Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Remaja

1. Pengertian Remaja

Dalam ilmu psikologis remaja diperkenalkan dalam berbagai istilah, seperti

adolescence, puberteit, dan youth. Istilah remaja atau adolescence(Inggris) berasal

dari bahasa Latin yaitu adolescere yang artinya tumbuh kearah kematangan.

Kematangan yang dimaksud disini bukan semata hanyakematangan fisik namun

juga menyangkut kematangan psikologis dan sosial (Kumalasari, 2012).

Menurut Sriwahyuni (2004), remaja adalah tahap umur yang datang setelah

masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat.

Sedangkan menurut Sri Rumini (2004), masa remaja adalah masa peralihan dari

masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/

fungsi untuk memasuki masa dewasa (Indriyani, Diyan, 2014).

2. Tahapan Remaja

Menurut Petro Blos (1962) dalam Sarwono (2012) membagi perkembangan

remaja dalam tiga tahapan :

a. Remaja Awal (Early Adolescence)

Pada tahap ini seorang remaja masih terheran-heran dengan

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongandorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Remaja juga

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik dengan lawan jenis, dan

10
mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebih ini ditambah

dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja

awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang

apabila memiliki banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan

“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dan menyukai teman-teman yang

punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, remaja juga berada

dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih mana: peka

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis

atau materialis, dan sebagainya.

c. Remaja Akir

Pada tahap ini dimana remaja berada pada masa konsolidasi menuju

periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:

1) Minat yang mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme yaitu terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan

masyarakat

Faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku seksual

11

Faktor Pendorong: Faktor


1. Meningkatnya Remaja : Penghambat:
2. Media informasi remaja 2. Pendidikan seks
3. Pergaulan yang 2. Tahapan remaja dari orangtua
semakin bebas 3. Karakteristik
4. Teman sebaya remaja
4. Tugas
perkembangan
remaja
3. Karakteristrik Remaja 5. Perkembangan
psikologis pada
Karakteristik remaja berdasarkan
remaja umur adalah sebagai berikut (Kumalasari,

2012):

a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)


PERILAKU
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
SEKSUAL
BERESIKO:
2) Ingin bebas Berfantasi,
berpegangan
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
tangan, berciuman,
berpelukan, saling
4) Mulai berpikir abstrak
meraba, masturbasi,
petting, oral sex, anal
b. Masa Remaja Pertengahan (13-15seks
seks, vaginal tahun)

1) Mencari identitas diri

2) Timbul keinginan untuk berkencan

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Berkhayal tentang aktivitas seks

c. Remaja Akhir (17-21 tahun)

1) Pengungkapan kebebasan diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

4. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan

perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap

dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja menurut

12
Hurlock (2008) adalah sebagai berikut:

a. Mampu menerima keadaan fisik

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian ekonomi.

e. Remaja merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini

terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum

wanita pun tugas ini berangsur-angsur menjadi semakin penting.

f. Mencapai kemandirian emosional

g. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sanga

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

h. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

i. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa

j. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

k. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga

5. Perkembangan Psikologis Pada Remaja

a. Perkembangan Psikososial

Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada

tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering

diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan

13
sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu

ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi. Ini bentuk awal

yang dapat menjadi masalah bagi lingkungannya. Penyesuaian terhadap

lingkungan baru akan dapat menjadi masalah bagi remaja karena

meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru yang penuh

dengan tuntutan-tuntutan baru. Bila tidak mungkin memasuki dunia barunya,

sering timbul perasaan-perasaan tidak mampu yang mendalam.

b. Emosi

Emosi adalah perasaan yang mendalam yang biasanya menimbulkan

perbuatan atau perilaku. Perasaan dapat dipakai berkaitan dengan keadaan

fisik atau psikis, sedangkan emosi hanya dapat dipakai untuk keadaan psikis.

Pada masa remaja, kepekaan emosi menjadi meningkat sehingga rangsangan

sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar.

c. Perkembangan Kecerdasan
Dalam masa remaja, perkembangan intelegensi masih berlangsung

sampai usia 21 tahun. Berdasarkan perkembangan intelegensi ini, remaja

lebih suka belajar sesuatu yang mengandung logika yang dapat dimengerti

hubungan antara hal yang satu dengan yang lainnya. Imajinasi remaja juga

menunjukkan kemajuan.

B. Prilaku Seksual Beresiko


1. Pengertian
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh

hasratseksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis.

Bentukbentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan

14
tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek

seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri

(Sarwono, 2012).

2. Bentuk-Bentuk Prilaku Seksual Beresiko


Adapun bentuk-bentuk perilaku seksual remaja menurut Perkumpulan

Keluarga Berencana Indonesia (2015), adalah :

a. Berfantasi
Fantasi merujuk pada citra mental seseorang, objek atau situasi

yang seringkali, meskipun tidak selalu melibatkan komponen seksual.

Mungkin saja didasarkan pada pengalaman masa lalu atau seluruhnya

imajinasi. Memiliki fantasi tentang perilaku seksual tertentu tidak berarti

orang tersebut benar – benar berharap akan melakukan perilaku tersebut.

Namun jika dibiarkan terlalu lama aktivitas seksual ini bisa berlanjut ke

kegiatan lainnya, seperti: masturbasi, berciuman, dan aktivitas lainnya.

b. Berpegangan tangan
Perbuatan ini dapat memunculkan getaran romantis atau perasaan

nyaman bagi pasangan termasuk mencoba aktivitas seksual lainnya hingga

kepuasan seksual tercapai.

c. Cium kering
Ciuman kering adalah aktivitas seksual berupa sentuhan bibir

dengan pipi, kening, tangan, rambut. Apabila tidak dikendalikan akan

menimbulkan keinginan untuk melanjutkan kebentuk aktivitas seksual

lainnya yang lebih dapat dinikmati.

d. Cium basah

15
Ciuman basah adalah aktivitas seksual yang berupa sentuhan bibir

dengan bibir, dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan intim.

e. Berpelukan
Berpelukan merupakan suatu ungkapan kasih sayang yang

dilakukan melalui dekapan terhadap pasangan, sehingga menimbulkan rasa

aman, nyaman, terlindungi, disertai dengan rangsangan seksual terutama

bila mengenai daerah yang sangat sensitif pada daerah tubuh wanita

maupun laki-laki.

f. Saling meraba
Tindakan ini dilakukan pada area sensitif seperti payudara, leher,

paha atas, vagina, penis dan lain-lain. Baik berpakaian maupun tanpa

pakaian.

g. Masturbasi
Masturbasi adalah usaha untuk merangsang bagian tubuh sendiri

dengan tujuan mencapai kepuasan seksual. Pada laki-laki biasanya

merangsang alat genital, sedangkan pada perempuan lebih beragam

biasanya dengan merangsang alat genital, payudara atau tubuh yang

lainnya.

h. Petting kering/Petting ringan


Perilaku saling menempelkan/ menggesekan alat kelamin namun

keduanya masih atau salah satunya masih berpakaian lengkap ataupun

masih menggunakan pakaian dalam.

i. Petting basah/ Petting berat

16
Perilaku saling menempelkan/ menggesekan alat kelamin namun

keduanya masih tidak mengenakan pakaian sama sekali.

j. Oral Seks
Oral seks adalah melakukan rangsangan seksual dengan mulut

pada alat kelamin pasangannya. Ada dua jenis seks oral, yaitu fellatio

(mulut dengan penis) dan cunnilingus (mulut dengan vagina).

k. Anal Seks
Anal seks adalah perilaku seksual yang dilakukan dengan

memasukkan penis ke dalam anus atau anal.

l. Berhubungan Kelamin
Hubungan seksual merupakan hubungan badan yang dilakukan

dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin

perempuan.

3. Dimensi Prilaku Seksual Remaja


Menurut Soekadji dalam Liana (2007) mengatakan setiap perilakudapat

dilihat dari tiga dimensi, yaitu:

a. Frekuensi
Yaitu sering tidaknya remaja melakukan perilaku seks bebas

dilakukan oleh para remaja. Cara yang paling sederhana untuk mencatat

perilaku yaitu dengan menghitung jumlah munculnya perilaku seks bebas

yang terjadi.

b. Lamanya berlangsung
Yaitu waktu yang diperlukan oleh remaja untuk melakukan

perilaku seks bebas. Jika suatu perilaku tertentu mempunyai permulaan

17
dan akhir tertentu, tetapi dalam jangka waktu yang berbeda untuk

masingmasing peristiwa, maka pengukuran lamanya berlangsung lebih

bermanfaat lagi.

c. Intensitas
Yaitu bagaimana seseorang merasakan kepuasan dan

kenikmatandalam melakukan hubungan seks dengan pasangannya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Seksual Remaja


Menurut Sarwono (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

seksual pada remaja adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya Libido Seksualitas


Di dalam upaya mengisi peran sosialn, remaja mendapatkan

motivasinya dalam meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual

ini berkaitan dengan kematangan fisik. Peningkatan hasrat seksual ini

membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

b. Norma Agama
Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku

dimana seseorang dilarang untuk melaksanakan hubungan seks sebelum

menikah. Bahkan, larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku

yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak

dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja

larangan – larangan tersebut.

c. Media Informasi
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya

penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

18
dengan adanya teknologi canggih (video cassette, fotokopi, satelit, VCD,

telepon genggam, internet, daan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi.

Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan

meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya

karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual

secara lengkap dari orangtuanya.

d. Peran Orang Tua ( Sex Education )


Orangtua dalam keluarga berperan dalam memberikan pendidikan

kepada anaknya, termasuk pendidikan seks. Tidak adanya pendidikan seks

dari orangtua ini disebabkan, baik karena ketidaktahuannya maupun

karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks

dengan anak tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung membuat jarak

dengan anak dalam masalah yang satu ini. Sehingga anak tidak memiliki

pengetahuan tentang seksualitas yang benar, ini akan membuat anak masuk

kedalam perilaku seksual yang tidak baik. Dalam berbagai penelitian yang

telah dilakukan pada orangtua – remaja, dikemukakan bahwa makin sering

terjadi percakapan tentang seks antara orangtua – remaja, maka tingkah

laku seksual remaja makin bertanggung jawab.

e. Pergaulan yang Semakin Bebas


Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan

pergaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat

sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga

kedudukan wanita makin sejajar dengan pria. Gejala ini banyak terjadi di

kota – kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis kelamin remaja,

19
semakin tinggi tingkat pemantauan orangtua terhadap remaja, maka

semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja.

Sedangkan menurut Jusuf (2007) dalam Indriyani (2014), faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah:

f. Faktor Internal
1) Krisis Identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja

memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya

perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya

identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal

mencapai masa integrasi kedua.

2) Kontrol Diri
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah

laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan

terseret pada perilaku nakal.

g. Faktor eksternal

1) Keluarga

Perceraian orangtua, masalah komunikasi antar-anggota

keluarga, atau perselisihan antar-anggota keluarga bisa memicu

perilaku negatif pada remaja.

2) Teman sebaya yang kurang baik

3) Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik

4) Media massa

20
5. Akibat Prilaku Seksual
Adapun dampak dari perilaku seksual pada remaja menurut Kumalasari

(2012) adalah sebagai berikut:

a. Bagi remaja

1) Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak

perawan.

2) Risiko tertular penyakit menular seksual (PMS) meningkat, seperti

gonoroe, sifilis, herpes simpleks (genitalis), dan HIV/AIDS

3) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan,

pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ

reproduksi, anemia, kemandulan, dan kematian karena perdarahan

atau keracunan kehamilan

4) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa, dan hilang

harapan masa depan)

5) Kemungkinan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan dan kesempatan bekerja

6) Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat

b. Bagi keluarga

1) Menimbulkan aib keluarga

2) Menambah beban ekonomi

3) Mempengaruhi kejiwaan bagi anak karena adanya tekanan (ejekan)

dari masyarakat

21
c. Bagi masyarakat

1) Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat

menurun

2) Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi

3) Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat

kesehatan masyarakat menurun

6. Cara Mengatasi Prilaku Seksual Remaja

Beberapa para ahli berpendapat bahwa penyimpangan perilaku seksual

remaja ini dapat diatasi. Beberapa cara untuk mengatasi perilaku seksual remaja

menurut Kumalasari (2012) adalah sebagai berikut:

a. Mengikis kemiskinan, sebab kemiskinan membuat banyak orangtua

melacurkan anaknya sendiri

b. Menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi, karena

ketidaktersediaan informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan

reproduksi memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi sendiri, baik

melalui nedia informasi maupun dari teman sebaya

c. Memperbanyak akses pelayanan kesehatan, yang diiringi dengan saran

konseling

d. Meningkatkan partisipasi remjaa dengan menggembangkan pendidikan

sebaya

e. Meninjau ulang segala peraturan yang membuka peluang terjadinya

reduksi atas pernikahan dini

f. Meminimalkan informasi tentang kebebasan seks. Dalam hal ini media

22
massa dan hiburan sangat berperan penting

g. Menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif, kukuh, dan

informatif. Pandangan bahwa seks adalah hal yang tabu yang telah

sekian lama tertanam justru membuat remaja enggan bertanya tentang

kesehatan reproduksinya dengan orang tuanya sendiri

C. Sex Education

1. Pengertian

Sex education adalah suatu proses untuk memperoleh informasi dan

membentuk sikap, keyakinan dan nilai – nilai tentang seksualitas (Edwards, et al,

2015). Menurut Gunarsa (2004) pendidikan seks adalah upaya untuk memberikan

pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika,

serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi

tersebut.

Menurut Suyanto (2009) pendidikan seksual atau education in sexuality

meliputi bidang – bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan

lainnya yang dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai

individual seksual, serta mengadakan hubungan interpersonal yang baik.

Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah

penyalahgunaan seks. Khususnya untuk mencegah dampak – dampak negatif yang

tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular

seksual, depresi, dan perasaan bedosa (Sarwono, 2012).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks atau sex education adalah

upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi/pengetahuan sehingga

23
terbentuknya sikap, nilai – nilai dan keyakinan yang benar mengenai seksualitas.

Pendidikan seks ini dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang

alamiah dan wajar tejadi pada semua orang, selain itu remaja juga diberitahu

mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat

menghindarinya.

2. Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja


Menurut Sulistiyo (2005), pentingnya pendidikan seks bagi remaja akan

menjadi sangat jelas dengan melihat dan memahami kenyataan – kenyataan yang

tidak terbantahkan berikut ini :

a. Sebenarnya pendidikan seks merupakan bagian dari proses pendidikan.

Ia merupakan proses belajar bagi manusia yang hidup dan berkembang

kepribadiannya dengan perkembangan yang benar.

b. Remaja memerlukan pengetahuan yang benar tentang masa pra pubertas

hingga masa kematangan seksualitas.

c. Pada masa remaja terjadi perubahan psikologis karena kedewasaan

seksualitas dan juga terjadi kekuatan rangsangan seksualitas.

d. Biasanya anak remaja senang sekali mencari informasi seputar seks,

maka jika orangtua tidak memberikan pengertian seks secara benar,

tidak mustahil mereka akan berusaha mencari untuk mendapatkannya

dengan cara – cara yang justru akan merusak perkembangan diri anak.

e. Tekanan hasrat seksual dan kekuatan serta pengaruhnya mustahil

dihindarkan, maka orangtua tidaklah boleh mengabaikan pengaruhnya

pada jiwa dan perilaku anak.

24
f. Timbulnya kecenderungan dan dorongan seksual yang ada dalam diri

anak, khusus nya remaja, adalah proses alamiah yang berjalan seiring

dengan pertumbuhannya.

g. Pendidikan seks yang benar untuk anak merupakan faktor utama bagi

keberhasilan mereka dalam melakukan seks yang benar ketika menikah.

h. Pengabaian masa bergeloranya seks serta pengaruhnya dalam jiwa anak

akan menyebabkan cacatnya prilaku anak.

3. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Seks

Menurut Sulistiyo (2005), secara umum tujuan pendidikan seks untuk anak

adalah sebagai berikut :

a. Membekali individu dengan pengetahuan yang benar tentang kegiatan

seks, disamping mengetahui bagian – bagian alat kelamin pada masing

– masing jenis, baik laki – laki maupun perempuan, cara kerjanya

masing – masing, dan pengetahuan hakikat hubungan seks serta

tujuannya. Semuanya itu harus dilakukan secara bertahap dan

disesuaikan dengan usia anak, dengan bimbingan buku – buku ilmiah.

b. Menyempurnakan serta mendidik perilaku anak, melalui norma –

norma masyarakat yang berbudi luhur dan berkaitan dengan etika

perilaku seksual, serta menjauhkan hal – hal yang dapat

membangkitkan gairah seksual.

c. Meluruskan pengetahuan dan pemikiran anak yang salah seputar

hakikat seks serta peranannya yang didapatkan anak, dan

memotivasinya untuk mengemukakan pemikiran dan pandangannya

25
tentang seks. Dengan demikian masalah seks tidak menjadi seperti

barang dagangan yang hanya berada di tangan pedagangnya, yang

menjadikan keberadaannya senantiasa tidak terjangkau dan jauh dari

pembicaraan yang benar serta dialog yang sehat.

d. Memberikan motivasi kepada anak untuk mengembangkan berbagai

unsur yang sekiranya akan mampu mengendalikan dorongan

seksualnya. Menanamkan rasa tanggung jawab individu dan sosial serta

mengetahui secara benar tentang bahaya seks bebas bagi individu dan

masyarakat.

e. Membekali anak dengan berbagai arahan yang lembut serta mulia dan

kebiasaan yang benar dan mulia.

4. Sex Education Dari Orang Tua


Orangtua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidik

dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu orangtua juga

merupakan tempat pertama bagi anak menerima pendidikan dan bimbingan serta

meletakkan dasar –dasar kepribadian anak. Oleh karena itu, orangtua mempunyai

peran yang sangat besar dalam pembentukan kejiwaan remaja serta

mempengaruhi kehidupan remaja (Rohmawati, 2012).

Orangtua berperan sebagai pendidik yaitu bertugas untuk menanamkan

nilai – nilai moral dan kehidupan yang akan menjadi landasan yang kuat bagi

tumbuhnya jiwa dan pribadi anak (Friedman, 2010). Orangtua adalah orang yang

paling bertanggung jawab dalam pendidikan anak-anaknya, termasuk pendidikan

seks.

26
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan

tentang masalah – masalah seksualitas. Masalah seksual merupakan masalah yang

bersifat sangat pribadi dan membutuhkan suasana akrab dan terbuka dari hati ke

hati. Kondisi ini akan lebih mudah diciptakan antara orangtua dengan anaknya

(Trisnawati, 2010). Apabila orangtua mampu memberikan pendidikan seks

kepada anaknya, ini berarti akan mempengaruhi perilaku seksual pada anak

tersebut.

Adapun bentuk pendidikan seks yang diberikan orangtua kepada anak

menurut Safita (2013) diantaranya yaitu perbedaan jenis kelamin, pertumbuhan

kelamin dan fungsinya, menstruasi, mimpi basah, kehamilan dan lain-lain.

Menurut Lestari (2015) adapun materi – materi yang diberikan orangtua dalam

pendidikan seks antara lain perbedaan jenis kelamin, etika pergaulan/batasan

pergaulan, tanggung jawab remaja, dan penyakit – penyakit seksual.

Sedangkan menurut Sarwono (2012) materi pendidikan seks yang

diberikan kepada remaja diantaranya adalah :

a. Perubahan pada masa pubertas


Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan

struktur tubuh dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Perubahan yang

terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai

berikut (Intan Kumalasari, 2012):

1) Tanda-tanda seks primer


Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang

berhubungan langsung dengan organ seks. Dalam Modul Kesehatan

Reproduksi Remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa ciri-ciri seks

27
primer pada remaja adalah sebagai berikut :

a) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi

bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi

pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun. Mimpi basah

sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi.

Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus menerus diproduksi

perlu dikeluarkan. Ini adalah pengalaman yang normal bagi semua

remaja laki-laki.

b) Remaja wanita
Remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi

adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche).

Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau

endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari

uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang

menupause yaitu seseorang berusia sekitar 40-50 tahun.

2) Tanda-tanda seks sekunder

Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai

berikut:

a) Remaja laki-laki

 Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; tangan dan

kakibertambah besar

28
 Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan

membidang, pinggang menyempit

 Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada,

tangan, dan kaki

 Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak

seperti anak kecil lagi

 Tumbuh jakun, suara menjadi besar

 Penis dan buah zakar membesar

 Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak

 Rambut menjadi lebih berminyak

 Produksi keringat menjadi lebih banyak

b) Remaja wanita

 Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan

kaki bertambah besar.

 Pinggul lebar, bulat, dan membesar.

 Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagina.

 Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.

 Pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan

menonjol, serta kelenjer susu berkembang, payudara

menjadi lebih besar dan lebih bulat

 Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang

poripori bertambah besar, kelenjer lemak, dan kelenjer

keringat menjadi lebih aktif

29
 Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada

pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga

memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.

 Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu

b. Anatomi fisiologi reproduksi


Anatomi fisiologi reproduksi pria dan wanita, yaitu (Reeder,

Sharon J, 2011):

1) Organ reproduksi pria

a) Penis

Penis adalah organ kelamin pria yang berfungsi sebagai

tempat keluarnya sperma dan tempat keluarnya urine (fungsi

perkemihan).

b) Testis
Testis adalah sepasang organ yang berbentuk oval terletak

di luar rongga abdomen di dalam skrotum. Testis berperan penting

dalam mengontrol.

c) Skrotum
Skrotum adalah sebuah struktur menyerupai kantung yang

berada diantara penis dan anus. Skrotum berfungsi melindungi dan

menyangga testis.

d) Sperma
Sperma adalah cairan yang dihasilkan oleh alat kelamin

pria, apabaila bertemu dengan sel telur (ovum) maka akan terjadi

30
pembuahan.

2) Organ reproduksi wanita

a) Vagina
Vagina adalah alat kelamin wanita/ otot yang

menghubungkan rahim dengan bagian luar. Vagina berfungsi

sebagai jalan lahir, sebagai sarana dalam hubungan seksual dan

sebagai saluran untuk mengalirkan darah dan lendir saat

menstruasi.

b) Uterus/ rahim
Uterus disebut juga dengan rahim, ruang pada rahim ini

berbentuk segitiga dengan bagian atas yang lebih lebar. Fungsi

rahim adalah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin.

c) Himen/selaput dara
Himen merupakan selaput membra tipis yang menutupi

lubang vagina. Himen ini mudah robek sehingga dijadikan salah

satu aspek untuk menilai keperawanan.

d) Sel telur/ovum
Sel telur adalah sel-sel yang dihasilkan oleh wanita, yang

berguna untuk memproduksi keturunan.

c. Kelahiran/Persalinan
Tanda – tanda peringatan persalinan (Reeder, Sharon J, 2011):

1) Adanya kontraksi dapat dimulai 3 atau 4 minggu sebelum

melahirkan. Kontraksi tersebut semata – mata hanyalah kontraksi

uteri berkala yang berlebihan.

31
2) Pengeluaran lendir disertai darah

3) Pecah ketuban

d. KB/ kontrasepsi

1) Fungsi KB

Fungsi KB adalah menghindari/mencegah kehamilan sebagai

akibat pertemuan sel telur yang telah matang dengan sel sperma

(Johnson, 2014).

2) Macam – macam kontrasepsi

a) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang

dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang

dikeluarkan pria saat senggama sehingga tidak tercurah ke vagina.

b) Senggama terputus

Adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis

dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.

c) KB alami

KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak

masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk

menentukan ovulasi ada 3 cara, yaitu: metode kalender, suhu basal

dan metode lendir serviks.

d) Spermicida

Adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan

32
dan menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam

vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat

berbentuk tablet vagina, krim dan jelly, aerosol atau tisu KB.

e) Pil KB

Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil

atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron

atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja.

f) Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan

(cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA).

g) Implant

Adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit,

biasanya dibagian lengan atas.

h) IUD

Adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim

yang bentuknya bermacam – macam, terdiri dari plastik

(polyethyline), ada yang dililit tembaga, dililit tembaga bercampur

perak dan ada pula yang batangnya hanya berisi hormon

progesteron.

i) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya

ovum dengan cara mengikat atau memotong pada kedua saluran

tuba falopi.

33
j) Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk

menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat atau

memotong saluran mani.

5. Akibat perilaku seksual beresiko

a. Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak perawan

b. Risiko tertular penyakit menular seksual

c. Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran

kandungan yang tidak aman

d. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa, dan hilang

harapan masa depan)

e. Kemungkinan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

dan kesempatan bekerja

f. Menimbulkan aib keluarga

g. Putus sekolah

6. Gangguan seksual

Adapun gangguan seksual, diantaranya (Sarwono, 2012) :

a. Fetihisme

Yaitu ketergantungan seseorang pada objek yang tidak hidup untuk

memperoleh rangsangan seksual.

b. Pedofilia

Adalah orang dewasa yang mempunyai kepuasan seksual melalui

kontak fisik dan seksual dengan anak prapubertas yang tidak memiliki

34
hubungan darah dengannya.

c. Hubungan seksual antara keluarga dekat (inces)

Adalah hubungan seksual yang dilakukan antara keluarga dekat,

dimana pernikahan tidak diperbolehkan antar mereka, seperti kakak dan

adik kandung, ayah dengan anak perempuannya.

d. Eksibisionisme

Yaitu kelainan seks yang suka memperlihatkan organ kelamin

kepada orang lain.

e. Homoseksual

Adalah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama atau rasa tertarik

dan mencintai jenis seks yang sama.

7. Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual, diantaranya yaitu (Reeder, Sharon J, 2011) :

a. Herpes simpleks (genitalis)

Adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling cepat

penyebarannya. Wanita yang terinfeksi biasanya mengalami gejala seperti

flu dengan sakit, demam, sakit kepala.

b. Gonorea

Gonorea disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhoeae, yang

paling sering menginfeksi saluran genitalia bawah. Gonorea ditularkan

melalui kontak seksual. Gejala yang timbul meliputi nyeri abdomen bawah,

demam, leukositosis.

c. Sifilis

35
Sifilis dapat ditularkan melalui pajanan cairan eksudat yang

terinfeksi selama kontak seksual, kontak dengan luka terbuka atau darah

yang terinfeksi.

d. HIV/AIDS

HIV adalah penyakit menular yang menyebabkan penurunan fungsi

imun tubuh secara bertahap, menyebabkan AIDS jika terjadi infeksi

opotunistik.

8. Batasan/ etika pergaulan remaja

Didalam agama islan batasan pergaulan remaja telah diatur dalam bentuk

rambu – rambu, diantara nya yaitu (El-Hakim, Luqman, 2014):

a. Rambu – rambu mata

b. Rambu – rambu hati

c. Rambu – rambu telinga

d. Rambu – rambu tangan

e. Rambu – rambu kaki

f. Rambu – rambu suara

g. Rambu – rambu seluruh tubuh

Dalam operasional pergaulan remaja, islam ada aturan baku yang mesti

mutlak ditaati, diantaranya yaitu menutup aurat, laki – laki dan perempuan saling

menundukkan pandangan, larangan berpergian antara perempuan dan laki – laki,

keluyuran tengah malam baik laki – laki maupun perempuan, batasan antara laki –

laki dan perempuan, dll.

Dengan adanya pendidikan seks dari orangtua, ini dapat memberitahu pada

36
remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua

orang, selain itu anak juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual

beresiko sehingga mereka dapat menghindarinya. Selain itu pendidikanseks

memberikan pengetahuan pada remaja, karena remaja dapat mengetahui akibat

dari perilaku seks bebas (Dianawati, 2006).

D. Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi

reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan – perubahan

perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Kumalasari, 2012).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah

laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku

berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang (baik

sejenis maupun lawan jenis), orang dalam khayalan, atau diri sendiri (Tarwoto,

2012).

Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan

tentang masalah – masalah seksualitas. Masalah seksual merupakan masalah yang

bersifat sangat pribadi dan membutuhkan suasana akrab dan terbuka dari hati ke

hati. Kondisi ini akan lebih mudah diciptakan antara orangtua dengan anaknya

(Trisnawati, 2010). Apabila orangtua mampu memberikan pendidikan seks

kepada anaknya, ini berarti akan mempengaruhi perilaku seksual pada anak

37
tersebut.

Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah di paparkan maka kerangka

teori dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut :

Faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku seksual

Faktor Pendorong: Remaja : Faktor


1. Meningkatnya 1. Pengetian Penghambat:
libido seksual remaja 1. Norma agama
2. Media informasi 2. Tahapan remaja 2. Pendidikan seks
3. Pergaulan yang 3. Karakteristik dari orangtua
semakin bebas remaja
4. Teman sebaya 4. Tugas
perkembangan
remaja
5. Perkembangan
psikologis pada
remaja

PERILAKU
SEKSUAL
BERESIKO:
Berfantasi,
berpegangan
tangan, berciuman,
berpelukan, saling
meraba, masturbasi,
petting, oral sex, anal
seks, vaginal seks

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sex Education Dari Orang Tua Dengan Prilaku
Seksual Beresiko Pada Remaja
2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian yaitu suatu diagram sederhana yang

menunjukkan variabel dan hubungan antar variabel (Dahlan, Ms, 2013). Variabel

yang akan dilihat hubungannya yaitu sex education dari orangtua dan perilaku

38
seksual beresiko pada remaja. Menurut Sarwono (2012) salah satu faktor yang

mempengaruhi tindakan perilaku seksual beresiko adalah sex education dari

orangtua.

Dari uraian di atas dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Sex Education dari Prilaku Seksual


orang tua Beresiko

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Sex Education Dari Orang Tua Dengan Prilaku

Seksual Beresiko Pada Remaja

3. Hipotesa

Ha: Ada hubungan antara sex education orang tua dengan prilaku seksual

beresiko pada remaja di SMA Handayani Pekanbaru tahun 2019

Ho : Tidak ada hubungan antara sex education orang tua dengan prilaku

seksual beresiko pada remaja di SMA Handayani Pekanbaru tahun 2019

39

Anda mungkin juga menyukai