Anda di halaman 1dari 12

LANDASAN PROFESIONAL PENDIDIKAN

Tentang

Pendidikan Profesional

Dosen Pembina Mata Kuliah,

Prof. Dr. Prayitno, MSc. Ed

Dr. Nurfarhanah, S.Pd., M.Pd., Kons.

Indah Sukmawati, S.Pd., M.Pd., Kons.

Disusun Oleh:

RINI KUSNAWATI NIM.21010035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KONSELOR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN PROFESIONAL

A. Pengertian Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian
yang lebih luas menjadi kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh
nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu
dan sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan
baik. Istilah profesi selalu menyangkut profesi, namun tidak semua pekerjaan
dapat dikatakan profesi, dalam kamus besar bahasa Inonesia dinyatakan bahwa
profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(ketrampilan, kejuruan dan sebagainya). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu
set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di
masyarakat dan merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
atau keterampilan dari pelakunya, pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan
pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian. (Tarmizi, 2018 : 37).
Secara harfiah profesi berasal dari kata profession (ingris) yang berasal
dari bahasa latin profesus berarti “mampu atau ahli dalam suatu bentuk
pekerjaan”. Dalam webster’s ew World dictionary di temukan bahwa profesi
merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (Alma, 2012 :
115). Kata profesi dapat di ketahui dari tiga sumber makna yaitu makna secara
etimologi profesi berasal dari bahasa ingris profession tau bahasa latin profecus
yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu ata ahli dalam
melakukan pekerjaan tertentu.
Secara terminologi profesi dapat di artikan sebagai suatu pekerjaan yang
mempersyaatkan pekerjaan tinggi bagi pelakunya yang di tekankan pada
pekerjaan mental. Sementara secara sosiologi profesi merupakan jenis model
pekerjaan yang ideal, karena dala realitanya bukanlah hal yang mudah untuk

1
mewujudkannya dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah
profesional dalam bidangnya (Suprihatiningrum, 2014 : 45-4).
Berkaitan dengan profesi ada beberapa istilah yang hendaknya tidak
bercampur aduk pengertiannya, yaitu profesi, profesional, profesionalisme,
profesionalitas dan profesionaliasi. Profsi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya pekerjaan yang disebut
profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak erlatih dan tidak disiapkan
secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu. Profesional
dilakukan adalah dengan orang keahlian yang menyandang atau keterampilan
suatu jabatan yang tinggi. atau pekerjaan. Hal ini juga berpengaruh terhadap
penampilanatau Performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di
profesinya. Professional merujuk kepada kata sifat yaitu mempunyai makna
yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi
dan sifat tentang penampilan seseorang dlam mewujudkan unjuk kerja sesuai
dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan Professional ini telah
mendapat pengakuan, baik secara formal maupun informal. Profesional diartikan
dengan expert (ahli). Keahlian adalah tingkat dimana seorang konselor
digambarkan sebagai orang yang berpengetahuan sesuai dengan bidang
keahliannya, terampil atau mahir menggunakan keahliannya, berpengalaman
dalam melaksanakan keahliannya, bersiap sedia membantu orang yang
membutuhkan keahliannya, konselor yang mempertunjukkan bukti-bukti
kemampuannya di dalam katornya, seperti ijazah, sertifikat,lisensi,biasanya
lebih kredibel dan efektif daripada konelor yang tidak memiliki hal tersebut
(Tarmizi, 2018 : 38).
B. Unsur-Unsur Profesi
Dalam keprofesionalan bermatabat diwadahi melalui pengelolaan
pembelajaran yang berbasis kinerja profesi dan terpenuhi standar-standar mutu
dan standar norma profesional yang diteteapkan serta dengan hasil yang bermutu
tinggi dalam kategori optimal berkenaan dengan pengembangan peserta didik.
Terlaksananya pendidikan demikian itu pastilah bukan pentip (pendidikan tanpa
ilmu pendidikan) yang disinyalir masih banyak terjadi dilapangan ini.

2
Sebaliknya, pendidikan yang diharapkan adalah pendip (pendidikan dengan ilmu
pendidikan). Kaidah-kaidah dasar keilmuan pendidikan dan proses pembelajaran
profesional yang mendukung terlaksananyanya pendip menjadi oreintasi kinerja
pendidik profesi.
Trilogi Profesi

Praktik Profesi

Trilogi
Profesi

Dasar Keilmuan Praktik Profesi

Kandungan suatu profesi harus benar-benar dipersiapkan dan dibina


dengan sebaik-baiknya, melalui pendidikan profesi dan sarana pembinaan
lainnya, sehingga menjadi profesi yang benar-benar bermartabat.
Memperhatikan keseluruhan ciri dan isi suatu pofesi, dipahami bahwa
spektrum suatu profesi dapat digambarkan dalam bentuk trilogi pofesi
berikut:
Dalam suatu profesi dapat didefinisikan tiga komponen yang secara
langsung saling terkait ketiganya harus ada, dan apabila salah satu atau lebih
komponen itu tidak ada, maa profesi itu akan hilang eksistensinya.
Sebagaimana disebutkan di atas, untuk menjadi profesional, profesional
dalam bidang apa pun, seseorang harus menguasai dan mematuhi ketiga
komponen trilogi profesi, yaitu (1) komponen dasar keilmuan, (2) komponen
substansi profesi, dan (3) komponen praktik profesi.Pendidik yang menurut
(UU No. 20 Tahun 2003 Pas\al 1 butir 6) dikualifikasikan sebagai tenaga
profesional dituntut untuk menguasai dan mematuhi trilogi profesi dalam
bidang pendidikan pada umumnya, yaitu:

3
a. Komponen Dasar Keilmuan : Ilmu pendidikan: ontologi, epistemologi,
dan aksiologi pendidikan
Pendidik diwajibkan menguasai ilmu pendidikan dengan berbagai
unsurnya (ontologi epistemologi dan aksiologi) sebagai dasar dari
keseluruhan kinerja profesionalnya dalam bidang pendidikan. Dengan
dasar keilmuan inilah pendidik akan menguasai dengan baik kaidah-
kaidah keilmuan pendidikan sebagai dasar dalam memahami situasi
pendidikan dengan berbagai unsurnya dan seluk-beluk pengertian
pendidikan yang akan dijalani peserta didik dan pendidik melalui praktik
pendidikan tertentu. Komponen dasar keilmuan menyiapkan (calon)
tenaga profesional dengan landasan dan arah tentang wawasan,
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (WKPNS).
b. Komponen substansi profesi : materi proses pembelajaran dan berbagai
keterkaitannya
Di atas kaidah-kaidah ilmu pendidikan itu pendidik membangun
substansi profesinya yang meliputi objek praktis spesifik (OPS) profesi
pendidik, jenis pembelajaran, pengelolaan dan evaluasi, serta kaidah-
kaidah pendukung yang dapat diambil dari bidang keilmuan lain. Semua
substansi tersebut menjadi isi dan sekaligus fokus pelayanan pendidikan.
Kegiatan pendidikan tidak lain adalah mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran yang dijalani oleh peserta didik bersama pendidiknya.
Di situlah terkandung materi pengembangan potensi peserta didik dan
enam fokus pendidikan yang harus dimiliki peserta didik sebagai hasil
pendidikan. Dalam arti yang demikian pulalah, pendidik sebagai tenaga
profesional diberi label juga sebagai agen pembelajaran. Secara
keseluruhan substansi tersebut membentuk modus pelayanan
pembelajaran, oleh pendidik, bagi peserta didik. Modus pembelajaran ini
dapat bervariasi antara pendidik yang satu dan pendidik yang lainnya,
seperti guru, dosen, konselor. Komponen ini memberikan modal tentang
apa yang menjadi fokus dan objek praktik spesifik profesi dengan bidang

4
khusus kajiannya, aspek-aspek komptensi, sarana operasional dan
manajemen, kode etik, serta landasan praktik operasional.
Objek praktis spesifik masing-masing profesi pendidik yang
berbeda dapat tidak sama atau minimal bervariasi. Demikian juga tentang
modus pelayanannya. Untuk guru, dosen, dan konselor misalnya, objek
praktis dan modus pelayanannya masing-masing dapat dibedakan sebagai
berikut:

Tabel 1 Objek Praktis Spesifik dan Jenis Pembeli Profesi Guru, Dosen dan
Konselor
Tenaga Bidang Kegiatan Objek Praktis Jenis
Profesi Spesifik Pembelajaran
Pendidik
Sebagai pengampu Pengembangan Pelayanan
mata pelajaran penugasan materi pembelajaran
bidang studi mata melalui
menyelenggarakan pembelajaran pengajaran mata
proses pembelajaran (PMP) dan pelajaran
melalui kegiatan penanganan
Guru pengajaran dalam penguasaan
bidang studi atau materi mata
mata pelajaran pelajaran yang
tertentu di satuan terganggu (PMP-
pendidikan tertentu T)
(TK, SD, LTP,
SLTA)
Sebagai penampung Pengembangan Pelayanan
mata kuliah bidang penguasaan pembelajaran
Dosen studi serta kegiatan materi mata melalui
penelitian dan kuliah (PMK) dan perkuliahan
pengabdian kepada penanganan penelitian dan

5
masyarakat penguasaan pengabdian
menyelenggarakan materi mata kepada
proses pembelajaran kuliah yang masyarakat
melalui kegiatan terganggu (PMK-
perkuliahan dan lebih T) serta kegiatan
dan studi atau mata penelitian dan
kuliah tertentu dan pengabdian
menyelenggarakan kepada
kegiatan penelitian masyarakat
dan pengabdian
masyarakat di satuan
pendidikan tinggi
(Akademik,
politeknik, sekolah
tinggi, institut,
universita)
Sebagai pengampun Pengembangan Pelayanan
pelayanan konseling kondisi pembelajaran
menyelenggarakan kehidupan efektif melalui pelayanan
memproses sehari-hari (KES) konseling dengan
pembelajaran melalui dan penanganan berbagai jenis
pengembangan KES kondisi layanan dan
dan penanganan kehidupan efektif kegiatan
Konselor KES-T dalam bidang sehari-hari yang pendukungnya
perilaku pribadi terganggu (KES-
koma kemampuan T).
sosial, kemampuan
belajar, dan arah karir
di satuan lembaga
pendidikan tertentu
(TK, SD/MI,

6
SMP/MTS,
SMA/MA, dan
Perguruan tinggi)
serta di setting luar
lembaga pendidikan.

Berkenaan dengan substansi yang menjadi sisi pelayanannya, tugas


profesional tenaga profesi secara langsung mengacu kepada objek praktis
yang diampu oleh pendidik yang bersangkutan. Objek praktis PMP
(penguasaan materi mata pembelajaran) dan PMP-T (penanganan penguasaan
materi mata pelajaran yang terganggu) mengandung substansi yang menjadi
isi mata pelajaran (substansi ilmu, teknologi dan/atau seni) yang diampu oleh
guru. Objek praktis PMP dan PMK-T mengandung substansi yang menjadi
isi mata kuliah (substansi ilmu, teknologi dan/atau seni) yang diamlu oleh
dosen. Objek praktis kondisi KES dan KES-T mengandung substansi yang
menjadi isi kondisi kehidupan yang dialami dalam perkembangan dan
kehidupan sehari-hari individu atau klien, yang diampu oleh konselor.
c. Komponen praktik profesi : penyelenggaraan proses pembelajaran terhadap
sasaran pelayanan dengan berbagai keterkaitannya
Praktik pelayanan pendidikan terhadap sasaran pelayanan merupakan puncak
dari keberadaan profesi pendidik pada setting tertentu. Mutu pelayanan
pendidik diukur dari penampilan praktik pelayanan oleh pendidik terhadap
sasaran pelayanan. Pada setting satuan pendidikan sekolah/madrasah
misalnya, mutu kinerja guru di sekolah/madrasah dihitung dari
penampilannya dalam praktik mengajar sebagaimana tercantum pada jadwal
pelajaran di sekolah/madrasah, sedangkan mutu kinerja konselor dilihat dari
praktik pelayanan konselingnya terhadap siswa yang menjadi tanggung
jawabnya. Komponen ini merupakan realisasi pelaksanaan profesi setelah
kedua komponen profesi (dasar keilmuan dan substansi profesi) dikuasai.
Penguasaan pendidik terhadap materi ketiga komponen trilogi profesi
pendidik tersebut diperoleh dari studi pada program bidang kependidikan

7
tingkat Sarjana (S-1) ditambah dengan pendidikan profesi kependidikan
sesuai dengan kualifikasi pendidik tertentu. Dewasa ini untuk profesi guru
dipersiapkan penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan untuk
profesi konselor diselenggarakan Pendidikan Profesi Konselor (PPK).
Seluruh materi kegiatan komponen trilogi tersebut pada akhirnya dipadukan
dan terwujud dalam bentuk praktik pelayanan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan sasaran layanan.
Secara keseluruhan, ketiga komponen trilogi profesi merupakan satu
kesatuan tak terpisahkan; ketiganya merupakan kesatuan; dan dipelajari
dengan intensif sehingga menghasilkan keterampilan keahlian yang tinggi
atau bahkan sangat tinggi mengacu kepada standar norma atau standar mutu
tertentu. Penguasaan dan penyelenggaraan trilogi profesi yang dimaksudkan
itu secara mantap dan konsisten merupakan jaminan bagi suksesnya
penampilan profesi demi kebahagiaan sasaran pelayanan.
C. Kualifikasi Pendidik dan kekhususannya
Di awal abad ke-21 ini penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mulai
memasuki era profesional. Hal ini ditandai dengan penegasan bahwa “pendidik
merupakan tenaga profesional” (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat 2), yang
mana:
“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.” (UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 butir 4)

Tentang pendidikan profesi disebutkan bahwa:


“Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian tertentu.” (UU No. 20 Tahun 2003 penjelasan Pasal 15)

8
Ketetapan bahwa pendidik adalah tenaga profesional membawa konsekuensi bahwa
pendidik wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
"Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional." (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28
ayat1)

"Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat


pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh seseorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku." (PP No. 19 Tahun 2005
Pasal 28 ayat2)

Di atas persyaratan tersebut di atas, seorang pendidik wajib memahami dan


mengamalkan dengan sebaik-baiknya pengertian atau batasan tentang pendidikan
yang menjadi wilayah kerja profesionalnya. Penyelenggara pendidikan adalah
pendidik. Dalam hal ini, UU No. 20/2003 Pasal 1 butir 6 menyatakan bahwa:
"Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan."

Semua tenaga profesional pendidik diwajibkan memenuhi persyaratan dan


melaksanakan fungsi serta tugas profesional dalam wilayah pendidikan dalam
pengertian dan batasan yang amat luas itu, sesuai dengan setting penugasannya.
Sebagaimana contoh pada setting sekolah dan madrasah, di sana bertugas dua jenis
pendidik, yaitu guru dan konselor; di perguruan tinggi bertugas dosen dan konselor.
Ketiga tenaga profesional pendidikan itu bekerja pada wilayah kerja yang sama,

9
yaitu wilayah kelembagaan pendidikan, tetapi ketiganya menangani bidang
kegiatan yang berbeda, yaitu:
a. Guru : sebagai pengampu mata pelajaran bidang studi, menyelenggarakan
proses pembelajaran melalui kegiatan pengajaran dalam bidang studi atau
mata pelajaran tertentu di satuan pendidikan tertentu (TK, SD, SLTP, SLTA).
b. Dosen : sebagai pengampu mata kuliah bidang studi serta kegiatan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, menyelenggarakan proses pembelajaran
melalui kegiatan perkuliahan dalam bidang studi atau mata kuliah tertentu,
dan menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat, di
satuan pendidikan tinggi (akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,
universitas).
c. Konselor : sebagai pengampu pelayanan konseling, menyelenggarakan
proses pembelajaran melalui pengembangan KES dan penanganan KES-T
dalam bidang perilaku pribadi, kemampuan sosial, kemampuan belajar, dan
arah karier di satuan/ lembaga pendidikan tertentu (TK, SD/MI, SMP/MTs,
SMS/MA, dan perguruan tinggi) serta di-setting luar lembaga pendidikan.
Ketiga pendidik profesional di atas menjalankan tugas keprofesionalan dalam
bidang dan setting masing-masing. Dengan demikian, pendidik yang dimaksudkan
itu harus memperhatikan diri sendiri dan menilai pelaksanaan tugasnya, apakah
sudah profesional sesuai dengan tuntutan ciri atau keprofesionalan itu sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buchari, Alma. 2012. Guru Profesional. Bandung : Alpabeta


Jamil, Suprihatiningrum. 2014. Gru Profesional. Jogjakarta : ARUZZ Media.
Prayitno. 2021. Landasan dan Arah Konseling Profesional. Depok : Rajagrafindo
Printing.
Tarmizi. 2018. Profesinalisasi Profesi Konselor Berwawasan Islami. Medan :
Perdana Publishing

11

Anda mungkin juga menyukai