Anda di halaman 1dari 64

BAB 1

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Kesehatan adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik fisik, mental, sosial dan
spritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit maupun kecacatan. Menurut
Undang-Undang RI Nomor. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa yang dimaksud
adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan,dapat bekerja produktif,dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya ( Wuryaningsi et al., 2018,p.7 ). Menurut Scuart ( 2013 ) didalam buku
Wuryaningsih ( 2018 ) menyatakan individu yang memiliki kesehatan jiwa yaitu
individu yang mampu mencapai kebahagian,ketenangan,kepuasan,aktuallisasi diri dan
mampu optimis atau berpikir positif disegala situasi baik terhadap diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.

Masalah kesehatn jiwa dimasyarakat sangatlah kompleks.Kondisi rumah sakit


jiwa di indonesia terdapat 34 RS jiwa pemerintahan, 9 RS jiwa milik swasta/organisasi
islam/organisasi sosial dan lainnya dan 1 RSKO di 28 provinsi dari 34 provinsi di
Indonesia, 6 provinsi yang tidak memiliki RS jiwa yaitu kepulauan riau, Kalimantan
Utara,Sulawesi Tengah,Gorontalo,Sulawesi barat dan Papua Barat ( Indrayani &
Wahyudi,2019,p.6 ).Masalah kesehatan jiwa ini diperkirakan oleh WHO akan
menduduki peringkat pertama penyebab kematian ditahun 2030 setelah penyakit
jantung koroner ( Wuryaningsih et al., 2018 ).

Berdasarkan data RISKESDAS 2013,Orang dengan gangguan jiwa berat (ODGJ)


sebesar 0,17 %, orang dengan masalah kejiwaan ( ODMK ) sebesar 6,0 % dan angkat
kejadian pasung 14,3 % ( Wuryaningsi et al. 2018 ). Pada tahun 2018 pusat data dan
informasi kementerian kesehatan RI ( Infodatin ) melaporkan bahwa pendudukan
indonesia mengalami gangguan jiwa Skhizofrenia atau psikosis mencapai 6,7 %.di
Sumatera Selatan orang dengan gangguan jiwa skhizofreniz atau psikosis yaitu 8 %
( Indrayani dan Wahyudi,2019 ).Angka kejadian pasung di Indonesia pada tahun 2018
yaitu mencapai 31,5 %.

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien
gangguan jiwa.Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang membuat pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi ( Muhith,2015b, p.212 ).Hal
yang dapat menimbulkan halusinasi adalah skhizofrenia ,psikosis fungsional ,sindrom
otak organik ( SOO),epilepsi,neurolosis,histeris,intoksikasi atropine atau kecubung dan
zat halusinogen (candra et.al.,2017,p. 113). Halusinasi adalah bentuk dari gejala positif
yang dapat terjadi yang dapat terjadi pada semua modalitas sensori, yaitu audiotori,
visual, olfaktori, gustatori dan taktil. Isi halusinasi seringkali merupakan hinaan dan
ceomohan yang kemudian menyebabkan pasien seringkali merasa takut, marah, sedih,
merasa berasa bersalah karena hal ini. (yudhantara dan istiqomah, 2018, p. 41).
Halusinasi dapat terjadi dikarenakan adanya gangguan organik atau gangguan
non-organik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian riwayat trauma atau riwayat
penyakit dari pasien yang berisiko terjadi gangguan fungsi otak. Adapun faktor
predisposisi yang menyebabkan halusinasi yaitu faktor biologis, faktor psikologis dan
faktor sosial budaya (Wuryaningsih et al.,2018)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
untuk mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan kejiwaan halusinasi.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan pengalaman
secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada klien
dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran di rumah sakit Ernaldi
Bahar Provinsi sumatera selatan.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini yaitu;
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan gangguan persepsi
sensor halusinasi pendengaran.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi sensor
halusinasi pendengaran.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensor
halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori halusinas pendengaran
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran.
g. Membandingkan antara teori dan kenyataan dilapangan yang peneliti
dapatkan.

D. Manfaat
1. Pasien mampu mengenali halusinasinya
2. Pasien mampu menyebutkan isi halusinasinya
3. Klien mampu menyebutkan waktu terjadinya halusinasi
4. Pasien mampu menyebutkan situasi terjadinya halusinasi
5. Pasien menyebut perasaan saat halusinasi
6. Pasien mampu mengontrol halusinasinya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
gangguan jiwa (Muhith, 2015a). Menurut Johnson, B. S. (1995 : 421) dalam
Wijayaningsih, (2015, p.75). Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi
sensori yang tidak sesuai dengan realita atau kenyataan seperti melihat bayangan
dan suara-suara yang tidak ada. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan
jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman (Yusuf et
al., 2015).

2. Faktor Predisposisi
Menurut Yusuf, Fitryasari, and Nihayati, (2015, pp. 122-123). Faktor
predisposisi halusinasi sebagai berikut :
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang
dapat meningkatkan stress dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan
persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor Sosisal Budaya
Berbagai faktor dimasyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan
atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat
seperti delusi, dan halusinasi.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta peran ganda atau peran
yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi
realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan
besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada
pasien skizofrenia, skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi
jika kedua orang tua skizofrenia.

3. Faktor Presipitasi
a. Stresor Sosial Budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok dapat menimbulkan halusinasi
b. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamine, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi
c. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinakan berkembangnya gangguan
orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan.
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahaan proses piker, afektif persepsi, motorik, dan
sosial.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Carpetino L.J (1998); Townsend, M.C, (1998); Stuart, G.W dan
Sundeen, S.J (1998) dalam Wijayaningsih, (2015, pp. 76-77) tanda dan gejala
halusinasi sebagai berikut :
a. Data Subjektif :
1) Tidak mampu mengenal orang dan tempat
2) Tidak mampu memecahkan masalah
3) Mengungkapkan adanya halusinas (misalnya mendengar suara-suara atau
melihat bayangan)
4) Mengeluh cemas dan khawatir
b. Data Objektif :
1) Mudah tersinggung
2) Apatis atau menarik diri
3) Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti
bicara seolah-olah mendengar sesuatu
4) Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara
5) Menyerigai dan tertawa tidak sesuai
6) Gerakan mata cepat pikiran yang berubah-ubah
7) Kadang tampak ketakutan
8) Respon-respon yang tidak sesuai

5. Jenis - jenis Halusinasi


Menurut Sutejo (2019, pp 14-15) jenis halusinasi terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu sebagai berikut :

Jenis Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi
Halusinasi a. Mengarahkan telinga a. Mendengar suara atau bunyi
Pendengaran pada sumber suara gaduh
b. Marah-marah tanpa sebab b. Mendengar suara yang
yang jelas menyuruh untuk melakukan
c. Bicara atau tertawa sesuatu yang berbahaya
sendiri c. Mendengar suara yang
d. Menutup telinga mengajak bercakap-cakap
d. Mendengar suara orang yang
sudah meninggal
Halusinasi a. Ketakutan pada sesuatu a. Melihat makhluk tertentu,
Penglihatan atau objek yang dilihat bayangan, seseorang yang
b. Tatapan mata menuju sesudah meninggal sesuatu
tempat tertentu yang menakutkan atau hantu
c. Menunjuk kearah tertentu dan cahaya
Halusinasi a. Adanya tindakan a. Klien seperti sedang
Pengecapan mengecap sesuatu merasakan makanan atau
gerakan mengunyah, rasa tertentu atau mengunyah
sering meludah, atau sesuatu
muntah
Halusinasi a. Adanya gerakan cuping a. Mencium bau dari bau-bauan
penghinduan hidung karena mencium tertentu, seperti bau
sesuatu atau mengarahkan mayat,masakan, fases, bayi,
hidung pada tempat atau parfum
tertentu. b. Klien sering mangatakan
bahwa ia mencium suatu bau
c. Halusinasi penciuman sering
menyertai kliendemensia
kejang,atau penyakit
serebrovaskular
Halusinasi a. Menggaruk-garuk a. Klien mengatakan ada
perabaan permukaan kulit klien sesuatu yang mengerayangi
terlihat menatap tubuhnya tubuh, seperti
dan terlihat merasakan tangan,serangga,atau
sesuatu yang aneh seputar makhluk halus
tubuhnya b. Merasakan sesuatu di
permukaan kulit, seperti rasa
yang sangat panas atau
dingin, atau rasa tersengat
aliran listrik.

6. Akibat
Menurut Tonsend,M.C dalam Wijayaningsih (2015,p.78) suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik diri sendiri maupun orang lain, seseorang yang dapat berisiko melakukan
tindakan kekerasaan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunnjukkan perilaku
:
a. Data Subjektif
1. Mengucapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
2. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
b. Data Objektif
1. Wajah tegang, merah
2. Mondar mandir
3. Mata melotot,rahang mengatup
4. Tangan mengepal
5. Keluar keringat banyak
6. Mata merah

7. Rentang Respon
Menurut Stuat 2013 dalam Sutejo (2019,p.10) rentang respon sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

Rentang respn yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis, persepsi
akurat,emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok dan terciptanya
hubungan sosial harmonis. Respon maladaptive adalah adanya
waham,halusinasi,kesukaran proses emosi, perilaku tidak terorganisasi dan isolasi
sosial : menarik diri.

8. Pohon Masalah
Menurut Keliat 2006 dalam Sutejo (2019,p.18) pohon masalah berdasarkan
diagnosis gangguan sensosri persepsi: halusinasi adalah sebagai berikut :

Resiko Menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Sensori persepsi : Halusinasi

Gnagguan Konsep diri : Harga diri rendah

9. Masalah Keperawatan dan Data Perlu Dikaji


Menurut (Wijayaningsih,2015) terdapat 3 masalah yaitu sebagai berikut :

No Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


.
1. Masalah utama : DS:
Gangguan sensori 1. Klien mengatakan melihat atau
persepsi : Halusinasi mendengar sesuatu
2. Klien tidak mampu mengenal tempat
waktu, orang
DO :
1. Tampak bicara dan ketawa sendiri
2. Mulut seperti bicara tapi tidak keluar
suara
3. Berhenti bicara setelah seolah
mendengar atau melihat
sesuatu,gerakan mata yang cepat
2. DS:
1. Klien mengatakan merasa kesepian
2. Klien mengatakan tidak dapat
berhubungan sosial
3. Klien mengatakan tidak berguna
DO :
1. Tidak tahan terhadap kontak yang
lama
2. Tidak berkonsentrasi dan pikiran
mudah beralih saat bicara
3. Tidak ada kontak mata
4. Ekspresi wajah murung, sedih
3. DS:
1. Klien mengungkapkan takut
2. Klien mengungkapkan apa yang
dilihat dan didengar mengancam dan
membuatnya takut
DO:
1. Tampak larut dalam pikiran dan
ingatannya sendiri
2. Kurang aktifitas, tidak komunikatif
3. Wajah klien tampak tegang merah
4. Mata merah dan melotot
5. Tangan mengepal
6. Mondar mandir
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut sutejo,(2019,pp.19-26) rencana tindakan keperawatan gangguan sensori persepsi : halusinasi yaitu sebagai berikut:

Perencanaan
Diagnosis
Tujuan
keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
Gangguan TUM: 1. Ekspresi wajah 1.1 Hubungan saling percaya merupakan
sensori Klien tidak bersahabat Bina hubungan saling percaya dasar untuk memperlancar interaksi
persepsi : mencederai diri menunjukkan rasa dengan mengemukakan prinsip selanjutnya yang akan dilakukan
halusinasi sendiri, orang senang, ada kontak komunikasi teraupetik.
pendengaran lain, dan mata, mau berjabat a. Sapa klien dengan ramah baik
(auditori) lingkungan tangan, mau verbal ataupun non verbal
menyebutkan nama, b. Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1 mau menjawab c. Tanyakan nama lengkap klien dan
Klien dapat salam, klien mau nama panggilan yang disukai klien
membina duduk d. Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan saling berdampingan e. Tunjukkan sikap empati dan
percaya dengan perawat menerima klien apa adanya
mau mengutarakan f. Beri perhatian kepada klien dan
masalah yang perhatian kebutuhan dasar klien
dihadapinya
TUK 2 : 1. klien dapat a. adakan kontrak sering dan singkat Selain untuk membina hubungan
Klien dapat menyebutkan isi secara bertahap saling percaya ,kontak sering dan
mengenali
waktu dan b. observasi tingkah laku klien yang singkat akan memutus halusinasi
halusinasi nya
frekuensi timbulnya terkait halusinansinya : bicara dan
halusinasi tertawa tanpa stimulus dan
Mengenal perilaku klien pada saat
memandang ke kiri/kanan ke depan halusinasi terjadi memudahkan
seolah ada teman bicara perawat dalam melakukan intervensi
c. bantu klien mengenal halusinasinya
Mengenal halusinasi mengukapkan
dengan cara :
klien mengehindari factor timbulnya
a. jika menemukan klien sedang
halusnasi
berhalusinansi tanyakan apa suara
yang didenagrnya
Perngetahuan tentang isi dan waktu
b. jika kllien menjawab ada frekuensi munculny halusinasi dapat
lanjutkan apa yang dikatakan suara mempermudah perawat

itu katakana bahwa perawat Mengindeitifkasi pengaruh


percaya klien mendegar namum halusinansi

perawat sendiri tidak


mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh dan
menghakimi )
c. katakan bahwa klien lain juga ada
seperti klien
d. katakan bahwa perawat akan
mebantu klien
2. klien dapat 2.1 Diskusikan dengan klien :
mengungkapkan a. Situasi yang menimbulkan atau
bagaimana tidak menimbulkan halusinasi
perasaannya (jika sendiri,jengkel,atau
terhadap sedih).
halusinasi b. Waktu dan frekuensi terjadinya
tersebut. halusinasi (pagi,siang,sore) dan
malam, terus menerus atau
sewaktu-waktu .

2.2 Diskusikan dengan klien


tentang apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih dan senang), beri
kesempatan pada klien untuk
mengungkapan perasaannya.

1. Klien dapat
1.1 Bersama klien, identifikasi
menyebutkan tindakan
TUK 3: yang biasanya tindakan yang dilakukan jika terjadi Usaha untuk memutus halusinasi,
Klien dapat dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah, sehingga halusinasi tidak muncul
mengontrol
mengendalikan menyibukkan diri, dll) kembali.
halusinasinya
halusinasinya 1.2 Diskusikan manfaat dan cara Penggunaan reinforcement) dapat
2. Klien dapat yang digunakan klien. Jika meningkatkan harga diri klien.
mmenyebutkan cara bermanfaat beri pujian kepada klien.
baru mengontrol 2.1 Diskusikan dengan klien tentang Memberi alternatif pilihan untuk
halusinasi. cara baru mengontrol halusinasinya: mengontrol halusinasi.
3. Klien dapat a. Menghardik, mengusir, atau tidak Meningkatkan pengetahuan klien
mendemonstrasikan
memperdulikan halusinasinya. dalam memutus halusinasi.
cara menghardik,
mengusir, dan tidak b. Bercakap-cakap dengan orang lain
memperdulikan
jika halusinasinya muncul. Harga diri klien meningkat.
halusinasinya
4. Klien dapat c. Melakukan kegiatan sehari-hari. Memberi klien kesempatan untuk
mengikuti aktivitas 3..1 Beri contoh cara menghardik mencoba cara yang telah dipilih.
kelompok halusinasi: Memudahkan klien dalam
5. Klien dapat “Pergi! Saya tidak mau mendengar mengendalikan halusinasi.
mendemonstrasikan kamu, saya mau mencuci piring atau
kepatuhan minum bercakap-cakap dengan suster”. Stimulasi persepsi dapat mengurangi
obat untuk mencegah 3.2 Beri pujian atas keberhasilan perubahan interpretasi realitas akibat
halusinasi. klien. adanya halusinasi.
3.3 Minta klien mengikuti contoh
yang diberikan dan minta klien
Mengulanginnya
3.4. Susun jadwal latihan klien dan
minta klien untuk mengisi jadwal
kegiatan (self-evalcation).
4.1. Anjurkan klien untuk mengikuti
terapi aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi.
5.1. Klien dapat menyebutkan jenis,
dosis, dan waktu minum obat, serta
manfaat obat tersebut (prinsip 5
benar: benar orang, benar obat, benar
dosis, benar waktu, dan benar cara
pemberian).
5.2.Diskusikan dengan klien tentang
jenis obat yang di minum ( nama,
warna, dan besarnya) : waktu minum
obat jika 3x:

1. Keluarga dapat
menyebutkan
1. Diskusikan dengan keluarga
pengertian ,tanda, (pada saat berkunjeng /pada saat
TUK 4 Keluarga
dapat merawat dan Tindakan kunjungan rumah) Untuk meningkatkan pengetahuan
klien dirumah 2. Gejala halusinasi yang dialami seputar halusinasi dan perawatannya
untuk klien
dan menjadi pada pihak keluarga.
sitem pendukung mengendalikan 3. Cara yang dapat dilakukan klien
yang fektif dan keluarga untuk memutuskan
halusinasi.
untuk klien 2. Keluarga dapat halusinasi Dengan mengetahui efek samping,
keluarga akan tau apa yang harus
menyebutkan jenis, 4. Cara merawat anggota keluarga
dilakukan setelah minum obat
dosis,wkatu,pembe dengan gangguan rumah: kegiatan,
jangan biarkan beri izin makan
rian,manfaat,serta
sendin. besamapergian bersama jika
efek samping obat. klien sedang sendiri di rumah,
lakukan dengan dalam telepon.
5. Beri informasi tentang lanjut
(follow up) atau kapan perlu
mendapatkan bantuan: halusinasi
tidak terkontrol risiko mencederai
orang lain.
6. Diskusikan dengan keluarga
tentang dosis, jenis, waktu,
pemberian, manfaat, dan efek
samping obat
7. Anjurkan kepada keluarga untuk
berdiskusi dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping obat.
B. Penelitian Terkait

Untuk melakukan pengayaan tinjauan pustaka, peneliti mengunakan kata kunci health literacy atau covid-19. Kata kunci
tersebut digunakan untuk mencari literature jurnal di database scopus, science direct, proquest, cumulative index to nursing and
allied health literature (cinahi ebsco), covid-19, jurnal nasional. Dengan kata kunci tersebut didapatkan 10 jurnal yang sesuai
dalam penelitian ini. Jurnal yang sesuai dengan ini peneliti sajikan dalam tabel dibawah ini :

No Judul artikel, Metode Hasil Penelitian


penulis, tahun

1. Penerapan strategi Studi kasus ini merupakan studi kasus Hasil studi menunjukkan bahwa klien 1 dari 19 tanda
pelaksanaan (SP2) “deskriptif” dimana penulis dan gejala terjadi penurunan tanda dan gejala
pada klien membandingkan sebelum dan sesudah sebanyak 58% masalah teratasi atau sebanyak 11
skizoprenia dengan dilakukan tindakan asuhan keperawatan tanda gejala, dan klien II menunjukkan dari 15 tanda
gangguan persepsi dengan implementasi strategi pelaksanaan dan gejala yang terdapat pada klien terjadi penurunan
sensori : Halusinasi 2 halusinasi apakah klien tanda gejala sebanyak 53% masalah teratasi atau
penglihatan skizopreniadengan masalah keperawatan sebanyak 8 tanda gejala.
penulis : Nur gangguan persepsi sensori halusinasi
muhammad abiding penglihatan dapat mengontrol
dan wahyuningsih halusinasinya.
Kesimpulan : strategi pelaksanaan 2 pada klien
Tahun : 2020 vol. 4 dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
No.2 penglihatan dapat membantu mencegah kekambuhan
halusinasi sehingga perawat perlu melakukan
Jurnal : jurnal tindakan tersebut.
manajemen asuhan
keperawatan.

2. Penerapan strategi Metode yang digunakan pada penelitian ini Hasil menunjukkan klien 1 ada penurunan tanda dan
pelaksanaan 1 pada adalah “study kasus” pada 2 pasien yang gejala sebanyak 70% masalah teratasi atau sebanyak
klien skizoprenia dirawat dirumah sakit jiwa prof.Dr.soerojo 7 tanda dan gejala dan peningkatan kemampuan
paranoid dengan magelang mengontrol halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan
gangguan persepsi atau 100% pada klien 2 ada penurunan tanda dan
sensori halusinasi Jumlah pasien 2 orang. gejala, peningkatan kemampuan mengontrol
penglihatan. halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan atau 100%.
Kesimpulan : strategi pelaksanaan 1halusinasi dapat
menurunkan tanda dan gejala halusinasi.
Penulis : Tiya
meliana dan emilia
puspitasari sugiyanti
Tahun : 2019 vol.3
no.1
Jurnal : manajemen
asuhan
keperawatan

3. Asuhan Karya tulis ilmiah ini mengunakan Hasil penelitian menunjukkan respon yang berbeda
keperawatan jiwa rancangan penelitian deskriptif, sedangkan dari kedua pasien. Pada pasien 1 dapat mengontrol
perubahan persepsi jenis penelitian yang digunakan dalam dan mengurangi frekuensi halusinasi yang
sensori : halusinasi penulisan karya ilmiah ini adalah studi dialaminya. Sedangkan pada pasien 2 ia dapat
penglihatan dan kasus (case study) mengontrol dan mengurangi frekuensi halusinasi yang
latihan mengontrol dialaminya.
halusinasi dengan Jumlah pasien : 2 orang
menghardik pada Kesimpulan : beberapa faktor yang mempengaruhi
pasien Ny.D DAN sehingga terjadi perbedaan hasil dalam penelitian
pasien ny. D yang diantara nya fase halusinasi umur dan aspek
diruang larasati medis.
RSJID Dr. Amino
gondohutomo
provinsi jawa tengah
Penulis: Rif’atul
qonita tahun 2018
Jurnal :
keperawatan
poltekes kemenkes
semarang

4. Studi kasus aktivitas Penelitian ini dilakukan secara deskriptif Hasil evaluasi klien mengalami penurunan setelah
menggambar dalam selanjutnya dilakukan dengan dilakukan aktivitas menggambar dengan hasil
mengontrol gejala mengumpulkan data terkaitdengan gejala evaluasi klien Tn.I dengan score 18.
halunasi di RSJ halusinasi sebelum dilakukan aktifitas
prof.Dr soerodjo menggambar melalui wawancara.
mangelang Instrument penelitian untuk mengumpulkan
data yaitu mengunakan PSYRT (psycotic
Penulis : novianti symtom rating scale).
saptriadi, erna
erawati dan angga
sugiarto
Jumlah pasien : subjek penelitian pasien
Tahun : 2020 vol.3 dengan masalah keperawatan halusinasi
no.1 yang memenuhi kriteria inklusi
Jurnal :
keperawatan dan
fisioterapi (JKP)

5. Efektivitas terapi Jenis penelitian Ada pengaruh sebelum dan sesudah tindakan terapi
musik terhadap musik terhadap penurunan tingkat halusinasi
penurunan tingkat Kuantitatif mengunakan pendekatan penglihatan pada penderita gangguan jiwa Di RSJ
halusinasi eksperimen semu (quasi eksperiment) Prof M. Ildrem provinsi sumatera utara.
penglihatan pada metode penelitian pendekatan one grup
pasien gangguan pretest-postest design. Penelitian yang Kesimpulan :
jiwa di RSJ akan diidentifikasi adalah eksperimen
prof.DR.M. Ildrem. antara variabel musik dengan variabel
dependen halusinasi penglihatan.
Penulis : dian angri Penelitian ini dilakukan oleh peneliti
yanti, wina novita selama 7 hari setiap pagi dan sore hari
br,Purba dan akhir perlakuan dilakukan pada hari ke
7 kemudian halusinasi diobservasi
Tahun terbit : 2020 kembali.

6. Pengaruh terapi Jenis penelitian kuantitatif, mengunakan Ada pengaruh terapi okupasi terhadap gejala
okupasi terhadap design eksperiment dengan rancangan halusinasi penglihatan pada pasien halusinasi
gejala halusinasi penelitian pre eksperiment dengan penglihatan rawat inap di yayasan aulia rahma
penglihatan pada pendekatan one group pretest-postest kemiling, bandar lampung
pasien halusinasi design. Populasi penelitian ini adalah
penglihatan rawat seluruh pasien halusinasi penglihatan di
inap di yayasan yayasan aulia rahma, kemiling bandar
aulia rahma lampung dengan jumlah 27 pasien
kemiling bandar halusinasi penglihatan, sampel yang
lampung. digunakan 27 pasien dengan halusinasi
penglihatan dengan mengunakan teknik
Penulis : niken total smpling
yuniar sari, budi
antoro, niluh gede
pita setevani
Tahun terbit : 2019

Pengaruh Penelitian pra-eksperimenta : one-group Ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan pada
Penerapan asuhan pra-post test design.populasi : semua klien klien halusinasi terhadap kemampuan klien
7. keperawatan pada dengan gangguan halusinasi di ruangan mengontrol halusinasi.
klien halusinasi kenari.Sampel : 14 responden, Teknik
terhadap pengambilan sampel adalah total
kemampuan klien sampling.
mengontrol
halusinasi di RSKD
provinsi Sulawesi
Selatan ;
Muhammad Hari
Samal, Abdul Kadir
Ahmad, St
Saidah,2018

8. Upaya peningkatan Studi kasus merupakan studi kasus Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum
harga diri rendah dengan pendekatan asuhan keperawatan dilakukan intervensi skor HDR Ppasien 19 meningkat
dengan terapi jiwa pada Tn.Y. Metode penelitian menjadi 24 yang diukur mengguanakan kuisoner
aktivitas kelompok deskriptif dengan studi kasus, sampel Rosenberg self Esteen Scale.
(stimulasi persepsi) pada penelitian 1 responden
di ruangan sub Akut
laku RSKD provinsi
Maluku ;Hani
Tuasikal ,Moomina
Siauta,Selpina
Embuai;2019

9. Analisis tanda dan Penelitian ini dilakukan pada 16 responden Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanda dan
gejala resiko dengan teknikeccidental sampling. gejala yang sering muncul pada orang dengan resiko
perilaku kekerasan Penelitian ini merupakan penelitian perilaku kekeraan yaitu : mengepalkan tangan,bicara
pada pasien kuantitatif dengan desain penelitian desain kasar,suara tinggi menjerit atau berteriak.
skizofrenia;Eka deskriptif.
Malfasari;Rizka
Febtrina,Dini
Maulinda, Rizka
Amimi;2020

10. Tingkat Desain yang digunakan deskriptif korelasi Hasil penelitian ada hubungan pengetahuan pasien
pengetahuan pasien dengan pendekatan cross sectional. dengan perilaku pasien halusinasi pengelihatan
dalam melakukan Populasi penelitian adalah pasien yang
cara mengontrol mengalami gangguan realita atau
dengan perilaku halusinasi yang berjumlah 50 orang.
pasien halusinasi Teknik pengambilan sampel total sampling
pendengaran ; yaitu sebnayak 50 responden.
Marisca Agustina ;
2017
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG : BANGAU

TANGGAL DI RAWAT : 23 OKTOBER 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. I (L) Tanggal Pengkajian : 04 November 2021
Umur : 21 Tahun RM No. : 07-79-45
Informan : Pasien

II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS


Klien dibawa ke Rs. Ernaldi Bahar Palembang karena gelisah, mengancam keluarga, klien
mengatakan sering mendengar suara bisikan dan melihat bayangan hitam dan ular.
Masalah Keperawatan:
GSP : Halusinasi penglihatan dan resiko perilaku kekerasan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya  Tidak

2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


Aniaya Fisik
 21
1
Aniaya Seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga


 17

Tindakan Kriminal
Jelaskan :
1. Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu pernah dirawat
tahun 2020 dan yang sekarang.
2. pengobatannya kurang berhasil.
3. Karena pasien jarang minum obat.
4. Pasien menjadi pelaku pada aniaya fisik kepada kakak ipar dan ibunya.
5. Pasien mengatakan pernah memukul ibu dan kakak karena kesal keinginannya
tidak dituruti dan sewaktu remaja pernah dipukul oleh bapaknya.
Masalah Keperawatan :
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


Ya Tidak

Penjelasan: Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan pernah dibuli oleh teman, dtolak oleh masyarakat dan dikucilkan
oleh keluarga dan dipukul oleh orang tua.
Masalah Keperawatan :
Responpasca trauma dan HDR
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/70 N:80 RR:20 T:36,0
2. Ukur : TB : 153 cm BB: 53 kg
3. Keluhan fisik ya tidak

Jelaskan :
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Klien tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan
: Pasien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
---- : Tinggal dalam satu rumah
Penjelasan :
Klien anak ke-3 dari 5 bersaudara, klien belum menikah tinggal bersama orang tua
dan dua adik-adiknya, dalam pengambilan keputusan, orang tua sering memaksakan
kehendak dan klien merasa tertekan.
Masalah Keperawatan:
Koping keluarga tidak efektif : kompromi
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bersyukur dengan dirinya, menyukai hampir seluruh bagian
tubuhnya.
b. Identitas
Klien mengatakan ia belum menikah, jenis kelamin laki-laki, dan usia 21 tahun
tinggal di plaju.
c. Peran
Klien mengatakan peran sebagai anakdan bekerja sebagai kenek
d. Ideal diri
Klien mengatakan jika sudah sembuh ingin pulang ia ingin bekerja kembali
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu karena tidak diterima lingkungan dan dikucilkan
dalam keluarga.
Masalah keperawatan:
Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien mengatakan tidak ikut kegiatan dilingkungan karena sering tidak diajak dan
merasa malu.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada hambatan diri
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah

4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia beragama islam
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan hanya sholat saat magrib dan subuh saja tidak sholat 5 waktu.
Masalah keperawatan :
Distress spritual

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak Rapi Penggunaan pakian tidak sesuai

Cara berpakian tidak seperti biasanya


Jelaskan: Pakaian klien cukup rapi, dan cukup sesuai
Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

2. Pembicaraan
Cemas Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Loghorea

Tidak mampu memulai pembicaraan Echolita


Jelaskan: Klien menjawab dengan cepat setiap pertanyaan yang diberikan oleh
perawat, sesekali tampak tidak fokus terhadap topik pembicaraan.
Masalah Keperawatan:
GSP : Halusinasi Penglihatan

3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grismen Tremor Kompulsif


Jelaskan : Selama observasi perawat, aktivitas klien terhadap berbicara menunggu
salah satu arah.
Masalah Keperawatan :
GSP : Halusinasi penglihatan

4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa

Jelaskan : Biasa saja

Masalah keperawatan :

Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Afek
Datar Tumpul  Labil Tdk sesuai
Jelaskan :
Klien saat menatap ke suatu arah, kemudian beralih ke perawat dengan ekspresi biasa.
Masalah Keperawatan :
GSP : Halusinasi penglihatan
6. Interaksi Selama Wawawncara
Bermusuhan Tidak kooperatif Tersinggung

Kontak mata (–) Defensif Curiga

Jelaskan : sesekali tampak berbicara sendiri


Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
7. Persepsi Halusinasi
 Pendengaran  Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghindu

Jelaskan: Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam dan ular, dan hampir
setiap hari menjelang sore dan malam, selama sekitar 5 menit klien merasakesal
dengan yang dirasakannya.

Masalah Keperawatan :

GSP : Halusinasi penglihatan

8. Proses Pikir

Sirkumtasi Tangesial Kehilangan asosiasi

Flight of idea  Blocking Persevarasi

Neologisme

Jelaskan : Klien saat interaksi tiba-tiba terdiam dan melihat kearah tertentu, lalu
kembali menjawab pertanyaan.

Masalah Keperawatan :

GSP : Halusinasi penglihatan


9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yg terkait Pikiran Magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilstic Sisip pikir Siar Pikir Kontrol pikir

Jelaskan: Tidak ada tanda dan gejala waham

Masalah Keperawatan:

Tidak Ada Masalah Keperawatan

10. Tingkat Kesadaran

bingung sedasi stupor disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : Pasien mengatakan dia mengetahui bahwa dia berada di Rumah Sakit Jiwa.
Pasien mengatakan tau jika sedang berbicara dengan suster dan juga mengenal teman
sekamarnya yaitu Tn. S dan Tn. P. Klien mengetahui waktu siang atau malam.

Masalah Keperawatan :

Tidak Ada Masalah Keperawatan

11. Memori

Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat


jangka panjang jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi


Jelaskan : Pasien mengatakan pendidikan terakhirnya SMP. Pasien juga mengatakan
yang mengantarkan pasien ke Rumah Sakit adalah kedua orang tuanya dan kakaknya.
Pasien mengatakan hari ini sudah mandi dan makan.

Masalah Keperawatan :

Tidak Ada Masalah Keperawatan

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: Pasien mampu menjawab pertanyaan berhitung yang diberikan perawat


dengan benar.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
13. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan: Klien dapat memilih tindakan atau kegiatan yang lebih utama. Pasien
mengetahui kalau shalat harus wudhu terlebih dahulu, tahu urutan wudhu tetapi lupa
niat berwudhu.

Masalah Keperawatan :

Tidak Ada Masalah Keperawatan

14. Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang diderita

Menyalahkan hal-hal diluar dirinya


Jelaskan : Pasien mengatakan menyadari dia sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit
sampai sembuh.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah keperawatan
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : Pasien makan 3x/hari secara mandiri dan teratur


Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : Pasien BAB/BAK di toilet secara mandiri.


Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :
Pasien mandi dikamar mandi secara mandiri.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :Pasien berpakaian/berhias secara mandiri.


Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Istirahat dan Tidur
Tidur siang lama : 12:00 s/d 16:00

Tidur malam lama : 18:00 s/d 06:00

Kegiatan sebelum/sesudah tidur


Jelaskan: Pasien mengatakan makan dan minum obat sebelum tidur dan mandi
setelah bangun tidur.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

6. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan: Pasien mengatakan minum obat secara mandiri dan teratur.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak

Perawatan pendukung Ya Tidak



Jelaskan : Pasien mengatakan perlu mendapatkan perawatan lanjutan untuk control
ulang dan perawatan pendukung yaitu keluarga.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah keperawatan

8. Kegiatan Di Dalam Rumah


Mempersiapkan makanan Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak


Mencuci pakaian Ya Tidak


Pengaturan keuangan Ya Tidak



Jelaskan : Pasien mengatakan kegiatannya didalam rumah yaitu menjaga kerapihan
rumah seperti menyapu. Pasien juga bekerja dan yang mengatur keuangan didalam
rumah.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

9. Kegiatan di Luar Rumah

Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan : Pasien mengatakan kegiatan diluar rumah yaitu bekerja sebagai bantu
orang naksi mobil.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/berlebih


 masalah

Teknik relaksasi Bekerja berlebih


Aktivitas konstruktif Menghindar


Olahraga Mencederaidiri

Lainnya : Lainnya :
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien ada masalah dengan

dukungan kelompok
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan hanya

bergaul dengan orang yang dikenal saja.Tidak ikut kegiatan dilingkungan.

Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien tidak ada masalah dengan


pendidikan

Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien bekerja sering membantu orang


naksi mobil

Masalah dengan perumahan, spesifik

Masalah ekonomi, spesifik : Klien tidak ada masalah dengan ekonomi


keluarganya.

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: Klien tidak ada masalah


dengan pelayanan kesehatan

Masalah lainnya, spesifik


Masalah Keperawatan :
Koping Keluarga Tidak Efektif
X. Pengetahuan Kurang Tentang :
Penyakit jiwa System pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Lainnya
Jelaskan: Kurang pengetahuan klien tentang penyakit klien.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
XI. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid

Terapi Medik :
1. Risperidone 2x2 mg
2. Clozapin 2x100 mg
3. Trihexyphenedil 2x2 mg

Analisa Data

Data Masalah Keperawatan

DS :
Resiko perilaku kekerasan
Pasien mengatakan pernah memukul ibu dan kakak karena
kesal keinginan tidak dituruti dan sewaktu remaja pernah
dipukul oleh bapak.
DO :
Klien tampak raut wajah tegang, tatapan tajam

DS : Gsp : Halusinasi
penglihatan
Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam danular,
dan hampir setiap hari menjelang sore dan malam, selama
sekitar 5 menit klien merasa kesal dengan yang
dirasakannya.

DO : Klien tampak gelisah, ngoceh – ngoceh sendiri, mulut


komat kamit, tiba – tiba terdiam saat interaksi.

DS :
Harga diri rendah
Pasien mengatakan pernah dibuli oleh teman, dtolak oleh
masyarakat dan dikucilkan oleh keluarga dan dipukul oleh
orang tua.
DO :

Tidak ikut kegiatan dilingkungan

DS :
Regimen terapi inefektif
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa
dimasa lalu pernah dirawat tahun 2020 dan yang sekarang.

DO :

pengobatannya kurang berhasil. Karena pasien jarang


minum obat
DS :
Koping keluarga inefektif
Klien mengatakan dalam pengambilan keputusan, orang
tua sering memaksakan kehendak dan klien merasa
tertekan

DO :

Klien tidak ikut kegiatan dilingkungan

XII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gsp : Halusinasi penglihatan
3. Harga diri rendah
4. Regimen terapeutik inefektif
5. Koping keluarga tidak efektif
XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan (sesuai urutan priotitas)
1. GSP: Halusinasi penglihatan
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Harga diri rendah
XIV. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan

GSP: Halusinasi penglihatan


Harga diri rendah
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
GSP: TUM :
Halusinasi Klien dapat mengontrol 1. Setelah 3 x pertemuan, 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari
pengelihataan halusinasinya. kilen menunjukan dengan mengunakan prinsif klien merupakan hal
tanda–tanda percaya komunikasi teraupetik: yang mutlak serta hal
TUK : kepada perawat : a. Beri salam setiap interaksi yang memudahkan
1. Klein dapat membina 1. Wajah cerah b. Perkenalkan nama, nama dalam melakukan
hubungan saling percaya tersenyum panggilan dan tujuan pendekatan dan
2. Ada kontak mata perawat berinteraksi tindakan keperawatan
3. Mau berkenalan c. Tanya nama lengkap kepada klien
4. Bersedia nama panggilan di sukai
menceritakan klien
perasaan d. Buat kontrak yang jelas
e. Degarkan dengan penuh
perhatian
2. Agar klien dapat
2. Setelah pertemuan klien 2. Bantu klien mengenali mengetahui dan
mampu mengenali halusinasinya mengenali
halusinasinya a. Isi halusinasinya
b. Waktu terjadinya
2. Mengenali halusinasi c. Frekuensi
yang dialami d. Situasi pencetus
e. Perasaan saat terjadi
halusinasi 3. Dengan menghardik
3. Setelah 3 x pertemuan 3. Latih cara mengontrol halusinasi dapat
klien dapat mengkontrol halusinasi dengan memberi
halusinasinya dengan menghardik : kesempataan klien
kriteria hasil a. Jelaskan cara mengatasi masalah
3. Klien dapat mengontrol a. Klien dapat menghardik halusinasi dengan reaksi
halusinasinya menyebutkan pendengaran dan penolakaan terhadap
tindakan yang dapat pengelihataan halusinasi
dilakukan untuk b. Mempraktikan cara
mengendalikan menghardik
halusinasinya. c. Minta klien
b. Klien dapat mempraktikan kembali
meenyebutkan cara d. Anjurkan klien untuk
yang baru memasukan ke dalam
c. Klien dapat memilih jadwal kegiataan untuk
cara yang telah latihan menghardik.
dipilih untuk
mengendalikan
halusinasinya
d. Klien dapat
mengikuti terapi
aktivitas kelomponya
4. Agar klien dapat
4. Setelah 3 x pertemuan 4. Jelaskan kepada klien : mengetahui
klien dapat menjelaskan a. Manfaat minum obat penggunaan obat
obat dengan kriteria b. Kerugian tidak minum yang benar dan
hasil obat manfaat minum obat
4. Pasien dapat a. Manfaat minum obat c. Nama obat serta kerugiaan
menggunakan obat b. Kerugian tidak d. Bentuk dan warna obat tidakminum obat.
sesuai program minum obat e. Dosis yang di berikan
c. Nama obat f. Waktu pemakaian
d. Bentuk dan warna g. Cara pemakaian
obat h. Efek yang di rasakan
e. Dosis yang
diberikan Anjurkan klien
f. Waktu pemakaian a. Meminta dan
g. Cara pemakaian menggunakan obat tepat
h. Efek yang dirasakan pada waktu
b. Melaporakan pada
perawat / dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa
c. Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien.
STRATEGI PELAKSANAAN I

Nama : Tn. I

Umur : 18 Tahun

Hari/Tanggal : Jum’at, 05 November 2021

Pertemuan : ke-1

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
 Klien mengatakan ini yang ke dua kalinya dibawa ke RS Ernaldi Bahar
 Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam

Data Objektif :

 Klien tampak gelisah


 Klien tampak bebicara sendiri dan melihat kearah tertentu

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan

3. Tujuan Tindakan
 Klien mampu melakukan bina hubungan saling percaya
 Klien mampu mengidentifikasi isi, jenis halusinasi, situasi munculnya
halusinasi dan frekuensi munculnya halusinasi
 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

4. Intervensi Keperawatan
 Lakukan bina saling percaya dengan pasien
 Identifikasi Halusinasi (Isi,jenis halusinasi, dan situasi muncul
halusinasi)
 Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, perkenalkan saya mahasiswa keperawatan Ikest
Muhammadiyah Palembang”, nama saya indah ayu hoca , saya biasa di
panggil indah. Disini saya akan merawat bapak selama 2 minggu
kedepan. Nama bapak siapa ? senang dipanggil apa?
b. Evaluasi atau Validasi
Apa benar ini dengan bapak I ? Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Apa keluhan bapak I saat ini ? bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang bayangan yang selama ini bapak lihat.
c. Kontrak

Topik : Bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang bayangan yang


selama ini bapak lihat tetapi taka da wujudnya,untuk
menghilangkan bayangan itu dengan cara pertamayaitu
menghardik.
Waktu : Bapak mau berapa lama ? Bagaimana kalau 15 menit

Tempat : Bapak maunya dimana ? Bagaimana kalau disini

2. Fase Kerja
“Apakah bapak melihat bayangan yang tanpa ada wujudnya ? apa
yang dilakukan itu ? apakah terus-menerus terlihat atau sewaktu-
waktu ? Kapan paling sering melihat bayangan itu ? Berapa kali sehari
bapak melihat bayangan itu ? apakah pada waktu sendiri bapak
melihat bayangan itu ? apa yang bapak rasakan pada saat melihat
bayangan itu ? Apa yang bapak lakukan saat melihat bayangan itu
? apakah dengan cara itu bayangan itu hilang ? bagaimana kalau kita
belajar cara untuk mencegah bayangan itu muncul ? Ada empat cara
untuk mencegah bayangan-bayangan itu muncul. Pertama dengan
menghardik bayangan tersebut, kedua dengan cara minum obat
secara teratur, ketiga dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,
dan yang keempat dengan cara melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik. Begini caranya saat bayangan itu muncul bapak
langsung bilang “Pergi saya tidak mau melihat, kamu itu bayangan
palsu” Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tidak terlihat lagi.
Coba bapak peragakan, nah bagus !coba lagi, ya bagus bapak sudah
bisa.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subyektif (klien)


Bagaimana perasaan bapak setelah belajar cara menghardik?
b. Evaluasi obyektif (perawat)

Baiklah bapak masih ingat tidak kita tadi


berbincang dan bicara apa? bagus sekali bapak,
bapak bisa mengingatnya dan melakukannya.
c. Rencana tindak lanjut
Sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, berapa sekali sehari bapak mau
latihan menghadik? dan jika bayangan itu muncul bapak bisa melakukan
cara menghardik seperti yang telah saya ajarkan tadi.
d. Kontrak yang akan datang
Baiklah bagaimana kalau kita mengobrol kembali dan latihan cara kedua
yaitu minum obat? besok saya kesini lagi sekitar pukul 13.00, tempatnya
bapak mau dimana? baiklah disini saja ya bapak, waktunya mau berapa
lama? Bagaimana seperti tadi 15 menit? kalau begitu saya permisi dulu
yaa pak!!!
CATATAN PERKEMBANGAN I

Nama : Tn. I

No.RM : 07-79-45

Ruangan : Bangau
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
/jam
05 November Gangguan - Membina S:
2021 persepsi hubungan saling - Klien mengatakan nama nya I
sensori : percaya dengan - Klien mengatakan sering
15:00 WIB Halusinasi
pasien melihat banyangan hitam
Penglihatan
- Mengidentifikasi - klien mengatakan mau
Halusinasi mencoba melakukan cara
(Isi,jenis menghardik
halusinasi, dan
situasi muncul O:
halusinasi) - Keadaan umum baik
- Melatih - klien tampak sesekali berbicara
mengontrol sendiri
halusinasi - Klien tampak melakukan cara
dengan cara menghardik
menghardik - TTV

TD : 114/75 mmHg
T : 36,5 °C
N : 90 x/menit
RR : 18 x/menit

A:
- Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Penglihatan

P: Intervensi dilanjutkan
Perawat :Lanjutkan SP 2 minum
obat yang benar
Keluarga:Anjurkan pasien untuk
melatih cara yang sudah
diajarkan
STRATEGI PELAKSANAAN II

Nama : Tn. I

Umur : 18 Tahun

Hari/Tanggal: Sabtu, 06 November 2021

Pertemuan : ke-2

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :

 Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam

 Klien mengatakan bayangan itu terus berbicara pada nya

Data Objektif:

 Wajah klien mengikuti ke bayangan yang dilihatnya


 Klien sering menyendiri ketika tidak ada aktivitas
 Klien bingung ketika diajak bicara antara pertanyaan dan jawaban
terkadang tidak sama

 Klien tampak sesekali mempraktekan menghardik hardik halusinasi


penglihatan
2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan

3. Tujuan

 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara minum obat


 Klien mampu mengenali nama obat dan kegunaannya
4. Intervensi Keperawatan
a. Latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat
b. Latih mengenal nama obat dan kegunaannya
B. Strategi Pelaksanaan

2. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Assalamualaikum pak, selamat siang pak, Masih ingat dengan saya kan?
coba siapa? iya benar sekali.

b. Evaluasi atau Validasi


Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Apakah tidur bapak nyenyak?
Apa keluhan bapak I saat ini ? Bagaimana bapak apakah sudah
makan siang dan minum obat? Apakah bapak sudah melakukan apa
yang saya ajarkan kemarin? Iya bagus sekali bapak!
c. Kontrak
Topik : Bagaimana jika kita bercakap-cakap bayangan yang selama
ini bapak lihat tetapi taka ada wujudnya, untuk menghilangkan
bayangan itu dengan cara kedua yaitu minum obat.
Waktu : Bapak mau berapa lama ? Bagaimana kalau 15 menit
Tempat : Bapak maunya dimana ? Bagaimana kalau disini.

2. Fase Kerja

“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah


bayangan itu berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya
bayangan yang bapak lihat dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi.
Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat
pasien) Ini yang warna orange (Resperidone) 2 kali sehari jam 7 pagi dan
jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan bayangan yang bapak lihat.
Ini yang putih (Trihexyphenedil) 2 kali sehari jam nya sama gunanya
untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang kuning (Clozapin) 2 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau bayangann
itu sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit
untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa
minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah
makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subyektif (klien)


Bagaimana perasaan bapak setelah belajar cara minum obat yang
benar?
e. Evaluasi obyektif (perawat)

Baiklah bapak masih ingat tidak kita tadi


berbincang dan bicara apa? bagus sekali bapak,
bapak bisa mengingatnya dan melakukannya.
f. Rencana tindak lanjut
Sekarang kita masukan ke jadwal kegiatan ya pak,
g. Kontrak yang akan datang
Baiklah bagaimana kalau kita mengobrol kembali dan latihan cara ketiga
yaitu bercakap-cakap? besok saya kesini lagi sekitar pukul 09.00,
tempatnya bapak mau dimana? baiklah disini saja ya bapak, waktunya
mau berapa lama? Bagaimana seperti tadi 15 menit? kalau begitu saya
permisi dulu yaa pak!!!
CATATAN PERKEMBANGAN II

Nama : Tn. I

No.RM : 07-79-45

Ruangan : Bangau

Tanggal/ja Diagnosa Implementasi Evaluasi


m
06 Gangguan S:
- Melatih cara
November persepsi - Klien mengtakan obat yang
2021 sensori : mengontrol digunakannya adalah
Halusinasi Resperidone diminum 2 kali
halusinasi dengan
13 : 00 Penglihatan sehari jam 7 pagi dan jam 7
minum obat malam gunanya untuk
menghilangkan bayangan yang di
- melatih mengenal
lihat. Trihexyphenedil 2 kali
nama obat dan sehari jam nya sama yaitu 7
pagi dan 7 malam untuk rileks dan
kegunaannya
tidak kaku. kemudian Clozapin 2
kali sehari jam nya sama gunanya
untuk pikiran biar tenang.

O:
- Keadaan umum baik
- klien tampak mengerti cara
minum obat
- klien mampu menyebutkan
warna, dan aturan pakai obat
- TTV

TD : 120/75 mmHg
T : 36,5 °C
N : 92 x/menit
RR : 18 x/menit
A:
- GSP : Halusinasi Penglihatan

P: Intervensi dilanjutkan
Pasien : Lanjutkan SP 3 bercakap-
cakap
Keluarga :Anjurkan pasien untuk
melatih kembali cara 1
menghardik dan cara 2
minum obat benar

STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENGLIHATAN

Nama : Tn. I

Usia : 18 Tahun

Hari /tanggal : Minggu, 7 November 2021

Pertemuan : III (SP III)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :

- Klien mengatakan bayangan muncul saat klien sendirian sudah


berkurang

- Klien mengatakan sudah melakukan cara yang diajarkan dan

Data Objektif

- Klien mampu kooperatif dan tenang

- Tatapan mata klien kurang

- Klien sesekali bicara sendiri


2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi penglihatan
3. Tujuan

- Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-


cakap dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan (sesuai SP)
- Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orientasi

a. Salam

Assalamualaikum/Selamat pagi bapak, masih ingat dengan


saya? Coba siapa? Iyaa benar sekali.
b. Evaluasi/ validasi

Bagaimana kabar bapak hari ini? dan bagaimana perasaan


bapak saat ini? Apakah tidur bapak nyenyak? Apakah
bayangan-bayangan itu sering muncul ? masih ya pak.
Bagaimana bapak masih ingat yang kita pelajari kemarin ?
bagus sekali bapak masih mengingatnya.
c. Kontrak dan Tujuan

Baiklah seperti janji kita kemarin hari ini kita akan latih cara
ketiga untuk mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Bapak ingin berbincang - bincang
dimana? Baiklah disini saja ya. Berapa lama mau
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Tujuan
kita hari ini berlatih bercakap-cakap untuk menghilangkan
halusinasi bapak.
2. Fase Kerja
Baik bapak cara ketiga untuk mengontrol halusinasi yang lain
adalah bercakap-cakap dengan orang lain, jadi kalau bapak
melihat bayangan itu lagi langsung saja cari teman untuk di ajak
bicara. Minta teman untuk mengbrol dengan bapak, contohnya
begini “tolong saya mulai melihat bayangan hitam ayo mengbrol
dengan saya” begitu ya pak. Coba praktekan bagus sekali pak,
begitu suster tidak ada, bapak bisa melakukannya sendiri. Jadi
itu tadi cara bercakap-cakap dengan orang lain ya pak.
3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara bercakap-cakap

b. Evaluasi Objektif

Baiklah bapak masih ingat tidak kita tadi latihan dan belajar
apa? Coba bapak sebutkan? Bagus sekali, bapak masih
mengingatnya, jadi ada berapa cara mengntrol halusinasi
pak?
c. Rencana tindak lanjut

Sekarang kita tambahkan ke jadwal kegiatan harian ya pak.


Nanti ketika suara-suara itu muncul lakukan yang suster
ajarkan dengan teratur ya.

d. Kontrak yang akan datang

Baiklah cukup sampai disini dulu kita mengobrol, besok kita


ketemu lagi besok kita akan belajar latihan cara yang
keempat yaitu melakukan aktivitas terjadwal. Besok saya
akan kembali lagi sekitar jam 09:00, bagaimana kalo besok
kita berbincang- bincang lagi disini? Waktunya sama seperti
yang tadi 15 menit ? Kalau begitu saya permisi dulu ya
bapak.
CATATAN PERKEMBANGAN III

Nama : Tn. I

No RM : 07-79-45

Ruangan : Bangau

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawata
n
Mnggu, 7 Gangguan a. Mengajarka S:
Novembe persepsi n klien cara - Klien dapat
r 2021 sensori: mengontrol mengontrol
Halusinasi halusinasi halusinasi dengan
09:00 penglihata dengan menghardik dan
n cara minum obat dengan
bercakap- benar
cakap - Klien mengatakan
dengan sudah mengerti cara
orang lain mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
dengan orang lain
O:
- Klien bisa dan
mampu melakukan
SP yang diajarkan
dengan benar
- Klien tampak
mempraktekan
mengntrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap dengan orang
lain
- TD: 13/90 mmHg
- N: 92x/menit
- S: 36,6 C
- RR: 17 x/menit
A:
- Gangguan
persepsi sensori:
Halusinasi
penglihatan
P : Intervensi dilanjutkan
Pasien :Lanjutkan SP 4
membuat aktivitas
terjadwal
Keluarga : Anjurkan
terus melatih cara
mengontrol halusinasi
yang sudah diajarka .
STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENGLIHATAN

Nama : Tn. I

Usia : 18 Tahun

Hari /tanggal : Senin, 08 November 2021

Pertemuan : IV (SP IV)

A. ProsesKeperawatan

1. Kondisi Klien
Data subjectif :

 Klien mengatakan sudah jarang melihat bayang bayangan hitam


dan ular saat sore hari menjelang magrib
Data Objektif :

 Klien nampak senyum-senyum sendiri


 Klien nampak sesekali mempraktekan 3 cara mengontrol
halusinasi
 TTV
TD 120/80 mmHg
N; 82 x/menit
S : 36,2°C
RR : 18 x/menit

2. Diagnosa
Keperawatan
Gangguan persepsi sensori :Halusinasi penglihatan

3. Tujuan
 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara aktifitas terjadwal

4. Intervensi Keperawatan
 Ajarkan klien membuat aktivitas terjadwal

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi

“ Selamat pagi bapak, bagaimana perasaan pagi ini? Apakah sudah


sarapan?”
“apakah bayangan itu masih muncul? Bagaimana kalau kita latihan
mengontrol halulsinasi dengan cara ke empat?”
“Bagaimana pak masih ingat 3 cara yang telah kita pelajari
sebelumnya? Apakah ketiga cara tersebut sudah di praktekkan?”
“ Sesuai janji kita tadi. Kita akan melakukan belajar cara yang ke 4
yaitu membuat kegiatan terjadwal. Apakah bapak bersedia?”

2. Fase Kerja
“ Baiklah bapak mari kita buat jadwal kegiatan nya, bapak bagun
tidur jam berapa? Oo jam 05:00 jadi mari kita membuat jadwal
harian bapak mulai dari jam 05:00 pagi ya, jam 05:00 bapak bagun
tidur dan rapikan tempat tidur, 05:15 sholat subuh, 05:30 melatih
cara menghardik, 06 : 15 mandi, 06:30 sarapan pagi, 07:00 minum
obat, jam 07:30 bercakap-cakap dengan teman, jam 08:00 senam
pagi, 09:00 melatih cara menghardik, jam 10:00 makan snack,
10:20 berbincang-bincang dengan teman, 11:30 makan siang,
12:00 sholat zuhur, 12:30 tidur siang, 15:00 makan snack, 15:15
sholat ashar, 15:30 latihan cara menghardik, 16:00 berbincang-
bincang dengan teman, 17:00 mandi sore, 17:30 makan sore,
18:15 sholat magrib, 19:00 minum obat, 19:30 sholat isya, 20:00
istirahat tidur malam. Nah jadwalnya sudah kita buat nanti bapak
bisa ikuti jadwalnya ya pak. Tujuannya agar bapak dapat
mengalihkan penglihatan yang bapak dilihat. “

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan setelah kita membuat jadwal kegiatan?”
Bagus!! Jika bayangannya muncul kembali silakan bapak
mengontrol halusinasi dengan cara yang sudah diajarkan dan jangan
lupa ikuti kegiatan yang terjadwal sudah kita buat tadi ya pak. Jadi
besok ketemu suster lagi nati kita evaluasi cara yang sudah kita
pelajari dan praktekan untuk mengontrol halusinasi agar cepat
sembuh dan bayangannya hilang” baiklah kalau begitu suster
permisi dulu.
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. I No. Rekam Medis : 07-79-45


Umur : 18 tahun Ruangan : Bangau
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawata
n
08 Gangguan - Ajarkan klien S:
novembe persepsi membuat Klien mengatakan jadwal
r 2021 sensori: aktivitas harian nya dimulai dari jam
Halusinasi terjadwal 05:00 pagi ya, jam 05:00
penglihatan bapak bagun tidur dan
09:00 rapikan tempat tidur, 05:15
sholat subuh, 05:30 melatih
cara menghardik, 06 : 15
mandi, 06:30 sarapan pagi,
07:00 minum obat, jam
07:30 bercakap-cakap
dengan teman, jam 08:00
senam pagi, 09:00 melatih
cara menghardik, jam 10:00
makan snack, 10:20
berbincang-bincang dengan
teman, 11:30 makan siang,
12:00 sholat zuhur, 12:30
tidur siang, 15:00 makan
snack, 15:15 sholat ashar,
15:30 latihan cara
menghardik, 16:00
berbincang-bincang dengan
teman, 17:00 mandi sore,
17:30 makan sore, 18:15
sholat magrib, 19:00 minum
obat, 19:30 sholat isya,
20:00 istirahat tidur malam.
O:
- Klien
koorperatif,
tenang
- Klien dapat
menyebutkan
cara
mengontrol
halusinasi
- Kliwn
memasukkan
jadwal kegistan
yang bisa dia
lakukan
- TD: 126/74
mmHg
- N : 81x/ menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6
A:
Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi penglihatan
P:
Intervensi dilanjutkan
Evaluasi kegiatan harian,
latih SP yang sudah di
ajarkan
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap dan dasar utama dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien (Muhith, 2015a, p. 4). Data yang
dikumpulkan pada saat melakukan pengkajian proses 2000 jiwa meliputi aspek identitas
klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, lingkungan, pengetahuan, sosial,
spiritual dan aspek medik. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode
wawancara dengan Tn. I. observasi secara langsung terhadap kemampuan dari perilaku Tn.
I. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan
asuhan di Tn. I. Namun, saat pengkajian dilakukan tidak ada anggota keluarga Tn.I yang
datang menjenguk sehingga, penulis tidak memperoleh informasi dari pihak keluarga.
Menurut Yusuf, Fitryasari and Nihayati, (2015, pp. 122-123) faktor predisposisi pada
klien dengan gangguan halusinasi dapat muncul dari berbagai faktor seperti faktor
perkembangan atau adanya hambatan perkembangan yang mengganggu hubungan
interpersonal, faktor sosial budaya yang membuat merasa disingkirkan, faktor psikologis
seperti adanya hubungan interpersonal yang tidak harmonis, faktor biologi seperti adanya
kelainan struktur otak yang abnormal, dan faktor genetik. Hal ini sesuai dengan yang dialami
oleh Tn.I karena ibunya mengalami gangguan pendengaran sejak usianya masih remaja.
Kondisi tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2015,
p. 7) bahwa sebagian besar (54,2%) responden yang mengalami gangguan jiwa memiliki
riwayat keturunan gangguan jiwa. Namun Tn. I tidak memiliki masalah dengan lingkungan
sekitar ia tinggal.

Tanda dan gejala halusinasi ialah mudah tersinggung, apatis atau menarik diri, tampak
gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi yang kadang berhenti bicara seolah-olah
melihat sesuatu, menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara, tertawa tidak sesuai,
gerakan mata yang cepat, kadang tampak ketakutan, respon- respon yang tidak sesuai,
mengeluh ceman dan khawatir, mengungkapkan adanya halusinasi. Gejala-gejala tersebut
beberapa juga dialami oleh Tn.I seperti tampak gelisah, pola komunikasi Tn. I yang
terkadang berhenti seolah-olah mendengar sesuatu, terkadang Tn. I tampak ketakutan, Tn. I
mengeluh cemas dan khawatir, serta Tn. I mengeluh melihat bayangan hitam dan ular yang
tidak jelas. Dari pengkajian pada Tn. I didapatkan data mengenai jenis dan isi halusinasi,
waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi, serta respon klien terhadap
halusinasinya. Dalam pengkajian pola fungsional difokuskan pada pola persepsi pada Tn. I
didapatkan data bahwa Tn. I mengalami halusinasi pengelihatan. Tn. I melihat bayangan
hitam dan tampak seperti ular, yang sering membuat Tn. I kesal dan marah saat melihat
bayangan tersebut. Tn. D mendengar suara bisikan saat sedang sendirian.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi keperawatan


dalam rangka mencapai peningkatan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan
(Muhith, 2015, p. 8). Proses diagnosis terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi
masalah klien, dan perumusan diagnose keperawatan. Komponen diagnose keperawatan
terdiri dari masalah (problem), penyebab (etiologi), gejala (symptom), atau terdiri dari
masalah dengan penyebab (Muhith, 2015. p. 8). Menurut Fitria (2012) p. 58 ada pohon
masalah dijelaskan bahwa harga diri rendah merupakan penyebab dari terjadinya penrubahan
persepsi sensori : halusinasi yang mana akan berakibat pada kejadian resiko perilku
kekerasan, Sesuai dengan kasus Tn. I pada analisa data penulis lebih memprioritaskan
diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pengelihatan.

Menurut PPNI (2016) pada gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan


memilki tanda dan gejala : mendengar suara bisikan atau melihat bayangan, meraskan sesuatu
melalui indra perabaan, penciuman, perabaan, atau pengecapan, distorsi sensori, respon tidak
sesuai, bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba atau mencium sesuatu,
menyatakan kesal, menyendiri, melamun, konsentrasi buruk, disorientasi waktu, tempat,
orang atau situasi, curiga, melihat ke satu arah, mondar - mandir, dan bicara sendiri. Sesuai
dengan data yang memperkuat penulis mengangkat diagnose gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran yaitu data subjektif yang diperoleh dari hasil wawancara Tn. I yaitu
Tn. I mengatakan bahwa ia sering melihat bayangan hitan terlihat seperti ular, klien
mengatakan juga ia merasa kesal dan marah saat bayangan tersebut muncul. Sedangkan pada
data objektif ditemukan, klien tampak sesekali berbicara sendiri, klien tampak gelisah, dan
kadang klien tidak melakukan kontak mata ketika diajak mengobrol.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut PPNI, 2009 dalam Muhith, (2015, p. 12) rencana tindakan keperawatan cara
untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan lain. Menurut Stuart, GW
dan Sundeen,S.J,2006 dalam Muhith, (2015, p. 13) rencana tindakan keperawatan
membagikan karakteristik tindakan yaitu konseling/ Psikotrapeutik, pendidikan kesehatan,
perawatan mandiri dan ADL, terapi modalitas, perawatan berkelanjutan, kolaborasi terapi
somatis dan psikofarma.

Tujuan umum gangguan persepsi Sensoris Halusinasi Pengelihatan yaitu klien dapat
Mengontrol Halusinasi yang dialaminya. Terdapat lima tujuan gangguaan persepsi Sensoris
Halusinasi Antara lain klien dapat membina hubungan saling percaya dengan Perawat.
Rasional dan tindakan yang dilakukan yaitu hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi
terapeutik klien dan Perawat. Tujuan khusus yang kedua klien dapat mengenal Halusinasi
Yang dialaminya. Rasionalnya kalian dapat menyebutkan isi, frekuensi, waktu, respon dan
situasi Dari Halusinasi yang dialaminya. Tujuan khusus yang ketiga yaitu Klien dapat
Mengontrol Halusinasi nya dengan cara menghardik Halusinasi, minum obat teratur,
bercakap cakap dengan orang lain, dan mengalihkan halusinasinya dengan beraktivitas
Secara terjadwal. Rasionalnya tindakan yang dilakukan klien merupakan upaya untuk
mengatasi halusinasinya. Tujuan khusus tempat lain tidak mendapatkan dukungan keluarga
dalam mengatasi Halusinasi nya. Rasionalnya keluarga mampu merawat klien dengan
Halusinasi saat berada di rumah. Tujuan kelima Kelian dapat memanfaatkan obat dengan
baik. Rasionalnya dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat
secara teratur (wijayaningsih, 2015). Hal tersebut juga penulis rencanakan pada kalian
dengan tujuan umum untuk mengontrol Halusinasi nya dan lima tujuan khusus Halusinasi
yang telah diuraikan di atas.

Setiap akhir tindakan strategi pelaksanaan dapat diberikan reinforcement positif Yang
rasionalnya dapat memberikan penghargaan atas keberhasilan Tn.I reinforcement positif
Merupakan pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan
dapat ditampilkan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan
menetap di masa yang akan datang (Mulawarman et al., 2019, p. 125). Reinforcement
Mempunyai kemampuan untuk menginginkan tindakan yang diberikan reinforcement positif
Akan dilakukan secara berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu dengan ke
Mawan pelaku tindakan itu sendiri (Mulawarman et al., 2019). Hal ini sesuai dengan
intervensi yang dilakukan penulis yaitu dengan memberikan reinforcement positif kepada Tn.
I ketika Tn. I melakukan setiap strategi pelaksanaan dengan baik.

D. Implementasi keperawatan

Menurut PPNI, 2009 dalam Muhith, (2015, p. 14) perawat mengimplementasikan


tindakan dalam rencana keperawatan. Implementasi keperawatan merupakan pengelolaan
atau perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahapan perencanaan
sesuai dengan rencana tindakan keperawatan dan jenis tindakan implementasi terdiri dari
tindakan mandiri (independent), Saling ketergantungan atau kalaborasi (interdependent) Dan
tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent) (Muhith, 2015a). Penulis dalam
melakukan implementasi menggunakan jenis tindakan mandiri dan saling ketergantungan.

Pada 07 Januari 2021 Penulis melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu membina


hubungan saling percaya, mengidentifikasi isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon klien saat
Halusinasi muncul, menjelaskan dan mengajarkan kalian cara mengontrol Halusinasi dengan
cara menghardik menutup telinga dan bilang "pergi-pergi Kamu suara palsu, saya tidak mau
melihat". Tn. I dilatih untuk mengikuti cara mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik
kemudian, memberikan reinforcement positif apabila Tn. I Mampu atau berhasil
memperagakan cara menghardik Halusinasi yang diajarkan.

Pada 8 januari 2021 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan harian, menjelaskan


pentingnya minum obat secara teratur, menjelaskan akibat putus obat dan menjelaskan
prinsip 6 benar minum obat. Tn,I mampu menjelaskan prinsip 6 benar minum obat dan
menjelaskan kembali pentingnya minum obat dan akibat jika putus obat.
Pada tanggal 9 januari 2021 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan yang sudah
dilakukan dan mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Tn,I dapat mengontrol halusinasinya dengan menghardik dan minum obat
teratur dengan benar, klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
Pada 10 januari 2021 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang mampu dilakukan klien dan
mengajarkan klien memasukkan kegiatan terjadwal ke jadwal kegiatan harian. Tn,I mampu
menyebutkan dan melakukan cara mengontrol halusinasi yang pernah diajarkan. Klien
mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan baik sehingga diberikan
Reinforcement positif berupa alat mandi (sabun, sampo, sikat gigi, dan pasta gigi) serta
memberikan respon perilaku seperti senyum, pin, pujian ,menganggukan kepala untuk
menyetujui, bertpuk tangan, mengacungkan jempol.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada 05 November 2021 penulis melakukan
strategi pelaksaaan 1 yang dimana hasil evaluasi klien terlihat dari hasil pengkajian klien
tampak sesekali berbicara sendiri serta klien sudah dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik menutup telingan dan bilang “ pergi-pergi kamu suara
palsu , saya tidak mau dengar.” Tn,I dilatih untuk mengikuti cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik. Kemudian memberikan Rainformencent positif apabila Tn,I mampu
atau berhasil memperagakan cara menghardik halusinasi yang telah diajarkan. Rencana
tindak lanjut untuk klien yaitu mengajarkan kembali kepada klien untuk melatih kembali cara
menghardik yang telah diajarkan selanjutnya mengajarkan klien untuk mengontrol halusinasi
dengan cara kedua. Menurut penelitian (Zelika & Dermawan, 2015) bahwa bina hubungan
saling percaya untuk menentukan keberhasilan rencana selanjutnya. Membantu pasien
mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat
terjadinya halusinasi) dan menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi yang bertujuan untuk
menentukan tindakan yang tepat atas halusinasinya.
Pada 06 November 2021 penulis mengevalusi jadwal kegiatan harian Tn,I tentang
pentingnya minum obat secara teratur. Setelah diulas kembali Tn,I mampu menjelaskan
prinsip 6 benar minum obat dan menjelaskan kembali pentingnya minum obat dan akibat jika
putus obat. Untuk rencana tindak lanjut mengajarkan pasien untuk memasukkan ke jadwal
kegiatan harian dan latih mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan sebelumnya serta
menganjurkan pasien untuk mengingat kembali yang telah diajarkan. Menurut penelitian
(Fitriana, 2019) mengemukakan bahwa klien mampu minum obat secara teratur efektif
dilakukan dalam mengontrol halusinasi.
Pada tanggal 07 November 2021 bahwa klien telah dapat mengontrol halusinasi
dengan menghardik dan minum obat dengan benar. Klien mengatakan sudah mengerti cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Lalu klien juga bisa dan
mampu melakukan SP yang telah diajarkan dengan benar. Klien mampu mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain Perencanaan tindakan adalah
melanjutkan intervensi dengan melakukan latihan cara mengontrol halusinasi dengan minum
obat dan bercakap-cakap dengan orang lain kemudian memasukkanya kedalam jadwal
kegiatan klien. Penelitian (Fresa et al., 2015) Mengemukakan bahwa pasien yang setelah
dilakukan terapi bercakap-cakap mulai mampu mengontrol halusinasinya.
Pada tanggal 08 November 2021 bahwa didapatkan klien mengatakan masih
mengingat SP yang pernah diajarkan penulis yaitu menghardik, minum obat dengan benar
dan bercakap-cakap dengan orang lain. Klien mengatakan kegiatan yang dapat dilakukannya
yaitu makan, tidur, sholat, mandi, olahraga, merapikan tempat tidur, menonton. Klien dapat
menyebutkan cara mengontrol halusinasi yang pernah diajarkan. Klien memasukkan kegiatan
yang bisa dilakukannya ke jadwal kegiatan harian. Perencanaan tindakan keperawatan adalah
mengevaluasi kembali kegiatan yang telah diajarkan dan melatih SP yang telah diajarkan
yaitu menghardik, minum obat dengan benar, bercakap-cakap dengan orang lain dan
mencatat kegiatan terjadwal. Menurut penelitian (Zelika & Dermawan, 2015) bahwa
penelitian pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal. Tujuannya adalah partisipasi pasien dalam kegiatan membantu pasien beraktivitas
agar halusinasi tidak dapat muncul.
DAFTAR PUSTAKA

Prim, Riska,2020. Analisis tanda dan genjala resiko perilaku kekerasan pada pasien
skizofrenia. Diakses 11januari2021:20.50WIB.

Mustina M, 2017. Tingkat pengetahuan pasien dalam melakukan cara mengontrol dengan
perilaku pasien halusinasi penengaran.diakses 11januari2021: 21.20 WIB

Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumirta, I. N. (2017). Psikologi Landasan Keilmuan Praktik
Keperawatan Jiwa. Andi.

Idrayani, Y. A, & Wahyudi, T. (2019). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kekat, B. A. (2012) Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN). Jekarta: EGC.

Muhith, A. (2015b). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Andi.

Wutawarman, Nugraheni, E. P., Putri, A., & Febrianti, T. (2019). Psikologi Konseling.
Prenadamedia.

Nihayati, Yusuf, Rizky Fitryasari, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Salemba Medika.

Samal, M Haxi.2018. Pengaruh han tan pada klien halusinasi terhadap kemampuan kilen
mengontrol halusinasi di RSKD provinsi Sulawesi selatan. Diakses 11januari2021: 21.10
WIB

Sai, N. Y. et al (2019) "Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Gejala Halusinasi Pendengaran


Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Rawat Inap di Yayasan Aulia Rahma Kemiling Bandar
Lampung”, dumai Kesehatan, VI, pp. 33-40. Available at: Tar, tani « sena ter yp

Sutopo, (2019). Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru Pross.

Wahyuningsih, S. (2015). Hubungan Faktor Keturunan Dengan Kejadian Gangguan Jiwa Di


Desa Banaran Galur Kulor Progo Yogyakarta.

wjayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan

Jiwa. Trans Info Medika. Wuryaningsih, E. W., Windarwati, H. D., Dewi, E. I., Deviantony,
F., & Hadi, E. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. UPT Percetakan dan

Penerbitan. Yanti, D. A. (2020) “Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat


Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. M.
Ildrem', Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi, 31).
Yudhantara, D. S., & Istigomah, R. (2018). Sinopsis Skizofrenia Untuk Mahasiswa
Kedokteran. UB Press.

Yusuf, A. (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Tuasikal,Haikal.2019. Upaya Peningkatan harga diri rendah dengan terapi aktivitas kelompok
(stimulasi persepsi) di ruangan sub Akut 'aki RSKO provinsi Maluku. Diakses
11januari2021:20.45WIB.

Anda mungkin juga menyukai