses pengukuran adalah hari, tanggal,
bertambah besar. Demikian pula seba- waktu, kuat medan magnetik, kondisi
liknya. Dalam survei magnetik, efek cuaca dan lingkungan.
medan remanen akan diabaikan apabila Dalam melakukan akuisisi data magnetik
anomali medan magnetik kurang dari 25 % yang pertama dilakukan adalah
medan magnet utama bumi (Telford, menentukan base station dan membuat
1976), station – station pengukuran (usahakan
membentuk grid – grid). Ukuran gridnya
2.4 Metode Pengukuran Data Geomagnetik disesuaikan dengan luasnya lokasi
Dalam melakukan pengukuran geomag- pengukuran, kemudian dilakukan
netik, peralatan paling utama yang pengukuran medan magnet di station –
digunakan adalah magnetometer. Peralatan station pengukuran di setiap lintasan, pada
ini digunakan untuk mengukur kuat medan saat yang bersamaan pula dilakukan
magnetik di lokasi survei. Salah satu pengukuran variasi harian di base station.
jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan 2.5 Pengolahan Data Geomagnetik
untuk mengukur nilai kuat medan Untuk memperoleh nilai anomali medan
magnetik total. Peralatan lain yang bersifat magnetik yang diinginkan, maka dilakukan
pendukung di dalam survei magnetik koreksi terhadap data medan magnetik
adalah Global Positioning System (GPS). total hasil pengukuran pada setiap titik
Peralatan ini digunakan untuk mengukur lokasi atau stasiun pengukuran, yang
posisi titik pengukuran yang meliputi mencakup koreksi harian, IGRF dan
bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS topografi.
ini dalam penentuan posisi suatu titik 2.5.1 Koreksi Harian
lokasi menggunakan bantuan satelit. Koreksi harian (diurnal correction)
Digunakannya sinyal satelit karena merupakan penyimpangan nilai medan
menjangkau daerah yang sangat luas dan magnetik bumi akibat adanya perbedaan
tidak terganggu oleh gunung, bukit, waktu dan efek radiasi matahari dalam satu
lembah dan jurang. hari. Waktu yang dimaksudkan harus
Beberapa peralatan penunjang lain yang mengacu atau sesuai dengan waktu
sering digunakan di dalam survei pengukuran data medan magnetik di setiap
magnetik, antara lain (Sehan, 2001) : titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan
 Kompas geologi, untuk mengetahui dikoreksi. Apabila nilai variasi harian
arah utara dan selatan dari medan magnet negatif, maka koreksi harian dilakukan
bumi. dengan cara menambahkan nilai variasi
 Peta topografi, untuk menentukan rute harian yang terekan pada waktu tertentu
perjalanan dan letak titik pengukuran pada terhadap data medan magnetik yang akan
saat survei magnetik di lokasi dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi
 Sarana transportasi harian bernilai positif, maka koreksinya
 Buku kerja, untuk mencatat data-data dilakukan dengan cara mengurangkan nilai
selama pengambilan data variasi harian yang terekan pada waktu
tertentu terhadap data medan magnetik

Bagus Jaya Santosa, dkk. 9


Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012
ISSN: 2087-9946

yang akan dikoreksi, datap dituliskan Setelah semua koreksi dikenakan pada
dalam persamaan data-data medan magnetik yang terukur
dilapangan, maka diperoleh data anomali
ΔH = Htotal ± Δhharian.........................(2.1) medan magnetik total di topogafi. Untuk
mengetahui pola anomali yang diperoleh,
2.5.2. Koreksi IGRF yang akan digunakan sebagai dasar dalam
Data hasil pengukuran medan magnetik pendugaan model struktur geologi bawah
pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga permukaan yang mungkin, maka data
komponen dasar, yaitu medan magnetik anomali harus disajikan dalam bentuk peta
utama bumi, medan magnetik luar dan kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis
medan anomali. Nilai medan magnetik kontur yang menghubungkan titik-titik
utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika yang memiliki nilai anomali sama, yang
nilai medan magnetik utama dihilangkan diukur dar suatu bidang pembanding
dengan koreksi harian, maka kontribusi tertentu.
medan magnetik utama dihilangkan
dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat 2.6 Reduksi ke Bidang Data
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai Untuk mempermudah proses pengolahan
IGRF terhadap nilai medan magnetik total dan interpretasi data magnetik, maka data
yang telah terkoreksi harian pada setiap anomali medan magnetik total yang masih
titik pengukuran pada posisi geografis tersebar di topografi harus direduksi atau
yang sesuai. Persamaan koreksinya dibawa ke bidang datar. Proses
(setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan transformasi ini mutlak dilakukan, karena
sebagai berikut : proses pengolahan data berikutnya
mensyaratkan input anomali medan
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0 magnetik yang terdistribusi pada biang
datar. Beberapa teknik untuk
Dimana H0 = IGRF mentransformasi data anomali medan
magnetik ke bidang datar, antara lain :
2.5.3. Koreksi Topografi teknik sumber ekivalen (equivalent
Koreksi topografi dilakukan jika source), lapisan ekivalen (equivalent layer)
pengaruh topografi dalam survei megnetik dan pendekatan deret Taylor (Taylor series
sangat kuat. Koreksi topografi dalam approximaion), dimana setiap teknik
survei geomagnetik tidak mempunyai mempunyai kelebihan dan kekurangan
aturan yang jelas. Salah satu metode untuk (Blakely, 1995).
menentukan nilai koreksinya adalah
dengan membangun suatu model topografi 2.7. Pengangkatan ke Atas
menggunakan pemodelan beberapa prisma Pengangkatan ke atas atau upward
segiempat (Suryanto, 1988). Ketika continuation merupakan proses
melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas transformasi data medan potensial dari
magnetik (k) batuan topografi harus suatu bidang datar ke bidang datar lainnya
diketahui, sehingga model topografi yang yang lebih tinggi. Pada pengolahan data
dibuat, menghasilkan nilai anomali medan geomagnetik, proses ini dapat berfungsi
magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk
Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah menghilangkan suatu mereduksi efek
dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat magnetik lokal yang berasal dari berbagai
dituliska sebagai sumber benda magnetik yang tersebar di
permukaan topografi yang tidak terkait
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 – dengan survei. Proses pengangkatan tidak
Δhtop.(2.2) boleh terlalu tinggi, karena ini dapat

Bagus Jaya Santosa, dkk. 10


Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012
ISSN: 2087-9946

mereduksi anomali magnetik lokal yang Untuk melakukan interpretasi kuantitatif,


bersumber dari benda magnetik atau ada beberapa cara dimana antara satu
struktur geologi yang menjadi target survei dengan lainnya mungkin berbeda,
magnetik ini. tergantung dari bentuk anomali yang
diperoleh, sasaran yang dicapai dan
2.8. Koreksi Efek Regional ketelitian hasil pengukuran.
Dalam banyak kasus, data anomali
medan magnetik yang menjadi target 3. Peralatan yang Digunakan
survei selalu bersuperposisi atau Peralatan yang digunakan dalam
bercampur dengan anomali magnetik lain pengolahan data ini adalah software
yang berasal dari sumber yang sangat microsoft excel, surfer9, MagPick, dan
dalam dan luas di bawah permukaan bumi. GravMag
Anomali magnetik ini disebut sebagai
anomali magnetik regional (Breiner, 1973). 4. Metode Pengolahan Data
Untuk menginterpretasi anomali medan Data yag digunakan adalah data dari
magnetik yang menjadi target survei, maka sebuah thesis dari Zainul Musafak seorang
dilakukan koreksi efek regional, yang mahasiswa pasca sarjana pada jurusan
bertujuan untuk menghilangkan efek FISIKA FMIPA ITS. Dari data yang
anomali magnetik regioanl dari data diperoleh dari thesis tersebut selanjutnya
anomali medan magnetik hasil diolah kembali dengan menggunakan
pengukuran. software tersebut di atas. Pertama data
Salah satu metode yang dapat digunakan pada lampiran di masukkan dalam software
untuk memperoleh anomali regional adalah microsoft excel untuk dirubah dalam
pengangakatan ke atas hingga pada format .xcel works. Kemudian dengan
ketinggian-ketinggian tertentu, dimana Surfer9 data tadi dibuka dan diolah guna
peta kontur anomali yang dihasilkan sudah mendapat surfer grid dan surfer plot.
cenderung tetap dan tidak mengalami Setelah diolah dengan Surfer9 selanjutnya
perubahan pola lagi ketika dilakukan digunakan software MagPick untuk
pengangkatan yang lebih tinggi. mengmabil penampangnya. Dari MagPick
data dibuka dengan NotePad dan disimpan
2.9. Interpretasi Data Geomagnetik dalam file type .txt. Tahap terkahir adalah
Secara umum interpretasi data dengan mengolah data tadi dengan
geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu GravMag untuk mendapatkan penampang
interpretasi kualitatif dan kuantitatif. 2Dimensi dengan pendekatan.
Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola
kontur anomali medan magnetik yang 5. Pembahasan
bersumber dari distribusi benda-benda Berdasarkan metode di atas, berikut
termagnetisasi atau struktur geologi bawah pembahasannya.
permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali Data dari thesis tersebut di masukkan
medan magnetik yang dihasilkan dalam software microsoft excel. Sehingga
ditafsirkan berdasarkan informasi geologi didapat data sebagai berikut:
setempat dalam bentuk distribusi benda
magnetik atau struktur geologi, yang
dijadikan dasar pendugaan terhadap
keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk
menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau strukutr
geologi melalui pemodelan matematis.

Bagus Jaya Santosa, dkk. 11


Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012
ISSN: 2087-9946

Gambar 5.2 Data .grid

Dari data .grid itu selanjutnya diolah


dengan software MagPick dan didapatkan
plot data sejumlah 45 titik pick. Ke 45 data
pick itu kemudian dikerjakan dalam
software GravMag dan didapat gambar
berikut,

Gamabar 5.1 data .xls

Dari data di atas kemudian di olah dalam


software Surfer9 dan di dapat data .grid Gambar 5.3 hasil olah GravMag
berikut,
Berdasarkan gambar 5.3 maka dilakukan
sebuah interpretasi keadaan bawah tanah
pada lokasi yang ditentukan.

Pada gambar 5.3 di atas, terlihat bahwa


anomali terjadi pada jarak 328,933 meter
dari titik E, pada data ke 27 dan berada
pada sumbu x 643191, sumbu y 9122355
dengan medan magnet sebesar -1335,8 nT.
Berdasarkan hasil permodelan GravMag
tersebut, dapat diketahui bahwa, anomali

Bagus Jaya Santosa, dkk. 12


Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012
ISSN: 2087-9946

magnetik pada sayatan E-F. Anomali m dan kedalaman 25 m di bawah


didekat kubah kawah Gunung Kelud permukan sampai batas bawah 90 m.
berupa patahan. Patahan ini, berupa Lempeng warna biru memiliki nilai
anomali magnetik yang berbeda nilai suseptibilitas yang lebih rendah, hal ini
suseptibilitasnya. Nilai suseptibilitas disebabkan pemanasan pada kawah
magnetik di bawah kubah kawah gunung gunung kelud.
Kelud dan sampai ke Gunung Lirang lebih
rendah dari pada di bukit Gunung 6. Kesimpulan
Sumbing. Secara umum, patahan suatu Setelah melakukan akuisisi, pengolahan
batuan memiliki nilai suseptibilitas yang dan interpretasi data maka dapat
sama. Perbedaan nilai suseptibilitas ini, disimpulkan bahwa:
diduga sebagai akibat dari demagnetisasi 1. Pada kontur medan magnet total yang
batuan yang terjadi di bawah Gunung dikoreksi variasi harian dan IGRF
Lirang. Demagnetisasi ini terjadi akibat diperoleh dipole magnet yang
batuan mengalami pemanasan sampai di menunjukkan adanya anomali di daerah
atas suhu Curie. Berdasarkan hasil penelitian. Anomali medan magnet total
pemodelan data sayatan E-F, di ketahui pada kontur menunjukkan pasangan
bahwa nilai suseptibilitas magnetik di closure positif dan negatif, dengan besar
bawah Gunung Sumbing sebesar 0,0234 - medan magnet pada closure positif sekitar
0,0239 emu/gram, sedangkan nilai 1851 nT dan medan magnet closure negatif
suseptibilitas magnetic di bawah Gunung sekitar -2178 nT.
Lirang sebesar 0,0124 emu/gram. Nilai 2. Dari peta kontur gradiomagnetik dan
suseptibilitas batuan tersebut diduga reduksi ke kutub dapat diketahui bahwa
sebagai batuan basalt dan andesit. Ini anomali magnetik memanjang dari gunung
didukung oleh geologi gunung kelud sumbing dan gunung Lirang menuju kawah
didominasi oleh batuan basalt dan andesit. gunung elud, anomali tersebut berupa
Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap magma gunung api.
titik potong antara sayatan E-F yang 3. Interpretasi kuantitatif menggunakan
terletak pada posisi sumbu x 643233 dan metode talwani 2D dengan memanfaatkan
sumbu y 9122315. Posis ini, pada sayatan perangkat lunak GRAVMAG, pada
E-F berwarna biru, dengan nilai sayatan E-F anomali terjadi pada jarak
suseptibilitas yang sama yaitu 0,0124 328,933 meter dari titik E, pada datum ke
emu/gram. Hasil ini dikomparasikan 27 dan berada pada sumbu x 643191,
terhadap hasil analisa data dengan sumbu y 9122355 dengan medan magnet
menggunakan gradio vertikal, gradio sebesar -1335,8 nT.
horizontal sumbu x, gradio horizontal 4. Interpretasi kuantitatif menggunakan
sumbu y, dan reduksi ke kutub. Kesemua metode talwani 2D dengan memanfaatkan
analisa tersebut, menguatkan dugaan perangkat lunak GRAVMAG, sayatan EF
bahwa adanya suplai lava dari Gunung menghasilkan pendugaan geometri dua
Lirang ke kawah Gunung Kelud. buah benda dibawah permukaan dengan
Pemodelan sayatan EF terdapat patahan, tingkat kesalahan 0,85%. Benda anomali I
sehingga di dapatkan nilai suseptibilitas dengan nilai suseptibilitas 0,0239
yang berbeda, Pada lempeng yang emu/gram berada pada kedalaman puncak
berwarna hijau memiliki nilai suseptibilitas 30 m dan batas bawah 85 m. Benda
0,0239 emu/gram, lebar 200 m dan anomali II dengan nilai suseptibilitas
kedalamanya 30 m di bawah permukaan 0,0124 emu/gram, berada pada kedalaman
sampai batas bawah 85 m. Pada lempeng puncak 25 m dan batas bawah 90 m.
yang berwarna biru memiliki nilai
suseptibilitas 0,0124 emu/gram, lebar 190

Bagus Jaya Santosa, dkk. 13


Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 2 No 1, Juni 2012
ISSN: 2087-9946

Daftar Pustaka Pozza, M., Hrvoic, D. and Priddis, K..


Sharma, Prem. V. 1997 Environmental an 2003. Mapping Marine Ferrous Targets
Engineering Geophysics. Cambridge Using the SeaQuest Gradiometer
University Press. System. Rev 1.0 © 2003 Marine
Burger, H. R., Sheehan, A. F., dan Jones, Magnetics Corp.
C. H. (1992) Introduction to Applied Maryanto, S, Noviari, H, Musyarofah, N,
Geophysic Exploring the Shallow Hidayati, S, dan Kriswati, E (2007)
Subsurface. W.W. Norton & Company, Seismisitas dan Deformasi Gunung
New York. Kelud Pada Pertumbuhan Kubah Lava
Santoso, D. (2002) Pengantar Teknik Tahun 2007 . Malang : Jurusan Fisika
Geofisika. Penerbit: ITB, Bandung. FMIPA UNIBRA.
Kirbani S.B dan Wahyudi. 2007. Erupsi http://www.mtech.edu/mines/geophysic
Gunup Api Kelud dan Nilai-B al
Gempabumi di sekitarnya. /xzhou/GEOP4210_FieldGeology&
Jurnal Berkala MIPA UGM, 17(3), Geophysics.html.
September. Djumarma, A (1991) Some studies of
Blakely, R.J., 1995, Potensial Theory in volcanology,petrology and structure of
Gravity and Magnetic Applications, Mt.Kelut,east Java,Indonesia,thesis.
Cambridge University Press.

Bagus Jaya Santosa, dkk. 14

Anda mungkin juga menyukai