ABSTRACT This research was conducted to was positive and high categorized (> 0.50). The
estimate genetic correlation of growth traits on lowest SE value showed on correlation between
Aceh cattle including birth weight (BW), weaning birth weight and pre-weaning ADG (0.55+0.54),
weight (WW), yearling weight (YW), and Average birth weight and post-weaning ADG (0,63+0,62),
Daily Gain (ADG). The research was done at pre-weaning ADG and post-weaning ADG
Indrapuri Breeding and Forage Centre (IBFC) of (0.71+0.33), pos-weaning ADG and weight/age or
Aceh cattle from March 2013 to April 2013. The W/A (0.72+0.33) then final weight and W/A
materials of this research consist of growth records (0.94+0.69). It could be concluded that most of
from 2010 to 2012. The genetic correlation was genetic correlation value on Aceh cattle growth
analyzed by variance and covariance. The results traits were positive and high therefore the selection
indicated that the lowest standard error (SE) value based on growth traits can be done for increasing
of heritability showed on birth weight 0.15+0.13. performance in Aceh cattle.
Most of genetic correlation value on growth traits
BY BS ˆ ˆ
S 2 2
BYT x160 BS T S W
Korelasi Genetik Pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh di Kecamatan ..... (Widya Pintaka Bayu Putra, S.Pt., M.Sc. et al)
38
Estimasi korelasi genetik: var r̂G = variansi korelasi
côv S S = jumlah pejantan
rG =
ˆ 2
S(X ) ˆ 2
S (Y )
N = jumlah anak keseluruhan
ni = jumlah anak tiap pejantan
Standard error (SE) korelasi genetik: t = korelasi dalam kelas sebapak
S.E (rG) = var(rˆG ) k = koefisien jumlah anak tiap pejantan
Keterangan:
hS2 = heritabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN
rG = korelasi genetik Heritabilitas
ˆ S2
= ragam pejantan Hasil estimasi nilai heritabilitas sifat
pertumbuhan sapi Aceh dan beberapa sapi
ˆ S2 = ragam keturunan dalam pejantan potong di Indonesia dengan metode korelasi
Coˆv S = komponen peragam sifat-sifat yang saudara tiri sebapak (paternal half-shib
berhubungan dengan pejantan correlation) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Estimasi Heritabilitas (h2 + SE) Sifat Pertumbuhan Pada Sapi Potong di Indonesia
Berat badan terkoreksi (kg) PBBH
Bangsa sapi Weight/Age Sumber
Lahir Sapih Setahunan Akhir Prasapih Pascasapih
Brahman
- 0,37+0,09 0,44+0,14 - - 0,41+0,16 - Duma (1997)
cross
Ongole - 0,27+0,10 0,39+0,21 - - 0,27+0,20 Duma (1997)
Sukmasari et
Bali - 0,23+0,02 0,38+0,03 0,27+0,02 -
al., (2002)
Simmental 0,11+0,09 0,39+0,16 0,43+0,19 - - 0,46+0,20 - Suhada (2008)
Madura 0,33+0,24 0,87+0,45 0,27+0,29 - - 0,23+0,28 - Karnaen (2004)
Aceh 0,15+0,13 0,48+0,58 0,49+0,58 0,56+0,69 0,53+0,58 0,64+0,64 0,42+0,52 Hasil penelitian
Nilai heritabilitas berat lahir yang diperoleh 1965). Sapi Angus memiliki heritabilitas berat
termasuk handal karena memiliki nilai SE yang lahir sebesar 0,40 dan berat akhir sebesar 0,36
lebih rendah dari nilai heritabilitas. Tingginya (Nelson dan Kress, 1979). Perbedaan nilai
nilai SE pada penelitian ini disebabkan karena heritabilitas pada beberapa penelitian tersebut
jumlah sampel (anak) dan pejantan (sire) disebabkan karena heritabilitas bukan
diestimasi sedikit dan adanya variasi fenotip merupakan konstanta dan bergantung pada
antar individu besar. Diperlukan jumlah sampel jumlah populasi, waktu estimasi dan bangsa
minimal 500 sampel agar nilai heritabilitas ternak (Lasley, 1978 ; Chapman,1985).
yang diperoleh handal (Warwick et al. (1990).
Korelasi Genetik
Nilai heritabilitas pada penelitian ini
Korelasi genetik pada sifat
dihitung berdasarkan asumsi sapi-sapi yang
pertumbuhan pada penelitian dapat dilihat pada
diestimasi tersebut mendapat pakan yang sama
Tabel 2.
dan berada pada lingkungan yang sama,
Sebagian besar nilai korelasi genetik
sehingga mutu genetik ternak dapat diukur.
pada sapi Aceh termasuk kategori positif
Nilai heritabilitas berat lahir sebesar 0,15
tinggi. Tingginya nilai SE pada korelasi
menunjukkan bahwa keragaman berat lahir
genetik juga disebabkan karena jumlah data
pada populasi 15 % dipengaruhi oleh faktor
(pengamatan) dan pejantan yang digunakan
ragam genetik dari tetuanya. Nilai heritabilitas
untuk estimasi sedikit. Nilai korelasi genetik
berat lahir pada bangsa sapi potong yang lain
berat lahir berkorelasi positif dan tinggi
seperti sapi Hereford dan Angus masing-
terhadap PBBH prasapih dan PBBH
masing memiliki nilai heritabilitas berat sapih
pascasapih.
sebesar 0,33+0,08 dan 0,32+0,16 termasuk
kategori positif tinggi (Minyard dan Dinkel,
Sapi yang memiliki berat lahir yang melalui seleksi masih efektif. Seleksi pada
tinggi akan lebih banyak mengkonsumsi susu berat lahir sapi Aceh dapat dilakukan karena
atau pakan sehingga pertumbuhan sapi tersebut berat lahir memiliki angka pewarisan yang
juga akan lebih cepat dibandingkan sapi yang handal. Berat lahir juga memiliki korelasi
berat lahirnya rendah. Sapi yang berat lahirnya positif yang tinggi terhadap sifat-sifat
tinggi juga memiliki daya tahan yang lebih pertumbuhan khususnya PBBH prasapih dan
baik (Cunningham, 1969). Seleksi pada berat PBBH pascasapih.
lahir juga harus diikuti dengan seleksi induk,
terutama pada ukuran tubuh antara lain lebar
UCAPAN TERIMA KASIH
pinggul dan tinggi pinggul untuk mengurangi
resiko terjadinya dystochia (Supiyono, 1998). Penulis menyampaikan terima kasih
Dengan melakukan seleksi pada berat lahir kepada seluruh staf dan karyawan di BPTU-
secara tidak langsung induk juga ikut HPT Sapi Aceh Indrapuri atas bantuan dan
terseleksi. Induk yang rata-rata keturunannya dukungannya sehingga penelitian ini dapat
memiliki berat lahir yang tinggi berarti induk diselesaikan dengan baik. Penulis juga
tersebut memiliki produktivitas yang baik menyampaikan terima kasih kepada Bapak
(Blakely dan Bade, 1992). Hendra Saumar, S.Pt. atas partisipasinya dalam
Nilai korelasi genetik PBBH prasapih pengumpulan data recording sapi Aceh.
dengan PBBH pascasapih menunjukkan nilai
yang positif tinggi dan termasuk handal. Sifat DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan prasapih yang tinggi dapat
digunakan sebagai kriteria seleksi ternak untuk Anonimus, 2012. Penetapan Rumpun dan
memperoleh sifat pertumbuhan pascasapih Galur Ternak Indonesia Tahun 2010-
yang tinggi. Nilai korelasi genetik PBBH 2011. Direktorat Jendral Peternakan
pascasapih dengan W/A juga memiliki nilai dan Kesehatan Hewan. Jakarta.
yang positif tinggi dan handal sama seperti Becker, W. A, 1992. Manual of Quantitative
korelasi antara berat akhir dengan W/A. Genetics. 4th ed. Washington State
Korelasi yang memiliki nilai positif sangat University, USA.
berguna dalam program perbaikan genetik
melalui seleksi. Seleksi terhadap satu sifat Blakley, J. dan Bade, H, 1992. Ilmu
yang berkorelasi dengan sifat lain Peternakan. Gajah Mada University
menyebabkan sifat lain yang berkorelasi Press. Yogyakarta.
tersebut juga akan meningkat (Lasley, 1978). Chapman, A. B., 1985. General and
Quantitative Genetics. Department of
KESIMPULAN Genetics, Meat and Animal
Science, and Dairy Science. University
Sapi Aceh di BPTU-HPT Sapi Aceh of Wisconsin, USA.
memiliki keragaman antar individu yang tinggi
sehingga peningkatkan performans ternak Cunningham, E. P, 1969. Animal Breeding
Theory. Institute of Animal Genetics
Korelasi Genetik Pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh di Kecamatan ..... (Widya Pintaka Bayu Putra, S.Pt., M.Sc. et al)
40
and Breeding. Published by Nelsen, T. C. and Kress, D. D., 1979.
Vollebekk, Oslo. Estimates of Heritabilities and
correlations for productions characters
Duma, Y., 1997. Estimasi Beberapa Parameter
of Angus and Hereford calves. J.
Genetik Pada Sapi Brahman Cross dan
Anim. Sci. 48: 286- 292.
Ongole di Ladang Ternak Bila River
Ranch. Thesis. Program Pascasarjana, Suhada, H, 2008. Estimasi Parameter Genetik
Universitas Gadjah Mada, Sifat Produksi sapi Simmental Di Balai
Yogyakarta. Pembibitan Ternak Unggul Sapi
Potong Padang Mengatas
Gunawan, Pamungkas, D. dan Affandhy,
Sumatera Barat. Thesis. Program
1998. Sapi Bali, Potensi, Produktivitas
Pascasarjana, Universitas Gadjah
dan Nilai Ekonomi. Kanisius,
Mada, Yogyakarta.
Yogyakarta.
Sukmasari, A. H., Ronny, R. N. dan Challid,
Karnaen, 2004. Pendugaan Parameter Genetik,
T., 2002. Pendugaan Nilai Pemuliaan
Korelasi Genetik dan Fenotipik pada
dan Kecenderungan Genetik Sapi
Sapi Madura. J. Indon. Trop. Anim.
Bali di Proyek Pembibitan dan
Agric. 25(2):12-24.
Pengembangan Sapi Bali. Hayati. 9(4):
Lasley, J. F, 1978. Genetics of Livestock 109-113
Improvement. Department of Animal
Supiyono, 1998. Ilmu Tilik Ternak. Fakultas
Husbandry. University of
Peternakan, Universitas Gadjah Mada,
Missouri. Prentice-Hall, Inc., New
Yogyakarta.
Jersey.
Warwick, E. J., Astuti, J. W.,
Minyard, J. A. and Dinkel, C. A, 1965.
Hardjosubroto, W, 1990. Pemuliaan
Heritability and repeatability of
Ternak. Gadjah University Press,
weaning weight in beef cattle. J.
Yogyakarta.
Anim. Sci. 24: 1072-1074.