Anda di halaman 1dari 24

Kejang Demam Pada Anak

OLEH KELOMPOK 7
1. Justeri kemala sari
2. Novia ayu basari
3. Syahrul
4. Rahmita
5. Firma dona
6. Rosmi
7. Bethrina sonata
Latar Belakang
 Beberapa penyakit yang umum sering diderita bayi dan
balita antara lain demam, infeksi saluran pernapasan, dan
diare (Bulan A, 2013).Kejang bisa terjadi pada bayi yang
baru lahir dan pada anak-anak Kejang demam (febrile
convulsion,feris seizure ) ialah perubahan aktivitas motorik
dan / behavior yang bersifat paroksismal dan dalam waktu
terbatas akibat dari adanya aktivitas listrik abnormal di otak
yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh. Kejang pada anak
umunya diprovokasi oleh kelaianan somatic berasal dari
otak yaitu demam tinggi, infeksi, sinkop, trauma kepala,
hipoksia, keracunan atau aritmia jantung. Setiap anak
dengan kejang demam perlu diperiksa dengan seksama
untuk mencari bila terdapat sepsis, meningitis bakteri atau
penyakit serius lainnya. (Widagdo,2012)
 Kejadian kejang demam terjadi pada 2%-4% anak-anak, dengan
insiden puncak pada usia 2 tahun, 30% kasus kejang demam akan
terjadi kembali pada penyakit demam berikutnya, prognosis kejang
demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka kematian
akibat kejang demam mencapai 0,64%-0,75%. Sebagian besar
penderita kejang demam dapat sembuh sempurna, dan sebagian
berkembang menjadi epilesi sebanyak 2-7%. Kejang demam dapat
mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi
dan pencapaian tingkat akademik, 4% penderita kejang demam
secara bermakna mengalami tingkah laku dan penurunan tingkat
intelegensi. Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan 4-5% dari
jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, danEropa
Barat. Menurut Hernal (2010) angka kejadian kejang demam lebih
tinggi di Asia, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian
kejang demam dan 5-10% di India.
 Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang
memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini
serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam
mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan
asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita,
yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif
danrehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan
serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang
utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual, (Medula, 2013)
ANATOMI FISIOLOGI

Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf


terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri
dari cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) serta
medulla spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi
(peripheral nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-
saraf kepala) dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf
gaib (autonomic nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem
saraf simpatis) dan parasymphatis (sistem saraf parasimpatis).
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan
dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi
untuk melindungi struktur saraf terutama terhadap resiko benturan
atau guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater,
arachnoid dan piamater.
Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari :
A. Cerebrum (otak besar)
Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior
dan superior rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi
cavum cranialis anterior dan cavum cranialis media.
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan
medulla cerebri. Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik,
pusat bicara, pusat sensorik, pusat pendengaran / auditorik,
pusat penglihatan / visual, pusat pengecap dan pembau
serta pusat pemikiran.
Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah
substansia alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi
tepi sudah berada di dalam daerah medulla cerebri. Pada
setiap hemisfer cerebri inilah yang disebut sebagai ganglia
basalis.
Yang termasuk pada ganglia basalis ini adalah :
 Thalamus
 Hypothalamus
 Formation Reticularis
B. Serebellum
 Sistem saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung keluar dari otak atau
batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus cranialis ada 12 pasang :
 N. I : Nervus Olfaktorius
 N. II : Nervus Optikus
 N. III : Nervus Okulamotorius
 N. IV : Nervus Troklearis
 N. V : Nervus Trigeminus
 N. VI : Nervus Abducen
 N. VII : Nervus Fasialis
 N. VIII: Nervus Akustikus
 N. IX : Nervus Glossofaringeus
 N. X : Nervus Vagus
 N. XI : Nervus Accesorius
 N. XII : Nervus Hipoglosus
 Yang termasuk dalam system saraf simpatis
adalah :
 Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan
seterusnya
 Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut
trunkus symphatis
 Pleksus pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan
dari ganglion kolateral
 Sistem saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu :
 Serabut saraf yang dicabagkan dari medulla
spinalis:
 Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau
batang otak
DEFINISI KEJANG DEMAM

 Kejang demam adalah bangkitan kejangyang terjadi pada kenaikan


suhu 380 C yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium,biasanya
terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai>380C).Kejang demam dapat terjadi karena proses
intracranial maupun ekstrakranial.Kejang demam terjadi pada 2-4%
populasi anak berumur 6 bulansampai dengan 5tahun (Amid dan
Hardhi,NANDANIC-NOC,2013)
 Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering
dijumpai pada anak tertama pada golongan anak yang berumur 6
bulan sampai 4 tahun.. Pada demam kejang terjadi pembahasan
sekelompok neuron secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu
gangguan kesadaran, gerak, sensori atau memori yang bersifat
sementara. ( Aesceulaplus : 2000 )
ETIOLOGI

 Peranan infeksi pada sebagian besar kejang demam adalah


tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan
atas reaksi demamnya yang terjadi(Lumbantobing,
2007).Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan
oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang
disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat
misalnya tonsilitis, ostitis media akut, bronkitis(Judha &
Rahil, 2011).
 Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami
hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) berat,
hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air,
atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh gangguan
metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya
dihilangkan (Corwin, 2001).
PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat


dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainya kecuali ion
klorida. Akibatnya konsentrasi ion kalium dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedang
di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di
luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran
yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran di perlukan
energi dan bantuan enzim NA-K ATP-ase yang terdapat
pada permukaan sel.
 Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh
perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
 Kejang demam yang berlangsung lama biasanya disertai
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hiposemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi, artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat (Judha & Rahil, 2011)
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS

Menurut, Riyadi, Sujono & Sukarmin (2009),


manifestasi klinik yang muncul pada penderita kejang
demam :
a.Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.
b.Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik,
fokal atau kinetik.Beberapa detik setelah kejang
berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun tetapi
beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali
tanpa ada kelainanpersarafan.
c.Saat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan
seperti panggilan, cahaya (penurunan kesadaran)
Selain itu pedoman mendiagnosis kejang demam menurut
Livingstone juga dapat kita jadikan pedoman untuk menetukan
manifestasi klinik kejang demam. Ada 7 kriteria antara lain :
 Umur anak saat kejang antara 6 bulan sampai 4tahun.
 Kejang hanya berlangsung tidak lebih dari 15menit.
 Kejang bersifat umum (tidak pada satu bagian tubuh seperti pada
otot rahang saja).
 Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnyademam.
 Pemeriksaan sistem persarafan sebelum dan setelah kejang tidak
ada kelainan.
 Pemeriksaan elektro Enchephalography dalam kurun waktu 1
minggu atau lebih setelah suhu normal tidak dijumpaikelainan
 Frekuensi kejang dalam waktu 1 tahun tidak lebih dari 4
kali.Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifatkejang dapat berbentuk
tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau kinetik. Umumnya kejang
berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi
apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan
sadar tanpa ada kelainan saraf.(Judha& Rahil, 2011)
KLASIFIKASI

1. Kejang Parsial
a. Kejang Persial Sederhana
 Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
 Tanda-tanda motorik kedutaan pada wajah, tangan atau salah satu sisi tubuh
umumnya gerakan setiap kejang sama
 Tanda atau gejala otomik, muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
 Somotosenoris atau sensori khusus, mendengar musik, merasa seakan jatuh dari
udara
 Gejala psikis, rasa takut
b. Kejang Parsial Kompleks
 Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks
 Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik, mengecap-ngecap bibir,
mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan dan gerakan
tangan lainnya tatapan terpakau. ( Natsiyah : 2004 )
2. Kejang Umum
 Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir
dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan
kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi
prenatal berat.
 Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral
dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-
pindah.
 Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi
dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang
berulang dan terjadinya cepat
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menentukan factor penyebab dan


komplikasi pada anak, diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan
laboratorium ,fungsi lumbal, elektroensefalografi
dan pencitraan neurologis . Pemilihan jenis
pemeriksaan penunjang ini ditentukan sesuai
dengan kebutuhan, (Antonius, 2015)
a.Pemeriksaan laboratorium
b. Fungsi lumbal
c. Elektroensefalografi
d. Pencitraan neurologis
KOMPLIKASI

Komplikasi pada kejang demam anak menurut Garna & Nataprawira (2005)
 Epilepsi: Epilepsi merupakan gangguan susunansaraf pusat yang dicirikan oleh
terjadinya serangan yang bersifat spontan dan berkala. Bangkitan kejang yang
terjadi pada epilepsi kejang akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di
sel neuron saraf pusat.
 Kerusakan jaringan otak: Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf
yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor M Metyl
D Asparate (MMDA) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak
yang merusak sel neuoran secara irreversible.
 Retardasi mental: Dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonatus
 Aspirasi: Lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan obstruksi jalan napas.
 Asfiksia: Keadaan dimana bayi saat lahir tidak dapat bernafas secra spontan
atau teratur
PENATALAKSANAAN

Menurut, Judha & Rahil (2011), menyatakan bahwa dalam penanggulangan kejang
demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu : Pemberantasan kejang secepat
mungkin, apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :
 Segera berikan pengobatan penunjang jika perlu diazepam
 Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah semua pakaian ketat dibuka,
posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar
jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
 Pengobatan
 Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis per hari pertama,
kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya.
 Mencari dan mengobati penyebab
 Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media
akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada
pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti fungsi lumbal,
kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto
tengkorak,ensefalografi.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Identitas Pasien
 Nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, alamat dan diagnosa medis
serta tanggal masuk.
Keluhan Utama
 Biasanya pasien dengan diagnosa ini masuk dengan keluhan panas tinggi kemudian kejang
Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang : Biasanya anak/bayi tersebut panasnya tinggi, peningkatan suhu tubuh >380C,
peningkatan nadi,, kejang, disertai dengan sesak nafas yang terjadi secara tiba-tiba atau mendadak.
 Riwayat kesehatan dahulu: Adanya klien riwayat terjatuh / trauma, faktur, adanya riwayat alergi dan adanya infeksi.
Atau pasien mempunyai riwayat penyakit epilepsi
 Riwayat kesehatan keluarga : Faktor resiko demam kejang pertama yang penting adalah deman, selain itu terdapat
factor herediter. Pasien dengan epilepsi biasanya diturunkan oleh keluarga, karena kejang demam yang disebabkan
oleh epilepsi merukan penyakit menurun/genetik
Pola Nutrisi dan metabolik : Dalam pola ini anak tidak memiliki masalah selama pasien tidak demam dan mau makan
Pola eliminiasi : Tidak ada masalah
Pola tidur dan istirahat : Pasien mengalami gangguan tidur apabila panas tinggi, namun apabila panasnya sudah turun
maka pasien bisa tidur normal kembali
Pola aktivitas : Biasanya anak dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya selama tidak trjadi serangan dan
apabila serangan tsb timbul, maka pasien dapat terjatuh dan cedera bahkan lidah bisa tergigit.
Pemeriksaan Fisik :
 Kepala : kulit kepala bersih san beruban, tidak ada luka lesi, rambut klien tipis, mukosa mulut
kering, skelera tidak iketrik, konjungtiva anemis
 Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid ( tidak ada kelainan).
 Dada : simetris kiri- kanan, tidak tertaba massa
 Abdomen : tidak ada nyeri tekan saat di palpasi, bising usus terdengar saat di auskultasi
 Ekstremitas : terpasang cairan infuse, turgor kulit jelek ± 3 detik, kekuatan otot
 Genitalia : tidak ada keluhan
 Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh klien meningkat lebih dari 37’5C
 Pernapasan : Gigi mengatup, siasonosis, apnea, pernapasan menurun / cepat; peingkatan mucus.
 Sirkulasi : Hipertensi, peningkatan nadi.
 Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita (0-5 tahun) (Smeltzer,2000).
Pertumbuhan
 Pertambahan BB 2 kg / tahun pada usia 21 bulan, kelihatan kurus, tapi aktifitas motorik tinggi,
system tubuh matang (berjalan dan lompat), TB 6-7 cm / tahun, kesulitan makan, eliminasi mandiri,
kognitif berkembang, mmebutuhkan pengalaman belajar, inisiatif dan mampu identifikasi identitas
diri.
Perkembangan (Motorik, bahasa, kognitif)
 Berdiri satu kaki, menggoyangkan jari kaki, mengambar acak, menjepit benda, melambaikan tangan,
makan sendiri, menggunakan sendok, menyebutkan empat gambar dan warna, menyebutkan warna
benda, mengerti kata sifat, menirukan berbagai bunyi kata, paham dengan arti larangan berespon
terhadap panggilan, menagis bial dimarahi, permintaan sederhana, kecemasan perpisahan orang
terdekat, mengenali semua anggota keluarga.
Pemeriksaan penunjang
 Darah lengkap
 Glukosa darah : mengalami penurunan konsentrasi glukosa darah
 Elektrolit : Intoksikasi air, kalsium serum rendah dibawah 5 mg/100 ml, konsentrasi
ion magnesium atau hidrogen yang rendah
 Cairan serebrospinal : terdapat peningkatan leukosit, adanya penurunan jumlah
glukosa
 Pemeriksaan CT-Scan : Menunjukkan adanya lesi pada bagian kepala
 Pemeriksaan Neurologis : perilaku dan status mental,menunjukkan hiperaktivitas
atau hipoaktivitas. Pemeriksaan motorik , penilaian kekuatan otot atau reflek
mengalami peningkatan atau penurunan.
J. Diagnosa Keperawatan
 Berdasarkan data pengkajan, diagnosa keperwatan utama pasien dapat meliputi
yang berikut : (Doenges E. Marilynn,2002)
 Resiko cedera berhubungan dengan aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran selama kejang
 Peningkatan suhu tubuh b/d status metabolic
 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mucus, obstruksi lidah dan
benda asing
 Gangguan perfusi serebral b / d peningkatan tekanan intracranial
 Konsep diri : Body image, harga diri berhubungan dengan kehilangan control tubuh, reaksi
negative dari lingkungan terhadap penyakit
 Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi
 Resiko kejang demam berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai