I. DEFENISI
Definisi Sehat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh badan serta bagian-
bagiannya bebas dari sakit.
Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut
Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera
secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat.
Dari ketiga definisi sehat diatas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat melakukan
aktivitas secara optimal.
Proses Menua
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini
dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009:13).
Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school,
school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013:6).
2) Teori psikososial
a. Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap tahap
pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan
Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak (Padila, 2013:9).
3) Teori Sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai berikut :
a. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsuran-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda
meliputi :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak sosial
3. Berkurangnya komitmen.
b. Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia
merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin.
Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan
(Padila, 2013:9).
4) Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
1. Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut yang behubungan dengan
perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko bertambah.
2. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif, dengan intervensi
menjadi positif (Padila, 2013:9).
Perubahan–perubahan yang terjadi pada lanjut usia
A. Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut (Maryam, 2008:55) :
1) Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2) Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi
dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, 2008:55).
3) Respirasi
Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus (Maryam, 2008:55).
4) Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu
bereaksi khususnya yang berhubungan denganstress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin
akson, sehingga menyebabkan kurangnya respon motorik dan reflek.
5) Muskuluskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi
kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan mengalami sklerosis (Maryam, 2008:56).
6) Gastrointestinal
Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga
daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan (Maryam,
2008:56).
7) Pendengaran
Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran
mengalami kekakuan (Maryam, 2008:56).
8) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun,
lapang pandang menurun, dan katarak.
9) Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun,
kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk (Maryam, 2008:57).
III. GAYA HIDUP SEHAT DI USIA EMAS
Tubuh yang sehat dan tetap aktif di usia emas adalah idaman semua orang. Lalu bagaimana
lansia bisa tetap aktif agar bisa menjaga kesehatannya di usia emas dan tetap berkegiatan? Begini
penjelasannya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi tahun 2050, jumlah penduduk usia lanjut (diatas
60 tahun) diseluruh dunia sebanyak 2.1 Milyar atau lebih dari dua kali lipat jumlah di tahun
2015, yaitu sekitar 900 juta penduduk. Peningkatan populasi lansia akan diiringi berbagai
persoalan dibidang sosial, ekonomi dan kesehatan.
Di usia lansia, seseorang memasuki fase dimana produktifitas kerja menurun, dapat terkena
penyakit kronik dan mudah terinfeksi penyakit. Dampak dari permasalahan ini adalah
meningkatnya biaya hidup sehari-hari. Proses menua adalah proses yang tidak dapat dihindari
dan akan terjadi pada semua manusia, dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada
faktor genetik dan lingkungan.
Perbedaan kecepatan akan berdampak jelas pada tiap orang dan akan menghasilkan proses menua
yang sehat (healthy aging) dan menua yang sakit (pathological aging). Lansia rentan terserang
penyakit, biasanya penyakit yang kerap menyerang lansia antara lain :
Hipertensi, Artritis, Stroke, PPOK, Diabetes Mellitus, Kanker, Jantung Koroner, Batu Ginjal,
Gagal Jantung, dan Gagal Ginjal, untuk itu perlu penscegahan agar Lansia dapat menjalani hidup
dengan sehat. Untuk mewujudkan gaya hidup sehat, dibutuhkan beberapa langkah yang dapat
disingkat dengan BAHAGIA.
Apa itu BAHAGIA?
BAHAGIA adalah singkatan dari : (B)erat badan lebih perlu dikurangi, (A)tur makan seimbang,
(H)indari faktor risiko dan kelola penyakit kronis, (A)gar terus berguna dan bahagia kembangkan
hobi yang bermanfaat, (G)erakan badan secara teratur wajib dilakukan, (I)man dan taqwa
ditingkatkan, kelola stres dengan baik, selalu berpikir dan berbuat positif, (A)wasi kesehatan
dengan pemeriksaan kesehatan rutin serta deteksi masalah kesehatan sedini mungkin.
Seorang lansia harus melakukan berbagai aktifitas yang mampu memberdayakan dirinya masing-
masing sesuai kapasitas fungsional yang mereka miliki.
BAHAGIA saling terkait antara tindakan yang satu dengan yang lainnya.
1. (B)erat badan lebih perlu dikurangi
Melakukan Penimbangan berat badan secara teratur membantu kita dalam hal mengontrol
berat badan.
2. Atur makanan sehat dan seimbang
Panduan pola makan lansia
1. Fokus pada asupan gizi seimbang
Aturan pola makan lansia yang paling penting adalah mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizinya.
Mengonsumsi makanan kaya gizi dan nutrisi akan membantu lansia mendapatkan vitamin,
mineral, protein, karbohidrat, serta lemak yang mereka butuhkan.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, bahan makanan sehat untuk lansia yang dianjurkan
adalah:
Bahan makanan sumber karbohidrat, seperti oatmeal (bubur gandum), roti gandum, beras
merah, dan beras tumbuk.
Bahan makanan sumber protein, seperti susu rendah lemak, ikan, tempe, dan tahu.
Bahan makanan sumber lemak sehat, seperti kacang-kacangan (kacang tanah/selai kacang),
minyak kedelai, dan minyak jagung.
Sayuran berwarna hijau atau jingga seperti bayam, kangkung, wortel, brokoli, labu kuning,
labu siam, dan tomat.
Buah-buahan segar seperti pepaya, pisang, jeruk, apel, semangka, dan lain sebagainya.
Sebisa mungkin pilihlah makanan segar dan hindari segala jenis makanan olahan yang
menggunakan bahan pengawet.
2. Mengatur porsi makan
Salah satu penyebab kenaikan berat badan yang drastis pada lansia adalah karena mereka tidak
mengendalikan porsi makannya. Nah, itu sebabnya penting bagi para lansia memerhatikan porsi
makannya setiap hari.
Porsi makan lansia hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga mereka jadi makan lebih
sering dengan porsi yang kecil. Dianjurkan bagi lansia untuk makan besar sebanyak tiga kali
dengan makanan selingan sebanyak dua kali sehari. Bila lansia mengalami kesulitan mengunyah
makanan karena gigi ompong atau gigi palsu yang bekerja kurang baik, maka makanan yang
diberikan harus lunak atau dicincang dulu. Mengajak lansia makan bersama-sama dalam satu
meja akan meningkatkan nafsu makan mereka.
3. Batasi gula, garam dan lemak
Membatasi konsumsi gula, garam dan lemak sangat penting untuk menjaga kesehatan lansia
mengingat sistem pencernaan mereka tidak bisa bekerja semaksimal saat masih muda dulu.
Apabila asupan gula, garam, dan lemak ini tidak dibatasi, maka lansia akan berisiko lebih tinggi
mengalami hipertensi, kolesterol tinggi, hiperglikemia, stroke, penyakit jantung, dan diabetes.
4. Konsumsi kalsium
Kalsium berperan penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang. Sayangnya, penyerapan
kalsium untuk tulang akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Jika kepadatan tulang
mulai berkurang hal ini akan membuat seseorang lebih rentan terhadap pengeroposan tulang dan
gigi. Menurut angka kecukupan gizi untuk masyarakat Indonesia, kebutuhan kalsium lansia
dalam sehari adalah sebesar 1.000 mg.
Anda bisa mendapatkan sumber kalsium dari berbagai makanan seperti susu, keju, yogurt,
kacang almond, sayuran hijau (bayam, kangkung, dan bok choy), serta ikan (sarden, ikan teri,
dan salmon).
5. Perhatikan kebutuhan kalori lansia
Seiring bertambahnya usia, kebutuhan kalori lansia akan mengalami penurunan. Sedangkan
kebutuhan nutrisinya tetap sama atau mengalami sedikit peningkatkan. Ini terjadi lantaran
semakin tua seseorang, biasanya semakin berkurang juga aktivitas fisik yang dilakukan. Alhasil,
kebutuhan kalorinya pun ikut menurun.
Sebenarnya kebutuhan kalori setiap orang berbeda, termasuk pada setiap lansia. Untuk
mengetahui kebutuhan kalori yang ideal bagi lansia. Anda bisa cek jumlah kalori yang
dibutuhkan lansia berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, usia, serta aktivitas
fisiknya di sana.
6. Penuhi kebutuhan cairan
Selain berbagai hal yang sudah disebutkan di atas, asupan pola makan lansia yang tidak kalah
penting adalah cairan. Kebanyakan lansia sering kesulitan memenuhi kebutuhan cairan
hariannya. Itu sebabnya, mereka lebih rentan terkena dehidrasi. Nah, untuk menghindari
dehidrasi, pastikan para lansia memenuhi kebutuhan asupan cairannya dengan baik.
Untuk memenuhi kebutuhan cairan lansia jangan dihitung dari banyaknya minum air putih saja.
Anda juga dapat menyiasati kebutuhan cairan lansia dengan konsumsi makanan yang berkuah
seperti sup atau buah dan sayuran yang banyak mengandung air. Tidak hanya menghindari
dehidrasi, cara ini juga bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi harian yang dibutuhkan
lansia untuk menjaga sistem kekebalan tubuhnya yang rawan.
Contoh makanan tinggi kolesterol
1. Asma
Asma adalah penyakit kronis ditandai dengan serangan berulang berupa sesak nafas dan
bengek, dimana tingkat keparahan dan frekuensinya bergantung dari orang per orang. Menurut
WHO, diperkirakan 300 juta orang di dunia mengalaminya dan juga merupakan penyakit kronis
paling umum yang terjadi pada anak pada tahun 2018.
Pengobatan
Asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan obat-obatan yang diminum
atau dihisap. Terdapat 2 kategori utama obat-obatan termasuk bronkodilator untuk relaksasi dan
membuka saluran pernafasan dan anti inflamasi untuk membuat saluran pernafasan kurang
sensitif terhadap pemicu.
Manajemen
Mengerti obat-obatan dan menggunakannya secara teratur dengan teknik yang tepat
Menghindari faktor-faktor pemicu sebisa mungkin
Mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi serangan asma
Melakukan pemeriksaan teratur
Pengobatan
COPD tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan tersedia untuk meringankan gejala,
meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko kematian. Obat-obatan tersedia
diantaranya bronkodilator. Bronkodilator untuk meningkatkan aliran udara dan membuka
saluran pernafasan, kortikosteroid untuk mengurangi produksi lendir hidung dan mengatasi
peradangan saluran pernafasan dan antibiotik untuk mengobati penyebab infeksi.
Manajemen
Berhenti merokok adalah satu langkah penting. tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok
pada tahap penyakit apapun. Kerusakan yang terjadi tidak dapat diperbaiki, tetapi ini akan
membantu mencegah progresivitas COPD dan komplikasi terkait lainnya. Anda mungkin
mendapat perlindungan lebih baik dengan vaksinasi influenza atau pneumokokus.
3. Diabetes
Dalam beberapa tahun terakhir, diabetes menjadi salah satu pemimpin penyakit kronis yang
menyebabkan sekitar 4 juta orang meninggal menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF).
Diperkirakan 425 juta termasuk 1,1 juta anak-anak menderita diabetes di dunia.
Tiga jenis utama:
Tipe 1
Diabetes (serangan awal atau diabetes tergantung insulin) adalah tidak lazim tetapi tidak parah
dan biasanya terjadi pada anak atau remaja. Tubuh berhenti menghasilkan insulin karena sel
pankreatik rusak.
Tipe 2
Diabetes (serangan akhir atau diabetes tidak tergantung insulin) lebih sering terjadi pada usia di
atas 40 tahun, khususnya mereka yang kegemukan dan tidak aktif. Pada kasus ini, tubuh tidak
menghasilkan cukup insulin atau terdapat penolakan insulin signifikan.
Riwayat medis
Pola makan
Usia & berat
Ketidakaktifan
Diabetes tidak terkendali menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung koroner,
stroke atau ginjal
Pengobatan
Diabetes dapat dikontrol melalui pola makan dan obat-obatan seperti oral atau suntikan.
Manajemen
Pemeriksaan teratur
Mengatur pola makan
Pengendalian tekanan darah dan kolesterol
Berhenti merokok
Mengikuti aktivitas fisik
Pengobatan
Terdapat obat-obatan oral untuk mengendalikan tekanan darah termasuk:
Manajemen
Menjalani gaya hidup sehat seperti olahraga teratur dan berhenti merokok
Mengawasi tekanan darah untuk menjaga batas normal
Mengunjungi dokter secara teratur untuk mengecek komplikasi terkait hipertensi
6. (I)man dan taqwa ditingkatkan, kelola stres dengan baik, selalu berpikir dan berbuat
positif
memasuki masa lansia yang bahagia identik dengan kesiapan untuk menerima segala perubahan dalam
aspek-aspek kehidupan dengan sistem yang dapat mempengaruhi perkembangan kehidupannya. Salah
satu sistem tersebut adalah nilai-nilai tentang ketuhanan atau disebut dengan religiusitas sebagai suatu
tujuan peningkatan keberagamaan pada masa lansia yang dilakukan dan usaha dalam meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT serta untuk mengisi hari tua dan kegiatan dalam menyiapkan bekal di akhirat
kelak.
upaya yang dilakukan oleh lansia dalam meningkatkan sikap religiusitas tergambar dalam peningkatan
dimensi religiusitas yaitu bertambahnya ketaatan dan keimanan kepada Allah, aktif mengikuti pengajian,
rajin shalat berjamaah dan shalat sunnah, tadarus al-quran dan juga berdzikir, membangun hubungan
yang baik dengan orang lain, menambah pengetahuan dengan mengikuti pengajian dan membaca buku,
dan merasakan pengalaman religius di kehidupannya. Sebagai sebuah upaya dalam meningkatakan sikap
religiusitas pada lansia ini didapatkan hasil bahwa adanya peningkatan dalam hal melakukan kegiatan
ibadah dan amalan yang baik bagi kehidupan masa lanjutnya.