Anda di halaman 1dari 5

http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.

php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325


Doi: 10.32503/ fillia.v5i2.1175

Korelasi Genetik Berat Lahir, Berat Sapih Dan Berat Setahun Pada Sapi Madura
1 2
Ali Mahmud dan Yuli Arif Tribudi
1
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas No. 246 Malang
email: alimahmud.df@gmail.com
2
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, UniversitasTanjungpura
Jl. Prof Hadari Nawawi Pontianak Kalimantan Barat
email: yuliariftribudi@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menduga nilai korelasi genetik berat lahir, berat sapih dan berat setahun
pada sapi Madura. Penelitian dilaksanakan di UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan,
Kabupaten Pamekasan Jawa Timur pada bulan November - Desember 2019 sampai Januari 2017.
Materi penelitian meliputi 307 ekor sapi Madura yang berasal dari 12 pejantan dan 307 ekor betina.
Korelasi genetik dianalisi dengan analisis peragam antar saudara tiri . Nilai korelasi genetik antara
bobot lahir dengan bobot sapih sebesar 0,14, bobot lahir dengan bobot setahun sebesar 0,42
sedangkan bobot sapih dengan bobot setahun sebesar 0,58. Pelaksanaan seleksi pada sapi Madura
dapat dilakukan berdasarkan berat lahir dan berat sapih karena berat lahir dan berat sapih memiliki
korelasi genetik positif yang tinggi terhadap berat setahun.

Kata kunci : korelasi genetik, sapi Madura, berat badan, seleksi

Abstract

The purpose of this research was to estimated genetic correlation birth weight, weaning weight dan
yearling weight in Animal Breeding and Health Technical Unit of Pamekasan. This research was
conducted from November - December 2019 in Animal Breeding and Health Technical Unit of
Pamekasan East Java. Materials used were 307 Madura cattle which were from 12 sire and 307
dams. Genetic correlation was analyzed by covariance analysis. Genetic correlation between birth
weight with weaning weight were 0.14; birth weight with yearling weight were 0.42 and weaning weight
with yearling weight were 0.58. It could be concluded that most of genetic correlation value on Madura
cattle birth weight, weaning weight dan yearling weight were positive and high therefore the selection
based on birth weight and weaning weight can be done for increasing performance in Madura cattle.

Key word : genetic correlation, Madura cattle, body weight, selection

Pendahuluan Performan seekor ternak sangat


Sapi lokal merupakan salah satu dipengaruhi oleh faktor genetik dan
sumber daya genetik Indonesia yang lingkungan. Ternak yang memiliki genetic
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan unggul akan membuat performan ternak akan
protein hewani. Beberapa rumpun sapi lokal unggul apabila lingkungan juga mendukung,
yang berpotensi dikembangkan adalahsapi tetapi ternak yang tidak memiliki genetik
Madura, Peranakan Ongole (PO), Sumbawa unggul meskipun didukung oleh lingkungan
dan Aceh. Sapi Madura merupakan salah satu yang unggul, maka performan ternak tersebut
sapi lokal yang banyak dikembangkan di tidak akan baik (Noor, 2008; Warwick et al.,
daerah Jawa Timur. Sapi Madura mempunyai 1995). Oleh karena itu peningkatan ternak
keunggulan diantaranya fertilitas yang tinggi, secara genetik sangat diperlukan untuk
kualitas dagingnya tinggi serta mempunyai peningkatan performan sapi Madura dengan
persentas lemak yang rendah (Nurgiatiningsih, menggunakan metode pemuliaan dengan
2011), kemampuan bertahan dan mengatahui parameter genetik.
kapasitasnya dalam kondisi lingkungan dan Parameter genetik yang perlu diketahui
iklim yang kering serta digunakan sebagai salah satunya adalah korelasi genetik. Korelasi
sarana sosial budaya yaitu sebagai sapi Sonok genetik adalah keeratan hubungan antara satu
dan Karapan (Tribudi et al., 2020) menjadikan sifat dengan sifat yang lain, semakin tinggi nilai
sapi Madura sangat penting sebagai aset sapi korelasi maka semakin besar perubahan sifat
potong, bibit, tenaga kerja dan pariwisata di yang berkorelasi ke arah positif maupun
Indonesia. negatif (Kurnianto, 2009). Perhitungan korelasi
genetik berfungsi untuk menduga apakah

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Vol. 5 No. 2 Oktober 2020 85


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325
Doi: 10.32503/ fillia.v5i2.1175

seleksi sifat pertama pada tetua akan BS = berat sapih sapi


berpengaruh pada sifat kedua (anaknya). Madura sesungguhnya (tanpa koreksi) (kg)
Untuk meningkatkan produktivitas ternak dapat BB = berat sapi Madura
dilakukan melalui seleksi ternak berdasarkan pada saat ditimbang (kg)
berat badan (Putra et al., 2014). Dalam Tenggang waktu = tenggang waktu
program seleksi, pengetahuan tentang korelasi antara penimbangan sekarang dengan saat
genetik penting untuk menduga produktivitas penyapihan (hari)
ternak di masa mendatang berdasarkan
catatan sekarang Dengan mengetahui Pendugaan nilai korelasi genetik berat badan
korelasi genetik dapat menaksir perubahan pada sapi Madura diestimasi menggunakan
yang akan terjadi pada suatu sifat, apabila analisis peragam antar saudara tiri
seleksi diterapkan pada sifat yang lain. (Nurgiartiningsih, 2019) dengan rumus sebagai
berikut:
Materi Dan Metode
Pengambilan Data √
Penelitian dilakukan di di UPT Pembibitan Dimana:
dan Kesehatan Hewan Sapi Madura = korelasi genetik
Pemekasan, Jawa Timur yang dimulai pada = peragam dari dua sifat antar
bulan November - Desember 2019. Materi pejantan
penelitian yang digunakan adalah 307 ekor = ragam pejantan untuk sifat pertama
sapi Madura hasil perkawinan 12 pejantan
= ragam pejantan untuk sifat ke dua
dengan 307 ekor induk yang dipelihara
= simpangan bakupejantan untuk sifat
peternak kelompok binaan. Catatan produksi
pertama
ternak meliputi nomor ternak (ID pejantan, ID
= simpangan baku pejantan untuk sifat
induk, dan ID anak), tanggal lahir, jenis
ke dua
kelamin, performans kelahiran, jenis
perkawinan, bobot sapih, bobotsatu tahun
Hasil Dan Pembahasan
Analisis Data
Rataan berat badan sapi Madura umur
Data yang diperoleh dikoreksi sebelum
205 dan 365 hari di UPT Pembibitan dan
dihitung nilai korelasi genetik dengan prosedur
Kesehatan Hewan Sapi Madura Pemekasan
:
disajikan pada Tabel 1.
Berat lahir adalah berat pedet yang dihasilkan
Tabel 1. Rataan Berat Badan Sapi Madura
dari penimbangan pada waktu pedet dilahirkan
Parameter Rataan
atau maksimal 3 (tiga) hari setelah pedet
dilahirkan (Direktorat Jenderal Peternakan, Berat lahir 18,65±2,01 kg
Berat 205 hari 92,17±15,08 kg
2007).
Berat 365 hari 110,72±11,92 kg
Data berat saat sapih disesuaikan pada umur
205 hari dengan rumus yang digunakan Rataan berat lahir Madura pada
adalah sebagai berikut (Hardjosubroto, 1994) : penelitian ini sebesar 18,65±2,01 kg (Tabel 1)
lebih tinggi dari laporan Karnaen (2004)
( ) sebesar tetapi lebih rendah hasil penelitian
Keterangan : Tribudi et al., (2019); Nurgiartiningsih (2011);
: berat sapih terkoreksi pada umur 205 Sulistiyoningtyas et al., (2017). Perbedaan
hari performans sapi saat lahir banyak dipengaruhi
BB : berat pada saat ditimbang pada oleh faktor induk, antara lain asupan nutrisi
waktu penyapihan induk saat bunting, umur induk, bobot badan
BL : berat lahir induk dan manajemen pemeliharaan saat
Umur : umur pada saat penyapihan, bunting. Berat badan induk menjadi salah satu
dinyatakan dalam hari faktor tinggi rendahnya bobot lahir pedet
karena bobot induk berpengaruh terhadap
Data berat badan setahun disesuaikan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam
umur 365 hari dengan rumus yang digunakan kandungan.
adalah sebagai berikut (Hardjosubroto, 1994) : Rataan berat umur 205 hari hasil
penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan
yang dilaporkan oleh Karnaen (2007) tetapi
lebih rendah dari penelitian Tribudi et al.,
Keterangan :
(2019) serta Nurgiartiningsih (2011). Bobot
BB365 (kg) = berat badan sapi
umur 205 hari sapi Madura dipengaruhi oleh
Madura terkoreksi umur 365 hari
faktor lingkungan, manajemen pemeliharaan
dan produksi susu induk, menurut Maylinda

86 Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Vol. 5 No. 2 Oktober 2020


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325
Doi: 10.32503/ fillia.v5i2.1175

(2010) bobot sapih merupakan sifat yang


dipengaruhi komponen genetik induk atau
maternal effect yaitu pengaruh gen yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan pada Tabel 2. Nilai korelasi genetik berat badan
induk yang akan mempengaruhi performans sapi Madura
individu. Pengaruh maternal antara lain Sifat X Sifat Y Rg
produksi susu induk dan tingkah laku Berat lahir Berat 205 hari 0,14
menyusui, sehingga dalam proses seleksi Berat lahir Berat 365 hari 0,42
bobot sapih dapat digunakan untuk seleksi Berat 205 hari Berat 365 hari 0,58
pada induk. Induk yang memiliki mothering
ability tinggi cenderung memiliki keturunan Nilai korelasi genetik antara berat lahir
dengan bobot sapih yang tinggi . Selain dengan bobot badan 205 hari dan 365 hari
pengaruh maternal menurut Kaswati et al., pada sapi Madura termasuk dalam kategori
(2013) pedet yang memiliki bobot lahir lebih tinggi (Tabel 2). Hasi estimasi korelasi genetik
tinggi akan tumbuh lebih cepat dan memiliki yang tinggi tersebut disebabkan oleh aksi gen
bobot sapih yang tinggi. Waktu penyapihan yang bersifat pleiotropy pada kedua sifat
juga berpengaruh terhadap bobot sapih, sapi tersebut dan pengaruh nya bersifat aditif,
yang disapih lebih awal akan memiliki sehingga dapat diwariskan pada
presentase bobot sapih yang lebih rendah keturunannya. Dengan demikian penyeleksian
dibandingkan sapi yang disapih pada umur pada barat lahir dan berat sapih, tidak hanya
siap sapih. memperbaiki berat lahir, tetapi dapat secara
Berat badan sapi Madura 365 hari yang tidak memperbaiki sifat-sifat yang berkorelasi
diperoleh lebih rendah dengan penelitian yaitu berat sapih dan setahun pada sapi
Sulistiyoningtyas et al., (2017) dan Tribudi et Madura
al., (2019). Perbedaan tersebut disebabkan Nilai korelasi genetik merupakan
perbedaan umur pedet saat disapih dan umur gambaran keeratan hubungan antara gen-gen
induk (Karnaen dan Arifin, 2004). Umur sapih dengan pengaruh aditif yang mempengaruhi
yang tepat akan meningkatkan presentase dua sifat atau lebih. Nilai parameter genetik
berat setahun yang lebih tinggi dibandingkan suatu sifat pada suatu populasi dapat
sapi Madura yang disapih pada umur yang digunakan sebagai salah satu petunjuk kearah
lebih awal, karena sapi Madura yang disapih mana langkah-langkah perbaikan mutu genetik
saat umur terlalu awal menyebabkan konsumsi populasi tersebut. Pada kondisi tertentu,
pakan menurun sehingga kandungan nutrisi parameter suatu sifat yang mempunyai nilai
yang dikonsumsi belum tercukupi. Sapi korelasi genetik yang positif maka seleksi
Madura yang mempunyai berat sapih tinggi individu merupakan metode yang tepat dalam
akan tumbuh lebih cepat sehingga mencapai perbaikan mutu genetik sifat tersebut karena
berat setahun yang lebih tinggi karena berat respon seleksi yang diharapkan akan lebih
sapih berkorelasi positif dengan berat setahun. besar dibanding sifat dengan korelasi genetik
Korelasi genetik merupakan suatu nilai yang rendah.
yang menentukan keeratan antara satu sifat Dengan mengetahui korelasi genetik,
dengan sifat lainnya secara genetik. Hasil kita dapat menaksir perubahan yang akan
analisis pendugaan korelasi genetik antara terjadi pada suatu sifat, apabila seleksi
berat lahir dengan berat sapih dan setahun diterapkan pada sifat yang lain (Lasley, 1978).
secara berurutan adalah 0,14, 0,38 dan 0,51. Selanjutnya dinyatakan bahwa penaksiran ini
Nilai korelasi genetik bobot sapih dengan berguna untuk menduga apakah seleksi untuk
bobot satu tahun hasil penelitian lebih tinggi satu sifat tertentu akan mempunyai pengaruh
dari yang diperoleh Karnaen (2008) yaitu menguntungkan atau merugikan pada sifat lain
sebesar 0,59 pada sapi Madura tetapi lebih (disebut tanggapan terkorelasi). Dengan
rendah dari penelitian Putra et al., (2014) mengetahui hubungan korelasi antara bobot
sebesar 0,46 pada sapi Aceh dan Supriyanto lahir dengan bobot dewasa maka program
et al., (2012) sebesar 0,31 pada sapi Bali. Nilai seleksi akan lebih mudah diterapkan apalagi
korelasi genetik sapi Madura hasil nilai heritabilitasnya telah diketahui maka
penelitianlebih rendah dibandingkan dengan pemilihan ternak untuk berbagai kebutuhan
hasil penelitian Karnaen (2014) yaitu bobot dapat dilakukan lebih awal. Disamping itu
lahir dengan bobot sapih sebesar 0,43 dan bobot lahir yang lebih besar mempunyai
bobot sapih dengan bobot satu tahun sebesar kecendrungan untuk bertumbuh lebih cepat,
0,59. Hasil analisis nilai korelasi genetik berat sehingga seleksi berdasarkan bobot lahir
badab sapi Madura dapat dilihat pada Tabel 2 cukup efektif dalam memilih ternak yang akan
berikut ini. dipelihara agar tercapai suatu efisiensi usaha.

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Vol. 5 No. 2 Oktober 2020 87


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325
Doi: 10.32503/ fillia.v5i2.1175

Seleksi pada sifat yang memiliki nilai Karnaen., 2014. Estimation of Genetic
korelasi genetik tinggi akan menguntungkan, Parameter, Genetic and Phenotypic
karena hanya dengan menyeleksi satu sifat Correlation on Madura Cattle.
pada tetua, responnya akan muncul pada JIndonTrop Anim Agric. 33(3): 191-
keturunan selanjutnya, tanpa mengukur sifat- 196.
sifat yang lain. Mengetahui nilai korelasi Karnaen dan J. Arifin. 2007. Kajian
genetik berguna dalam program pemuliaan Produktivitas Sapi Madura. Jurnal Ilmu
ternak, karena bertujuan untuk mengetahui Ternak. 7 (2) : 135-139.
suatu sifat yang sukar atau mahal diukur, Kaswati, Sumadi dan N. Ngadiyono., 2013.
dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan Estimasi Nilai Heritabilitas Berat Lahir,
dalam seleksi dan dapat mengoptimumkan Sapih dan Umur Satu Tahun Pada
untuk menyeleksi sifat-sifat yang berbeda Sapi Bali di Balai Pembibitan Ternak
(Warwick et al., 1995). Unggul Sapi Bali. Buletin Peternakan.
Perhitungan korelasi genetik cocok 37(2): 74-78.
diterapkan di peternakan rakyat binaan UPT Kurnianto, E., 2009. Pemuliaan Ternak. Graha
Pamekasan Madura karena sulitnya mengukur Ilmu. Jakarta.
bobot setahun dimana hal ini disebabkan Lasley, J. F., 1978. Genetics of Livestock
engan maraknya penjualan ternak sebelum Improvement. 3rd ed. Prentice-Hall
umur setahun. Sulitnya mengukur bobot Inc. New Jersey.
setahun pada peternakan rakyat berdampak Maylinda, S., 2010. Pengantar Pemuliaan
pada proses penjaringan ternak unggul calon Ternak. Universitas Brawijaya Press.
bibit sapi Madura yang bisa dikembangkan di Malang.
UPT, sehingga dengan mengetahui nilai Noor, R.R., 2008. Genetika Ternak. Penebar
korelasi genetik tersebut akan mempermudah Swadaya. Jakarta.
proses seleksi pada sifat yang sukar diukur. Nurgiartiningsih, V. M. A., 2019. Pengantar
Parameter Genetik pada Ternak.
Kesimpulan Universitas Brawijaya Press. Malang.
Nilai pendugaan korelasi genetik antara Nurgiatiningsih, V. M. A., 2011. Peta Potensi
berat lahir dengan berat sapih dan setahun Genetik Sapi Madura Murni di Empat
pada sapi Madura secara berurutan adalah Kabupaten di Madura. Jurnal Ternak
0,14, 0,38 dan 0,51. Pelaksanaan seleksi pada Tropika 12 (2) : 23-32.
sapi Madura dapat dilakukan berdasarkan Putra, W. P.B., Sumadi dan T. Hartatik., 2014.
berat lahir dan berat sapih karena berat lahir Korelasi Genetik Pada Sifat
dan berat sapih memiliki korelasi genetik Pertumbuhan Sapi Aceh di
positif yang tinggi terhadap berat setahun. Kecamatan Indrapuri Provinsi Aceh.
Agripet Vol 14, No. 1, April 2014. 37 –
Daftar Pustaka 41.
Direkorat Jenderal Peternakan., 2007. Sulistiyoningtyas, I., Nurgiartiningsih. V.M.A
Petunjuk Teknis Uji Performans Sapi dan Ciptadi. G., 2017. Evaluasi
Potong Nasional. Kementerian Performa Berat Badan dan Statistik
Pertanian. Jakarta. Vital Sapi Madura berdasarkan Tahun
Hardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pemuliaan Kelahiran. Jurnal Ilmiah Peternakan
Ternak di Lapang. Gramedia. Jakarta. Terpadu 5 (2): 40-43.
Karnaen., 2004. Pendugaan Parameter Supriyantono, A., L. Hakim, Suyadi and
Genetik, Korelasi Genetik dan Ismudiono. 2012. Genetic
Fenotipik pada Sapi Madura. J. Improvement of Weaning Weight,
Indon. Trop. Anim.Agric. 25(2):12-24. Yearling Weight, Body Weight Gain
Karnaen., 2007. Model Kurva Pertumbuhan and Body Dimension of Bali Cattle.
Pra Sapih dari Sapi Madura Betina J.Indonesian Trop Anim Agric.
dan Jantan. Jurnal Ilmu Ternak. 7(1) : 37(1):10-14
48 – 51. Tribudi, Y.A., V.M.A. Nurgiartiningsih dan P.W.
Karnaen., 2008. Pendugaan Heritabilitas, Prihandini., 2019. Pendugaan nilai
Korelasi Genetik Dan Korelasi heritabilitas sifat pertumbuhan pada
Fenotipik Sifat Bobot Badan Pada Sapi Sapi Madura.Jurnal Ilmu-Ilmu
Madura. J.Indon.Trop.Anim.Agric. Peternakan 29(2) : 152 – 157.
33(3): 191-196. Tribudi. Y. A., P. W. Prihandini dan V. M. A.
Nurgiartiningsih., 2020. Estimasi Most
Probable Producing Ability (MPPA)
Sifat Produksi Pada Sapi Madura.

88 Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Vol. 5 No. 2 Oktober 2020


http://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/filliacendekia ISSN : 2502-5597; e-ISSN : 2598-6325
Doi: 10.32503/ fillia.v5i2.1175

Jurnal Ternak Tropika Vol 21, No 1:


77-82.
Warwick, E.J., J. M. Astuti dan W.
Hardjosubroto., 1995. Pemuliaan
Ternak. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta

Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Vol. 5 No. 2 Oktober 2020 89

Anda mungkin juga menyukai