Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik fisik, mental, sosial dan
spritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit maupun kecacatan. Menurut
Undang-Undang RI Nomor. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa yang dimaksud
adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan,dapat bekerja produktif,dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya ( Wuryaningsi et al., 2018,p.7 ). Menurut Scuart ( 2013 ) didalam buku
Wuryaningsih ( 2018 ) menyatakan individu yang memiliki kesehatan jiwa yaitu
individu yang mampu mencapai kebahagian,ketenangan,kepuasan,aktuallisasi diri dan
mampu optimis atau berpikir positif disegala situasi baik terhadap diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien
gangguan jiwa.Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang membuat pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi ( Muhith,2015b, p.212 ).Hal
yang dapat menimbulkan halusinasi adalah skhizofrenia ,psikosis fungsional ,sindrom
otak organik ( SOO),epilepsi,neurolosis,histeris,intoksikasi atropine atau kecubung dan
zat halusinogen (candra et.al.,2017,p. 113). Halusinasi adalah bentuk dari gejala positif
yang dapat terjadi yang dapat terjadi pada semua modalitas sensori, yaitu audiotori,
visual, olfaktori, gustatori dan taktil. Isi halusinasi seringkali merupakan hinaan dan
ceomohan yang kemudian menyebabkan pasien seringkali merasa takut, marah, sedih,
merasa berasa bersalah karena hal ini. (yudhantara dan istiqomah, 2018, p. 41).
Halusinasi dapat terjadi dikarenakan adanya gangguan organik atau gangguan
non-organik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian riwayat trauma atau riwayat
penyakit dari pasien yang berisiko terjadi gangguan fungsi otak. Adapun faktor
predisposisi yang menyebabkan halusinasi yaitu faktor biologis, faktor psikologis dan
faktor sosial budaya (Wuryaningsih et al.,2018)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
untuk mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan kejiwaan halusinasi.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan pengalaman
secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada klien
dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran di rumah sakit Ernaldi
Bahar Provinsi sumatera selatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini yaitu;
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan gangguan persepsi
sensor halusinasi pendengaran.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi sensor
halusinasi pendengaran.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensor
halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori halusinas pendengaran
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran.
g. Membandingkan antara teori dan kenyataan dilapangan yang peneliti
dapatkan.
D. Manfaat
1. Pasien mampu mengenali halusinasinya
2. Pasien mampu menyebutkan isi halusinasinya
3. Klien mampu menyebutkan waktu terjadinya halusinasi
4. Pasien mampu menyebutkan situasi terjadinya halusinasi
5. Pasien menyebut perasaan saat halusinasi
6. Pasien mampu mengontrol halusinasinya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
gangguan jiwa (Muhith, 2015a). Menurut Johnson, B. S. (1995 : 421) dalam
Wijayaningsih, (2015, p.75). Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi
sensori yang tidak sesuai dengan realita atau kenyataan seperti melihat bayangan
dan suara-suara yang tidak ada. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan
jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman (Yusuf et
al., 2015).
2. Faktor Predisposisi
Menurut Yusuf, Fitryasari, and Nihayati, (2015, pp. 122-123). Faktor
predisposisi halusinasi sebagai berikut :
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang
dapat meningkatkan stress dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan
persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor Sosisal Budaya
Berbagai faktor dimasyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan
atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat
seperti delusi, dan halusinasi.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta peran ganda atau peran
yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi
realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan
besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada
pasien skizofrenia, skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi
jika kedua orang tua skizofrenia.
3. Faktor Presipitasi
a. Stresor Sosial Budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok dapat menimbulkan halusinasi
b. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamine, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi
c. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinakan berkembangnya gangguan
orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan.
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahaan proses piker, afektif persepsi, motorik, dan
sosial.
6. Akibat
Menurut Tonsend,M.C dalam Wijayaningsih (2015,p.78) suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik diri sendiri maupun orang lain, seseorang yang dapat berisiko melakukan
tindakan kekerasaan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunnjukkan perilaku
:
a. Data Subjektif
1. Mengucapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
2. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
b. Data Objektif
1. Wajah tegang, merah
2. Mondar mandir
3. Mata melotot,rahang mengatup
4. Tangan mengepal
5. Keluar keringat banyak
6. Mata merah
7. Rentang Respon
Menurut Stuat 2013 dalam Sutejo (2019,p.10) rentang respon sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif
Rentang respn yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis, persepsi
akurat,emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok dan terciptanya
hubungan sosial harmonis. Respon maladaptive adalah adanya
waham,halusinasi,kesukaran proses emosi, perilaku tidak terorganisasi dan isolasi
sosial : menarik diri.
8. Pohon Masalah
Menurut Keliat 2006 dalam Sutejo (2019,p.18) pohon masalah berdasarkan
diagnosis gangguan sensosri persepsi: halusinasi adalah sebagai berikut :
Perencanaan
Diagnosis
Tujuan
keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
Gangguan TUM: 1. Ekspresi wajah 1.1 Hubungan saling percaya merupakan
sensori Klien tidak bersahabat Bina hubungan saling percaya dasar untuk memperlancar interaksi
persepsi : mencederai diri menunjukkan rasa dengan mengemukakan prinsip selanjutnya yang akan dilakukan
halusinasi sendiri, orang senang, ada kontak komunikasi teraupetik.
pendengaran lain, dan mata, mau berjabat a. Sapa klien dengan ramah baik
(auditori) lingkungan tangan, mau verbal ataupun non verbal
menyebutkan nama, b. Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1 mau menjawab c. Tanyakan nama lengkap klien dan
Klien dapat salam, klien mau nama panggilan yang disukai klien
membina duduk d. Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan saling berdampingan e. Tunjukkan sikap empati dan
percaya dengan perawat menerima klien apa adanya
mau mengutarakan f. Beri perhatian kepada klien dan
masalah yang perhatian kebutuhan dasar klien
dihadapinya
TUK 2 : 1. klien dapat a. adakan kontrak sering dan singkat Selain untuk membina hubungan
Klien dapat menyebutkan isi secara bertahap saling percaya ,kontak sering dan
mengenali
waktu dan b. observasi tingkah laku klien yang singkat akan memutus halusinasi
halusinasi nya
frekuensi timbulnya terkait halusinansinya : bicara dan
halusinasi tertawa tanpa stimulus dan
Mengenal perilaku klien pada saat
memandang ke kiri/kanan ke depan halusinasi terjadi memudahkan
seolah ada teman bicara perawat dalam melakukan intervensi
c. bantu klien mengenal halusinasinya
Mengenal halusinasi mengukapkan
dengan cara :
klien mengehindari factor timbulnya
a. jika menemukan klien sedang
halusnasi
berhalusinansi tanyakan apa suara
yang didenagrnya
Perngetahuan tentang isi dan waktu
b. jika kllien menjawab ada frekuensi munculny halusinasi dapat
lanjutkan apa yang dikatakan suara mempermudah perawat
1. Klien dapat
1.1 Bersama klien, identifikasi
menyebutkan tindakan
TUK 3: yang biasanya tindakan yang dilakukan jika terjadi Usaha untuk memutus halusinasi,
Klien dapat dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah, sehingga halusinasi tidak muncul
mengontrol
mengendalikan menyibukkan diri, dll) kembali.
halusinasinya
halusinasinya 1.2 Diskusikan manfaat dan cara Penggunaan reinforcement) dapat
2. Klien dapat yang digunakan klien. Jika meningkatkan harga diri klien.
mmenyebutkan cara bermanfaat beri pujian kepada klien.
baru mengontrol 2.1 Diskusikan dengan klien tentang Memberi alternatif pilihan untuk
halusinasi. cara baru mengontrol halusinasinya: mengontrol halusinasi.
3. Klien dapat a. Menghardik, mengusir, atau tidak Meningkatkan pengetahuan klien
mendemonstrasikan
memperdulikan halusinasinya. dalam memutus halusinasi.
cara menghardik,
mengusir, dan tidak b. Bercakap-cakap dengan orang lain
memperdulikan
jika halusinasinya muncul. Harga diri klien meningkat.
halusinasinya
4. Klien dapat c. Melakukan kegiatan sehari-hari. Memberi klien kesempatan untuk
mengikuti aktivitas 3..1 Beri contoh cara menghardik mencoba cara yang telah dipilih.
kelompok halusinasi: Memudahkan klien dalam
5. Klien dapat “Pergi! Saya tidak mau mendengar mengendalikan halusinasi.
mendemonstrasikan kamu, saya mau mencuci piring atau
kepatuhan minum bercakap-cakap dengan suster”. Stimulasi persepsi dapat mengurangi
obat untuk mencegah 3.2 Beri pujian atas keberhasilan perubahan interpretasi realitas akibat
halusinasi. klien. adanya halusinasi.
3.3 Minta klien mengikuti contoh
yang diberikan dan minta klien
Mengulanginnya
3.4. Susun jadwal latihan klien dan
minta klien untuk mengisi jadwal
kegiatan (self-evalcation).
4.1. Anjurkan klien untuk mengikuti
terapi aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi.
5.1. Klien dapat menyebutkan jenis,
dosis, dan waktu minum obat, serta
manfaat obat tersebut (prinsip 5
benar: benar orang, benar obat, benar
dosis, benar waktu, dan benar cara
pemberian).
5.2.Diskusikan dengan klien tentang
jenis obat yang di minum ( nama,
warna, dan besarnya) : waktu minum
obat jika 3x:
1. Keluarga dapat
menyebutkan
1. Diskusikan dengan keluarga
pengertian ,tanda, (pada saat berkunjeng /pada saat
TUK 4 Keluarga
dapat merawat dan Tindakan kunjungan rumah) Untuk meningkatkan pengetahuan
klien dirumah 2. Gejala halusinasi yang dialami seputar halusinasi dan perawatannya
untuk klien
dan menjadi pada pihak keluarga.
sitem pendukung mengendalikan 3. Cara yang dapat dilakukan klien
yang fektif dan keluarga untuk memutuskan
halusinasi.
untuk klien 2. Keluarga dapat halusinasi Dengan mengetahui efek samping,
keluarga akan tau apa yang harus
menyebutkan jenis, 4. Cara merawat anggota keluarga
dilakukan setelah minum obat
dosis,wkatu,pembe dengan gangguan rumah: kegiatan,
jangan biarkan beri izin makan
rian,manfaat,serta
sendin. besamapergian bersama jika
efek samping obat. klien sedang sendiri di rumah,
lakukan dengan dalam telepon.
5. Beri informasi tentang lanjut
(follow up) atau kapan perlu
mendapatkan bantuan: halusinasi
tidak terkontrol risiko mencederai
orang lain.
6. Diskusikan dengan keluarga
tentang dosis, jenis, waktu,
pemberian, manfaat, dan efek
samping obat
7. Anjurkan kepada keluarga untuk
berdiskusi dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping obat.
B. Penelitian Terkait
Untuk melakukan pengayaan tinjauan pustaka, peneliti mengunakan kata kunci health literacy atau covid-19. Kata kunci
tersebut digunakan untuk mencari literature jurnal di database scopus, science direct, proquest, cumulative index to nursing and
allied health literature (cinahi ebsco), covid-19, jurnal nasional. Dengan kata kunci tersebut didapatkan 10 jurnal yang sesuai
dalam penelitian ini. Jurnal yang sesuai dengan ini peneliti sajikan dalam tabel dibawah ini :
1. Penerapan strategi Studi kasus ini merupakan studi kasus Hasil studi menunjukkan bahwa klien 1 dari 19 tanda
pelaksanaan (SP2) “deskriptif” dimana penulis dan gejala terjadi penurunan tanda dan gejala
pada klien membandingkan sebelum dan sesudah sebanyak 58% masalah teratasi atau sebanyak 11
skizoprenia dengan dilakukan tindakan asuhan keperawatan tanda gejala, dan klien II menunjukkan dari 15 tanda
gangguan persepsi dengan implementasi strategi pelaksanaan dan gejala yang terdapat pada klien terjadi penurunan
sensori : Halusinasi 2 halusinasi apakah klien tanda gejala sebanyak 53% masalah teratasi atau
penglihatan skizopreniadengan masalah keperawatan sebanyak 8 tanda gejala.
penulis : Nur gangguan persepsi sensori halusinasi
muhammad abiding penglihatan dapat mengontrol
dan wahyuningsih halusinasinya.
Kesimpulan : strategi pelaksanaan 2 pada klien
Tahun : 2020 vol. 4 dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
No.2 penglihatan dapat membantu mencegah kekambuhan
halusinasi sehingga perawat perlu melakukan
Jurnal : jurnal tindakan tersebut.
manajemen asuhan
keperawatan.
2. Penerapan strategi Metode yang digunakan pada penelitian ini Hasil menunjukkan klien 1 ada penurunan tanda dan
pelaksanaan 1 pada adalah “study kasus” pada 2 pasien yang gejala sebanyak 70% masalah teratasi atau sebanyak
klien skizoprenia dirawat dirumah sakit jiwa prof.Dr.soerojo 7 tanda dan gejala dan peningkatan kemampuan
paranoid dengan magelang mengontrol halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan
gangguan persepsi atau 100% pada klien 2 ada penurunan tanda dan
sensori halusinasi Jumlah pasien 2 orang. gejala, peningkatan kemampuan mengontrol
penglihatan. halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan atau 100%.
Kesimpulan : strategi pelaksanaan 1halusinasi dapat
menurunkan tanda dan gejala halusinasi.
Penulis : Tiya
meliana dan emilia
puspitasari sugiyanti
Tahun : 2019 vol.3
no.1
Jurnal : manajemen
asuhan
keperawatan
3. Asuhan Karya tulis ilmiah ini mengunakan Hasil penelitian menunjukkan respon yang berbeda
keperawatan jiwa rancangan penelitian deskriptif, sedangkan dari kedua pasien. Pada pasien 1 dapat mengontrol
perubahan persepsi jenis penelitian yang digunakan dalam dan mengurangi frekuensi halusinasi yang
sensori : halusinasi penulisan karya ilmiah ini adalah studi dialaminya. Sedangkan pada pasien 2 ia dapat
penglihatan dan kasus (case study) mengontrol dan mengurangi frekuensi halusinasi yang
latihan mengontrol dialaminya.
halusinasi dengan Jumlah pasien : 2 orang
menghardik pada Kesimpulan : beberapa faktor yang mempengaruhi
pasien Ny.D DAN sehingga terjadi perbedaan hasil dalam penelitian
pasien ny. D yang diantara nya fase halusinasi umur dan aspek
diruang larasati medis.
RSJID Dr. Amino
gondohutomo
provinsi jawa tengah
Penulis: Rif’atul
qonita tahun 2018
Jurnal :
keperawatan
poltekes kemenkes
semarang
4. Studi kasus aktivitas Penelitian ini dilakukan secara deskriptif Hasil evaluasi klien mengalami penurunan setelah
menggambar dalam selanjutnya dilakukan dengan dilakukan aktivitas menggambar dengan hasil
mengontrol gejala mengumpulkan data terkaitdengan gejala evaluasi klien Tn.I dengan score 18.
halunasi di RSJ halusinasi sebelum dilakukan aktifitas
prof.Dr soerodjo menggambar melalui wawancara.
mangelang Instrument penelitian untuk mengumpulkan
data yaitu mengunakan PSYRT (psycotic
Penulis : novianti symtom rating scale).
saptriadi, erna
erawati dan angga
sugiarto
Jumlah pasien : subjek penelitian pasien
Tahun : 2020 vol.3 dengan masalah keperawatan halusinasi
no.1 yang memenuhi kriteria inklusi
Jurnal :
keperawatan dan
fisioterapi (JKP)
5. Efektivitas terapi Jenis penelitian Ada pengaruh sebelum dan sesudah tindakan terapi
musik terhadap musik terhadap penurunan tingkat halusinasi
penurunan tingkat Kuantitatif mengunakan pendekatan penglihatan pada penderita gangguan jiwa Di RSJ
halusinasi eksperimen semu (quasi eksperiment) Prof M. Ildrem provinsi sumatera utara.
penglihatan pada metode penelitian pendekatan one grup
pasien gangguan pretest-postest design. Penelitian yang Kesimpulan :
jiwa di RSJ akan diidentifikasi adalah eksperimen
prof.DR.M. Ildrem. antara variabel musik dengan variabel
dependen halusinasi penglihatan.
Penulis : dian angri Penelitian ini dilakukan oleh peneliti
yanti, wina novita selama 7 hari setiap pagi dan sore hari
br,Purba dan akhir perlakuan dilakukan pada hari ke
7 kemudian halusinasi diobservasi
Tahun terbit : 2020 kembali.
6. Pengaruh terapi Jenis penelitian kuantitatif, mengunakan Ada pengaruh terapi okupasi terhadap gejala
okupasi terhadap design eksperiment dengan rancangan halusinasi penglihatan pada pasien halusinasi
gejala halusinasi penelitian pre eksperiment dengan penglihatan rawat inap di yayasan aulia rahma
penglihatan pada pendekatan one group pretest-postest kemiling, bandar lampung
pasien halusinasi design. Populasi penelitian ini adalah
penglihatan rawat seluruh pasien halusinasi penglihatan di
inap di yayasan yayasan aulia rahma, kemiling bandar
aulia rahma lampung dengan jumlah 27 pasien
kemiling bandar halusinasi penglihatan, sampel yang
lampung. digunakan 27 pasien dengan halusinasi
penglihatan dengan mengunakan teknik
Penulis : niken total smpling
yuniar sari, budi
antoro, niluh gede
pita setevani
Tahun terbit : 2019
Pengaruh Penelitian pra-eksperimenta : one-group Ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan pada
Penerapan asuhan pra-post test design.populasi : semua klien klien halusinasi terhadap kemampuan klien
7. keperawatan pada dengan gangguan halusinasi di ruangan mengontrol halusinasi.
klien halusinasi kenari.Sampel : 14 responden, Teknik
terhadap pengambilan sampel adalah total
kemampuan klien sampling.
mengontrol
halusinasi di RSKD
provinsi Sulawesi
Selatan ;
Muhammad Hari
Samal, Abdul Kadir
Ahmad, St
Saidah,2018
8. Upaya peningkatan Studi kasus merupakan studi kasus Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum
harga diri rendah dengan pendekatan asuhan keperawatan dilakukan intervensi skor HDR Ppasien 19 meningkat
dengan terapi jiwa pada Tn.Y. Metode penelitian menjadi 24 yang diukur mengguanakan kuisoner
aktivitas kelompok deskriptif dengan studi kasus, sampel Rosenberg self Esteen Scale.
(stimulasi persepsi) pada penelitian 1 responden
di ruangan sub Akut
laku RSKD provinsi
Maluku ;Hani
Tuasikal ,Moomina
Siauta,Selpina
Embuai;2019
9. Analisis tanda dan Penelitian ini dilakukan pada 16 responden Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanda dan
gejala resiko dengan teknikeccidental sampling. gejala yang sering muncul pada orang dengan resiko
perilaku kekerasan Penelitian ini merupakan penelitian perilaku kekeraan yaitu : mengepalkan tangan,bicara
pada pasien kuantitatif dengan desain penelitian desain kasar,suara tinggi menjerit atau berteriak.
skizofrenia;Eka deskriptif.
Malfasari;Rizka
Febtrina,Dini
Maulinda, Rizka
Amimi;2020
10. Tingkat Desain yang digunakan deskriptif korelasi Hasil penelitian ada hubungan pengetahuan pasien
pengetahuan pasien dengan pendekatan cross sectional. dengan perilaku pasien halusinasi pengelihatan
dalam melakukan Populasi penelitian adalah pasien yang
cara mengontrol mengalami gangguan realita atau
dengan perilaku halusinasi yang berjumlah 50 orang.
pasien halusinasi Teknik pengambilan sampel total sampling
pendengaran ; yaitu sebnayak 50 responden.
Marisca Agustina ;
2017
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
RUANG : BANGAU
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. I (L) Tanggal Pengkajian : 04 November 2021
Umur : 21 Tahun RM No. : 07-79-45
Informan : Pasien
2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil
Penolakan
Tindakan Kriminal
Jelaskan :
1. Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu pernah dirawat
tahun 2020 dan yang sekarang.
2. pengobatannya kurang berhasil.
3. Karena pasien jarang minum obat.
4. Pasien menjadi pelaku pada aniaya fisik kepada kakak ipar dan ibunya.
5. Pasien mengatakan pernah memukul ibu dan kakak karena kesal keinginannya
tidak dituruti dan sewaktu remaja pernah dipukul oleh bapaknya.
Masalah Keperawatan :
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan
: Pasien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
---- : Tinggal dalam satu rumah
Penjelasan :
Klien anak ke-3 dari 5 bersaudara, klien belum menikah tinggal bersama orang tua
dan dua adik-adiknya, dalam pengambilan keputusan, orang tua sering memaksakan
kehendak dan klien merasa tertekan.
Masalah Keperawatan:
Koping keluarga tidak efektif : kompromi
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bersyukur dengan dirinya, menyukai hampir seluruh bagian
tubuhnya.
b. Identitas
Klien mengatakan ia belum menikah, jenis kelamin laki-laki, dan usia 21 tahun
tinggal di plaju.
c. Peran
Klien mengatakan peran sebagai anakdan bekerja sebagai kenek
d. Ideal diri
Klien mengatakan jika sudah sembuh ingin pulang ia ingin bekerja kembali
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu karena tidak diterima lingkungan dan dikucilkan
dalam keluarga.
Masalah keperawatan:
Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien mengatakan tidak ikut kegiatan dilingkungan karena sering tidak diajak dan
merasa malu.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada hambatan diri
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia beragama islam
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan hanya sholat saat magrib dan subuh saja tidak sholat 5 waktu.
Masalah keperawatan :
Distress spritual
2. Pembicaraan
Cemas Keras Gagap Inkoheren
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa
Masalah keperawatan :
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tdk sesuai
Jelaskan :
Klien saat menatap ke suatu arah, kemudian beralih ke perawat dengan ekspresi biasa.
Masalah Keperawatan :
GSP : Halusinasi penglihatan
6. Interaksi Selama Wawawncara
Bermusuhan Tidak kooperatif Tersinggung
Pengecapan Penghindu
Jelaskan: Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam dan ular, dan hampir
setiap hari menjelang sore dan malam, selama sekitar 5 menit klien merasakesal
dengan yang dirasakannya.
Masalah Keperawatan :
8. Proses Pikir
Neologisme
Jelaskan : Klien saat interaksi tiba-tiba terdiam dan melihat kearah tertentu, lalu
kembali menjawab pertanyaan.
Masalah Keperawatan :
Waham
Masalah Keperawatan:
Jelaskan : Pasien mengatakan dia mengetahui bahwa dia berada di Rumah Sakit Jiwa.
Pasien mengatakan tau jika sedang berbicara dengan suster dan juga mengenal teman
sekamarnya yaitu Tn. S dan Tn. P. Klien mengetahui waktu siang atau malam.
Masalah Keperawatan :
11. Memori
Masalah Keperawatan :
Jelaskan: Klien dapat memilih tindakan atau kegiatan yang lebih utama. Pasien
mengetahui kalau shalat harus wudhu terlebih dahulu, tahu urutan wudhu tetapi lupa
niat berwudhu.
Masalah Keperawatan :
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Pasien mandi dikamar mandi secara mandiri.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
6. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan: Pasien mengatakan minum obat secara mandiri dan teratur.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak
Jelaskan : Pasien mengatakan kegiatan diluar rumah yaitu bekerja sebagai bantu
orang naksi mobil.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Olahraga Mencederaidiri
Lainnya : Lainnya :
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien ada masalah dengan
dukungan kelompok
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan hanya
bergaul dengan orang yang dikenal saja.Tidak ikut kegiatan dilingkungan.
Koping Obat-obatan
Lainnya
Jelaskan: Kurang pengetahuan klien tentang penyakit klien.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
XI. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Terapi Medik :
1. Risperidone 2x2 mg
2. Clozapin 2x100 mg
3. Trihexyphenedil 2x2 mg
Analisa Data
DS :
Resiko perilaku kekerasan
Pasien mengatakan pernah memukul ibu dan kakak karena
kesal keinginan tidak dituruti dan sewaktu remaja pernah
dipukul oleh bapak.
DO :
Klien tampak raut wajah tegang, tatapan tajam
DS : Gsp : Halusinasi
penglihatan
Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam danular,
dan hampir setiap hari menjelang sore dan malam, selama
sekitar 5 menit klien merasa kesal dengan yang
dirasakannya.
DS :
Harga diri rendah
Pasien mengatakan pernah dibuli oleh teman, dtolak oleh
masyarakat dan dikucilkan oleh keluarga dan dipukul oleh
orang tua.
DO :
DS :
Regimen terapi inefektif
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa
dimasa lalu pernah dirawat tahun 2020 dan yang sekarang.
DO :
DO :
Nama : Tn. I
Umur : 18 Tahun
Pertemuan : ke-1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Klien mengatakan ini yang ke dua kalinya dibawa ke RS Ernaldi Bahar
Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam
Data Objektif :
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan
3. Tujuan Tindakan
Klien mampu melakukan bina hubungan saling percaya
Klien mampu mengidentifikasi isi, jenis halusinasi, situasi munculnya
halusinasi dan frekuensi munculnya halusinasi
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Intervensi Keperawatan
Lakukan bina saling percaya dengan pasien
Identifikasi Halusinasi (Isi,jenis halusinasi, dan situasi muncul
halusinasi)
Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, perkenalkan saya mahasiswa keperawatan Ikest
Muhammadiyah Palembang”, nama saya indah ayu hoca , saya biasa di
panggil indah. Disini saya akan merawat bapak selama 2 minggu
kedepan. Nama bapak siapa ? senang dipanggil apa?
b. Evaluasi atau Validasi
Apa benar ini dengan bapak I ? Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Apa keluhan bapak I saat ini ? bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang bayangan yang selama ini bapak lihat.
c. Kontrak
2. Fase Kerja
“Apakah bapak melihat bayangan yang tanpa ada wujudnya ? apa
yang dilakukan itu ? apakah terus-menerus terlihat atau sewaktu-
waktu ? Kapan paling sering melihat bayangan itu ? Berapa kali sehari
bapak melihat bayangan itu ? apakah pada waktu sendiri bapak
melihat bayangan itu ? apa yang bapak rasakan pada saat melihat
bayangan itu ? Apa yang bapak lakukan saat melihat bayangan itu
? apakah dengan cara itu bayangan itu hilang ? bagaimana kalau kita
belajar cara untuk mencegah bayangan itu muncul ? Ada empat cara
untuk mencegah bayangan-bayangan itu muncul. Pertama dengan
menghardik bayangan tersebut, kedua dengan cara minum obat
secara teratur, ketiga dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,
dan yang keempat dengan cara melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik. Begini caranya saat bayangan itu muncul bapak
langsung bilang “Pergi saya tidak mau melihat, kamu itu bayangan
palsu” Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tidak terlihat lagi.
Coba bapak peragakan, nah bagus !coba lagi, ya bagus bapak sudah
bisa.
3. Fase Terminasi
Nama : Tn. I
No.RM : 07-79-45
Ruangan : Bangau
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
/jam
05 November Gangguan - Membina S:
2021 persepsi hubungan saling - Klien mengatakan nama nya I
sensori : percaya dengan - Klien mengatakan sering
15:00 WIB Halusinasi
pasien melihat banyangan hitam
Penglihatan
- Mengidentifikasi - klien mengatakan mau
Halusinasi mencoba melakukan cara
(Isi,jenis menghardik
halusinasi, dan
situasi muncul O:
halusinasi) - Keadaan umum baik
- Melatih - klien tampak sesekali berbicara
mengontrol sendiri
halusinasi - Klien tampak melakukan cara
dengan cara menghardik
menghardik - TTV
TD : 114/75 mmHg
T : 36,5 °C
N : 90 x/menit
RR : 18 x/menit
A:
- Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Penglihatan
P: Intervensi dilanjutkan
Perawat :Lanjutkan SP 2 minum
obat yang benar
Keluarga:Anjurkan pasien untuk
melatih cara yang sudah
diajarkan
STRATEGI PELAKSANAAN II
Nama : Tn. I
Umur : 18 Tahun
Pertemuan : ke-2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Data Objektif:
3. Tujuan
2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, selamat siang pak, Masih ingat dengan saya kan?
coba siapa? iya benar sekali.
2. Fase Kerja
Nama : Tn. I
No.RM : 07-79-45
Ruangan : Bangau
O:
- Keadaan umum baik
- klien tampak mengerti cara
minum obat
- klien mampu menyebutkan
warna, dan aturan pakai obat
- TTV
TD : 120/75 mmHg
T : 36,5 °C
N : 92 x/menit
RR : 18 x/menit
A:
- GSP : Halusinasi Penglihatan
P: Intervensi dilanjutkan
Pasien : Lanjutkan SP 3 bercakap-
cakap
Keluarga :Anjurkan pasien untuk
melatih kembali cara 1
menghardik dan cara 2
minum obat benar
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENGLIHATAN
Nama : Tn. I
Usia : 18 Tahun
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Data Objektif
1. Fase Orientasi
a. Salam
Baiklah seperti janji kita kemarin hari ini kita akan latih cara
ketiga untuk mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Bapak ingin berbincang - bincang
dimana? Baiklah disini saja ya. Berapa lama mau
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Tujuan
kita hari ini berlatih bercakap-cakap untuk menghilangkan
halusinasi bapak.
2. Fase Kerja
Baik bapak cara ketiga untuk mengontrol halusinasi yang lain
adalah bercakap-cakap dengan orang lain, jadi kalau bapak
melihat bayangan itu lagi langsung saja cari teman untuk di ajak
bicara. Minta teman untuk mengbrol dengan bapak, contohnya
begini “tolong saya mulai melihat bayangan hitam ayo mengbrol
dengan saya” begitu ya pak. Coba praktekan bagus sekali pak,
begitu suster tidak ada, bapak bisa melakukannya sendiri. Jadi
itu tadi cara bercakap-cakap dengan orang lain ya pak.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
Baiklah bapak masih ingat tidak kita tadi latihan dan belajar
apa? Coba bapak sebutkan? Bagus sekali, bapak masih
mengingatnya, jadi ada berapa cara mengntrol halusinasi
pak?
c. Rencana tindak lanjut
Nama : Tn. I
No RM : 07-79-45
Ruangan : Bangau
Nama : Tn. I
Usia : 18 Tahun
A. ProsesKeperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjectif :
2. Diagnosa
Keperawatan
Gangguan persepsi sensori :Halusinasi penglihatan
3. Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara aktifitas terjadwal
4. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien membuat aktivitas terjadwal
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
“ Baiklah bapak mari kita buat jadwal kegiatan nya, bapak bagun
tidur jam berapa? Oo jam 05:00 jadi mari kita membuat jadwal
harian bapak mulai dari jam 05:00 pagi ya, jam 05:00 bapak bagun
tidur dan rapikan tempat tidur, 05:15 sholat subuh, 05:30 melatih
cara menghardik, 06 : 15 mandi, 06:30 sarapan pagi, 07:00 minum
obat, jam 07:30 bercakap-cakap dengan teman, jam 08:00 senam
pagi, 09:00 melatih cara menghardik, jam 10:00 makan snack,
10:20 berbincang-bincang dengan teman, 11:30 makan siang,
12:00 sholat zuhur, 12:30 tidur siang, 15:00 makan snack, 15:15
sholat ashar, 15:30 latihan cara menghardik, 16:00 berbincang-
bincang dengan teman, 17:00 mandi sore, 17:30 makan sore,
18:15 sholat magrib, 19:00 minum obat, 19:30 sholat isya, 20:00
istirahat tidur malam. Nah jadwalnya sudah kita buat nanti bapak
bisa ikuti jadwalnya ya pak. Tujuannya agar bapak dapat
mengalihkan penglihatan yang bapak dilihat. “
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan setelah kita membuat jadwal kegiatan?”
Bagus!! Jika bayangannya muncul kembali silakan bapak
mengontrol halusinasi dengan cara yang sudah diajarkan dan jangan
lupa ikuti kegiatan yang terjadwal sudah kita buat tadi ya pak. Jadi
besok ketemu suster lagi nati kita evaluasi cara yang sudah kita
pelajari dan praktekan untuk mengontrol halusinasi agar cepat
sembuh dan bayangannya hilang” baiklah kalau begitu suster
permisi dulu.
CATATAN PERKEMBANGAN
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap dan dasar utama dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien (Muhith, 2015a, p. 4). Data yang
dikumpulkan pada saat melakukan pengkajian proses 2000 jiwa meliputi aspek identitas
klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, lingkungan, pengetahuan, sosial,
spiritual dan aspek medik. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode
wawancara dengan Tn. I. observasi secara langsung terhadap kemampuan dari perilaku Tn.
I. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan
asuhan di Tn. I. Namun, saat pengkajian dilakukan tidak ada anggota keluarga Tn.I yang
datang menjenguk sehingga, penulis tidak memperoleh informasi dari pihak keluarga.
Menurut Yusuf, Fitryasari and Nihayati, (2015, pp. 122-123) faktor predisposisi pada
klien dengan gangguan halusinasi dapat muncul dari berbagai faktor seperti faktor
perkembangan atau adanya hambatan perkembangan yang mengganggu hubungan
interpersonal, faktor sosial budaya yang membuat merasa disingkirkan, faktor psikologis
seperti adanya hubungan interpersonal yang tidak harmonis, faktor biologi seperti adanya
kelainan struktur otak yang abnormal, dan faktor genetik. Hal ini sesuai dengan yang dialami
oleh Tn.I karena ibunya mengalami gangguan pendengaran sejak usianya masih remaja.
Kondisi tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2015,
p. 7) bahwa sebagian besar (54,2%) responden yang mengalami gangguan jiwa memiliki
riwayat keturunan gangguan jiwa. Namun Tn. I tidak memiliki masalah dengan lingkungan
sekitar ia tinggal.
Tanda dan gejala halusinasi ialah mudah tersinggung, apatis atau menarik diri, tampak
gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi yang kadang berhenti bicara seolah-olah
melihat sesuatu, menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara, tertawa tidak sesuai,
gerakan mata yang cepat, kadang tampak ketakutan, respon- respon yang tidak sesuai,
mengeluh ceman dan khawatir, mengungkapkan adanya halusinasi. Gejala-gejala tersebut
beberapa juga dialami oleh Tn.I seperti tampak gelisah, pola komunikasi Tn. I yang
terkadang berhenti seolah-olah mendengar sesuatu, terkadang Tn. I tampak ketakutan, Tn. I
mengeluh cemas dan khawatir, serta Tn. I mengeluh melihat bayangan hitam dan ular yang
tidak jelas. Dari pengkajian pada Tn. I didapatkan data mengenai jenis dan isi halusinasi,
waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi, serta respon klien terhadap
halusinasinya. Dalam pengkajian pola fungsional difokuskan pada pola persepsi pada Tn. I
didapatkan data bahwa Tn. I mengalami halusinasi pengelihatan. Tn. I melihat bayangan
hitam dan tampak seperti ular, yang sering membuat Tn. I kesal dan marah saat melihat
bayangan tersebut. Tn. D mendengar suara bisikan saat sedang sendirian.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut PPNI, 2009 dalam Muhith, (2015, p. 12) rencana tindakan keperawatan cara
untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan lain. Menurut Stuart, GW
dan Sundeen,S.J,2006 dalam Muhith, (2015, p. 13) rencana tindakan keperawatan
membagikan karakteristik tindakan yaitu konseling/ Psikotrapeutik, pendidikan kesehatan,
perawatan mandiri dan ADL, terapi modalitas, perawatan berkelanjutan, kolaborasi terapi
somatis dan psikofarma.
Tujuan umum gangguan persepsi Sensoris Halusinasi Pengelihatan yaitu klien dapat
Mengontrol Halusinasi yang dialaminya. Terdapat lima tujuan gangguaan persepsi Sensoris
Halusinasi Antara lain klien dapat membina hubungan saling percaya dengan Perawat.
Rasional dan tindakan yang dilakukan yaitu hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi
terapeutik klien dan Perawat. Tujuan khusus yang kedua klien dapat mengenal Halusinasi
Yang dialaminya. Rasionalnya kalian dapat menyebutkan isi, frekuensi, waktu, respon dan
situasi Dari Halusinasi yang dialaminya. Tujuan khusus yang ketiga yaitu Klien dapat
Mengontrol Halusinasi nya dengan cara menghardik Halusinasi, minum obat teratur,
bercakap cakap dengan orang lain, dan mengalihkan halusinasinya dengan beraktivitas
Secara terjadwal. Rasionalnya tindakan yang dilakukan klien merupakan upaya untuk
mengatasi halusinasinya. Tujuan khusus tempat lain tidak mendapatkan dukungan keluarga
dalam mengatasi Halusinasi nya. Rasionalnya keluarga mampu merawat klien dengan
Halusinasi saat berada di rumah. Tujuan kelima Kelian dapat memanfaatkan obat dengan
baik. Rasionalnya dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat
secara teratur (wijayaningsih, 2015). Hal tersebut juga penulis rencanakan pada kalian
dengan tujuan umum untuk mengontrol Halusinasi nya dan lima tujuan khusus Halusinasi
yang telah diuraikan di atas.
Setiap akhir tindakan strategi pelaksanaan dapat diberikan reinforcement positif Yang
rasionalnya dapat memberikan penghargaan atas keberhasilan Tn.I reinforcement positif
Merupakan pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan
dapat ditampilkan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan
menetap di masa yang akan datang (Mulawarman et al., 2019, p. 125). Reinforcement
Mempunyai kemampuan untuk menginginkan tindakan yang diberikan reinforcement positif
Akan dilakukan secara berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu dengan ke
Mawan pelaku tindakan itu sendiri (Mulawarman et al., 2019). Hal ini sesuai dengan
intervensi yang dilakukan penulis yaitu dengan memberikan reinforcement positif kepada Tn.
I ketika Tn. I melakukan setiap strategi pelaksanaan dengan baik.
D. Implementasi keperawatan
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada 05 November 2021 penulis melakukan
strategi pelaksaaan 1 yang dimana hasil evaluasi klien terlihat dari hasil pengkajian klien
tampak sesekali berbicara sendiri serta klien sudah dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik menutup telingan dan bilang “ pergi-pergi kamu suara
palsu , saya tidak mau dengar.” Tn,I dilatih untuk mengikuti cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik. Kemudian memberikan Rainformencent positif apabila Tn,I mampu
atau berhasil memperagakan cara menghardik halusinasi yang telah diajarkan. Rencana
tindak lanjut untuk klien yaitu mengajarkan kembali kepada klien untuk melatih kembali cara
menghardik yang telah diajarkan selanjutnya mengajarkan klien untuk mengontrol halusinasi
dengan cara kedua. Menurut penelitian (Zelika & Dermawan, 2015) bahwa bina hubungan
saling percaya untuk menentukan keberhasilan rencana selanjutnya. Membantu pasien
mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat
terjadinya halusinasi) dan menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi yang bertujuan untuk
menentukan tindakan yang tepat atas halusinasinya.
Pada 06 November 2021 penulis mengevalusi jadwal kegiatan harian Tn,I tentang
pentingnya minum obat secara teratur. Setelah diulas kembali Tn,I mampu menjelaskan
prinsip 6 benar minum obat dan menjelaskan kembali pentingnya minum obat dan akibat jika
putus obat. Untuk rencana tindak lanjut mengajarkan pasien untuk memasukkan ke jadwal
kegiatan harian dan latih mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan sebelumnya serta
menganjurkan pasien untuk mengingat kembali yang telah diajarkan. Menurut penelitian
(Fitriana, 2019) mengemukakan bahwa klien mampu minum obat secara teratur efektif
dilakukan dalam mengontrol halusinasi.
Pada tanggal 07 November 2021 bahwa klien telah dapat mengontrol halusinasi
dengan menghardik dan minum obat dengan benar. Klien mengatakan sudah mengerti cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Lalu klien juga bisa dan
mampu melakukan SP yang telah diajarkan dengan benar. Klien mampu mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain Perencanaan tindakan adalah
melanjutkan intervensi dengan melakukan latihan cara mengontrol halusinasi dengan minum
obat dan bercakap-cakap dengan orang lain kemudian memasukkanya kedalam jadwal
kegiatan klien. Penelitian (Fresa et al., 2015) Mengemukakan bahwa pasien yang setelah
dilakukan terapi bercakap-cakap mulai mampu mengontrol halusinasinya.
Pada tanggal 08 November 2021 bahwa didapatkan klien mengatakan masih
mengingat SP yang pernah diajarkan penulis yaitu menghardik, minum obat dengan benar
dan bercakap-cakap dengan orang lain. Klien mengatakan kegiatan yang dapat dilakukannya
yaitu makan, tidur, sholat, mandi, olahraga, merapikan tempat tidur, menonton. Klien dapat
menyebutkan cara mengontrol halusinasi yang pernah diajarkan. Klien memasukkan kegiatan
yang bisa dilakukannya ke jadwal kegiatan harian. Perencanaan tindakan keperawatan adalah
mengevaluasi kembali kegiatan yang telah diajarkan dan melatih SP yang telah diajarkan
yaitu menghardik, minum obat dengan benar, bercakap-cakap dengan orang lain dan
mencatat kegiatan terjadwal. Menurut penelitian (Zelika & Dermawan, 2015) bahwa
penelitian pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal. Tujuannya adalah partisipasi pasien dalam kegiatan membantu pasien beraktivitas
agar halusinasi tidak dapat muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Prim, Riska,2020. Analisis tanda dan genjala resiko perilaku kekerasan pada pasien
skizofrenia. Diakses 11januari2021:20.50WIB.
Mustina M, 2017. Tingkat pengetahuan pasien dalam melakukan cara mengontrol dengan
perilaku pasien halusinasi penengaran.diakses 11januari2021: 21.20 WIB
Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumirta, I. N. (2017). Psikologi Landasan Keilmuan Praktik
Keperawatan Jiwa. Andi.
Idrayani, Y. A, & Wahyudi, T. (2019). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Wutawarman, Nugraheni, E. P., Putri, A., & Febrianti, T. (2019). Psikologi Konseling.
Prenadamedia.
Nihayati, Yusuf, Rizky Fitryasari, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Salemba Medika.
Samal, M Haxi.2018. Pengaruh han tan pada klien halusinasi terhadap kemampuan kilen
mengontrol halusinasi di RSKD provinsi Sulawesi selatan. Diakses 11januari2021: 21.10
WIB
Jiwa. Trans Info Medika. Wuryaningsih, E. W., Windarwati, H. D., Dewi, E. I., Deviantony,
F., & Hadi, E. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. UPT Percetakan dan
Yusuf, A. (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Tuasikal,Haikal.2019. Upaya Peningkatan harga diri rendah dengan terapi aktivitas kelompok
(stimulasi persepsi) di ruangan sub Akut 'aki RSKO provinsi Maluku. Diakses
11januari2021:20.45WIB.