Review ini diambil dari materi yang ibu berikan mulai dari pertemuan 1
dan beberapa review lainya merupakan hasil dari materi presentasi kelompok.
1. Profesi
Penyandang profesi boleh mengatakan bahwa dia mampu atau ahli dalam
melaksanakan pekerjaan tertentu asalkan pengakuannya disertai bukti riil
bahwa dia benar-benar mampu melaksanakan suatu pekerjaan yang diklaim
sebagai keahliannya. Akan tetapi, pengakuan itu idealnya berasal dari
masyarakat atau pengguna jasa penyandang profesi itu atau berangkat dari
karya ilmiah atau produk kerja lain yang dihasilkan oleh penyandang profesi
itu. Pengakuan itu terutama didasari atas kemampuan konseptual-aplikatif dari
penyandang profesi itu. Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai
suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang
ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan
mental yang dimaksudkan di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan
teoretis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis. Merujuk pada
definisi ini, pekerjaan-pekerjaan yang menuntut keterampilan manual atau
fisikal, meskipun levelnya tinggi, tidak digolongkan dalam profesi.
Pengertian lain dari Uzer Usman (1992), profesional adalah “suatu pekerjaan
yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.”
Kata profesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan
sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru,
dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada
pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang
maksimal.
2. Pendidik
Pendidik mempunyai dua arti, ialah arti yang luas dan arti yang sempit.
Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang berkewajiban membina
anak-anak. Secara alamiah semua anak, sebelum mereka dewasa menerima
pembinaan dan orangorang dewasa agar mereka dapat berkembang dan
bertumbuh secara wajar. Sebab secara alamiah pula anak manusia
membutuhkan pembimbingan seperti itu karena ia dibekali insting sedikit sekali
untuk mempertahankan hidupnya. Dalam hal ini orang-orang yang
berkewajiban membina anak secara alamiah adalah orangtua mereka masing-
masing, warga masyarakat, dan tokoh-tokohnya.
Sementara itu, pendidik dalam arti sempit adalah orang-orang yang disiapkan
dengan sngaja untuk menjadi guru dan dosen. Kedua jenis pendoidik ini diberi
pelajaran tentang pendidikan dalam waktu relatif lama agar mereka menguasai
ilmu itu dan terampil melaksanakannya di lapangan. Pendidik ini tidak cukup
belajar di perguruan tinggi saja sebelum diangkat jadi guru atau dosen,
melainkan juga belajar dan diajar selama mereka bekerja, agar profesionalisasi
mereka semankin meningkat.
Peningkatan karir guru ditetapkan melalui penilaian angka kredit oleh Tim
Penilai
Jumlah angka kredit yang diperoleh guru terkumpul dari angka kredit:
Penilaian kinerja guru dilakukan setiap tahun (Formatif dan Sumatif) Nilai
kinerja guru dikonversikan ke dalam angka kredit yang harus dicapai (125%,
100%, 75%, 50%, 25%).
Tujuan umum :
Tujuan khusus:
Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses usaha sadar yang di lakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki
sikap menjadi memilik sikap yang benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau
informasi yang di sampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif
membuat ataupun merevisi hasil belajar yang di terimanya menjadi suatu
pengalaman yang bermanfaat bagi individinya. Sebagaimana gambar di bawah ini,
belajar adalah bagaimana peranan guru di dalam member pembelajaran di dalam
kelas, jika siswa pasif/reseptif (Teacher Center Learning), dibutuhkan metode
pembelajaran yang baru dari guru menjadi berpusat kepada siswa (student center
learning).
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu bahwa dirinya
adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk belajar.
Perubahan paradigma dalam pembelajaran merupakan awal dibutuhkan guru
profesional, guru yang mampu mendesain pembelajaran sesuai kebutuhan
pembelajaran di kelas. Perubahan paradigma dalam pembelajaran berarti konsep
pembelajaran teacher center menjadi student center inilah yang menghasikan
konsep pendidikan profesi guru.
Guru profesional adalah guru yang mendapatkan sertifikat dari pemerintah, dan
berhak mendapatkan tunjangan profesi. Berdasarkan undang-undang Guru dan
Dosen11 ada 8 (delapan) peranan profesionalisme kependidikan di Indonesia yang
lebih dikenal dengan pendidik/pengajar. Kesebelas tenaga kependidikan ini
berperan dalam menyelenggarakan pendidikan sebagai suatu profesionalisme
pendidik dengan tugas-tugas khusus yaitu seorang profesionalisme pendidik.
Sebagai seorang Pendidik, sebutan lain seorang guru dalam profesinya dikenal
dengan sebutan lain yaitu:
1. Guru
Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal 1, Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama pendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
2. Dosen
Menurut UU No. 14/2005, tentang Guru dan Dosen. Pada Bab I Pasal 1, Dosen
adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Konselor
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan Konselor adalah
pendidik dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005
mengemukakan Konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah.
4. Pamong Belajar
5. Widyaiswara
Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat
fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang
untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih pegawai negeri sipil (PNS) pada
lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) pemerintah.
6. Tutor
Tutor adalah orang yang membelajarkan atau orang yang memfasilitasi proses
pembelajaran di kelompok belajar (Chairudin Samosir, 2006:15). Tutor merupakan
pembimbing dan pemotivasi peserta didik untuk mempelajari sendiri materi ajar
yang tersaji dalam modul pembelajarannya. Tutor dapat berasal dari guru atau
pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan
guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas.
7. Instruktor
8. Fasilitator
Peranan keprofesionalan Guru dan dosen adalah sebagai pendidik yang profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dan sebagai
fasilitator tenaga pendidikan. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
BAB 2
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mndalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan
dengan kbenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau
dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat
diamati hanya sebagian kecil saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya
mampu melihat yang di atas permukaan laut saja. Sementara itu filsafat mencoba
menyelami sampai ke dasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada
melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Secara garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika, epistemologi,
logika dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut:1
1. Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang haikat segala sesuatu yang
terdapat di alam ini. Dalam kaitannya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu:
(Callahan, 1983)
a. Manusia pada hakikatnya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau roh,
yang lain adalah semu. Pendidikan berkwajiban membebaskan jiwa dari ikatan
semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasikan diri. Pandangan ini dianut oleh
kaum Idealis, Skolastik, dan beberapa Realis.
2) Koresponden, sesuatu akan benar bila ia tepat dengan fakta yang dijelaskan.
4) Skeptisisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang
lengkap.
3. Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan
benar. Dengan memahami filsafat logika diharapkan manusia bisa berpikir dan
mengemukakan pendapatnya secara tepat dan benar.
4. Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia. Nilai dan
norma masyarakat secara ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat
ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan
untuk mengembangkan perilaku manusia, antara lain afeksi peserta didik.
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa
manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru
berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih
berkemampuan sederhana sekali. Makin besar anak itu makin berkembang pula
jiwanya, dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai
kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab
pada masa ini mereka peka untuk belajar, punya waktu banyak untuk belajar. Oleh
karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat
bertingkat-tingkat agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak- anak. Sebab
pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik dan secara psikologis perlakuan
ini harus selaras mungkin dengan keadaan anak didik.
Sosial budaya merupakan bagian hidup yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Sosial mengacu kepada hubungan antar indiidu, antar masyarakat, dan
indiidu dengan masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara
alami, artinya aspek ini telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial
melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup
peserta didik agar menjadi matang. Aspek budaya juga berperan sama halnya
dengan aspek sosial dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada
pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya.
BAB 3
Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya setiap
pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik.
Kode Etik Guru merupakan panduan bagi para guru memagari sikap guru sebagai
seorang pendidik, oleh karena itu para guru mempunyai 7 (tujuh) sikap
profesionalisme kependidikan yang disesuaikan dengan kode etik guru UU No. 14
tahun 2005 yaitu :
Suasana yang baik di di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Untuk itu
“guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar”(kode etik). Selain itu guru juga membina hubungan baik
dengan orang tua dan masyarakat sekitar.
Sikap seorang guru terhadap pemimpin ahrus positif, dalam pengertian harus
bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik disekolah
maupun di luar sekolah.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang
ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga dapat diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mengisyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperolh dari pendidikan akademis yang intensif.
(Webster, 1989).
3.1.1 Berkompetensi
a. Kompetensi Pedagogik
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b4,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, 19 arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sosok seorang guru
haruslah memiliki kekuatan kepribadian yang positif yang dapat dijadikan sumber
inspirasi bagi peserta didiknya. Dikemukakan pula oleh Ki Hajar Dewantara dalam
sistem pendidikan yang diinginkannya yaitu guru harus “Ing ngarsa sung tuladha,
ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Artinya bahwa guru harus contoh
dan teladan yang baik, membangkitkan motivasi berlajar siswa serta
mendorong/memberikan dukungan dari belakang.
1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
3) Mengevaluasi kinerja sendiri
4) Mengembangkan diri secara berkelanjutan: a) Berlatih memanfaatkan
berbagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan kepribadian.
c) Kompetensi Profesional
d.Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan 23 bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Tujuan sertifikasi adalah untuk meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya
diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan Profesi guru menurut Djam’an Satori (2007: 1.3- 1.4) menyatakan
bahwa “Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
(expertise) dari para anggotanya”. Artinya, suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang. Orang yang menjalankan suatu profesi harus mempunyai
keahlian khusus dan memiliki kemampuan yang ddapat dari pendidikan khusus
bagi profesi tersebut. Penanaman nilai-nilai profesinalosme bagi pendidik tidak
terlepas dari penanaman nilai-nilai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang
dipahami dan diimpelemtasikan para pendidik. Penanaman nilai-nilai ranah ini
menjadikan para pendidik lebih mengusai bagaimana perkembangan dari setiap
peserta didik. Oleh karena itu para pendidik yang professional harus mampu
menguasai teori-teori belajar dan berperan dalam setiap teori-teori pembelajaran.
Fungsi dan peran organisasi asosiasi keprofesian itu melindungi para anggota dan
kemandirian serta kewibawaan kelembagaannya secara keseluruhan (dengan
membina dan menegakkan kode etik), juga berupaya meningkatkan dan atau
mengembangkan karir, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan
kesejahteraan para anggotanya. Peran Organisasi Profesi Dalam Peningkatan
Kualitas Kompetensi Guru Pendidikan Dasar yaitu:
1). PGRI
2). MGMP
3). KKG
BAB 4
embelajaran
Metode
Hasil
Karakteristik Pembelajaran
Tujuan
Pembelajaran
Strategi
Efektivitas, Efisiensi dan daya tarik pembelajaran
H ambatan
Penyampaian
Strategi
Karakteristik siswa
Pengelolaan
Strategi
3 di bawah ini:
Kondisi
Pembelajaran
deskriptif Metode
Pembelajaran
2
1
preskriptif
Hasil
Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah brarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’.47Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperolh pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media.
.Media bukan hanya berupa TV, radio, computer, tapijuga meliputi manusia
sebagai sumber belajar, atau kegiatan seperti diskusi,seminar simulasi, dan
sebagainya. Dengan demikian media pembelajaran dapatdisimpulkan sebagai
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapatmerangsang pikiran, perasaan,
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorongterciptanya proses belajar pada diri
siswa.
BAB 5
Edwin Wandt dan Gerald W. Brown (1977): “Evaluation refer to the act or
process to determining the value of somthing.” Menurut devinisi ini, maka istilah
evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau
suatu pross untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Evaluasi Tes Hasil Belajar merupakan hasil kompetensi siswa dalam kemampuan
atau kecakapan siswa dalam pembelajaran.Kompetensi berarti kemampuan diri
siswa baik dalam keterampilan, nilai, sikap dan hasil belajar siswa.Kemampuan
siswa dalam pengetahuan, apresiasi diri, nilai sikap dan keterampilan belajar yang
dimiliki setiap siswa. Bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat
digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu domain
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
A. Domain Kognitif
B. Domain Afektif
Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif.
Artinya seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek
manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam
pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini: (1)
Prinsip keseluruhan, (2) Prinsip kesinambungan, dan (3) Prinsip Objektivitas.
BAB 6
Konsep Profesi Pendidik dan Tenaga Kependdikan
A. Pengertian Profesi
B. Krakteristik Profesi
7. Berpegang teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi dengan
sanksi-sanksi
tertentu.
8. Bebas memutuskan sendiri dalam memecahkan masalah bertalian dengan
pekerjaannya.
9. Memberi layanan sebaik-baiknya kepada klien dan otonom dari campur tangan
pihak luar.
C. Tenaga Kependidik
pendidikan.
Hak yang melekat pada diri tenaga kependidikan sebagaimana dipaparkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
4. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual.
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi da kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya
1. Kepala satuan pendidikan. Kepala satuan pendidikan adalah orang yang diberi
wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin institusi atau satuan pendidikan.
Termasuk tenaga kependidikan ini adalahRektor.,Kepala sekolah,Direktur atau
istilah lainnya.
b. Pustakawan
c. Laboran
d. Tata usaha
e. Pelatih ekstrakurikuler
f. Petugas keamanan
BAB 7
4 KOMPETENSI GURU
1. Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian
a. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma
sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
dengan norma.
b. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru
3. Kompetensi Profesional
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
pelajaran yang dimampu
4. Kompetensi Sosial
Ini berarti bahwa guru sebagai tenaga pendidikan adalah orang yang benarbenar
profesional dibidang pendidikan dan keguruan yang tidak lagi diragukan
kemampuannya membelajarkan peserta didik. Ibarat dokter spesialis yang diakui
oleh pasien bahwa hanya dokter tersebut yang tahu jenis penyakitnya dan mampu
memberi obat yang tepat sehingga seluruh harapannya dipasrahkan kepada dokter
tersebut.
Di bidang pendidikan, guru seperti dokter tersebut adalah guru yang dapat
meyakinkan peserta didiknya bahwa hanya gurulah yang tahu bagaimana potensi
dirinya dapat dikembangkan sehingga peserta didikpun pasrah menerima dan
melakukan apa yang disampaikan, diinginkan, diperintah (?), disuruhkan oleh
guru, karena pesertadidik yakin gurunya tidak berniat kurang baik padanya, seperti
pasien tadi tidak takut kepada dokter walaupun ditangan dokter ada pisau operasi
yang tajam atau jarum suntik yang paling runcing dan tajam (Wau, 2013).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa guru sebagai tenaga pendidik
adalah orang-orang yang telah dinyatakan dan/atau menyatakan diri memiliki
kualifikasi sebagai guru yang profesional. Sebagai tenaga pendidik yang
profesional, tentu guru dituntut melakukan pekerjaan “profesi guru” secara
profesional. Artinya guru harus dapat meyakinkan setiap warga pendidikan yang
dilayaninya bahwa semua tindakannya, aktivitasnya, perilakunya, perbuatannya,
layanannya hanya menuju satu titik yakni membantu “warga
pendidikan/pesertadidik” memanusiakan dirinya hingga menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab (UU No. 20 tahun 2003)
BAB 8
1. Pengertian Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar yang tidak
hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta saja,
tetapi juga berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebagai guru, seseorang harus
memiliki ilmu yang akan diajarkan. Karena ia tidak mungkin memberikan sesuatu
kepada orang lain kalau ia sendiri tidak memilikinya. Dengan kata lain, apa yang
akan diajarkan harus dikuasai oleh pendidik terlebih dahulu, kemudian baru
diajarkan kepada orang lain.
Guru sebagai seorang pendidik tidak hanya tahu tentang materi yang akan
diajarkan. Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
materi yang disampaikan kepada anak.
2. Motivasi Belajar.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Motivasi belajar sangat berpengaruh pada aktifitas belajar, bila motivasi
tersebut melemah mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Motivasi belajar perlu
diperkuat secara terus menerus supaya kuat, untuk mengoptimalkan perlu
didukung pula suasana belajar yang menyenangkan.
3. Konsentrasi Belajar.
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan
cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. kemampuan
siswa mengolah bahan belajar akan menjadi baik jika siswa berpeluang aktif dalam
belajar. Disisi guru, pada tempatnya menggunakan proses, inkuiri, ataupun
laboratori.
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang
sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.
Guru juga menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan bertugas
mempelajari profesi guru sepanjang hayat.
Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang Ibadah
dan ruang kesenian. Sedangkan sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
fasilitas laboratorium dan berbagai media pembelajaran.
4. Kebijakan Penilaian
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar, pelaku aktif dalam belajar
adalah siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses pembelajaran, pelaku aktif
dalam pembelajaran adalah guru.
- Solusi: Disini peran guru sebagai pembimbing dan orang tua di sekolah
harus di utamakan. Karena bila sudah melihat siswanya sering melamun perlu di
tanyakan secara empat mata dan di carikan solusi yang terbaik bagi siswa tersebut.
- Solusi: Memberikan teguran kepada siswa merupakan salah satu cara yang
bijak untuk masalah ini.
- Solusi: Bila seorang guru melihat kejadian ini, maka sang guru tersebut
harus menegur siswa tersebut agar segera menyelasaikan tugasnya.
- Penyebab: Mengobrol saat guru mengajar bukan lagi hal baru bagi siswa,
dan hal ini harus di akui tidak baik bagi proses belajar mengajar. Penyebabnya bisa
jadi karena ada masalah-masalah yang belum terselesaikan, bisa jadi pula karena
siswa merasa bosan dengan metode pengajaran guru sehingga siswa mencari
pelarian pembahasan dengan cara mengobrol.
- Solusi: Masalah ini bisa di selesaikan jika guru secara perlahan dan
berkesinambungan memberi pengertian kepada siswa bahwa jika salah saat
menjawab pertanyaan guru.
1. Kajian Teori
b. Pengaplikasiannya
BAB 9
C. Penilaian angka kredit jabatan guru dan uji sertifikasi guru dalam jabatan, yang
hanya menilai bukti fisik (porto folio) terdapat banyak manipulasi bukti fisik,
sehingga bukan rahasia lagi bahwa guru malas rajin, mengajar 24 atau 8
jam/minggu, sama naik pangkat/lulus sertifikasi juga (kecuali sesudah gol IV/a).
Guru merupakan titik sentral dari peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu
pada kualitas proses belajar mengajar. Dalam kaitan ini, menurut Supriadi (1988)
untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal, yaitu:
C. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara
evaluasi.
D. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belejar dari
pengalamannya.
Guru merupakan titik sentral yang strategis dalam kegiatan pendidikan. Tingkat
kelayakan mengajarnya sudah terpenuhi jika, tuntutan perbaikan kesejahteraan
bagi guru harus menjadi salah satu agenda pokok program pemerintah.
Pekerjaan sebagai seorang guru adalah pekerjaan profesional yang penuh dengan
pengabdian karena berurusan dengan upaya membentuk pola pikir, perilaku, dan
tindakan manusia.
1) berpikir Proaktif
Seorang guru efektif tidak akan dibelengu oleh persoalan namun ia akan selalu
berupaya mengubah setiap persoalan menjadi tantangan dan peluang.
Dalam dunia pendidikan, guru efektif tidak akan asal mengajar. Ia mengemban visi
dan misi, yaitu membangun masa depan bangsa dan negara, serta umat manusia.
Guru efektif bertindak dengan skala prioritas. Prioritas utama bagi guru efektif
adalah masa depan murid-muridnya, bukan kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Dalam pola dan hubungan komunikasi guru efektif berpikir menang-menang (win-
win) tanpa harus merugikan orang lain.
Guru efektif memandang setiap manusia sebagai sosok yang memiliki potensi dan
mampu memberdayakan potensi yang dimilikinya untuk meraih sukses dan dapat
mengabdi kepada masyarakat disekitarnya.
Guru efektif sangat memahami bahwa bahwa belajar merupakan tuntunan mutlak
agar pemikiran dan ilmunya tetap tajam.
BAB 10
Demikian halnya dengan guru, sebagai individu, juga memiliki sejumlah ciri dan
sifat yang khas. Bagi guru, kepribadian merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilannya sebagai pengembang sumber daya manusia. Maka dari
itu, setiap calon guru dan guru dituntut memahami karakteristik kepribadian dan
kompetensi yang harus ada, diperlukan, dan dikembangkan agar mampu menjadi
sosok panutan (teladan) bagi para anak didiknya dan masyarakat. Hal ini telah
diatur pula secara konstitusional di dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Disebutkan bahwa selain berkepribadian Pancasila
dan UUD 1945 yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guru
harus memiliki kualifikasi pendidikan dan keahlian yang diperlukan sebagai tenaga
pengajar (kompetensi).
Hikmah dari Fenomena Guru Terpuji/ Teladan
Dengan keteladanan yang dimiliki, maka diharapkan seorang guru akan bisa
memberdayakan apa yang dia ketahui tentang hal baik, membiasakan siswanya,
untuk melakukan hal terpuji memberdayakan segala potensi yang dimilikinya
untuk melaksanakan pendidikan karakter, budayakan kebiasaan baik kepada diri
siswa, melaksanakn pembelajaran di kelas, dan melakukan penguatan pendidikan
karakter melalui metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan
karakter.
Dengan keteladanan yang dimiliki, guru diharapkan mampu mengetahui nilai-nilai
karakter yang harus diajarkannya kepada peserta didik, memahami bagaimana
memberikan keteladanan kepada siswa, membiasakan melakukan atau
menpraktekan hal-hal terpuji di hadapan para peserta didik, baik di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Selain itu juga seorang guru harus
meyakini apa yang dilakukannya itu ialah hal baik dan mampu juga meyakinkan
peserta didik bahwa mereka pun bisa melakukan apa yang telah guru tersebut
lakukan. Selanjutnya agar dapat menjadi guru yang memiliki karakter terpuji,
maka seorang guru harus konsisten dengan mampu mempertahankan apa yang
telah dirinya lakukan sebagai bentuk keteladanan dihadapan para siswanya. Jika
guru mampu konsisten dalam mempertahankan keteladanan yang ia contohkan
kepda para peserta didik, maka diharapkan guru tersebut akan menjadi guru yang
memiliki karakter terpuji yang dengan keteladanannya itu dirinya menjadi sosok
guru yang memberikan sikap teladan yang akan diikuti oleh para siswanya.
BAB 11
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PELANGGARAN KODE ETIK
PROFESI GURU
Berikut ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggaran kode etik,
terdiri atas:
1. Alasan ekonomi dan kebutuhan individu, misalnya : Korupsi
2. Tidak ada pedoman Area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan
3. Perilaku dan kebiasaan individu (kebiasaan yang terakumulasi tidak
dikoreksi)
4. lingkungan tidak etis (pengaruh komunitas)
5. Perilaku orang yang ditiru (efek primodialisme yang kebablasan)
6. Sanksi Pelanggaran Etika
7. Sanksi social skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat
“dimaafkan”.
8. Sanksi hokum skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana
menempati prioritas utama dan diikuti hukum perdata.
Faktor Penyebab Sikap dan Perilaku Guru Menyimpang Pendidikan merupakan
upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Berbagai upaya pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan walapun belum menunjukkan
hasil yang optimal. Pendidikan tidak bisa lepas dari siswa atau peserta didik. Siswa
merupakan subjek didik yang harus diakui keberadaannya. Berbagai karakter siswa
dan potensi dalam dirinya tidak boleh diabaikan begitu saja. Tugas utama guru
mendidik dan mengembangkan berbagai potensi itu. Jika ada pendidik (guru) yang
sikap dan perilakunya menyimpang karena dipengaruhi beberapa faktor:
1. adanya malpraktik (meminjam istilah Prof Mungin) yaitu melakukan praktik
yang salah, miskonsep. Guru salah dalam menerapkan hukuman pada siswa.
Apapun alasannya tindakan kekerasan maupun pencabulan guru terhadap siswa
merupakan suatu pelanggaran.
2. kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental, maupun emosional.
Kesiapan fisik, mental, dan emosional guru maupun siswa sangat diperlukan. Jika
kedua belah pihak siap secara fisik, mental, dan emosional, proses belajar
mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin harmonis
layaknya orang tua dengan anaknya
3. kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi pekerti
sekarang ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai pelengkap,
lantaran diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada. Namun realitas
di lapangan pelajaran yang didapat siswa kabanyakan hanya dijejali berbagai
materi. Sehingga nilai-nilai budi pekerti yang harus diajarkan justru dilupakan.
Selain dari ketiga faktor di atas, juga dipengaruhi oleh tipe-tipe kejiwaan seperti
yang diun gkapkan Plato dalam “Tipologo Plato”, bahwa fungsi jiwa ada tiga,
yaitu: fikiran, kemauan, dan perasaan. Pikiran berkedudukan di kepala, kemauan
berkedudukan dalam dada, dan perasaan berkedudukan dalam tubuh bagian bawah.
Atas perbedaan tersebut Plato juga membedakan bahwa pikiran itu sumber
kebijakasanaan, kemauan sumber keberanian, dan perasaan sumber kekuatan
menahan hawa nafsu. Jika pikiran, kemauan, perasaan tidak sinkron akan
menimbulkan permasalahan. Perasaan tidak dapat mengendalikan hawa nafsu,
akibatnya kemauan tidak terkendali dan pikiran tidak dapat berpikir bijak. Agar
pendidikan di Indonesia berhasil, paling tidak pendidik memahami faktor-faktor
tersebut. Kemudian mampu mengantisipasinya dengan baik. Sehingga kesalahan-
kesalahan guru dalam sikap dan perilaku dapat dihindari. Bagaimanapun juga
kualitas pendidikan di Indonesia harus mampu bersaing di dunia internasional.
Sikap dan perilaku profesional seorang pendidik akan mampu membawa dunia
pendidikan lebih berkualitas. Dengan demikian diharapkan mampu mewujudkan
tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
C. CONTOH-CONTOH FENOMENA PELANGGARAN KODE ETIK
PROFESI GURU DAN SOLUSINYA
Berikut adalah beberapa penggalan fenomena pelanggaran kode etik guru di
masyarakat dan solusi yang bisa penulis berikan:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Kasus pelanggaran :
a. Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi,
mengancam dan menghukum peserta apabila melanggar aturan atau tidak
mengikuti kehendak guru.
b. Guru menciptakan situasi pendidikan otoriter yang membentuk manusia
dengan pribadi pasrah, patuh, penurut, dan takluk kepada penguasa (guru).
Mengasingkan orang-orang yang kreatif, berpendirian dan mandiri
Solusi :
a. Guru bersifat humanis-demokratik menekankan konformitas internalisasi
bagi peserta didiknya.Pendidikan mendorong berkembangnya kemampuan yang
ada pada diri peserta didik.
b. Situasi pendidikan mendorong dan menyerahkan kesempatan pengembangan
kemandirian kepada peserta didik sendiri.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
Kasus pelanggaran :
a. Guru tidak menunjukkan kejujuran sehingga tidak pantas untuk ditiru,
misalnya: suka ingkar janji, pilih kasih, memanipulasi nilai, mencuri waktu
mengajar, dan lain sebagainya.
b. Guru berorientasi pada materi semata sehingga tidak memperhatikan
perkembangan peserta didik.
Soslusi :
a. Kejujuran adalah salah satu keteladanan yang harus dijaga guru selain
prilaku lain seperti mematuhi peraturan dan moral, berdisiplin,bersusila dan
beragama.
b. Guru harus menjaga keteladanan dan kode etik agar dapat diterima dan
bahkan ditiru oleh peserta didik.
D. UPAYA DALAM MENGATASI PELANGGARAN TERHADAP KODE
ETIK PROFESI GURU.
Solusi pelanggaran kode etik guru yaitu sebaiknya Dinas Pendidikan ataupun
instansi pendidikan terkait, bila menerima guru harus diseleksi secara ketat,
termasuk dalam hal ketakwaannya terhadap Tuhan serta psikologisnya. Mungkin
dari kelakuannya sehari-hari tampak baik namun ternyata ada sesuatu yang
menyimpang dalam kehidupannya. Kemudian pemerintah juga harus memberikan
sanksi yang tegas sehingga akan memberikan efek jera kepada guru tersebut dan
guru-guru lain tidak akan melakukan pelanggaran kode etik guru lagi. Misalnya
sanksi dinonaktifkan menjadi pegawai negeri sipil sebagai guru dapat dijadikan
alternatif agar tidak terulang lagi pelanggaran kode etik guru.
Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Pelanggaran Kode Etik Profesi Guru.
Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pelanggaran
Kode Etik Profesi Guru :
1. Menindak tegas dan memberikan sanksi berat pada oknum-oknum guru yang
melakukan kasus etika profesi guru karena sangat merugikan guru sebagai salah
satu profesi yang salah satu tugasnya adalah memberi keteladanan yang baik
terhadap peserta didik.
2. Sebelum menjadi guru, seorang calon guru seharusnya diberi tes psikologi
yang ketat, agar mampu menghadapi setiap karakter peserta didik.
3. Mewajibkan seorang guru untuk membaca dan menjalankan profesinya
sesuai kode etik keguruan.
4. Mengadakan pelatihan-pelatihan bagaimana seorang guru menghadapi
peserta didik yang berbeda karakter. Sehingga seorang guru, mampu menangani
siswa yang karakternya nakal atau bandel.
5. Guru seharusnya memahami perkembangan tingkah laku peserta didiknya.
Apabila guru memahami tingkah laku peserta didik dan perkembangan tingkah
laku itu, maka strategi, metode, media pembelajaran dapat dipergunakan secara
lebih efektif.
6. Tugas yang penting bagi guru dalam melakukan pendekatan kepada peserta
didik adalah menjadikan peserta didik mampu mengembangkan keyakinan dan
penghargaan terhadap dirinya sendiri, serta membangkitkan kecintaan terhadap
belajar secara berangsur-angsur dalam diri peserta didik.
7. Sesuai dengan pendapat Prayitno, bahwa pembelajaran harus sesuai konsep
HMM (Harkat dan Martabat Manusia). Antara guru dan peserta didik terjalin
hubungan yang menimbulkan situasi pendidikan yang dilandasi dua pilar
kewibawaan dan kewiyataan. Pengaruh guru terhadap peserta didik didasarkan
pada konformitas internalisasi.
BAB 12
Analisis perbandingan cara mengajar guru di tahun 80-an 90-an dan 5 tahun
terakhir
Perbedaan pendidikan jaman dulu dan jaman sekarang saya perbandingkan dari
sisi:
• Orientasi pendidikan
• Institusi pendidikan
• Tenaga pendidik
• Materi pendidikan
(1) ORIENTASI PENDIDIKAN
(Orientasi Pendidikan Jaman Dulu)
Prakarsa pendidikan untuk mendidik benih manusia agar anak tumbuh menjadi
seorang yang berakhlak tinggi dan mulia, yang berbeda dengan purba. Investasi
manusia di sini berarti memanusiakan manusia, yaitu mengajarkan nilai kehidupan
kepada seorang anak manusia yang diibaratkan benih manusia. Misi utama
lembaga pendidikan adalah mengajarkan pekerti, etika, saling mengalah dan
mendulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Hal ini diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. The
that made and power pendidik baru akan mengajarkan keterampilan yang membuat
benih itu mampu menyokong kehidupannya sendiri di masa depan.
Mutu Pendidikan
Fakta di tahun 2016, kualitas pendidikan di Indonesia berada di peringkat ke-62
dari 69 negara. Hal ini menjadi cermin konkret akan kualitas dan kuantitas guru di
Indonesia. Maka harus ada langkah serius untuk membenahi kualitas guru. Karena
nyatanya, tidak sedikit guru yang hari ini tetap saja menjalankan proses belajar-
mengajar dengan pola "top-down". Guru seolah berada "di atas" dan siswa berada
"di bawah", guru bertindak sebagai subjek dan siswa sebagai objek belajar.
Guru merasa berkuasa untuk "membentuk" siswanya. Ibaratnya, guru menjadi
"teko" dan siswa sebagai "gelas" sehingga siswa berstatus hanya menerima apapun
yang dituangkan guru. Siswa tidak diajarkan untuk mengeksplorasi kemampuan
dirinya. Siswa hanya bisa disuruh tanpa diajarkan untuk mengenal dirinya lalu
mampu bertahan hidup.Belajar bukanlah proses untuk menjadikan siswa sebagai
"ahli" pada mata pelajaran tertentu. Siswa lebih membutuhkan "pengalaman"
dalam belajar, bukan "pengetahuan". Karena itu, kompetensi guru menjadi syarat
utama tercapainya kualitas belajar yang baik. Guru yang kompeten akan
"meniadakan" problematika belajar akibat kurikulum. Kompetensi guru harus
berpijak pada kemampuan dalam mengajarkan materi pelajaran secara menarik,
inovatif, dan kreatif yang mampu membangkitkan gairah siswa dalam belajar.