Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN PADA NEONATUS

“ NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN”

Dosen Pembimbing : Ns. Faridah BD, S.Kep, M.Kes


Disusun oleh kelompok 7:
1. Adinda Rizky Fauziah (204110282)
2. Masayu Anastasya (204110299)
3. Revita (204110306)
4. Sonia Awalia Fitri (204110314)
5. Tika Juniza Putri (204110316)
Tingkat : 2A

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


PRODI D3 KEBIDANAN PADANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat- Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Pada Neonatus dengan Jejas Persalinan”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan Asuhan Kebidanan
yang dibina oleh Ibu Ns.Farida BD, S.Kep, M.Kes. Selain itu, makalah ini disusun untuk
memperkaya informasi mengenai Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.

Padang, 5 agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Caput Succedaneum ......................................................................................... 2

B. CHEPHAL HAEMATOMA ............................................................................. 3

C. TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS ................................................... 5

D. FRAKTUR PADA CLAVICULA DAN HUMERUS ...................................... 6

E. Tindakan Persalinan dan Kelainan yang Mungkin Timbul ............................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 9

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 9

B. Saran ................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Trauma lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses
persalinan atau kelahiran.Luka yang terjadi pada saat melahirkan amniosentesis, transfusi,
intrauterin, akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu
melakukan resusitasi aktif tidak termasuk dalam pengertian perlakukan kelahiran atau trauma
lahir.Pengertian perlakuaan kelahiran sendiri dapat berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis
atau sering disebut trauma lahir dan trauma hipoksik yang disebut sebagai asfiksia. Trauma
lahir mungkin masih dapat dihindari atau dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk
dicegah lagi sekalipun telah ditangani oleh seorang ahli yang terlatih. Angka kejadian trauma
lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan menurun.Hal ini
disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea
atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan melahirkan bayi.Cara kelahiran bayi sangat erat
hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang
mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup.

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan Asuhan Neonatus Caput Succedaneum

2) Apa yang dimaksud dengan Asuhan Neonatus chephal hematoma

3) Apa yang dimaksud dengan Asuhan Neonatus dengan trauma Fleksus brachialis

4) Apa yang dimaksud dengan Asuhan Neonatus dengan Frakturclavicula dan frakturhumerus

5) Apa saja Tindakan Persalinan dan Kelainan yang Mungkin Timbul


C. Tujuan

1) Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Asuhan Neonatus Caput Succedaneum

2) Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Asuhan Neonatus chephal hematoma

3) Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Asuhan Neonatus dengan trauma fleksus
brachialis

4) Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Asuhan Neonatus frakturclavicula dan
frakturhumerus

5) Untuk mengetahui Apa saja Tindakan Persalinan dan Kelainan yang Mungkin Timbul


BAB II
PEMBAHASAN

Neonatus dengan Jejas Persalinan :

A. CAPUT SUCCEDANEUM
1. Pengertian

Caput succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat
melampaui sutura garis tengah yang berisi getah bening. Kadang-kadang caput suksadenum
disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang
setelah satu minggu.

Caput suksedaneum adalah kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding
vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan
dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir.

2. Penyebab

Caput suksedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat
memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai
dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada
partus lama atau persalinan dengan vacuum ekstraksi dan makrosomia.

Caput Suksedenum ini terjadi apabila ketuban sudah pecah, his cukup kuat, makin kuat his,
makin besar caput suksedaneum, anak hidup, tidak terjadi pada anak yang mati, selalu terjadi
pada bagian yang terendah dari kepala

3. Gejala
Gejala dan Tanda :

- Adanya oedema di kepala

- Pada perabaan teraba lembut dan lunak.

- Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak

- Batas tidak jelas.

- Biasanya menghilang dalam waktu 2-4 hari tanpa pengobatan

Suction dari vacuum ekstractor dapat menyebabkan bengkak berbentuk lingkaran dan
berwarna ungu “chignon” di atas kulit kepala bayi. Tepi dari kulit kepala dapat terjadi
ekskoriasi dan kulit kepala yang terkoyak, yang mana dapat menyebabkan pengelupasan


jaringan. Ketika suction yang berlebihan dihasilkan dari bagian vacuum atau saat seluruh
lingkaran dari kulit kepala dapat terkelupas dari kepala.

4. Penanganan
 Tidak diperlukan tindakan dan ada gejala sisa yang dilaporkan.

 Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal.

 Awasi keadaan umum bayi.

 Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari.

 Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran untuk
mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas.

 Mencegah terjadi infeksi dengan cara perawatan tali pusat dengan baik dan personal
hygiene yang baik

Memberikan penyuluhan kepada orangtua tentang keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas
karena benjolan akan menghilang 2-4 hari, perawatan bayi sehari-hari, dan manfaat serta cara
pemberian ASI.

B. CHEPALHEMATOMA
1. Pengertian

Cephal Haematome adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan


periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura
garis tengah.Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan
perdarahan sub periostenum.

2. Penyebab

Penyebab terjadinya chepal hematoma yaitu :

 Benturan yang berlebihan antara kepala bayi dengan lingkar tulang panggul selama
persalinan, jaringan yang lunak dan keras dari kepala mengalami kerusakan sehingga
periosteum mulai terkoyak dan disana pengeluaran darah melambat yang akhirnya
menyebabkan bengkak yang besar. Bengkak ini tidak ada saat lahir.

 Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan.

 Molase terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek.

 Partus dengan tindakan forsep dan vacum ekstraksi.

Bengkak tidak ada saat lahir tapi hanya berkembang kira-kira 24 jam dan tidak melewati sutura.
Kelainan ini muncul beberapa jam setelah lahir, bisa bertambah besar dan agak lama
menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan


hiperbilirubinemia. Kadang hematoma tetap ada seperti gumpalan yang keras di atas kepala
seperti kalsium yang diletakkan.

3. Gejala

 Kepala tampak bengkak dan berwarna merah

 Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak

 Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak

 Benjolan tampak jelas ± 6 sampai 8 jam setelah lahir

 Benjolan membesar pada hari kedua dan ketiga

 Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu

4. Penanganan

Penanganan hampir sama dengan caput succedaneum (tidak perlu perawatan local)
hanya lebih berhati-hati lagi, jangan sering diangkat dari tempat tidur. Cairan tersebut akan
hilang dengan sendirinya dalam waktu 1 minggu. Bertambahnya ukuran dari hematom dan
bukti lain dari perdarahan yang luas adalah indikasi tambahan penyelidikan, meliputi studi
radiografi dan pengkajian faktor pembekuan. Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan. Bila
dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephal haematom), perlu
pemantauan haemoglabin, hemotokrit dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu
dilakukan, aspirasi merupakan kontraindikasi.

Asuhan kebidanan meliputi menjaga posisi bayi pada posisi berlawanan dengan daerah
cephal haematoma, dan kolaborasi dengan tim pediatric untuk tes Imaging.

Tugas bidan dalam kasus ini adalah : menentramkan hati orangtua dengan menjelaskan
bahwa kondisinya hanya temporer, hal ini tidak berpengaruh terhadap otak bayi karena
kerusakannya diluar tengkorak dan akhirnya menghilang.

Hal ini penting untuk dilaporkan bidan kepada dokter karena mungkin dasar fraktur
yang linear dari kepala dan dapat juga kerusakan intracranial.


C. TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS
1. Pengertian

Kelumpuhan pada fleksus brachialis yaitu serat saraf yang berjalan dari tulang belakang
C5-T1 kemudian melewati bagian leher dan ketiak dan akhirnya keseluruh lengan (atas dan
bawah).

2. Penyebab

Jejas fleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral
dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi kepala atau bila
lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan
berlebihan pada bahu.

3. Gejala

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada fleksus brachialis adalah sebagai berikut :

 Gangguan motorik pada lengan atas

 Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi

 Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemas dan menggantung

 Refleks morro negatif

 Refleks meraih genggam tangan tidak ada

Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis


Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma.

4. Penanganan

Penanganan terhadap trauma fleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat


penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti
kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu
selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi
dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi
karakteristik kelumpuhan.


D. FRUKTUR PADA CLAVICULA DAN HUMERUS

a. Fruktur Pada Clavicula


1. Pengertian

Fraktur tulang clavicula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan
dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala
yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada
waktu melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas.

2. Penyebab

 Bayi yang berukuran besar (Makrosomia)

 Distosia bahu

 Partus dengan letak sungsang

 Persalinan traumatic

3. Gejala

 Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami gangguan.

 Bayi rewel karena kesakitan.

 Adanya krepitasi dan perubahan warna kulit di tempat yang sakit/fraktur

 Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama

 Refleks moro asimotris

 Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula

 Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.

4. Penanganan

 Jangan banyak digerakkan

 Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit.

 Rawat bayi dengan hati-hati.

 Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat pembentukan kalus.

 Lengan difiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan fleksi pergelangan siku
900.


 Umumnya dalam waktu 7 – 10 hari rasa sakit telah berkurang dan pembentukan kalus telah
terjadi.

 Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara menganjurkan ibu cara
pemberian ASI dengan posisi tidur, dengan sendok, dengan pipet).

 Rujuk ke RS/ Pelayanan kesehatan lainnya.

b. Fruktur Pada Humerus


1. Pengertian

Fraktur humerus adalah kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas.
Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi
tersebut menghilang.

2. Penyebab

 Umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit keatas.

 Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang


humerus yang fraktur

3. Gejala

 Berkurangnya gerakan tangan yang sakit

 Refleks moro asimetris

 Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit

 Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif.

4. Penanganan

 Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14 hari
serta control nyeri

 Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan
dengan deformitas, umumnya akan baik.

 Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur
tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal.


E. Tindakan Persalinan dan Kelainan yang Mungkin Timbul
Ada dua cara yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk melakukan induksi, yaitu
kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk mengeluarkan
hormon prostaglandin yang berfungsi sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.Secara
kimia, biasanya ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan dengan cara
diminum, dimasukkan ke dalam vagina, diinfuskan. Bisanya, tak lama setelah salah satu cara
kimia itu dilakukan, ibu akan merasakan datangnya kontraksi. Secara mekanik, biasanya
dilakukan dengan sejumlah cara, seperti pemasangan balon keteter, (foley chateter) dimulut
rahim, serta memecahkan ketuban saat persalinan sedang berlangsung

Resiko Induksi Resiko induksi persalinan adalah :

1) Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam
pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani.

2) Janin akan merasa tidak nyaman, sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin
(fetal disterss). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, dokter akan memantau
gerak janin melalui CTG/kardiotopografi. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan
gawat janin, proses induksi akan dihentikan.

3) Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisi terjadi pada yang sebelumnya
pernah dioprasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.

4) Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali, namun tetap harus


diwaspadai.Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluhdarah dan
menyangkut di otak ibu atau paru-paru. Bila terjadi dapat merenggut nyawa ibu seketika.

Umumnya, meski tak ada catatan medis yang membuat suatu kehamilan diinduksi,
menunggu janin lahir spontan adalah hal terbaik. Karena kita tidak tahu keadaan janin, mulut
rahim berada pada fase apa, apakah ada kemungkinan terjadi perubahan posisi pada janin atau
tidak, maka melakukan induksi adalah hal yang beresiko. Kita hanya mengganggu proses
alami suatu persalinan.

Sebagai akibatnya, bayi mungkin belum berada pada posisinya dan tubuh ibu ternyata
belum siap untuk melahirkan.Dua keadaan itu meningkatkan dilakukannya operasi caesar
pada kehamilan yang diinduksi.


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Caput suksedenum adalah pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena adanya
timbunan getah bening di bawah lapisan aponerose di luar periostenum.

Cephal Haematome adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan


periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura
garis tengah.

Kelumpuhan pada fleksus brachialis yaitu serat saraf yang berjalan dari tulang belakang
C5-T1 kemudian melewati bagian leher dan ketiak dan akhirnya keseluruh lengan (atas dan
bawah).

Fraktur tulang clavicula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan
dibandingkan dengan trauma tulang lainnya.

Fraktur humerus adalah kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas.

B. Saran

Bagi yang sudah membaca makalah ini disarankan unntuk bisa memahaminya dan
sudah bisa mengetahui apa itu Asuhan neonatus dan jajas persalinan.


DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Medika
Salemba

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

http://missheni.blogspot.com/2011/01/asuhan-neonatus-dengan-jejas-persalinan.html

http://meida.staff.uns.ac.id/

Wiknjosastro H., Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 716-722. Behrman R., Vaughan V., Trauma lahir,
dalam Nelson- Ilmu Kesehatan Anak, Ed. XII, EGC, Jakarta, 1994 : 608-614.

Anda mungkin juga menyukai