Anda di halaman 1dari 17

William Ongkojoyo

1501035200
Akuntansi Perpajakan (5A)
Tugas 1

PT
Rekons
Tahun 2009 (da

Koreksi Fiskal
Keterangan Menurut Akuntansi
Positif
Penjualan Rp1,250,000
HPP:
Persediaan awal Rp200,000
Pembelian Rp1,000,000

Persediaan akhir Rp720,000

Rp480,000
Penghasilan Bruto Usaha Rp770,000
Beban Operasional:
Gaji Rp55,000
Tunjangan transport karyawan Rp45,000
Beban makan kantor Rp6,000

Beban pengobatan ditanggung


Rp20,000 Rp20,000
perusahaan

Beban training karyawan Rp15,000


Beban seragam satpam Rp12,000

Beban sanksi administrasi pajak Rp10,000 Rp10,000

Beban bunga pinjaman Rp7,000


Cadangan penghapusan piutang Rp5,000 Rp5,000

Beban jamuan tamu tanpa daftar


Rp10,000 Rp10,000
nominatif

Beban listrik dan telepon kantor Rp24,000


PBB dan Bea Materai Rp3,000

Penyusutan asset tetap Rp40,000 Rp5,000

Premi asuransi kebakaran pabrik Rp10,000

Bantuan untuk panitia HUT RI Rp5,000 Rp5,000

Sumbangan ke Panti Asuhan Rizky Rp8,000 Rp8,000


Total Beban Operasional Rp275,000
Penghasilan Neto Usaha Rp495,000
Penghasilan dari Luar Usaha:

Sewa kendaraan boks Fa. Maju Rp9,800 Rp200

Keuntungan selisih kurs Rp5,000


Penerimaan kembali PBB Rp5,000

Jasa giro bank JAYA Rp2,000

Penghasilan bunga deposito Rp1,000

Total Penghasilan dari Luar Usaha Rp22,800


Beban dari Luar Usaha:
Laba Bersih Usaha dalam Negeri Rp517,800
Penghasilan dari Singapura Rp200,000
Penghasilan Kena Pajak Rp717,800

PPh Pasal 29:


PPh Terutang (50% x 28%) x Rp 758.000.000

Kredit Pajak:

PPh Pasal 22 (1,5% x 200.000.000)

PPh Pasal 23 (2% x 10.000.000)


PPh Pasal 24:

Kredit pajak maximal Singapura: (200.000.000 : 758.000.000) x 106.120.000 = 28.000.000

20% x 200.000.000 = 40.000.000

PPh Pasal 24

PPh Pasal 25 (5 x 12.000.000)

PPh Kurang Bayar

PPh Pasal 25 Tahun 2010:

PPh terutang

PPh Pasal 22 (1,5% x 200.000.000)


PPh Pasal 23 (2% x 10.000.000)

PPh Pasal 24

PPh Pasal 25 Selama 1 Tahun

PPh Pasal 25 Per Bulan


PT. RAFI
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 2009 (dalam ribuan Rupiah)

Koreksi Fiskal
Menurut Fiskal Rujukan Koreksi Fiskal
Negatif
Rp1,250,000

Rp200,000
Rp1,000,000

Pasal 10 ayat (6) UU PPh (UU No. 10 Tahun


Rp20,000 Rp700,000 1994), Pencatatan persediaan hanya dapat
menggunakan metode FIFO atau AVERAGE

Rp500,000
Rp750,000

Rp55,000
Rp45,000
Rp6,000

Pasal 9 ayat (1) UU PPh membahas tentang


pengakuan beban yang dapat diakui didalam
perpajakan, beban pengobatan tidak
Rp0
berpengaruh langsung dengan kegiatan
perusahaan sehingga menurut fiskal tidak
dapat diakui sebagai beban

Rp15,000
Rp12,000

UU No. 10 Tahun 1994 (Pasal 10 ayat (1)


huruf K UU PPh), menyatakan bahwa sanksi
Rp0 adminstrasi tidak boleh diakui sebagai
pengurang dalam penentuan besarnya
penghasilan kena pajak.

Rp7,000
Peraturan Menteri Keuangan
81/PMK/.03/2009, Pasal 9 ayat (1) huruf c
UU PPh, mengatur tentang pembentukan
atau pemupukan dana cadangan yang boleh
Rp0
dikurangkan sebagai biaya. Hanya
Perbankan dan usaha perkreditan lain seperti
asuransi yang diperbolehkan memiliki
cadangan penghapusan piutang

Pasal 9 ayat (1) UU PPh membahas tentang


pengakuan beban yang dapat diakui didalam
perpajakan, beban jamuan tamu tanpa daftar
Rp0 nominatif tidak berpengaruh langsung
dengan kegiatan perusahaan sehingga
menurut fiskal tidak dapat diakui sebagai
beban
Rp24,000
Rp3,000

Pasal 11 UU No. 17 Tahun 2000, mengatur


tentang penyusutan aktiva tetap, dimana
bangunan permanen hanya dapat
Rp35,000 menggunakan metode garis lurus dengan
tarif 5%. Untuk aset tetap kelompok 1 yang
menggunakan metode garis lurus, tarifnya
sebesar 25%

Rp10,000

Pasal 9 ayat (1) UU PPh membahas tentang


pengakuan beban yang dapat diakui didalam
perpajakan, Bantuan untuk panitia HUT RI
Rp0
tidak berkaitan langsung dengan kegiatan
perusahaan sehingga tidak dapat diakui
sebagai beban

Pasal 9 ayat (1) UU PPh membahas tentang


pengakuan beban yang dapat diakui didalam
perpajakan, Sumbangan ke Panti Asuhan
Rp0
Rizky tidak berkaitan langsung dengan
kegiatan perusahaan sehingga tidak dapat
diakui sebagai beban
Rp212,000
Rp538,000

UU PPh Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa


salah satu penghasilan yang dikenakan PPh
Pasal 4 ayat (2) ialah penyewaan aset.
Sehingga penghasilan dari sewa kendaraan
Rp10,000 termasuk didalam PPh Final. Pasal 4 ayat (1)
UU PPh juga menjelaskan tentang
penghasilan yang merupakan objek pajak,
salah satunya adalah penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta.

Rp5,000
Rp5,000

UU PPh Pasal 4 ayat (2) mengatur tentang


pajak final, yang dimana pendapatan jasa
giro adalah salah satu penghasilan yang
Rp2,000 Rp0
bersifat pajak final. Oleh sebab itu didalam
rekonsiliasi fiskal pendapatan jasa giro tidak
diakui sebagai pendapatan.

UU PPh Pasal 4 ayat (2) mengatur tentang


pajak final, yang dimana penghasilan bunga
deposito adalah salah satu penghasilan yang
Rp1,000 Rp0
bersifat pajak final. Oleh sebab itu didalam
rekonsiliasi fiskal penghasilan bunga
deposito tidak diakui sebagai pendapatan.

Rp20,000

Rp558,000
Rp200,000
Rp758,000
3,000,000

200,000

.000 = 28.000.000

28,000,000

60,000,000

106,120,000

-3,000,000
-200,000

-28,000,000

74,920,000

6,243,333
Perhitungan dan keterangan

Berkurangnya persediaan akhir


menyebabkan HPP semakin meningkat
sehingga penghasilan bruto turun,
sehingga dinyatakan koreksi fiskal negatif

Terjadi koreksi positif karena beban


berkurang yang menyebabkan Laba
meningkat

Terjadi koreksi positif karena beban


berkurang yang menyebabkan Laba
meningkat
karena cadangan penghapusan piutang
ditiadakan maka mengalami koreksi
positif sebesar 5.000

yang dapat diakui sebagai beban adalah


jika memiliki daftar nominatif, tetapi
karena tidak termasuk dalam daftar
nominatif maka tidak dapat diakui
sebagai beban, sehingga beban berkurang
dan menyebabkan penghasilan bruto
meningkat

Perhitungan penyusutan sesuai


perpajakan: untuk aset tetap kelompok 1
= 25% x 60.000 = 15.000; untuk
bangunan permanen = 5% x 400.000 =
20.000. sehingga total penyusutan aset
tetap menurut perpajakan hanya boleh
diakui sebesar 35.000. Sehingga terjadi
pengurangan beban dalam perhitungan
fiskal yaitu koreksi positif sebesar 5.000

Terjadi koreksi positif karena beban


berkurang yang menyebabkan Laba
meningkat

Terjadi koreksi positif karena beban


berkurang yang menyebabkan Laba
meningkat
Dalam akuntansi sewa kendaraan dicatat
sebesar 9.800 termasuk PPh. Namun
didalam pencatatan perpajakan,
pendapatan dicatat sebesar nilainya tanpa
dipotong PPh. Sehingga terjadi koreksi
fiskal positif sebesar 200 dimana didapat
dari perhitungan: (100/98 x 9.800) - 9.800
= 200.

Karena didalam perpajak pendapatan jasa


giro tidak diakui, maka terjadi koreksi
negatif sebesar 2.000 yang umumnya
menyebabkan laba usaha turun sehingga
penghasilan kena pajak juga menurun
(biasanya laba fiskal lebih kecil daripada
laba akuntansi akibat koreksi positif).

Penghasilan bunga deposito harus


dikoreksi negatif sebesar 1.000 karena
tidak dimasukkan dalam perhitungan
fiskal (menyebabkan penghasilan
mengecil sehingga seharusnya laba usaha
juga mengecil)
106,120,000

91,200,000
14,920,000

Keterangan

Pasal 31E ayat (1) UU PPh menjelaskan


bahwa terdapat fasilitas pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif yang dimaksud
dalam pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) untuk WP Badan dalam Negeri yang
penghasilan/peredaran brutonya tidak
melebihi 4.800.000.000

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri


Keuangan (PMK) Nomor
154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan
Pajak Penghasilan Pasal 22 mengatur
tentang tarif PPh Pasal 22
UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat
(1) mengatur tentang tarif atas PPh 23

UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 24 ayat


(1) menyatakan bahwa pajak terutang
diluar negeri boleh dikreditkan, namun
terdapat jumlah maksimal yang dapat
dikreditkan.

PPh Terutang - PPh Pasal 21 - PPh Pasal


23 - PPh Pasal 24
PPh Pasal 25 Setahun : 12
Keterangan
Pasal 31E ayat (1) UU PPh menjelaskan bahwa terdapat
fasilitas pengurangan tarif sebesar 50% bagi WP badan dalam
negeri yang penghasilan/peredaran brutonya tidak melebihi
4.800.000.000

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor


154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 mengatur tentang tarif PPh Pasal 22

UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (1) mengatur


tentang tarif atas PPh 23

Pasal 24 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5) UU No. 36 Tahun 2008
Tentang PPh

UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 24 ayat (1) menyatakan


bahwa pajak terutang diluar negeri boleh dikreditkan, namun
terdapat jumlah maksimal yang dapat dikreditkan.

PPh 25 sebulan x 12

Anda mungkin juga menyukai