EVALUASI PEMBELAJARAN
OLEH :
ALDO SAPUTRA
(A1N119013)
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
A. TES HASIL BELAJAR
yang berkualitas tidak hanya bersifat pengetahuan atau pemahaman, tetapi lebih
berupa keterampilan. Untuk itu maka, agar dapat menjadi penulis tes yang baik
4. Mampu membahasakan gagasan atau ide tes dengan baik dan tepat.
bentuk tes.
1. Batasan Tes
Menurut Hopkins dan Antes (1990) tes adalah suatu instrumen, alat atau
prosedur yang berisikan sejumlah tugas yang harus dijawab oleh siswa yang
hasilnya dapat digunakan untuk mengukur suatu ciri tertentu. Melalui jawaban
seseorang atas pertanyaan dalam tes diperoleh suatu ukuran (yaitu nilai numerik)
mengenai karakteristik orang tersebut. Menurut Nitko (1996), tes adalah suatu
satu atau lebih karakteristik siswa dengan menggunakan skala yang berbentuk
angka atau skema klasifikasi tertentu. Dengan demikian maka tes berarti
bantuan suatu skala numerik atau sistem kategori tertentu. Suatu tes disusun,
bertujuan untuk:
kebutuhan siswa.
pembelajaran remedial dan kapan kelas itu siap beralih pada pelajaran
selanjutnya
materi apa yang perlu diperdalam, dan bagaimana mengatur dan mengelolah
Menurut Ebel (1986), suatu tes yang baik harus memenuhi 10 kriteria,
yaitu:
1. relevan, yakni harus mengukur perilaku yang seharusnya diukur, hal ini
2. adanya keseimbangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan jumlah butir
tes yang mewakilinya, hal ini berkaitan dengan indikator yang diukur.
3. efisiensi waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tes, pemberian skor, dan
pengadministrasiannya.
7. setiap butir tes harus mampu membedakan kelompok siswa yang pandai dan
9. jujur dan adil dalam pelaksanaan pengujian dan dalam penskoran hasil tes.
keefektifan pengecoh.
Tujuan utama tes adalah untuk mengkuantifikasi hasil belajar siswa. Hasil
belajar dapat diukur dari tinggi rendahnya kemampuan siswa dalam belajar yang
aspek-aspek tertentu.
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek ini dapat dinyatakan
dalam bentuk perilaku akhir yang mengisyaratkan unjuk kerja siswa yang akan
situasi tertentu.
keseluruhan bagian.
bentuk baru yang berhubungan keseluruhan secara logis serta membuat suatu
Dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar adalah sebagai berikut: (1) Tes
harus mengukur materi sesuai indikator yang tercantum dalam kurikulum dan
telah dipelajari oleh siswa; (2) tes disusun sedemikian rupa sehingga benar-benar
mewakili bahan yang telah dipelajari; (3) tes hendaknya disusun sesuai dengan
tujuan penggunaan tes itu sendiri, dalam hal ini tes dapat disusun untuk
keperluan:
mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang telah diajarkan.
Pertanyaan pretest dan posttest sedapat mungkin dibuat sama (paralel) agar
mengajar.
pada bagian tertentu dari pelajaran yang telah diberikan. Tes ini
d. Tes formatif; tes yag dilakukan pada akhir pokok bahasan tertentu dalam
proses pembelajaran yang bertujuan untuk menilai kemajuan belajar siswa dan
untuk memberikan umpan balik bagi guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
indikator yang hendak diukur. Makin banyak butir tes yang digunakan maka
direncanakan sehubungan dengan jumlah butir tes adalah: (a) jumlah keseluruhan
butir; (b) jumlah butir pada setiap indikator; (c) jumlah butir pada setiap bentuk
tes; dan (d) jumlah butir tes pada setiap level ranah kognitif.
butir tes yang mempunyai tingkat kesukaran yang rendah diletakkan di awal tes
sedangkan butir tes yang paling sulit diletakkan di akhir tes. Hal ini dimaksudkan
agar dapat mendorong peserta tes untuk mengerjakan seluruh butir tes.
kaidah-kaidah penulisan tes, misalnya mengacu pada kisi-kisi tes yang telah
dibuat sesuai dengan target pembelajaran yang hendak diukur. Kisi-kisi tes
diartikan sebagai suatu format atau matriks yang memuat sejumlah kriteria yang
diperlukan dalam penyusunan tes.
hendak diukur. Kisi-kisi tes yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, antara
indikator, dan materi pelajaran yang hendak diukur, (b) komponen yang
membentuk kisi-kisi tes harus jelas, rinci dan mudah dipahami, (c) setiap
esai, pilihan ganda, dan benar salah dalam pengungkapan perbedaan individual
penalaran analogis dan penalaran kausal, dengan perbandingan jumlah butir tes 1:
14: 16 untuk bentuk uraian, pilihan ganda dan benar salah pada masing-masing
sebagai berikut:
dan kemampuan analisis, sedangkan pada bidang fisika tidak cocok untuk
digunakan.
4. Pemahaman konsep, hasil tes pilihan ganda, benar salah, dan uraian
tersebut berkorelasi tinggi pada bidang fisika, tetapi pada bidang sosiologi
yang berkorelasi tinggi hanya antara hasil tes uraian dengan pilihan ganda.
8. Pengukapan penalaran hubungan kausal, tidak ada hubungan antara hasil tes
uraian, pilihan ganda, dan benar salah, baik pada bidang sosiologi maupun
fisika.
kemampuan siswa, umumnya sejalan baik dari hasil tes yang menggunakan bentuk
uraian, pilihan ganda, maupun benar salah. Dengan kata lain jika hasil tes
digunakan untuk seleksi, misalnya, tidak ada masalah (dari teknis metodologis)
dengan digunakannnya bentuk tes pilihan ganda maupun uraian. Hal lain yang
terlihat dari hasil penelitian di atas bahwa efektivitas setiap bentuk tes dapat
berbeda menurut bidang yang diujikan dan menurut tingkat dan jenis kemampuan
Selain itu, para guru disarankan untuk lebih mendalami kelebihan dan
Sehingga memungkinkan untuk memilih bentuk tes yang paling tepat. Sebagai
contoh, penggunaan bentuk tes esai dan obyektif (pilihan ganda) sesuai tujuan