Anda di halaman 1dari 9

NAMA : SARIPUDIN

NIM : 66200268
TUGAS INDIVIDU TQM

TOKOH-TOKOH PERINTIS TQM

1. FREDERICK TAYLOR
 Studi gerak dan waktu.
Pengertian Motion Study Dan Time Study
Motion study dan time study merupakan suatu studi tentang gerakan-gerakan
yang dilakukan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya berdasarkan
dengan perhitungan waktu. Studi ini diharapkan bisa mendapatkan gerakan-
gerakan yang standar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan efektif dan
efisien.
Kedua bidang studi tersebut pertama kali ditemukan oleh Frederick Taylor
untuk time study dan Gilbreths untuk motion study yang ditujukan untuk
meningkatkan kinerja di perusahaannya. Meskipun ditemukan dalam kurun
waktu yang hampir bersamaan, namun pada awalnya hanya time study dan
penurunan insentif upah buruh yang lebih berkembang dibandingkan dengan
motion study.
Seiring berjalannya waktu, keinginan untuk mendapatkan metode kerja yang
lebih baik datang pada tahun 1930-an yang kemudian memunculkan
perkembangan keilmuan teknik industri dengan tujuan untuk
mengkombinasikan time study dengan motion study agar dapat menghasilkan
metode kerja yang lebih baik dan ideal.
Time study merupakan salah satu metode dalam praktek lean
manufacturing dengan tujuan untuk mengidentifikasi opportunity perbaikan
yang kemudian akan dijadikan standar dalam pelaksanaan pekerjaan dalam
suatu proses.
Time study penting untuk diterapkan di area kerja. Hal ini disebabkan karena
dengan melakukan time study, aktivitas produksi akan mudah untuk
diprediksi. Pelaksanaan time study pada umumnya dilakukan oleh para
engineer dari perusahaan tersebut khususnya dari industrial engineering,
karena hal ini merupakan salah satu tugas pokok dalam membantu
meningkatkan produktivitas kerja.
Alat - Alat Yang Bisa Digunakan Untuk Melakukan Time Study
1. Stop watch
Alat ini digunakan untuk menghitung waktu dari elemen-elemen dari proses
yang ditentukan dan dipraktekkan oleh karyawan terlatih. Stop watch bisa
dikategorikan menjadi dua yaitu Electronic stop watch dan Mechanical stop
watch.
2. Sistem pencatat data
Adalah suatu alat atau software yang terinstal dan dapat merekam data yang
didapat yang nantinya akan dijadikan kode tersendiri sebagai standar kode
elemen-elemen proses.
3. Alat perekam video
Alat ini berfungsi untuk merekam setiap elemen-elemen dari proses yang
sedang dilakukan oleh pekerja terlatih dan alat ini bisa berupa video camera.
Fungsi alat ini yaitu agar dapat memudahkan peneliti time study dalam
melihat kembali proses yang sedang berlangsung dan juga membantu
mengidentifikasi jika ada elemen yang terlewatkan.
Perlengkapan Yang Harus Dibawa Untuk Melakukan Time Study
1. Pensil atau bolpen sebagai alat pencatat.
2. Kalkulator sebagai alat untuk menghitung waktu yang telah tercatat.
3. Form time study, form ini digunakan sebagai media untuk mencatat waktu,
jarak, frekuensi dan sebagainya dari elemen-elemen kerja.
4. Alat pengukur, alat ini digunakan untuk menghitung jarak, kecepatan dan
sebagainya.  
(Referensi : https://teknik-industri-rachman.blogspot.com/2019/10/motion-
study-and-time-study-studi-gerak.html).

2. W. EDWARD DEMING
Deming cycle, Deming’s fourteen points, Deming’s seven deadly diseas.
 Deming cycle
PDCA atau yang sering disebut juga dengan Deming Circle/Deming
Cycle/Wheel, Shewhart Cycle, control circle/cycle, dan Plan Do Study Act
(PDSA) adalah sebuah metode manajemen empat langkah iteratif yang
digunakan pada proses bisnis untuk kontrol dan peningkatan berkelanjutan
dari proses dan produk. Siklus PDCA (Plan Do Check Act) adalah metode
manajemen yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah dengan empat
langkah secara berulang. Biasanya, metode ini digunakan dalam pengendalian
kualitas. Akan tetapi, penggunaannya cukup beragam dan luas.
(Referensi : https://accurate.id/marketing-manajemen/pdca-adalah/)
 Deming’s fourteen points
14 Butir Deming, sesuai namanya ditemukan oleh W. Edward Deming,
seorang pakar manajemen mutu. Ke 14 butir tersebut adalah :
1. Ciptakan tujuan yang mantap demi perbaikan produk dan jasa. Deming
mengatakan bahwa memelihara komitmen yang tak tergoyahkan pada mutu
dan menggeser fokus dari jangka pendek ke jangka panjang akan
meningkatkan laba sebagai konsekuensi yang wajar.
2. Adopsi filosofi baru. Pengakuan bahwa kita berada dalam era baru yang
secara terus menerus menuntut peningkatan mutu adalah penting agar
perusahaan dapat tetap bertahan. Manajemen harus menolak material yang
mutunya jelek, hasil kerja yan jelek, produk cacat, dan jasa yang tidak tepat
waktu. Budaya baru harus didukung oleh semua karyawan dan harus
mencerminkan komitmen pada mutu.
3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi massal. Jika kesalahan telah terjadi
makan efisiensi dan efektivitas telah hilang. Oleh karena itu, inspeksi massal
untuk melacak kesalahan setelah terjadi harus diganti dengan membangun
mutu dari awal.
4. Akhiri kebiasaan melakukan hubungan bisnis hanya berdasarkan harga.
Deming mengatakan bahwa harga tidak relevan sampai digunakan untuk
mengukur mutu barang yang dibeli. Ia menganjurkan untuk membangun
hubungan jangka pangajang dengan para pemasok.
5. Perbaiki sistem produksi dan jasa secara konstan dan terus menerus.
Kewajiban manajemen adalah mencari metode untuk memperbaiki mutu tidak
akan pernah berakhir. Deming percaya bahwa perbaikan akan diperoleh dari
mempelajari proses itu sendiri, bukan cacatnya dan bahwa proses perbaikan
merupakan tanggung jawab manajemen.
6. Lembagakan metode pelatihan yang modern di tempat kerja. Pelatihan
mencakup lebih dari sekedar mengajari karyawan bagaimana cara
menggunakan peralatan. Pelatihan juga berarti memastikan para karyawan
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk pekerjaan
yang menjadi tanggung jawab mereka.
7. Lembagakan kepemimpinan. Pemimpin memulai pekerjaannya dengan
asumsi bahwa pekerja bertujuan melakukan pekerjaannya sebaik mungkin dan
membantu pekerja mencapai potensi maksimal.
8. Hilangkan rasa takut. Bagi Deming, penting bahwa hendaknya rasa takut
tidak menghentikan karyawan dari kemampuannya mengajukan pertanyaan,
melaporkan masalah, atau menyatakan ide. Karyawan harus merasa aman agar
mutu dapat dikejar secara sukses di tempat kerja.
9. Pecahkan hambatan di antara area staff. hambatan yang terjadi diantara
departemen-departemen fungsional menurunkan produktivitas. Karyawan
dapat saling belajar dan mengkoordinasikan usaha tidak peduli keahlian
fungsional mereka. Kecenderungan struktur organisasi tradisional adalah
mendorong persaingan antar departemen. Persaingan harus dilakukan dengan
organisasi lain, bukan diantara mereka sendiri.
10. Hilangkan slogan, nasihat dan target untuk tenaga kerja. Perbaikan secara
berkesinambungan harus menggantikan tanda, slogan dan lain-lain yang
serupa dengan maksud untuk meningkatkan motivasi dan inspirasi.
11. Hilangkan kuota numerik. Deming mengharuskan dihilangkannya kuota
karena kuota cenderung mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah
dengan mengorbankan mutu.
12. Hilangkan hambatan terhadap kebanggaan ketrampilan kerja. Penilaian
atau kenaikan sistem kenaikan gaji tahunan harus dihilangkan. Bila orang
memang ingin berprestasi dengan baik, mereka tidak memerlukan sistem
insentif seperti itu. Apa yang mereka perlukana dalah bantuan dalam
mengatasi hambatan yang berasal dari kurang memadainya peralatan, material
dan pelatihan.
13. Lembagakan program pendidikan dan pelatihan yang kokoh. Pelatihan
merupakan hal yang penting bagi Deming. Ini termasuk peralatan dan teknik
dasar dari pengendalian mutu disampaing instruksi tambahan dalam tim kerja
dan filosofi budaya TQM.
14. Lakukan tindakan untuk melakukan transformasi. Ini yang terakhir
menurut 14 butir Deming, seluruh organisasi harus bekerja sama untuk
membuat budaya mutu berhasil. Ketika manajer puncak mendesain dan
menerapkan strategi, para pekerja dapat bekerja sama dalam mengejar budaya
TQM.
(sumber: Manajemen jilid 1, Stoner, Freeman, Gilbert Jr, PT Prehallindo,
1996) dan (https://quickstart-indonesia.com/14-butir-deming/)
 Deming’s seven deadly diseas
Tujuh Penyakit Manajemen yang Mematikan menggambarkan hambatan
paling serius yang dihadapi manajemen untuk meningkatkan efektivitas dan
perbaikan berkelanjutan. Video Dr Deming membahas secara detail Lima
Penyakit Mematikan yang pertama. Dia tidak memasukkan Penyakit
Mematikan 6 dan 7 dalam video, yang, katanya di Out of the Crisis adalah,
"Aneh untuk industri di AS, dan di luar cakupan buku ini."
Dalam bab ketiga Keluar dari Krisis, berjudul “Penyakit dan Hambatan,” Dr.
Deming mengeksplorasi, dengan sangat rinci, penyakit yang tercantum di
bawah ini :
1. Kurangnya keteguhan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang
akan memiliki pasar dan mempertahankan perusahaan dalam bisnis, dan
menyediakan lapangan kerja.

2. Penekanan pada keuntungan jangka pendek: pemikiran jangka pendek


(berlawanan dengan keteguhan tujuan untuk bertahan dalam bisnis), didorong
oleh ketakutan akan pengambilalihan yang tidak bersahabat, dan oleh
dorongan dari bankir dan pemilik untuk dividen.
3. Evaluasi kinerja, penilaian prestasi, atau tinjauan tahunan.
4. Mobilitas manajemen; melompat-lompat pekerjaan.
5. Pengelolaan dengan hanya menggunakan angka-angka yang terlihat, dengan
sedikit atau tanpa pertimbangan angka-angka yang tidak diketahui atau tidak
dapat diketahui.
6. Biaya pengobatan yang berlebihan. Seperti yang dilaporkan oleh Dr.
Deming dalam Out of the Crisis (halaman 97-98), para eksekutif berbagi
dengannya bahwa biaya perawatan medis untuk karyawan mereka termasuk di
antara pengeluaran terbesar mereka secara keseluruhan, belum lagi biaya
perawatan medis yang tertanam dalam pembelian. harga dari apa yang mereka
beli dari pemasok mereka.
7. Biaya kewajiban yang berlebihan, membengkak oleh pengacara yang
bekerja pada biaya kontinjensi.
(Referensi : https://deming.org/explore/seven-deadly-diseases/).

3. JOSEPH M. JURAN
Juran three basic steps to progress, Juran’s ten steps to quality improvement, The
pareto principle, The Juran trilogy.
 Juran three basic steps to progress
Menurut Juran; Juran’s Three Basic Steps to Progress, tiga langkah dasar ini
merupakan langkah yang harus diambil institusi/manjemen bila mereka ingin
mencapai kualitas tingkat dunia. Juran juga yakin bahwa ada titik diminishing
return dalam hubungan antara kualitas dan daya saing. Ketiga langkah tersebut
terdiri dari :
(1) Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang
dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak;
(2) Mengadakan program pelatihan secara luas;
(3) Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang
lebih tinggi.
 Juran’s ten steps to quality improvement
Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas menurut Juran; Juran’s Ten
Steps to Quality Improvement: Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas
menurut Juran meliputi :
(1) Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang
untuk melakukan Perbaikan;
(2) Menetapkan tujuan perbaikan.
(3) Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
(4) Menyediakan pelatihan;
(5) Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecah masalah; (6)
Melaporkan perkembangan;
(7) Memberikan penghargaan;
(8) Mengkomunikasikan hasil-hasil;
(9) Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai;
(10) Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem
reguler institusi.
 The pareto principle
The Pareto Principle: Juran menerapkan prinsip yang dikemukakan oleh
Vilfredo Pareto ke dalam manajemen. Prinsip ini kadang kala disebut pula
kaidah 80/20, yang bunyinya “80% of the trouble comes froms 20% of the
problems”. Menurut prinsip ini, organisasi harus memusatkan energinya pada
penyisihan sumber masalah yang sedikit tapi vital (vital few sources) yang
menyebabkan sebagian besar masalah. Baik Juran maupun Deming yakin
bahwa sistem yang dikendalikan oleh manajemen merupakan sistem di mana
sebagian besar masalah terjadi.
 The Juran trilogy
The Juran Trilogy: The Juran Trilogy merupakan ringkasan dari tiga fungsi
manajerial yang utama. Pandangan Juran terhadap fungsi ini dijelaskan
sebagai berikut: Perencanaan kualitas meliputi Perencanaan kualitas meliputi
pengembangan produk, sistem, dan proses yang dibutuhkan untuk memenuni
atau melampaui harapan pelanggan. Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
itu adalah :
1. Menentukan siapa yang menjadi pelangan.
2. Mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan.
3. Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan.
4. Mengembangkan system dan proses yang memungkinkan organisasi untuk
menghsilkan keistimewaan tersebut.
5. Menyebarkan rencana kepada level operasional.
Pengendalian Kualitas. Pengendalian kualitas meliputi langkah-langkah
berikut :
1. Menilai kinerja kualitas aktual.
2. Membandingkan kinerj dengan tujuan.
3. Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan.
Perbaikan Kualitas. Perbaikan kualitas harus dilakukan
secara ongoing dan terus-menerus. Langakh-langkah yang dapat dilaku-
kan adalah:
1. Mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan
perbaikan kualitas setiap tahun.
2. Mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan
melakukan proyek perbaikan.
3. Membentuk suatu tim-tim tersebut apa yang mereka bu-tuhkan
agar dapat mendiagnosis masalah guna menentu-kan sumber
penyebab utama, memberikan solusi, dan melakukan pengendalian
yang akan mempertahankan keuntungan yang diperoleh.
(Sumber : https://savedelicious.com/masalah-the-juran-trilogy-tiga-langkah-
dasar-juran/)
4. PHILIP B. CROSBY
Vaksin kualitas, Crosby’s fourteen steps to quality improvement.
 Vaksin kualitas
Crosby’s Quality Vaccine terdiri dari atas tiga unsure, yaitu Determinasi
(determination), Pendidikan (education), dan Pelaksanaan (implementation).
Determinasi adalah suatu sikap dari manajemen untuk tidak menerima proses,
produk, atau jasa yang tidak menenuhi persyaratan, seperti reject, scrap, lead
delivery, wrong shipment, dan lain-lain.
Menurut Crosby setiap perusahan harus divaksinasi agar memiliki antibody
untuk melawan ketidaksesuaian terhadap persyaratan (non conformance).
Ketidaksesuaian ini merupakan sebab, sehingga harus dicegah, dan
dihilangkan. Dalam menyiapkan vaksinasi, suatu perusahaan perlu membuat
lima unsur, yakni :
 Integritas
CEO (Cheif Executive Officer) harus dapat menjamin bahwa pelanggan
menerima apa yang telah dijanjikan,seperti kualitas produk/jasa, kualitas
penyampaian, keamanan dan lain-lain. COO (Chief Operating Officer) harus
memiliki pemikiran bahwa kualitas di atas segala-galanya.
 Sistem
Sistem adalah serangkaian prosedur dan kegiatan individu di dalam tim
untuk menjamin kualitas. Untuk itu diperlukan pendidikan kualitas yang
merupakan proses untuk membantu karyawan agar memiliki bahasa yang
sama dalam kualitas dan mengerti peran mereka dalam upaya peningkatan
kualitas.
 Komunikasi
Setelah memiliki bahasa yang sama, maka komunikasi akan lebih
mudah terjalin. Komunikasi disini adalah proses mengirim dan menerima
informasi mengenai kualitas dan mendukung peningkatan kualitas. Semua
informasi mengenai usaha peningkatan kualitas disampaikan kepada seluruh
karyawan.
 Operasi
Operasi dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan organisasi untuk
menjaga agar tetap berfungsi. Hal ini dilaksanakan dengan mendidika
pemasok agar mengirim rpoduk dan jasa sesuai dengan persyaratan. Selain itu
prosedur, produk dan sistem dikualifikasi dan dibuktikan sebelum pelaksanaan
dan diuii secara terus-menerus.
 Kebijakan
Dibutuhkan pula adanya pernyataan dan pengarahan dari manajemen
yang memperjelas dimana mereka berdiri dan menentukan sikap tentang
kualitas. Kebijakan harus jelas dan tidak ragu-ragu.

 Crosby’s fourteen steps to quality improvement


Empat belas langkah untuk perbaikan kualitas menurut Crosby terdiri dari:
1. Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk
jangka panjang.
2. Membentuk tim kualitas antar departemen.
3. Mengindetifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah
potensial.
4. Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan
sebagai alat manajemen.
5. Meningkatkan kesadaran akan koalitas dan komitmen pribadi pada semua
karyawan.
6. Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah
yang telah diidentifikasi.
7. Mengadakan program zero defects.
8. Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalamprogram kualitas
tersebut.
9. mengadakan Zero Defects Day untuk meyakinkan seluruh karywan agar
sadar akan adanya arah baru.
10. Mendorng individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi
dan tim.
11. Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa
hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan
kualitas.
12. Mengakui/ menerima para karyawan yang berpartisipasi.
13. Membentuk Dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara
terus-menerus.
14. Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas dalah proses
yang tidak pernah berakhir.

Pada bagian diatas telah diuraikan beberapa pemikiran dari tiga pakar
kualitas. Ada sejumlah kesamaan yang dikemukakan oleh ketiga pakar tersebut,
yaitu :
1. Inspeksi bukanlah jawaban atau kunci untuk melaksanakan perbaikan
kualitas.
2. Ketelibtan dan kepemimpinan manajemen puncak sangat penting dan
esensial dalam menciptakan komitmen dan budaya kualitas.
3. Program kualitas membutuhkan usaha dari seluruh/ pihak dalam organisasi
dan merupakan komitmen jangka panjang. Untuk itu dibutuhkan pula
pendidikan dan pelatihan.
4. Kualitas merupakan faktor primer, sementara scheduling merupakan faktor
sekunder.
Perbandingan Pandangan Akan Kualitas
Deming Juran Crosby
1. Definisi Kualitas Suatu tingkat yang Kemampuan untuk Sesuai dengan
dapat diprediksi dari digunakan (Fitness persyaratan.
2. Tingkat tanggung
keseragaman dan of use)
jawab Bertanggung jawab
ketergantungan pada
manajemen Kurang dari 20% untuk kualitas
biaya yang rendah
senior masalah kualitas
3. Standar dan sesuai dengan karena kinerja Kerusakan nol (zero
prestasi/motivasi pasar defects).
Menghindari
4. Pendekatan Bertanggung jawab kampanye untuk Pencegahan,
umum 94% atas masalah melakukan bukanlah inspeksi.
kualitas pekerjaan yang
5. Struktur 14 langkah
sempurna
Kualitas memiliki perbaikan kualitas
6. Pengendalian
banyak ‘skala’, Pendekatan
proses statistik Menolak tingkat
sehingga perlu manajemen umum
(statistic proses kualitas yang dapat
digunakan statistik terhadap kualitas,
control) diterima secara
untuk mengukur khususnya unsur
statistik
7. Basis Perbaikan. prestasi pada semua manusia
bidang; kerusakan Suatu proses,
8. Kerja sama tim 10 langkah
nol sangat penting bukanlah suatu
perbaikan kualitas
9. Biaya Kualitas program, tujuan
Mengurangi
Merekomendasi perbaikan.
10. Pembelian dan keanekaragaman
SPC akan tetapi
barang yang dengan berbaikan Kelompok
memperingatkan
diterima berkesinambungan perbaikan kualitas
bahwa SPC dapat
dan menghentikan dan Dewan Kualitas
11. Penilaian mengakibatkan
inspeksi massa
pemasok Total Driven Cost of
14 butir untuk Approach noncomformance,
12. Hanya satu manajemen Quality is free.
Sourcing of Pendekatan
supply Metode statistik kelompok proyek- Nyatakan
untuk pengendalian proyek; menetapkan persyaratan;
khusus harus tujuan pemasok adalah
digunakan perluasan.
Pendekatan tim dan
Secara terus- gugus kendali mutu
menerus
Quality is not
mengurangi
free,terdapat suatu
penyimpangan;
optimum
menghilangkan
tujuan tanpa metode Msalah pembelian
merupakan hal yang
Partisipasi karyawan
rumit sehingga
dalam pengambilan
diperlukan survey
keputusan dan
formal
memecahkan
kendala antar Ya, akan tetapi
departemen membantu pemasok
memperbaiki
Tidak ada optimum
perbaikan terus- Tidak, dapat
menerus diabaikan untuk
meningkatkan daya
Inspeksi terlalu
saing
terlambat;
menggunakan
tingkat kualitas
yang dapat diterima
Tidak, kritikal dari
kebanyakan sistem
ya

Sumber :
Crosby, P.B, (1986), Quality is Free, The Art Of making Quality Certain, New York,
-McGraw-Hill Book Co
Deming W.Edwards, (1986), Out Of The Crisis, Cambridge University Press
Juran M. Joseph (1989), Juran on Quality By Design, New York, McMillan Company
Oakland, J.S. (1989), Total Quality Management.  London: Heinemann professional
Publishing Ltd,
Referensi : https://widyasari-press.com/kualitas-versi-deming-juran-dan-crosby/

Anda mungkin juga menyukai