TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Remaja
a. Pengertian
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa deawasa, dimana pada masa itu tejadi pertumbuhan yang
2002)
yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian yang serius bagi orangtua, praktisi
pendidikan ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang
produktif dan kreatif sesuai tahap perkembangannya (Tarwoto & dkk, 2012).
Menurut Helen (2012) bahwa, remaja adalah orang yang paling mudah
menerima sesuatu yang baru, unik dan menarik karena remaja mempunyai jiwa
yang ingin tahu akan sesuatu hal dan antusias dalam mengekspresikan dirinya.
Remaja juga mempunyai sifat yang mudah terpengaruh dan labil. Mereka akan
melakukan sesuatu hal yang membuat mereka puas dan merasa tidak akan
Pada masa ini insting-inting seksual ada dalam keadaan paling lemah,
sedangkan proses perkembangan anak ada dalam keadaan paling kuat (progresif).
Masalah erotik pada seks, yaitu totalitas dari kompleks gejala seksual dan afiksi-
afiksi yang berkaitan dengan masalah cinta, sifatnya belum akut karena memang
Proses organis yang penting pada masa ini adalah kematangan seksual.
Kadang-kadang hormon dan fungsi motorik juga terganggu. Lalu, terlihat gejala-
gejala tingkah laku, seperti canggung, kaku, kikuk, tegar, muka tampak kasar,
dan buruk.
Pada masa ini anak mulai bersikap kritis terhadap objek-objek yang berkaitan
dengan dirinya, mampu membedakan dan menelaah hal yang terkait dengan
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai
merasa telah besar, deawasa dan tidak kecil lagi. Konflik antar-kebutuhan
orang tua. Di lain pihak remaja ingin bebas dan mandiri, yang
penyesuaian sosialnya.
c. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosia.
a. Perkembangan psikososial
Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap
berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan
memaksa agar kemauannya dipenuhi. Ini bentuk awal yang dapat menjadi
memasuki dunia baru yang penuh dengan tuntutan-tuntutan baru. Bila tidak
yang mendalam.
b. Emosi
perbuatan atau perilaku. Perasaan dapat dipakai berkaitan dengan keadaan fisik
atau psikis, sedangkan emosi hanya dapat dipakai untuk keadaan psikis. Pada
c. Perkembangan kecerdasan
belajar sesuatu yang mengandung logika yang dapat dimengerti hubungan antara
hal yang satu dengan yang lainnya. Imajinasi remaja juga menunjukkan
kemajuan.
2. Perilaku Seksual Pranikah
a. Pengertian
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat
kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim antara
seksualnya. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena secara alamiah
dorongan seksual memang harus terjadi untuk menyalurkan rasa kasih sayang
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-betuk tingkah
laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku
Perilaku seksual remaja biasanya didorong oleh rasa sayang dan cinta serta
yang jelas. Perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja
berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya
mengenai seks, dan kontrol diri. Remaja yang mampu mengatur dirinya akan
Perilaku seksual adalah suatu bentuk aktifitas fisik antara laki-laki dan
perempuan atau lawan jenis yang dilakukan karena adanya dorongan-dorongan
seksual untuk mengekspresikan perasaan atau emosi dan kesenangan seksual
melalui berbagai perilaku.
a. Berpegangan Tangan
b. Berfantasi
aktivitas lainnya.
c. Bersentuhan (touching)
d. Cium Kering
hingga tak terkendali, tertular virus atau bakteri dari lawan jenis. Mudah
f. Berpelukan
g. Saling Meraba
h. Necking
i. Bercumbuan (petting)
j. Seks Oral
Seks oral merupakan perbuatan memasukkan alat kelamin kedalam
perempuan.
a. Faktor internal
1) Krisis identitas
kedua.
2) Kontrol diri
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku nakal. Begitu pula bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan
dua tingkah laku tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan kontrol diri
b. Faktor Eksternal
1) Keluarga
salah.
2) Pergaulan bebas
diri atau kontrol diri remaja. Sexual revolution yang ditandai dengan semakin
ditularkan secara seksual serta penyakit AIDS, semakin diterimanya sikap positif
a. Bagi remaja
b. Bagi keluarga
masyarakat
c. Bagi masyarakat
1) Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat
menurun
masyarakat menurun
remaja ini dapat diatasi. Beberapa cara untuk mengatasi perilaku seksual
konseling
sebaya
Pandangan bahwa seks adalah hal yang tabu yang telah sekian lama
3. Kontrol Diri
a. Pengertian
bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Menurut Berk (dikutip dari Singgih,
2012) kontrol diri adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan atau
dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan
norma sosial. Sedangkan menurut Gilliom et al., kontrol diri adalah kemampuan
individu yang terdiri dari tiga aspek, yaitu kemampuan mengendalikan atau
menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau merugikan orang lain,
perasaan kepada orang lain, tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan orang
lain.
impuls dan tindakannya sendiri. Sedangkan, menurut Rini (2011) Kontrol diri
merupakan kemampuan individu mengontrol dan mengelola faktor-faktor
perilaku sesuai situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan
menampilkan perilaku yang paling tepat bagi dirinya. Papalia et al (dikutip dari
mengendalikan tingkah lakunya pada saat tidak adanya kontrol dari lingkungan.
individu untuk mengatur, membimbing, mengarahkan dirinya baik dari segi fisik,
kontrol diri terdiri dari faktor internal dari dalam dan faktor eksternal yaitu
lingkungan individu.
a. Faktor Internal
Faktor internal yang ikut berperan terhadap kontrol diri adalah usia, semakin
dirinya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang ikut berperan terhadap kontrol diri di antaranya adalah
lingkungan keluarga yaitu orang tua dan teman sebaya yang menentukan
Menurut Block and Block (dalam Sari, 2006), ada tiga jenis kontrol diri yaitu:
banyak mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus
mengenai kejadian yang menekan, kapan akan terjadi, mengapa dan apa
mengenai apa atau siapa yang menyebabkan kejadian yang menekan setelah
b. Kontrol kognitif yaitu: kemampuan proses berpikir untuk mencari cara atau
seseorang dalam memprediksi dan mempersiapkan apa yang akan terjadi dan
diketahuinya
e. Retrospective control yaitu: kemampuan yang menyinggung kepercayaan
mengenai apa atau siapa yang menyebabkan kejadian yang menekan setelah
B.F. Skinner (dalam Sari, 2006) mengemukakan beberapa teknik yang dapat
Cormier & Cormier mengemukakan terdapat tiga teknik kontrol diri yaitu:
ingkungan. Self monitoring dapat juga digunakan untuk alat ukur tingkat
produktifitas suatu keadaan atau tingkah laku seseorang dan akan menjadi
efektif sebagai alat dalam pengubahan suatu tingkah laku. Self monitoring
bersifat reaktif, yaitu tindakan yang selalu mencatat perilaku yang dapat
otomatis.
ialah cara mengubah tingkah laku yang dapat dilakukan dengan memberi
berhasil.
perilakunya dengan segala akibat yang dihasilkan. Cara ini dapat dilakukan
Menurut Rice (Singgih D. Gunarsa, 2006 ) remaja adalah masa peralihan, ketika
individu tumbuh dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Pada masa tersebut ada
dua poin penting yang menyebabkan remaja melakukan kontrol diri. Pertama, hal
yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan. kedua, hal yang
bersifat internal yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja
Yarni, 2005) mendefinisikan masa remaja adalah masa yang meliputi proses
organisasi dari ego, dalam hubungan dengan orang tua, orang lain, dan cita-
citanya. Boyke Dian Nugraha (Linda Yarni, 2005) berpendapat bahwa masa
remaja adalah masa yang ditandai dengan perubahan fisik secara cepat,
adanya perubahan yang terjadi pada tubuh remaja, hal ini dapat membuat mereka
tidak bisa menerima keadaan fisik mereka sehingga mereka mengalami emosi
Sofyan S Willis (Minda Puspita dkk, 2013) mengatakan bahwa remaja yang tidak
mampu mengontrol diri akan melahirkan keingingan dan cita-cita yang tinggi
bersemangat, berbuat sesuka hatinya dan lain sebagainya, dimana gejala tersebut
cenderung bertingkah laku yang beresiko. Bertingkah laku yang beresiko tersebut
diartikan sebagai tingkah laku yang secara potensial dapat menyebabkan celaka
atau kesulitan pada orang lain maupun pada diri sendiri. Tingkah laku beresiko
yang paling sering muncul pada masa remaja adalah penyalahgunaan obat-
kehidupan seks remaja. Akan tetapi perlu diingat, bahwa tidak semua remaja mau
2006) mengatakan bahwa remaja yang kemungkinan besar mencoba tingkah laku
Menurut Averill (dikutip dari Syamsul Bachri Thalib, 2010) ada tiga aspek
Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu : mengatur pelaksanaan (regulated
yang mempunyai kemampuan mengontrol diri yang baik akan mampu mengatur
perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan jika dia tudaj mampu
mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu : memperoleh
informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam
diri.
mengontrol diri terletak pada kekuatan dari ketiga aspek tersebut. Kemampuan
mengontrol diri ditentukan oleh seberapa jauh salah satu aspek mendominasi atau
Individu yang memiliki kontrol diri akan terhindar dari berbagai tingkah
laku negatif. Kontrol diri memiliki arti sebagai kemampuan individu untuk
menahan dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku negatif yang tidak
lingkungannya
Individu akan membatasi ruang bagi aspirasi dirinya dan memberikan ruang
a. Dalam beberapa situasi, kemampuan kontrol diri yang kuat sangat diperlukan
diri, pengaturan terhadap fisik, sikap, dan proses-proses yang bersifat psikologis
dengan kata lain, pengaturan terhadap segala proses yang menentukan diri
seseorang. Dengan begitu, individu dengan kontrol diri yang tinggi akan sangat
yang bervariasi.
terbuka dengan orang lain. Seseorang akan berusaha menampilkan perilaku yang
dianggap paling tepat bagi dirinya yaitu perilaku yang dapat menyelamatkan
dilakukannya.
yaitu:
hal menyimpang.
4. Kerangka Konsep
a. Kerangka Teori
perilaku seksual pranikah pada remaja, dan dijelaskan lebih singkat dengan bagan
di bawah ini
7. Meraba
8. Oral sex
9. Berhungan intim
Gambar 2.1
(Sumber : Sriwahyuni,2007. Tarwoto & dkk, 2012. Averill dikutip dari Syamsul
menunjukkan variabel dan hubungan antar variabel (Dahlan, Ms, 2013). Variabel
yang akan dilihat hubungannya yaitu kontrol diri dan perilaku seksual beresiko
pada remaja. Menurut Jusuf (dalam Indriyani, 2014) salah satu faktor yang
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.2
c. Hipotesa
Berdasarkan kajian teori dan paradigma diatas maka pengajuan hipotesis dalam
Ha : Ada hubungan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikh pada remaja di
SMA 9 pekanbaru.