Anda di halaman 1dari 22

GAYA HIDUP SEHAT DI USIA EMAS

I. DEFENISI

Defenisi Gaya hidup


Defenisi Gaya hidup atau Lifestyle adalah gambaran tingkah laku, pola dan cara hidup yang
ditunjukkan bagaimana aktivitas seseorang, minat dan ketertarikan serta apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri sehingga membedakan statusnya dari orang lain dan
lingkungan melalui lambang-lambang sosial yang mereka miliki.
Gaya hidup adalah seni yang dibudayakan oleh setiap orang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari
segolongan manusia dalam masyarakat.

Definisi Sehat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh badan serta bagian-
bagiannya bebas dari sakit.
Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut
Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera
secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat.
Dari ketiga definisi sehat diatas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat melakukan
aktivitas secara optimal.

Definisi Gaya Hidup Sehat


Gaya hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan olahraga. Selain itu gaya hidup seseorang
juga mempengaruhi tingkat kesehatannya, misalnya jika suka merokok dan minum minuman
keras, tentu saja bukan pola hidup sehat (Anne, 2010). Menurut Health Promotion Glossary
(WHO 1998) Lifestyle is a way of living based on identifiable patterns of behaviour which are
determined by the interplay between an individual’s personal characteristics, social interactions,
and socioeconomicand environmental living condition. Gaya hidup sehat adalah pilihan
sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan. Hidup dengan pola makan, pikiran,
kebiasaan(aktivitas fisik) dan lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti kata mendasar adalah
segala hal yang kita kerjakan memberikan hasil yang baik dan positif. Hidup sehat adalah hidup
dengan fisik, psikologi, lingkungan dan finansial yang sehat, cukup dan baik. Menurut tabloid
gaya hidup sehat, hidup sehat itu adalah cara menyelenggarakan proses kehidupan sehingga
memberikan kondisi positif bagi diri sendiri dan lingkungan (Mister, 2008) . Gaya hidup
individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan
individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam gaya hidup sehat seseorang dapat
diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya
bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang
mempengaruhi pola perilakunya (Ari, 2005). Menurut Depkes RI (1997), gaya hidup sehat
adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang
sehat dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut
Depkes RI (2002) indikator gaya hidup sehat antara lain : perilaku tidak merokok, pola makan
sehat dan seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.

II. Konsep Lansia


Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008:32).
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan
dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU
No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan) (Maryam dkk, 2008:31).
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat
promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut
yang berguna dan bahagia (Maryam dkk, 2008:32).

           Proses Menua

          Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantinides, 1994). Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini

dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009:13).

          Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang

berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school,

school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun

psikologis (Padila, 2013:6).

          Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua

bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan

perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013:6).

  Batasan Lanjut Usia


1.      Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi :
                       a.          Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

                       b.          Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun.

                       c.          Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.

                      d.          Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun.

2.      Menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013) :


a.         Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
b.         Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun
c.         Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
1)      Young old (usia 70-75)
2)      Old (usia 75-80)
3)      Very old (usia >80 tahun)
3.      Menurut Bee (1996) dalam padila (2013), bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai
berikut :
a.       Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
b.      Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun)
c.       Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun)
d.      Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)
e.       Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2.
Menurut Undang-Undang tersebut di atas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila, 2013:4).
Teori- teori proses menua
          Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang
tidak seragam. Proses menua bersifat individual, dimana proses menua pada setiap orang terjadi
dengan usia yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dalam mencegah proses
menua. Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda) tetapi telah menunjukan
kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih
sehat, bugar, badan tegap, akan tetapi meskipun demikian harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi, diabetes, rematik, asam urat,
dimensia senilis, sakit ginjal (Padila, 2013:7).
          Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak semuanya bisa
diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok
teori biologis dan teori psikososial (Padila, 2013:7).
1)     Teori biologis
a)      Teori jam genetik
Menurut Hay ick (1965) dalam Padila (2013), secara genetik sudah terprogram bahwa material
didalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori
ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span)
yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-
selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami
deteriorasi.
 b)     Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang diantaranya susunan molekular, lama
kelamaan akan meningkat kekakuanya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel yang
sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013:7).
c)      Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan kemunduran secara
fisik (Padila, 2013:8).
d)     Teori imunologi
a.       Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di produksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.
b.      System immune menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan
responsibilitas (Padila, 2013:8).
e)      Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai (Padila, 2013:8).
f)      Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai) (Padila, 2013:8).

2)     Teori psikososial
a.    Teori integritas ego

       Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap tahap

pekembangan. Tugas perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan

pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan

adalah kebebasan (Padila, 2013:8).


b.    Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabil.

Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak (Padila, 2013:9).
3)      Teori Sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai berikut :
a.      Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsuran-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau  menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda
meliputi :
1.      Kehilangan peran
2.      Hambatan kontak sosial
3.      Berkurangnya komitmen.

b.      Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia
merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin.
Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan
(Padila, 2013:9).
4)      Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
1.      Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut yang behubungan dengan
perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko bertambah.
2.      Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif, dengan intervensi
menjadi positif (Padila, 2013:9).
Perubahan–perubahan yang terjadi pada lanjut usia
A.    Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut (Maryam, 2008:55)  :
1)      Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2)      Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi
dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, 2008:55).

3)      Respirasi
Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus (Maryam, 2008:55).
4)      Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu
bereaksi khususnya yang berhubungan denganstress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin
akson, sehingga menyebabkan kurangnya respon motorik dan reflek.
5)      Muskuluskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi
kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan mengalami sklerosis (Maryam, 2008:56).
6)      Gastrointestinal
Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga
daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan (Maryam,
2008:56).
7)      Pendengaran
Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran
mengalami kekakuan (Maryam, 2008:56).

8)      Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun,
lapang pandang menurun, dan katarak.
9)      Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun,
kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk (Maryam, 2008:57). 
III. GAYA HIDUP SEHAT DI USIA EMAS

Tubuh yang sehat dan tetap aktif di usia emas adalah idaman semua orang.  Lalu bagaimana
lansia bisa tetap aktif agar bisa menjaga kesehatannya di usia emas dan tetap berkegiatan? Begini
penjelasannya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi tahun 2050, jumlah penduduk usia lanjut (diatas
60 tahun) diseluruh dunia sebanyak 2.1 Milyar atau lebih dari dua kali lipat jumlah di tahun
2015, yaitu sekitar 900 juta penduduk. Peningkatan populasi lansia akan diiringi berbagai
persoalan dibidang sosial, ekonomi dan kesehatan.
Di usia lansia, seseorang memasuki fase dimana produktifitas kerja menurun, dapat terkena
penyakit kronik dan mudah terinfeksi penyakit. Dampak dari permasalahan ini adalah
meningkatnya biaya hidup sehari-hari. Proses menua adalah proses yang tidak dapat dihindari
dan akan terjadi pada semua manusia, dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada
faktor genetik dan lingkungan.
Perbedaan kecepatan akan berdampak jelas pada tiap orang dan akan menghasilkan proses menua
yang sehat (healthy aging) dan menua yang sakit (pathological aging). Lansia rentan terserang
penyakit, biasanya penyakit yang kerap menyerang lansia antara lain :
Hipertensi, Artritis, Stroke, PPOK, Diabetes Mellitus, Kanker, Jantung Koroner, Batu Ginjal,
Gagal Jantung, dan Gagal Ginjal, untuk itu perlu penscegahan agar Lansia dapat menjalani hidup
dengan sehat. Untuk mewujudkan gaya hidup sehat, dibutuhkan beberapa langkah yang dapat
disingkat dengan BAHAGIA.
Apa itu BAHAGIA?
BAHAGIA adalah singkatan dari : (B)erat badan lebih perlu dikurangi, (A)tur makan seimbang,
(H)indari faktor risiko dan kelola penyakit kronis, (A)gar terus berguna dan bahagia kembangkan
hobi yang bermanfaat, (G)erakan badan secara teratur wajib dilakukan, (I)man dan taqwa
ditingkatkan, kelola stres dengan baik, selalu berpikir dan berbuat positif, (A)wasi kesehatan
dengan pemeriksaan kesehatan rutin serta deteksi masalah kesehatan sedini mungkin.
Seorang lansia harus melakukan berbagai aktifitas yang mampu memberdayakan dirinya masing-
masing sesuai kapasitas fungsional yang mereka miliki.

BAHAGIA saling terkait antara tindakan yang satu dengan yang lainnya.
1. (B)erat badan lebih perlu dikurangi
Melakukan Penimbangan berat badan secara teratur membantu kita dalam hal mengontrol
berat badan.
2. Atur makanan sehat dan seimbang
Panduan pola makan lansia
1. Fokus pada asupan gizi seimbang
Aturan pola makan lansia yang paling penting adalah mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizinya.
Mengonsumsi makanan kaya gizi dan nutrisi akan membantu lansia mendapatkan vitamin,
mineral, protein, karbohidrat, serta lemak yang mereka butuhkan.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, bahan makanan sehat untuk lansia yang dianjurkan
adalah:
 Bahan makanan sumber karbohidrat, seperti oatmeal (bubur gandum), roti gandum, beras
merah, dan beras tumbuk.
 Bahan makanan sumber protein, seperti susu rendah lemak, ikan, tempe, dan tahu.
 Bahan makanan sumber lemak sehat, seperti kacang-kacangan (kacang tanah/selai kacang),
minyak kedelai, dan minyak jagung.
 Sayuran berwarna hijau atau jingga seperti bayam, kangkung, wortel, brokoli, labu kuning,
labu siam, dan tomat.
 Buah-buahan segar seperti pepaya, pisang, jeruk, apel, semangka, dan lain sebagainya.
 Sebisa mungkin pilihlah makanan segar dan hindari segala jenis makanan olahan yang
menggunakan bahan pengawet.
2. Mengatur porsi makan
Salah satu penyebab kenaikan berat badan yang drastis pada lansia adalah karena mereka tidak
mengendalikan porsi makannya. Nah, itu sebabnya penting bagi para lansia memerhatikan porsi
makannya setiap hari.
Porsi makan lansia hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga mereka jadi makan lebih
sering dengan porsi yang kecil. Dianjurkan bagi lansia untuk makan besar sebanyak tiga kali
dengan makanan selingan sebanyak dua kali sehari. Bila lansia mengalami kesulitan mengunyah
makanan karena gigi ompong atau gigi palsu yang bekerja kurang baik, maka makanan yang
diberikan harus lunak atau dicincang dulu. Mengajak lansia makan bersama-sama dalam satu
meja akan meningkatkan nafsu makan mereka.
3. Batasi gula, garam dan lemak
Membatasi konsumsi gula, garam dan lemak sangat penting untuk menjaga kesehatan lansia
mengingat sistem pencernaan mereka tidak bisa bekerja semaksimal saat masih muda dulu.
Apabila asupan gula, garam, dan lemak ini tidak dibatasi, maka lansia akan berisiko lebih tinggi
mengalami hipertensi, kolesterol tinggi, hiperglikemia, stroke, penyakit jantung, dan diabetes.
4. Konsumsi kalsium
Kalsium berperan penting untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang. Sayangnya, penyerapan
kalsium untuk tulang akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Jika kepadatan tulang
mulai berkurang hal ini akan membuat seseorang lebih rentan terhadap pengeroposan tulang dan
gigi. Menurut angka kecukupan gizi untuk masyarakat Indonesia, kebutuhan kalsium lansia
dalam sehari adalah sebesar 1.000 mg.
Anda bisa mendapatkan sumber kalsium dari berbagai makanan seperti susu, keju, yogurt,
kacang almond, sayuran hijau (bayam, kangkung, dan bok choy), serta ikan (sarden, ikan teri,
dan salmon).
5. Perhatikan kebutuhan kalori lansia
Seiring bertambahnya usia, kebutuhan kalori lansia akan mengalami penurunan. Sedangkan
kebutuhan nutrisinya tetap sama atau mengalami sedikit peningkatkan. Ini terjadi lantaran
semakin tua seseorang, biasanya semakin berkurang juga aktivitas fisik yang dilakukan. Alhasil,
kebutuhan kalorinya pun ikut menurun.
Sebenarnya kebutuhan kalori setiap orang berbeda, termasuk pada setiap lansia. Untuk
mengetahui kebutuhan kalori yang ideal bagi lansia. Anda bisa cek jumlah kalori yang
dibutuhkan lansia berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, usia, serta aktivitas
fisiknya di sana.
6. Penuhi kebutuhan cairan
Selain berbagai hal yang sudah disebutkan di atas, asupan pola makan lansia yang tidak kalah
penting adalah cairan. Kebanyakan lansia sering kesulitan memenuhi kebutuhan cairan
hariannya. Itu sebabnya, mereka lebih rentan terkena dehidrasi. Nah, untuk menghindari
dehidrasi, pastikan para lansia memenuhi kebutuhan asupan cairannya dengan baik.
Untuk memenuhi kebutuhan cairan lansia jangan dihitung dari banyaknya minum air putih saja.
Anda juga dapat menyiasati kebutuhan cairan lansia dengan konsumsi makanan yang berkuah
seperti sup atau buah dan sayuran yang banyak mengandung air. Tidak hanya menghindari
dehidrasi, cara ini juga bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi harian yang dibutuhkan
lansia untuk menjaga sistem kekebalan tubuhnya yang rawan.
Contoh makanan tinggi kolesterol

3. (H)indari faktor risiko dan kelola penyakit kronis

Manajemen Penyakit Kronis


Penyakit-penyakit Kronis Umum
Penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes (gula) dan kanker, sekarang menyebabkan
lebih banyak kematian dan kecacatan daripada gabungan semua penyakit lainnya.

1. Asma 
Asma adalah penyakit kronis ditandai dengan serangan berulang berupa sesak nafas dan
bengek, dimana tingkat keparahan dan frekuensinya bergantung dari orang per orang. Menurut
WHO, diperkirakan 300 juta orang di dunia mengalaminya dan juga merupakan penyakit kronis
paling umum yang terjadi pada anak pada tahun 2018.

Penyebab dan Faktor Risiko


Asma terjadi ketika saluran pernafasan yang sensitif bereaksi terhadap faktor pemicu tertentu
seperti bulu binatang, serangga, serbuk sari, asap, makanan dan obat-obatan, asap rokok.
Batuk dan infeksi virus lainnya juga menjadi pemicu umum asma.

Pengobatan
Asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan obat-obatan yang diminum
atau dihisap. Terdapat 2 kategori utama obat-obatan termasuk bronkodilator untuk relaksasi dan
membuka saluran pernafasan dan anti inflamasi untuk membuat saluran pernafasan kurang
sensitif terhadap pemicu.

Manajemen

 Mengerti obat-obatan dan menggunakannya secara teratur dengan teknik yang tepat 
 Menghindari faktor-faktor pemicu sebisa mungkin
 Mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi serangan asma 
 Melakukan pemeriksaan teratur

2. Gangguan Obstruksi Paru Kronis (COPD)


Gangguan Obstruksi Paru Kronis (COPD) adalah penyakit peradangan paru kronis yang
menyebabkan saluran pernafasan dari paru-paru terganggu. Gejala termasuk sulit bernafas,
batuk, dahak dan berbunyi. Penderita COPD berisiko tinggi mengalami penyakit jantung, kanker
paru-paru dan berbagai kondisi lainnya. Pada tahun 2016, terdapat 251 juta orang dan
diperkirakan 3,17 juta orang meninggal dunia.

Penyebab dan Faktor Risiko


Penyebab utama disebabkan paparan asap rokok (baik perokok aktif atau pasif). Faktor risiko
lainnya termasuk paparan polusi udara di dalam dan di luar ruangan dan pekerjaan berdebu
dan berasap lainnya.

Pengobatan
COPD tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan tersedia untuk meringankan gejala,
meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko kematian. Obat-obatan tersedia
diantaranya bronkodilator. Bronkodilator untuk meningkatkan aliran udara dan membuka
saluran pernafasan, kortikosteroid untuk mengurangi produksi lendir hidung dan mengatasi
peradangan saluran pernafasan dan antibiotik untuk mengobati penyebab infeksi.

Manajemen
Berhenti merokok adalah satu langkah penting. tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok
pada tahap penyakit apapun. Kerusakan yang terjadi tidak dapat diperbaiki, tetapi ini akan
membantu mencegah progresivitas COPD dan komplikasi terkait lainnya. Anda mungkin
mendapat perlindungan lebih baik dengan vaksinasi influenza atau pneumokokus.

3. Diabetes
Dalam beberapa tahun terakhir, diabetes menjadi salah satu pemimpin penyakit kronis yang
menyebabkan sekitar 4 juta orang meninggal menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF).
Diperkirakan 425 juta termasuk 1,1 juta anak-anak menderita diabetes di dunia.
Tiga jenis utama: 

Tipe 1
Diabetes (serangan awal atau diabetes tergantung insulin) adalah tidak lazim tetapi tidak parah
dan biasanya terjadi pada anak atau remaja. Tubuh berhenti menghasilkan insulin karena sel
pankreatik rusak. 

Tipe 2
Diabetes (serangan akhir atau diabetes tidak tergantung insulin) lebih sering terjadi pada usia di
atas 40 tahun, khususnya mereka yang kegemukan dan tidak aktif. Pada kasus ini, tubuh tidak
menghasilkan cukup insulin atau terdapat penolakan insulin signifikan. 

Gestasional Diabetes Mellitus (GDM)


Terjadi pada sekitar 2 hingga 5 persen dari kehamilan dimana ibu hamil menunjukan tingkat
gula darah tinggi semasa di masa kehamilan.

Penyebab & Faktor Risiko 

 Riwayat medis
 Pola makan
 Usia & berat
 Ketidakaktifan
 Diabetes tidak terkendali menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung koroner,
stroke atau ginjal

Pengobatan
Diabetes dapat dikontrol melalui pola makan dan obat-obatan seperti oral atau suntikan.

Manajemen

 Pemeriksaan teratur
 Mengatur pola makan
 Pengendalian tekanan darah dan kolesterol
 Berhenti merokok
 Mengikuti aktivitas fisik

4. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)


Hipertensi merupakan kontributor utama penyakit jantung dan stroke, penyebab pertama dan
ketiga kematian dan bertanggung jawab terhadap 57 juta kecacatan di dunia. Sekitar 26 persen
populasi dunia (972 juta) hidup dengannya.

Penyebab & Faktor Risiko


Pada 95 persen kasus, penyebab hipertensi tidak diketahui. Sedangkan 5 persen lainnya
mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, penyakit ginjal atau penyempitan
pembuluh darah tertentu. Jika tidak diobati, dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya,
seperti penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal.

Pengobatan
Terdapat obat-obatan oral untuk mengendalikan tekanan darah termasuk:

 Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEIs) dan Angiotensin receptor blockers


(ARBs) untuk menurunkan tekanan darah.
 Beta-blockers untuk memperlambat detak jantung.
 Calsium channel blocker untuk mencegah kalsium memasuki dinding sel pembuluh
darah dan jantung.
 Diuretik bekerja untuk membantu ginjal menyingkirkan garam dan air melalui air seni dan
mengurangi volume darah yang harus dipompa oleh jantung.

Manajemen

 Menjalani gaya hidup sehat seperti olahraga teratur dan berhenti merokok
 Mengawasi tekanan darah untuk menjaga batas normal
 Mengunjungi dokter secara teratur untuk mengecek komplikasi terkait hipertensi

4. Gerakan BAdan secara teratur wajib dilakukan


kegiatan aktivitas fisik yang teratur dapat mencegah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker,
depresi, kegemukan, osteoporosis dan diabetes melitus. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga (pembakaran kalori), yang meliputi aktivitas sehari-hari
dan berolahraga. Aktivitas fisik yang ideal adalah aktivitas yang dapat meningkatkan ketahanan
jantung respirasi, disamping juga melatih ketahanan dan kekuatan otot (Bustan, 2007). Hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan bahwa 48,2% penduduk
Indonesia tidak melakukan aktivitas fisik yang teratur.
Menurut WHO yang dimaksud dengan aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan paling
sedikit 10 menit tanpa henti. Aktivitas fisik dibagi atas 3 tingkatan yakni aktivitas fisik ringan,
sedang, dan berat. Aktivitas fisik ringan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
menggerakkan tubuh, aktivitas fisik sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain adalah bergerak yang menyebabkan nafas
sedikit lebih cepat dari biasanya, sedangkan aktivitas fisik berat adalah pergerakan tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih
cepat dari biasanya. Melakukan aktivitas fisik secara teratur mempunyai efek perlindungan yang
signifikan terhadap kemungkinan terjangkit beberapa macam penyakit. Sebaliknya, gaya hidup
tanpa gerak/ sedentary lifestyle diketahui berisiko terhadap terjadinya hal-hal tersebutBeberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan olahraga atau aktivitas fisik : 1. Frekuensi, artinya
berapa kali melakukan latihan selama waktu tertentu. Menurut berbagai penelitian, di samping
intensitas olahraga, frekuensi olahraga mempengaruhi efektifitas hasil latihan secara keseluruhan.
Bila dilakukan terlalu sering, misalnya setiap hari, otot tidak mempunyai kesempatan untuk
istirahat, sedangkan bila terlalu jarang, hasilnya tidak efektif. Hasil penelitian menganjurkan
Dalam seminggu melakukan olahraga secara teratur 3-5 kali seminggu dengan jarak 1-2 hari. 2.
Intensitas, adalah ukuran berat ringannya atau beban suatu latihan. Bila ingin melakukan
olahraga atau latihan, perlu diketahui terlebih dahulu berapa jauh intensitas yang ingin dicapai. 3.
Tempo, atau waktu artinya berapa lama (durasi) waktu latihan berlangsung. Sirkulasi atau aliran
darah dalam tubuh akan meningkat sesuai dengan bertambahnya denyut nadi. Bila dipertahankan
denyut nadi pada zona latihan, kemampuan kerja dan daya tahan jantunng serta otot-otot yang
bersangkutan akan meningkat dan sistem kardiovaskuler akan semakin tanggguh. Untuk memulai
latihan olahraga maka dilakukan sesuai dengan kemampuan, kemudian ditambah secara
perlahan/bertahap selama 30 menit. Intensitas dalam beraktivitas fisik merupakan faktor
terpenting, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, aktivitas fisik harus dilakukan dalam porsi
yang tepat. Untuk mengetahui ketepatan porsi intensitas aktivitas fisik diukur dengan
menghitung detak nadi pada saat beraktivitas. Rumus yang digunakan : Denyut Nadi maksimum
= 220 - Usia (dalam tahun). Setiap melakukan aktivitas fisik harus mencapai 72% - 87% dari
denyut nadi maksimum. Denyut nadi maksimum disebut zona sasaran. Bila melakukan kegiatan
aktivitas fisik dengan intensitas kurang dari 70% dari denyut nadi maksimum, maka manfaatnya
akan terasa kurang maksimal. Namun, bila melakukan kegiatan fisik dengan intensitas melebihi
85% maka dapat menimbulkan kerugian pada tubuh (Heri, 2010). Setiap melakukan aktivitas
fisik hendaknya zona sasaran dipertahankan selama paling sedikit 25 menit. Karena semakin
lama berada di zona sasaran akan memberikan efek yang lebih baik. Frekuensi aktivitas fisik
sedang yang dianjurkan minimal tiga kali dalam satu minggu. Bila memungkinkan, dapat
dilakukan lebih dari tiga kali seminggu. Namun, perlu diingat bahwa memaksakan diri dalam
melakukan aktivitas fisik dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan karena dapat membuat
tubuh menjadi lelah (Wira, 2011). Olah raga merupakan gaya hidup sehat yang harus di biasakan
sejak kecil agar di masa mendatang tubuh kita menjadi sehat dan tidak gampang terkena
penyakit. Karena semakin tua tubuh kita secara otomatis daya tahannya akan semakin menurun.
Dengan olah raga akan menghambat penurunan daya tahan tersebut (Rio, 2009). Beberapa
manfaat olah raga bagi kesehatan : 1. Meningkatkan kemampuan otak Olah raga dapat
meningkatkan kadar oksigen di dalam darah dan mempercepat sirkulasi darah dalam tubuh
terutama ke otak. Hal tersebut dipercaya bisa meningkatkan kemampuan otak. 2. Menunda
proses penuaan Proses penuaan merupakan hal yang alami dan pasti terjadi, akan tetapi dengan
olah raga proses tersebut bisa dikurangi lajunya. 3. Mengurangi stress Dalam kehidupan manusia
sekarang ini stress adalah penyakit yang sering terjadi karena tekanan hidup, tekanan pekerjaan,
tekanan ekonomi dan masalah-masalah kehidupan yang lain. Dengan olah raga dapat mengurangi
kadar stress dalam kehidupan. 4. Meningkatkan daya tahan tubuh Aktivitas olah raga dapat
meningkatkan hormon-hormon dalam otak seperti adrenalin, serotonin, dopamin dan endorfin,
dimana hormon-hormon tersebut berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 5. Menambah
rasa percaya diri Dengan olah raga yang teratur dapat mengontrol berat badan, sehingga dapat
mencapai berat badan ideal dan memperoleh postur tubuh yang proporsional yang secara
langsung dapat menambah rasa percaya diri. Banyak orang sudah mengetahui bahwa salah satu
cara untuk menjaga kesehatan adalah dengan berolah raga. Dengan berolah raga selain kesehatan
terjaga, postur tubuh pun bisa terjaga dengan proporsional. Sayangnya banyak sekali orang yang
mengabaikan masalah olah raga ini. Tidak sempat, capek atau tidak ada teman lah ini lah alasan
orang tidak melakukan olahraga. Beberapa ciri-ciri fisik yang terdapat pada orang-orang yang
tidak pernah melakukan olah raga (Anne, 2010) : 1. Bentuk tubuh yang tidak proposional, hal ini
terjadi karena penumpukan lemak yang berlebihan pada bagian tubuh tertentu seperti bagian
lengan, paha dan perut. 2. Berat badan yang berlebihan (kegemukan). 3. Sering terkena penyakit
akibat kebugaran tubuh kurang terjaga atau lemahnya daya tahan tubuh. 4. Wajah yang terlihat
tidak cerah (terlihat lesu) dan terlihat tidak bersemangat. 5. Sering mengantuk terutama pada pagi
hari. 6. Mudah sekali lelah, nafas tersengal sengal pada saat jalan kaki jauh atau menaiki tangga.
7. Sering mengalami gangguan otot seperti mudah kram atau otot-otot kaku karena otot
elastisitas dan kelenturannya berkurang. 8. Semua orang pasti sadar bahwa olah raga adalah
aktivitas untuk melatih tubuh tidak secara jasmani saja tetapi juga rohani. Dengan berolah raga
tubuh akan menjadi terlatih dan hasil yang dicapai tubuh menjadi sehat karena metabolisme di
dalam tubuh berjalan secara optimal dan tubuh tidak akan gampang terkena penyakit.
Aktivitas Fisik Untuk Lansia
Menentukan olahraga untuk lansia tidak dapat disamakan dengan olahraga untuk muda-mudi.
Sebagian besar orang yang sudah menginjak usia 65 tahun ke atas memang dianjurkan
mengurangi aktivitas berat, tetapi bukan berhenti begitu saja. Pasalnya, beraktivitas di masa senja
memberikan sejumlah manfaat, seperti keseimbangan tubuh yang lebih stabil, mencegah
penyakit, hingga menjaga ketajaman mental.
Olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
manula yang bersangkutan. Anda dapat memulainya dengan sesi konsultasi untuk memperoleh
rekomendasi tipe aktivitas yang cocok dan batasan yang masih aman untuk tubuh mereka.
Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, kriteria aktivitas fisik yang memenuhi
kebutuhan para lansia di antaranya sebagai berikut.
 
Aktivitas Fisik Untuk Lansia
1. Durasi minimal 150 menit untuk latihan fisik sedang atau 17 menit untuk latihan fisik
berat dalam waktu seminggu;
2. Setiap praktik, Anda harus memastikan durasinya berlangsung paling sebentar sepuluh
menit. Jika partisipan sudah terbiasa dengan durasi anjuran tadi, maka biasakan olahraga
untuk lansia dalam intensitas sedang selama 300 menit atau intensitas berat selama 150
menit sepekan;
3. Sebagian besar lansia mempunyai kendala dalam koordinasi tubuh, sehingga
membutuhkan sesi latihan keseimbangan minimal tiga kali seminggu, sedangkan untuk
latihan otot minimal dua kali seminggu.
Ada banyak pilihan jenis olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Untuk intensitas sedang, misalnya, jalan kaki jarak dekat, membersihkan rumah,
bersepeda santai, naik tangga, hingga berkebun. Sementara itu, aktivitas berat meliputi
berenang, tai chi, yoga, joging, jalan cepat, menggendong anak, sampai bulu tangkis.
Seperti yang telah disinggung, pemilihan kegiatan harus didiskusikan dengan dokter tepercaya.
Jangan paksakan diri kalau olahraga yang ingin dilakukan malah membebani tubuh. Mulai secara
perlahan dari hal-hal paling dasar, lalu tingkatkan kalau dirasa mampu menguasainya.
Cari juga teman sesama manula untuk meningkatkan motivasi, sehingga tujuan olahraga untuk
lansia dapat tercapai tanpa mengalami hambatan.

5. (A)gar terus berguna dan bahagia kembangkan hobi yang bermanfaat


Hobi dan Kebahagian di Usia Lanjut.
Setiap orang, termasuk warga senior, pasti mendambakan kebahagiaan. Salah satu cara
menciptakan dan meningkatkan level kebahagiaan adalah menekuni hobi, karena Hobi dan
kebahagiaan lansia sangat berhubungan.
Apakah Hobi itu?
Hobi adalah aktivitas yang membuat kita merasa berenergi, fokus, mengalir, penuh makna,
gembira, tidak tertekan dan saat melakukannya waktu seakan berhenti.

Untuk itu penting untuk seorang senior memiliki sebuah Hobi.


Bagaimana senior memulai hobi?
 ngatkan masa kecilnya, kira-kira dulu apa kesukaannya
 Apa yang membuat dia merasa ceria?
 Kegiatan apa yang rasanya ingin dia lakukan sepanjang waktu?
 Tidak harus persis sama saat muda, tetapi dapat menjadi langkah awal untuk memulai
 Mungkin ada hubungan dengan pekerjaan, mungkin juga tidak. Hobi seharusnya
membuat senior bahagia.
 Focus on Fun. Ingat! Hobi itu bukan seberapa baik, tapi seberapa menikmatinya.
 Bukan untuk menguasainya, tapi Enjoy It.
 Hindari bersikap kritis terhadap diri sendiri, karena manfaat hobi paling kuat ketika
dilakukan hanya untuk kesenangan.
Mengapa Hobi membuat senior lebih bahagia?
 Hobi dapat menurunkan tingkat stres.
 Hobi dapat memberikan kesempatan untuk rileks.
 Hobi berupa aktivitas fisik membantu senior tetap bugar, membakar kalori dan
meningkatkan imunitas.
 Selain memberikan manfaat secara fisik, hobi juga membantu mengalihkan/menurunkan
kecemasan.
 Hobi terbukti menangkal efek penuaan mental karena dapat melatih dan menstimulasi
otak.
 Hobi dapat mengembangkan keterampilan baru, menjalin pertemanan serta membangun
jejaring.
Apa saja yang bisa digeluti untuk menunjang Hobi dan Kebahagiaan senior?
Segala aktivitas yang positif, disesuaikan dengan kemampuan senior dan tetap jaga
keseimbangan hidup. Sehingga Hobi dapat menunjang kebahagiaan senior dengan melakukan
sesuatu yang digemarinya seperti bermain puzzle, merangkai bunga dan sebagainya. Beberapa
hal yang bisa menjadi hobi senior antara lain:
 Olah raga
 Seni dan budaya
 Kerajinan dan kewirausahaan
 Kegiatan sosial, relawan dan keagamaan
 Aktivitas yang merangsang kognitif
 Berkebun
 Memasak

6. (I)man dan taqwa ditingkatkan, kelola stres dengan baik, selalu berpikir dan berbuat
positif
memasuki masa lansia yang bahagia identik dengan kesiapan untuk menerima segala perubahan dalam
aspek-aspek kehidupan dengan sistem yang dapat mempengaruhi perkembangan kehidupannya. Salah
satu sistem tersebut adalah nilai-nilai tentang ketuhanan atau disebut dengan religiusitas sebagai suatu
tujuan peningkatan keberagamaan pada masa lansia yang dilakukan dan usaha dalam meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT serta untuk mengisi hari tua dan kegiatan dalam menyiapkan bekal di akhirat
kelak.
upaya yang dilakukan oleh lansia dalam meningkatkan sikap religiusitas tergambar dalam peningkatan
dimensi religiusitas yaitu bertambahnya ketaatan dan keimanan kepada Allah, aktif mengikuti pengajian,
rajin shalat berjamaah dan shalat sunnah, tadarus al-quran dan juga berdzikir, membangun hubungan
yang baik dengan orang lain, menambah pengetahuan dengan mengikuti pengajian dan membaca buku,
dan merasakan pengalaman religius di kehidupannya. Sebagai sebuah upaya dalam meningkatakan sikap
religiusitas pada lansia ini didapatkan hasil bahwa adanya peningkatan dalam hal melakukan kegiatan
ibadah dan amalan yang baik bagi kehidupan masa lanjutnya.

Stres Pada Lansia, Bagaimana Mengatasinya?


pada lansia, mereka juga tidak luput dari stres atau tekanan mental. Berikut ini sumber stres yang
umum dialami lansia, yaitu:
1. Perubahan gaya hidup dan status keuangan setelah pensiun
2. Merawat cucu
3. Merawat pasangan yang sakit
4. Kematian kerabat, pasangan hidup atau teman dekat
5. Memburuknya kemampuan fisik dan penyakit kronis
6. Kekhawatiran karena tidak bisa hidup mandiri
Adapun tanda dan gejala stres yang umum:
A. Fisiologis:
1. insomnia, mimpi buruk
2. kehilangan nafsu makan, jantung berdebar
3. sering buang air kecil
4. nyeri otot dan kelelahan
 
B. Emosional dan psikologis:
1.  kecemasan, ketakutan, frustrasi, depresi
2.  kegelisahan, konsentrasi yang buruk, pelupa
 
Manajemen Stres
Lalu, bagaimana cara mengatasi stres yang dialami lansia?
1. Berbagi cerita/curhat
Lansia dapat berbagi kesulitan dan perasaan mereka dalam menghadapi stres. Misalnya, curhat
dengan orang-orang yang dekat dengan mereka, seperti kerabat, saudara atau teman. Ini
membantu melampiaskan emosi.
2. Hidup sehat dan relaksasi
Kehidupan sosial yang aktif, gaya hidup sehat dan latihan relaksasi adalah cara yang berguna
juga untuk mengatasi stres.
3. Aktif di bidang sosial
Terlibat dalam kegiatan sukarela adalah sarana untuk membantu mereka untuk meningkatkan
kepercayaan diri dan memperluas pandangan hidupnya.
4. Berpikir positif
Berpikir positif, seperti menghargai prestasi dan kekuatan seseorang, dapat membantu
meningkatkan kepercayaan diri dan mengatasi stres.
5. Konsultasi dengan ahli
Bantu lansia untuk mencari bantuan dari para profesional jika dibutuhkan. Merokok, minuman
keras, dan penyalahgunaan zat berbahaya dan tidak boleh digunakan sebagai cara untuk
mengatasi stres.

7. (A)wasi kesehatan dengan pemeriksaan kesehatan rutin serta deteksi masalah


kesehatan sedini mungkin.
Contoh beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan lansia:
1. Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan darah tinggi atau yang dikenal juga dengan hipertensi adalah masalah yang umum terjadi di
kalangan lansia. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada 64 persen pria dan
69 persen wanita antara usia 65 dan 74 tahun mengalami tekanan darah tinggi.
Hipertensi sering disebut juga “silent killer” karena gejalanya mungkin tidak akan muncul sampai
pada tahap yang sudah parah. Hal ini meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung. Itulah
mengapa penting sekali bagi lansia untuk memeriksakan tekanan darah mereka setidaknya setahun
sekali. 
2. Tes Darah untuk Lipid
Tes darah untuk mengukur kadar kolesterol dan trigliserida juga penting dilakukan untuk mengurangi
risiko serangan jantung dan stroke. Bila hasil tes menunjukkan kadar kolesterol atau trigliserida yang
tinggi, dokter dapat merekomendasikan diet, perubahan gaya hidup, atau meresepkan obat-obatan
untuk menguranginya.
.
3. Tes Mata
American Academy of Ophthalmology menyarankan orang dewasa untuk melakukan skrining mata
awal pada usia 40 tahun. Penyakit mata, seperti degenerasi makula, katarak, dan glaukoma umum
terjadi seiring bertambahnya usia. Skrining dapat menjaga kesehatan dan memaksimalkan
penglihatan kamu. Tanyakan pada dokter seberapa sering kamu perlu memeriksakan mata. Bagi
kamu yang menggunakan kacamata atau lensa kontak, mungkin perlu melakukan tes mata lebih
sering daripada mereka yang tidak.
4. Pemeriksaan Periodontal
Kesehatan mulut menjadi sangat penting untuk diperhatikan seiring bertambahnya usia. Hal ini
karena banyak orang yang lebih tua mengonsumsi obat-obatan yang dapat berdampak buruk pada
kesehatan gigi. Obat-obatan tersebut, antara lain antihistamin, diuretik, dan antidepresan. Selain itu,
penyakit gusi juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung yang menjadi alasan lain bagi lansia
untuk mengunjungi dokter gigi secara teratur.
5. Tes Pendengaran
Berkurangnya pendengaran seringkali menjadi proses alami dari penuaan. Kondisi ini kadang-
kadang juga dapat disebabkan oleh infeksi atau kondisi medis lainnya. Jadi, para lansia dianjurkan
untuk melakukan audiogram setiap dua atau tiga tahun sekali.
Audiogram memeriksa pendengaran di berbagai nada dan tingkat intensitas. Kebanyakan gangguan
pendengaran dapat diobati, meski pilihan perawatan tergantung pada penyebab dan tingkat
keparahan gangguan pendengaran kamu.
6. Scan Kepadatan Tulang
Osteoporosis adalah salah satu masalah kesehatan yang tidak boleh diabaikan. Bila kamu mengidap
penyakit tersebut dan mengalami patah tulang, terutama di pinggul, hal ini dapat meningkatkan
risiko cacat permanen atau kematian. Jadi, mintalah dokter untuk merekomendasikan kamu untuk
melakukan tes kepadatan tulang. Bagi wanita, tes kepadatan tulang perlu dilakukan pada usia 65
tahun. Bila seorang wanita berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis, tes skrining mungkin perlu
dilakukan pada usia lebih dini.
8. dll

Anda mungkin juga menyukai